Top Banner
17 BAB II METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT Ilmu falak yang membahas tentang perhitungan awal waktu salat pada dasarnya merupakan perhitungan untuk menentukan nilai tinggi matahari dan nilai sudut waktu matahari dalam perjalanan semu dari arah Timur ke Barat. Dalam penerapannya yaitu menghitung berapa jarak busur tinggi matahari sepanjang lingkaran vertikal mulai dari ufuk sampai ke matahari dan berapa nilai sudut waktu matahari yang dihitung mulai dari titik kulminasi atas sampai matahari berada. 1 Secara historis, cara perhitungan awal waktu salat di Indonesia dari masa ke masa mengalami perkembangan sesuai dengan majunya ilmu pengetahuan dan sains teknologi yang dimiliki oleh masyarakat Islam Indonesia itu sendiri. Perkembangan tersebut terlihat pada peralatan yang digunakan untuk penentuannya, seperti adanya jam bencet atau miqyas, tongkat istiwa’, rubu’ al- mujayyab, jadwal salat abadi secara manual dan jadwal salat abadi secara digital. Selain itu, data yang digunakan untuk perhitungan juga mengalami perkembangan dari segi akurasi titik koordinat maupun sistem teori perhitungannya. 2 Dari perkembangan ini, metode perhitungan awal waktu salat dapat diklasifikasikan menjadi metode klasik dan metode kontemporer. Di samping itu juga dapat diklasifikasikan menjadi metode hisab dan metode rukyah. Metode rukyah disimbolkan bagi penentuan awal waktu salat dengan menggunakan miqyas, tongkat istiwa’ dan rubu’ al mujayyab. Sedangkan hisab disimbolkan bagi yang menentukan awal waktu salat dengan teori trigonometri bola. 3 Dalam perkembangannya, untuk penentuan awal waktu salat, apakah data yang selama ini digunakan sudah memadai untuk mendapatkan nilai tinggi 1 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, Cet. II, (Yogyakarta: Buana Pustaka, t.t), hlm. 80-82. 2 Ahmad Izzuddin, Akurasi Metode-metode Penentuan Arah Kiblat, Cet. I, (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2012), hlm. 25. 3 Ahmad Izzuddin, Akurasi Metode-metode…, hlm. 26.
51

METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

Apr 03, 2023

Download

Documents

Muhammad Yunus
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

17

BAB II

METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL

WAKTU SALAT

Ilmu falak yang membahas tentang perhitungan awal waktu salat pada

dasarnya merupakan perhitungan untuk menentukan nilai tinggi matahari dan nilai

sudut waktu matahari dalam perjalanan semu dari arah Timur ke Barat. Dalam

penerapannya yaitu menghitung berapa jarak busur tinggi matahari sepanjang

lingkaran vertikal mulai dari ufuk sampai ke matahari dan berapa nilai sudut

waktu matahari yang dihitung mulai dari titik kulminasi atas sampai matahari

berada.1

Secara historis, cara perhitungan awal waktu salat di Indonesia dari masa

ke masa mengalami perkembangan sesuai dengan majunya ilmu pengetahuan dan

sains teknologi yang dimiliki oleh masyarakat Islam Indonesia itu sendiri.

Perkembangan tersebut terlihat pada peralatan yang digunakan untuk

penentuannya, seperti adanya jam bencet atau miqyas, tongkat istiwa’, rubu’ al-

mujayyab, jadwal salat abadi secara manual dan jadwal salat abadi secara digital.

Selain itu, data yang digunakan untuk perhitungan juga mengalami perkembangan

dari segi akurasi titik koordinat maupun sistem teori perhitungannya.2

Dari perkembangan ini, metode perhitungan awal waktu salat dapat

diklasifikasikan menjadi metode klasik dan metode kontemporer. Di samping itu

juga dapat diklasifikasikan menjadi metode hisab dan metode rukyah. Metode

rukyah disimbolkan bagi penentuan awal waktu salat dengan menggunakan

miqyas, tongkat istiwa’ dan rubu’ al mujayyab. Sedangkan hisab disimbolkan

bagi yang menentukan awal waktu salat dengan teori trigonometri bola.3

Dalam perkembangannya, untuk penentuan awal waktu salat, apakah data

yang selama ini digunakan sudah memadai untuk mendapatkan nilai tinggi

1Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, Cet. II, (Yogyakarta: Buana

Pustaka, t.t), hlm. 80-82.

2Ahmad Izzuddin, Akurasi Metode-metode Penentuan Arah Kiblat, Cet. I, (Jakarta:

Kementerian Agama RI, 2012), hlm. 25.

3Ahmad Izzuddin, Akurasi Metode-metode…, hlm. 26.

Page 2: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

18

Matahari dan sudut waktu Matahari dengan pendekatan teori trigonometri bola?

Apakah ada data lain yang harus diperhatikan yang ikut mempengaruhi nilai

tinggi Matahari dan sudut waktu Matahari, seperti tinggi tempat dan

kecemerlangan langit? Untuk itu, penulis memandang perlu adanya penjelasan

mengenai peran ilmu falak dalam perhitungan awal waktu salat yang ada selama

ini.

A. Pengertian dan Objek Kajian Ilmu Falak

1. Pengertian Ilmu Falak

Ilmu falak merupakan ilmu pengetahuan eksak yang objeknya berkaitan

dengan benda-benda langit seperti Bumi, Bulan dan Matahari.4 Secara etimologi,

kata falak berasal dari bahasa Arab yaitu فلك yang mempunyai arti lintasan benda-

benda langit atau bermakna orbit dalam bahasa Inggris.5

Adapun secara terminologi, dapat dikemukakan beberapa definisi yang ada

dalam tulisan individu dan lembaga, antara lain sebagai berikut:

1. Kementerian Agama RI, ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari tentang

lintasan benda-benda langit, di antaranya Bumi, Bulan dan Matahari.6

2. Muhammadiyah, ilmu falak sepadan maknanya dengan ilmu haiah dan

ilmu astronomi, yaitu ilmu pengetahuan yang mengkaji posisi-posisi

geometris benda-benda langit guna menentukan penjadwalan waktu di

muka Bumi.7

4Nur Hidayatullah Al-Banjary, Penemu Ilmu Falak: Pandangan Kitab Suci dan

Peradaban Dunia, Cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013), hlm. 1.

5Kementerian Agama RI, Ilmu Falak Praktik, Cet. I, (Jakarta: Sub. Direktorat Pembina

Syariah dan Hisab Rukyat Direktorat Urusan Agama Islam & Pembina Syariah, 2013), hlm. 1.

6Kementerian Agama RI, Ilmu Falak Praktik…, hlm. 1.

7Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Pedoman Hisab Muhammadiyah,

Cet. II, (Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, 2009), hlm. 3.

Page 3: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

19

3. Nur Hidayatullah Al-Banjari, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan eksak

yang objeknya berkaitan dengan Bumi, Bulan, Matahari dan benda-benda

langit lainnya.8

4. Susiknan Azhari, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari

lintasan benda-benda langit, seperti Matahari, Bulan, bintang-bintang dan

benda-benda langit lainnya, dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari

benda-benda langit itu serta kedudukannya dari benda-benda langit yang

lain.9

5. Muhyiddin Khazin, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari

lintasan benda-benda langit, khususnya Bumi, Bulan dan Matahari pada

orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda langit

antara satu dengan yang lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di

permukaan Bumi.10

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa ada yang sudah membatasi

objek kajian ilmu falak pada lintasan Bumi, Bulan dan Matahari saja, ada juga

yang masih memperluas cakupannya hingga ke planet-planet lain. Bila dilihat

dalam literatur modern, materi ilmu falak khusus mengkaji tentang orbit benda-

benda langit seperti, Bumi, Bulan, Matahari dan bintang-bintang yang berkaitan

dengan penentuan arah dan waktu di Bumi untuk keperluan ibadah saja, seperti

penentuan arah kiblat, awal waktu salat, awal bulan dan perhitungan gerhana.

Oleh karena itu, definisi ilmu falak yang relevan dengan kajian ilmu falak selama

ini adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang lintasan benda-benda

langit seperti, Bumi, Bulan, Matahari dan bintang-bintang agar dapat diketahui

arah dan waktu di permukaan Bumi untuk keperluan ibadah.

