FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA SMF OBSTETRI RUMAH SAKIT
SIMPANGAN DEPOK Nama Mahasiswa Nim Dr. Pembimbing / Penguji
IDENTITAS PASIEN Nama Lengkap : Ny. E Umur : 30 tahun Status
Perkawinan : menikah Pekerjaan : ibu rumah tangga Alamat :
Cilangkap RT 01/03 No. 88 IDENTITAS SUAMI Nama Lengkap : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur : 40 tahun Suku Bangsa : Flores
Status Perkawinan : menikah Agama : Khatolik Pekerjaan : Karyawan
Swasta Pendidikan : S1 Alamat : Cilangkap RT 01/03 No. 88 Masuk
Rumah Sakit : Tanggal: 09 November 2011 Jam: 13.45 A. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 10 November 2011 Jam : 14.05
WIB. Keluhan utama: Os dirujuk dari bidan karena darah tinggi.
Riwayat Penyakit Sekarang : Jenis Kelamin : Perempuan Suku Bangsa :
Sunda Agama : Khatolik Pendidikan : SMP G3 P2 A0 : Susi Cendana :
10-2007-012 : dr. Adi Guritno, Sp.OG Tanda Tangan
1
Pada 1 hari SMRS, Os memeriksakan kehamilannya yang sudah masuk
ke 37 minggu ke bidan. Ketika diperiksa didapati tekanan darah os
tinggi, mencapai 150/110 mmHg, kemudian bidan merujuknya ke RS
Simpangan Depok. Di RS Simpangan Depok, Os datang dengan keluhan
pusing, tekanan darah 170/120 mmHg, nadi 104x/menit, tinggi fundus
uteri 33 cm, letak punggung janin di kanan, dan dengan denyut
jantung janin +. Dilakukan juga pemeriksaan USG dan pemeriksaan
dalam, pada pemeriksaan USG di dapatkan letak kepala janin obliq
dan pada pemeriksaan dalam di dapatkan tidak ada pembukaan. Os
kemudian di anjurkan untuk operasi sesar. Os mengaku selama hamil
pernah keputihan selama 1 bulan, pada umur kehamilan 8 bulan. Os
tidak meminum obat dan tidak memeriksakan ke bidan atau dokter.
Selama kehamilannya Os tidak pernah USG. Os jarang memeriksakan
kehamilannya di bidan, hanya 2 kali selama kehamilannya. Saat
kehamilan Os pernah minum susu untuk ibu hamil saat usia kehamilan
7 bulan, tetapi tidak sering. Namun, sejak kehamilan yang ke-3 ini
tekanan darah Os menjadi tinggi. Keluhan mual, muntah, mata kabur,
sakit di dada, sesak napas tidak dirasakan Os. Os mengatakan
semenjak masuk RS belum BAB dan BAK Os lancar 3 kali sehari bewarna
kuning dengan volume 2 gelas aqua tidak ada darah, dan tidak
berpasir. Os tidak mempunyai riwayat alergi obat atau makanan,
tidak ada kencing manis, tidak ada asma, hanya ada riwayat darah
tinggi dari orang tua Os (ayah). Penyakit Dahulu (Tahun, diisi bila
ya (+), bila tidak (-) ( - ) Cacar ( + ) Cacar air ( - ) Difteri (
- ) Tifus Abdominalis ( - ) Diabetes ( - ) Tonsilitis ( - )
Hipertensi ( - ) Ulkus Ventrikuli ( - ) Ulkus Duodeni ( - )
Neurosis Lain-lain : ( - ) Operasi (- ) Malaria ( - ) Disentri ( -
