Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang telah lama menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Sejak tahun 1993, penyakit ini telah dideklarasikan sebagai Global Health Emergency oleh World Health Organization (WHO). Berdasarkan laporan terbaru dari WHO pada tahun 2009, insiden kasus TB di dunia telah mencapai 8,9–9,9 juta, prevalensi mencapai 9,6–13,3 juta, dan angka kematian mencapai 1,1–1,7 juta pada kasus TB dengan HIV negatif dan 0,45–0,62 juta pada kasus TB dengan HIV positif. Data yang dilaporkan tiap tahun menunjukkan insiden atau kasus TB baru cenderung meningkat setiap tahun, sebagai contoh insiden pada tahun 2008 diestimasi sebesar 9,4 juta, dibandingkan dengan tahun 2007 dan 2006 sebelumnya yang masing-masing sebesar 9,27 juta dan 9,24 juta. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menangani kasus TB yang terjadi di dunia, dan tidak sedikit biaya yang telah dikeluarkan. Penyebaran kasus TB di dunia memang tidak merata dan justru 86% dari total kasus TB global ditanggung oleh negara berkembang. Sekitar 55% dari 1
28

Mini Project TB Baru

Jan 21, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Mini Project TB Baru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang telah lama

menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Sejak tahun 1993, penyakit ini telah

dideklarasikan sebagai Global Health Emergency oleh World Health Organization

(WHO). Berdasarkan laporan terbaru dari WHO pada tahun 2009, insiden kasus TB

di dunia telah mencapai 8,9–9,9 juta, prevalensi mencapai 9,6–13,3 juta, dan angka

kematian mencapai 1,1–1,7 juta pada kasus TB dengan HIV negatif dan 0,45–0,62

juta pada kasus TB dengan HIV positif. Data yang dilaporkan tiap tahun

menunjukkan insiden atau kasus TB baru cenderung meningkat setiap tahun, sebagai

contoh insiden pada tahun 2008 diestimasi sebesar 9,4 juta, dibandingkan dengan

tahun 2007 dan 2006 sebelumnya yang masing-masing sebesar 9,27 juta dan 9,24

juta.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menangani kasus TB yang terjadi di

dunia, dan tidak sedikit biaya yang telah dikeluarkan. Penyebaran kasus TB di dunia

memang tidak merata dan justru 86% dari total kasus TB global ditanggung oleh

negara berkembang. Sekitar 55% dari seluruh kasus global tersebut terdapat pada

negara-negara di benua Asia, 31% di benua Afrika, dan sisanya yang dalam proporsi

kecil tersebar di berbagai negara di benua lainnya. Melihat hal ini, maka WHO telah

menetapkan 22 negara yang dianggap sebagai high-burden countries dalam

permasalahan TB untuk mendapatkan perhatian yang lebih intensif dalam hal

penanggulangannya. Indonesia adalah salah satu negara yang termasuk di dalamnya.

Berdasarkan tingginya angka insiden TB di setiap negara, sampai tahun 2007

Indonesia masih menduduki peringkat ke-3 setelah India dan Cina, disusul oleh

Nigeria pada peringkat ke-4 dan Afrika Selatan pada peringkat ke-5. Sementara

berdasarkan laporan pada tahun 2008, kelima negara tersebut masih tetap masuk

dalam daftar lima besar negara dengan kasus TB baru terbanyak tetapi dengan urutan

1

Page 2: Mini Project TB Baru

yang berubah dimana Indonesia menduduki peringkat ke-5 dengan insiden yang

mengalami penurunan dari sekitar 528-ribu di tahun 2007 menjadi 429-ribu di tahun

2008 (grafik 1.1).

Tahun 2007 Tahun 2008

1,962 1,982

1,306 1,301

528 429460 457461 476

India China IndonesiaNigeria Afrika Selatan

Grafik 1.1 Daftar lima besar negara dengan jumlah kasus baru TB terbanyak.

