17 BAB II METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT Ilmu falak yang membahas tentang perhitungan awal waktu salat pada dasarnya merupakan perhitungan untuk menentukan nilai tinggi matahari dan nilai sudut waktu matahari dalam perjalanan semu dari arah Timur ke Barat. Dalam penerapannya yaitu menghitung berapa jarak busur tinggi matahari sepanjang lingkaran vertikal mulai dari ufuk sampai ke matahari dan berapa nilai sudut waktu matahari yang dihitung mulai dari titik kulminasi atas sampai matahari berada. 1 Secara historis, cara perhitungan awal waktu salat di Indonesia dari masa ke masa mengalami perkembangan sesuai dengan majunya ilmu pengetahuan dan sains teknologi yang dimiliki oleh masyarakat Islam Indonesia itu sendiri. Perkembangan tersebut terlihat pada peralatan yang digunakan untuk penentuannya, seperti adanya jam bencet atau miqyas, tongkat istiwa’, rubu’ al- mujayyab, jadwal salat abadi secara manual dan jadwal salat abadi secara digital. Selain itu, data yang digunakan untuk perhitungan juga mengalami perkembangan dari segi akurasi titik koordinat maupun sistem teori perhitungannya. 2 Dari perkembangan ini, metode perhitungan awal waktu salat dapat diklasifikasikan menjadi metode klasik dan metode kontemporer. Di samping itu juga dapat diklasifikasikan menjadi metode hisab dan metode rukyah. Metode rukyah disimbolkan bagi penentuan awal waktu salat dengan menggunakan miqyas, tongkat istiwa’ dan rubu’ al mujayyab. Sedangkan hisab disimbolkan bagi yang menentukan awal waktu salat dengan teori trigonometri bola. 3 Dalam perkembangannya, untuk penentuan awal waktu salat, apakah data yang selama ini digunakan sudah memadai untuk mendapatkan nilai tinggi 1 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, Cet. II, (Yogyakarta: Buana Pustaka, t.t), hlm. 80-82. 2 Ahmad Izzuddin, Akurasi Metode-metode Penentuan Arah Kiblat, Cet. I, (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2012), hlm. 25. 3 Ahmad Izzuddin, Akurasi Metode-metode…, hlm. 26.
51
Embed
METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
17
BAB II
METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL
WAKTU SALAT
Ilmu falak yang membahas tentang perhitungan awal waktu salat pada
dasarnya merupakan perhitungan untuk menentukan nilai tinggi matahari dan nilai
sudut waktu matahari dalam perjalanan semu dari arah Timur ke Barat. Dalam
penerapannya yaitu menghitung berapa jarak busur tinggi matahari sepanjang
lingkaran vertikal mulai dari ufuk sampai ke matahari dan berapa nilai sudut
waktu matahari yang dihitung mulai dari titik kulminasi atas sampai matahari
berada.1
Secara historis, cara perhitungan awal waktu salat di Indonesia dari masa
ke masa mengalami perkembangan sesuai dengan majunya ilmu pengetahuan dan
sains teknologi yang dimiliki oleh masyarakat Islam Indonesia itu sendiri.
Perkembangan tersebut terlihat pada peralatan yang digunakan untuk
penentuannya, seperti adanya jam bencet atau miqyas, tongkat istiwa’, rubu’ al-
mujayyab, jadwal salat abadi secara manual dan jadwal salat abadi secara digital.
Selain itu, data yang digunakan untuk perhitungan juga mengalami perkembangan
dari segi akurasi titik koordinat maupun sistem teori perhitungannya.2
Dari perkembangan ini, metode perhitungan awal waktu salat dapat
diklasifikasikan menjadi metode klasik dan metode kontemporer. Di samping itu
juga dapat diklasifikasikan menjadi metode hisab dan metode rukyah. Metode
rukyah disimbolkan bagi penentuan awal waktu salat dengan menggunakan
miqyas, tongkat istiwa’ dan rubu’ al mujayyab. Sedangkan hisab disimbolkan
bagi yang menentukan awal waktu salat dengan teori trigonometri bola.3
Dalam perkembangannya, untuk penentuan awal waktu salat, apakah data
yang selama ini digunakan sudah memadai untuk mendapatkan nilai tinggi
1Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, Cet. II, (Yogyakarta: Buana
Pustaka, t.t), hlm. 80-82.
