1 BAB I MENGENAL PENELITIAN Sebelum seseorang melakukan penelitian, khususnya penelitian yang berkaitan dengan penyusunan karya ilmiah, terlebih dahulu perlu dikenalkan beberapa hal yang harus dipahami agar nantinya bisa melaksanakan penelitian dan menyusun laporannya dalam bentuk karya ilmiah dengan benar dan mudah. Hal-hal yang perlu diketahui oleh seorang peneliti sebelum melangkah lebih jauh dalam kegiatan penelitian diantaranya adalah bagaimana kaitan antara Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian, bagaimana cara menemukan kebenaran, pengertian dan prosedur penelitian, jenis-jenis penelitian, maupun rancangan yang harus disusun sebelum penelitian dilakukan. Berbagai hal itulah yang akan diuraikan dalam bab I buku ini, yang akan menjadi modal awal bagi seorang peneliti untuk bisa melaksanakan penelitiannya. 1.1. Ilmu Pengetahuan dan Penelitian Untuk bisa memahami berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan suatu penelitian, disini terlebih dahulu akan dijelaskan kaitan antara ilmu pengetahuan dan penelitian. Dari penjelasan ini akan diketahui suatu sifat dasar yang ada pada setiap manusia, yaitu “rasa ingin tahu” yang dibawa sejak manusia lahir kedunia. Kemudian juga bisa diketahui bagaimana manusia bisa menemukan suatu “kebenaran” yang dicari, terutama melalui pendekatan ilmiah. Ilmu ( sains ) adalah pengetahuan tentang fakta-fakta baik alam maupun sosial, yang berlaku secara umum dan sistematis sehingga dapat menyimpulkan Tujuan pembelajaran : setelah menyelesaikan pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui kaitan antara Ilmu Pengetahuan dan penelitian, mengetahui makna dan prosedur penelitian, dapat membedakan berbagai jenis penelitian yang ada, serta dapat membuat rancangan penelitian.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB IMENGENAL PENELITIAN
Sebelum seseorang melakukan penelitian, khususnya penelitian yang
berkaitan dengan penyusunan karya ilmiah, terlebih dahulu perlu dikenalkan
beberapa hal yang harus dipahami agar nantinya bisa melaksanakan penelitian
dan menyusun laporannya dalam bentuk karya ilmiah dengan benar dan mudah.
Hal-hal yang perlu diketahui oleh seorang peneliti sebelum melangkah lebih jauh
dalam kegiatan penelitian diantaranya adalah bagaimana kaitan antara Ilmu
Pengetahuan dengan Penelitian, bagaimana cara menemukan kebenaran,
pengertian dan prosedur penelitian, jenis-jenis penelitian, maupun rancangan
yang harus disusun sebelum penelitian dilakukan.
Berbagai hal itulah yang akan diuraikan dalam bab I buku ini, yang akan
menjadi modal awal bagi seorang peneliti untuk bisa melaksanakan
penelitiannya.
1.1. Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
Untuk bisa memahami berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan suatu
penelitian, disini terlebih dahulu akan dijelaskan kaitan antara ilmu pengetahuan
dan penelitian. Dari penjelasan ini akan diketahui suatu sifat dasar yang ada
pada setiap manusia, yaitu “rasa ingin tahu” yang dibawa sejak manusia lahir
kedunia. Kemudian juga bisa diketahui bagaimana manusia bisa menemukan
suatu “kebenaran” yang dicari, terutama melalui pendekatan ilmiah.
Ilmu ( sains ) adalah pengetahuan tentang fakta-fakta baik alam maupun
sosial, yang berlaku secara umum dan sistematis sehingga dapat menyimpulkan
Tujuan pembelajaran : setelah menyelesaikan pokok bahasan ini mahasiswa
diharapkan dapat mengetahui kaitan antara Ilmu Pengetahuan dan penelitian,
mengetahui makna dan prosedur penelitian, dapat membedakan berbagai
jenis penelitian yang ada, serta dapat membuat rancangan penelitian.
2
pernyataan-pernyataan yang didasarkan pada kaidah umum. Ilmu mencakup
lapangan yang sangat luas, menjangkau semua aspek tentang progres manusia
secara menyeluruh. Ilmu menemukan materi-materi alamiah serta memberikan
suatu rasionalisasi sebagai hukum alam, membentuk kebiasaan serta
meningkatkan keterampilan observasi, percobaan (eksperimen), klasifikasi,
analisis, serta membuat generalisasi..
Sedangkan “pengetahuan” muncul dari pemahaman manusia terhadap
kenyataan-kenyataan alam dan sosial karena manusia menggunakan
kemampuan berfikirnya. Dengan kemampuan berfikirnya itulah manusia
berusaha mencapai progress, yang berkaitan dengan upaya pemenuhan
terhadap kebutuhan manusia yang disebabkan karena “rasa ingin tahu” yang
ada pada setiap diri manusia. Inilah salah satu cirri khas manusia yakni
mempunyai rasa ingin tahu yang tidak akan pernah berhenti pada suatu titik final.
Dengan adanya rasa ingin tahu manusia yang terus menerus ini, maka ilmu akan
terus berkembang dan membantu kemampuan persepsi serta kemampuan
berfikir secara logis atau sering disebut dengan “penalaran”.
Konsep antara ilmu dan berfikir pada dasarnya adalah sama. Dalam
memecahkan masalah, keduanya ( ilmu dan berfiir ) memulai dengan adanya
rasa ingin tahu manusia dan menyangsikan/meragukan sesuatu hal yang bersifat
umum. Rasa ingin tahu manusia sendiri sebenarnya berkaitan dengan
pencarian suatu “kebenaran”, dimana manusia bisa menemukan dengan
pendekatan yang bersifat ilmiah maupun non ilmiah.
Suatu kebenaran yang ditemukan berdasar pendekatan non ilmiah (
seperti penemuan kebenaran berdasar wahyu, penemuan kebenaran berdasar
intuisi, dan sebagainya ) hanya dipercaya dan berlaku bagi orang yang
menemukan atau kelompoknya saja. Sedangkan kebenaran yang ditemukan
berdasarkan pendekatan ilmiah ( disebut dengan kebenaran ilmiah ) dilakukan
melalui “penelitian” terhadap fenomena yang ada melalui proses secara ilmiah.
Pada umumnya suatu kebenaran ilmiah dapat diterima oleh umum karena
disebabkan oleh 3 hal yaitu :
3
1. adanya koherensi, yakni kebenaran yang diperoleh itu koheren atau
konsisten dengan kebenaran sebelumnya
2. adanya korespondensi, yakni bahwa suatu pernyataan dianggap benar
jika materi yang terkandung dalam pernyataan tersebut mempunyai
hubungan (koresponden) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan itu
sendiri
3. pragmatis, yakni pernyataan dianggap benar karena mempunyai sifat
fungsional dalam kehidupan praktis.
1.2. Pengertian dan Prosedur Penelitian
Kata “penelitian atau riset” merupakan terjemahan dari kata “research”,
yang kemudian menjadi kata baku Indonesia “riset”. Kata research terdiri atas 2
kata yaitu “re” yang berarti kembali dan “to search” yang berarti mencari. Jadi
research dapat diartikan “mencari kembali”. Untuk memahami tentang makna
atau arti dari penelitian, perlu disadari terlebih dahulu bahwa pada dasarnya
penelitian itu merupakan kegiatan penyaluran dari hasrat ingin tahu manusia,
sehingga dalam penelitian itu terkandung 2 bagian pokok yaitu
1.. adanya “pertanyaan” yang membutuhkan jawaban, dan
2. “jawaban” itu sendiri.
Dalam kamus Webster ( Webster New International Dictionary )
disebutkan bahwa “research is a careful, systematic, patient study and
investigation in some field of knowledge, undertaken to establish facts of
principles”. Hampir senada dengan definisi menurut kamus Webster, Clifford
Woody mendefinisikan penelitian sebagai berikut : “research is a careful or
critical inquiry to ascertain something”.
Jadi penelitian merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan dengan
hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan
yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu.
Whitney mengutip beberapa definisi tentang penelitian, yang kemudian
diturunkan sebagai berikut : penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inquiry)
secara sistenatis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap
4
masalah-masalah yang dapat dipecahkan. Definisi yang lain menyebutkan
bahwa penelitian merupakaan suatu pencarian fakta menurut metode obyektif
yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan menghasilkan dalil atau
hukum.
Disisi lain R.M. Hutchins medefinisikan penelitian sebagai berikut :
“research is the sense of gathering data for the sake of gathering them has no
place in a University……. Research in the sense of the development, elaboration,
and refinement of principles, together with the collection and use of empirical
materials to aid in these process, is one of the highest activities of a university
and one in wich all its professors should be ngaged”.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan dimuka dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya dalam kegiatan penelitian terkandung beberapa ciri
sebagai berikut :
a. adanya suatu pencarian/penyelidikan terhadap pengetahuan baru,
atau sekurang-kurangnya sebuah pengaturan baru atau interpretasi
(tafsiran) baru
b. hasil penelitian boleh signifikan dan boleh tidak signifikan
c. aktivitasnya lebih banyak tertuju pada “to search” daripada “research”
Penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah disebut dengan
penelitian ilmiah ( scientific research ). Dalam penelitian ilmiah terkandung 2
unsur penting, yaitu unsur “observasi” atau pengamatan, dan unsur “nalar” atau
reasioning. Oleh karena penelitian berkaitan dengan kegiatan untuk mencari
jawaban atas adanya pertanyaan yang muncul, maka secara rinci dapat
dijelaskan secara umum pengertian penelitian atau riset sebagai berikut.
“Penelitian merupakan suatu kegiatan berupa pengumpulan, pengolahan,
penyajian, dan analisis data, yang dilakukan dengan metode ilmiah secara
efisien dan sistematis, yang hasilnya berguna untuk mengetahui sesuatu
keadaan atau persoalan dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan atau
untuk membuat keputusan dalam rangka pemecahan masalah atau untuk
menguji sebuah hipotesis”.