Penurunan jumlah kasus baru TB di Indonesia untuk tahun 2007 dan 2008

sangat penting dalam mencapai angka yang lebih kecil lagi untuk tahun-tahun

selanjutnya. Indonesia dituntut untuk membuktikan komitmennya dalam mengatasi

masalah TB. Hal ini sejalan dengan tujuan ke-6 dari millennium development goals

yang telah ditandatangani Indonesia bersama 188 negara lainnya pada September

2000 yakni memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya termasuk

TB. Untuk mewujudkannya di tahun 2015, maka ada 3 indikator penting yang perlu

diperhatikan yaitu prevalensi tuberculosis dan angka kematian penderita tuberculosis

dengan sebab apapun selama pengobatan OAT, angka penemuan penderita

tuberkulosis BTA positif baru, dan angka kesembuhan penderita tuberkulosis.

Penanggulangan penyakit Tuberkulosis di Indonesia sudah berlangsung

sejak lama. Sejak tahun 1909, penanggulangan penyakit Tuberculosis dilakukan

secara nasional melalui Puskesmas dengan penyediaan obat secara gratis. Program

ini dinilai kurang berhasil akibat kurangnya kesadaran pasien untuk melakukan

2

Page 3: Mini Project TB Baru

pengobatan secara teratur. Sedang pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat

yang tidak lengkap diduga dapat menimbulkan kekebalan ganda kuman Tuberkulosis

terhadap obat anti Tuberkulosis (Depkes, 2007).

Menurut Leavell (1953), terdapat lima tahapan dalam pencegahan penyakit

menular, yaitu promosi kesehatan, proteksi khusus, diagnosis dini dan pengobatan

yang cepat, pembatasan disabilitas, dan rehabilitasi. Berkaitan dengan upaya

penurunan angka kasus baru TB di Indonesia, maka tahapan ke-3 sangat penting guna

memutuskan rantai penularan dari penderita ke orang yang sehat.

Di Sulawesi Selatan, angka penemuan kasus TB Paru tahun 2007 sebesar 39,4

% dengan angka kesembuhan 90,76%. Dan selanjutnya tahun 2012 penemuan kasus

TB Paru 52,4 % dengan angka kesembuhan 88,87 %. Di Kabupaten Pinrang, angka

kesakitan Tuberculosis lebih tinggi dari angka perkiraan nasional. Secara kasar,

diperkirakan setiap 700.000 penduduk terdapat 1469 penderita baru tuberkulosis

dengan BTA positif. Prevalensi tuberkulosis di Kabupaten Pinrang Tahun 2008

dilaporkan jumlah penderita tuberkulosis dengan BTA positif 430 penderita. Hasil

pencapaian program di Kabupaten Pinrang tahun 2009 yaitu 1.259 kasus suspek

terdapat 449 kasus baru BTA positif, 7 kasus kambuh, 57 kasus baru BTA negatif,

hasil roentgen positif ekstra paru 3 dan kasus lain-lain 1 orang. Dengan demikian

perubahan perilaku pandangan masyarakat mengenai TB Paru merupakan kunci

keberhasilan pengobatan TB Paru.

1.2 Pernyataan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa

pernyataan masalah, yaitu:

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai TB Paru

2. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pengobatan TB Paru

3. CDR TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Lampa terbilang kurang

1.3 Tujuan

3

Page 4: Mini Project TB Baru

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk merubah perilaku dan pandangan masyarakat mengenai TB Paru di

Kelurahan Tatae.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai TB Paru

Untuk menningkatkan kesadaran masyarakat untuk berobat TB Paru

Untuk meningkatkan CDR di wilayah kerja Puskesmas Lampa

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat bagi instansi (Puskesmas):

Sebagai bahan informasi bagi Puskesmas untuk meningkatkan CDR di

Wilayah kerja puskesmas Lampa.

