Top Banner
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah Studi Al-Qu’an “Pendekatan Tematik” ini dengan sebatas pengetahuan dan kemampuan yang saya miliki. Dan juga saya berterima kasih pada Bapak Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. selaku Dosen mata kuliah Metodologi Studi Islam yang telah memberikan tugas ini kepada saya, kepada Ibu dan Bapak, atas semua doa dan bantuan finansial untuk menyelesaikan makalah ini, dan kepada teman-temanku yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan makalah ini. Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian dan maksud Pendekatan Tematik dalam Studi Al-Qur’an. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
29

METODOLOGI ISLAM

Jan 18, 2023

Download

Documents

Hanung Triyoko
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: METODOLOGI ISLAM

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik

dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah

Studi Al-Qu’an “Pendekatan Tematik” ini dengan sebatas

pengetahuan dan kemampuan yang saya miliki. Dan juga

saya berterima kasih pada Bapak Dr. Zakiyuddin

Baidhawy, M.Ag. selaku Dosen mata kuliah Metodologi

Studi Islam yang telah memberikan tugas ini kepada

saya, kepada Ibu dan Bapak, atas semua doa dan bantuan

finansial untuk menyelesaikan makalah ini, dan kepada

teman-temanku yang telah memberikan semangat dan

motivasi untuk menyelesaikan makalah ini.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna

dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita

mengenai pengertian dan maksud Pendekatan Tematik dalam

Studi Al-Qur’an. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa

di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan

jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, saya

berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan

di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu

yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Page 2: METODOLOGI ISLAM

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi

siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah

disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun

orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf

apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang

berkenan dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita

semua. Amin..

Semarang, 8 Januari

2013

Aisyah Ambalika

Saraswati

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Al-Qur'an diturunkan dalam bentuk bahasa Arab

sebagai "Hudal Linnas اس) دي ل�لن������������ ,”(ه������������ sehingga dapat

memberikan bimbingan dan petunjuk kepada manusia untuk

berusaha memecahkan setiap permasalahan hidupnya

(problem solving). Namun, hal itu memerlukan penafsiran

Page 3: METODOLOGI ISLAM

Al-Qur'an secara baik dan benar berdasarkan pendekatan-

pendekatan (approach) ilmu tafsir itu sendiri supaya

orang-orang atau kelompok-kelompok manusia tidak

mentafsirkan Al-Qur'an secara sembarangan berdasarkan

kepentingan hawa nafsunya sendiri, yang akibatnya akan

membawa kesesatan dan kehancuran Islam.

Dalam menafsirkan Al-Qur’an diperlukan “Thariqah at-

Tafsir”, yaitu metode atau cara dalam menafsirkan Al-

Qur’an. Ketepatan metode akan menghasilkan ketepatan

tafsir. Sebaliknya kesalahan metode akan melahirkan

kesalahan tafsir. Itulah sebabnya kajian tentang metode

penafsiran merupakan aspek strategis dalam menggali dan

menemukan kandungan Al-Qur’an itu sendiri. Salah satu

metode studi Al-Qur’an atau penafsiran Al-Qur’an adalah

dengan TAFSIR MAUDHU’I (Kajian Tematik Dalam Al-Quran)

B. RUMUSAN MASALAH

Page 4: METODOLOGI ISLAM

Dari latar belakang diatas dapat ditarik

rumusan masalah yang diantaranya sebagai berikut :

Apa yang dimaksud dengan Kajian tematik dalam

studi Al-Quran?

Apa kelebihan, kekurangan dan keistimewaan metode

tematik dalam studi Al-Qur’an?

Dan bagaimana cara penyusunan metode

penafsirannya?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Dari rumusan masalah diatas, pembahasan

makalah ini bertujuan supaya :

Mengetahui maksud Kajian tematik dalam studi Al-

Qur’an.

mengetahui kelebihan, kekurangan dan keistimewaan

metode tematik dalam studi Al-Qur’an.

Dan mengetahui susunan penafsiran tematik dalam

studi Al-Qur;an.

Page 5: METODOLOGI ISLAM

BAB II

PEMBAHASAN

A. LANDASAN TEORI

Kata maudhu’i yang dinisbatkan pada kata al-maudhu’,

yang berarti topik atau materi suatu pembicaraan atau

pembahasan. Dalam kamus al-Munawir dijelaskan bahwa

kata maudhu’ adalah derivasi dari kata wadha’a yang

berkedudukan sebagai isim maf’ul yang berarti masalah.