5
Kegiatan penelitian ilmiah yang sistematis dapat dilakukan dengan
mengikuti prosedur atau langkah-langkah yang secara umum bisa disebutkan
sebagai berikut :
1. Memilih masalah/topik penelitian
2. Melakukan studi pendahuluan
3. Merumuskan masalah
4. Merumuskan anggapan dasar dan hipotesis
5. Memilih pendekatan
6. Menentukan variabel dan sumber data
7. Menentukan dan menyusun instrumen
8. Mengumpulkan data
9. Melakukan analisis
10.Menarik simpulan
11.Menyusun laporan
Langkah-langkah tersebut dilakukan secara berurutan dan konsisten
antara langkah satu dengan lainnya meskipun dalam praktek seringkali beberapa
langkah dapat dilakukan secara bersamaan seperti misalnya dalam memilih
pendekatan bisa dilakukan bersamaan dengan menentukan variabel dan sumber
data atau bersamaan dengan penyusunan instrument penelitian.
Urutan langkah-langkah atau prosedur penelitian ilmiah sebagaimana
yang disebutkan dimuka dapat dijelaskan dengan gambar 1 sebagaimana yang
tertera pada halaman 6 berikut ini.
6
Gambar 1
Prosedur Penelitian
Sumber : Suharsimi Arikunto ( 1998 : 18 )
Masalah/topik
Studi pendahuluan
Rumusan masalah
Anggapan dasar danhipotesis
Memilih pendekatan
Menentukan variabel Menentukan sumber data
Menyusun instrumen
Mengumpulkan data
Analisis
Menarik simpulan
Menyusun laporan
7
1.3. Jenis-Jenis Penelitian
Banyak pendapat yang mengemukakan tentang berbagai jenis penelitian
yang bisa dilakukan seseorang; namun pada dasarnya penelitian dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yakni a). jenis penelitian yang
didasarkan pada alasan mengapa dilakukan penelitian, b). jenis penelitian yang
berdasar pada tempat dilakukannya penelitian, serta c). jenis-jenis penelitian
dilihat dari tujuan dilakukannya penelitian. Masing-masing jenis penelitian yang
ada pada setiap kelompok akan dijelaskan lebih lanjut.
Berdasarkan alasan dilakukannya penelitian, terdapat 2 jenis penelitian
yaitu penelitian dasar/murni ( basic/pure research ), dan penelitian terapan (
applied research ).
Penelitian dasar ( basic research ) adalah suatu penelitian yang
mempunyai alasan intelektual, bertujuan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan, yakni penelitian yang didasarkan pada keinginan untuk
mengetahui semata-mata dan tidak mempunyai kegunaan praktis secara
langsung. Sedangkan penelitian terapan ( applied research ) adalah penelitian
yang mempunyai alasan praktis, yaitu alasan berdasarkan pada keinginan untuk
mengetahui sesuatu dengan tujuan agar bisa menjadikan sesuatu itu lebih baik,
efektif, dn efisien.
Menurut tempat dilakukannya penelitian, terdapat 3 jenis penelitian yaitu :
penelitian perpustakaan ( library research ), penelitian laboratorium ( laboratory
research ), dan penelitian lapangan ( field research ).
Penelitian perpustakaan ( library research ) adalah penelitian yang
dilakukan dengan jalan mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen, atau
sumber-sumber data lainnya yang ada di perpustakaan atau ditempat-tempat
tersimpannya dokumen yang bersangkutan. Penelitian laboratorium ( laboratory
research ) merupakan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat
dalam laboratorium yang biasanya bersifat eksperimen dimana dimungkinkan
untuk melakukan pengontrolan terhadap pengaruh dari suatu faktor tertentu.
Sedangkan penelitian lapangan ( field research ) adalah penelitian yang
dilakukan dengan jalan mendatangi obyek yang diteliti seperti misalnya rumah
8
tangga, perusahaan, dan sebagainya. Pengumpulan data pada jenis penelitian
ini adalah dengan mendatangi sumber-sumber data atau mendekat dengan
responden baik melalui kegiatan wawancara maupun dengan cara observasi.
Sedangkan jika dilihat dari tujuan dilakukannya penelitian, terdapat 3 jenis
penelitian yaitu penelitian eksplorasi ( explorative research ), penelitian
pengembangan ( development research ), dan penelitian verifikasi ( verificative
research )
Penelitian eksplorasi ( explorative research ) adalah penelitian yang
dilakukan terhadap sesuatu yang menyebabkan terjadinya peristiwa. Jadi dalam
hal ini apabila ada peristiwa yang terjadi berulang-ulang bisa dilakukan penelitian
untuk mengetahui penyebab terjadinya peristiwa tersebut. Penelitian
pengembangan ( development research ) merupakan penelitian yang bertujuan
untuk melakukan penyempurnaan terhadap sesuatu yang sudah ada, misalnya
suatu perusahaan melakukan uji coba pengembangan produk, mula-mula dicoba
terhadap sejumlah kecil produk, dan bila ini berhasil dapat diterapkan pada
jumlah produk yang lebih besar. Sedangkan penelitian verifikasi ( verificative
research ) merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk melakukan
pengecekan terhadap kebenaran dari hasil penelitian yang sudah dilakukan.
Selain pengelompokan jenis penelitian yang dijelaskan dimuka masih
terdapat banyak jenis penelitian sesuai dengan keterkaitan antar variabel
penelitian seperti penelitian deskriptif ( descriptive research ), penelitian
korelasional ( correlational research ), penelitian komparasi ( comparative
research ), dan sebagainya.
Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah penelitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan data-data yang dikumpulkan agar bisa
memecahkan masalah penelitian dan atau menguji hipotesis. Penelitian
korelasional (correlational research) adalah penelitian yang akan menguji
keterkaitan antar variabel baik dalam bentuk hubungan maupun pengaruh.
Sedangkan penelitian komparasi (comparative research) merupakan penelitian
yang akan menguji perbedaan antara dua atau lebih variabel atau fenomena
yang terjadi.
9
1.4. Rancangan Penelitian ( Research Design )
Rancangan Penelitian ( Research Design ) atau desain riset adalah
suatu pengaturan (arrangement) daripada syarat-syarat yang diperlukan untuk
mengontrol pengumpulan data sedemikian rupa dengan tujuan untuk
mengkombinasikan segala informasi yang relevan, sesuai dengan tujuan
dilaksanakannya penelitian.
Dalam arti sempit, rancangan penelitian ( research design ) bisa berarti
prosedur pengumpulan dan analisis data; sedangkan dalam arti luas desain riset
mencakup seluruh proses perencanaan dan pelaksanaan dari suatu penelitian.
Dalam desain riset ini akan tercakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. mengidentifikasi dan memilih masalah/topik riset
2. merumuskan masalah
3. membuat definisi-definisi atau konsep-konsep dan cara pengukuran
variabel
4. menentukan metode sampling yang digunakan dan penentuan jumlah
sampel
5. menentukan teknik pengumpulan data
6. melakukan editing, coding, dan prosesing data
7. menentukan metode analisis
8. membuat rencana penulisan laporan penelitian
Selain itu, dalam merencanakan suatu penelitian, disamping harus
mengikuti prosedur sebagaimana yang dijelaskan dimuka, seorang peneliti juga
perlu memperhatikan segi administrasi penelitian. Hal-hal yang perlu
diperhatikan oleh para peneliti berkaitan dengan administrasi penelitian
diantaranya adalah : anggaran biaya penelitian, organisasi dan alokasi
personalia penelitian ( untuk penelitian kelompok ), kerjasama dengan pihak
responden, batasan daerah dan ruang lingkup penelitian, surat ijin penelitian,
jadual waktu penelitian, dan pembuatan usulan penelitian.
10
1.5. Ringkasan bab I.
Setiap manusia memiliki sifat dasar berupa “rasa ingin tahu” yang
dibawanya sejak lahir. Rasa ingin tahu itu sebenarnya berkaitan dengan
pencarian terhadap sesuatu yaitu “kebenaran”, dimana kebenaran ini bisa
diperoleh dengan 2 pendekatan yaitu pendekatan ilmiah dan pendekatan non
ilmiah.
Pencarian kebenaran melalui pendekatan ilmiah dilakukan melalui
sebuah penelitian terhadap fenomena yang terjadi dan menggunakan proses
ilmiah. Kebenaran yang diperoleh melalui pendekatan ilmiah disebut dengan
“kebenaran ilmiah”, dan kebenaran ilmiah ini bisa diterima oleh umum karena
adanya 3 sifat yakni adanya koherensi atau konsistensi dengan kebenaran
sebelumnya, adanya korespondensi atau ada hubungannya dengan obyek yang
dituju, dan adanya sifat progmatis.
Penelitian merupakan kegiatan pengumpulan data, pengolahan,
penyajian, dan analisis data yang dilakukan dengan metode ilmiah secara efisien
dan sistematis, yang hasilnya berguna untuk mengetahui sesuatu
keadaan/persoalan dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan atau untuk
membuat keputusan dalam rangka pemecahan masalah atau untuk menguji
hipotesis. Dalam kegiatan penelitian, terkandung 3 ciri yaitu :
a. adanya suatu pencarian/penyelidikan (inquiry)
b. hasil penelitian isa signifikan dan bisa tidak signifikan
c. aktivitasnya lebih banyak tertuju pada “to search” saja daripada
“research”.
Penelitian dapat dikelopokkan kedalam beberapa aspek sebagai berikut :
1. Berdasar alasan dilakukannya penelitian, ada 2 jenis penelitian yaitu
penelitian dasar ( basic research ) dan panalitian terapan ( applied research )
2. Berdasar tempat dilakukannya penelitian ada 3 jenis penelitian yaitu
penelitian perpustakaan ( library research ), penelitian laboratorium (
laboratory research ), dan penelitian lapangan ( field research )
11
3. Berdasar tujuan dilakukannya penelitian, terdapat 3 jenis penelitian yaitu
penelitian eksploratif ( explorative research ), penelitian pengembangan (
developmental research ), dan penelitian verifikasi ( verificative research )
4. Selain itu masih banyak jenis penelitian lainnya yang biasanya dilihat dari
keterkaitan antar variable atau focus analisisnya, seperti penelitian deskriptif,
penelitian korelasional, test hypothesis research, dan sebagainya.