1.4.2 Manfaat bagi pasien:

Bagi pasien diharapkan dapat membuka wawasan dan pandangan

masyarakat mengenai TB Paru.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4

Page 5: Mini Project TB Baru

2.1.1 Definisi

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh

basil aerob yang tahan asam, Mycobacterium tuberculosis atau spesies lain yang

dekat seperti M. bovis dan M. africanum. Tuberkulosis biasanya menyerang paru-

paru tetapi dapat pula menyerang susunan saraf pusat, sistem limfatik, sistem

pernapasan, sistem genitourinaria, tulang, persendian, bahkan kulit.1

2.1.2 Etiologi

Bakteri utama penyebab penyakit tuberkulosis adalah Mycobacterium

tuberculosis. Berikut ini adalah taksonomi dari M. tuberculosis:

Sumber: National Center for Biotechnology Information(NCBI)12

M. tuberculosis berbentuk basil atau batang ramping lurus yang berukuran

kira-kira 0,2-0,4 x 2-10 µm, dan termasuk gram positif. Pada medium kultur, koloni

bakteri ini berbentuk kokus dan filamen. Identifikasi terhadap bakteri ini dapat

dilakukan melalui pewarnaan tahan asam metode ziehl-neelsen maupun tanzil, yang

mana tampak sebagai basil berwarna merah di bawah mikroskop.13

5

Page 6: Mini Project TB Baru

Gambar 2.1 Basil tuberkel (merah) di bawah mikroskop dengan pewarnaan tahan

asam13

Pada umumnya, genus mycobacterium kaya akan lipid, mencakup asam

mikolat (asam lemak rantai panjang C78-C90), lilin, dan fosfatida. Lipid dalam batas-

batas tertentu bertanggung jawab terhadap sifat tahan-asam bakteri. Selain lipid,

mycobacterium juga mengandung beberapa protein yang dapat memicu reaksi

tuberkulin, dan mengandung berbagai polisakarida.13

Mycobacterium tidak menghasilkan toksin, tetapi termasuk organisme yang

virulen sehingga bila masuk dan menetap dalam jaringan tubuh manusia dapat

menimbulkan penyakit. Bakteri ini terutama akan tinggal secara intrasel dalam

monosit, sel retikuloendotelial, dan sel-sel raksasa.13

2.1.3 Epidemiologi

TB merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia, terutama di

kawasan Asia dan Afrika. Sekitar 55% dari seluruh kasus global TB terdapat pada

negara-negara di benua Asia, 31% di benua Afrika, dan sisanya yang dalam proporsi

kecil tersebar di berbagai negara di benua lainnya.2 Secara global, pada tahun 2008

tercatat 9,4 juta kasus baru TB, dengan prevalensi 11,1 juta, dan angka kematian

berkisar 1,3 juta pada kasus TB dengan HIV negatif dan 0,52 juta pada kasus TB

dengan HIV positif. Sementara itu, hingga tahun 2007, Indonesia berada di urutan

ketiga penyumbang kasus tuberkulosis di dunia, dan termasuk ke dalam 22 high-

6

Page 7: Mini Project TB Baru

burden countries dalam penanggulangan TB.1 Tabel 2.1 berikut ini menunjukkan

kedudukan Indonesia dalam beban TB yang ditanggung di antara 22 negara lainnya di

tahun 2007.

Tabel 2.1 Insiden, Prevalensi, dan Mortalitas kasus TB di 22 negara yang termasuk

sebagai high-burden countries2

Kasus konfirmasi TB berdasarkan umur di Amerika Serikat pada tahun 2002

menunjukkan bahwa tingkat insidensi kasus TB lebih tinggi pada mereka yang

berumur di atas 65 tahun, sebagaimana yang ditunjukkan pada grafik 2.1.14

7

Page 8: Mini Project TB Baru

Grafik 2.1 Grafik kasus tuberkulosis berdasarkan kelompok usia di Amerika Serikat

