TUGAS INDIVIDU MEWUJUDKAN PERKANTORAN YANG RAMAH LINGKUNGAN
BERKONSEPKAN ECO OFFICE DI PROVINSI DKI JAKARTA SEBAGAI UPAYA
PENINGKATAN KETERBATASAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Dalam Mata Kuliah: ILMU
LINGKUNGAN
DOSEN : Dr. BETSY SIHOMBING, M.Si
DISUSUN OLEH : NUR FADLI HAZHAR FACHRIAL, ST NO REG :
7416100274
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA TAHUN 2010
2
MEWUJUDKAN PERKANTORAN YANG RAMAH LINGKUNGAN BERKONSEPKAN ECO
OFFICE DI PROVINSI DKI JAKARTA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
KETERBATASAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Sampah Perkantoran Aktivitas rumah tangga, pasar,
dan lainnya di Provinsi DKI Jakarta menyisakan 600 ribu ton sampah
setiap harinya. Dinas Kebersihan DKI Jakarta mencatat rumah tangga
menjadi penyumbang terbesar sampah dengan porsi 52,97 persen, pasar
4 persen, sekolah 5,32 persen, dan selebihnya perkantoran serta
industri sebesar 37,72 persen. Ini berarti total perkantoran dan
industri menghasilkan total sampah berkisar 226.320 ton setiap
harinya. Kita ketahui bahwa jenis sampah yang dihasilkan oleh
perkantoran maupun industri terbanyak berupa sampah non organik
seperti kertas, peralatan perkantoran yang terbuat dari plastik,
botol minuman ringan, kardus, fiber glass sedangkan sampah yang
dihasilkan oleh industri berupa limbah cair dan padat seperti
minyak hitam (oli), cecairan kimia, peralatan industri tidak
terpakai (mesin-mesin), peralatan elektronik. Selama ini penanganan
sampah perkantoran dan limbah industri tersebut hanya dibuang
begitu saja ke tempat pembuangan sampah akhir didaerah
masingmasing. Meskipun untuk kalangan industri tertentu penanganan
sampah atau limbah industri sudah ada yang bekerja sama dengan
perusahaan pengolahan limbah untuk meminimalisir efek kepada
lingkungan. DKI Jakarta sebagai pusat
1
pemerintahan, pusat hiburan dan bisnis memiliki banyak sekali
perkantoran dan gedung-gedung bertingkat sebagai penunjang dan
fasilitas perekonomian serta pemerintahan. Penanganan limbah hasil
perkantoran baik yang berupa limbah cair maupun padat sudah
seharusnya ditangani secara serius untuk mengurangi dampak
pembuangan sampah tersebut pada lingkungan. Melakukan pengolahan
kembali atau daur ulang sampah dan limbah perkantoran menjadi
material yang dapat dipergunakan kembali sangat membantu
pelestarian lingkungan terutamanya Pepohonan di area hutan sebagai
bahan baku pembuatan kertas, kardus. Minyak bumi sebagai bahan baku
pembuatan bijih plastik untuk membuat peralatan kantor, botol
minuman kemasan. Mineral tambang seperti Magnesium, Seng (Zn),
Timah, Tembaga, Tin sebagai bahan peralatan elektronik serta Silika
bahan baku pembuatan botol minuman dari kaca. Konsumsi Air Bersih
Perkantoran Konsumsi air bersih didaerah perkotaan setiap tahun
akan terus meningkat. Seiring perkembangan wilayah DKI Jakarta
sebagai pusat pemerintahan, ekonomi dan bisnis serta pemukiman kota
hal ini perlu penanganan serius. Selama ini air bersih di DKI masih
menggunakan air tanah sebagai sumber baku yang mudah terjangkau dan
murah. Volume air tanah di DKI Jakarta terus mengalami penyusutan
hingga 66,6 juta meter kubik per tahun. Penyusutan volume air tanah
di DKI ini juga menyebabkan permukaan tanah di Jakarta terus
mengalami penurunan antara 18 hingga 18-26 centimeter setiap
tahunnya. Dengan estimasi penduduk Jakarta pada 2010 sebanyak 10
juta jiwa, seharusnya pemerintah bisa memasok kebutuhan air bersih
sebesar 150 liter untuk setiap jiwa. Sehingga total kebutuhan air
per tahun untuk wilayah DKI mencapai 547,5 juta meter kubik.
Besarnya kebutuhan tahunan akan air bersih tersebut memerlukan
perhatian dari pemegang kebijakan. Akibat yang ditimbulkan dari
pengambilan air tanah sangatlah buruk dan sekarang pun dampak
tersebut sudah kita rasakan yaitu dengan adanya intrusi air laut
yang masuk ke daratan telah menjangkau daerah utara Jakarta seperti
Kelapa Gading. Apabila hal ini dibiarkan tanpa penanganan kebijakan
akan membuat semakin buruk dan sulit ditanggulangi. Salah satu
yang
2
mudah untuk dilakukan adalah dengan upaya penghematan air.