8Nur Hidayatullah Al-Banjary, Penemu Ilmu Falak…,hlm. 1.

9Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Cet. II, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2008), hlm. 66.

10

Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, Cet. III, (Yogyakarta: Buana

Pustaka, t,t), hlm. 1. Lihat juga tulisan T. Mahmud Ahmad, Ilmu Falak, Cet. I, (Banda Aceh:

PeNA, 2013), hlm. 1.

Page 4: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

20

Dalam masyarakat Aceh, ilmu falak sering disamakan dengan ilmu nujum

(astrologi). Menurut mereka, ilmu falak adalah sebuah ilmu pengetahuan yang

mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta, tidak dibedakan antara

ilmu falak dalam pengertian sains dan ilmu falak dalam pengertian mitos

(astrologi).11

Ini mungkin salah satu penyebab kurangnya minat masyarakat Aceh

dalam mempelajari dan mendalami ilmu falak di masa-masa awal pasca

kemerdekaan, karena ada penggabungan asumsi antara makna ilmu falak sains

dan ilmu falak mitos (ilmu nujum) dalam masyarakat. Aktivitas kajian ilmu falak

saat itu dapat dihentikan oleh pemahaman pelarangan dalam mempelajari ilmu

nujum.12

Peristiwa ini suatu hal yang wajar, karena bila dilihat objek formal dan

material antara ilmu falak dengan ilmu nujum sama. Objek material ilmu falak dan

ilmu nujum adalah benda-benda langit, begitu pula objek formal kedua ilmu ini

juga sama, yaitu lintasan (orbit) benda-benda langit. Perbedaan yang mendasar

antara ilmu falak dengan ilmu nujum adalah, ilmu falak mempelajari lintasan

benda-benda langit untuk penentuan arah dan waktu di permukaan Bumi,

sedangkan ilmu nujum mempelajari lintasan benda-benda langit untuk penentuan

peristiwa-peristiwa baik dan buruk di Bumi, seperti bencana dan nasib baik buruk

seseorang.13

Ilmu ini juga memiliki beberapa sebutan, disebut dengan “ilmu falak”,

sebab mempelajari lintasan benda-benda langit. Disebut “ilmu hisab”, karena ilmu

ini menggunakan perhitungan.14

Disebut “ilmu rashd ( الرصد) ”, sebab ilmu ini

memerlukan pengamatan.15

Bila dilihat dari segi penamaan dan pengertian, ilmu

falak perlu penelitian khusus untuk menemukan format yang tegas, mengingat

11

Husna Tuddar Putri, Tesis: Pemikiran Syekh Abbas Kuta Karang Tentang Hisab

Penentuan Awal Bulan Hijriah, (Semarang: IAIN Walisongo, 2013), hlm. 14.

12

Abdullah Ibrahim, Peranan Ilmu Falak Dengan Ibadah, 2011, hlm. 3.

13

Abdullah Ibrahim, Peranan Ilmu Falak…, 2011, hlm. 3.

14

Untuk katagori sekarang, ada beberapa buku yang langsung diberi nama dengan ilmu

hisab, seperti buku Muchtar Yusuf, Ilmu Hisab dan Rukyah, 2010. Encup Supriatna, Hisab Rukyat

dan Aplikasinya, 2007.

15

Nur Hidayatullah Al-Banjary, Penemu Ilmu Falak…, hlm. 2-3.

Page 5: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

21

banyak literatur ilmu falak selama ini belum ada perbedaan yang signifikan dalam

memberi pengertian dan penamaan ilmu falak dengan ilmu astronomi.

2. Objek Kajian Ilmu Falak

Setiap disiplin ilmu pengetahuan harus memiliki objek material dan

formal. Objek formal dan material menjadi syarat keilmuan untuk dapat disebut

ilmu pengetahuan.16

Dengan demikian, setiap ilmu pengetahuan harus memiliki

objek material dan objek formal, termasuk ilmu falak.

Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran kajian, penyelidikan

atau sesuatu yang diteliti, baik sesuatu yang konkrit atau yang abstrak. Sementara

objek formal adalah cara pandang dan perspektif yang digunakan oleh seorang

peneliti dalam mempelajari atau mengkaji objek material. Objek formal inilah

yang membedakan cabang ilmu yang satu dengan lainnya. Objek material suatu

ilmu bisa sama, misalnya manusia, namun perspektif yang digunakan untuk

mengkaji dan memahami manusia bisa berbeda, misalnya bisa psikologi,

sosiologi, politik, ekonomi maupun antropologi.17

Dengan demikian, dapat

dipastikan bahwa objek material ilmu falak adalah benda-benda langit, seperti

Bumi, Bulan, Matahari dan bintang-bintang, karena benda-benda langitlah yang

dijadikan sasaran kajian atau penyelidikan atau penelitian dalam ilmu falak.

Sedangkan objek formalnya adalah lintasan atau orbit benda-benda langit, karena

lintasan benda-benda langitlah yang dijadikan cara pandang ilmu falak.18

Bila dilihat dari sisi objek material, maka ilmu falak memiliki kesamaan

dengan ilmu lain, seperti astrofisika, astromekanik, kosmografi dan kosmologi,

karena sama-sama menjadikan benda-benda langit sebagai sasaran penyelidikan

atau penelitian, tetapi objek formalnya yang berbeda. Astrofisika melihat benda-

benda langit dari segi ilmu alam dan kimia. Astromekanik, dari segi ukuran dan

16

Danial, Seri Buku Daras Filsafat Ilmu, Cet. I. (Yogyakarta: Kaukaba, 2014), hlm. 5-6.

17

Danial, Seri Buku Daras Filsafat…, hlm. 5-6.

18

Kesimpulan penulis tentang objek material dan objek formal ilmu falak berbeda dengan

apa yang telah disimpulkan oleh Susiknan Azhari, dimana benda-benda langit yang dijaikan objek

formal dan lintasan benda-benda langit dijaikan objek material. Lihat Susiknan Azhari, Ilmu

Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Cet. II, (Yogyakarta: Suara

Muhammadiyah, 2007), hlm. 2. Lihat juga, A, Kadir, Formila Baru Ilmu Falak, Cet. I, (Jakarta:

Amzah, 2012), hlm. 23.

Page 6: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

22

jarak antara satu benda langit dengan lainnya. Kosmografi, dari segi susunan dan

gambaran umum terhadap benda-benda langit. Kosmologi, dari segi asal-usul

struktur dan hubungan ruang waktu dari alam semesta.19

B. Sejarah Perkembangan dan Ruang Lingkup Kajian Ilmu Falak.

1. Sejarah Perkembangan Ilmu Falak.

Ilmu falak termasuk cabang studi yang tua dan telah berkembang sejak

zaman Babilonia. Ilmu ini ditemukan dalam kurun waktu ±3000 tahun sebelum

Masehi di kerajaan Babilonia yang terletak di antara sungai Tighris dan sungai

Eufrat dengan peletak dasar-dasarnya adalah Nabi Idris As.20

Dalam usia yang tidak senja, bisa dipastikan banyak hal yang dapat dikaji

dalam sejarah perkembangan ilmu falak ini, seperti teori apa yang pertama kali

digunakan dalam ilmu falak, ruang lingkup kajian ilmu falak, dan lain-lain.

Namun penulis dalam hal ini hanya ingin melihat dalam sejarah perkembangan

ilmu falak tentang teori perhitungan awal waktu salat yang berkembang di

Indonesia hari ini berasal dari teori siapa.

Sejumlah pemikir Yunani kuno telah menaruh perhatian dan dianggap

mempunyai jasa kepada ilmu falak, walau mereka hanya mencoba menerangkan

melalui pendekatan naturalistik, belum secara ilmiah, sehingga kesimpulan dari

sebuah pemikiran saat itu disebut dengan ramalan, bukan perhitungan, namun

penemuan mereka dianggap cikal bakal lahirnya teori ilmu falak yang sempurna.

Anaximandros (611-546 SM) murid Thales, dianggap berjasa dalam ilmu falak

dan juga dalam bidang geografi, karena dialah orang pertama yang membuat peta

Bumi. Menurut Anaximandros, Bumi berbentuk silinder, yang lebarnya tiga kali

lebih besar dari tingginya, Bumi tidak bersandar di atas sesuatu, Bumi tidak jatuh

karena posisinya dalam jagat raya sama jauh terhadap kedudukan semua benda

lainnya.21

19Kementerian Agama RI, Ilmu Falak Praktik…, hlm. 2

20

A, Kadir, Formila Baru Ilmu Falak, Cet. I, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 5.

