Top Banner
Rossy Triana (406117032) MIOPI A LAPORAN KASUS Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah Kudus I. IDENTITAS PASIEN Nama : Nn. F Umur : 14 tahun Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Pekerjaan : Pelajar Alamat : Ngembal Kulon Tanggal periksa : 24 Juli 2013 II. ANAMNESIS Autoanamnesa dilakukan pada hari Rabu, tanggal 24 Juli 2013 jam 09.30 WIB Keluhan Utama : Kedua mata buram saat melihat jarak jauh. Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kudus Periode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 1
27

MIOPI

Feb 16, 2016

Download

Documents

mty_ald

miopi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MIOPI

Rossy Triana (406117032) MIOPIA

LAPORAN KASUS

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata

Rumah Sakit Umum Daerah Kudus

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. F

Umur : 14 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Ngembal Kulon

Tanggal periksa : 24 Juli 2013

II. ANAMNESISAutoanamnesa dilakukan pada hari Rabu, tanggal 24 Juli 2013 jam 09.30 WIB

Keluhan Utama : Kedua mata buram saat melihat jarak jauh.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Kudus dengan keluhan kedua mata

buram saat melihat jarak jauh sejak 5 bulan lalu. Keluhan dirasakan terutama ketika

melihat tulisan yang jauh saat belajar di sekolah. Keluhan dirasakan bertambah berat

sehingga pasien memutuskan berobat ke RSUD Kudus. Keluhan juga disertai mata berair

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 1

Page 2: MIOPI

Rossy Triana (406117032) MIOPIA

dan cepat lelah terutama bila melihat atau membaca pada jarak jauh dalam waktu yang

cukup lama. Nyeri pada mata (-), sakit kepala (-), gatal (-), silau (-), mata merah (-),

riwayat mata merah (-). Pasien memiliki kebiasaan menonton TV dari jarak ± 3 meter

selama ± 4 jam dalam 24 jam.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat trauma disangkal

Riwayat alergi disangkal

Riwayat DM disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penggunaan kacamata pada ayah pasien diakui

Riwayat hipertensi diakui (ayah pasien)

Riwayat DM disangkal

Riwayat Sosial ekonomi

Pasien seorang pelajar SMP kelas 3.

Ayah pasien seorang PNS. Biaya ditanggung ASKES.

Kesan ekonomi cukup.

III. PEMERIKSAAN FISIKStatus Generalis

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 80 x / menit

Respiratory Rate : 20 x / menit

Suhu : Afebris

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Status Gizi : Baik

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 2

Page 3: MIOPI

Rossy Triana (406117032) MIOPIA

Status Ophtalmologi

Keterangan : ODS dalam batas normal

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)

6/60, PH 6/18 Visus 6/60, PH 6/18

S -2,00 6/6 Koreksi S -2,00 6/6

Gerak bola mata normal

Enoftalmus (-)

Eksoftalmus (-)

Strabismus (-)

Bulbus okuli Gerak bola mata normal

Enoftalmus (-)

Eksoftalmus (-)

Strabismus (-)

Edema (-)

Hiperemis (-)

Nyeri tekan (-)

Blefarospasme (-)

Lagoftalmus (-)

Ektropion (-)

Entropion (-)

Palpebra Edema (-)

Hiperemis (-)

Nyeri tekan (-)

Blefarospasme (-)

Lagoftalmus (-)

Ektropion (-)

Entropion (-)

Edema (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi siliar (-)

Infiltrat (-)

Hiperemis (-)

Konjungtiva Edema (-),

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi siliar (-)

Infiltrat (-)

Hiperemis (-)

Putih Sklera Putih

Oedem (-) Kornea Oedem (-)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 3

Page 4: MIOPI

Rossy Triana (406117032) MIOPIA

Infiltrat (-)

Ulkus (-)

Sikatriks (-)

Infiltrat (-)

Ulkus (-)

Sikatriks (-)

Jernih

Kedalaman cukup

Hipopion (-)

Hifema (-)

Camera Oculi Anterior

(COA)

Jernih

Kedalaman cukup

Hipopion (-)

Hifema (-)

Kripta (+)

Edema (-)

Synekia (-)

Iris Kripta (+)

Edema (-)

Synekia (-)