Perkantoran, Pemukiman dan Tempat-tempat di Jakarta yang banyak
mengkonsumsi air seperti Mall dan Hotel-hotel perlu
disosialisasikan untuk penghematan penggunaan air. Area Hijau
Perkotaan Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara terus
mengalami perkembangan. Namun demikian DKI Jakarta sebagai Kota
mempunyai luas yang tertentu dan terbatas.Permintaan akan
pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan bersifat akseleratif
untuk untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, termasuk
kemajuan teknologi, industri dan transportasi, selain sering
mengubah konfigurasi alami lahan/bentang alam perkotaan juga
menyita lahan-lahan tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka
lainnya. Kedua hal ini umumnya merugikan keberadaan RTH yang sering
dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak ekonomis. Salah satu
program pembangunan lingkungan hidup yang menjadi prioritas
Pemerintah Provinsi DKI adalah penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
secara bertahap. Saat ini luas areal RTH yang baru diakui mencapai
9,3 persen dari total luas daratan DKI seluas 661,52 km2. Jika
dilihat secara proporsional Ruang Terbuka Hijau DKI sangat jauh
sekali dari yang seharusnya yaitu kurang dari 10 persen atau 6.615
ha2 dari total area keseluruhan. Fungsi Ruang Terbuka Hijau salah
satunya ialah sebagai paru-paru kota dimana pada area tersebut
ditanami sejumlah pepohononan yang nantinya dapat menyerap gas
karbondioksida (CO2) dan menghasilkan Oksigen (O2). Kebutuhan akan
RTH ini akan semakin meningkat, Populasi penduduk DKI Jakarta yang
10 juta jiwa sebagian besar beraktivitas pada siang harinya untuk
bekerja di dalam maupun diluar area perkantoran. Didalam area
perkantoran misalnya pada Gedung-gedung perkantoran, Mall, Hotel,
Restoran, Rumah Sakit, Sekolah, Instansi Pemerintah maupun Swasta,
Permukiman termasuk Apartemen, Rumah Susun, Condominium. Sedangkan
diluar area perkantoran misalnya pekerjaan yang sebagian besar
dihabiskan diluar ruangan terbuka seperti Jalan Raya
(Transportasi), Kontraktor.
3
Dampak akibat minimnya RTH ini akan sangat terasa pada tingkat
kesehatan pernafasan dimana pencemaran udara diatas ambang batas
toleransi. Sama seperti kita berada dalam ruangan berisi gas
berbahaya meskipun kita menutup hidung menggunakan masker tetapi
kita tidak dapat menghindari masuknya Gas berbahaya CO2 tersebut ke
dalam sistem pernafasan manusia. Upaya penghijauan dan pemanfaatan
lahan perkotaan secara maksimal dengan pendirian bangunan secara
vertikal untuk menghemat ruang yang sangat terbatas ini mutlak
perlu diberlakukan sehingga Ruang Terbuka Hijau di Jakarta
meningkat sebagai sarana paru-paru kota. Konsumsi Listrik
Perkantoran Kebutuhan listrik bagi Provinsi DKI Jakarta mencapai
rata-rata 20 persen dari total kebutuhan konsumsi seluruh
Indonesia. Data PT Perusahaan Listrik Negara Distribusi Jakarta
Raya Tangerang menyebutkan pada hari kerja, SeninJumat, DKI dan
sekitarnya membutuhkan listrik 5.100 megawatt (MW) per hari,
sedangkan pada hari libur sabtu dan minggu turun menjadi 4.500
4.900 MW per hari. 20 persen dari 5.100 MW tersedot pada sektor
industri besar dan menengah. Ini berarti sektor perkantoran dan
rumah tangga mengambil porsi yang jauh lebih besar yakni 80 persen.
Data dari WWF menyebutkan bahwa untuk konsumsi listrik rata-rata
per jam dari DKI Jakarta berkisar 300 MW dan ini setara dengan
mengistirahatkan satu pembangkit listrik, mampu menyalakan 900
desa. mengurangi beban biaya listrik Jakarta sekitar Rp 200 juta.