21

A, Kadir, Formila Baru Ilmu…, hlm. 6.

Page 7: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

23

Sementara Pythagoras (580-500 SM) yang mempunyai gagasan bahwa

segala-galanya adalah bilangan, merupakan orang pertama yang berpendapat

Bumi bukan pusat jagat raya. Menurut Pythagoras, pusat jagat raya adalah

perapian (Hestia). Semua benda-benda langit beredar di sekelilingi perapian

tersebut, akhirnya langit selalu terlihat ada bintang. Kemudian mazhab ini

berkembang dengan sebutan Heliosentris dengan asumsi Matahari merupakan

perapian yang dimaksud oleh Pythagoras.22

Di zaman Nabi Muhammad saw, masyarakat muslim tidak banyak

menguasai ilmu ini. Sebagaimana digambarkan oleh Nabi saw. mereka merupakan

umat yang ummi, dalam pengertian tidak banyak menguasai baca tulis dan

perhitungan astronomis.23

Sebagaimana dalam sebuah hadis Rasulullah saw.

ث نا ث نا آدم حد ث نا ش عبة حد ث نا ق يس بن األسود حد ع مر ابن سع أنه عمر و بن سعيد حد

ول نكت ب ل ، أ مىية أ مة إنا قال أنه وسلم عليه اهلل صلى النبى عن عنهما اهلل رضى

24(الب خارى رواه .)ثالثي ومرة ، وعشرين تسعة مرة ي عن . وهكذا هكذا الشهر نس ب

Artinya: Adam telah memberitahukan kepada kami, Syu’bah telah

memberitahukan kami, Aswad bin Kais telah memberitahukan kami, Sa’id bin

‘Amrin telah diberitaukan kami bahwa ia telah mendengarkan Ibnu ‘Umar ra.

mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “sesungguhnya kami adalah umat yang

ummi, kami tidak bisa menulis dan tidak bisa melakukan hisab. Bulan itu adalah

demikian demikian. Maksudnya adalah kadang-kadang dua puluh sembilan hari,

dan kadang-kadang tiga puluh hari. (HR. Bukhari).

Sejalan dengan perkembangan peradaban Islam kemudian, pada abad ke-9

hingga abad ke-13 M, kajian ilmu falak mengalami perkembangan pesat dalam

22

A, Kadir, Formila Baru Ilmu…, hlm. 6

23

Syamsul Anwar, Diskusi dan Korespodensi Kalender Hijriah Global, Cet. I,

(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2014), hlm. 155.

24

Al Bukhari, Sahih al Bukhari, Juz. VII, (Bairut: Dar Ibnu Kasir al Yamamah, 1987),

hlm. 200.

Page 8: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

24

dunia Islam.25

Pada masa ini, ilmu falak sudah dikaji dalam sekala yang luas,

bahkan melebihi dari kajian ilmu astronomi pada masa kini. Objek kajian ilmu

falak pada masa itu semua yang berkaitan dengan benda-benda langit, tidak

terpaku pada Bumi, Bulan dan Matahari saja, tetapi benda-benda langit lain

seperti bintang, meteor dan semua planet yang ada dalam tata surya juga dikaji

dengan pendekatan matematika dan fisika.26

Tanda-tanda kemajuan ilmu falak telah dimulai pada abad ke-8, hal ini

dibuktikan dengan adanya tokoh ilmu falak Islam yang mewarisi penemuan yang

gemilang, seperti al-Khawarizmi (780-847 M) yang telah berhasil menyusun tabel

trigonometri, menemukan zodiak atau ekliptika berbentuk miring sebesar 23.5

derajat terhadap equator. Ahli falak lain yaitu Ibnu Jabr al-Battani (858-929 M)

yang telah berhasil membuktikan kemungkinan terjadi gerhana matahari cincin,

menetapkan panjang tahun sideris dan tahun tropis, adanya bulan mati dan fungsi

sinus.27

Selain itu ada juga tokoh yang sangat berjasa dalam perkembangan ilmu

falak yaitu Ulugh Beik (1344-1449 M), nama lengkapnya adalah Muhammad

Taragai Ulugh Beik, di Barat dikenal dengan sebutan Tamerlane. Ulugh Beik

merupakan orang Turki yang menjadi matematikawan dan ahli falak, dikenal

sebagai pendiri observatorium terbesar di dunia saat itu. Data Matahari dan Bulan

yang dihasilkan oleh Ulugh Beik menjadi cikal bakal perkembangan ilmu falak di

Indonesia, data Ulugh Beik pada tahun 1650 diterjemahkan dalam bahasa Inggris

oleh J. Greaves dan Thyde.28

Simon New Comb (1835-1909 M) seorang astronom

yang berhasil menyusun data astronomi baru ketika ia berkantor di Nautical

Almanac Amerika pada tahun 1857-1861 yang sekarang jadwal ini dikenal dengan

nama Almanac Nautica.29

25

Syamsul Anwar, Diskusi dan Korespodensi Kalender…, hlm. 155.

26

Nur Hidayatullah Al-Banjari, Penemu Ilmu Falak…, hlm. 1.

27

Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam…, hlm. 23-24.

28

Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat…, hlm. 223.

29

Kementerian Agama RI, Ilmu Falak Praktik, hlm. 10.

Page 9: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

25

Setelah abad ke-13, kajian ilmu falak dalam Islam mengalami stagnasi dan

kemunduran hingga abad ke-20 M. Pada permulaan abad ke-20, tepatnya pada

tahun 1910, bangkit seorang astronom Barat bernama Fotheringham

menghidupkan kembali studi falak Islam, khususnya mengenai rukyah hilal.

Setelah itu muncul banyak nama yang ikut memperkaya studi ilmu falak, di

antaranya, Mauder, Danjon, Frans Bruin dan lain-lain.30

Ketertarikan

Fotheringham dalam memilih kajian ilmu falak mengenai rukyah hilal memang

sangat beralasan, karena ini menyangkut dengan kalender umat Islam yang belum

mapan. Diskusi tentang rukyah hilal sampai sekarang masih mendominasi

ketimbang tema lain, seperti gerhana Bulan atau Matahari, awal waktu salat dan

arah kiblat.

Di Indonesia pada tahun 1992 berhasil mengklasifikasi sistem hisab

kepada hisab hakiki taqribi, hisab hakiki tahkiki dan hisab hakiki kontemporer.

Sistem hisab hakiki taqribi dan hisab hakiki tahkiki menggunakan data yang

dihasilkan oleh Ulugh Beik, seperti yang terdapat dalam kitab Sullamun Nayyirain

dan dikenal sebagai tipologi ilmu falak klasik. Sedangkan tipologi ilmu falak

modern (hakiki kontemporer) semua sistem hisab yang menggunakan data

Almanac Nautica yang dihasilkan oleh Simon New Comb.31

2. Ruang Lingkup Kajian Ilmu Falak

Setelah melihat sejarah pasang surut pengkajian ilmu falak, para pakar

ilmu falak menyimpulkan bahwa ruang lingkup kajian ilmu falak terbagi dalam

dua macam, yaitu ilmu falak ilmy (theoretical astronomy) dan ilmu falak amaly

(practical astronomy).32

Ilmu falak ilmy adalah ilmu yang membahas teori dan

konsep benda-benda langit yang meliputi:

a. Cosmogoni, yaitu teori tentang asal usul benda-benda langit dan alam

semesta.

30

Syamsul Anwar, Diskusi dan Korespodensi Kalender…, hlm. 155.

31

Kementerian Agama RI, Ilmu Falak Praktik, hlm. 10.

32

Kementerian Agama RI, Ilmu Falak Praktik, hlm. 2.