[1]Secara semantik, tafsir maudhu’i berarti penafsiran

al-Qur’an menurut tema atau topik tertentu. Dalam

bahasa Indonesia biasa diterjemahkan dengan tafsir

tematik.[2]

Yang dimaksud dengan metode tematik ialah cara

mengkaji dan mempelajari ayat al-Qur'an dengan

1. Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir Arab-IndonesiaTerlengkap, Pustaka Progresif, Surabaya, 2002, hlm. 15652. Usman, Ilmu tafsir, Teras, Yogyakarta, 2009, h. 311

Page 6: METODOLOGI ISLAM

menghimpun ayat-ayat al-Qur'an yang mempunyai maksud

sama, dalam arti sama-sama membicarakan satu topik

masalah menyusunnya berdasar kronologi serta sebab

turunnya ayat-ayat itu. Kemudian penafsir mulai

memberikan keterangan dan penjelasan serta mengambil

kesimpulan.[3]

Metode tafsir maudhû’iy juga disebut dengan dengan

metode tematik yaitu menghimpun ayat-ayat al-Quran yang

mempunyai maksud yang sama, dalam arti, sama-sama

membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya

berdasar kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat

tersebut. Kemudian penafsir mulai memberikan keterangan

dan penjelasan serta mengambil kesimpulan.

Secara khusus, penafsir melakukan studi tafsirnya

ini dengan metode maudhû’iy, dimana ia melihat ayat-ayat

tersebut dari seluruh seginya, dan

melakukan analisis berdasar ilmu yang benar, yang

digunakan oleh pembahas untuk menjelaskan pokok

permasalahan, sehingga ia dapat memahami permasalahan

tersebut dengan mudah dan betul-betul menguasainya,

sehingga memungkinkan baginya untuk memahami maksud

yang terdalam dan dapat menolak segala kritik. [4]

3. Rohimin, Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model Penafsiran,Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007, hlm, 754. Abd al-Hayy al-Farmawiy. Metode Tafsir Maudhu’i, h. 36-37.

Page 7: METODOLOGI ISLAM

1. Cara Kerja Tafsir Maudhû’iy

Al-Farmawi di dalam kitab Al-Bidâyah fî al-Tafsir al-

Maudhû’iy.[5] Secara rinci mengemukakan cara kerja yang

h`arus ditempuh dalam menyusun suatu karya tafsir

berdasarkan metode ini. Antara lain adalah sebagai

berikut:

a. memilih / menetapkan masalah al-Quran yang akan

dikaji secara maudhû’iy (tematik)

b. melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan

dengan masalah yang telah ditetapkan, ayat

Makkiyyah dan Madaniyyah

c. menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut

kronologi masa turunnya, disertai pengetahuan

mengenai latar belakang turunnya ayat atau asbâb

an-nuzûl.

d. mengetahui korelasi (munâsabah) ayat-ayat tersebut

di dalam masing-masing suratnya.

e. menyusun tema bahasan di dalam kerangka yang pas,

sistematis, sempurna dan utuh (outline).

f. melengkapi pembahasan dan uraian dengan hadis,

bila dipandang perlu, sehingga pembahasan menjadi

semakin sempurna dan semakin jelas.

g. mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan

menyeluruh dengan cara menghimpun ayat-ayat yang

5. Ibid., h. 45-46

Page 8: METODOLOGI ISLAM

mengandung pengertian serupa, mengkompromikan

antara pengertian ‘âm dan khash, antara yang

muthlaq dan yang muqayyad, menyingkronkan ayat-ayat

yang lahirnya tampak kontradiktif, menjelaskan

ayat nâsikh dan mansûkh, sehingga semua ayat

tersebut bertemu pada satu muara, tanpa perbedaan

dan kontradiksi atau tindakan pemaksaan terhadap

sebagian ayat kepada makna yang kurang tepat.[6]

h. menyusun kesimpulan yang menggambarkan jawaban al-

Quran terhadap masalah yang dibahas.[7]

2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Maudhû’iy

Kelebihan Metode Maudhû’iy

a) hasil tafsir maudhû’iy memberikan pemecahan

terhadap permasalahan-permasalahan hidup praktis,

sekaligus memberikan jawaban terhadap

tuduhan/dugaan sementara orang bahwa al-quran

hanya mengandung teori-teori spekulatif tanpa

menyentuh kehidupan nyata.

b) sebagai jawaban terhadap tuntutan kehidupan yang

selalu berobah dan berkembang, menumbuhkan rasa

kebanggaan terhadap al-Quran.