Sebelum melakukan penelitian, disarankan peneliti membuat rancangan
penelitian ( research design ), yakni sebuah pengaturan atau aransemen dari
syarat-syarat yang diperlukan untuk mengontrol pengumpulan data sedemikian
rupa dengan tujuan untuk mengkombinasikan segala informasi yang relevan,
sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian.
1.6. Soal-Soal Latihan
1. Jelaskan mengapa suatu “kebenaran” yang ditemukan melalui pendekatan
ilmiah bisa diterima oleh umum
2. Apakah yang dimaksud dengan “penelitian”, dan jelaskan ciri apa saja yang
terkandung kegiatan penelitian
3. Jenis-jenis penelitian dapat dilihat dari berbagai aspek; sebutkan
4. Apa yang dimaksud dengan penelitian eksploratif ? berikan contohnya.
5. Jelaskan mengapa dalam kegiatan penelitian pada umumnya peneliti lebih
menekankan kegiatannya pada “to search” saja daripada “research”.
6. Apakah yang disebut dengan rancangan penelitian ( research design ), dan
mengapa peneliti disarankan membuat rancangan penelitian ini.
7. Jelaskan bagaimana alur kegiatan penelitian dilakukan.
12
BAB II
MASALAH/TOPIK PENELITIAN, KONSEP, DAN HIPOTESIS
Sebagaimana dijelaskan dalam alur kegiatan penelitian pada Bab I
dimuka, suatu penelitian akan dimulai dengan adanya masalah/topik yang akan
dipecahkan dalam penelitian tersebut. Oleh karena itu setiap peneliti hendaknya
memiliki masalah/topik yang dipilih sesuai dengan keinginan peneliti. Setelah
masalah itu dirumuskan maka peneliti bisa menentukan judul penelitian dan
kegiatan lain yang relevan dengan rumusan masalahnya.
Pada Bab II ini akan dijelaskan bagaimana peneliti memilih masalah/topik
penelitian, bagaimana membuat rumusan masalah, membuat konsep dan
definisi serta merumuskan hipotesis penelitian.
2.1. Memilih Masalah/Topik Penelitian.
Masalah timbul karena adanya tantangan, keraguan, atau kebingungan
manusia terhadap suatu fenomena, atau karena adanya celah (gap) antar
fenomena, karena adanya ambiguitas atau pengertian ganda dari suatu
fenomena, dan sebagainya. Masalah bisa muncul dari kehidupan sehari-hari,
dari membaca buku, maupun dari masalah orang lain. Masalah penelitian juga
selalu dihubungkan dengan keperluan praktis dan akademis. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa timbulnya masalah penelitian bisa berasal dari adanya
kesenjangan antara teori-teori yang dipelajari dengan keadaan nyata ( disebut
dengan teori gap ) dan dapat pula berasal dari perbedaan hasil-hasil penelitian
yang sudah dilakukan ( disebut dengan riset gap ).
Masalah yang sudah dipilih kemudian dibuat rumusannya agar bisa
dihubungkan dengan keperluan praktis dan keperluan akademis (teoritis). Tujuan
dari pemilihan dan perumusan masalah penelitian ini adalah :
Tujuan pembelajaran : Melalui pengenalan sumber permasalahan dan
pembuatan konsep/definisi, mahasiswa diharapkan dapat menyusun
rumusan masalah dan hipotesis penelitian.
13
1. mencari sesuatu yang dapat memuaskan kepentingan akademis
seseorang
2. memuaskan perhatian dan keingintahuan seseorang akan hal-hal baru
3. meletakkan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian
sebelumnya, atau sebagai dasar untuk penelitian berikutnya
4. memenuhi kebutuhan sosial
5. menyediakan sesuatu yang bermanfaat
Dalam memilih masalah/topik penelitian, terlebih dahulu peneliti harus
mengidentifikasi masalah tersebut agar bisa merumuskannya dengan baik dan
dapat dipecahkan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu seyogianya peneliti
bisa memilih masalah/topik yang baik bagi penelitiannya. Suatu masalah
penelitian yang baik adalah yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut ;
a. Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai penelitian, yakni mempunyai
kegunaan tertentu serta dapat digunakan untuk sesuatu kepentingan.
Dengan demikian masalah yang dipilih harus memiliki keaslian, menyatakan
suatu hubungan, merupakan hal yang penting, dapat diuji, dan dapat
dirumuskan.
b. Masalah harus feasible ( dapat dipecahkan ). Fisibilitas suatu masalah
hendaknya didukung oleh tersedianya data, biaya, waktu, serta syarat-syarat
lain yang memadai
c. Masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi peneliti.
Selain memiliki ciri-ciri diatas, suatu masalah penelitian yang baik dapat
memungkinkan seorang peneliti mempermasalahkan fenomena atas salah satu
dari 3 hal berikut ini.
1. Permasalahan untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena,
yang kemudian muncul penelitian deskriptif, atau penelitian historis, atau
penelitian filosofis
2. Permasalahan untuk membandingkan 2 fenomena atau lebih, yang kemudian
muncul penelitian komparatif yang dari penelitian itu peneliti dapat mencari
persamaan atau perbedaan antar fenomena serta manfaatnya
14
3. Permasalahan untuk mencari hubungan antara 2 fenomena atau lebih, yang
memunculkan penelitian korelasional, baik korelasi sejajar maupun korelasi
sebab akibat.
Berdasarkan permasalahan yang ada pada fenomena-fenomena seperti itulah
yang kemudian dijadikan dasar untuk menentukan judul penelitian dan kegiatan
lain dalam pelaksanaan penelitian.
2.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan titik tolak dari penetapan tujuan
penelitian, perumusan hipotesis, serta penetapan alat analisis yang akan
digunakan. Dengan demikian akan selalu ada konsistensi antar komponen-
komponen dalam kegiatan penelitian ilmiah. Dalam membuat rumusan masalah
ilmiah peneliti tidak diperkenankan membuat rumusan yang berhubungan
dengan etika dan moral karena hal-hal itu bersifat subyektif dan tidak bisa
dipecahkan secara ilmiah.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh seorang peneliti
dalam merumuskan masalah, yaitu :
a. masalah bisa dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan ataupun
dalam bentuk kalimat pernyataan
b. rumusan masalah harus jelas dan padat
c. rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data pendukung untuk
memecahkan masalah tersebut
d. rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis
e. rumusan masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian
2.3. Konsep atau Definisi
Agar peneliti dapat mengorganisir data sedemikian rupa sehingga
mempermudah dalam mencari hubungannya satu dengan lainnya, maka peneliti
harus membuat konsep atau definisi secara jelas. Konsep adalah suatu abstraksi
dari kegiatan (event) yang menjadi obyek penelitian. Konsep disusun dengan
15
tujuan untuk menyederhanakan pemikiran dengan jalan menggabungkan
sejumlah kejadian dibawah suatu judul yang bersifat umum.
Dalam membuat konsep atau definisi juga perlu menentukan satuan-
satuan ukuran maupun kreteria terutama untuk informasi-informasi atau data
yang bersifat kualitatif, yang harus dipecahkan atau dianalisis secara kualitatif
pula. Jika data bersifat kuantitatif maka penentuan ukuran-ukuran dan kreteria
akan lebih mudah dilakukan; tetapi jika datanya bersifat kualitatif maka perlu
ditentukan metode kuantifikasi yang akan digunakan untuk menentukan
ukuran/kreteria.
Ukuran-ukuran atau kreteria disini tidak lain adalah konsep atau definisi.
Dengan demikian penentuan konsep atau definisi ini harus benar-benar jelas
agar tidak menimbulkan keraguan atau salah penafsiran.
2.4. Anggapan Dasar dan Hipotesis
Anggapan dasar atau asumsi sangat penting dibuat sebelum seseorang
melakukan penelitian. Anggapan dasar dan hipotesis berfungsi sebagai petunjuk
(guide) dalam pengumpulan data dan analisis. Disamping itu asumsi dan
hipotesis juga bisa digunakan sebagai alat (means) untuk menghubungkan
penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan dengan penyelidikan sebelumnya.
Secara kuantitatif hipotesis berarti pernyataan tentang suatu nilai
parameter. Parameter adalah nilai sesungguhnya ( true value ) yang diperoleh
jika seluruh obyek (populasi) diselidiki satu-persatu. Dalam kamus Webster,
disebutkan definisi hipotesis sebagai berikut : “Hypothesis is an unproved theory,
proposition, supposition, etc., tentatively accepted to explain certain factor or to
provide a basic for further investigation, arguments, etc.” Jadi hipotesis adalah
suatu proposisi, kondisi, stau prinsip yang untuk sementara waktu dianggap
benar dan barangkali tanpa keyakinan, agar bisa ditarik suatu konsekuensi logis
yang dengan cara ini kemudian diadakan pengujian tentang kebenarannya
dengan menggunakan data empiris hasil penelitian.
Hipotesis bisa berupa kemungkinan jawaban dari masalah yang diteliti.
Hipotesis merupakan dugaan atau anggapan yang bijaksana dari seorang
16
peneliti, atau bisa merupakan dugaan berdasar pengalaman-pengalaman atau
teori-teori yang dipelajari. Selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan
hipotesis yang diangkat, mengumpulkan data-data penting untuk menguji
hipotesis menjadi suatu “kebenaran (tesis)”. Hal yang perlu diperhatikan oleh
peneliti adalah bahwa ia tidak boleh memaksakan agar hipoitesisnya teruji
dengan mencari data-data yang kurang relevan atau bahkan memanipulasi data.