) Hepatitis ( - ) Wasir ( - ) Sifilis ( - ) Gonore ( - ) Penyakit
Pembuluh ( - ) Perdarahan Otak ( - ) Psikosis ( - ) Tuberkulosis (
- ) Kecelakaan2
( - ) Batu Ginjal / Saluran Kemih ( - ) Burut (Hernia) ( - )
Batuk Rejan ( - ) Campak ( - ) Alergi ( - ) Tumor ( - ) Demam
Rematik Akut ( - ) Pneumonia ( - ) Gastritis ( - ) Batu Empedu
Riwayat Keluarga Hubungan Kakek (dr Ayah) Kakek (dr Ibu) Nenek
(dr Ayah) Nenek (dr Ibu) Ayah Ibu Saudara Anak I Anak II Umur
(Tahun) Tidak diketahui 70 Tidak diketahui 70 67 50 36 10 7 Jenis
Kelamin Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan
Laki-laki Laki-laki Perempuan Keadaan Kesehatan Meninggal Meninggal
Meninggal Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Penyebab Meninggal
Tidak diketahui Kecelakaan Tidak diketahui -
Adakah kerabat yang menderita : Penyakit Alergi Asma
Tuberkulosis HIV Hepatitis B Hepatitis C Hipertensi Cacat bawaan
Lain-lain ANAMNESIS SISTEM Catat keluhan tambahan positif disamping
judul-judul yang bersangkutan. Harap diisi : Bila ya (+), bila
tidak (-). Kulit (-) Bisul (-) Kuku (-) Lain-lain (-) Rambut (-)
Kuning / Ikterus (-) Keringat Malam (-) Sianosis Ya Tidak Hubungan
Bapak -
3
Katanemia (-) Leukore
(-) Perdarahan
(-) Lain-lain
Haid Haid terakhir : 20 Febuari 2011 Menarche : 15 tahun Teratur
/ tidak Nyeri / tidak nyeri Lama haid biasanya 7 hari Tafsiran
Partus 27 November 2011 Kehamilan Anak ke-I Laki-laki, BB: 2500
gram, PB: Os lupa, di tolong oleh bidan dengan persalinan normal.
Anak ke-II Perempuan, BB: 3100 gram, PB: Os lupa, di tolong oleh
bidan dengan persalinan normal. Komplikasi kehamilan terdahulu :
tidak ada Abortus : tidak ada Kontrasepsi ( +) Pil KB ( -)
Lain-lain ( - ) Suntikan ( - ) IUD ( - ) Lamanya ( - ) Susuk KB
Saluran Kemih / Alat Kelamin (- ) Disuria ( -) Kolik ( - )
Polakisuria ( - ) Retensi Urin ( - ) Kencing nanah ( - ) Poliuria (
- ) Anuria ( - ) Kencing batu (- ) Stranguri ( -) Oliguria ( - )
Hematuria ( - ) Kencing menetes
( - ) Ngompol (tidak disadari) Ekstremitas ( + ) Bengkak BERAT
BADAN4
( - ) Deformitas
( - ) Nyeri
Berat badan rata-rata (Kg) : 43 kg Berat sebelum hamil (Kg) : 38
kg Berat badan sekarang (Kg) : 45 kg (Bila pasien tidak tahu dengan
pasti) Tetap Turun Naik ( ) ( ) (+)
Kesulitan Keuangan Pekerjaan Keluarga Lain-lain : Cukup : Baik :
Baik : tidak ada
A. PEMERIKSAAN JASMANI Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran
Tinggi badan Berat badan Tekanan darah Nadi Suhu Pernapasan Keadaan
Gizi Kepala Mata Telinga : Tampak sakit ringan : Compos Mentis :
138 centimeter : 48 kilogram : 170/120 mmHg : 104x/menit, teratur,
kuat angkat : 36,30 C : 22x/menit : Baik
: normosefali, warna hitam, rambut terdistribusi merata :
konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-) : normotia, liang
lapang, serumen (-), gangguan pendengaran (-)
Hidung: tidak ada sekret, tidak hiperemis, tidak ada septum
deviasi Gigi Leher Jantung : tidak ada caries : KGB tidak teraba
membesar : BJ I-II reguler, gallop (-), murmur (-)5
Paru-Paru Buah Dada Ekstremitas
: normovesikuler, whezeing -/-, ronki -/: puting susu menonjol,
tidak ada retraksi, areola mammae hiperpigmentasi Abdomen : udem
(+), deformitas (-)
: membuncit, linea nigra (+)
Status Obstetri Pemeriksaan Luar Inspeksi: perut tampak
membuncit, linea nigra (+) Palpasi:-
Leopold I bokong Leopold II Leopold III Leopold IV
: tinggi fundus uteri 2 jari di bawah processus xipoideus, dan
teraba : teraba bagian keras di sebelah kanan : teraba bagian
bulat, keras (kepala), belum memasuki PAP :-
-
Auskultasi: DJJ 150 x/menit, teratur, janin tunggal Pemeriksaan
dalam Vaginal toucher : Teraba belum ada pembukaan, portio teraba
tebal, ketoban (+)
LABORATORIUM RUTIN 09 November 2011 Darah Hb 12,2 g/dL Leukosit
6500/uL Ht 37% Trombosit 240000/uL Urin Proteinuria Glukosa : +2
:+
Kardiotopografi (KTG) Frekuensi dasar : 150 dpm6
Akselerasi Deselerasi Variabilitas Gerakan janin Kesan DIAGNOSIS
1. Diagnosis ibu2. Diagnosis janin
: tidak ada : tidak ada : 5-20 : 8 kali : meragukan
: G3 P2 A0 gravida 37 minggu dengan PEB: tunggal, hidup
intrauterin, letak memanjang, presentasi kepala
Diagnosis Post SC1. Diagnosis ibu : P3 A0 dengan PEB dan
Gemeli
2. Diagnosis janin Bayi I Bayi II PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
: ganda, presentasi kepala, plasenta satu : perempuan, BB 2100
gr, PB 45 cm : perempuan, BB 1400 gr, PB 42 cm
Infus : IVFD RL 20 tetes/menit Nifedipin 2x 10 mg PO Pasang
kateter 2 gr MgSO4 40% (5 cc) di encerkan dengan aqua bidest sampai
dengan 10 cc diberikan i.v Nonmedikamentosa : Observasi kesadaran,
observasi TTV Prognosis Ibu : Ad vitam : Dubia ad bonam Ad
functionam: Dubia ad bonam Ad sanationam: Dubia ad bonam Janin : Ad
vitam : Dubia ad bonam Ad functionam: Dubia ad bonam7
Follow up : 1. 10 November 2011 S O : Nyeri bekas operasi (+),
mual (-), muntah (-), flatus (+) : Keadaan umum baik, kesadaran
compos mentis TD 150/110mmHg, nadi 116x/mnt TFU: 2 jari di bawah
pusat Pendarahan (+) 1 softex A P : P3 A0 post SC hari 1 :
Clindamicin 300 mg, 3 x 1 tab PO As. Mefenamat 500 mg, 3 x 1 tab PO
Nifedipine 10 mg, 3 x 1 tab PO Ciprofloxacin 500 mg, 2x 1 tab
PO
2. 11 November 2011 S O : nyeri pada luka operasi (+), flatus
(+), BAB (-) : Keadaan umum baik, keadaran compos mentis TD 140/80
mmHg, nadi 100x/mnt TFU: 2 jari di bawah pusat Pendarahan (+) A P :
P3 A0 post SC hari 2 : Clindamicin 300 mg, 3 x 1 tab PO As.