Page 10: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

26

b. Cosmologi, yaitu cabang astrologi yang menyelidiki asal-usul struktur

dan hubungan ruang waktu dari alam semesta.

c. Cosmografy, yaitu pengetahuan tentang seluruh susunan alam,

penggambaran umum tentang jagat raya termasuk Bumi.

d. Astrometrik, yaitu cabang astronomi yang kegiatannya melakukan

pengukuran terhadap benda-benda langit dengan tujuan mengetahui

ukuran dan jarak antara satu benda langit dengan benda langit lainnya.

e. Astromekanik, yaitu cabang astronomi yang mempelajari gerak dan

gaya tarik benda-benda langit dengan cara dan hukum mekanik.

f. Astrofisika, yaitu bagian astronomi tentang benda-benda angkasa dari

sudut ilmu alam dan ilmu kimia.33

Ruang lingkup kajian ilmu falak ini sangatlah luas, bahkan melebihi ruang

lingkup kajian ilmu astronomi hari ini. Kajian ilmu falak dalam ruang lingkup ini

masih dikaji pada masa kejayaan Islam yaitu abad ke 8-13 M.

Ilmu falak amaly adalah ilmu yang melakukan perhitungan untuk

mengetahui posisi dan kedudukan benda-benda langit antara satu dengan yang

lain, yang memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan ibadah umat Islam seperti:

1. Penentuan arah kiblat.

2. Penentuan awal waktu salat.

3. Penentuan awal bulan.

4. Penentuan gerhana.34

Ruang lingkup kajian ilmu falak dalam kategori ini (ilmu falak ilmy)

terlihat pada era kebangkitan kajian ilmu falak, yaitu mulai dari abad ke 20 M

sampai hari ini. Dalam sejarah perkembangan ilmu falak, kajian ilmu falak ilmy

hanya tinggal sebutan saja dalam pembahagian ilmu falak, sedangkan dalam

kajian pengembangan ilmu falak hari ini, disiplin ilmu tersebut sudah dinamai

dengan ilmu lain, sepert astronomi, astrofisik, astromekanik, dan lain-lain . Ilmu

falak hari ini identik dengan ruang lingkup kajian ilmu falak amaly. Untuk

mempercepat pengembangan aplikatif ilmu falak di era modern, penulis merasa

33

Kementerian Agama RI, Ilmu Falak Praktik, hlm. 2.

34

Kementerian Agama RI, Ilmu Falak Praktik, hlm. 2.

Page 11: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

27

lebih cocok ruang lingkup kajian ilmu falak hanya pada penentuan arah dan waktu

di permukaan Bumi untuk berbagai macam keperluan.

C. Dasar Hukum Penentuan Awal Waktu Salat

Secara syar‘i, salat yang diwajibkan itu mempunyai waktu yang telah

ditentukan, sehingga terdefinisi sebagai ibadah mawqutan. Walaupun tidak

dijelaskan secara detail waktunya, namun secara umum, Alquran telah

menentukannya. Sedangkan penjelasan waktu salat yang terperinci diterangkan

dalam hadis-hadis Nabi. Dari hadis-hadis waktu salat itulah, para ulama fiqh

memberikan batasan-batasan waktu salat dengan berbagai cara atau metode yang

mereka asumsikan cocok untuk menentukan waktu salat tersebut.

1. Dasar Alquran

Dalam Alquran terdapat beberapa ayat yang menyebutkan secara umum

tentang waktu salat.

a. Surat an is ’ ayat 103.

Artinya: Maka apabila kamu Telah menyelesaikan salat, ingatlah Allah di waktu

berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah

merasa aman, maka dirikanlah salat itu. Sesungguhnya salat itu adalah fardhu

yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

Ayat ini menunjuki bahwa salat ada waktu tertentu dalam pelaksanaannya.

Ahmad Mustafa al-Maragi menjelaskan dalam kitab tafsirya, salat adalah suatu

kewajiban yang mempunyai waktu-waktu tertentu dan sebisa mungkin harus

dilaksanakan di dalam waktu-waktu itu.35

b. urat d ayat 114

35

Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi, Terj. Bahrul Abubakar, Dkk. Cet. II,

(Semarang: Karya Toha putra, 1993), hlm. 238.

Page 12: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

28

Artinya: Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang)

dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-

perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.

Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.

Menurut Ibnu Abbas dalam tafsirnya, ayat ini menjelaskan tiga waktu salat

yaitu Subuh dan Magrib difahami pada kalimat dan waktu salat

Isya yang difahami pada kalimat .36

. urat al Isr ’ ayat 78

Artinya: Dirikanlah salat dari sesudah Matahari tergelincir sampai gelap malam

dan (dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh

malaikat).

Dari uraian di atas dapat difahami bahwa waktu-waktu salat telah

dijelaskan dalam Alquran, hanya saja metode untuk mengetahui masuk waktu

salat yang belum dirincikan secara sempurna yang mudah dipedomani oleh

manusia.

2. Dasar Hadis

36

Ibnu Abbas, Tafsir Ibnu Abbas, Terj. Muhyiddin Mas Rida, dkk. (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2009), hal 435-436.

Page 13: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

29

Dalam hadis Nabi saw. terdapat rincian yang menyebutkan secara jelas

batasan-batasan waktu salat.

a. Hadis ‘Abdullah Ibnu ‘Amr.

ثن ورقى إب راهيم بن أحد وحد ث نا الد ث نا الصمد عبد حد ث نا هام حد أب عن ق تادة حد

الظ هر وقت » قال -وسلم عليه اهلل صلى- الله رس ول أن عمر و بن الله عبد عن أي وب

تصفر ل ما العصر ووقت العصر يض ر ل ما كط وله الرج ل ظل وكان الشمس زالت إذا

الليل نصف إل العشاء صالة ووقت الشفق يغب ل ما المغرب صالة ووقت الشمس

37(رواه مسلم...)الشمس تطل ع ل ما الفجر ط ل وع من الص بح صالة ووقت األوسط

Artinya: Ahmad Bin Ibrahim al-Daurak telah memberitahukan kepada kami,

‘Abdu al-Shamadi telah memberitahukan kepada kami, Hammamun telah

memberitahukan kepada kami, Katadah telah memberitahukan kepada kami dari

aiyyub dari ‘Abdullah Ibnu ‘Amr bahwa Rasulullah saw bersabda: waktu Zuhur

adalah ketika Matahari tergelincir dan (berlangsung hingga) bayangan orang

sama dengan badannya sebelum masuk waktu Asar. Waktu Asar berlangsung

sampai Matahari belum menguning. Waktu salat Magrib berlangsung sampai

hilangnya safak. Waktu salat Isya berlangsung hingga pertengahan malam, dan

waktu salat Subuh adalah dari terbit Fajar sampai sebelum Matahari

terbit…(HR.Muslim).

b. adis dari bir.

: قال اهلل عبد أخربنا: قال موسى بن حبان أخربنا: قال سفيان بن احلسن أخربنا

جربيل جاء: قال جابر عن كيسان بن وهب عن حسي بن علي بن حسي حدثنا

37

Muslim, Sahih al-Muslim, u . II, airud Darul al- l, t.t), hlm. 105.

Page 14: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

30

فقام الظهر فصل حممد يا قم: فقال الشمس زالت حي سلم و عليه اهلل صلى النيب إل

فقام العصر فصل قم: فقال مثله شيء كل ظل كان حي جاءه مث الظهر فصلى

املغرب فصلى فقام املغرب فصل قم: فقال الشمس غابت حي جاءه مث العصر فصلى

حي جاءه مث فصالها فقام العشاء فصل قم: فقال فجاءه الشفق ذهب حىت مكث مث

حي الغد من وجاءه الصبح فصلى فقام فصل حممد يا قم: فقال بالصبح الفجر سطع

كان حي جاءه مث الظهر فصلى فقام الظهر فصل قم: فقال مثله شيء كل ظل صار

غابت حي جاءه مث العصر فصلى فقام العصر فصل قم: فقال مثليه شيء كل ظل

جاءه مث املغرب فصلى فقام املغرب فصل قم: فقال عنه يزل ل واحدا وقتا الشمس

جاءه مث العشاء فصلى فقام العشاء فصل قم: فقال الليل ثلث ذهب حي العشاء

هذين بي ما: فقال الصبح فصلى فقام الصبح فصل قم: فقال جدا أسفر حي الصبح

38 (حبان بن رواه حممد)كله وقتArtinya: al-Hasan Ibnu Sufyan telah menceritakan kepada kami ia berkata,

Hibban Ibnu Musa telah men eritakan kepada kami ia berkata, ‘Abdullah telah

men eritakan kepada kami ia berkata, Husen Ibnu ‘Ali Ibnu Husen telah

men eritakan kepada kami dari ahab ibnu Kais n dari abir ia berkata, Jibril

A.S telah datang kepada Nabi SA . lalu berkata kepadanya: “Bangunlah lalu

salatlah!”. Kemudian Nabi salat Zuhur di kala Matahari tergelin ir. Kemudian ia

datang lagi kepadanya di waktu Asar lalu berkata, “Bangunlah lalu salatlah!”.