Meskipun hipotesis sangat diperlukan dalam suatu penelitian, namun
perlu diketahui bahwa tidak semua jenis penelitian harus memiliki hipotesis. Van
Dalen, Deobold menyebutkan ada 3 bentuk interrelationship studies yang
termasuk dalam penelitian berhipotesis, yaitu : studi kasus ( case study ), studi
perbandingan ( causal comparative studies ), dan studi hubungan ( correlations
studies ). Sedangkan termasuk kedalam penelitian tidak berhipotesis
diantaranya adalah studi eksplorasi, penelitian survey, dan penelitian
pengembangan.
Beberapa persyaratan yang disarankan ada dan dimiliki oleh suatu
hipotesis agar dapat menjadi pernyataan penting dalam penelitian sebagaimana
dijelaskan oleh Borg and Gall (1979) adalah :
a. hipotesis dirumuskan secara singkat tetapi jelas
b. hipotesis harus menunjukkan dengan nyata adanya hubungan 2 variabel
atau lebih
c. hhhipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikembangkan para ahli
atau didukung oleh hasil penelitian yang relevan.
Bagaimana merumuskan hipotesis ?
Dalam penelitian, terdapat 2 jenis hipotesis yang dinyatakan, yaitu :
pertama hipotesis nol ( null hypothesis ), biasa disingkat Ho, atau disebut juga
hipotesis statistik, adalah suatu pernyataan bahwa 2 atau lebih variabel tidak
memiliki keterkaitan; dan kedua adalah hipotesis alternative atau hipotesis kerja,
biasa disingkat Ha, adalah pernyataan bahwa 2 atau lebih variabel memiliki
keterkaitan.
17
Setiap peneliti akan membuat keputusan untuk menerima atau menolak
hipotesis nol yang didasarkan atas hasil simpulan dari analisis terhadap sampel
yang kemungkinan besar mempunyai kesalahan didalam keputusan yang
diambil. Dalam pengujian hipotesis ini terdapat 2 kemungkinan kesalahan yang
dilakukan oleh peneliti, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kesalahan tipe I, yakni kesalahan yang terjadi karena memutuskan untuk
menolak hipotesis nol ( Ho ) yang benar, dinyatakan dengan
simbol α
Kesalahan tipe II, yakni kesalahan yang terjadi karena memutuskan untuk
menerima Ho yang salah, dinyatakan dengan simbol β.
Pengujian hipotesis atau disebut dengan tes signifikansi ( test of
significance ) dilakukan berdasar taraf nyata ( level of significance ) tertentu,
dengan menentukan tingkat kesalahan yang ditoleransi oleh peneliti atau eror
( α ) yang ditoleransi untuk kemudian membuat keputusan tentang diterima atau
ditolaknya hipotesis. Kemungkinan kesalahan yang dilakukan sebagaimana
disebutkan dimuka dapat dijelaskan dalam table 1 sebagai berikut.
Tabel 1
Tipe Kesalahan Dalam keputusan Pengujian Hipotesis
Keputusan
Situasi
Menerima Ho
( menolak Ha )
Menolak Ho
( menerima Ha )
Ho benar Tidak ada kesalahan
( 100 – α )
Kesalahan tipe I
( = α )
Ha benar Kesalahan tipe II
( = β )
Tidak ada kesalahan
( 100 – β )
18
2.5. Ringkasan bab II.
Kegiatan penelitian didahului dengan adanya masalah atau topic atau
tema penelitian, dimana masalah bisa muncul dari adanya kesenjangan antara
teori-teori dengan fenomena yang terjadi secara riil ( teori gap ), dan bisa juga
muncul karena adanya perbedaan dari hasil-hasil penelitian yang sudah
dilakukan ( riset gap ). Masalah yang diteliti sebaiknya masalah yang memiliki ciri
sebagai berikut :
a. memiliki nilai penelitian
b. fisibel ( dapat dipecahkan ), dan
c. sesuai dengan kualifikasi peneliti
Masalah yang sudah dipilih kemudian dibuat “rumusan masalah”, dibuat
konsep-konsepnya atau kreteria-kreterianya, agar menjadi jelas dan terfokus,
sehingga tidak menimbulkan keraguan atau salah penafsiran. Dalam membuat
rumusan masalah, perlu diperhatikan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
1. masalah bisa dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan ataupun
dalam bentuk kalimat pernyataan
2. rumusan masalah harus jelas dan padat
3. rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data pendukung untuk
memecahkan masalah tersebut
4. rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis
5. rumusan masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian
Berdasarkan rumusan masalah ini kemudian bisa dibuat pendugaan
(hipotesis) atas kemungkinan-kemungkinan hasil penelitian yang akan dilakukan,
dan selanjutnya peneliti akan bekerja atas dasar hipotesis tersebut.
2.6. Soal-Soal Latihan
1. Jelaskan darimana saja masalah penelitian timbul ?
2. Bagaimana sifat masalah yang baik untuk diteliti ?
3. Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam membuat rumusan masalah ?
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hipotesis ?
5. Jelaska pula apa fungsi hipotesis dalam sebuah penelitian !
19
BAB III
VARIABEL DAN DATA
Suatu masalah yang diangkat menjadi tema penelitian akan dijadikan
dasar dalam membuat judul penelitian, dimana di dalam judul penelitian selalu
terkandung adanya konsep-konsep yang selanjutnya disebut dengan “variabel”
penelitian. Terhadap variabel penelitian ini kemudian akan dilakukan
pengukuran variabel, dan untuk selanjutnya variabel ini akan dinyatakan dengan
pernyataan yang disebut dengan “data”.
Bab III buku ini menjelaskan tentang pengertian dan jenis variabel,
bagaimana melakukan pengukuran variabel, apa yang dinamakan data,
kegunaan data, sumber data, serta metode pengumpulan data yang bisa
digunakan oleh peneliti.
3.1. Pengertian dan Jenis Variabel
Variabel adalah konsep yang memiliki bermacam-macam nilai. Konsep
menggambarkan suatu fenomena secara abstrak, yang dibentuk dengan jalan
membuat generalisasi dari sesuatu yang khas. Konsep ini dibuat dan dihasilkan
oleh para ilmuwan secara sadar untuk keperluan ilmiah yang khas dan tertentu.
Konsep yang demikian itu dinamakan konstruksi (construct). Konsep dapat
dirubah menjadi variabel dengan cara memusatkan pada aspek tertentu dari
variabel itu sendiri. Dalam membuat model matematik/statistik, variabel biasanya
dinyatakan dalam simbol huruf tertentu.
Tujuan pembelajaran : Setelah menyelesaikan bab ini mahasiswa
diharapkan :
1. dapat membedakan jenis-jenis variabel yang ada dan dapat melakukan
pengukuran variabel
2. dapat menentukan jenis dan sumber data serta memilih metode
pengumpulan data yang tepat
20
Bagi suatu penelitian variabel akan mendapat perlakuan secara khusus
melalui pengukuran skala variabel dan penentuan indikator variabel. Penentuan
indikator variabel harus didasarkan pada teori dan asumsi yang berlaku, yang
kemudian dipilih indikator-indikator yang cocok bila diterapkan pada obyek yang
diteliti.
Penentuan indikator variabel sangat penting, terutama jika dalam
penelitian diperlukan data primer yang akan dikumpulkan dengan teknik
wawancara atau pemberian daftar pertanyaan. Hal itu disebabkan karena dasar
untuk membuat daftar pertanyaan adalah indikator variabel. Jadi dengan
demikian daftar pertanyaan ( sebagai instrument atau alat pengumpul data )
yang disusun hendaknya benar-benar bisa dijadikan wakil dari setiap indikator
variabel sehingga data yang terkumpul melalui daftar pertanyaan dapat dianalisis
dengan baik dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti.
Selain itu, variabel yang digunakan oleh peneliti dapat memiliki banyak
jenis dimana peneliti akan mengoperasikan variabel yang sudah dipilih. Berbagai
jenis variabel yang dapat dipilih dan dioperasikan oleh peneliti diantaranya dapat
disebutkan seperti dibawah ini.
1. Variabel kontinyu, adalah variabel yang nilainya dapat dinyatakan dalam
bentuk pecahan desimal tak terbatas dengan jarak jangkau tertentu.
Contoh : Variabel : berat badan, dinyatakan dalam Kg sbb :
51,5 Kg; 55,50 Kg; 55,500 Kg; dst
2. Variabel diskrit, adalah konsep yang nilainya tidak bisa dinyatakan dalam
bentuk pecahan baik pecahan biasa maupun desimal. Ada 2 macam
variabel diskrit, yaitu :
a. Diskrit dikotomi ( jika variabel itu hanya dapat dinyatakan dengan 2
kategori yang biasanya berlawanan ).
Contoh : Variabel “jenis kelamin” : wanita dan pria;
Variabel “jarak” : dekat dan jauh
b. Diskrit politom ( jika variabel itu dapat dinyatakan dengan 2 kategori atau
lebih )
21
Contoh : Variabel “Agama” : Islam, katolik, Kristen, Hindu, Budha
Variabel “tingkat pendidikan” : SD, SMP, SMA, PT
3. Variabel dependent dan independent. Jika dalam penelitian terdapat dua
kelompok variabel yang satu mempengaruhi yang lain, maka ada
kelompok variabel tergantung/terikat ( dependent variable ) dan ada
kelompok variabel bebas ( independent variable ). Variabel
terikat/tergantung ( dependent variable ) adalah variabel yang nilainya
bisa berubah karena dipengaruhi oleh kelompok variabel lain, sedangkan
variabel bebas ( independent variable ) adalah variabel yang nilainya
tidak dipengaruhi oleh kelompok variabel lainnya.
Misalnya suatu penelitian ingin menguji pengaruh kompensasi terhadap
kinerja karyawan, maka kompensasi merupakan variabel bebas (
independent ), dan kinerja karyawan merupakan variabel tergantung
(dependent).
Independent dependent
4. Variabel Moderator
Variabel moderator merupakan variabel antara, yakni variabel yang
memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap variabel lain.
