-
1
1. PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya alam untuk hajat hidup orang banyak
sehingga perlu dilindungi
agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta
makhluk hidup lainnya.Secara harfiah
air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau,
yang terdiri dari hidrogen dan oksigen
dengan rumus kimiawi H2O. Suatu badan air seperti sungai sebagai
badan air dari lingkungan hidup,
memiliki fungsi peruntukan bagi berbagai kegunaan baik intake
air minum, irigasi, listrik, perikanan,
pertamanan, pertanaman, peternakan, industri dan keperluan
pemukiman (domestik).
Lingkungan perairan atau hidrosfir adalah salah satu bentuk
pengelompokkan lingkungan.
Sebagian besar (71%) dari permukaan bumi tertutup oleh air.
Begitu luasnya lingkungan perairan,
sehingga sangat mempengaruhi iklim di muka bumi ini. Air di Bumi
ini jumlahnya relative konstan
karena adanya siklus hidrologi yang terjadi secara alami.
Distribusi air di bumi sebagian besar berada
di lautan dan yang berada di sekitar manusiadi daratan tidak
mencapai 1% jumlahnya. Dengan jumlah
tersebut manusia dituntut untuk dapat berbagi dan mengelola
sumber daya air sebaik baiknya karena
permasalahan kompleks yang akan timbul apabila terjadi
pencemaran dalam lingkungan perairan
(Situmorang, 2007).
Dari siklus hidrologis ini dapat dilihat adanya berbagai sumber
air tawar yang dapat pula
diperkirakan kualitas dan kuantitasnya secara sepintas
menyatakan. Sumber-sumber air tersebut antara
lain adalah :
1. Air permukaan yang merupakan air sungai dan danau
2. Air tanah yang tergantung kedalamannya
3. Air angkasa, yaitu air yang berasal dari atmosfir yaitu
hujan.
Sifat air yang penting dapat digolongkan ke dalam sifat fisis,
kimiawi, dan biologis. Sifat fisis
dari air yaitu didapatkan dalam ketiga wujudnya, yakni, bentuk
padat sebagai es, bentuk cair sebagai
air, dan bentuk gas sebagai uap air. Bentuk mana yang akan
didapatkan, tergantung keadaan cuaca
yang ada setempat. Sifat kimia dari air yaitu mempunyai pH=7 dan
oksigen terlarut (DO) jenuh pada
9 mg/L. Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis
zat dapat larut di dalam air. Air
juga merupakan cairan biologis, yakni didapat di dalam tubuh
semua organisme. Sifat biologis dari
air yaitu di dalam perairan selalu didapat kehidupan, fauna dan
flora. Benda hidup ini berpengaruh
timbal balik terhadap kualitas air (Slamet, 2002).
Berdasarkaan peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air,
pasal 8 ayat (1), klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi empat
kelas, yaitu:
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air
baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
-
2
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau untuk
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau untuk
peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman, dan atau
untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
Kualitas air merupakan salah satu faktor dalam menentukan
kesejahteraan manusia.
Kehadiran bahan pencemar di dalam air dalam jumlah tidak normal
mengakibatkan air dinyatakan
sebagai terpolusi. Air sebagai komponen lingkungan hidup dapat
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan
kondisi lingkungan hidup
menjadi buruk sehingga akan mempengaruhi kondisi kesehatan
manusia dan kehidupan mahluk hidup
lainnya.
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang
dihubungkan dengan
suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian,
kualitas air yang diinginkan akan
tergantung pada proses kegiatan itu sendiri, sebagai contoh:
kualitas air untuk kebutuhan air minum
akan berbeda dengan kualitas air untuk kebutuhan industri,
Secara umum kualitas air berhubungan
dengan kandungan bahan terlarut didalamnya. Tingkat kandungan
dari bahan tersebut akan
menentukan kelayakannya.
-
3
2. PEMBAHASAN
Parameter-parameter yang dapat digunakan sebagai penentu
kualitas air terbagi kedalam
parameter fisika, kimia, dan biologis.
2.1 Parameter Fisika
Parameter yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air
meliputi intensitas cahaya,
suhu, kecerahan, kekeruhan, dan warna air.
2.1.1 Intensitas Cahaya
Cahaya yang mencapai permukaan bumi dan permukaan perairan
terdiri atas cahaya langsung
(direct) berasal dari matahari dan cahaya yang disebarkan
(diffuse) oleh awan (yang sebenarnya juga
berasal dari cahaya matahari) (Cole, 1998). Intensitas cahaya
diukur menggunakan alat Lux meter.
Pengukuran biasanya dilakukan pada pagi, siang dan menjelang
sore hari. Intensitas cahaya yang
masuk kedalam kolom air semakin berkurang dengan bertambahnya
kedalaman perairan. Cahaya
merupakan sumber energi utama dalam ekosistem perairan. Di
perairan, cahaya memiliki dua fungsi
utama (Jeffries dan Mills, 1996):
a. Pemanas air sehingga terjadi perubahan suhu dan berat jenis
(densitas) dan selanjutnya
menyebabkan terjadinya pencampuran massa dan kimia air.