Mengurangi emisi CO2 sekitar 284 ton. Menyelamatkan lebih dari 284
pohon dan menghasilkan O2 bagi 568 orang. Artinya penghematan 1 jam
pemakaian listrik untuk konsumsi DKI Jakarta tidak lah sedikit dan
sangat significan apabila kebijakan penghematan listrik diterapkan
secara berkelanjutan. Penghematan konsumsi listrik di wilayah DKI
Jakarta dimana terdapat fasilitas perkantoran, hiburan, permukiman
sangat membantu pemerintah mengurangi penggunaan sumber daya energi
untuk pembangkit listrik yang akan berdampak pada upaya-upaya
penanggulangan perubahan iklim global, pola
4
perilaku dan perubahan gaya hidup masyarakat dalam menghemat
energi dimasa datang, Identifikasi Masalah Dari latar belakang
permasalahan di atas dapat penulis identifikasikan masalaha sebagai
berikut : 1. Masalah sampah atau limbah hasil perkantoran dan
industri di Provinsi DKI Jakarta yang dibuang ke area pembuangan
sampah akhir tercatat 37,72 persen dari total harian mencapai 600
ribu ton atau setara 226.320 ton sampah. Dan sebagian besar sampah
yang dibuang tersebut merupakan sampah atau limbah Non Organik yang
tidak dapat terurai langsung melalui proses alami 2. Masalah
konsumsi air bersih di Provinsi DKI Jakarta tercatat membutuhkan
sekitar 547, 5 juta meter kubik (M3) per tahun. Ini setara dengan
pemenuhan 150 liter air per jiwa per hari penduduk Jakarta dengan
total populasi penduduk 10 juta jiwa. 3. Penyedotan air tanah dalam
di Provinsi DKI Jakarta disebabkan Pemerintah tidak dapat memenuhi
kebutuhan sarana air bersih yang cukup dan murah untuk perkantoran,
hotel-hotel dan restoran sehingga mengakibatkan masalah lingkungan
seperti Intrusi air laut, penurunan permukaan tanah hingga mencapai
18 26 cm per tahun serta penyusutan Air Tanah dalam hingga 66 juta
meter kubik per tahun. 4. Masalah minimnya atau kritis Ruang
Terbuka Hijau (RTH) sebagai penunjang bagi ketersediaan udara
bersih bagi masyarakat perkotaan. Lahan hijau ini sebagian besar
telah beralih fungsi menjadi tempat perbelanjaan, perkantoran, dan
permukiman. Dari total luas wilayah provisnsi DKI Jakarta yaitu
661,52 Km 2, hanya tersedia lahan hijau 9,3 persen saja atau 6.615
Ha2 (6,62 Km2). 5. Permasalahan konsumsi listrik perkantoran dimana
80 persen dari 5.100 MW (Megawatt) konsumsi listrik DKI Jakarta
dialokasikan untuk perkantoran, perbelanjaan dan permukiman (20
persen adalah sektor industri besar dan menengah). DKI Jakarta
mengkonsumsi 20 persen dari total keseluruhan konsumsi listrik
Indonesia.
5
Perumusan Masalah Setelah mengidentifikasi permasalahan yang ada
di atas penulis perlu untuk merumuskan permasalahan tersebut.
Rumusan permasalahan penulis kembangkan dalam bentuk pertanyaan
yaitu : 1. Adakah solusi untuk menyelesaikan permasalahan
lingkungan seperti : Sampah/limbah perkantoran?, Ketersediaan air
bersih yang memadai untuk seluruh penduduk DKI Jakarta?, Ruang
Terbuka Hijau (RTH) yang cukup untuk mendukung populasi penduduk
dan tingkat pencemaran DKI Jakarta?, Konsumsi listrik yang tinggi
dan pendistribusian listrik yang masih kurang? 2. Apakah
implementasi peraturan dan kebijakan sebagai penyelenggara
pemerintahan DKI Jakarta untuk penanggulangan krisis lingkungan
seperti yang disebutkan diatas sudah ada? Sudahkah optimal?
Bagaimana pemerintah Provinsi DKI Jakarta mensosialisasi kebijakan
pelestarian lingkungan terhadap penduduknya untuk mendukung program
yang dicanangkan pemerintah? Tujuan makalah Tujuan penulisan
makalah ini ialah supaya penulis dan pembaca dapat memahami
permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
kemudian dicarikan penyebabnya sebagai bahan evaluasi dan penerapan
solusi penanganan krisis pelestaraian lingkungan. Secara spesifik
tujuan makalah ini antara lain : 1. Menemukan cara yang tepat
mendaur ulang sampah dan limbah perkantoran, penanggulangan
kebutuhan air bersih yang dibutuhkan masyarakat, ketersediaan ruang
yang cukup untuk udara bersih dalam perkotaan, Ketersediaan sarana
listrik yang sehat dan ramah lingkungan 2. Implementasi Standar
Internasional dalam ISO 14001 tahun 2004 melalui Konsep Eco Office
dimana kebijakan tersebut menjadi acuan yang telah diakui baik
Nasional dan Internasional.
6
BAB II PEMBAHASAN
Konsep Eco Office Istilah dalam bahasa inggrisnya Eco berasal
dari penyingkatan kata Ecology dan Office tidak lain bermakna
kantor atau perkantoran. Jadi Eco Office adalah kantor peduli
lingkungan yang telah mewujudkan penerapan sistem manajemen
lingkungan dalam kegiatan perkantoran. Tujuannya adalah menciptakan
lingkungan kantor yang bersih, indah, nyaman serta menyehatkan.
Selain itu Eco Office bertujuan juga untuk meningkatkan efektifitas
dan efisiensi pemakaian sumber daya alam. Prakteknya yang bisa
dikerjakan antara lain adalah penghematan listrik dan air,
penggunaan kertas seefisien mungkin, memilah sampah organik dan non
organik. Yang paling penting adalah mengubah perilaku. Adanya Eco
Office ini di prakarsai pertama kali di lingkungan Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) sejak tahun 2006. Sasaran diterapkannya Eco
Office tersebut adalah mengubah sikap dan perilaku individu kantor
untuk lebih peduli lingkungan dan melakukan penghematan biaya
operasional kantor terkait aspek lingkungan. Memberikan kenyamanan
bagi individu yang berada di lingkungan kantor KLH dan sekitarnya.