Mefenamat 500 mg, 3 x 1 tab PO Nifedipine 10 mg, 3 x 1 tab PO
Ciprofloxacin 500 mg, 2x 1 tab PO
8
3. 12 November 2011 S O : nyeri pada luka operasi (+), pusing
(-), mual (-) : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis TD
150/90 mmHg, nadi 98x/menit TFU: 2 jari di bawah pusat A P : P3 A0
post SC hari 3 : Clindamicin 300 mg, 3 x 1 tab PO As. Mefenamat 500
mg, 3 x 1 tab PO Nifedipine 10 mg, 3 x 1 tab PO Ciprofloxacin 500
mg, 2x 1 tab PO
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN9
Preeklampsia merupakan masalah utama kesehatan ibu di seluruh
dunia, khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia, tingginya
angka kematian yang disebabkan hipertensi dalam kehamilan atau
preeklampsia dan eklampsia merupakan masalah di bidang obstetri,
dan sampai saat ini yang menjadi penyebab dari kelainan ini juga
belum diketahui secara pasti, oleh karena itu penanganannyapun
belum definitif dan masih bersifat simptomatis. Klasifikasi
Pembagian klasifikasi yang dipakai di Indonesia bedasarkan Report
of the National High Blood Pressure education Program Working Group
on High blood Pressure in Pregnancy tahun 2001, ialah:1. Hipertensi
kronik
Hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau
hipertensi yang pertama kali di diagnosis setelah umur kehamilan 20
minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan2.
Preeklampsia-eklampsia
Preeklampsia : hipertensi yang timbul setelah 20 miggu kehamilan
disertai dengan proteinuria Eklampsia : preeklampsia yang disertai
dengan kejang dan atau koma.3. Hipertensi kronik dengan
superimposed preeklampsia
Hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau
hipertensi kronik yang disertai proteinuria4. Hipertensi
gestasional
Hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria
dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau
kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria.
Faktor resiko 1. Primigravida, primipaternitas 2. Hiperplasentosis,
misalnya: hidrops fetalis, bayi besar 3. Umur yang ekstrim 4.
Riwayat keluarga 5. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada
sebelum hamil10
mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes melitus,
6. Obesitas Etiologi Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga
kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukan
tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada
satupun teori tersebut yang yang di anggap mutlak benar. Beberapa
faktor yang berkaitan dengan terjadinya preeklampsia adalah : 1.
Faktor Trofoblast Semakin banyak jumlah trofoblast semakin besar
kemungkinan terjadinya Preeklampsia. Ini terlihat pada kehamilan
Gemeli dan Molahidatidosa. Teori ini didukung pula dengan adanya
kenyataan bahwa keadaan preeklampsia membaik setelah plasenta
lahir.1 2. Faktor Imunologik Preeklampsia sering terjadi pada
kehamilan pertama dan jarang timbul lagi pada kehamilan berikutnya.
Secara Imunologik dan diterangkan bahwa pada kehamilan pertama
pembentukan Blocking Antibodies terhadap antigen plasenta tidak
sempurna, sehingga timbul respons imun yang tidak menguntungkan
terhadap Histikompatibilitas Plasenta. Pada kehamilan berikutnya,
pembentukan Blocking Antibodies akan lebih banyak akibat respos
imunitas pada kehamilan sebelumnya, seperti respons imunisasi.1
Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya
sistem imun pada penderita Preeklampsia-Eklampsia : a) Beberapa
wanita dengan Preeklampsia-Eklampsia mempunyai komplek imun dalam
serum. b) Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system
komplemen pada Preeklampsia-Eklampsia diikuti dengan proteinuri.