Perubahan suhu juga
mempengaruhi tingkat kesesuaian perairan sebagai akibat habitat
bagi suatu organisme
akuatik, karena setiap organisme akuatik memiliki kisaran
minimum dan maksimum bagi
kehidupannya.
b. Merupakan sumber energi bagi proses fotosintesis alga dan
tumbuhan air.
2.1.1 Suhu Air
Suhu air merupakan salah satu parameter fisika yang perlu
diperhatikan karena dapat
mempengaruhi pada laju metabolisme organisme akuatik. Setiap
organisme mempunyai persyaratan
suhu maksimum, optimum dan minimum untuk hidupnya serta
mempunyai kemampuan
menyesuaikan diri sampai suhu tertentu.
Suhu air harus diukur in situ, suhu air akan berubah
menyesuaikan dengan suhu udara di
sekitarnya. Pengukuran suhu menggunakan termometer gelas
mengandung alkohol atau raksa (Hg)
dengan ketelitian 0,1C. Pengukuran dapat dilakukan dengan
termometer elektronik yang mampu
mengukur suhu air pada berbagai kedalaman. Jika terjadi
perbedaan suhu yang tinggi, akan terjadi
perubahan reaksi biokimia di dalam kehidupan biota air, dan pada
kondisi ekstrim dapat menimbulkan
kematian biota air.
-
4
2.1.2 Kecerahan
Besarnya cahaya matahari langsung yang jatuh pada suatu tempat
tergantung pada musim,
letak geografis, waktu, sudut jatuh, tinggi tempat dari
permukaan laut dan keadaan atmosfer. Cahaya
yang jatuh pada permukaan air sebagian akan dipantulkan dan
sebagian lagi masuk kedalam air.
Cahaya yang masuk inilah yang akan menentukan kecerahan suatu
perairan. Cahaya yang masuk
dalam air akan mengalami pembiasan sehingga kecepatannya cepat
menurun kemudian menghilang
pada kedalaman tertentu. Cahaya matahari pada posisi titik
kulminasi (jam 12:00 siang) hanya dapat
menembus kedalaman air jernih sampai 100 m.
Kecerahan air sangat dipengaruhi oleh kondisi air seperti adanya
kekeruhan, kekentalan,
warna dan gelombang permukaan air. Semakin tinggi tingkat
kekeruhan air semakin dangkal cahaya
yang dapat menembus air (penetrasi cahaya). Demikian pula
semakin kental dan bergelombang
semakin pendek daya tembus cahaya dalam air. Oleh karena itu
terjadi hubungan terbalik antara
kecerahan dengan kekeruhan, kekentalan dan gelombang permukaan
air.
Kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah kecerahan dengan
jumlah cahaya matahari
yang masuk optimal sehingga proses fotosintesa dapat berjalan
seimbang dan jumlah fitoplankton
yang memadai untuk makanan ikan. Kisaran kecerahan perairan
untuk kehidupan ikan adalah 25 40
cm untuk air tawar dan 7 12 m untuk air laut. Alat untuk
mengukur kecerahan disebut dengan sechi
disk. Data kecerahan sangat penting untuk kelangsungan kehidupan
biota air laut atau terumbu
karang, juga digunakan untuk baku mutu air laut yang berhubungan
dengan pariwisata.
2.1.3 Kekeruhan (Turbidity)
Kekeruhan dalam air disebabkan oleh zat tersuspensi (tidak
larut). Ukuran partikel yang tidak
larut bervariasi dari ukuran kolod sampai ukuran partikel lumpur
kasar. Pengertian ar keruh adalah air
yang banyak mengandung partikel tersuspensi yang dapat
menghalangi penetrasi sinar matahari ke
dalam air.
Untuk pengujian kekeruhan air dilakukan dengan metode
turbidimeter. Standar kekeruhan
yaitu suspensi yang terbuat dari polimer formazin yang
dikalibrasi dengan alat Jackson Candle
Turbidimeter. Satuan yang dapat digunakan untuk menyatakan
kekeruhan dalam air adalah:
a. NTU (Nephelometric Turbidity Unit)
b. FTU (Formazin Turbidity Unit)
c. JTU (Jackson Candle Turbidity Unit)
d. mg/L SiO2
Kekeruhan air dapat terjadi karena plankton, suspensi partikel
tanah atau humus. Kekeruhan
karena suspensi koloid tanah/lumpur, terlebih lagi bila ditambah
dengan adanya hidroksida besi, maka
akan sangat berbahaya bagi ikan karena partikel tersebut dapat
menempel pada insang sehingga
-
5
insang dapat rusak dan mengakibatkan terganggunya pernapasan
ikan.Kekeruhan yang diakibatkan
oleh partikel zat padat dalam jumlah besar juga dapat
menghalangi penetrasi cahaya matahari ke
dalam air, sehingga akan mempengaruhi proses fotosintesis serta
pertumbuhan tanaman air dan
fitoplankton yang hidup di dalamnya. Akibatnya tanaman air dan
fitoplankton sebagai persediaan
pakan alami ikan dan penyedia oksigen terlarut yang dibutuhkan
ikan untuk proses respirasi
(pernapasan) dalam air berkurang.