Contoh : secara logika, kompensasi mula-mula mempengaruhi semangat
kerja karyawan, dan kemudian karena ada semangat kerja
maka kinerja karyawan menjadi lebih baik. Dalam hal ini
semangat kerja merupakan variabel moderator
Variabel moderator
kompensasi kinerja karyawan
kompensasi Semangat kerja kinerja
22
5. Variabel intervening
Variabel intervening adalah variabel yang dapat memperkuat atau
memperlemah variabel lain, tetapi variabel tersebut kadang-kadang sulit
diukur.
Contoh : kompetensi seseorang dapat berpengaruh terhadap karirnya,
tetapi perlu disadari bahwa perkembangan karir juga tergantung
pada nasib seseorang. Dalam hal ini nasib menjadi variabel
intervening.
Variabel intervening
6. Variabel Random
Variabel random yaitu variabel yang berpengaruh terhadap variabel lain
tetapi tidak dimasukkan kedalam model penelitian. Variabel ini menjadi
pengganggu atau error variable.
Contoh : permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh selera
konsumen, pendapatan konsumen, dan harga barang tersebut.
Jika dalam penelitian hanya memasukkan variabel pendapatan
konsumen dan harga barang, maka selera konsumen merupakan
variabel random (error variable).
kompetensi karir
nasib
23
3.2. Pengukuran Variabel
Agar hasil penelitian dapat memberikan simpulan atas analisis yang
dilakukan atau dalam rangka pengujian hipotesis, maka perlu ditetapkan teknik
pengukuran variabel yang tepat. Pengukuran variabel diperlukan untuk
membandingkan simpulan hasil penelitian dengan kondisi senyatanya.
Pada dasarnya pengukuran merupakan usaha untuk menilai sesuatu
berdasarkan satuan nilai tertentu. Dalam penelitian terdapat 2 macam desain
pengukuran variabel, yaitu yang pertama pengukuran variabel yang bertujuan
untuk memberikan nilai kuantitatif atas data kualitatif atau sebaliknya, yang
dikenal dengan istilah teknik scalling atau Scoring. Kedua, pengukuran yang
bertujuan untuk memberi nilai atas satuan atribut, yang dikenal dengan skala
pengukuran variabel.
Dalam teknik scalling/Scoring dikenal adanya 4 macam teknik yang dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Skala Likert’s.
Skala Likert’s digunakan untuk mengukur tanggapan responden atau respon
seseorang terhadap obyek yang diteliti, dengan merubah respon/jawaban
yang bersifat kualitatif menjadi kuantitatif. Skala Likert’s dimulai dengan
memberikan pertanyaan kepada responden dengan diberi alternatif jawaban
berjumlah gasal ( 3, 5, 7, 9, dst ) dimana jawaban disusun secara ordinal, dan
jawaban yang berada ditengah merupakan jawaban netral. Alternatif jawaban
itu kemudian diberi skor secara bertingkat (ordinal) dan responden diminta
memilih jawaban yang sesuai/diinginkan.
Contoh pertanyaan :
Suasana kerja pada instansi saudara sangat kondusif sehingga dapat
mendorong semangat kerja.
a. sangat setuju skor 5
b. Setuju skor 4
c. Tidak ada pendapat skor 3
d. kurang setuju skor 2
e. Tidak setuju skor 1
24
2. Skala Guttman
Skala Guttman digunakan untuk mendapatkan ketegasan jawaban
responden. Dalam skala Guttman ini disediakan 2 alternatif jawaban yang
keduanya berlawanan seperti :
a. Ya Tidak
b. Baik Buruk
c. Bersedia Tidak bersedia
Jawaban responden kemudian diberi skor dengan angka nol ( 0 ) untuk
jawaban negatif (rendah/jelek) dan angka satu ( 1 ) untuk jawaban positif
(tinggi/baik).
Contoh pertanyaan :
Apakah selama masa kerja saudara pernah memperoleh tanda jasa atau
penghargaan ?
Pernah skor 1
Belum pernah skor 0
2. Skala Semantic Diferensial
Skala Semantic Diferensial digunakan untuk mengukur sikap responden
tidak dalam bentuk pilihan ganda atau check list tetapi disusun dalam
sebuah garis dengan nilai sangat negatif diujung kiri dan nilai sangat positif
diujung kanan.
Contoh pertanyaan :
Berikan penilaian tentang kondisi lingkungan tempat kerja saudara dengan
memilih angka-angka pada garis berikut.
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
sangat buruk sangat baik
25
4. Skala Rating
Pada dasarnya skala rating hampir sama dengan skala Likert’s, yang
digunakan untuk mentransformasikan data kualitatif menjadi data kuantitatif
dengan memberi nilai atau angka rating sebagai berikut ;
Rating 1 jika jawaban sangat jelek
Rating 2 jika jawaban jelek
Rating 3 jika jawaban cukup
Rating 4 jika jawaban baik
Rating 5 jika jawaban sangat baik.
Perbedaan skala rating dengan Likert’s terletak pada jumlah alternative
jawaban pada skala rating tidak harus berjumlah ganjil, dan jika jumlah
alternatif jawabannyaa ganjil maka jawaban yang ditengah tidak
menunjukkan kondisi netral.
Sedangkan dalam desain pengukuran yang ditujukan untuk memberi nilai
pada satuan atribut yang diukur terdapat 4 tingkatan skala pengukuran variabel
sebagai berikut.
1. Skala Nominal.
Skala nominal adalah skala yang hanya digunakan untuk memberi simbol
pada kategori tertentu, sehingga pemberian nilai atau angka pada suatu
kategori tidak memiliki fungsi atau makna apa-apa. Skala Nominal
merupakan skala yang memiliki tingkatan paling rendah dalam penelitian.
Contoh : Variabel jenis kelamin
Wanita diberi simbol 1
Pria diberi simbol 2
Dalam contoh ini angka 1 dan 2 tidak berarti yang satu lebih baik dari
yang lain, tetapi hanya untuk memudahkan dalam mengukur saja
sehingga menjadi lebih tegas.
2. Skala Ordinal
Skala ordinal adalah skala pengukuran variabel dengan cara
membuat ranking atau mengurutkan tingkatan-tingkatan obyek dari yang
26
terrendah ke yang tertinggi. Ukuran ordinal bukan merupakan nilai absolut
tetapi hanya menunjukkan ranking saja. Skala ordinal ini sering dianggap
sama dengan skala Likert’s karena kesamaan urutan pemberian skor .
Contoh :
Kelompok IPK 3,20 s/d 4,00 ranking 1 skor 5
Kelompok IPK 2,40 s/d 3,19 ranking 2 skor 4
Kelompok IPK 1,60 s/d 2,39 ranking 3 skor 3
Kelompok IPK 0,80 s/d 1,59 ranking 4 skor 2
Kelompok IPK 0,00 s/d 0,79 ranking 5 skor 1
3. Skala Interval
Skala interval merupakan skala pengukuran variabel dengan
memberi nilai/angka pada setiap set dari obyek yang mempunyai sifat
ordinal, kemudian ditambah satu sifat lagi yaitu adanga “jarak yang sama
(interval)” antara ranking pertama dan berikutnya.
4. Skala Rasio.
Skala rasio adalah skala pengukuran variabel yang memiliki
tingkatan paling tinggi karena mencakup ukuran nominal, ordinal, dan
interval, kemudian ditambah satu sifat lagi yaitu keterangan tentang nilai
absolut dari obyek yang diukur.
3.3. Pengertian, Kegunaan, dan Jenis data
Dalam kamus Webster disebutkan bahwa data adalah “things known or
assumed”, yang berarti bahwa data adalah sesuatu yang diketahui dan
dianggap/diasumsikan. Dalam pengertian yang lebih luas, data berarti
keterangan-keterangan atau informasi-informasi yang diperlukan dalam suatu
penelitian sebagai bahan untuk dianalisis. Dengan demikian data dapat
memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan atau peristiwa.
Setelah dianalisis atau diolah, data sangat berguna sebagai dasar yang
obyektif dalam proses pembuatan keputusan atau kebijakan-kebijakan dalam
27
rangka pemecahan masalah. Meskipun dalam penelitian diperlukan banyak
informasi atau keterangan, tetapi agar analisis dapat dilakukan dengan baik
maka harus didukung oleh informasi atau data yang baik pula. Jadi hasil akhir
dari suatu penelitian sangat tergantung pada informasi yang diperoleh,
sedangkan akurasi informasi sangat tergantung pada data yang berhasil
dikumpulkan oleh peneliti.
Oleh karena data yang diperoleh bisa menentukan kualitas hasil suatu
penelitian, maka diharapkan setiap peneliti dapat memperoleh data yang baik.
Sifat data yang baik dipengaruhi oleh instrumen penelitian dan teknik
pengumpulan datanya. Jika data yang diperlukan merupakan sebuah estimasi
(yakni data dari sample) yang diperlukan untuk membuat keputusan terhadap
sesuatu yang bersifat universal/umum, maka data yang baik adalah data yang
memiliki standard error kecil.
Data yang dianggap baik bagi suatu penelitian adalah data yang memiliki
sifat-sifat sebagai berikut :
a. bisa dipercaya kebenarannya (reliable)
b. tepat waktu ( up to date )
c. mencakup ruang lingkup yang luas (comprehensive)
Pada tahap selanjutnya, dataakan dipergunakan sebagai alat kontrol
dalam pelaksanaan dari suatu rencana penelitian agar segera diketahui ada /
tidaknya penyimpangan-penyimpangan atau kelemahan-kelemahan yang terjadi
untuk segera diatasi atau diperbaiki. Dan terakhir data akan digunakan sebagai
dasar untuk melakukan evaluasi atas hasil kerja secara keseluruhan.
Dengan diperolehnya data yang baik bisa diharapkan adanya suatu
perencanaan yang tepat, kontrol yang efektif, serta evaluasi yang jujur. Dengan
demikian dalam suatu penelitian data memiliki beberapa manfaat/kegunaan.