Stirat (1986) menyimpulkan meskipun ada beberapa pendapat
menyebutkan bahwa sistem imun humoral dan aktivasi komplemen
terjadi pada Preeklampsia-Eklampsia, tetapi tidak ada bukti bahwa
sistem imunologi bisa menyebabkan PreeklampsiaEklampsia.2 3. Faktor
Genetik
11
Menurut Chesley dan Cooper (1986) bahwa Preeklampsia / eklampsia
bersifat diturunkan melalui gen resesif tunggal.2 Beberapa bukti
yang menunjukkan peran faktor genetic pada kejadian
Preeklampsia-Eklampsia antara lain: a) Preeklampsia hanya terjadi
pada manusia. b) Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekwensi
Preeklampsia-Eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita
Preeklampsia-Eklampsia.c) Kecendrungan meningkatnya frekwensi
Preeklampsia-Eklampsia pada anak dan
cucu ibu hamil dengan riwayat Preeklampsia-Eklampsia dan bukan
pada ipar mereka.8 4. Faktor Gizi Menurut Chesley (1978) bahwa
faktor nutrisi yang kurang mengandung asam lemak essensial terutama
asam Arachidonat sebagai precursor sintesis Prostaglandin akan
menyebabkan preeklampsia.15. Aktivasi sel endotel
Loss
Angiotensin
Refraktoriness
yang
memicu
terjadinya
Selama dua dekade terakhir, aktivasi sel endotel menjadi bintang
dalam pemahaman kontemporer dari patogenesis preeklampsia. Dalam
skema ini, faktor yang tidak diketahui - kemungkinan berasal dalam
plasenta - juga dikeluarkan ke sirkulasi ibu dan memprovokasi
aktivasi dan disfungsi vaskular endotelium. Sindrom klinis
preeklampsia diperkirakan merupakan hasil dari perubahan sel
endotel yang luas. Selain mikropartikel, Grundmann dan rekan (2008)
telah melaporkan bahwa sirkulasi sel endotel , secara signifikan
meningkat empat kali lipat dalam darah perifer wanita preeklampsia.
Endotelium utuh memiliki sifat antikoagulan, dan sel endotel
menumpulkan respon otot polos vaskular untuk agonis dengan
melepaskan oksida nitrat. Sel endotel yang rusak atau teraktivasi
dapat memproduksi oksida nitrat dan mengeluarkan zat yang
mempromosikan koagulasi dan meningkatkan kepekaan terhadap
vasopressors (Gant dan rekan kerja, 1974). Bukti lebih lanjut dari
aktivasi endotel termasuk perubahan karakteristik morfologi endotel
kapiler glomerulus, permeabilitas kapiler meningkat, dan
konsentrasi darah tinggi zat yang terkait dengan aktivasi endotel.
Kedua zat ini dapat dialihkan, dan serum dari wanita dengan12
preeklampsia merangsang beberapa zat dalam jumlah yang lebih
besar (Myers dan rekan, 2007; Walsh, 2009). Patofisiologi Belum
diketahui dengan pasti, secara umum pada Preeklampsia terjadi
perubahan dan gangguan vaskuler dan hemostatis. Sperof (1973)
menyatakan bahwa dasar terjadinya Preeklampsia adalah iskemik
uteroplasentar, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara massa
plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi sirkulasi darah
plasenta yang berkurang.9 Disfungsi plasenta juga ditemukan pada
preeklampsia, sehingga terjadi penurunan kadar 1 -25 (OH)2 dan
Human Placental Lagtogen (HPL), akibatnya terjadi penurunan
absorpsi kalsium dari saluran cerna. Untuk mempertahankan
penyediaan kalsium pada janin, terjadi perangsangan kelenjar
paratiroid yang mengekskresi paratiroid hormon (PTH) disertai
penurunan kadar kalsitonin yang mengakibatkan peningkatan absorpsi
kalsium tulang yang dibawa melalui sirkulasi ke dalam intra sel.