2.1.4 Warna
Warna air di perairan dipengaruhi oleh faktor kecerahan/
kekeruhan, bahan-bahan yang
melayang baik hidup maupun yang mati, kualitas cahaya yang masuk
ke perairan, warna langit dan
warna dasar perairan. Warna air yang terlihat sering tidak
membahayakan kehidupan ikan, kecuali
oleh bahan pencemar beracun seperti asam, humus atau bahan kimia
beracun. Komponen-komponen
sistem perairan yang mempengaruhi warna suatu perairan adalah
sebagai berikut:
a. Warna hijau (hijau tua) sering dipengaruhi oleh alga biru
b. Warna kekuning-kuningan atau coklat oleh diatomae
c. Warna merah oleh zooplankton
d. Warna hijau atau coklat kuning disebabkan oleh humus
e. Warna coklat tua oleh bahan-bahan organik
Bahan anorganik juga sering memberikan warna-warna tertentu
seperti kalsium karbonat
memberikan warna kehijau-hijauan, belerang dapat memberikan
warna hijau dan besi oksida
memberikan warna merah.
2.2 Parameter Kimia
Parameter kimia air yang banyak berperan adalah pH air (derajat
keasaman), alkalinitas dan
asiditas, DO, BOD, COD, nitrat dan nitrit, dan kesadahan:
2.2.1 Nilai pH (Derajat Keasaman)
Besarnya pH suatu perairan adalah besarnya konsentrasi ion
hidrogen yang terdapat di dalam
perairan tersebut. Dengan kata lain nilai pH suatu perairan akan
menunjukkan apakah air bereaksi
asam atau basa. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan
kertas indikator, menggunakan
larutan indikator pH, dan pHmeter.
-
6
Tabel 1. Berbagai jenis larutan indikator pH
Indikator Kisaran pH
Bromcresol green 3,6-5,2
Methyl red 4,4-6,0
Bromcresol purple 5,2-6,8
Brom thymol blue 6,0-7,6
Phenol red 6,8-8,4
Thymol blue 8,0-9,6
Phenolphthalein 8,6-10,2
Secara alamiah pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dan
senyawa-senyawa yang
bersifat asam. Sebagai reaksinya nilai pH perairan akan berubah
menjadi rendah pada pagi hari,
meningkat pada siang hari dan mencapai maksimum pada sore hari
serta akan menurun kembali pada
malam hari. Oleh karena itu pengukuran pH perairan dilakukan
pada pagi dan sore hari, karena pada
saat-saat tersebut pH air mencapai puncak terendah dan
tertinggi.
2.2.2 Asiditas dan Alkalinitas
Asiditas adalah kemampuan air untuk menetralkan larutan yang
bersifat basa sedangkan
alkalinitas adalah kemampuan air untuk menetralkan larutan yang
bersifat asam (Irsyad dan
Damanhuri, 2010). Asiditas dan Alkalinitas sangat erat
hubungannya dengan pH atau derajat
keasaman, dan hal ini terjadi disebabkan oleh H+ (asam mineral,
asam organik) dan CO2 (dari
atmosfer, hasil penguraian zat organik oleh mikroorganisme)
untuk Asiditas. HCO3- (bikarbonat,
Ca(HCO3)2), CO3-2
(karbonat, Na2CO3) dan OH- (hidroksida, NaOH, Ca(OH)2) merupakan
penyebab
dari Alkalinitas. Semakin tinggi pH, maka semakin tinggi pula
nilai alkalinitas dan semakin rendah
kadar karbon dioksida (CO2) yang bebas (Safitri 2012).
Pengukuran asiditas berdasarkan SNI 06-2422-1991 (Irsyad dan
Damanhuri, 2010) adalah:
a. Asiditas metil oranye (pH air < 4,3)
b. Asiditas total (pH air < 8,3)
Pengukuran alkalinitas berdasarkan SNI 06-2422-1991 (Irsyad dan
Damanhuri, 2010) adalah:
a. Alkalinitas phenolphthalin
b. Alkalinitas total
Air yang mengandung mineral asiditas biasanya tidak disenangi
karena berhubungan dengan
masalah konsumsi manusia. Air yang mengandung asam sangat
diperhatikan karena mengandung
karakteristik korosif serta masalah biaya yang diperlukan untuk
mengontrol dan menghilangkan
substansi korosif tersebut (Sawyer et.al., 2003).
-
7
Alkalinitas berpengaruh pada pengolahan air limbah. Selain itu
alkalinitas juga berdampak
pada kesehatan lingkungan. Air dengan alkalinitas tinggi tidak
disukai oleh konsumen. Air yang
diolah secara kimiawi terkadang memiliki nilai pH yang lebih
tinggi. Karena itu diperlukan adanya
standar pH untuk air di masyarakat.
2.2.3 DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut dalam air sangat menentukan kehidupan di
perairan , karena oksigen tidak
hanya berfungsi untuk pernapasan (respirasi) ikan, tetapi juga
untuk penguraian atau perombakan
bahan organik yang ada di dasar kolam. Konsentrasi oksigen
terlarut dalam perairan mengalami
fluktuasi selama sehari semalam (24 jam). Konsentrasi terendah
terjadi pada waktu subuh (dini hari)
kemudian meningkat pada siang hari dan menurun kembali pada
malam hari. Perbedaan konsentrasi
oksigen terlarut tertinggi terdapat pada perairan yang mempunyai
kepadatan planktonnya tinggi dan
sebaliknya.
Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain suhu, kadar garam
(salinitas) perairan, pergerakan air dipermukaan air, luas
daerah permukaan perairan yang terbuka,
tekanan atmosfer dan persentase oksigen sekelilingnya. Bila pada
suhu yang sama konsentrasi oksigen
terlarut sama dengan jumlah kelarutan oksigen yang ada di dalam
air, maka air tersebut dapat
dikatakan sudah jenuh dengan oksigen terlarut. Bila air
mengandung lebih banyak oksigen terlarut
daripada yang seharusnya pada suhu tertentu, berarti oksigen
dalam air tersebut sudah lewat jenuh
(super saturasi). Apabila dikaitkan dengan tekanan udara dan
suhu, maka kelarutan oksigen dalam air
akan menurun dengan menurunnya tekanan udara dan suhu. Oksigen
terlarut diukur dengan dua cara
yaitu dengan DO meter dan metode modifikasi azida
dilaboratorium. Kisaran DO yang baik minimal
3 ppm, dan optimum 4-7 ppm.
2.2.4 BOD ( Biochemical Oxygen Demand )
BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen
menunjukkan jumlah oksigen
terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau
mengoksidasi bahan-bahan
buangan di dalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi yang
ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa
oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan
yang membutuhkan oksigen tinggi.
Konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengoksidasi air pada
suhu 20C selama 5 hari, dan nilai
BOD yang menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi dapat
diketahui dengan menghitung selisih
konsentrasi oksigen terlarut sebelum dan sesudah inkubasi dalam
mg/liter atau ppm (Hardjojo dan
Djokosetiyanto, 2005).
-
8
BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses
respirasi mikroba aerob yang
terdapat pada botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 20C
selama 5 hari dalam keadaan tanpa
cahaya (Boyd, 1982).
Tabel 2. Derajat pencemaran suatu badan perairan
Kisaran BOD5 (mg/l) Kriteria Kualitas Perairan
2,9 Tidak tercamar
3,0 5,0 Tercemar ringan
5,1- 14,9 Tercemar sedang
15,0 Tercemar berat
Pemeriksaan BOD dilakukan dengan beberapa metoda antara lain
:
a. Metode langsung
b. Metode pengenceran
Hasil pengukuran parameter BOD diperlukan untuk:
a. Menentukan tingkat pencemaran dalam air yang disebabkan oleh
zat organik;
b. Studi dan evaluasi kemampuan badan air dalam proses self
purification;
c. Evaluasi suatu system pengolahan air dalam menurunkan senyawa
organic dalam air limbah.
Menurut Hardjojo dan Djokosetiyanto (2005) menyatakan bahwa
dalam uji BOD mempunyai
beberapa kelemahan, diantaranya adalah:
a. Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh
bahan-bahan anorganik atau
bahan bahan tereduksi lainnya yang disebut juga intermediate
oxygen demand;
b. Uji BOD memerlukan waktu yang cukup lama yaitu minimal lima
hari;
a. Uji BOD yang dilakukan selama 5 hari masih belum dapat
menunjukkan nilai total BOD
melainkan hanya kira-kira 68% dari total BOD;
b. Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat didalam air
tersebut, misalkan adanya
germisida seperti chlorine yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang
dibutuhkan untuk merombak bahan organik, sehingga hasil uji BOD
menjadi kurang teliti.
2.2.5 COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi senyawa organik
yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7
digunakan sebagai sumber oksigen
(oxidizing agent) (Saed, 2012). COD adalah jumlah oksigen yang
diperlukan agar bahan buangan
yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik
yang dapat didegradasi secara biologis
maupun yang sukar didegradasi.
-
9
Prinsip pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu
kalium bikromat (K2Cr2O7)
sebagai oksidator pada sampel (dengan volume diketahui) yang
telah ditambahkan asam pekat dan
katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu.
Selanjutnya, kelebihan kalium
bikromat ditera dengan cara titrasi. Dengan demikian kalium
bikromat yang terpakai untuk oksidasi
bahan organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat
ditentukan. Pengujian COD dapat
dilakukan dengan:
a. Refluks Tertutup (Metode Titimetri)
b. Refluks Tertutup (Metode Kolorimetri)
Dampak COD pada lingkungan antara lain bila tingkat konsentrasi
COD tinggi di dalam air
maka akan menyebabkan terjadinya penurunan oksigen terlarut di
dalam air. Akibatnya konsentrasi
COD di dalam air menjadi rendah bahkan habis sehingga makhluk
hidup yang terdapat di dalam air
tidak terpenuhi oksigennya dan menjadi mati.
Faktor yang dapat mempengaruhi nilai perhitungan COD:
a. Terdapat bahan organik volatile dalam sampel yang dapat yang
menyebabkan hasil
pengukuran lebih rendah dari COD sebenarnya.
b. Terdapat spesi reduksi yang menyebabkan hasil pengukuran
lebih tinggi dari pengukuran
sebenarnya.
c. Penyimpanan senyawa K2Cr2O7 yang disimpat di tempat terang
sehingga mudah teroksidasi
oleh sinar ultraviolet.