6. M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Ilmu Tafsir, h. 487. Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, (t.tp.: Tafakur,t.t.), h. 116.

Page 9: METODOLOGI ISLAM

c) studi terhadap ayat-ayat terkumpul dalam satu

topik tertentu juga merupakan jalan terbaik dalam

merasakan fashâhah dan balâghahal-Qurân.

d) kemungkinan untuk mengetahui satu permasalahan

secara lebih mendalam dan lebih terbuka.

e) tafsir maudhû’iy lebih tuntas dalam membahas

masalah.

Kekurangan Metode Maudhû’iy

a) Mungkin melibatkan pikiran dalam penafsiran

terlalu dalam.

b) Tidak menafsirkan segala aspek yang dikandung satu

ayat, tetapi hanya salah satu aspek yang menjadi

topik pembahasan saja.

Yang dimaksudkan di sini ialah mengambil satu

kasus yang terdapat di dalam satu ayat atau lebih

yang mengandung banyak permasalahan yang berbeda.

Misalnya, petunjuk tentang shalat dan

zakat.Biasanya kedua ibadah itu diungkapkan

bersamaan dalam satu ayat. Apabila ingin membahas

kajian tentang zakat, misalnya, maka mau tak mau

ayat tentang shalat harus ditinggalkan ketika

menukilkannya dari mushaf agar ridak menganggu

pada waktu melakukan analisis.

c) Membatasi pemahaman ayat

Page 10: METODOLOGI ISLAM

Dengan ditetapkannya judul penafsiran, maka

pemahaman suatu ayat menjadi terbatas pada

permasalah yang dibahas tersebut. Akibatnya,

mufasir terikat oleh judul itu. Padahal tidak

mustahil satu ayat itu dapat ditinjau dari

berbagai aspek. Dengan demikian, dapat menimbulkan

kesan kurang luas pemahamannya. Kondisi yang

digambarkan itu memang merupakan konsekuensi logis

dari metode tematik.[8]

3. Keistimewaan Tafsir Tematik Menuntaskan Persoalan Masyarakat

Kontemporer

Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa tafsir

tematik mempunyai keistimewaan di dalam menuntaskan

persoalan-persoalan masyarakat dibandingkan metode

lainnya, antara lain :

1) Menafsirkan ayat dengan ayat atau dengan hadis

Nabi adalah suatu cara terbaik di dalam

menafsirkan Al-Qur’an,

2) Kesimpulan yang dihasilkan oleh metode tematik

mudah dipahami. Hal ini disebabkan ia membawa

pembaca kepada petunjuk Al-Qur’an tanpa

mengemukakan berbagai pem bahasan terperinci dalam

satu disiplin ilmu.Dengan demikian ia dapat

membawa kita kepada pendapat Al-Qur’an tentang8.Nasruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur'an,……. hlm.165-169

Page 11: METODOLOGI ISLAM

berbagai problem hidup disertai dengan jawaban-

jawabannya. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an

adalah petunjuk hidup.

3) Metode ini memungkinkan seseorang untuk menolak

anggapan adanya ayat-ayat yang bertentangan dalam

Al-Qura’an, sekaligus membuktikan bahwa Al-Qur’an

sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

masyarakat.[9]

4. Bentuk kajian Tafsir Maudhû’iy

Di sini tafsir maudhû’iy mempunyai dua bentuk, yaitu

a. Yaitu membahas satu surat secara menyeluruh dan

utuh dengan menjelaskan maksudnya yang bersifat

umum dan khusus, menjelaskan korelasi antara

berbagai masalah yang dikandungnya, sehingga surat

itu tampak dalam bentuknya yang betul-betul utuh

dan cermat.

Menurut M. Quraish Shihab, biasanya kandungan

pesan suatu surah diisyaratkan oleh nama surah

tersebut, selama nama tersebut bersumber dari

informasi Rasulullah s.a.w. Ia mencontohkan surah

al-Kahfi, yang secara harfiah berarti gua. Gua itu

9.M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Hlm 17

Page 12: METODOLOGI ISLAM

dijadikan tempat berlindung oleh sekelompok pemuda

untuk menghindar dari kekejaman penguasa zamannya.

Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa surah itu

dapat memberi perlindungan bagi yang menghayati

dan mengamalkan pesan-pesannya. Itulah pesan umum

surah tersebut. Ayat atau kelompok ayat yang

terdapat di dalam surah itu kemudian diupayakan

untuk dikaitkan dengan makna perlindungan itu.