Bulat diameter 3mm, reguler

refleks pupil L/TL (+/+)

Pupil Bulat diameter 3mm, reguler

refleks pupil L/TL (+/+)

Jernih Lensa Jernih

Papil N.II bulat, batas tegas

Ablatio (-)

Mikroaneurisma (-)

Eksudat (-)

Cotton wool spot (-)

Perdarahan (-)

CD ratio 2:3

Retina Papil N.II bulat, batas tegas

Ablatio (-)

Mikroaneurisma (-)

Eksudat (-)

Cotton wool spot (-)

Perdarahan (-)

CD ratio 2:3

+ (orange) Fundus Refleks + (orange)

N TIO N

Epifora (-)

Lakrimasi(-)

Sistem Lakrimasi Epifora (-)

Lakrimasi(-)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 4

Page 5: MIOPI

Rossy Triana (406117032) MIOPIA

IV. RESUMESubyektif

Pada tanggal 24 Juli 2013 seorang pasien perempuan berusia 14 tahun datang ke

poliklinik mata RSUD Kudus dengan keluhan kedua mata buram saat melihat jarak jauh

sejak 5 bulan lalu. Keluhan dirasakan terutama ketika melihat tulisan yang jauh saat

belajar di sekolah. Keluhan dirasakan bertambah berat sehingga pasien memutuskan

berobat ke RSUD Kudus. Keluhan juga disertai mata berair dan cepat lelah terutama bila

melihat atau membaca pada jarak jauh dalam waktu yang cukup lama. Nyeri pada mata

(-), sakit kepala (-), gatal (-), silau (-), mata merah (-), riwayat mata merah (-). Pasien

memiliki kebiasaan menonton TV dari jarak ± 3 meter selama ± 4 jam dalam 24 jam.

Ayah pasien menggunakan kacamata.

Obyektif

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)

6/60, PH 6/18 Visus 6/60, PH 6/18

S -2,00 6/6 Koreksi S -2,00 6/6

V. DIAGNOSIS BANDINGa. ODS Miopia

b. ODS Astigmat Miopia Simpleks

c. ODS Astigmat Miopia Compositus

VI. DIAGNOSIS KERJAODS Miopia

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 5

Page 6: MIOPI

Rossy Triana (406117032) MIOPIA

VII. DASAR DIAGNOSAPada anamnesa

Pasien mengeluh kedua mata buram saat melihat jarak jauh. Keluhan juga disertai

mata berair dan cepat lelah terutama bila melihat atau membaca pada jarak jauh dalam

waktu yang cukup lama. Pasien memiliki kebiasaan menonton TV dari jarak ± 3 meter

selama ± 4 jam dalam 24 jam. Ayah pasien menggunakan kacamata. 

Pada pemeriksaan fisik

OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)

6/60, PH 6/18 Visus 6/60, PH 6/18

S -2,00 6/6 Koreksi S -2,00 6/6

VIII. TERAPI

Medikamentosa :

Cendo Augentonic 3 x 2 tetes pada masing-masing mata

Sohobion 1x1 tab

Non Medikamentosa :

Kaca mata sferis negatif terkecil :

VOD : 6/60, PH 6/18 S -2,00 6/6

VOS : 6/60, PH 6/18 S -2,00 6/6

OCULI DEXTRA OCULI SINISTRA

SPH CYL AX SPH CYL AX

Jarak jauh -2,00 - - -2,00 - -

Jarak dekat - - - - - -

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 6

Page 7: MIOPI

Rossy Triana (406117032) MIOPIA

IX. PROGNOSIS

Okuli dekstra Okuli sinistra

Ad vitam Ad Bonam Ad Bonam

Ad sanam Ad Bonam Ad Bonam

Ad kosmetikam Ad Bonam Ad Bonam

Ad functionam Dubia Ad Bonam Dubia Ad Bonam

X. USUL

Pemakaian kacamata sferis negative

XI. SARAN

Memakai kacamata saat beraktifitas

Mengistirahatkan mata setiap 2 jam setelah kontak dengan komputer/TV.

Jangan membaca sambil tiduran.