Manfaat dari data dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui atau memperoleh gambaran tentang suatu keadaan
atau persoalan
2. Untuk membuat keputusan dalam rangka pemecahan masalah penelitian,
sehingga data dapat digunakan :
28
a. sebagai dasar untuk menyusun perencanaan
b. sebagai alat control dalam pelaksanaan rencana
c. sebagai dasar untuk evaluasi.
Data yang diperlukan dalam suatu penelitian bisa bermacam-macam
jenisnya. Sedangkan untuk mengetahui apa saja jenis data yang ada dapat
disebutkan adanya pembagian jenis data yang didasarkan pada beberapa aspek
berikut ini.
1. Menurut sifat datanya, terdapat dua jenis data yaitu :
a. Data kualitatif, yaitu data yang bukan berupa angka-angka tetapi
berupa keterangan-keterangan. Misalnya data tentang jenis
kelamin, ada wanita dan ada pria
b. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka. Misalnya
data tentang volume penjualan suatu perusahaan bisa 1000 unit,
1200 unit, dan seterusnya.
2. Menurut sumbernya, ada dua jenis data yaitu :
a. Data internal, yaitu data yang terjadi dalam organisasi obyek
penelitian, misalnya saja tentang gambaran umum obyek yang
diteliti seperti sejarah berdirinya perusahaaan, kapasitas produksi,
daftar kekayaan perusahaan, dan sebagainya.
b. Data eksternal, yaitu data yang terjadi diluar organisasi obyek
penelitian dan mempunyai keterkaitan dengan obyek penelitian
tersebut. Misalnya dalam mengukur pangsa pasar suatu
perusahaan selain diperlukan data penjualan dari perusahaan itu
sendiri juga diperlukan data penjualan seluruh industri, yang ini
diperoleh dari luar organisasi atau obyek penelitian
3. Menurut cara memperolehnya, terdapat dua jenis data sebagai berikut :
a. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan atau diperoleh dari
sumber utama secara langsung. Misalnya karakteristik responden
yang disampaikan sendiri oleh responden baik melalui wawancara
maupun melalui pengisian daftar pertanyaan.
29
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi
berupa publikasi-publikasi dan sudah dikumpulkan oleh orang lain.
Misalnya untuk mengetahui data populasi penduduk, jumlah
angkatan kerja atau pendapatan perkapita disuatu daerah bisa
diketahui dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) setempat.
4. Menurut waktu pengumpulannya, ada dua jenis data yaitu :
a. Data cross section, yaitu data yang dikumpulkan pada suatu waktu
tertentu dan terjadinya hanya sekali, yang menggambarkan
keadaan pada waktu itu saja. Data cross section juga sering
disebut dengan “at a point time data”. Misalnya besarnya laba
perusahaan pada tahun 2008 adalah Rp 5.000.000,- ( lima juta
rupiah ). Data cross section jika diolah hanya dapat digunakan
untuk menggambarkan kondisi pada saat itu saja, atau dengan kata
lain jika datanya adalah cross section, maka tidak bisa digunakan
untuk membuat prediksi atau perkiraan untuk waktu yang lain.
b. Data time series atau data runtun waktu (berkala), adalah data
yang dikumpulkan dari waktu kewaktu dengan seri waktu yang
sama, yang menggambarkan perkembangan suatu kejadian
selama periode pengamatan. Contoh data berkala tentang omset
penjualan perusahaan dapat disajikan sebagai berikut :
Tahun Omset penjualan ( Kg)
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
12.500
13.000
13.250
13.500
14.000
14.000
13.500
14.500
30
Berdasarkan data berkala ini peneliti dapat melakukan analisis
yang hasilnya dapat digunakan untuk membuat prediksi-prediksi
atau perkiraan pada masa yang akan datang, misalnya dengan
metode trend.
3.4. Pengumpulan Data
Peneliti bisa melakukan pengumpulan data dengan menggunakan
instrument atau alat pengumpul data yang telah ditentukan, dan dengan
menggunakan cara atau metode yang sesuai. Pada dasarnya ada 3 cara yang
dapat digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu dengan cara sensus, cara
sampling, dan studi kasus.
Sensus adalah cara pengumpulan data dimana peneliti mencatat seluruh
elemen yang menjadi obyek penelitian (populasi). Dengan cara pengumpulan
data seperti ini akan diperoleh nilai karakteristik sesungguhnya ( true value ) atau
parameter. Meskipun cara sensus memiliki kelebihan karena dapat
menghasilkan true value, namun jika ukuran populasi terlalu besar akan
menyebabkan diperlukan waktu yang lama, biaya mahal, dan butuh tenaga yang
banyak dalam pengumpulan data.
Sampling, adalah cara pengumpulan data dengan mencatat sebagian dari
seluruh elemen/anggota populasi untuk dijadikan sampel. Cara ini banyak
dilakukan oleh peneliti yang menghadapi populasi berukuran besar/luas. Karena
yang dicatat hanya sebagian saja dari elemen populasi, maka dalam cara
sampling ini hasilnya hanya berupa nilai perkiraan ( estimate value ) yang tentu
saja mempunyai kemungkinan kesalahan. Untuk bisa mendapatkan nilai
perkiraan yang akurat, maka jumlah sample yang ditetapkan harus benar-benar
bisa mewakili populasi (representative).
Studi kasus ( case study ) adalah cara pengumpulan data yang hanya
mengamati satu atau beberapa elemen yang tidak jelas populasinya untuk
diselidiki secara mendalam. Simpulan yang dihasilkan dari studi kasus ini hanya
menggambarkan karakteristik dari elemen yang diselidiki tersebut.
31
Dengan demikian akan terdapat perbedaan sifat atas hasil penelitian yang
pengumpulan datanya dilakukan dengan cara sensus, sampling, dan studi kasus
ini. Perbedaan itu dapat dijelaskan sebagaimana disajikan dalam tabel 2 berikut
ini.
Tabel 2Perbedaan Hasil Penelitian Dari penggunaan Sensus,
Sampling, dan Studi Kasus
Aspek Sensus Sampling Studi Kasus
Lingkup penelitian Populasi (seluruh
elemen yang ada)
Sample (sebagian
dari elemen yang
ada)
Satu atau
beberapa elemen
Hasil analisis True value ( tdk
ada kesalahan )
dan berlaku untuk
populasi
Estimate value
(ada kesalahan),
dan berlaku utk
populasi
Kondisi riil dari
elemen/obyek ybs
dan hanya berlaku
bagi obyek tsb.
Terlepas dari cara pengumpulan data apakah akan menggunakan sensus,
sampling, atau studi kasus, untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam
suatu penelitian dapat dikumpulkan dengan beberapa metode/teknik sebagai
berikut.
1. Wawancara (interview).
Wawancara adalah tanya jawab antara petugas pengumpul data (data
kolektor) dengan pihak responden atau sumber data. Data kolektor yang
mewakili peneliti mentangi responden untuk dimintai informasi dengan cara
tanya jawab.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pengumpul data dengan
metode wawancara ini diantaranya adalah :
a. harus mampu membina hubungan baik dengan pihak responden
b. harus menguasai masalah yang akan diteliti
c. harus memiliki kedisiplinan tinggi
32
d. menghindari pertanyaan yang bersifat memberi saran
e. menghindari pertanyaan yang tidak ada kaitannya dengan masalah
penelitian, terutama yang bisa menyinggung perasaan/privasi responden
2. Pengamatan (observasi).
Observasi dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan, karena
biasanya observasi dilakukan bila obyek penelitain tidak bisa diajak
berkomunikasi. Tujuan dari teknik observasi ini adalah :
a. untuk membantu responden dalam menjawab pertanyaan
b. untuk mengecek jawaban responden
c. untuk mengetahui perkembangan dri obyek penelitian
3. Dokumentasi.
Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara merekam
data/keterangan yang diperlukan dengan menggunakan peralatan elektronik
yang ada seperti misalnya dengan kamera, tape recorder, dan sebagainya.
Teknik ini digunakan untuk membantu peneliti dalam penyimpanan data yang
sudah diperoleh.
4. Surat-Menyurat.
Teknik ini dilakukan dengan jalan mengirim daftar pertanyaan (kuesioner)
yang dimintakan jawaban dari responden yang alamatnya jelas tetapi jauh
dari peneliti. Cara surat menyurat bisa memungkinkan peneliti membuat
pertanyaan yang mencakup hal-hal yang luas, lebih mudah, dan relatif
murah, tetapi ada bahayanya yakni kemungkinan responden tidak bersedia
menjawab, atau memberi jawaban yang tidak sebenarnya, dan responden
tidak mengembalikan kuesioner tersebut.
Dalam membuat daftar pertanyaan peneliti bisa menggunakan berbagai
tipe pertanyaan seperti pertanyaan dengan jawaban bebas (free response)
atau yang sering disebut dengan pertanyaan terbuka atau tipe pertanyaan
33
dengan pilihan ganda ( multiple choise ) atau yang sering disebut pertanyaan
tertutup, serta tipe lainnya sesuai dengan keperluan pengumpulan data.
Metode-metode pengumpulan data yang akan digunakan oleh seorang
peneliti tentu akan disesuaikan dengan siapa atau dari mana sumber data dan
apa jenis datanya. Dalam kaitannya dengan sumber dari mana data yang
diperlukan dalam suatu penelitian dapat diperoleh, terdapat 3 kelompok sumber
data yang biasa disingkat dengan 3 P sebagai berikut.
1. Person ( sumber datanya adalah manusia ). Sumber data ini diperlukan jika
peneliti akan mengumpulkan data dengan cara wawancara dan memerlukan
jawaban secara lisan maupun tertulis.
2. Place ( sumber datanya perlu ada tempat ), yakni sumber data yang
menyajikan tampilan data dalam keadaan tidak bergerak.
3. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan informasi-informasi berupa tulisan,
gambar, simbol, angka-angka, dan sebagainya. Sumber data ini yang
menyajikan data sekunder.