Tafsir maudhû’iy dalam bentuk pertama ini

sebenarnya sudah lama dirintis oleh ulama-ulama

tafsir periode klasik, seperti Fakhr ad-Din al-

Razi. Namun, pada masa belakangan beberapa ulama

tafsir lebih menekuninya secara serius.

Tafsir yang menghimpun sejumlah ayat dari

berbagai surat yang sama-sama membicarakan satu

masalah tertentu; ayat-ayat tersebut disusun

sedemikian rupa dan diletakkan di bawah satu tema

bahasan, dan selanjutnya ditafsirkan secara

maudhû’iy.

b. Upaya mengaitkan antara satu ayat dengan ayat yang

lainnya itu pada akhirnya akan mengantarkan

mufassir kepada kesimpulan yang menyeluruh tentang

masalah tertentu menurut pandangan al-Quran.

Bahkan melalui metode ini, mufassir dapat

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terlintas di

dalam benaknya dan menjadikannya sebagai tema-tema

Page 13: METODOLOGI ISLAM

yang akan dibahas dengan tujuan menemukan

pandangan al-Quran mengenai hal tersebut. Bentuk

kedua inilah yang lazim terbayang di benak kita

ketika mendengar istilah tafsir maudhû’iy itu

diucapkan.

B. CONTOH PENAFSIRAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

MAUDHU’I

1) Memilih / menetapkan masalah al-Quran yang akan dikaji

secara maudhû’iy (tematik)

Tema = Tujuan Pendidikan Dalam Al-Quran : Kajian

Surat al Furqan ayat 63-77

Kurikulum di Indonesia saat ini mengacu pada pola

pendidikan Barat. Beberapa hal yang tampak dari

perumusan tujuan pendidikan yang dikemukakan tokoh-

tokoh Barat, bahwa tekanan utama pendidikan diarahkan

pada pengembangan kemampuan intelektual anak didik, dan

juga mengasah aspek emosionalnya. Bahkan pendidikan

yang dilakukan sama sekali tidak mengenal nilai-nilai

spiritual atau ideal transendental. Artinya pendidikan

yang diterapkan bercorak sekularistis yang mana nilai-

nilai keagamaan tidak mendapatkan tempat dalam proses

tersebut. Hal ini dikarenakan anggapan mereka yang

mengatakan bahwa nilai-nilai spiritual adalah hal yang

Page 14: METODOLOGI ISLAM

natural serta manusiawi, dan merupakan urusan masing-

masing individu.

Rumusan tujuan yang ditawarkan pendidikan Barat

tersebut tentu kurang mencakup terhadap keseluruhan

aspek pertumbuhan/perkembangan anak didik yang hendak

dibina menjadi manusia seutuhnya lahir dan batin.

Sehingga Pendidikan Islam merumuskan kembali tujuan

pendidikan melalui Surat Al Furqan ayat 63-77 yang

tanpa mengabaikan nilai-nilai keagamaan dan lebih

universal dibanding pendidikan Barat. Pembentukan

kepribadian mulia bagi setiap peserta didiknya dan

menjadi hamba Allah yang beriman dan bertakwa.

2) Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan

masalah yang telah ditetapkan, ayat Makkiyyah dan

Madaniyyah

Surat al-Furqan yang keseluruhan berjumlah 77 ayat,

termasuk golongan surat-surat Makkiyah. Kelompok ayat-

ayat yang digunakan adalah ayat terakhir surat al-

Furqan yakni antara ayat 63-77, terdiri dari 15 ayat

yang sering disebut dengan ayat-ayat ibad ar

Rahman.Berikut terjemahan surat al-Furqan ayat 63-77,

yaitu :

63. dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)

orang-orangyang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan

Page 15: METODOLOGI ISLAM

apabila orang-orangjahil menyapa mereka, mereka mengucapkan

kata-kata (yangmengandung) keselamatan.

64. dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan

berdiri untukTuhan mereka.

65. dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, jauhkan

azabJahannam dari Kami, Sesungguhnya azabnya itu adalah

kebinasaanyang kekal".

66. Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap

dan tempatkediaman.

67. dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka

tidakberlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan

itu) ditengah-tengah antara yang demikian.

68. dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain

beserta Allahdan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah

(membunuhnya)kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak

berzina, barang siapayang melakukan yang demikian itu, niscaya

Dia mendapat (pembalasan)dosa(nya),

69. (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat

dan Diaakan kekal dalam azab itu, dalam Keadaan terhina,

70. kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan

mengerjakan amalsaleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah

dengan kebajikan. Danadalah Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.

71. dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh,

MakaSesungguhnya Dia bertaubat kepada Allah dengan taubat

yang sebenarbenarnya.

Page 16: METODOLOGI ISLAM

72. dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu,

dan apabilamereka bertemu dengan (orang-orang) yang

mengerjakan perbuatanperbuatanyang tidak berfaedah, mereka

lalui (saja) dengan menjagakehormatan dirinya.

73. dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-

ayatTuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai

orang- orangyang tuli dan buta.

74. dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami,

anugrahkanlah kepadaKami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami

sebagai penyenang hati(Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi

orang-orang yang bertakwa.

75. mereka Itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang

Tinggi (dalamsyurga) karena kesabaran mereka dan mereka

disambut denganpenghormatan dan Ucapan selamat di

dalamnya,

76. mereka kekal di dalamnya. syurga itu Sebaik-baik tempat

menetap dantempat kediaman.

77. Katakanlah (kepada orang-orang musyrik): "Tuhanku

tidakmengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi

bagaimanakamu beribadat kepada-Nya), Padahal kamu sungguh

telahmendustakan-Nya? karena itu kelak (azab) pasti

(menimpamu)".

Page 17: METODOLOGI ISLAM

3) Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi

masa turunnya, disertai pengetahuan mengenai latar

belakang turunnya ayat atau asbâb an-nuzûl.

Asbabun Nuzul ayat 68 ;

Yang artinya:“Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan

yang lain beserta Allahdan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah

(membunuhnya)kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina,

barang siapayang melakukan yang demikian itu, niscaya Dia mendapat

(pembalasan)dosa(nya),

Al Bukhori berkata: Musaddad menceritakan kepada

kami; Yahya menceritakan kepada kami dari Sufyan, ia

berkata: Manshur dan Sulaiman menceritakan kepadaku

dari Abu Wa-il dari Abu Maisarohdari Abdullah, berkata

(yakni Sufyan ats-Tsauri): dan telah

menceritakankepadaku Washil dari Abu Wa-il dari

‘Abdullah RA, (ia berkata) :

“aku bertanya kepada Rasulullah SAW: “Dosa manakah

yang paling besar?” Rasulullah SAW menjawab : “Engkau

menjadikan bagi Allah tandingan, sedangkan Dialah yang

telah menjadikan dirimu”. Aku bertanya kembali:”

Kemudian dosa apalagi?”. Rasul menjawab:”Kemudian kamu

membunuh anakmu karena khawatir dia akan ikut makan

bersamamu”. Aku bertanya kembali :”Kemudian dosa

apalagi?”.Rasul menjawab:”jika kamu berzina dengan

istri tetanggamu.”(‘Abdullah) berkata, dan turunlah

ayat ini membenarkan perkataanRasulullah SAW. “Dan orang-

Page 18: METODOLOGI ISLAM

orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak

membunuh jiwa yang diharamkan Allah(membunuhnya) kecuali dengan

(alasan) yang benar, dan tidak berzina.”90

Sebab turunnya ayat 68 diterangkan dalam hadits

riwayat Bukhari yang menyatakan bahwa seorang sahabat

bertanya kepada Nabi tentang dosa apa yang paling

besar yang dilakukan manusia. Nabi menjawab bahwa dosa

besar bagi manusia yang menyekutukan Allah, membunuh

jiwa yang hak, dan melakukan zina. Kemudian Allah

menurunkan suratal-Furqan ayat 68 yang membenarkan

jawaban Nabi, yang berisi larangan untuk berbuat

syirik, membunuh jiwa yang hak (benar) dan berzina.[10]

4) Mengetahui korelasi (munâsabah) ayat-ayat tersebut di dalam

masing-masing suratnya.