tahun 2002

Sementara di Eropa, sekitar 80% orang yang terinfeksi TB ternyata berumur

di atas 50 tahun. Peningkatan insiden TB pada orang yang berusia lanjut juga terjadi

di daerah lain di dunia, seperti di kawasan Asia Tenggara.Di Indonesia, angka

insidensi TB secara perlahan bergerak ke arah kelompok usia lanjut (dengan puncak

pada 55-64 tahun), meskipun saat ini sebagian besar kasus masih terjadi pada

kelompok umur 15-64 tahun.15,16

2.1.4 Patofisiologi

Terdapat 4 stadium infeksi TB saat mikroba tersebut mulai masuk ke dalam

alveolus.

Stadium 1

Makrofag akan memfagosit basil tuberkel dan membawanya ke kelenjar limfe

regional (hilus dan mediastinum). Basil ini kemudian akan berkembang biak,

dihambat atau dihancurkan, tergantung tingkat virulensi organisme dan

pertahanan alamiah dalam hal ini kemampuan mikrobisidal makrofag. Makrofag

yang terinfeksi mengeluarkan komplemen C5a, yang memanggil monosit ke area

infeksi. Makrofag yang mengandung basil yang bermultiplikasi dapat mati dan

memanggil lebih banyak monosit.15

8

Page 9: Mini Project TB Baru

Stadium 2

Terjadi pada hari ke-7 sampai hari ke-21, basil tetap akan memperbanyak diri

sementara sistem imun spesifik belum teraktivasi dan monosit masih terus

bermigrasi ke area infeksi.15

Stadium 3

Terjadi setelah 3 minggu, ditandai oleh permulaan imunitas selular dan respon

Tdth. Makrofag alveolar, yang pada saat itu telah menjadi limfokin yang

diaktivasi oleh limfosit T, menunjukkan peningkatan kemampuan untuk

membunuh basil tuberkel intraselular. Proses ini menghasilkan kompleks ghon

dan nekrosis kaseosa yang dapat terbentuk.15

Stadium 4

Menunjukkan reaktivasi (sekunder atau post primer) stadium TB. Pada stadium

terakhir ini, basil akan lebih memperbanyak diri secara ekstraselular. Basil

tuberkel akan menyebar ke peredaran darah secara hematogen. Basil tuberkel

biasanya tetap dalam kondisi stabil sebagai dorman, sepanjang sistem imun

penjamu masih intak.

Sekitar 10% individu yang terinfeksi berkembang menjadi penyakit TB pada

waktu tertentu dalam hidupnya, tetapi risiko ini lebih tinggi pada individu dengan

penyakit defisiensi imun seperti HIV/AIDS, sering mengkonsumsi obat-obatan

terlarang, dan usia lanjut. Faktor lainnya seperti kurang gizi, kemiskinan,

individu alkoholik, juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit TB.15

2.1.5 Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisis,

radiologi, dan laboratorium.

a. Anamnesis

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.

Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk

darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,

9

Page 10: Mini Project TB Baru

malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari

satu bulan. Gejala-gejala tersebut dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain

TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.

Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang

yang datang ke unit pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut di atas, dianggap

sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan

dahak secara mikroskopis langsung.17

b. Pemeriksaan Fisis

Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan demam (subfebris), badan kurus atau

berat badan menurun, dan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia.