Sebagai salah satu pencetus konsep Eco Office, KLH juga sudah
melakukan kampanye dan sosialisasi kepada kementerian lain dan juga
perusahan-perusahan swasta untuk menerapkan Eco Office. Konsep Eco
Office ini tidak akan berjalan maksimal jika individuindividunya
belum sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Harus ada kemauan
untuk merubah perilaku, tidak akan merubah jika tidak ada kemauan.
Keuntungan tidak hanya bagi kantornya tapi bagi diri individu itu
sendiri. Lingkungan kerja yang nyaman juga bisa meningkatkan
kinerja kita dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Hal itu dapat
disiasati dengan menaruh tanaman hijau di ruangan kerja kita
misalnya. Ada tanaman di ruang kerja itu untuk menghilangkan
kejenuhan, menambah oksigen, walaupun tidak signifikan tetapi
7
cukup berpengaruh. Penggunaan karpet di lingkungan kerja
sebaiknya dikurangi karena hanya menyimpan debu yang akan
mengganggu pernafasan kita. Lebih baik lantai ubin supaya bisa
disapu dan dipel. Terdapat 5 (lima) prinsip yang dikemukakan oleh
Green Bulding Council Indonesia (GBCI) antara lain : 1.
Mengedepankan Kesehatan dan Kesejahteraan Lingkungan dalam ruangan
sangat mempengaruhi kesehatan manusia. Sebuah tempat kerja yang
efektif harus dirancang sedemikian rupa untuk mendukung dan
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan penghuninya melalui
prinsip-prinsip desain eko dan berkelanjutan membantu mencapai
tujuan ini. 2. Menyediakan Lingkungan yang Nyaman Tempat kerja yang
dirancang dan dioperasikan harus dapat memberikan tingkat
kenyamanan tinggi dari segi visual, akustik, dan termal untuk
penghuninya, yang mendukung efektivitas dan kreatifitas pekerja 3.
Desain yang Dapat Mengikuti Perubahan Menyediakan ruang dengan
tingkat fleksibilitas yang tinggi, dukungan social dan perkembangan
teknologi untuk memperkenalkan cara-cara baru bekerja, adalah dasar
inovasi di dalam desain yang dapat diterapkan. 4. Mengintegrasikan
Teknologi terkini dan Peralatan Pendukung Secara efektif
mengintegrasikan peralatan pendukung, teknologi terkini dan sistem
jaringan distribusi dan telekomunikasi dengan kondisi lingkungan
tempat bekerja saat ini untuk memungkinkan pekerja melakukan tugas
mereka dengan mudah dan lebih efisien. 5. Menyediakan Sistem
Bangunan yang Handal serta Mendidik Sumber Daya Manusia yang
tersedia Kehandalan sistem bangunan merupakan salah satu perhatian
terbesar bagi para pengguna bangunan. Hal tersebut secara langsung
mempengaruhi keselamatan, kesehatan dan kenyamanan para
penghuninya. Setiap pekerja harus mampu mengandalkan sistem
bangunan, peralatan, dan alat-alat yang tersedia agar berfungsi
dengan baik dan secara konsisten pula mereka
8
diwajibkan agar dapat menggunakan dan memeliharanya dengan baik
sesuai dengan standar pengoperasian. Untuk menentukan apakah
perkantoran itu dapat dikatakan sebagai Eco Office, oleh Green
Building Council Indonesia ditentukanlah kriteria menurut sudut
pandang yang berbeda-beda antara lain: 1. Menurut Perencanaan Ruang
atau Space planning/Facility Planning Disini kita dapat membahas
akan kebutuhan ruang seperti : Berapakah luasan ruang yang
dibutuhkan?. Siapakah penghuninya? (pimpinan atau bawahan).
Kegiatan apa sajakah yang akan terjadi didalamnya?. Lalu berapa
banyak ruang tersebut akan disediakan?. Apakah terbuka untuk umum
atau tidak?. Fasilitas apa saja disekelilingnya yang akan mendukung
ruangan tersebut?. Setelah kita mendapatkan informasi tersebut,
mulailah dengan letak dan aksesbilitas dari ruang tersebut sehingga
mudah terjangkau dan tidak merupakan territorial dari suatu bagian.
Kegiatan yang akan berlangsung didalamnya juga menentukan fasilitas
apa saja yang dibutuhkan oleh penghuni dan yang akan disediakan.
Konsep Eco mengajarkan sebisa mungkin fasilitas yang akan
disediakan dapat berbagi atau disentralisasikan sehingga menghemat
penggunaan ruang serta menghemat pengadaan barang-barang inventaris
yang akan digunakan didalamnya. Dari sini kita akan dapat menghemat
ruang yang akan digunakan dan menghemat pula dalam pengunaan
energi, air, dan material sehingga mengurangi produksi sampah.
Seiring kemajuan jaman dimana sebagian besar peralatan dan
perlengkapan bisa di sharing dan digunakan bersama maka
ruanganruangan yang tidak perlu dapat dieliminasi untuk
menjadikannya lebih hemat. Hal ini dapat memungkinkan untuk
komunikasi yang terbuka antara karyawan dan manajer mereka. Ini
adalah salah satu cara untuk meningkatkan komunikasi di tempat
kerja. Hapus bilik dan pembatas sehingga menurunkan
hambatan-hambatan yang mencegah karyawan dari komunikasi dua arah.