Korelasi ayat lain dengan ayat 70 Al-Furqan ;

Yang artinya:“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan

mengerjakan amalsaleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan

kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”Al

Bukhori berkata: Utsman bin Abi Syaibah menceritakan

kepada kami, Jarir menceritakan kepada kami dari

Manshur, Sa`id bin Jubair menceritakan kepadaku, dan ia

berkata: Telah menceritakan kepadaku al-Hakam dari

Sa`id bin Jubair, ia berkata:

10. Syaikh al-Muhaddits Muqbil bin Hadi al Wadi’i, as-Shahih al-Musnad min Asbab anNuzul, Cet II. terj. AgungWahyu LC, (Meccah, 1994), hlm. 294-295

Page 19: METODOLOGI ISLAM

“Abdurrahman bin Abza memerintahkan aku, ia berkata,

“tanyakan kepada Ibnu Abbas tentang dua ayat ini, apa

maksudnya : “dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan

Allah(membunuhnya) kecuali dengan alasan yang benar”[11] dan

“barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja[12].

Maka aku bertanya kepada Ibnu Abbas, ia menjawab,

“tatkala turun ayat dalam surat Al Furqan, berkatalah

kaum musyrikin Mekkah, “sungguh kami telah membunuh

jiwa yang telah Allah haramkan (membunuhnya) dan kami

menyembah tuhan yang lain bersama Allah dan kami telah

berbuat keji (zina).” Maka, Allah menurunkan ayat :

“kecuali orang-orang yangbertaubat”. Adapun ayat yang ada dalam

surat an-Nisa`, (maksudnya) apabila seseorang telah

mengenal Islam dan syariat-syariatnya kemudian ia

membunuh, maka balasannya adalah jahannam ia kekal di

dalamnya.Aku lalu menyebutkannya kepada Mujahid dan ia

berkata, ‘kecuali orang yang menyesal

(bertaubat)’.”[13]

Hadits ini menjelaskan bahwa barangsiapa yang

melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah (seperti

yang telah disebutkan pada ayat 68) maka balasannya

adalah ditempatkan di neraka jahannam. Namun,kemudian

Allah menurunkan ayat 70 yang menyatakan bahwa hal itu

11. QS. Al An`aam/6 : 15112. QS. An Nisa`/4: 9313. Syaikh al-Muhaddits Muqbil bin Hadi al-Wadi`i,op.cit., hlm. 297-298

Page 20: METODOLOGI ISLAM

terkecuali bagi orang-orang yang bertaubat kepada Allah

dengan sungguh-sungguh dan berjanji tidak akan

mengulangi kesalahan yang sama.

5) Menyusun tema bahasan di dalam kerangka yang pas,

sistematis, sempurna dan utuh (outline)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Kegunaan Penelitian

E. Batasan Masalah

F. Metode Penelitian

G. Tinjauan Pustaka

H. Sistematika Pembahasan

SURAT AL FURQAN AYAT 63-77 BESERTAPENAFSIRANNYA

A. Deskripsi Surat Al Furqan Ayat 63-77

1. Karakteristik Surat Al Furqan Ayat 63-77

2. Asbabun Nuzul Ayat-ayat

B. Penafsiran Mufassirin atas Ayat 63-77

TUJUAN PENDIDIKAN DALAM SURAT AL-FURQAN AYAT 63-77

A.Membentuk pribadi yang berakhlak mulia

B. Memantapkan aspek aqidah

C. Menanamkan konsistensi dalam melaksanakan

ajaran agama

Page 21: METODOLOGI ISLAM

D.Menumbuhkan sikap kesederhanaan dan

keseimbangan

E. Mengembangkan aspek intelektualitas

F. Meningkatkan kualitas kesalehan keluarga

dan masyarakat

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran-saran

6) Melengkapi pembahasan dan uraian dengan hadis, bila

dipandang perlu, sehingga pembahasan menjadi semakin

sempurna dan semakin jelas.

Hadits yang menguatkan Al Furqan ayat 74 ;

Yang artinya :“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan

Kami, anugrahkanlahkepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami

sebagai penyenanghati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-

orang yangbertakwa.”

Al-Maraghi menjelaskan penafsiran ayat ini, bahwa

hamba-hambaar-Rahman yang dimaksud adalah,

“Orang-orang yang memohon kepada Allah agar

melahirkan keturunan yang taat dan beribadah kepada-

Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang

lain. Orang yang beriman dengan sebenar-benarnya iman,

apabila melihat keluarganya sama dengannya, taat kepada

Page 22: METODOLOGI ISLAM

Allah, maka dia akan merasa senang dan gembira, dia

mengharapkan mereka dapat berguna baginya di dunia

selama hidup dan matinya serta bertemu dengannya di

akhirat. Mereka juga memohon kepada Allah agar Allah

menjadikan mereka para imam yang diteladani dalam

menegakkan panji-panji agama dengan menganugerahkan

ilmu yang luas kepada mereka, dan memberi taufik kepada

mereka untuk mengerjakan amal saleh.”