3.5. Obyek Penelitian, Unit Analisis, dan Sumber data.
Dalam proses pengumpulan data, sumber data selalu berkaitan dengan
obyek penelitian maupun satuan atau unit yang akan dijadikan fokus analisis
dalam penelitian. Seorang peneliti harus mengenal dengan baik tentang kaitan
antara obyek yang diteliti, unit analisis, variabel penelitiannya, serta sumber data
yang diperlukan dalam penelitian. Tanpa mengenal keterkaitan antara beberapa
hal ini peneliti akan kesulitan dalam membuat rancangan penelitian secara
keseluruhan.
Seringkali peneliti tidak bisa membedakan antara obyek penelitian dengan
unit-unit atau satuan-satuan yang akan dianalisis, yang disebabkan karena
terkadang antara obyek dan unit analisis berada dalam suatu sistem yang sama.
Oleh karena itu perlu diketahui perbedaan diantara keduanya agar bisa
memberikan gambaran kepada para mahasiswa dalam membuat rancangan
penelitiannya. Berikut ini akan diberikan contoh keterkaitan antara judul, obyek
penelitian, variabel yang digunakan, unit analisis, dan sumber datanya.
34
Misalnya seorang peneliti mengambil judul penelitian “Pengaruh
Kepemimpinan, Budaya Organisasi, dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja
Karyawan Perusahaan X”, maka dapat dijelaskan yang menjadi obyek penelitian,
variabel penelitian, unit analisis maupun sumber datanya sebagai berikut :
Obyek penelitian : Perusahaan X
Variabel penelitian : 1. Kepemimpinan
2. Budaya Organisasi
3. Kompensasi
4. Prestasi Kerja
Unit Analisis : 1. Karyawan
2. Pimpinan perusahaan
Sumber Data : Primer dan sekunder
3.6. Ringkasan bab III.
Dalam suatu penelitian bisa terdapat bermacam-macam variabel yang
bisa dioperasikan, yang kemudian terhadap variabel penelitian itu akan dilakukan
pengukuran variabel. Terdapat 2 macam desain pengukuran variabel, yaitu
pertama pengukuran yang bertujuan untuk memberikan angka-angka skor pada
data kualitatif ( dikenal dengan teknik scalling atau scoring ), dan kedua
pengukuran yang bertujuan untuk memberi nilai atas satuan atribut ( dikenal
dengan skala pengukuran variabel ).
Teknik scoring yang bisa digunakan diantaranya adalah skala likert’s,
skala Guttman, skala Semantic Diferensial, dan skala Rating. Sedangkan skala
pengukuran variabel terdiri atas skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan
skala rasio.
Variabel tidak bisa dipecahkan jika tidak diberi pernyataan dalam bentuk
data. Data yang baik adalah data yang memiliki sifat “reliable, up to date, dan
comprehensive”. Data sangat bermanfaat bagi suatu penelitian, baik sebagai
gambaran tentang suatu keadaan/persoalan, sebagai alat control dalam
pelaksanaan rencana, dan sebagai dasar evaluasi atas hasil penelitian.
35
Data bisa dikelompokkan kedalam beberapa aspek yang bisa dijelaskan
sebagai berikut :
a. Menurut sifat data, terdapat 2 jenis data yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif
b. Menurut sumber datanya, ada 2 jenis data yaitu data internal dan data
eksternal
c. Menurut cara memperolehnya, ada 2 jenis data yaitu data primer dan data
sekunder.
d. Menurut waktu pengumpulannya, ada 2 jenis data yaitu data cross section
dan data time series.
Dalam pengumpulan data, peneliti bisa menggunakan beberapa cara
yakni cara sensus, cara sampling, dan cara studi kasus; dimana teknik yang
digunakan bisa dengan wawancara atau interview, pengamatan atau observasi,
dokumentasi, atau dengan surat menyurat.
3.7. Soal-Soal Latihan
1. Apakah yang disebut dengan variabel ?
2. Jelaskan apa saja jenis-jenis variabel yang bisa dioperasikan dalam
penelitian, dan berilah contohnya masing-masing !
3. Jelaskan perbedaan teknik scoring antara “skala Likert’s, skala Guttman,
skala Semantic Diferensial, dan skala Rating”
4. Berikan contoh pengukuran variabel dengan “skala nominal, skala ordinal,
skala interval, dan skala rasio”.
5. Apakah yang disebut dengan data ?
6. Jelaskan sifat-sifat data yang baik bagi suatu penelitian
7. Jelaskan pula apa saja manfaat data bagi suatu penelitian
8. Jelaskan perbedaan cara pengumpulan data dengan cara sensus, cara
sampling, dan cara studi kasus.
36
BAB IV
SAMPLING
Sebagaimana disebutkan dalam bab III dimuka, sampling adalah cara
pengumpulan data dimana peneliti hanya mengamati beberapa elemen populasi
untuk dijadikan sampel. Sampel yang ditentukan itulah yang diambil datanya
untuk dianalisis, yang kemudian hasil analisisnya menggambarkan atau
menyimpulkan kondisi populasi.
Populasi merupakan suatu “universe”, yakni wilayah generalisasi yang
terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu, yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
simpulannya. Populasi tidak hanya berupa orang, tetapi bisa juga berupa benda
yang lainnya. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang sengaja
dipilih oleh peneliti untuk diamati, sehingga sampel ukurannya lebih kecil
dibandingkan populasi dan berfungsi sebagai wakil dari populasi.
Sebagai wakil dari populasi, maka jumlah sampel harus benar-benar
representative (bisa mewakili), sehingga hasil analisis yang dilakukan terhadap
sampel bisa menggambarkan kondisi dari populasinya. Dilihat dari ukurannya,
populasi dan sampel dapat diilustrasikan dengan gambar 2 berikut ini.
Tujuan pembelajaran :
1. Dengan mengenal berbagai teknik sampling, mahasiswa
diharapkan dapat memilih salah satu atau kombinasi teknik
sampling yang tepat untuk penelitiannya
2. Melalui pengenalan berbagai metode penentuan ukuran sampel,
mahasiswa diharapkan dapat memilih metode yang tepat dan
dapat menentukan jumlah sampel yang representatif.
37
Gambar 2
Populasi dan Sampel
Populasi Sampel
Dalam mengumpulkan data sampel, peneliti disarankan memilih teknik
sampling yang tepat ( sesuai dengan sifat populasi penelitiannya ) dan
menentukan jumlah sample yang representatif. Oleh karena itu dalam bab ini
akan dijelaskan berbagai teknik sampling yang dapat diterapkan dalam suatu
penelitian serta metode penentuan jumlah sample ( sample size ).
4.1. Teknik Sampling
Sampling terdiri atas 2 kelompok yaitu sampling yang didasarkan pada nilai-
nilai probabilitas ( probability sampling ), atau juga sering disebut dengan
“random sampling”, dan sampling tidak berdasar nilai probabilitas ( non
probability sampling ) atau sering disebut dengan non random sampling.
Beberapa teknik yang termasuk dalam kelompok Probability Sampling adalah
sebagai berikut :
1. Simple Random Sampling.
Simple Random Sampling adalah suatu sample yang terdiri atas
sejumlah elemen yang dipilih secara acak, dimana setiap elemen/anggota
38
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel.
Teknik ini digunakan jika elemen populasi bersifat homogen, sehingga
elemen manapun yang terpilih menjadi sampel dapat mewakili populasi.
Cara yang paling mudah untuk memilih secara random atau acak adalah
dengan cara undian.
Contoh : sebuah populasi beranggota 5 elemen ( X1; X2; X3; X4; X5 );
akan dipilih 2 elemen sebagai sampel, maka kemungkinan
kombinasi 2 sampel itu adalah sebagai berikut :
Kemungkinan I : X1, X2,
Kemungkinan II : X1, X3
Kemungkinan III : X1, X4
Kemungkinan IV : X1, X5
Kemungkinan V : X2, X3
Kemungkinan VI : X2, X4
Kemungkinan VII : X2, X5
Kemungkinan VIII : X3, X4
Kemungkinan IX : X3, X5
Kemungkinan X : X4, X5
2. Stratified Random Sampling.
Teknik ini digunakan jika elemen populasi tidak homogen, sehingga
perlu dibuat pengelompokan atau strata dimana anggota setiap
strata/kelas bersifat lebih homogen. Penyebaran wakil sampel dari setiap
kelompok/strata ditetapkan secara proporsional, dan dari setiap strata
(stratum) tersebut kemudian diambil sampel secara acak, sehingga setiap
strata atau kelompok populasi terwakili oleh sample yang proporsional.
Contoh :
Dalam sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengukur kinerja
pegawai diketahui bahwa populasinya adalah pegawai sebuah instansi
yang berjumlah 100 orang, dan menempati bagian-bagian sbb :
39
staf administrasi 50 orang
staf bagian keuangan 10 orang
staf bagian kepegawaian 20 orang
staf umum dan keamanan 20 orang
Jika dari populasi sebanyak 100 pegawai itu akan diambil sampel
sebanyak 20 orang, maka wakil sampel dari setiap bagian dihitung secara
proporsional sebagai berikut :
Staf administrasi 50/100 x 20 = 10 orang
Staf bagian keuangan 10/100 x 20 = 2 orang
Staf bagian kepegawaian 20/100 x 20 = 4 orang
Staf umum dan keamanan 20/100 x 20 = 4 orang
Junlah 20 orang
3. Systematic Random Sampling.
Systematic Random Sampling.adalah pengambilan sampel dimana
sampel pertama diambil secara acak, kemudian sampel kedua, ketiga,
dan seterusnya ditentukan dengan menetapkan jarak atau interval tertentu
yang ditambahkan dari nomor sampel pertama. Penggunaan teknik ini
dapat dibenarkan jika elemen populasi bersifat homogen.
Contoh : dalam sebuah penelitian terdapat 10 perusahaan pada suatu
industri pengolahan ikan, yang akan diambil 3 perusahaan sebagai
sampel, maka pertama kali ditetapkan interval yang besarnya kurang/lebih
= N / n , dimana N adalah ukuran populasi, dan n adalah ukuran
sample. Dengan demikian diperoleh interval sebesar ± 10 / 3 = 3
(dibulatkan). Kemudian kita mengundi (mengacak) kesepuluh perusahaan
itu untuk dijadikan sampel pertama. Misalnya saja sampel pertama jatuh
pada nomor perusahaan 2, maka sampel kedua adalah perusahaan
nomor 2 + 3 = nomor 5, dan sampel ketiga adalah perusahaan nomor 5 +
3 = nomor 8.