Desain kantor berdasarkan fungsi, kemudahan
9
penggunaan, tujuan ruang kantor dan tipe kerja yang akan
diwadahi. Buatlah pemusatan-pemusatan kecil di mana karyawan dapat
berkumpul dan mendiskusikan ide dalam ruang tersebut tanpa harus
memerlukan ruang rapat tertentu. Peng-organsasian kegiatan didalam
kantor saat ini juga dapat lebih sederhana sehingga setiap
kebutuhan yang berbeda-beda dapat disamakan solusi penyelesaiannya.
Yang tidak dapat disamakan hanya luasan ruang-ruang tertentu untuk
kedudukan yang tertentu pula serta jenis dan jumlah perabot/
furniture yang akan secara khusus juga penyediaannya. Ditinjau dari
desain tentunya lebih diutamakan melalui penyelesaian desain harus
yang mudah dalam pembuatan, pemasangan serta pemeliharaanya 2.
Menurut Jenis Bahan, Peralatan ataupun Material yang akan digunakan
Apabila kita telah mengetahui fasilitas dan kebutuhan ruang, kita
dapat mengatur sendiri jenis bahan bangunan yang akan digunakan
sehingga dapat memberikan kita pertimbangan yang matang dalam
pemakaian material yang ramah lingkungan dan murah namun masih
berkualitas tinggi. Pertanyaannya adalah apakah material ramah
lingkungan yang kita gunakan sudah dapat benar-benar mengurangi
pengunaan energi, air, sampah dan dapat menghasilkan kualitas udara
yang baik di dalam suatu ruang?. Kualitas udara di suatu ruang
menjadi sangat penting demi terciptanya tingkat kesehatan yang
tinggi bagi penghuni khususnya dalam bernafas. Material yang
digunakan tidak boleh sampai mempengaruhi atau bahkan mengganggu
aktivitas, skala gerak-gerik postur tubuh dan fungsi normal dari
sistem pengindraan kita. Sebisa mungkin material yang digunakan
juga dapat memberikan nilai lebih secara berkesinambungan seperti
halnya mudah untuk di daur ulang, walaupun mungkin kualitasnya akan
sedikit menurun setelah mereka mengalami tahap pendaur-ulangan.
Namun yang terpenting adalah adanya pengurangan jumlah pemakaian
material baru. Dengan kita menyiapkan segala sesuatunya dan
10
memberikan sarana dan prasarana yang menunjang maka pelaksanaan
Eco Office ini akan dapat tercapai. Pelaksanaan tersebut dapat
bersifat aktif maupun pasif. Contoh aktifnya: dalam usaha
pengurangan energi, kita dapat mengunakan penerangan buatan bola
lampu yang kita pakai sehari-hari dengan yang bola lampu yang hemat
energi, terlebih dapat pula digunakan sensor pengatur yang
disesuaikan dengan jenis kegiatan dan jumlah penghuni. Secara pasif
dapat dengan cara lain seperti meletakan ruang-ruang yang tidak
digunakan setiap hari di area tengah, sehingga ruang yang sering
digunakan berada di tepi-tepi bangunan dekat dengan jendela untuk
memungkinkan terciptanya penghawaan alami dan pencahayaan alami
secara bersamaan. Contoh lain mengenai isu penghematan energi dapat
kita realisasikan dengan menghemat air melalui penggunaan peralatan
dan perlengkapan sanitair yang hemat penggunaan air seperti
penggunaan closet berbasis water saving 4/3.5 liter saat flushing
atau kran yang sekali tekan selama 3 detik otomatis padam yang
dapat digunakan di tempattempat pengambian air wudhu sehingga debit
air bekas dapat dikurangi. Usahakan pembelian peralatan perkantoran
yang tidak mengambil daya listrik yang tinggi dan mengeluarkan
energi panas yang tinggi pula ke dalam ruang sehingga tidak
membebani kerja pendingin ruangan. 3. Menurut Cara Penggunaan dan
Operasinya Dalam kita mengatur kantor diperlukan ada aturan yang
akan mempengaruhi cara kerja, perilaku kita sehari-hari. Tujuan
juga perlu diperjelas sehingga sarana dan prasarana yang dapat
mendukung sudah dapat disiapkan sehingga bukan hanya sekedar konsep
semata menciptakan lingkungan yang hijau di perkantoran perlu juga
diterapkan manajemen yang mengatur dan mengajak para penggunanya
untuk menerapkan konsep hijau itu sendiri diantaranya melaksanakan
konsep 4R seperti : Reduce (pengurangan dalam penggunaan produk
yang terlalu
11
banyak mengkomsumsi energy), Reuse (menggunakan kembali segala
sesuatunya sebelum benar-benar dibuang), Recycle (mendaur ulang