Kemudian Nabi salat Asar di kala bayang-bayang sesuatu sama dengannya.

38

Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibban, Cet. II, Juz. IV, (Bairud: Musasah Risalah, 1993),

hlm. 335.

Page 15: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

31

Kemudian ia datang lagi kepadanya di waktu Magrib lalu berkata:

“Bangunlah!”. Kemudian Nabi salat Magrib di kala Matahari terbenam.

Kemudian datang lagi kepadanya di waktu Isya’ lalu berkata : “Bangunlah dan

salatlah!”. Kemudian Nabi salat Isya’ di kala mega merah telah terbenam.

Kemudian ia datang lagi kepadanya di waktu Fajar lalu berkata : “Bangun dan

salatlah!”. Kemudian Nabi salat Fajar di kala Fajar menyingsing, dan berkata

bahwa laut telah terang. Kemudian ia datang pula esok harinya pada waktu

Zuhur kemudian ia berkata padanya: “Bangunlah lalu salatlah!”. Kemudian

Nabi salat Zuhur di kala bayang-bayang suatu sama dengannya. Kemudian

datang lagi kepadanya di waktu Asar dan ia berkata: “Bangunlah dan salatlah!”.

Kemudian Nabi salat Asar di kala bayang-bayang Matahari dua kali sesuatu itu.

Kemudian ia datang lagi kepadanya di waktu Magrib dalam waktu yang sama,

tidak bergeser dari waktu yang sudah. Kemudian ia datang lagi di waktu Isya’ di

kala separuh malam telah berlalu atau telah hilang sepertiga malam, lalu Nabi

salat Isya’. Kemudian ia datang lagi kepadanya di kala telah ber ahaya benar

dan ia berkata: “Bangunlah lalu salatlah!”. Kemudian Nabi salat Fajar,

kemudian Jibril berkata saat dua waktu itu adalah waktu salat. (HR. Muhammad

Ibnu Hibban).

. adis dari Ibnu ‘Abbas

قال . حدثنا مسدد ثنا يىي عن سفيان قال حدثين عبد الرحن بن فالن بن أيب ربيعة

أبو داود هو عبد الرحن بن احلارث بن عياش بن أيب ربيعة عن حكيم بن حكيم عن

" قال رسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم : نافع بن جبري بن مطعم عن ابن عباس قال

ت مرتي فصلى يب الظهر حي زالت الشمس وكاننت أمين جربيل عليه السالم عند البي

قدر الشراك وصلى يب العصر حي كان ظله مثله وصلى يب يعين املغرب حي أفطر

الصائم وصلى يب العشاء حي غاب الشفق وصلى يب الفجر حي حرم الطعام والشراب

Page 16: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

32

حي على الصائم فلما كان الغد صلى يب الظهر حي كان ظله مثله وصلى يب العصر

كان ظله مثليه وصلى يب املغرب حي أفطر الصائم وصلى يب العشاء إل ثلث الليل

وصلى يب الفجر فأسفر مث التفت إيل فقال يا حممد هذا وقت األنبياء من قبلك والوقت

39(أبو داودرواه )"ما بي هذين الوقتي

Artinya: Musaddan telah memberitahukan kepada kami, ahya Ibnu Sufy n telah

men eritakan kepada kami ia berkata, “Abdurrahman Ibnu Fulan Ibnu Ab

Rab ’ah telan menceritakan kepada kami, Abu Daud berkata (ia adalah

‘Abdurrahman Ibnu Haris Ibnu ‘Iyas Ibnu Abi Rab ’ah) dari Hakim Ibnu Hakim

dari Nafi’k Ibnu ab r Ibnu Mud’in dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah saw pernah

bersabda. Jibril as. pernah mengimami saya untuk salat di Baitullah dua kali. Ia

salat Zuhur mengimami saya ketika Matahari tergelincir dan membentuk bayang-

bayang sepanjang tali sepatu, dan salat Asar mengimami saya pada saat bayang-

bayang sama panjang dengan bendanya. Ia salat mengimami saya –maksudnya

salat Magrib- ketika orang puasa berbuka. Ia salat Isya mengimami saya ketika

Syafak menghilang. Ia salat Fajar (Subuh) mengimami saya ketika makanan dan

minuman tidak boleh lagi disantap oleh orang yang berpuasa. Kemudian

keesokan harinya ia salat Zuhur mengimami saya ketika bayang-bayang sama

panjang dengan bendanya, ia salat Asar mengimami saya ketika bayang-bayang

dua kali panjang bendanya, ia salat Magrib mengimami saya ketika orang

berpuasa berbuka, ia salat Isya mengimami saya ketika menjelang berakhir

sepertiga malam, dan ia salat Subuh mengimami saya ketika Subuh sangat

terang. Kemudian beliau berpaling kepada saya dan berkata ” ahai

Muhammad, ini adalah waktu salat para Nabi sebelum engkau. Waktu salat itu

adalah antara kedua waktu ini”. (HR. Abu Daud).

39

Abu Daud, Sunan Abi Daud, Juz. I, (Darul al-Fikri, t.t), hlm. 160.

Page 17: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

33

Dari beberapa hadis di atas dapat dipastikan awal dan akhir waktu salat

dengan menandai sesuatu yang dibias oleh Matahari. Dengan memperhatikan ayat

dan hadis di atas, dapat dipahami bahwa batas-batas waktu salat berpatokan pada

cahaya Matahari atau keadaan alam yang terlihat di Bumi (rukyah), bukan pada

titik pusat Matahari dalam pergerakan semu dari Timur ke Barat (hisab). Batas-

batas waktu salat tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Salat Zuhur sejak Matahari tergelincir sampai bayang-bayang sesuatu

sama panjangnya.

2. Salat Ashar dimulai sejak bayang-bayang sesuatu sama panjangnya sampai

sempurna terbenam Matahari.

3. Salat Magrib dimulai ketika sempurna terbenam Matahari sampai hilang

mega merah.

4. Salat Isya dimulai semenjak hilang mega merah sampai terbit Fajar kedua

atau Fajar Shadiq.

Sampai di sini bisa disimpulkan bahwa kehadiran ilmu falak dalam

penentuan awal waktu salat hanya untuk memudahkan umat dalam menandai

masuk waktu salat tanpa harus melihat lagi kepada bias cahaya Matahari di setiap

melaksanakan salat.

D. Awal Waktu Salat Menurut Ilmu Falak.

Proses pelaksanaan ibadah rukun Islam kaum muslimin selalu terikat

dengan waktu-waktu tertentu, kecuali membaca kalimat syahadah. Prosesi ibadah

puasa, zakat dan haji, perhitungannya berdasarkan pada perjalanan revolusi Bulan

terhadap Bumi. Sedangkan salat yang merupakan kewajiban rutinitas harian kaum

muslimin, perhitungannya mengacu pada waktu Bumi melakukan rotasi dan

revolusi terhadap Matahari.40

Menghitung awal waktu salat merupakan salah satu ruang lingkup kajian

ilmu falak, dimana umat Islam dalam mengerjakan salat harus dalam waktu yang

telah ditentukan. Persoalan penentuan waktu dalam melaksanakan salat harus

40

Tono Saksono, Mengungkap Rahasia Simfoni Zikir Dzikir Jagat Raya, Cet. I, (Bekasi:

Pustaka Darul Ilmi, 2006), hlm. 97.

Page 18: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

34

menggunakan pendekatan ilmu falak, karena ilmu falak merupakan sebuah ilmu

yang mempelajari lintasan benda-benda langit untuk penentuan arah dan waktu di

permukaan Bumi.

Istilah awal waktu salat tidak ditemukan dalam Alquran dan hadis.

Masalah ini murni hasil ijtihad para ulama ketika menafsirkan ayat-ayat Alquran

dan hadis-hadis yang berkaitan dengan waktu salat.41

Adapun yang dimaksud

dengan waktu salat di sini adalah sebagaimana yang biasa diketahui oleh

masyarakat, yaitu waktu salat lima waktu, yakni Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan

Subuh.