Pemakaian tetes mata secara rutin.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 7

Page 8: MIOPI

Rossy Triana (406117032) MIOPIA

TINJAUAN PUSTAKA

MIOPIA

Kelainan refraksi adalah keadaaan refraksi mata, dimana sinar sejajar yang datang dari

jarak tak terhingga dan jatuh dimata dalam keadaaan istirahat tak pernah dikumpulkan tepat di

retina (ametropia). Dikenal berbagai bentuk ametropia :

A. Ametropia Aksial. Ametropia yang terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih panjang

atau lebih pendek sehingga bayangan benda difokuskan di depan atau dibelakang retina.

Pada myopia aksial fokus akan terletak di depan retina karena bola mata lebih panjang

dan pada hipermetropia aksial fokus bayangan akan terletak di belakang retina.

B. Ametropia Refraktif. Ametropia akibat kelainan sistem pembiasan sinar di dalam mata.

Bila daya bias kuat maka bayangan benda terletak di depan retina (miopia), atau bila daya

bias kurang maka bayangan benda terletak dibelakang retina (hipemetropia refraktif).

Ametropia dapat ditemukan berupa miopia, hipermetropia dan stigmatisma (Gambar. 1).

Ketiga jenis ametropia ini dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata. Lensa kaca mata

mendivergensikan sinar pada miopia, mengkonvergensikan sinar pada hipermetropia dan

mengkoreksi bentuk kornea yang nonsferis pada astigmatisma. Namun pada bab ini kita akan

lebih fokus untuk membahas kelainan refraksi berupa miopia.

Gambar 1. Pembiasan cahaya pada kelainan refraksi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 8

Page 9: MIOPI

Rossy Triana (406117032) MIOPIA

I. DEFINISI

Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata

jatuh di depan retina pada mata yang istirahat (tanpa akomodasi). Gambaran kelainan

pemfokusan cahaya diretina pada miopia, dimana cahaya sejajar difokuskan didepan

retina.

II. EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini dapat megenai segala umur, tergantung dari etiologi dan factor

keturunan.

III. ETIOLOGI

Etiologi miopia belum diketahui secara pasti. Ada beberapa keadaan yang dapat

menyebabkan timbulnya miopia seperti alergi, gangguan endokrin, kekurangan makanan,

herediter, kerja dekat yang berlebihan dan kekurangan zat kimia (kekurangan kalsium,

kekurangan vitamin) (Desvianita cit Slone, 1997).

Pada mata miopia fokus sistem optik mata terletak di depan retina, sinar sejajar

yang masuk kedalam mata difokuskan di dalam badan kaca. Jika penderita miopia tanpa

koreksi melihat ke objek yang jauh, sinar divergenlah yang akan mencapai retina

sehingga bayangan menjadi kabur. Ada dua penyebab yaitu : daya refraksi terlalu kuat

atau sumbu mata terlalu panjang (Hoolwich,1993).

Miopia yang sering dijumpai adalah miopia aksial. Miopia aksial adalah bayangan

jatuh di depan retina dapat terjadi jika bola mata terlalu panjang. Penyebab dari miopia

aksial adalah perkembangan yang menyimpang dari normal yang di dapat secara

kongenital pada waktu awal kelahiran, yang dinamakan tipe herediter. Bila karena

peningkatan kurvatura kornea atau lensa,kelainan ini disebut miopia kurvatura (desvianita

cit Slone, 1997).

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 9

Page 10: MIOPI

Rossy Triana (406117032) MIOPIA

Penyebab panjangnya bola mata dapat diakibatkan beberapa keadaan :

1. Tekanan dari otot ekstra okuler selama konvergensi yang berlebihan.

2. Radang, pelunakan lapisan bola mata bersama-sama dengan peningkatan tekanan

yang dihasilkan oleh pembuluh darah dari kepala sebagai akibat dari posisi tubuh

yang membungkuk.

3. Bentuk dari lingkaran wajah yang lebar yang menyebabkan konvergensi yang

berlebihan(Desvianita cit Perera, 1997).

Peningkatan kurvatura kornea dapat ditemukan pada keratokonus yaitu kelainan

pada bentuk kornea. Pada penderita katarak (kekeruhan lensa) terjadi miopia karena lensa

bertambahcembung atau akibat bertambah padatnya inti lensa ( Desvianita cit Slone,

1997).