sampah dan limbah yang dihasilkan), dan Refuse (menghindari
penggunaan produk-produk yang tidak ramah lingkungan. Disamping itu
perlu adanya kedisiplinan dalam waktu bekerja sehingga disarankan
untuk mengurangi bekerja diluar waktunya, sehingga konsumsi energi
terhadap peralatan pun tidak berlebihan. 4. Perilaku/Behaviour
Perubahan perilaku juga tidak kalah pentingnya karena merubah
budaya kita sehari hari menjadi dalam kehidupan untuk lebih hemat
terhadap energi, air, sampah dan pengunaan material. Dan ini tidak
lah mudah, perubahan sedikit apapun terhadap lingkungan dapat
berpengaruh terhadap perilaku yang terbentuk, ruang yang disediakan
bukan lagi sebagai wadah kegiatan namun sebagai tools untuk
kebutuhan eksternal dan internal ketika mencoba untuk
menyeimbangkan kebutuhan klien. Informasi yang tersedia bukan lagi
datang kepada kita namun kita yang akan menjemputnya, segi
arsitektur ruang yang tadinya kurang terlihat menjadi lebih
bermakna dan mempunyai identitas yang jelas, informasi yang tadinya
hanya kita simpan sekarang harus kita sebarkan untuk mendapatkan
ide, saran dan timbal balik untuk pengembangannya. Social
prescription mengalami perubahan menuju social awareness, perilaku
yang cenderung sedentary berubah menjadi mobile, proses management
by controling menjadi facilitated management, sehingga kita sebagai
pemakai sangat dituntut untuk memiliki persepsi yang sama dalam
bersikap guna membangun teamwork, interaksi, komunikasi serta
tanggung jawab namun dalam porsi yang disesuaikan dengan budaya dan
latar belakang masing-masing.
12
Arti Dan Definisi Eco Office Penjelasan mengenai Eco Office di
atas menurut sudut pandang kriteria dan prinsip-prinsipnya dapatlah
kita menarik kesimpulan bahwa Eco Office merupakan suatu konsep
masa depan tentang fungsi perkantoran yang menerapkan asas
pelestarian lingkungan yang berkesinambungan. Tolok ukur utama
bahwa suatu perkantoran modern itu sudah mengadopsi konsep Eco
Office dapat dilihat dari penerapan perencanaan fasilitas dan
ruang, pemilihan jenis bahan, peralatan ataupun material yang akan
digunakan, Strategi manajemen penerapan ke dalam bentuk operasional
sehari-hari serta perubahan perilaku individu di dalam perkantoran
tersebut yang mendukung pelestarian lingkungan. Disini lebih
konkrit lagi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Eco Office ialah
upaya-upaya dalam pelaksanaan pelestarian lingkungan tersebut yaitu
penghematan penggunaan energi seperti energi listrik dan minyak
bumi, penghematan terhadap penggunaan air, Usaha pendaur-ulangan
sampah baik organik dan non organik, penerapan teknologi terkini
dalam pemanfaatan ruang/fasilitas yang terbatas dan Usaha mengubah
perilaku manusia untuk selalu ramah lingkungan sebagai central
aktivitas dalam perkantoran. Manfaat Perkantoran Berkonsep Eco
Office Daya dukung lingkungan dalam wilayah Provinsi DKI Jakarta
memiliki keterbatasan-keterbatasan. Untuk mampu menampung populasi
penduduk dengan jumlah lebih kurang 10 juta jiwa dan memiliki
pertumbuhan meningkat setiap tahun membutuhkan ruang yang cukup
serta nyaman, air bersih, energi listrik, minyak bumi, makanan,
udara dan tempat-tempat rekreasi. Keterbatasan yang disediakan oleh
alam sekitar atau lingkungan perlu dipantau dan dicarikan solusi,
sebab kalau tidak, lingkungan secara alamiah menemukan jalan
sendiri untuk mencari keseimbangan baru menutupi keterbatasan itu
atau istilah umumnya bencana (katastropi).
13
Manusia sebagai pengelola, dan pusat aktivitas yang mampu
memikirkan, merubah daya dukung alamiah lingkungan untuk
ditingkatkan. Perkantoran adalah sektor penunjang aktivitas
perekonomian manusia. Keterbatasan ruang dan wilayah Provinsi DKI
Jakarta, Keterbatasan penyediaan sarana dan fasilitas air bersih,
Keterbatasan pengelolaan sampah dan limbah perkantoran baik yang
sifatnya organik atau sampah basah maupun sampah non organik,
Keterbatasan suplay energi listrik dan pengurangan gas CO2 untuk
pembangkit listrik menggunakan minyak bumi sebagai bahan bakar.