2Ahmad Izzuddin, Akurasi Metode-metode Penentuan Arah Kiblat, Cet. I, (Jakarta:
Kementerian Agama RI, 2012), hlm. 25.
3Ahmad Izzuddin, Akurasi Metode-metode…, hlm. 26.
18
Matahari dan sudut waktu Matahari dengan pendekatan teori trigonometri bola?
Apakah ada data lain yang harus diperhatikan yang ikut mempengaruhi nilai
tinggi Matahari dan sudut waktu Matahari, seperti tinggi tempat dan
kecemerlangan langit? Untuk itu, penulis memandang perlu adanya penjelasan
mengenai peran ilmu falak dalam perhitungan awal waktu salat yang ada selama
ini.
A. Pengertian dan Objek Kajian Ilmu Falak
1. Pengertian Ilmu Falak
Ilmu falak merupakan ilmu pengetahuan eksak yang objeknya berkaitan
dengan benda-benda langit seperti Bumi, Bulan dan Matahari.4 Secara etimologi,
kata falak berasal dari bahasa Arab yaitu فلك yang mempunyai arti lintasan benda-
benda langit atau bermakna orbit dalam bahasa Inggris.5
Adapun secara terminologi, dapat dikemukakan beberapa definisi yang ada
dalam tulisan individu dan lembaga, antara lain sebagai berikut:
1. Kementerian Agama RI, ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari tentang
lintasan benda-benda langit, di antaranya Bumi, Bulan dan Matahari.6
2. Muhammadiyah, ilmu falak sepadan maknanya dengan ilmu haiah dan
ilmu astronomi, yaitu ilmu pengetahuan yang mengkaji posisi-posisi
geometris benda-benda langit guna menentukan penjadwalan waktu di
muka Bumi.7
4Nur Hidayatullah Al-Banjary, Penemu Ilmu Falak: Pandangan Kitab Suci dan
Peradaban Dunia, Cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013), hlm. 1.
5Kementerian Agama RI, Ilmu Falak Praktik, Cet. I, (Jakarta: Sub. Direktorat Pembina
Syariah dan Hisab Rukyat Direktorat Urusan Agama Islam & Pembina Syariah, 2013), hlm. 1.
6Kementerian Agama RI, Ilmu Falak Praktik…, hlm. 1.
7Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Pedoman Hisab Muhammadiyah,
Cet. II, (Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, 2009), hlm. 3.
19
3. Nur Hidayatullah Al-Banjari, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan eksak
yang objeknya berkaitan dengan Bumi, Bulan, Matahari dan benda-benda
langit lainnya.8
4. Susiknan Azhari, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
lintasan benda-benda langit, seperti Matahari, Bulan, bintang-bintang dan
benda-benda langit lainnya, dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari
benda-benda langit itu serta kedudukannya dari benda-benda langit yang
lain.9
5. Muhyiddin Khazin, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
lintasan benda-benda langit, khususnya Bumi, Bulan dan Matahari pada
orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda langit
antara satu dengan yang lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di
permukaan Bumi.10
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa ada yang sudah membatasi
objek kajian ilmu falak pada lintasan Bumi, Bulan dan Matahari saja, ada juga
yang masih memperluas cakupannya hingga ke planet-planet lain. Bila dilihat
dalam literatur modern, materi ilmu falak khusus mengkaji tentang orbit benda-
benda langit seperti, Bumi, Bulan, Matahari dan bintang-bintang yang berkaitan
dengan penentuan arah dan waktu di Bumi untuk keperluan ibadah saja, seperti
penentuan arah kiblat, awal waktu salat, awal bulan dan perhitungan gerhana.
Oleh karena itu, definisi ilmu falak yang relevan dengan kajian ilmu falak selama
ini adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang lintasan benda-benda
langit seperti, Bumi, Bulan, Matahari dan bintang-bintang agar dapat diketahui
arah dan waktu di permukaan Bumi untuk keperluan ibadah.
8Nur Hidayatullah Al-Banjary, Penemu Ilmu Falak…,hlm. 1.
9Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Cet. II, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), hlm. 66.
10
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, Cet. III, (Yogyakarta: Buana
Pustaka, t,t), hlm. 1. Lihat juga tulisan T. Mahmud Ahmad, Ilmu Falak, Cet. I, (Banda Aceh:
PeNA, 2013), hlm. 1.