Dijelaskan pula Quraish Shihab bahwa ayat ini

menyatakan hamba-hamba Allah tersebut adalah mereka

yang juga senantiasa berkata yakni berdoa setelah

berusaha dengan: wahai Tuhan kami, anugerahkan buat

kami, dari pasangan-pasangan hidup kami yakni suami

atau istri serta anak keturunan kami, kiranya mereka

semua menjadi penyejuk-penyejuk mata kami, dan orang

lain melalui budi pekerti dan karya-karya mereka yang

terpuji, dan jadikanlah kami yakni yang berdoa bersama

pasangan dan anak keturunannya.[14]

Dalam tafsir Munir pun, az-Zuhaily menyatakan bahwa,

Mereka adalah orang berdoa sepenuh hati kepada Tuhan

mereka agar diberi anugerah istri-istri sholihah dan

anak-anak yang beriman, shaleh, memberikan petunjuk

pada Islam dan melakukan kebaikan, menjauhkan dari

keburukan, mampu menyejukkan mata mereka. Karena

14 .M.QuraishShihab, Membumikan Al Qur`an : Fungsi dan PeranWahyu dalam Masyarakat, Bandung: Mizan. 1994.hal,544-545

Page 23: METODOLOGI ISLAM

sesungguhnya orang mukmin jika melihat seseorang yang

perbuatan mereka dilandasi taat kepada Allah maka

menjadikan penyejuk mata mereka, dan merekaberdoa pula

kepada-Nya agar menjadikannya pemimpin dalam

kebaikan,ataupun pemimpin- pemimpin agama.[15]

Kata qurrah pada mulanya berarti dingin. Yang dimaksud

disini adalah menggembirakan. Sehingga dipahami bahwa

istri yang sholihah dan anak-anak yang sholih yang

dimilikinya tersebut dapat memberikan kegembiraan,

menyejukkan hati, sebab senantiasa dapat memberikan

manfaat kepada suami, baik di dunia dan di akhirat.

Yang mana dari istri-istri shalehah tersebut, maka

diharapkan akan lahir anak-anak yang saleh dan shalehah

pula.

Kemanfaatan tersebut bukan hanya didapat dalam

kehidupan saja, namun juga akan tetap mengalir hingga

dia sudah meninggal seperti diterangkan Rasulullah SAW.

dalam sabdanya:[16]

Artinya :

“Apabila manusia meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya

kecuali tiga perkara yakni, ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah,

dananak shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya.”

15. Az Zuhailiy, Wahbah. 1991. Tafsir Al Munir, fi Al Aqidah wa AlSyariah wa al Manhaj Jilid X. Dimasyq: Dar Al Fikr178 hal,123

16. HR. Muslim, Hadits nomor 1631

Page 24: METODOLOGI ISLAM

Hadits ini menerangkan bahwa kemanfaatan yang didapat

dari anak-anak yang saleh adalah mereka yang senantiasa

berdoa untuk orangtuanya hingga kematiannya. Sehingga

amal kedua orang tuanya tetapmengalir meskipun sudah

meninggal.

Secara ringkasnya dalam ayat ini menerangkan hamba-

hamba ar-Rahman adalah mereka yang selalu memohon atas

dua perkara kepadaAllah, yakni agar Allah memberi

mereka istri dan keturunan yang beribadah hanya kepada-

Nya

sehingga terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat,

dan agar Allah menjadikan mereka sebagai para pemberi

petunjukdan keteladanan dalam hal kebaikan (urusan-

urusan agama) bagi orangorang yang mau mengikuti

petunjuk.

Sifat hamba Allah tersebut mengindikasikan tidak

hanya terbatas pada upaya penghiasan diri sendiri. 179

HR. Muslim, Hadits nomor 1631

7) Menyusun kesimpulan yang menggambarkan jawaban al-

Quran terhadap masalah yang dibahas. [17]

Dari seluruh uraian pendapat para mufassir, maka

dapat disimpulkan bahwa al Furqan ayat 63-77 yang

menjelaskan tentang sifat-sifat Ibad ar Rahman, yaitu

sebagai berikut :17 . Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, (t.tp.: Tafakur,t.t.), h. 116

Page 25: METODOLOGI ISLAM

Tawadhu’