Miopia dapat ditimbulkan oleh karena indeks bias yang tidak normal, misalnya

akibat kadar gula yang tinggi dalam cairan mata (diabetes mellitus) atau kadar protein

yang meninggi pada peradangan mata. Miopia bias juga terjadi akibat spasme

berkepanjangan dari otot siliaris (spasme akomodatif), misalnya akibat terlalu lama

melihat objek yang dekat. Keadaan ini menimbulkan kelainan yang disebut pseudo

miopia (Sastradiwiria, 1989)

IV. PATOFISIOLOGI

Mata layaknya kamera, memiliki lensa, sistem apertura atau pupil dan retina sebagai film.

Sistem lensa mata terdiri dari empat perbatasan refraksi (Gambar.2). 

1) perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara,

2) perbatasan antara permukaan posterior kornea dan humor aquos,

3) perbatasan antara humor aquos dan permukaan anterior lensa mata, dan

4) perbatasan antara permukaan posterior lensa dan humor vitreus.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 10

Page 11: MIOPI

Rossy Triana (406117032) MIOPIA

Gambar 2. Sistem optik mata.

Untuk mendapatkan pencahayaan atau gambar yang jelas, bentuk lensa diubah dari

yang tadinya konveks, sedang, hingga sangat konveks. Lensa akan membentuk lebih cembung

jika ligamen kapsul lensa mengendurakibat kontraksi salah satu set serabut otot polos

dalam otot siliaris, sehinggaakan terjadi peningkatan daya bias dan mata akan mampu

melihat objek lebih dekat. Proses ini disebut sebagai akomodasi, ada beberapa teori

akomodasi yang dikenal seperti:

A. Teori akomodasi Hemholtz : di mana zonula zinn kendor akibat kontraksi otot

siliaris sirkuler, mengakibatkan lensa yang elastic menjadi cembung dan diameter

menjadi kecil.

B. Teori akomodasi Thseming : dasarnya adalah bahwa nucleus lensa tidak dapat

berubah bentuk adalah bagian lensa superficial atau korteks lensa. Pada waktu

akomodasi terjadi tegangan pada zonula zinn sehingga nucleus lensa terjepit dan

bagian lensa superficial didepan nucleus akan cembung.

Mata akan dianggap normal atau emetrop bila cahaya sejajar dari objek jauh

difokuskan di retina pada keadaan otot siliaris relaksasi total. Ini berarti bahwa mata

emetrop dapat melihat semua objek jauh secara jelasdengan otot siliaris yang relaksasi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 11

Page 12: MIOPI

Rossy Triana (406117032) MIOPIA

Namun untuk melihat objek yang dekat otot siliaris harus berkontraksi sehingga mata

dapat berakomodasi dengan baik.

Pada miopia atau rabun jauh sewaktu otot siliaris relaksasi total, cahaya dari objek

jauh difokuskan di depan retina (Gambar. 3), keadaan ini biasanya akibat bola mata yang

terlalu panjang, atau kadang-kadang karena daya bias lensa terlalu kuat. Tidak ada

mekanisme bagi miopia untuk mengurangi kekuatan lensanya karena memang otot

siliaris dalam keadaan relaksasi sempurna. Pasien miopia tidak mempunyai mekanisme

untuk memfokuskan bayangan dari objek jauh dengan tegas di retina. Namun bila objek

didekatkan ke mata bayangan akhirnya akan menjadi cukup dekat sehingga dapat

difokuskan di retina. Kemudian bila objek didekatkan mata pasien miopia dapat

menggunakan mekanisme akomodasi agar bayangan yang terbentuk tetap terfokus secara

jelas

Gambar 3. Kelainan refraksi miopia

Patogenesis miopia melibatkan teori mekanik dan biomekanik serta perubahan

struktural dan fungsional. Teori popular mengenai patogenesis miopia adalah akibat dari

akomodasi yang berat dan terus menerus sehingga terjadi perpanjangan aksial dan

peningkatan daya refraksi mata. Akomodasi di stimulus oleh sistem saraf simpatetik dan

parasimpatetik, parasimpatetik bertanggung jawab atas kontraksi m. ciliaris dan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 12

Page 13: MIOPI

Rossy Triana (406117032) MIOPIA

simpatetik bertanggung jawab atas relaksasinya m. ciliaris. Kontraksi m. cliaris memacu

peningkatan aliran darah di stroma koroid dan menyebabkan penebalan koroid dengan

kata lain menyebabkan perpanjangan vitreous dan mendorong fokus retina makin

ke belakang. Pemanjangan bola mata dengan peregangan sklera juga merupakan suatu

bentuk dari perubahan signifikan dari ekspersi sebuah gen pembawa sifat. Keadaan

akomodasi yaitu penebalan lensa mata dan pengecilan pupil setelah closework butuh

waktu lama untuk kembali seperti semula dan dapat berkembang menjadi miopia.