20
Dalam masyarakat Aceh, ilmu falak sering disamakan dengan ilmu nujum
(astrologi). Menurut mereka, ilmu falak adalah sebuah ilmu pengetahuan yang
mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta, tidak dibedakan antara
ilmu falak dalam pengertian sains dan ilmu falak dalam pengertian mitos
(astrologi).11
Ini mungkin salah satu penyebab kurangnya minat masyarakat Aceh
dalam mempelajari dan mendalami ilmu falak di masa-masa awal pasca
kemerdekaan, karena ada penggabungan asumsi antara makna ilmu falak sains
dan ilmu falak mitos (ilmu nujum) dalam masyarakat. Aktivitas kajian ilmu falak
saat itu dapat dihentikan oleh pemahaman pelarangan dalam mempelajari ilmu
nujum.12
Peristiwa ini suatu hal yang wajar, karena bila dilihat objek formal dan
material antara ilmu falak dengan ilmu nujum sama. Objek material ilmu falak dan
ilmu nujum adalah benda-benda langit, begitu pula objek formal kedua ilmu ini
juga sama, yaitu lintasan (orbit) benda-benda langit. Perbedaan yang mendasar
antara ilmu falak dengan ilmu nujum adalah, ilmu falak mempelajari lintasan
benda-benda langit untuk penentuan arah dan waktu di permukaan Bumi,
sedangkan ilmu nujum mempelajari lintasan benda-benda langit untuk penentuan
peristiwa-peristiwa baik dan buruk di Bumi, seperti bencana dan nasib baik buruk
seseorang.13
Ilmu ini juga memiliki beberapa sebutan, disebut dengan “ilmu falak”,
sebab mempelajari lintasan benda-benda langit. Disebut “ilmu hisab”, karena ilmu
ini menggunakan perhitungan.14
Disebut “ilmu rashd ( الرصد) ”, sebab ilmu ini
memerlukan pengamatan.15
Bila dilihat dari segi penamaan dan pengertian, ilmu
falak perlu penelitian khusus untuk menemukan format yang tegas, mengingat
11
Husna Tuddar Putri, Tesis: Pemikiran Syekh Abbas Kuta Karang Tentang Hisab
Penentuan Awal Bulan Hijriah, (Semarang: IAIN Walisongo, 2013), hlm. 14.
12
Abdullah Ibrahim, Peranan Ilmu Falak Dengan Ibadah, 2011, hlm. 3.
13
Abdullah Ibrahim, Peranan Ilmu Falak…, 2011, hlm. 3.
14
Untuk katagori sekarang, ada beberapa buku yang langsung diberi nama dengan ilmu
hisab, seperti buku Muchtar Yusuf, Ilmu Hisab dan Rukyah, 2010. Encup Supriatna, Hisab Rukyat
dan Aplikasinya, 2007.
15
Nur Hidayatullah Al-Banjary, Penemu Ilmu Falak…, hlm. 2-3.
21
banyak literatur ilmu falak selama ini belum ada perbedaan yang signifikan dalam
memberi pengertian dan penamaan ilmu falak dengan ilmu astronomi.
2. Objek Kajian Ilmu Falak
Setiap disiplin ilmu pengetahuan harus memiliki objek material dan
formal. Objek formal dan material menjadi syarat keilmuan untuk dapat disebut
ilmu pengetahuan.16
Dengan demikian, setiap ilmu pengetahuan harus memiliki
objek material dan objek formal, termasuk ilmu falak.
Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran kajian, penyelidikan
atau sesuatu yang diteliti, baik sesuatu yang konkrit atau yang abstrak. Sementara
objek formal adalah cara pandang dan perspektif yang digunakan oleh seorang
peneliti dalam mempelajari atau mengkaji objek material. Objek formal inilah
yang membedakan cabang ilmu yang satu dengan lainnya. Objek material suatu
ilmu bisa sama, misalnya manusia, namun perspektif yang digunakan untuk
mengkaji dan memahami manusia bisa berbeda, misalnya bisa psikologi,
sosiologi, politik, ekonomi maupun antropologi.17
Dengan demikian, dapat
dipastikan bahwa objek material ilmu falak adalah benda-benda langit, seperti
Bumi, Bulan, Matahari dan bintang-bintang, karena benda-benda langitlah yang
dijadikan sasaran kajian atau penyelidikan atau penelitian dalam ilmu falak.