Kesemua keterbatasan tersebut dihitung dan dipertimbangkan sebagai
alat kontrol supaya manusia menemukan jalan keluar dari
keterbatasan-keterbatasan sehingga secara makro (menyeluruh) sektor
perkantoran khususnya yang berada di Wilayah DKI Jakarta telah
berpartisipasi meningkatkan daya dukung lingkungan. Mengatasi
Keterbatasan Ruang Terbuka Hijau Perkantoran yang telah menerapkan
konsep Eco Office akan menyediakan Ruang Terbuka Hijau dari total
luas area lahan minimum 10 persen untuk ditumbuhi aneka ragam
pepohonan dan tanaman. Menurut Peraturan Kementerian Dalam Negeri
No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan (RTHKP) Pasal 9 luas ideal RTHKP minimal 20 persen dari
luas kawasan perkotaan ini artinya perkantoran berkonsep Eco Office
setidaknya menambah ruang hijau menjadi 30 persen dan ini bukti
kontribusi kepada lingkungan yang sangat jelas. Ditambah adanya
area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari bangunan
taman (hardscape) yang terletak diatas permukaan tanah seluas
minimal 40% luas total lahan berupa roofgarden, terrace garden,dan
wallgarden. Mengatasi Keterbatasan Penyediaan Air Bersih
Perkantoran Penggunaan air bersih pada perkantoran yang menerapkan
Eco Office dibatasi maksimum 80 persen dari total kebutuhan air
bersih yang bersumber dari air primer/baku. Ini sama artinya dengan
penghematan air 20 persen tanpa harus mengurangi jumlah kebutuhan
minimum air bersih per orang menurut Standar
14
Nasional Indonesia (SNI03-7065-2005). Pemanfaatan sumber air
sebagai pengganti sumber air primer yaitu dari air hujan.
Pemanfaatan air hujan ini minimum 50 persen dari total air hujan
yang jatuh pada atap bangunan dengan memperhitungkan juga besarnya
curah hujan yang telah ditentukan BMKG untuk daerah setempat. Air
hujan kemudian ditampung menggunakan tanki berkapasitas hingga 100
persen dari air hujan yang jatuh pada atap banggunan tersebut.
Penggunaan kembali atau Reuse air yang terbuang menggunakan
teknologi filterasi alamiah maupun kimiawi juga masuk kategori
ukuran Eco Office. Hasil filterasi tersebut kemudian dipergunakan
misalnya untuk menyiram tanaman, air siram toilet dan untuk air
mesin pendingin. Target penghematan air yang mampu dicapai beragam
namun rata-rata bisa mencapai hingga 40 persen bahkan lebih.
Mengatasi Keterbatasan Suplai Energi Listrik Perkantoran Konsep Eco
Office memperhitungkan setiap 0,5 persen daya yang diperoleh dari
sumber energi baru yang terbarukan. Ini artinya Eco Office sangat
menghargai upaya pencarian sumber energi lain untuk memenuhi
kebutuhan akan daya listrik. Perhitungan penghematan listrik
ditentukan berdasarkan selisih antara perhitungan daya listrik
Baseline dengan Desain untuk melakukan penghematan tersebut.
Penilaian dihitung setelah penurunan sebesar 10 persen dari daya
Baseline dan setiap 2,5 persen penurunan kembali memperoleh poin
dengan nilai 1 hingga maksimum untuk Eco Office Platinum sebesar 20
poin (25 persen), Sehingga total penghematan menjadi 35 persen dari
Baseline. Perhitungan standar konsumsi listrik diperkantoran adalah
sekitar 15 watt/m2. katakanlah luas total perkantoran (10 lantai
dengan luas per lantai 1.000m2) = 10.000 m2 x 15 watt/m2 = 150.000
watt x 8 jam rata-rata harian penggunaan listrik = 1.200 Kwh/hari.
Dengan Eco Office konsumsi listrik mampu dikurangi hingga 35 persen
= 1.200Kwh x 35% = 420Kwh. 1.200-420 = 780 Kwh/hari dikalikan harga
listrik per Kwh Rp.1.200/Kwh berarti penghematan sebesar 420 Kwh x
Rp.1.200/Kwh = Rp.540.000/Hari. Angka penghematan tersebut cukup
besar untuk diinvestasikan misalnya untuk membeli Solar Cell,
15
sensor pemadaman arus listrik ditempat dimana penghuni
perkantoran tidak selalu menggunakan listrik. Penghematan akan
sangat signifikan dirasakan apabila kesuluruhan pengguna listrik di
DKI Jakarta berhasil menerapkan penghematan ala Eco Office di atas
maka setidaknya suplai listrik harian PLN untuk DKI Jakarta sebesar
5.100MW setelah dikurangi penggunaan listrik sektor industri (20%)
maka daya listrik yang mampu dihemat sebesar 5.100MW x 80% (diluar
sektor industri) = 4.080MW = (4.080MW x 35% penghematan) = 1.428
MW/hari. Mengatasi Keterbatasan pengelolaan sampah dan limbah
perkantoran Konsep Eco Office akan memberikan solusi terbaik dalam
penanganan sampah dan limbah perkantoran. Hal ini dikarenakan
ketentuan/aturan yang menekan pada setiap perkantoran yang telah
menerapkan Eco Office dalam pemilihan Material yang digunakan harus
bisa di Reuse (digunakan/dimanfaatkan kembali) dan di Recycle (daur
ulang). Kemudian aturan penggunaan material yang berbahaya bagi
lingkungan tidak dapat dibenarkan untuk dipakai contohnya CFC
(Chloro Fluoro Carbon) dan gas Holon untuk pemadam kebakaran.