Observasi terdahulu mengenai mekanisme biokimia dari myopia adalah sistem

dopaminergik, sampai saat ini dopamine diketahui berperan dalam penghambatan

pertumbuhan bola mata. Dopamine dilepaskan pada saat mata tidak berakomodasi, oleh

karena mata yang sering terpajan dengan closework beresiko untuk menjadi miopia.

Kelainan refraksi walaupun diwariskan tidak harus ada sejak lahir. Misalnya

seorang anak yang mencapai emetropia pada usia 10 tahun mungkin akan segera

mengalami miopia. Miopia biasanya meningkat semasa remaja. Faktor-faktor yang

mempengaruhi progresivitas miopia belum sepenuhnya dipahami, tetapi melibatkan

pekerjaan yang menuntut ketelitian.

V. MANIFESTASI KLINIS

Pada orang dengan myopia memiliki beberapa gejala klinis, antara lain :

Pasien dengan myopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat dan melihat jauh

menjadi kabur atau disebut rabun jauh.

Sakit kepala

Sering disertai juling

Celah kelopak yang sempit

Punya kebiasaan mengernyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau

untuk mendapatka efek pinhole.

Punya pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau kedudukan

konvergensi yang akan menimbulkan astenopia konvergensi. Bila menetap maka

penderita akan terlihat juling ke dalam atau astenopia.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 13

Page 14: MIOPI

Rossy Triana (406117032) MIOPIA

Pasien miopia akan memberikan keluhan sakit kepala dan mempunyai kebiasaan

mengernyitkan matanya untuk mengecilkan pupil. Penderita miopia akan kabur saat melihat

objek dengan jarak yang jauh, namun objek akan terlihat jelas jika berada pada jarak dekat. Jika

derajat miopia terlalu tinggi maka pungtum remontum kedua mata terlalu dekat, maka

kedua mata selalu harus melihat dalam posisi konvergensi dan hal ini mungkin

menimbulkan posisi konvergensi yang menetap, sehingga terjadi strabismus konvergensi.

Dapat terjadi astenopia, pada miopia tinggi terjadi hemeralopia karena degenerasi retina

perifer dan simulasi proptosis kemudian bilik mata depan dalam, gambaran

Floating dikarenakan degenerasi vitreus

Pasien miopia pada pemeriksaan funduskopi terdapat papil melebar, oleh karena

pada miopia tinggi terdapat stafiloma sclera posterior yang terletak dipoles posterior

maka retina harus meliputi permukaan yang luas sehingga terganggu dan menimbulkan

fundus trigoid pada tempat ini. Dimana pigmen terbagi tidak rata tetapi berkelompok-

kelompok menyerupai kulit harimau (fundus tigoid). Disebelah temporal dari papil

terdapat kresen miopia yang berupa bercak atrofi dari koroid akibat regangan. Kadang

kadang atrofi ini mengelilingi papil atau disebut annular patrch. Daerah atrofi ini bewarna

putih. Kemudian didapatkan proliferasi dari epitel pigmen daerah makua disebut Foster-

Fuchs black spot. myopik kresen atau gambaran bulan sabit yang terlihat pada polus

posterior fundus mata myopia sclera dan koroid (Gambar. 4). Pada mata dengan miopia

tinggi akan terdapat pula kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi macula dan

degenerasi retina bagian perifer.