Peningkatan kadar kalsium intra sel mengakibatkan peningkatan
kontraksi pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan tekanan
darah.9 Teori vasospasme dan respons vasopresor yang meningkat
menyatakan prostaglandin berperan sebagai mediator poten
reaktivitas vaskuler. Penurunan sintesis prostaglandin dan
peningkatan pemecahannya akan meningkatkan kepekaan vaskuler
terhadap Angiotensin II. Angiotensin II mempengaruhi langsung sel
endotel yang resistensinya terhadap efek vasopresor berkurang,
sehingga terjadi vasospasme. Penyempitan vaskuler menyebabkan
hambatan aliran darah yang menyebabkan hambatan aliran darah yang
menyebabkan tejadinya hipertensi arterial yang membahayakan
pembuluh darah karena gangguan aliran darah vasavasorum, sehingga
terjadi hipoksia dan kerusakan endotel pembuluh darah yang
menyebabkan dilepasnya Endothelin 1 yang merupakan vasokonstriktor
kuat. Semua ini menyebabkan kebocoran antar sel endotel, sehingga
unsur-unsur pembentukan darah seperti thrombosit dan fibrinogen
tertimbun pada lapisan subendotel yang menyebabkan gangguan ke
berbagai sistem organ. Pemeriksaan penunjang Saat ini belum ada
pemeriksaan penyaring yang terpercaya dan efektif untuk
preeklampsia. Dulu, kadar asam urat digunakan sebagai indikator
preeklampsia, namun ternyata tidak sensitif dan spesifik sebagai
alat diagnostik. Namun, peningkatan kadar asam urat serum pada
wanita
13
yang menderita hipertensi kronik menandakan peningkatan resiko
terjadinya preeklampsia superimpose. Pemeriksaan laboratorium dasar
harus dilakukan di awal kehamilan pada wanita dengan faktor resiko
menderita preeklampsia, yang terdiri dari pemeriksaan kadar enzim
hati, hitung trombosit, kadar kreatinin serum, dan protein total
pada urin 24 jam. Pada wanita yang telah didiagnosis preeklampsia,
harus dilakukan juga pemeriksaan kadar albumin serum, LDH, apus
darah tepi, serta waktu perdarahan dan pembekuan. Semua pemeriksaan
ini harus dilakukan sesering mungkin untuk memantau progresifitas
penyakit. Preeklampsia ringan Suatu sindroma spesifik kehamilan
dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya
vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel. Diagnosis
ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan atau edema setelah kehamilan 20 minggu. Hipertensi > 140/90
mmHg, proteinuria >300 g/24 jam atau >1+ dipstick. Edema
lokal tidak dimasukan dalam kriteria eklampsia kecuali edema pada
lengan, muka, perut, edema generalisata. Preeklampsia berat
Dikatakan preeklampsia berat apabila dijumpai satu atau lebih
tanda/gejala berikut: -
TD 160/110 mmHg Proteinuria > 5 gr/24 jam atau kualitatif + 3
atau + 4 Oliguria 500 ml/24 jam Kenaikan kreatinin serum Edema paru
dan sianosis Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran alas kanan abdomen
: disebabkan teregangnya kapsula Glisone. Nyeri dapat sebagai
gejala awal ruptura hepar. Gangguan otak dan visus : perubahan
kesadaran, nyeri kepala, skotomata, dan pandangan kabur. Gangguan
fungsi hepar : peningkatan alanine atau aspartate amino transferase
Trombositopenia : < 100.000 / ml Adanya HELLP Syndrome. (H =
Hemolysis, EL = Elevated Liver Enzyme, LP = Low Platelet
Counts).14
-
-
-
Diagnosis dini harus diutamakan bila diinginkan angka morbiditas
dan mortalitas yang seminimal mungkin bagi ibu dan anaknya.
Walaupun terjadi preeklampsia sukar dicegah, namun preeklampsia
berat dan eklampsia dapat dihindarkan dengan mengenal secara dini
penyakit ini supaya dapat ditangani secara sempurna. Pembagian
preeklampsia berat Preeklampsia berat dapat dibagi dalam beberapa
kategori : a. Preeklampsia berat tanpa impending eclampsia b.
Preeklampsia berat dengan impending eclampsia, dengan gejala-gejala
impending : - nyeri kepala - mata kabur - mual dan muntah - nyeri
epigastrium - nyeri kuadran kanan atas abdomen Dasar pengelolaan
preeklampsia berat Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada
ibunya, dilakukan pengelolaan dasar sebagai berikut :-
Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya : yaitu terapi
medikamentosa dengan pemberian obat-obatan untuk penyulitnya Kedua
baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya : yang
tergantung pada umur kehamilan. Sikap terhadap kehamilannya dibagi
2, yaitu;
-
1)Ekspektatif ; konservatif : bila umur kehamilan < 37
minggu, artinya : kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil
memberikan terapi medikamentosa 2)Aktif, agresif ; bila umur
kehamilan 37 minggu, artinya : kehamilan diakhiri setelah mendapat
terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu. 5. Pemberian terapi
medikamentosa a. b. Segera masuk rumah sakit Tirah baring miring ke
kiri secara intermiten15
c. d. e. f.