Pada tuberkulosis paru lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi

dan retraksi otot-otot interkostal.18

c. Pemeriksaan radiologi

Radiografi dada merupakan alat yang penting untuk diagnosis dan evaluasi

tuberkulosis. Akan tetapi, tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan

pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang

khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Foto toraks penderita

TB dapat memberikan gambaran berupa kompleks Ghon yang membentuk nodul

perifer bersama dengan kelenjar limfe hilus yang mengalami kalsifikasi. Infiltrasi

multinodular pada segmen apikal posterior lobus atas dan segmen superior lobus

bawah merupakan lesi yang paling khas pada tuberkulosis paru.17,18

d. Pemeriksaan laboratorium:

Tes tuberkulin/PPD yang paling sering digunakan adalah tes Mantoux yakni

dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin PPD (Purifed Protein Derivative)

intrakutan berkekuatan 5 TU (intermediate strength).18

Pada pemeriksaan darah saat tuberkulosis baru mulai (aktif) ditemukan jumlah

leukosit sedikit meninggi, limfosit dibawah normal, dan peningkatan laju endap

darah.18

Pada pemeriksaan sputum, kriteria sputum BTA (Bakteri Tahan Asam) positif

10

Page 11: Mini Project TB Baru

adalah bila ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman BTA pada satu

sediaan. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari,

yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa

ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB

nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan

diagnosis utama.17,18

Pemeriksaan biakan sangat berperan dalam mengidentifikasi M.tuberkulosis

pada penanggulangan TB khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang

bersangkutan masih peka terhadap OAT yang digunakan. Selama fasilitas

memungkinkan, biakan dan identifikasi kuman serta bila dibutuhkan tes

resistensi dapat dimanfaatkan dalam beberapa situasi: 1) Pasien TB yang masuk

tipe pasien kronis, 2) Pasien TB ekstra paru dan pasien TB anak, dan 3) Petugas

kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda.17

Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dapat mendeteksi DNA bakteri

tuberkulosis dalam waktu yang lebih cepat atau mendeteksi bakteri yang tidak

tumbuh pada sediaan biakan.18

Secara singkat, alur diagnosis TB paru dapat digambarkan pada skema 2.1

berikut ini.

11

Page 12: Mini Project TB Baru

Skema2.1 Alur Diagnosis TB Paru17

2.1.6 Terapi

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,

mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya

resistensi kuman terhadap OAT.17,19 Jenis, sifat, dan dosis OAT lini-1 dapat dilihat

pada tabel 2.2 berikut ini.

12

Page 13: Mini Project TB Baru

Tabel 2.2 Jenis dan sifat obat anti tuberkulosis (OAT) dan dosis yang

direkomendasikan sesuai dengan berat badan17

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:17

OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan, dan OAT tidak dapat

digunakan secara tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap

(OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO).

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi

secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.Bila pengobatan tahap

intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak

menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif

menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. Pada tahap lanjutan pasien mendapat

jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan

penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya

kekambuhan.17

13

Page 14: Mini Project TB Baru

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia:17

Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3. Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru

TB paru BTA positif, pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif, atau

pasien TB ekstra paru.

Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3. Paduan OAT ini diberikan untuk

pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya, yakni pasien yang

kambuh, pasien gagal OAT, dan pasien dengan pengobatan setelah putus

berobat (default).

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE).

Kategori Anak: 2HRZ/4HR.

Terdapat beberapa tipe penderita berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya, yaitu:15

Baru: penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah

menelan OAT < 4 minggu.

Kambuh (Relaps): penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat

pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan

lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).

Putus berobat (Default): penderita yang telah berobat dan putus berobat 2

bulan atau lebih dengan BTA positif.

Gagal (Failure): penderita yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau

kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

Kronik: penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai

pengobatan ulangan.

2.2 Tuberkulosis dengan Multidrug-Resistant (TB-MDR)

TB-MDR adalah keadaan penyakit tuberkulosis yang bakteri penyebabnya

telah menjadi resisten sekurang-kurangnya terhadap dua jenis OAT yang paling

14

Page 15: Mini Project TB Baru

efektif yaitu isoniazid dan rifampicin.8 Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi

terhadap OAT termasuk jenis MDR-TB, yaitu:

penggunaan obat yang tidak adekuat,

pemberian obat yang tidak teratur,

evaluasi dan cakupan yang tidak adekuat,

penyediaan obat yang tidak reguler, dan

program yang belum berjalan serta kurangnya tata organisasi di program.9

Pasien tuberkulosis yang disebabkan kuman resisten obat (khususnya MDR)

diobati dengan paduan obat khusus yang mengandung obat anti-tuberkulosis lini-2,

misalnya golongan aminoglikosida (misalnya kanamisin) dan golongan kuinolon.