Gambar 4. Myopik Kresen

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 14

Page 15: MIOPI

Rossy Triana (406117032) MIOPIA

Pada orang miopia jarang melakukan akomodasi maka pupil jarang miosis jadi

pupil midriasis. M. Siliaris menjadi atropi menyebabkan iris letaknya lebih kedalam

sehingga bilik mata depan menjadi dalam

VI. DIAGNOSIS dan CARA PEMERIKSAAN

Refraksi subyektif

Metode ‘Trial and Error”

Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki

Digunakan kartu snellen yang diletakkan setinggi mata penderita

Mata diperiksa satu persatu

Ditentukan visus/ tajam pengelihatan masing-masing mata

Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negative

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 15

Page 16: MIOPI

Rossy Triana (406117032) MIOPIA

Refraksi Obyektif

Retinoskopi

Dengan lensa kerja +2,00 pemeriksa mengamati reflex fundus yang bergerak

berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against movement) kemudian

dikoreksi dengan lensa sfereris negative sampai tercapai netralisasi.

Autorefraktometer (computer)

VII. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk mata difokuskan

tepatdi retina. Penatalaksanaan miopia dapat dilakukan dengan cara :

1. Cara optik 

2. Cara operasi- 

Cara optik 

Kacamata (Lensa Konkaf)

Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan lensa

konkaf (cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa cekung akan

menyebar. Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu tinggi atau bila

bola mata terlalu panjang seperti pada miopia, keadaan ini dapat dinetralisir dengan

meletakkan lensa sferis konkaf didepan mata. Lensa cekung yang akan mendivergensikan

berkas cahaya sebelum masuk ke mata, dengan demikian fokus bayangan dapat

dimundurkan ke arah retina (Guyton, 1997).

Lensa kontak 

Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan kornea. Lensa

ini tetap ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang antara

lensa kontak dan permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa kontak adalah

menghilangkan hampir semua pembiasan yang terjadi dipermukaan anterior kornea,

penyebabnya adalah air mata mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan kornea

sehingga permukaan anterior kornea tidak lagi berperan penting sebagai dari susunan

optik mata. Sehingga permukaan anterior lensa kontaklah yang berperan penting.- 

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 16

Page 17: MIOPI

Rossy Triana (406117032) MIOPIA

Cara operasi pada kornea

Ada beberapa cara, yaitu :

 

1. Radikal keratotomy (dengan pisau) yaitu operasi dengan menginsisi kornea

perifer sehingga kornea sentral menjadi datar. Hal ini menyebabkan sinar yang

masuk ke matamenjadi lebih dekat ke retina.

2. Excimer laser (dengan sinar laser) yaitu operasi dengan menggunakan tenaga

laser untuk mengurangi kecembungannya dan dilengketkan kembali.

3. Keratomileusis yaitu bila kornea yang terlalu cembung di insisi kemudian

dikurangikecembungannya dan dilengketkan kembali.

4. Epiratopati yaitu operasi dengan melakukan penjahitan keratolens yang sesuai

dengankoreksi refraksi ke kornea penderita yang telah di buang epitelnya.

Cara operasi di atas masih mempunyai kekurangan ± kekurangan, oleh karena itu

para ahlimencoba untuk mencari jalan lain yang dapat mengatasi kekurangan tersebut

dengan jalanmengambil lensa mata yang masih jernih (clear lens extraction/CLE)

VIII. KOMPLIKASI

1. Ablasio retina terutama pada miopi tinggi.

2. Strabismus

a. Esotropia bila miopi cukup tinggi bilateral

b. Bexotropia pada miopi dengan anisometropia

3. Ambliopia terutama pada miopi dan anisometropia.

IX. PROGNOSIS

Pada tingkat ringan dan sedang dari miopia simple prognosisnya baik bila

penderita myopia memakai kacamata yang sesuai dan mengikuti petunjuk kesehatan. Bila

progresif miopia prognosisnya buruk terutama bila di sertai oleh perubahan koroid dan

vitreus, sedangkan pada miopia maligna prognosisnya sangat jelek.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 17

Page 18: MIOPI

Rossy Triana (406117032) MIOPIA

DAFTAR PUSTAKA

1. James, Bruce, dkk. 2006. Oftamologi. Jakarta: PT. Erlangga

2. Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta. 2004.

3. Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata , dkk. Edisi 2. Sagung seto. Jakarta 2002

4. PERDAMI, 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, Sagung Seto: Jakarta.

5. Vaughan, D.G., 2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta.

6. Zulkifli M. Miopi. 23 Juni 2012. Di unduh dari:

http://www.scribd.com/mzulkifli_57/d/79754290-miopi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah KudusPeriode 22 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 18