Infus Ringer Laktat atau Ringer Destrose 5 % Pemberian anti
kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang. Pemberian MgSO4
dibagi : Loading dose (initial dose) : dosis awal Maintainance dose
: dosis lanjutan Anti hipertensi Diberikan : bila tensi 180/110
mmHg atau MAP 126 Jenis obat : Nifedipine : 10-20 mg oral, diulangi
setelah 30 menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam. Nifedipine tidak
dibenarkan diberikan di bawah mukusa lidah (sublingual) karena
absorbsi yang terbaik adalah melalui saluran pencernaan makan.
Desakan darah diturunkan secara bertahap :
1) 2) g. 1) 2) 3) 1) 2) 3) h.
Penurunan awal 25 % dari desakan sistolik Desakan darah
diturunkan mencapai : - < 160/105 - MAP < 125 Diuretikum
Diuretikum tidak dibenarkan diberikan secara rutin, karena :
Memperberat penurunan perfusi plasenta Memperberat hipovolemia
Meningkatkan hemokonsentrasi. Diuretikum yang diberikan hanya atas
indikasi : Edema paru Payah jantung konggestif Edema anasarka Diet
Diet diberikan secara seimbang, hindari protein dan kalori yang
berlebih
Eklampsia Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita
preeklampsia yang disertai dengan kejang yang menyeluruh dan koma.
Sama halnya dengan preklampsi, eklampsi dapat timbul pada ante,
intra dan postpartum. Eklampsi postpartum umumnya hanya terjadi
dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
16
Komplikasi Solusio plasenta: Biasa terjadi pada ibu dengan
hipertensi akut. Hipofibrinogenemia Hemolisis: Gejala kliniknya
berupa ikterik. Diduga terkait nekrosis periportal Perdarahan otak:
Merupakan penyebab utama kematian maternal penderita Kelainan mata:
Kehilangan penglihatan sementara dapat terjadi. Perdarahan
hati pada penderita pre-eklampsia. eklampsia. pada retina dapat
ditemukan dan merupakan tanda gawat yang menunjukkan adanya
apopleksia serebri. Edema paru Nekrosis hati: Terjadi pada daerah
periportal akibat vasospasme arteriol umum. Sindrom HELLP
(hemolisis, elevated liver enzymes, dan low platelet). Prematuritas
Kelainan ginjal: Berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma
Diketahui dengan pemeriksaan fungsi hati, terutama dengan
enzim.
sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.
Bisa juga terjadi anuria atau gagal ginjal. DIC (Disseminated
Intravascular Coagulation): Dapat terjadi bila telah mencapai tahap
eklampsia. Penanganan di Puskesmas Mengingat terbatasnya fasilitas
yang tersedia di puskesmas, maka secara prinsip, kasus-kasus
preeklampsia berat dan eklampsia harus dirujuk ke tempat pelayanan
kesehatan dengan fasilitas yang lebih lengkap. Persiapan-persiapan
yang dilakukan dalam merujuk penderita adalah sebagai berikut: a)
Menyiapkan surat rujukan yang berisikan riwayat penderita. b)
Menyiapkan partus set dan tongue spatel (sudip lidah). c)
Menyiapkan obat-obatan antara lain: valium injeksi, antihipertensi,
oksigen, cairan infus dextrose/ringer laktat. d) Pada penderita
terpasang infus dengan blood set. e) Pada penderita eklampsia,
sebelum berangkat diinjeksi valium 20 mg/iv, dalam perjalanan
diinfus drip valium 10 mg/500 cc dextrose dalam maintenance
drops.17
Selain itu diberikan oksigen, terutama saat kejang, dan
terpasang tongue spatel.2 Penanganan di Rumah Sakit Ditinjau dari
umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia berat
selama perawatan, maka perawatan dibagi menjadi: 1.2.
Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi
ditambah Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan
ditambah
pengobatan medicinal. pengobatan medicinal.7 1. a) Perawatan
Aktif Indikasi
Hasil penilaian kesejahteraan janin jelek Adanya gejala-gejala
impending eklampsia Adanya Sindrom Hellp Kehamilan aterm ( > 37
minggu) Apabila perawatan konservatif gagal.5
b) 1) IGD. 2) 3) 4) 5)
Pengobatan Medisinal Segera rawat di ruangan yang terang dan
tenang, terpasang infus Dx/RL dari Tirah baring miring ke satu
sisi. Diet cukup protein, rendah KH-lemak dan garam. Antasida. Anti
kejang: Syarat-syarat pemberian MgSO4
a. Sulfas Magnesikus (MgSO4)
- Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram
(10% dalam 10 cc)
diberikan intravenous dalam 3 menit. - Refleks patella positif
kuat - Frekuensi pernapasan > 16 kali per menit, tanda distress
pernafasan (-)- Produksi urin > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya
(0,5 cc/kgBB/jam).7
18
Cara Pemberian:- Jika ada tanda impending eklampsi dosis awal
diberikan IV + IM, jika tidak ada, dosis
awal cukup IM saja. Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20 %
dalam 20 cc) selama 4 menit (1 gr/menit) atau kemasan 20% dalam 25
cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gram di bokong
kiri dan 4 gram di bokong kanan (40 % dalam 10 cc) dengan jarum no
21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc
xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.-
Dosis ulangan diberikan setelah 6 jam pemberian dosis awal, dosis
ulangan 4 gram
MgSO4 40% diberikan secara intramuskuler setiap 6 jam,
bergiliran pada bokong kanan/kiri dimana pemberian MgSO4 tidak
melebihi 2-3 hari.7 Penghentian MgSO4 : Ada tanda-tanda keracunan
yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks fisiologis menurun, fungsi
jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat
menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-otot pernapasan karena
ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter.
Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar
12-15 mEq terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan dan lebih 15
mEq/liter terjadi kematian jantung. Bila timbul tanda-tanda
keracunan magnesium sulfat - Hentikan pemberian magnesium sulfat -
Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc) secara IV
dalam waktu 3 menit. - Berikan oksigen. - Lakukan pernapasan
buatan. Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 6 jam pasca
persalinan sudah terjadi perbaikan (normotensif).7 b) Diazepam
Digunakan bila MgSO4 tidak tersedia, atau syarat pemberian MgSO4
tidak dipenuhi. Cara pemberian: Drip 10 mg dalam 500 ml, max. 120
mg/24 jam. Jika dalam dosis 100 mg/24 jam tidak ada perbaikan,
rawat di ruang ICU.8 6) Diuretika
Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema
paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan
furosemid injeksi 40 mg/im.7
19
7)
Anti hipertensi
Tekanan darah sistolis > 180 mmHg, diastolis > 110 mmHg.
Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis < 105 mmHg (bukan
kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta. Dosis
antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya. Bila
dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan
obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres
injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus
atau press disesuaikan dengan tekanan darah. Bila tidak tersedia
antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi
secara sublingual atau oral. Obat pilihan adalah nifedipin yang
diberikan 5-10 mg oral yang dapat diulang sampai 8 kali/24 jam.7 8)
cedilanid D.7 9) Lain-lain Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung,
diberikan digitalisasi cepat dengan
- Konsul bagian penyakit dalam / jantung, dan mata.- Obat-obat
antipiretik diberikan bila suhu rektal > 38,5 oC dapat dibantu
dengan
pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc IM. -
Antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicillin 1 gr/6
jam/IV/hari.- Analgetik bila penderita kesakitan atau gelisah
karena kontraksi uterus. Dapat diberikan
petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam
sebelum janin lahir.7 - Anti Agregasi Platelet: Aspilet 1x80
mg/hari Syarat: Trombositopenia (