Data COD banyak digunakan dalam menganalisis limbah dalam suatu
industri. Data tersebut
digunakan sebagai informasi yang bernilai dalam merancang
penentuan dan control kandungan
limbah cair dalam suatu sistem pengolahan limbah. COD tersebut
akan menunjukan kondisi limbah
(toksik dan bahan organik) (Sawyer et al, 2003).
2.2.6 Nitrit (NO2) dan Nitrat (NO3)
Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan
nitrat (nitrifikasi) dan antara
nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi). Oleh karena itu,
nitrit bersifat tidak stabil dengan
keberadaan oksigen. Kandungan nitrit pada perairan alami
mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/L.
Kadar nitrit yang lebih dari 0,06 mg/L adalah bersifat toksik
bagi organisme perairan. Keberadaan
nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan
bahan organik yang memiliki
kadar oksigen terlarut yang rendah.
Nitrit yang dijumpai pada air minum dapat berasal dari bahan
inhibitor korosi yang dipakai di
pabrik yang mendapatkan air dari sistem distribusi PDAM. Nitrit
juga bersifat racun karena dapat
bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, sehingga darah tidak
dapat mengangkut oksigen,
disamping itu juga nitrit membentuk nitrosamin (RRN-NO) pada air
buangan tertentu dan dapat
-
10
menimbulkan kanker. Peningkatan nitrat dalam air tanah merupakan
masalah nyata ketika
terakumulasi di sungai, nitrat yang memperkaya air tanah dapat
berkontribusi untuk eutrofikasi,
sebuah proses dimana populasi alga meledak, terutama populasi
alga biru-hijau. Hal ini juga dapat
menyebabkan kematian kehidupan akuatik karena permintaan yang
berlebihan untuk oksigen.
Meskipun tidak secara langsung beracun untuk ikan hidup (seperti
amonia), nitrat dapat memiliki efek
tidak langsung pada ikan jika berkontribusi untuk eutrofikasi
ini. Sedangkan Oksida nitrogen seperti
NO dan NO2 berbahaya bagi manusia karena bersifat
karsinogenik.
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrient utama
bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat sangat mudah larut
dalam air dan bersifat stabil. Senyawa
ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di
perairan. Nitrifikasi yang merupakan
proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses
yang penting dalam siklus
nitrogendan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi ammonia
menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri
Nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan
oleh bakteri Nitrobacter. Masuknya
nitrat kedalam badan sungai disebabkan manusia yang menbuang
kotoran dalam air sungai,kotoran
banyak mengandung amoniak. Kemungkinan lain penyebab konsentrasi
nitrat tinggi ialah
pembusukan sisa tanaman dan hewan, pembuangan industri, dan
kotoran hewan.
Cara yang digunakan untuk pengukuran nitrat dalam sampel air
adalah dengan menggunakan
metode brucine-spektrofotometri. Sedangkan pengukuran kadar
nitrit dengan menggunakan reaksi
diazotasi-spektrofotometri.
2.2.7 Kesadahan
Kesadahan air adalah salah satu parameter kimia adalah jumlah
kandungan unsur kalsium
(Ca2+
) dan magnesium (Mg2+
) dalam air yang disebut. Kesadahan dalam air disebabkan oleh
kation
logam bervalensi dua yaitu Kalsium (Ca2+
), Magnesium (Mg2+
), Stronsium (Sr2+
), Ferro (Fe2+
) dan
mangan (Mn2+
). Kontribusi terbesar penyebab kesadahan dalam air adalah
Kalsium dan Magnesium.
Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai kesadahan,
akan tetapi pengaruhnya diketahui
sangat kecil dan relatif sulit diukur sehingga diabaikan.
Kesadahan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Kesadahan sementara
b. Kesadahan Tetap (Permanen)
Kesadahan pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm CaCO3,
tingkat kekerasan (dH) atau
dengan menggunakan konsentrasi molar CaCO3. Satu satuan
kesadahan Jerman atau dH sama dengan
10 mg CaO (kalsium oksida) per liter air (10 ppm). Di Amerika,
kesadahan pada umumnya
menggunakan satuan ppm CaCO3, dengan demikian satu satuan Jerman
(dH) dapat diekspresikan
sebagai 17,8 ppm CaCO3. Sedangkan satuan konsentrasi molar dari
1 mili ekuivalen = 2,8 dH = 50
-
11
ppm. Perlu diperhatikan bahwa kebanyakan teskit pengukur
kesadahan menggunakan satuan CaCO3.