Ilmu falak dalam menentukan awal waktu salat berangkat dari apa yang

difahami dalam ayat dan hadis. Ayat dan hadis memberi penjelasan bahwa

patokan awal waktu salat pada Matahari, yaitu tergelincir Matahari, panjang

pendek bayang-bayang suatu benda, terbenam Matahari, hilangnya mega merah

dan terbitnya Fajar. Peristiwa ini secara rutin akan terjadi karena apa yang dikenal

dengan rotasi Bumi dan revolusi Bumi yang relatif tetap, kemudian ilmu falak

menerjemahkan posisi Matahari pada saat-saat terjadi kejadian-kejadian yang

merupakan pertanda bagi awal atau akhir waktu salat dalam ayat dan hadis ke

dalam bentuk rumus dengan menggunakan ilmu ukur bola (trigonometri bola).42

Awal waktu salat menurut ilmu falak adalah:

1. Awal waktu salat Zuhur dimulai sesaat Matahari terlepas dari titik garis

meridian langit setelah mencapai titik kulminasi dalam peredaran

hariannya.43

2. Awal waktu salat Asar dimulai saat Matahari berada pada posisi yang

menghasilkan bayang-bayang suatu benda tegak lurus di permukaan Bumi

dua kali panjangnya. Posisi Matahari seperti ini diketahui dengan cara

41

Susiknan Azhari, Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Cet. II,

(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007), hlm. 63-64

42

Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP. Muhammadiyah, Pedoman Hisab

Muahammadiyah.., hlm. 50-54.

43

Ismail, Posisi Matahari Pada Awal aktu Salat Dalam Perspektif Fiqh Syafi’iyah dan

Ilmu Falak, Syarah: Jurnal Hukum Islam dan Ekonomi, Vol. II, 2013, hlm. 71. Lihat juga, Tim

Majelis Tarjih dan Tajdid PP. Muhammadiyah, Pedoman Hisab Muahammadiyah, Cet. II,

(Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tajdid PP. Muhammadiyah, 2009), hlm. 50-51.

Page 19: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

35

menentukan nilai jarak enit Matahari m), tinggi Matahari hₒ) dan nilai

sudut waktu Matahari tₒ).44

3. Awal waktu salat Magrib dimulai saat Matahari sempurna terbenam

(sunset) di suatu tempat, dalam artian seluruh piringan Matahari sempurna

melawati garis ufuk mar’i (horizon kodrat).45

4. Awal waktu salat Isya dimulai saat gelap malam sudah sempurna

(astronomical twilight), hal ini terjadi di saat posisi Matahari berada

sekitar 18 derajat di bawah ufuk Barat.46

5. Awal waktu salat Subuh dimulai saat Matahari berada pada posisi yang

menghasilkan cahaya fajar, cahaya ini terjadi saat Matahari berada sekitar

20 derajat di bawah ufuk Timur.47

Untuk menelusuri sejauh mana sudah perkembangan ilmu falak dalam

menjawab problematika perhitungan penentuan awal waktu salat, penulis

mencoba mengutip beberapa rumus perhitungan awal waktu salat beserta dengan

contohnya, guna untuk mendeteksi hal apa yang menjadi tolak ukur dalam

perhitungan awal waktu salat dan apa saja data penting dalam penyelesaian

perhitungan rumus awal waktu salat agar hasil perhitungannya sesuai dengan apa

yang dihasilkan oleh ayat Alquran dan hadis dalam persoalan awal waktu salat.

Dalam hal ini penulis mengambil tiga buku sebagai data pokok untuk menganalisa

terhadap persoalan di atas, yang menurut penulis ketiga buku ini mewakili

cerminan perkembangan ilmu falak di Indonesia karena ketiga buku ini ditulis

oleh tim yang dipercaya oleh masing-masing lembaga di mana buku ini

diterbitkan. Ketiga buku yang penulis maksud adalah:

a. Kementerian Agama RI.48

44

M.Yusuf Harun, Pengantar Ilmu Falak, Cet. I, (Banda Aceh: Yayasan PeNA, 2008),

hlm. 20-22.

45

A.Jamil, Ilmu Falak: Teori dan Aplikasi, Cet. I, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 36.

46

A.Jamil, Ilmu Falak: Teori…, hlm. 44-46.

47

Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam…, hlm. 92.

48

Data penyelesaian rumus perhitungan awal waktu salat beserta contoh sepenuhnya

diambil dari buku yang ditulis oleh Kementerian Agama RI dengan sedikit perobahan pada simbol

Page 20: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

36

Untuk menyelesaikan perhitungan awal waktu salat, ada beberapa data

yang harus dipersiapkan:

a. Lintang tempat (φ).

b. Bujur tempat (λ)

c. Tinggi tempat dari permukaan laut.

d. Deklinasi matahari (δₒ).

e. Sudut waktu matahari tₒ).

f. Perata waktu (equation of time) (e).

g. Ikhtiyat.

h. Tinggi matahari (high of sun) hₒ).

Contoh I.

Hitung dan tentukan awal waktu salat untuk kota Semarang pada tanggal

29 Desember 2011 M, dengan ketinggian tempat kurang lebih 200 Meter di atas

permukaan laut.

Jawaban:

Data yang diperlukan:

a. Lintang tempat φ) = -7ᵒ 00ʹ L .

b. ujur tempat λ) = 110ᵒ 24ʹ T.

c. Tinggi tempat dari permukaan laut = 200 meter.

d. Deklinasi matahari δₒ) = tanggal 29 Desember 2014 pukul 12 WIB -

23° 14ʹ 44ʺ.

e. Perata waktu (equation of time) (e) = tanggal 29 Desember 2014 -0. 1.

44.

f. Ikhtiyat = 2 menit.

1) Awal waktu Zuhur

Rumus : WH – e + (λʷ - λ) : 15

Ket. WH = waktu hakiki (pukul 12).

λʷ = waktu daerah, WIB 105°, WITA 120°, WIT 135°.

dan mekanisme penyelesaian rumus. Selengkapnya lihat Kementerian agama RI, Ilmu Falak

Praktik, Cet. I, (Jakarta: Sub. Direktorat Pembina Syariah dan Hisab Rukyat, Direktorat Urusan

Agama Islam & Pembina Syariah, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2013), hlm.

86-93.

Page 21: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

37

= 12 – (-0. 1. 44.) + (105° - 110ᵒ 24ʹ) 15

= (105° - 110ᵒ 24ʹ) = -5° 24ʹ 00ʺ

= (-5° 24ʹ 00ʺ) : 15 = 00.21.36

= (00.1.44 – 00.21.36) = 00.19.52

= 12 – 00.19.52 = 11.40.8

= 11.43 Wib.

2) Awal waktu Asar

a) arak enit. m = δₒ - φ.

zm = -23° 14ʹ 44ʺ - (-7°).

= -23° 14ʹ 44ʺ + 7.

= -16° 14ʹ 44ʺ.

= 16° 14ʹ 44ʺ.

b) Tinggi Matahari hₒ).

Cotan ha = tan zm + 1

= tan 16° 14ʹ 44ʺ + 149

.

= 37° 45ʹ 09.95ʺ

c) udut waktu Matahari tₒ).

Cos tₒ = sin hₒ os φ os δₒ - tan φ x tan δₒ.

= sin 37° 45ʹ 09.95ʺ os -7° 00ʹ os -23° 14ʹ 44ʺ - tan -7° 00ʹ x tan -23°

14ʹ 44ʺ.50

tₒ = 51° 47ʹ 06.71ʺ : 15

= 03.27.08.45

d) Awal waktu Asar

Rumus = 12 + tₒ)

= 12 + (03.27.08,45) = 15.27.08,45

= 15.27.08,45 (waktu hakiki) – (waktu setempat) 00.19.52

= 15.07.16,45

= 15.10 Wib.