Pengobatan untuk pasien ini setidaknya menggunakan empat obat yang masih efektif

dan pengobatan harus diberikan paling sedikit 18 bulan. Menurut WHO, pengobatan

TB-MDR diberikan selama 18-24 bulan setelah sputum konversi.8,17

Dibandingkan dengan OAT lini-1, OAT lini-2 ini jumlahnya terbatas,

efektivitasnya belum jelas, dan tidak tersedia secara gratis untuk pasien TB-MDR.

Sampai saat ini, belum ada data atau penelitian yang memberikan bukti tentang

keberhasilan pengobatan TB-MDR dengan OAT lini-2. Lebih jauh lagi, rejimen obat,

dosis, dan lama pengobatan OAT lini-2 untuk TB-MDR yang tidak sesuai dapat

mengakibatkan TB-XDR (extensively drug-resistant TB). TB-XDR ini ditandai

dengan resistensi bakteri terhadap isoniazid dan rifampicin, ditambah dengan

resistensi satu obat apapun dari golongan fluoroquinolone, dan salah satu dari OAT

jenis injeksi (amikasin, kanamisin, atau capreomisin).8

BAB III

METODE

1.1 Penetapan Topik Masalah

Sesuai pernyataan masalah yang dikemukakan pada Bab Pendahuluan,

maka topik masalah dalam mini-project ini adalah:

15

Page 16: Mini Project TB Baru

1) Bagaimana meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai TB Paru.

2) Bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

pengobatan TB Paru.

3) Bagaimana cara meningkatkan CDR TB Paru di wilayah kerja puskesmas

Lampa.

1.2 Pengumpulan Data

1.2.1 Tempat dan Waktu Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di Kelurahan Tatae pada tanggal 17-24

April 2013.

3.2.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data

secara primer dengan melakukan kunjungan ke kelurahan Tatae.

3.2.3 Populasi dan Sampel Data

Populasi yang digunakan adalah masyarakat yang ada di daerah

penelitian. Sedangkan sampel yang diambil adalah total sampling dmana

semua anggota masyarakat yang menderita batuk lama dan keluarganya ikut

terlibat.

3.3 Analisis Data

Data primer yang diperoleh berupa data kualitatif dari hasil kunjungan ke

kelurahan Tatae melalui penyuluhan, dimana hubungan sebab-akibat dianalisa

berdasarkan tinjauan pustaka dan dideskripsikan secara naratif.

3.4 Diagnosis Komunitas

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang telah lama

menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit

infeksi kronik yang disebabkan oleh basil aerob yang tahan asam, Mycobacterium

tuberculosis atau spesies lain yang dekat seperti M. bovis dan M. africanum.

16

Page 17: Mini Project TB Baru

Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru tetapi dapat pula menyerang susunan

saraf pusat, sistem limfatik, sistem pernapasan, sistem genitourinaria, tulang,

persendian, bahkan kulit.

Keberhasilan penanggulangan penyakit Tuberkulosis tidak hanya ditentukan

oleh cakupan program pemerintah, tetapi juga harus didukung oleh kesadaran

penderita dan masyarakat sekitar. Faktor pengetahuan, sikap dan praktek mempunyai

pengaruh yang besar terhadap status kesehatan individu maupun masyarakat dan

berperan penting dalam menentukan keberhasilan suatu program pencegahan;

pengobatan dan pemberantasan suatu penyakit Tuberkulosis paru.