Membalas kejelekan dengan kebaikan

Senantiasa tahajud di keheningan malam

Ketakutan mereka terhadap adzab Allah

Tidak berlebihan dalam membelanjakan harta

Tidak menyekutukan Allah

Tidak membunuh

Tidak berzina

Tidak bersumpah palsu

Tidak melakukan perbuatan yang tidak berfaedah

Ketenangan dalam berkeluarga dan keturunan yang

saleh

Senantiasa mengharapkan taufik dari Allah

Sehingga balasan bagi hamba ar-Rahman tersebut

tertuang pada ayat terakhir, yang menjelaskan bahwa

perhatian yang diberikan Allahkepada hamba-hamba-Nya

berupa pemberian martabat tinggi tersebut dikarenakan

ibadah yang dilakukannya, bukan oleh sebab lain. Tanpa

beribadah mereka tidak memiliki sedikit bobot dan tidak

akan mendapat perhatian-Nya.

Pendidikan memiliki tujuan, sehingga proses yang

dilakukan dapat terarah. Melalui pembahasan surat al

Furqan ayat 63-77 dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan

Pendidikan Islam itu mengarah pada pembentukan sifat-

Page 26: METODOLOGI ISLAM

sifat Ibad ar Rahman. Dalam konteks ini dapat

disimpulkan bahwa tujuan pendidikan tersebut adalah

sebagai berikut :

Membentuk pribadi yang berakhlak mulia

Memantapkan aspek aqidah

Menanamkan konsistensi dalam melaksanakan syariat

agama

Menumbuhkan sikap kesederhanaan dan keseimbangan

Mengembangkan aspek intelektualitas

Meningkatkan kualitas kesalehan keluarga dan

masyarakat

 

Page 27: METODOLOGI ISLAM

BAB III

KESIMPULAN

Melihat kenyataan diatas, setiap pendekatan

mempunyai efektifitas masing-masing. Dan karena al-

Qur’an merupakan kitab untuk semua bangsa serta semua

tingkatan, maka kajian terhadap al-Qur’an perlu

dilakukan dengan sangat hati-hati dan proporsional.

Al-Qur’an berfungsi sebagai sumber pengetahuan dan

petunjuk. Agar fungsi ideal itu dapat teraplikasikan

maka al-Qur’an harus dipelajari dan diupayakan

penafsirannya. Untuk kebutuhan penafsiran dimaksud

diperlukan adanya kerangka dasar yang relevan yaitu

sebuah pendekatan. Jadi, keberadaan sebuah pendekatan

dalam penafsiran mutlak diperlukan.

Dan dari berbagai pembahasan tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa metode tafsir maudhu’i adalah suatu

metode yang cara kerjanya mengumpulkan ayat-ayat

Alquran yang mempunyai tujuan yang satu yang bersama-

sama membahas judul/topik/sektor tertentu dan

menertibkannya sedapat mungkin sesuai dengan masa

turunnya selaras dengan sebab-sebab turunnya, kemudian

memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-

Page 28: METODOLOGI ISLAM

penjelasan, keterangan-keterangan dan hubungan-

hubungannya dengan ayat-ayat lain, kemudian

mengistimbatkan hukum-hukum. Dalam penerapannya ada

beberapa langkah yang harus ditempuh oleh si mufassir

antara lain menetapkan masalah yang akan dibahas,

menghimpun seluruh ayat-ayat yang terkait dengan

masalah, menyusun urut-urutan ayat terpilih, memahami

korelasi masing-masing ayat dengan surah-surah dan

lain-lain. Melihat kompleksnya cakupan ilmu yang

menjadi penopangnya maka besar kemungkinan akan dapat

menjawab masalah umat, atau paling tidak mendekati

kebenaran yang ditunjuk oleh Alqur’an.

Demikialah makalah ini dibuat, semoga ada

manfaatnya.

DAFTAR PUSAKA

Al-Farmawi, Abdul Hayy, 2002, al-Bidayah fi al-Tafsir

al-Maudhu’i, (penerjemah) Rosihon Anwar, Metode Tafsir

Maudhu’I, Bandung: Pustaka Setia.

Alfatih Suryadilaga, dkk., Metodologi Ilmu Tafsir,

Yogyakarta: Teras, 2005.

Page 29: METODOLOGI ISLAM

Rohimin, 2007, Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model Penafsiran,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Khaeruman, Badri, 2004, Sejarah Perkembangan Tafsir al-Qur'an,

Bandung: CV Pustaka Setia

Syaltut, Syaikh Mamhmud, Tafsirnya Al-Qur’an Al-Karim,

1960