49

Cara pejet kalkulator Casio fx-350 M . hift Tan 1 Tan 16° 14ʹ 44ʺ + 1)) = derajat°

50

Cara pejet kalkulator Casio fx-350 M . hift os sin 37° 45ʹ 09.95ʺ os -7° 00ʹ os -

23° 14ʹ 44ʺ - tan -7° 00ʹ x tan -23° 14ʹ 44ʺ) = derajat °

Page 22: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

38

3) Awal waktu Magrib.

a) Tinggi Matahari hₒ)

hₒ = -(ref + sd + ku)

ku = 0° 1,76ʹ x √200m

= 0° 24ʹ 53,41ʺ.

d = 0° 16ʹ

Ref = 0° 34ʹ

hₒ = - 0° 34ʹ + 0° 16ʹ + 0° 24ʹ 53,41ʺ)

= -1° 14ʹ 53,41ʺ.

b) Sudut waktu Matahari tₒ)

tₒ = os tₒ = sin hₒ os φ os δₒ - tan φ x tan δₒ

= sin -1° 14ʹ 53,41ʺ os -7° 00ʹ os -23°14ʹ 44ʺ - tan -7° 00ʺ x tan -23°

14ʹ 44ʺ.51

= 94° 23ʹ 40,89ʺ 15

tₒ = 6.17.34,73

c) Awal waktu Magrib

Rumus = 12 + tₒ)

= 12 + (6.17.34,73) = 18.17.34,73

= 18.17.34,73 (waktu hakiki) – (waktu setempat) 00.19.52

= 17.57.42,73

= 18.00 Wib.

4) Awal waktu Isya

a) Tinggi Matahari hₒ)

hₒ = -17° + (hₒ Magrib)

= -17° + (-1° 14ʹ 53,41ʺ)

= -17° - 1° 14ʹ 53,41ʺ

= -18° 14ʹ 53,41ʺ

b) Sudut waktu Matahari tₒ)

Cos tₒ = sin hₒ os φ os δₒ - tan φ x tan δₒ

51

Cara pejet kalkulator Casio fx-350 MS. Shift cos (sin-1° 14ʹ 53,41ʺ os -7° 00ʹ os -

23°14ʹ 44ʺ - tan -7° 00ʺ x tan -23° 14ʹ 44ʺ)= derajat°

Page 23: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

39

= sin -18° 14ʹ 53,41ʺ os -7° 00ʹ os -23° 14ʹ 44ʺ - tan -7° 00ʹ x tan -23°

14ʹ 44ʺ.52

= 113° 20ʹ 4,4ʺ 15

tₒ = 7.33.20,29

c) Awal waktu Isya

Rumus = 12 + tₒ)

= 12 + (7.33.20,29).

= 19.33.20,29 (waktu hakiki) – (waktu setempat) 00.19.52

= 19.13.28,29

= 19.16 Wib.

5) Awal waktu Subuh

a) Tinggi Matahari hₒ)

hₒ = -19° + hₒ Magrib).

= -19° + (-1° 14ʹ 53,41ʺ)

= -19° - 1° 14ʹ 53,41ʺ

= -20° 14ʹ 53,41ʺ

b) udut waktu Matahari tₒ)

Cot tₒ = sin hₒ os φ os δₒ - tan φ x tan δₒ

= sin -20° 14ʹ 53,41ʺ os -7° 00ʹ os -23° 14ʹ 44ʺ - tan -7° 00ʹ x tan -23°

14ʹ 44ʺ53

=115° 36ʹ 33,8ʺ 15

tₒ = -7.42.26,26

c) Awal waktu Subuh

Rumus = 12 + tₒ)

= 12 + (-7.42.26,26)

= 4.17.33,74 (waktu hakiki) – (waktu setempat) 00.19.52

= 3.57.41,74

52

Cara pejet kalkulator Casio fx-350 MS. Shift cos (sin -18° 14ʹ 53,41ʺ os -7° 00ʹ os -

23° 14ʹ 44ʺ - tan -7° 00ʹ x tan -23° 14ʹ 44ʺ) = derajat°.

53

Cara pejet kalkulator Casio fx-350 MS. Shift cos (sin -20° 14ʹ 53,41ʺ os -7° 00ʹ os -

23° 14ʹ 44ʺ - tan -7° 00ʹ x tan -23° 14ʹ 44ʺ).

Page 24: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

40

= 04.00 Wib.

Dari penyelesaian rumus awal waktu salat di atas dapat diambil

kesimpulan terhadap beberapa hal:

a. Tinggi Matahari hₒ) untuk kota emarang adalah

1) Awal waktu Zuhur = 0°

2) Awal waktu Asar = +37° 45ʹ 09.95ʺ

3) Awal waktu Magrib = -1° 14ʹ 53,41ʺ

4) Awal waktu Isya = -18° 14ʹ 53,41ʺ

5) Awal waktu Subuh = -20° 14ʹ 53,41ʺ.

b. Data ketinggian tempat digunakan dalam mencari nilai ketinggian

Matahari untuk waktu salat Magrib, Isya dan Subuh, dalam hal ini bisa

dipastikan bahwa nilai tinggi Matahari untuk waktu Magrib, Isya dan

Subuh akan berpariasi seiring tinggi rendah suatu tempat, tidak terpaku

pada -01° untuk waktu Magrib, -81° untuk waktu Isya, dan -20° untuk

waktu Subuh.

c. Data deklinasi Matahari dan nilai Equation of Time diambil satu kali untuk

sehari perhitungan waktu salat, yaitu data pukul 12.00 Wib.

d. Nilai ihtiyat 2 menit ditambah penggabungan nilai detik ke satu menit, jadi

nilai ihtiyat rata-rata lebih 2 menit.

e. Perbedaan awal waktu salat masih berpijak pada perbedaan nilai Bujur

saja, belum memperhatikan selisih nilai Lintang.

Contoh II.

Sebagai perbandingan dalam penyelesaian rumus awal waktu salat, penulis

mengambil sampel kota Lhokseumawe. Perhitungan dilakukan pada tanggal 29

Desember 2014 M dengan mengambil tempat masjid Islamic Center

Lhokseumawe, koordinat tempat 05° 10ʹ 48,36ʺ LU, 97° 08ʹ 30,33ʺ BT dan tinggi

tempat 1 (satu) meter di atas permukaan laut.54

Data yang diperlukan:

a. Lintang tempat φ) = 05° 10ʹ 48,36ʺ LU.

b. ujur tempat λ) = 97° 08ʹ 30,33ʺ BT.

54

Data ini diambil dari software google earth tanggal 20 Desember 2014.

Page 25: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

41

c. Tinggi tempat dari permukaan laut = 1 meter.

d. Deklinasi matahari δₒ) = tanggal 29 Desember 2014 pukul 12 WIB -

23° 12ʹ 43ʺ.

e. Perata waktu (equation of time) (e) = tanggal 29 Desember 2014 -0. 1.

59.

f. Ikhtiyat = 2 menit.

1) Awal waktu Zuhur

Rumus : WH – e + λʷ - λ) 15

Ket. WH = waktu hakiki (pukul 12).

λʷ = waktu daerah, WI 105°, WITA 120°, WIT 135°.

= 12 – (-00.01.59) + (105° - 97° 08ʹ 30,33ʺ) : 15

= (105° - 97° 08ʹ 30,33ʺ) = 7° 51ʹ 29,67ʺ

= 7° 51ʹ 29,67ʺ : 15 = 00.31.25,98.

= 00.01.59 + 00.31.25,98 = 00.33.24,98

= 12 + 00.33.24,98 = 12.33.24,98

= 12.36 Wib.

2) Awal waktu Asar

a) arak enit. m = δₒ - φ.

zm = -23° 12ʹ 43ʺ - 05° 10ʹ 48,36ʺ = -28° 23ʹ 31,36ʺ

= -28° 23ʹ 31,36ʺ

= 28° 23ʹ 31,36ʺ.

b) Tinggi Matahari hₒ).

Cotan ha = tan zm + 1

= tan 28° 23ʹ 31,36ʺ + 155

.

= 32° 59ʹ 20.02ʺ

c) udut waktu Matahari tₒ).

Cos tₒ = sin hₒ os φ os δₒ - tan φ x tan δₒ.

= sin 32° 59ʹ 20.02ʺ : cos 05° 10ʹ 48,36ʺ : cos-23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ

48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ.56

55

Cara pejet kalkulator Casio fx-350 M . hift Tan 1 Tan 28° 23ʹ 31,36ʺ + 1)) =

derajat° .

Page 26: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

42

tₒ = 50° 40ʹ 24.04ʺ : 15

= 03.22.41,63

d) Awal waktu Asar

Rumus = 12 - e + tₒ)

= 12 + (03.22.41,63) = 15.22.41,63

= 15.22.41,63 (waktu hakiki) + (waktu setempat) 00.33.24,98

= 15.56.06,61

= 15.59 Wib.