3.5 Pelaksanaan Solusi

Bentuk intervensi yang dilakukan dalam mini-project ini berupa

penyuluhan/edukasi langsung kepada masyarakat. Hal penting yang harus

disampaikan dalam penyuluhan yaitu bagaimana gambaran penyakit TB, bagaimana

penularan penyakit, bagaimana pengobatan penyakit dan yang tidak kalah

pentingnya adalah bagaimana mencegah agar hidup kita terbebas dari infeksi TB

paru. Penjelasan mengenai isi penyuluhan dideskripsikan pada Bab Diskusi.

3.5 Evaluasi

Dibahas pada Bab Diskusi

I. PEMILIHAN INTERVENSI

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di masyarakat maka harus

ditingkatkan partisipasi puskesmas untuk melakukan penyuluhan penyakit

Tuberkulosis secara bertahap dan menyeluruh di setiap dusun, dan kelurahan di

Kecamatan Batang. Hal penting yang harus disampaikan dalam penyuluhan yaitu

bagaimana gambaran penyakit TB, bagaimana penularan penyait dan yang tidak

17

Page 18: Mini Project TB Baru

kalah pentingnya adalah bagaimana mencegah agar hidup kita terbebas dari infeksi

TB paru.

Hal lain yang dapat dilakukan adalah mengkomunikasikan hak-hak pasien TB

(TB Patient Charter) kepada kelompok-kelompok masyarakat, organisasi masyarakat,

organisasi keagamaan, penyedia pelayanan dan pihak lainnya yang terkait. Intervensi

yang dilakukan mencakup kampanye TB (Stop TB Campaign) untuk meningkatkan

pengetahuan dan dukungan untuk Stop TB secara nasional, mengurangi stigma TB

dengan cara meningkatkan jumlah tersangka TB yang memeriksakan ke fasilitas

pelayanan kesehatan, mempromosikan obat TB program yang berkualitas dan tanpa

biaya serta pengobatan pasien TB di setiap fasilitas kesehatan.

Intervensi kedua yang dilakukan adalah proteksi dini bagi pasien yang

memiliki riwayat keluarga dan lingkungan tempat tinggal dengan kasus TB paru yang

cukup tinggi. Misalnya untuk setiap individu yang memiliki faktor risiko terinfeksi

Tuberkulosis Paru diberikan INH dengan dosis yang telah ditentukan.

Intervensi ketiga yaitu dengan menegakkan diagnosis dini dan

penatalaksanaan yang cepat terhadap penderita TB Paru guna memutuskan rantai

penularan dari penderita ke orang sehat.

Intervensi keempat adalah melakukan monitoring pengobatan TB dengan memantau

setiap minggu kepatuhan pasien untuk minum obat TB dan melakukan pemeriksaan

sputum bulan ke-2, 3,4,5/6, 7/8 dan akhir pengobatan.

II. PELAKSANAAN

Deteksi dini kasus TB dilakukan melalui skrining pasien TB di poliklinik

Puskesmas Togo-Togo pada tanggal 5 Maret – 21 April 2012. Ditemukan 8 penderita

TB klinis, masing-masing 3 pasien dengan sputum BTA positive, dan 5 pasien yang

tidak mempunyai hasil sputum BTA. Untuk ketiga pasien dilakukan pengobatan TB

Kategori 1 dengan tahap Intensif selama 2 bulan dengan jumlah dosis 4 KDT (FDC)

3 tablet setiap hari. Selanjutnya untuk kelima pasien tersebut akan dilakukan

18

Page 19: Mini Project TB Baru

kunjungan secara aktif ke rumah pasien untuk melakukan pengambilan sputum dan

penyuluhan kecil dalam keluarga pasien.

III. EVALUASI

Dari ketiga kasus dengan TB paru positive dilakukan pengkajian mendalam

pada mini project ini. Maka laporan kasus yang ditemukan adalah sebagai berikut.

Identitas Pasien

Nama : Ny. SC

Umur : 46 tahun

Anamnesis

I.2 Rumusan Masalah

I.3 Tujuan

19