Berikut adalah kriteria kisaran kesadahan yang biasa
dipakai:
a. 0 4 dH, atau 0 70 ppm CaCO3: sangat rendah (sangat lunak)
b. 4 8 dH, atau 70 140 ppm CaCO3: rendah (lunak)
c. 8 12 dH, atau 140 210 ppm CaCO3: sedang
d. 12 18 dH, atau 210 320 ppm CaCO3: agak tinggi (agak
keras)
e. 18 30 dH, aau 320 530 ppm CaCO3: tinggi (keras)
Metode yang dapat digunakan untuk mengukur kesadahan air antara
lain adalah metode titrasi,
metode Gravimetri, metode AAS (Atomic Absorption
Spectrophotometri) dan metode titrasi
kompleksometri-EDTA. Pelunakan air sadah adalah pengurangan
ion-ion penyebab utama kesadahan
yaitu Kalsium dan Magnesium sehingga tidak mengganggu lagi.
Adapun proses pelunakan kesadahan
air terdiri dari berbagai cara, antara lain:
a. Proses Pelunakan Air Melalui Pengendapan
b. Proses Pelunakan Melalui Pertukaran Ion (Ion Exchange)
Pada air yang mempunyai kesadahan rendah akan mudah membentuk
busa apabila dicampur
dengan sabun. Sedangkan pada air yang mempunyai kesadahan tinggi
tidak akan terbentuk busa. Air
sadah menyebabkan timbulnya pengendapan (scalling) pada pipa
distribusi dan boiler di industri.
2.3 Parameter Biologi
Penentuan parameter biologi diantaranya dengan melihat total
bakteri coliform.
2.3.1 Coliform
Patogen adalah organisme pembawa penyakit. Beberapa patogen yang
telah dikenal adalah
giardia lamblia (giardiasis), cryptosporidium
(cryptosporidiosis), hepatitis A (penyakit terkait hati),
dan helminthes (cacing parasit). Beragam patogen tersebut
terdapat dalam perairan. Hal ini tidak
praktis untuk menguji semua jenis bakteri patogen secara
individual. Bakteri Coliform dapat
digunakan sebagai organisme indikator karena densitasnya
berbanding lurus dengan tingkat
pencemaran air. Keberadaan bakteri coliform umumnya menunjukkan
adanya potensi organisme
berbahaya lainnya seperti virus, protozoa, dan parasit.
Organisme indikator yang digunakan untuk
pemantauan air minum disebut total coliform. Coliform secara
alami terkandung dalam air tanah dan
permukaan (seperti danau dan sungai ). Kehadiran bakteri
coliform dalam air minum menunjukkan
bahwa telah terjadi pencemaran (kontaminasi kotoran) dalam
sistem perairan dan kemungkinan
terdapat patogen.
Ciri-ciri bakteri coliform antara lain bersifat aerob atau
anaerob fakultatif, termasuk ke dalam
bakteri gram negatif, tidak membentuk spora, dan dapat
memfermentasi laktosa untuk menghasilkan
-
12
asam dan gas pada suhu 35C-37C. Contoh bakteri coliform antara
lain Escherichia coli, Salmonella
spp., Citrobacter, Enterobacter, Klebsiella, dan lain-lain.
Adanya bakteri coliform di dalam makanan atau minuman menunjukan
kemungkinan adanya
mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik
yang berbahaya bagi kesehatan.
Bakteri coliform dapat di bedakan menjadi dua golongan yaitu
;
1) Bakteri coliform golongan fekal misalnya Escherichia coli,
merupakan bakteri yang berasal
dari kotoran hewan maupun manusia.
2) Bakteri coliform golongan non fekal misalnya Enterobakter
aerogenes, di temukan pada
hewan atau tanaman-tanaman yang telah mati.
Coliform merupakan suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai
indikator adanya polusi
kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, susu
segar, dan produk olahan susu. Salah
satu bakteri yang umum ditemukan di air tercemar yaitu
Escherichia coli. Kehadiran kelompok
bakteri ini digunakan sebagai indikator suatu produk telah
tercemar oleh feses atau kotoran manusia
dan adanya potensi patogen ditularkan melalui air yang terkait
dengan kontaminasi feses.
Gambar 1. Pengelompokkan bakteri coliform.
Bakteri coliform dalam air minum dikategorikan menjadi tiga
golongan:
1) Total coliform, termasuk bakteri yang ditemukan di dalam
tanah, air permukaan , dan kotoran
manusia atau hewan .
2) Fecal coliform adalah kelompok coliform yang spesifik berasal
dari usus dan kotoran dari
hewan atau kotoran manusia.
3) Escherichia coli (E. coli) adalah spesies utama dalam
kelompok fecal coliform.
2.3.1.1 Metode Perhitungan
Fecal dan total coliform dapat dideteksi di laboratorium dengan
menggunakan dua metode:
metode membrane filter test dan multiple tube fermentation
test.
1) Metode membrane filter test
Metode membrane filter test merupakan metode paling sederhana
yang dapat digunakan
untuk mendeteksi fecal dan total coliform.
-
13
Gambar 2. Prosedur Metode Membrane Filter Test.
Sejumlah sampel air disaring menggunakan membran filter yang
telah disterilisasi (diameter
pori 0,45 m). Hasil penyaringan menyebabkan bakteri terperangkap
di permukaan filter, kemudian
dipindahkan ke dalam cawan petri. Media tumbuh ditambahkan
sebgai nutrisi, kemudian
diinkubasikan pada suhu 36C mendekati suhu tubuh manusia selama
24 jam. Selama inkubasi,
koloni bakteri berkembang dari setiap unit bakteri coliform yang
terdapat pada sampel (Colony
Forming Unit, CFU). Hasil diekspesikan sebagai CFU/100 mL
sampel.