40
4. Cluster Sampling.
Cluster sampling pada dasarnya adalah hampir sama dengan
stratified random. Perbedaannya adalah bahwa anggota populasi dalam
setiap klaster tidak harus homogen. Dalam teknik ini dilakukan jika lingkup
penelitian cukup luas sehingga paneliti akan memilih klaster-klaster
tertentu untuk dijadikan obyek penelitian, dan sampel diambil dari setiap
klaster dengan jumlah yang sudah ditetapkan lebih dulu.
Contoh : penelitian yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan
usaha pengolahan ikan di Jawa Tengah yang memiliki 35
Kabupaten/Kota, dipilih Kabupaten/Kota penghasil ikan dalam jumlah
besar saja yang dijadikan klaster. Misalnya pilihan secara acak jatuh pada
Kota Semarang, Kabupaten Batang, Kota Pekalongan, dan Kota Tegal.
Dari masing-masing klaster wilayah ini ditentukan jumlah sampel pengolah
ikan yang akan diteliti lebih dalam masing-masing sebanyak 10
pengusaha.
Setiap teknik sampling yang termasuk dalam probability sampling ini akan
dipilih oleh peneliti dalam pengumpulan data sampel, teknik mana yang paling
sesuai dengan sifat populasinya. Kadang-kadanga peneliti tidak hanya
menggunakan salah satu teknik saja tetapi bisa juga mengkombinasikan
beberapa teknik sampling yang ada untuk keperluan pengumpulan data. Namun
demikian, yang lebih penting bagi para mahasiswa adalah mereka diharapkan
bisa memilih teknik yang benar-benar tepat sesuai dengan sifat dari populasi
penelitiannya. Kesalahan dalam memilih teknik sampling bisa berakibat data
yang terkumpul tidak representative, dan tidak seperti yang diharapkan sehingga
akan mempersulit atau bahkan tidak bisa diolah.
Kelebihan dan kekurangan dari masing-masing teknik yang termasuk
dalam kelompok probability sampling dapat dijelaskan dalam tabel 3 yang
disajikan pada halaman 41 berikut ini.
41
Tabel 3Kelebihan dan Kekurangan Setiap Teknik
Dalam Kelompok Probability Sampling
No Teknik Sampling Kelebihan Kekurangan
1 Simple Random * mudah diterapkan * butuh daftar anggota
populasi
* butuh waktu lama
* mahal
2 Stratified Random *ukuran sampel dlm strata
terkontrol
* efisien
* menyediakan data utk
analisis tiap strata
* biaya mahal
* kesalahan makin
besar jika grup dipilih
pd tingkat berbeda
3 Systematic Random * lebih mudah dan lebih
murah dr pd sampel
random
* butuh daftar anggota
populasi
4 Cluster Sampling * lebih efisien dr pada
simple random
* biaya per sampel lebih
murah
* mudah digunakan tanpa
daftar populasi
* jika karakteristik di
antara kluster tidak
homogen bisa me-
nyebabkan hasil
menjadi bias.
Sedangkan berbagai teknik sampling yang termasuk dalam kelompok Non
Probability Sampling adalah sebagai berikut :
1. Accidental Sampling ( atau sering disebut dengan Convenience
Sampling), adalah teknik sampling dimana cara memilih sampel
ditentukan secara subyektif ( untuk kemudahan ), yakni setiap elemen
populasi yang dijumpai bisa diambil/dijadikan sampel.
42
Contoh : penelitian untuk menilai kepuasan nasabah sebuah perbankan
menetapkan 100 orang nasabah sebagai sampel. Untuk
kemudahan dalam pengumpulan data, peneliti bisa mengambil
data ( dengan kuesioner ) dari setiap nasabah yang ia jumpai
ketika peneliti itu datang ke bank yang dijadikan obyek
penelitian.
2. Quota Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan
pada karakteristik populasi yang telah ditetapkan lebih dulu jumlahnya
( ditentukan kuota sampel lebih dulu ).
3. Purposive Sampling, yaitu penentuan sampel berdasar kreteria
tertentu untuk bisa memberikan informasi secara optimal. Kreteria
yang ditetapkan dalam teknik ini disesuaikan dengan keperluan
peneliti.
Contoh : Penelitian tentang kepuasan nasabah perbankan dimuka
ditetapkan kreteria nasabah yang akan dijadikan sampel.
Kreteria itu misalnya :
a. minimal datang ke bank 1 kali sebulan
b. telah menggunakan semua layanan produk perbankan
yang ada
c. sudah menjadi nasabah minimal 1 tahun.
4. Snowball Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dimulai
dengan jumlah kecil dan makin lama makin besar, kemudian
berhenti jika informasi yang dibutuhkan sudah terpenuhi.
Contoh : penelitian yang bertujuan untuk mengetahui jumlah
penggemar motor gede disebuah Kabupaten dimana mula-mula
peneliti hanya mengenal seorang penggemar (misalnya A),
kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan A diketahui
ada beberapa klub motor gede yakni untuk 1000 cc keatas yang
43
diketuai oleh B, dan untuk yang kurang dari 1000 cc yang
diketuai oleh C. Secara bertahap dari B dan C diperoleh
informasi adanya sejumlah anggota di masing-masing klub yang
bisa ditambahkan dalam sample. Penambahan sampel akan
dihentikan jika dirasa informasinya sudah cukup untuk
keperluan analisis.
Ilustrasi dari Snowball sampling dapat disajikan pada gambar 3
berikut ini.
Gambar 3
Snowball Sampling
B1
B
B2
B3
A
C1
C C2
Sampel tahap I C3
Sampel tahap II
Sampel tahap III
44
4.2. Penentuan Ukuran Sampel ( Sample Size )
Secara logika dapat dikatakan bahwa penggunaan sampel dalam
jumlah yang semakin besar bisa memberikan data yang semakin lengkap,
sehingga hasil analisis dan keputusan yang dibuat juga semakin baik (
mendekati kenyataan ). Jadi dengan kata lain, semakin banyak jumlah sampel
akan semakin kecil tingkat kesalahan yang mungkin terjadi. Dengan demikian
peneliti sedapat mungkin menentukan jumlah sampel sebanyak-banyaknya
untuk mendapatkan hasil terbaik. Namun demikian tentu saja tanpa aturan yang
jelas mengenai berapa jumlah sampel yang dianggap dapat mewakili populasi
(representative) akan membingungkan bagi peneliti untuk menentukan ukuran
sampel.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel
minimal bagi sebuah penelitian, dimana masing-masing metode digunakan untuk
sifat dan ukuran populasi yang berbeda-beda. Beberapa metode yang bisa
digunakan untuk menentukan jumlah sampel minimal diantaranya adalah :
1. Metode Slovin.
Metodenya Slovin yang pertama digunakan jika ukuran populasi jelas, yakni
jumlah anggota populasi dapat diketahui ( sering dikatakan sebagai populasi
yang teridentifikasi ), menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana n adalah jumlah sampel minimal
N adalah jumlah anggota populasi
e adalah sampling error
Contoh : penelitian yang akan mengukur kinerja karyawan sebuah organisasi
memiliki populasi berupa jumlah karyawan sebanyak 400 orang.
Jika peneliti menetapkan sampling error sebesar 10 %, maka
jumlah sampel minimal dapat dihitung sbb :
N n = ----------
1 + N.e²
45
400n = --------------------- = 80 1 + 400 (0,10)²
Jadi jumlah sampel minimal adalah 80 orang karyawan.
2. Metode Interval taksiran.
Metode interval taksiran ini merupakan metodenya Slovin yang kedua, yang
digunakan jika populasi penelitian tidak teridentifikasi atau sering juga disebut
populasi tak terhingga, yakni ukuran populasi yang tidak bisa diketahui jumlah
anggotanya secara jelas/pasti. Penentuan ukuran sanpel dengan metode
interval taksiran ini dilakukan dengan menggunakan rumus :
dimana n adalah jumlah sampel minimal
Z adalah luas daerah pada kurva normal
a adalah standar deviasi ( simpangan baku ) dari populasi. Dalam
hal ini karena ukuran populasinya tidak jelas, maka simpangan
baku diasumsikan sebesar 50 %, sehingga a = 0,50
e adalah sampling error
Contoh : penelitian yang bertujuan untuk mengukur kepuasan konsumen
pengguna Handphone merk Nokia di Kota Pekalongan, memiliki
populasi pengguna Nokia yang jumlahnya tidak jelas. Dengan
demikian jika sampling error ditetapkan 5 %, maka sampel minimal
dihitung dengan metode interval taksiran ini sbb :
1,65 ( 0,50 )n = { ------------------ }² = 273
0,05
Jadi jumlah sampel minimal adalah 273 orang.
Za n = { ----- }² e
46
3. Metode yang dikembangkan oleh Paul Leedy.
Metode Paul Leedy digunakan jika populasi penelitian merupakan sebuah
proporsi atau bagian dari kelompok populasi lain yang lebih besar
ukurannya, seperti misalnya populasi berupa jumlah keluarga miskin disuatu
daerah, dimana keluarga miskin merupakan bagian dari jumlah KK yang ada
didaerah tersebut. Rumus yang digunakan adalah :
dimana n adalah jumlah sampel minimal
Z adalah luas daerah pada kurva normal
p adalah proporsi pertama dari populasi
q adalah proporsi sisa ( besarnya q = 1 – p )
e adalah sampling error
Contoh : suatu penelitian bertujuan untuk mengetahui perkembangan prestasi
akademis mahasiswa Fakultas Ekonomi.Universitas X. Jumlah
seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas X adalah 2000
orang, sedangkan pengamatan dilakukan pada mahasiswa