Sedangkan objek formalnya adalah lintasan atau orbit benda-benda langit, karena
lintasan benda-benda langitlah yang dijadikan cara pandang ilmu falak.18
Bila dilihat dari sisi objek material, maka ilmu falak memiliki kesamaan
dengan ilmu lain, seperti astrofisika, astromekanik, kosmografi dan kosmologi,
karena sama-sama menjadikan benda-benda langit sebagai sasaran penyelidikan
atau penelitian, tetapi objek formalnya yang berbeda. Astrofisika melihat benda-
benda langit dari segi ilmu alam dan kimia. Astromekanik, dari segi ukuran dan
16
Danial, Seri Buku Daras Filsafat Ilmu, Cet. I. (Yogyakarta: Kaukaba, 2014), hlm. 5-6.
17
Danial, Seri Buku Daras Filsafat…, hlm. 5-6.
18
Kesimpulan penulis tentang objek material dan objek formal ilmu falak berbeda dengan
apa yang telah disimpulkan oleh Susiknan Azhari, dimana benda-benda langit yang dijaikan objek
formal dan lintasan benda-benda langit dijaikan objek material. Lihat Susiknan Azhari, Ilmu
Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Cet. II, (Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2007), hlm. 2. Lihat juga, A, Kadir, Formila Baru Ilmu Falak, Cet. I, (Jakarta:
Amzah, 2012), hlm. 23.
22
jarak antara satu benda langit dengan lainnya. Kosmografi, dari segi susunan dan
gambaran umum terhadap benda-benda langit. Kosmologi, dari segi asal-usul
struktur dan hubungan ruang waktu dari alam semesta.19
B. Sejarah Perkembangan dan Ruang Lingkup Kajian Ilmu Falak.
1. Sejarah Perkembangan Ilmu Falak.
Ilmu falak termasuk cabang studi yang tua dan telah berkembang sejak
zaman Babilonia. Ilmu ini ditemukan dalam kurun waktu ±3000 tahun sebelum
Masehi di kerajaan Babilonia yang terletak di antara sungai Tighris dan sungai
Eufrat dengan peletak dasar-dasarnya adalah Nabi Idris As.20
Dalam usia yang tidak senja, bisa dipastikan banyak hal yang dapat dikaji
dalam sejarah perkembangan ilmu falak ini, seperti teori apa yang pertama kali
digunakan dalam ilmu falak, ruang lingkup kajian ilmu falak, dan lain-lain.
Namun penulis dalam hal ini hanya ingin melihat dalam sejarah perkembangan
ilmu falak tentang teori perhitungan awal waktu salat yang berkembang di
Indonesia hari ini berasal dari teori siapa.
Sejumlah pemikir Yunani kuno telah menaruh perhatian dan dianggap
mempunyai jasa kepada ilmu falak, walau mereka hanya mencoba menerangkan
melalui pendekatan naturalistik, belum secara ilmiah, sehingga kesimpulan dari
sebuah pemikiran saat itu disebut dengan ramalan, bukan perhitungan, namun
penemuan mereka dianggap cikal bakal lahirnya teori ilmu falak yang sempurna.
Anaximandros (611-546 SM) murid Thales, dianggap berjasa dalam ilmu falak
dan juga dalam bidang geografi, karena dialah orang pertama yang membuat peta
Bumi. Menurut Anaximandros, Bumi berbentuk silinder, yang lebarnya tiga kali
lebih besar dari tingginya, Bumi tidak bersandar di atas sesuatu, Bumi tidak jatuh
karena posisinya dalam jagat raya sama jauh terhadap kedudukan semua benda
lainnya.21
19Kementerian Agama RI, Ilmu Falak Praktik…, hlm. 2
20
A, Kadir, Formila Baru Ilmu Falak, Cet. I, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 5.
21
A, Kadir, Formila Baru Ilmu…, hlm. 6.
23
Sementara Pythagoras (580-500 SM) yang mempunyai gagasan bahwa
segala-galanya adalah bilangan, merupakan orang pertama yang berpendapat
Bumi bukan pusat jagat raya. Menurut Pythagoras, pusat jagat raya adalah
perapian (Hestia). Semua benda-benda langit beredar di sekelilingi perapian
tersebut, akhirnya langit selalu terlihat ada bintang. Kemudian mazhab ini
berkembang dengan sebutan Heliosentris dengan asumsi Matahari merupakan
perapian yang dimaksud oleh Pythagoras.22
Di zaman Nabi Muhammad saw, masyarakat muslim tidak banyak
menguasai ilmu ini. Sebagaimana digambarkan oleh Nabi saw. mereka merupakan
umat yang ummi, dalam pengertian tidak banyak menguasai baca tulis dan
perhitungan astronomis.23
Sebagaimana dalam sebuah hadis Rasulullah saw.