Penggunaan material yang dimanfaatkan kembali harus minimal 10
persen dari nilai paket pengajuan pembelian material baru, poin
tambahan akan diberikan apabila material lama dimanfaatkan kembali
sebesar 20 persen dari total nilai pembelian. Ini berarti perhatian
untuk melakukan penghematan dalam hal pembelian material baru
mempertimbangkan pemakaian material lama. Standar pemasok pada
perkantoran berkonsep Eco Office menetapkan ketentuan bersertifikat
ISO 14001 atau standar sertifikasi lain yang setara. Ini untuk
memastikan penggunaan material dalam perkantoran tersebut berasal
dari pemasok yang juga memperhatikan lingkungan terhadap produk
yang dijual. Besarnya minimum 30 persen dari total nilai pembelian
material. Material daur ulang ditentukan sebesar minimal 5 persen
dari nilai total material dan pemanfaatan material terbarukan
(renewable material) minimal 2 persen. Ketentuan untuk material
yang lain ialah melarang penggunaan material kayu yang dipasok
tidak menggunakan sertifikat bebas kayu ilegal.
16
Pemanfaatan material ramah lingkungan sangat membantu dalam
menekan membeli dari produsen nakal yang tidak memperhatikan
produknya untuk pelestarian lingkungan. Penggunaan material lama
yang masih dapat dimanfaatkan sangat membantu tidak hanya dari segi
keuangan namun juga menekan pemborosan mengeksploitasi material
yang sebenarnya masih dapat dipergunakan. Dalam perkantoran
biasanya penggunaan produk turunan dari kayu seperti kertas, tisu,
kardus, furnitur kantor masih dominan dalam menyumbang pengeluaran
sampah non organik. Pengurangan sebesar 10 persen hingga 20 persen
memang tidak terasa terlalu signifikan tetapi kalau dari 600 ribu
ton sampah/hari 37,72 persen diantaranya adalah non organik
(perkantoran dan industri) berarti penghematan hingga 20 persen
menjadi (600.000 x 37,72%=226.320 ton sampah non organik x 20
persen penghematan = 45.264 ton/perhari).
17
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat penulis ungkapkan dalam makalah
ini antara lain : 1. Konsep Eco Office menawarkan solusi berupa
penghematan dan pencarian alternatif cara yang baru terhadap
pelestarian lingkungan. Khususnya permasalahan yang menyangkut
dengan area perkantoran dalam wilayah perkotaan seperti Provinsi
DKI Jakarta. 2. Solusi yang dapat diberikan antara lain penghematan
pada keterbatasan Ruang Terbuka Hijau (RTH), Konsumsi air bersih
dan listrik serta Penanganan sampah perkantoran. 3. Besarnya hasil
penghematan yang mampu diwujudkan dari penerapan konsep Eco Office
ini berkisar dari minimal 5 persen hingga 30 persen dari Baseline
atau standar semula yang disepakati. 4. Konsep Eco Office tidak
dapat terwujud apabila tidak ada intervensi kebijakan dari pemegang
wewenang atau otorita daerah karena taraf signifikan keberhasilan
baru dapat dirasakan dampaknya setelah implentasi secara
masif/menyeluruh Saran 1. Makalah ini penulis rasakan masih kurang
menyempit dan detil dalam hal pembahasanya. Untuk itu perlu
pengkajian tiap-tiap topik satu persatu untuk memperoleh lebih
dalam makna dan pembelajaran 2. kritis. 3. Makalah ini belum
mengkaji aspek penyuluhan dan sosialisasi terhadap penghuni
perkantoran sebagai pusat aktivitas atau objek pengubah, pelaku
sekaligus pelaksana. Konsep Eco Office ini perlu disandingkan
dengan kebijakan aturan pemerintahan sebagai wujud kepedulian
pelestarian lingkungan yang semakin
18
DAFTAR PUSTAKA
Chiras, Daniel D., Environmetal Science Action For Suitanable
Future, 3Rd Edition, The Benjamin/Cumming Publishing Company Inc,
California 1990. Odum, Eugene P,Ph.D. & Gary W Barrett,P.hd.,
Fundamental Of Ecology, Fifth Edition, Thomson Books/Cole,
California,2005 Soeriaatmadja, E.,Ilmu Lingkungan, Cet ke 7,
Penerbit ITB, Bandung, 1997 Green Building Council Indonesia
website: www.gbcindonesia.org ISO 14001:2004 website: www.iso.org
Kompas online website: www.Kompas.com SNI 14001:2005 website :
www.bsn.or.id Republika online website : www.Republika.co.id WWF
website : www.wwf.or.id
i
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 05/PRT/M/2008 TENTANG
PEDOMAN PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN
PERKOTAAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007
TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
PARTISIPATIF PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 30/PRT/M/2006
TENTANG PEDOMAN TEKNIS FASILITAS DAN AKSESIBILITAS PADA BANGUNAN
GEDUNG DAN LINGKUNGAN PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA NOMOR :33/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN TATACARA
PENUNJUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN SIAP BANGUN DAN PENYELENGGARA
LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI PERATURAN MENTERI
NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PERMEN/M/2006
TENTANG PETUNJUK TEKNIS KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP
BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN
HIDUP NOMOR 26 TAHUN HIDUP 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN
ii