Gambar 3. Perhitungan Koloni Bakteri Metode Membrane Filter
Test.
1) Metode Multiple tube fermentation test
Prinsir dasar Multiple tube fermentation test yaitu bahwa
bakteri coliform memfermentasikan
laktosa untuk membentuk gas karbondioksida.
-
14
Gambar 4. Prosedur Metode Multiple Tube Fermentation Test.
Sampel air yang telah diencerkan ditambahkan ke dalam larutan
laktosa dan diinkubasi
selama 48 jam pada 36C. Gelembung gas yang dihasilkan selama
inkubasi menunjukkan adanya
bakteri coliform.
Gambar 5. Perhitungan Koloni Bakteri Metode Multiple Tube
Fermentation Test.
-
15
Metode ini tidak dapat merepresentasikan total bakteri secara
langsung, tetapi menunjukkan
MPN (Most Probable Number), yaitu menunjukkan kemungkinan jumlah
bakteri coliform yang
terdapat dalam 100 mL sampel. Perhitungan MPN berdasarkan pada
jumlah tabung reaksi yang
positif, yaitu tabung yang ditumbuhi oleh mikroba setelah
diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu.
Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati
timbulnya kekeruhan atau
terbentuknya gas di dalam tabung kecil (tabung Durham) yang
diletakkan terbalik, yaitu bakteri
coliform yang membentuk gas.
Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau
unit pembentuk-koloni
(colony-forming unit) dalam sampel. Namun, pada umumnya, nilai
MPN juga diartikan sebagai
perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan,
umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi
misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air,
artinya dalam sampel air tersebut
diperkirakan setidaknya mengandung 10 coliform pada setiap
gramnya. Makin kecil nilai MPN, maka
air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum.
Metode MPN memiliki limit
kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat
jangkauan nilai MPN terendah dan
nilai MPN tertinggi.
Standar analisa air untuk mengetahui adanya bakteri coliform ada
3 melalui tahapan uji yaitu:
1. Uji Duga (Presumtive Test)
Bertujuan untuk menduga adanya bakteri coli yang mempunyai sifat
mampu
memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan gas. Bakteri coli
yang diduga meliputi semua
bakteri gram negatif tdak membentuk spora, selnya membentuk sel
pendek, bersifat fakultatif
anaerob, membentuk gas dalam waktu 24 jam dari laktosa pada
temperatur 37 derajat Celsius.
Apabila terbentuk gas dalam waktu 24 jam kedua (48 jam) uji
dinyatakan meragukan. Sedangkan
apabila gas tidak terbentuk dalam waktu 48 jam uji dinyatakan
negatif. Apabila hasil uji duga negatif,
maka uji-uji berikutnya tidak perlu dilakukan karena dalam hal
ini berarti pula tidak ada bakteri coli
dalam contoh.
Untuk analisis air, dalam uji penduga di gunakan lactose broth,
sedangkan untuk contoh
lainya yang banyak mengandung bakteri asam laktat, misalnya
susu, di gunakan brilliant green lactose
bile broth (BGLBB). Bakteri asam laktat dapat memfermentasi
laktosa dan membentuk gas, hingga
dapat mengakibatkan pembacaan uji positif yang salah. BGLBB
merupakan medium selektif yang
mengandung asam bile sehingga dapat menghambat bakteri gram
positif termasuk Coliform. Inkubasi
di lakukan pada suhu 35oC selama 24-48 jam dan tabung di
nyatakan positif bila terebentuk gas
sebanyak 10 % atau lebih dari volume di dalam tabung
Durham.tabuung yang tidak menunjukan
terbentuknya gas di perpanjang lagi inkubasinya hingga 48 jam.
Jika tetap tidak terbentuk gas, di
-
16
hitung sebagai tabuung negatif. Jumlah tabuung yang positif di
hitung pad masing-masing seri. MPN
penduga dapat di hitung dengan melihat table MPN.
2. Uji Penetapan (Comfirmed Test)
Bertujuan untuk menegaskan hasil positif dari test perkiraan
media yang secara umum
digunakan adalah Brilliant Green Laktosa Bile Bronth (BGLBB 2%)
atau bisa juga menggunakan
media selektif dan diferensial untuk bakteri coli sperti misal
Endo Agar (EA). Pembacaan dilakukan
dengan melihat 24-48 jam dengan melihat tabung-tabung yang
positif. Test ini merupakan test yang
minimal harus dikerjakan untuk pemeriksaan bakteriologis air.
Terbentuknya gas dalam lactose broth
atau dalam BGLBB tidak selalu menunjukan bakteri coli karena
mikroba lainya mugkin juga ada
yang dapat memfermentasikan laktosa dengan membentuk gas,
misalnya bakteri asam laktat dan
beberapa kahmir tertentu. Oleh karena itu perlu di lakukan uji
penguat pada agar EMB.Dengan
Menggunakan jaarum ose, contoh dari tabung MPN yang menunjukan
uji penduga positif (terbentuk
gas) masing-masing di inokulasikan pada agar cawan EMB dengan
cara goresan kuadran. Semua
tabung di inkubasikan pada suhu 35oC selam 24 jam. Jumlah cawan
EMB pada masing-masing
pengenceran yang menunjukan adanya pertumbhan Coliform, baik
fekal maupun non fekal, dihitung,
dan MPN penguat dapat di hitung dari table MPN.