ث نا ث نا آدم حد ث نا ش عبة حد ث نا ق يس بن األسود حد ع مر ابن سع أنه عمر و بن سعيد حد
ول نكت ب ل ، أ مىية أ مة إنا قال أنه وسلم عليه اهلل صلى النبى عن عنهما اهلل رضى
24(الب خارى رواه .)ثالثي ومرة ، وعشرين تسعة مرة ي عن . وهكذا هكذا الشهر نس ب
Artinya: Adam telah memberitahukan kepada kami, Syu’bah telah
memberitahukan kami, Aswad bin Kais telah memberitahukan kami, Sa’id bin
‘Amrin telah diberitaukan kami bahwa ia telah mendengarkan Ibnu ‘Umar ra.
mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “sesungguhnya kami adalah umat yang
ummi, kami tidak bisa menulis dan tidak bisa melakukan hisab. Bulan itu adalah
demikian demikian. Maksudnya adalah kadang-kadang dua puluh sembilan hari,
dan kadang-kadang tiga puluh hari. (HR. Bukhari).
Sejalan dengan perkembangan peradaban Islam kemudian, pada abad ke-9
hingga abad ke-13 M, kajian ilmu falak mengalami perkembangan pesat dalam
22
A, Kadir, Formila Baru Ilmu…, hlm. 6
23
Syamsul Anwar, Diskusi dan Korespodensi Kalender Hijriah Global, Cet. I,
(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2014), hlm. 155.
24
Al Bukhari, Sahih al Bukhari, Juz. VII, (Bairut: Dar Ibnu Kasir al Yamamah, 1987),
hlm. 200.
24
dunia Islam.25
Pada masa ini, ilmu falak sudah dikaji dalam sekala yang luas,
bahkan melebihi dari kajian ilmu astronomi pada masa kini. Objek kajian ilmu
falak pada masa itu semua yang berkaitan dengan benda-benda langit, tidak
terpaku pada Bumi, Bulan dan Matahari saja, tetapi benda-benda langit lain
seperti bintang, meteor dan semua planet yang ada dalam tata surya juga dikaji
dengan pendekatan matematika dan fisika.26
Tanda-tanda kemajuan ilmu falak telah dimulai pada abad ke-8, hal ini
dibuktikan dengan adanya tokoh ilmu falak Islam yang mewarisi penemuan yang
gemilang, seperti al-Khawarizmi (780-847 M) yang telah berhasil menyusun tabel
trigonometri, menemukan zodiak atau ekliptika berbentuk miring sebesar 23.5
derajat terhadap equator. Ahli falak lain yaitu Ibnu Jabr al-Battani (858-929 M)
yang telah berhasil membuktikan kemungkinan terjadi gerhana matahari cincin,
menetapkan panjang tahun sideris dan tahun tropis, adanya bulan mati dan fungsi
sinus.27
Selain itu ada juga tokoh yang sangat berjasa dalam perkembangan ilmu
falak yaitu Ulugh Beik (1344-1449 M), nama lengkapnya adalah Muhammad
Taragai Ulugh Beik, di Barat dikenal dengan sebutan Tamerlane. Ulugh Beik
merupakan orang Turki yang menjadi matematikawan dan ahli falak, dikenal
sebagai pendiri observatorium terbesar di dunia saat itu. Data Matahari dan Bulan
yang dihasilkan oleh Ulugh Beik menjadi cikal bakal perkembangan ilmu falak di
Indonesia, data Ulugh Beik pada tahun 1650 diterjemahkan dalam bahasa Inggris
oleh J. Greaves dan Thyde.28
Simon New Comb (1835-1909 M) seorang astronom
yang berhasil menyusun data astronomi baru ketika ia berkantor di Nautical
Almanac Amerika pada tahun 1857-1861 yang sekarang jadwal ini dikenal dengan
nama Almanac Nautica.29
25
Syamsul Anwar, Diskusi dan Korespodensi Kalender…, hlm. 155.
26
Nur Hidayatullah Al-Banjari, Penemu Ilmu Falak…, hlm. 1.