3. Uji Lengkap ( Completed Test)
Dari pertumbuhan koloni pada agar cawan EMB, di pilih
masing-masing satu koloni yang
mewakili Coliform fekal dan satu koloni yang mewakili Coliform
non fekal. Uji lengkap di lakukan
untuk melihat apakah isolat yang di ambil benar merupakan
bakteri Coliform. Dari masing-masing
koloni tersebut di buat perwarnaan gram, dan sisanya
masing-masing di larutkan ke dalam 3 ml
larutan pngencer steril. Dari suspensi bakteri tersebut masing
di inokulasikan menggunakan jarum ose
ke dalam tabung berisi lakose broth dan tabung Durham, dan di
goreskan pada agar miring nutrien
agar. Tabung di inkubasikan pada suhu 35oC selam 24 jam, dan di
amati pertumbuhan dan
pembentukan gas di dalam lactose broth. Koloni yang menunjukan
reaksi pewarnaan gram negatif
berbentuk batang, dan membentuk gas di dalam lactose broth
mereupakan uji lengkap adanya koloni
Coliform
Bertujuan untuk mendapatkan hasil yang betul-betul lengkap dan
memperkuat hasil uji
sebelumnya. Biasanya dengan membuat isolasi/ piaraan murni
dengan coloni yang tumbuh pada test
penetapan. Uji ulang juga dimaksudkan untuk uji ulang apakah
jasad renik yang diduga Coliform
pada uji duga memang benar. Dalam uji lengkap dapat diamati
morfologi dan fisiologi dari bakteri
yang diduga coiform. Apabila semua kriteria dipenuhi dapat
ditarik kesimpulan bahwa contoh air
mengandung bakteri coliform.
-
17
2.3.1.2 Dampak Bakteri Coliform terhadap Kesehatan
Keberadaan bakteri coliform dapat menyebabkan gangguan kesehatan
seperti diare, demam
tifoid, kolera, dan penyakit lainnya yang masuk dalam kategori
water borne disease. Escherichia coil
diketahui dapat mengakibatkan diare pada manusia dan hewan.
Adanya bakteri coliform didalam
makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan hidupnya
mikroorganisme yang bersifat
toksigenik yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Jenis-jenis dari kelompok ini antara lain
adalah Aerobacter dan Klebsiella. Kehadiran bakteri coliform
sangat besar pengaruhnya terhadap
kehidupan manusia, terbukti kualitas air minum secara
bakteriologi ditentukan oleh bakteri tersebut.
Tabel 3. Standar Bakteriologi untuk Air Minum, Pengolahan Air
Limbah, dan Sarana Rekreasi.
Peruntukan Air Total coliform
(CFU/100 mL)
Air buangan limbah 200
Sarana rekreasi 100-200
Air minum
-
18
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kualitas air secara fisik, kimia dan biologi sangatlah memegang
peranan yang sangat penting
terhadap aspek kelayakan sumberdaya air untuk dapat dikonsumsi
sebagai air bersih, oleh karena itu
untuk menjaga kondisi kualitas dialam dengan baik, diperlukan
pemahaman tentang sifat,
karakeristik, proses siklus air, kegiatan yang akan berdampak
terhadap air serta pengetahuan dasar
tentang tata cara pengolahan dan pemulihan sumberdaya air yang
agar dapat dimanfaatkan kembali.
3.2 Daftar Pustaka
Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish
Culture. Amsterdam : Elsevier Scientific
Publishing Company.
Cole, T.M dan H.H Hannan. 1990. Dissolved Oxygen Dynamics dalam
Reservoir Lymnology :
Ecological Perspectives edited by K.W Thornton; B. L Kimmel; E.R
Payne. A Wiley
Interscience Publication. New York.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan
Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius, Yogyakarta.
Hardjojo B dan Djokosetiyanto. 2005. Pengukuran dan Analisis
Kualitas Air. Edisi Kesatu, Modul 1-
6. Universitas Terbuka. Jakarta.
Irsyad, M., Damanhuri, T. P. 2010.Modul Praktikum Laboratorium
Lingkungan TL 3103. Bandung:
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung.
Jeffries, M., and D. Mills. 1996. Freshwater Ecology, Principles
and Applications. John Wiley and
Sons. Chicester UK.
Pescod, M.B. 1973. Investigation of Rational Effluen and Stream
Standard for Tropical Countries.
London: AIT.
Sawyer, C. N., McCarty, P. L., Parkin, G. F., 2003.Chemistry for
Environmental Engineering and
Science, 5th Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Situmorang, M.. 2007. Kimia Lingkungan, cetakan I, Medan:
Fakultas MIPA UNIMED. Hal: 45,115
Slamet, Juli Soemirat. 2002. Kesehatan Lingkungan. Gajahmada
University Press, Yogyakarta.