3) Awal waktu Magrib.

a) Tinggi Matahari hₒ)

hₒ = -(ref + sd + ku)

ku = 0° 1,76ʹ x √01m

= 0° 01ʹ 45,06ʺ.

d = 0° 16ʹ

Ref = 0° 34ʹ

hₒ = - 0° 34ʹ + 0° 16ʹ + 0° 01ʹ 45,06ʺ)

= -00° 51ʹ 45,06ʺ.

b) udut wakt Matahari tₒ)

tₒ = os tₒ = sin hₒ os φ os δₒ - tan φ x tan δₒ

= sin -00° 51ʹ 45,06ʺ : cos 05° 10ʹ 48,36ʺ : cos -23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ

48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ.57

= 88° 42ʹ 52,72ʺ : 15

tₒ = 05.54.51,51

c) Awal waktu Magrib

Rumus = 12 + tₒ)

= 12 + (5.54.51,51) = 17.54.51,51

= 17.54.51,51 (waktu hakiki) + (waktu setempat) 00.33.24,98

56

Cara pejet kalkulator Casio fx-350 M . hift os sin 32° 59ʹ 20.02ʺ os 05° 10ʹ 48,36ʺ

: cos-23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ 48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ) = derajat °.

57

Cara pejet kalkulator Casio fx-350 MS. Shift cos (sin -00° 51ʹ 45,06ʺ os 05° 10ʹ

48,36ʺ os -23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ 48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ)= derajat°.

Page 27: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

43

= 18.28.16,49

= 18.31 Wib.

4) Awal waktu Isya

a) Tinggi Matahari hₒ)

hₒ = -17° + hₒ Magrib)

= -17° + (-00° 51ʹ 45,06ʺ)

= -17° - 00° 51ʹ 45,06ʺ

= -17° 51ʹ 45,06ʺ

b) Sudut waktu Matahari tₒ)

Cos tₒ = sin hₒ os φ os δₒ - tan φ x tan δₒ

= sin -17° 51ʹ 45,06ʺ : cos 05° 10ʹ 48,36ʺ : cos -23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ

48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ.58

= 107° 13ʹ 55ʺ : 15

tₒ = 7.08.55,67

c) Awal waktu Isya

Rumus = 12 + tₒ)

= 12 + (7.08.55,67) = 19.08.55,67

= 19.08.55,67 (waktu hakiki) + (waktu setempat) 00.33.24,98

= 19.42.20,65

= 19.45 Wib.

5) Awal waktu Subuh

a) Tinggi Matahari hₒ)

hₒ = -19° + (hₒ Magrib).

= -19° + (-00° 51ʹ 45,06ʺ)

= -19° - 00° 51ʹ 45,06ʺ

= -19° 51ʹ 45,06ʺ

b) udut waktu Matahari tₒ)

Cot tₒ = sin hₒ os φ os δₒ - tan φ x tan δₒ

58

Cara pejet kalkulator Casio fx-350 MS. Shift cos (sin -17° 51ʹ 45,06ʺ os 05° 10ʹ

48,36ʺ os -23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ 48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ) = derajat°.

Page 28: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

44

= sin -19° 51ʹ 45,06ʺ : cos 05° 10ʹ 48,36ʺ : cos -23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ

48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ .59

=109° 24ʹ 36,04ʺ : 15

tₒ = -7.17.38,43

c) Awal waktu Subuh

Rumus = 12 + tₒ)

= 12 + (-7.17.38,43)= 04.42.21,57

= 04.42.21,57 (waktu hakiki) – (waktu setempat) 00.33.24,98

= 05.15.46,55

= 05.18 Wib.

Dari penyelesaian perhitungan rumus awal waktu salat untuk kota

Lhokseumawe dapat dipastikan tinggi Matahari hₒ) untuk kota Lhokseumawe

adalah:

a. Awal waktu Zuhur = 0°

b. Awal waktu Asar = +32° 59ʹ 20.02ʺ

c. Awal waktu Magrib = -00° 51ʹ 45,06ʺ

d. Awal waktu Isya = -17° 51ʹ 45,06ʺ

e. Awal waktu Subuh = -19° 51ʹ 45,06ʺ

b. Pedoman Hisab Muhammadiyah.60

Contoh I.

Perhitungan awal waktu salat untuk kota Yogyakarta pada tanggal 6

Desember 2008 M.

a. Awal waktu Zuhur

1) Data:

a) Lintang tempat φ) = -07° 48ʹ L

b) ujur tempat λ) = 110° 21ʹ T

59

Cara pejet kalkulator Casio fx-350 MS. Shift cos (sin -19° 51ʹ 45,06ʺ os 05° 10ʹ

48,36ʺ os -23° 12ʹ 43ʺ - tan 05° 10ʹ 48,36ʺ x tan -23° 12ʹ 43ʺ) = derajat°.

60

Data penyelesaian rumus perhitungan awal waktu salat beserta contoh sepenuhnya

diambil dari buku yang ditulis oleh Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP. Muhammadiyah dengan

sedikit perobahan pada simbol dan mekanisme penyelesaian rumus. Selengkapnya lihat, Tim

Majelis Tarjih dan Tajdid PP. Muhammadiyah, Pedoman Hisab Muahammadiyah, Cet. II,

(Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tajdid PP. Muhammadiyah, 2009), hlm. 52-72.

Page 29: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

45

c) Perata waktu (equation of time) (e) = 00.08.54

2) Rumus awal waktu Zuhur

Zuhur = e.t. -/+ swλ) + i

e.t. = 12 – e

3) Proses perhitungan

Ephemeris Transit (e.t.) = 12 – e

= 12 – 00.08.54

= 11.51.06 (waktu daerah)

Selisih waktu bujur (swλ) = 110° 21ʹ - 105°) : 15

= 110° 21ʹ - 105°) = 05° 21ʹ 00ʺ 15

= 00.21.24

e.t. – swλ = 11.51.06 – 00.21.24

= 11.29.42

Ihtiyat = 00.01.18

Awal waktu Zuhur = 11.29.42 + 00.01.18

= 11.31 Wib.

b. Awal waktu Asar

1) Data:

a) Lintang tempat φ) = -07° 48ʹ L

b) ujur tempat λ) = 110° 21ʹ T

c) Perata waktu (equation of time) (e) = 00.08.54

d) Deklinasi Matahari δ) = -22° 32ʹ 53ʺ

2) Rumus awal waktu Asar

Asar = ((e.t. + t) -/+ swλ) + i

e.t. = 12 – e

t = osˉ¹ -tan φ tan δ + sin h os φ os δ)

h = otanˉ¹ tan ᵐ + 1)

zᵐ = φ – δ)

swλ = λtp – λdh) 15

3) Proses perhitungan

Tinggi matahari (h): cotan h = tan zᵐ + 1

Page 30: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

46

zᵐ = φ – δ)

zᵐ = (-07° 48ʹ - (-22° 32ʹ 53ʺ))

= 14° 44ʹ 53ʺ

Cotan h = tan zᵐ + 1

= tan 14° 44ʹ 53ʺ + 1

= 0,263241739 + 1

= 1,263241739

= 1 : 1,263241739 = 0,791614121 shift tan ans

= 38° 21ʹ 56,28ʺ

Sudut waktu Matahari (t): cos t = -tan φ tan δ + sin h os φ os δ.

= -tan -07° 48ʹ tan -22° 32ʹ 53ʺ + sin 38° 21ʹ 56,28ʺ os -07° 48ʹ os -

22° 32ʹ 53ʺ

= 0,13698296 x (-0,415196534) + 0,6206776 : 0,99074784 x

0,92355824

= 0,13698296 x (-0,415196534) = -0,05687485

= 0,99074784 x 0,92355824 = 0,915013331

= 0,6206776 : 0,915013331 = 0,678326292

= -0,05687485 + 0,678326292 = 0,621451442.61

t = 51° 34ʹ 40,07ʺ 15 = 03.26.18,67

e.t. = 12 – e + t = 12 – 00.08.54 + 03.26.18,67

= 15.17.24,67 – swλ

= 15.17.24,67 - 00.21.24 = 14.56.00,67

Ihtiyat = 00.01.59,33

Awal waktu Asar = 14.56.00,67 + 00.01.59,33

= 14.58 Wib.

c. Awal waktu Magrib

1) Data:

a) Lintang tempat φ) = -07° 48ʹ L

b) ujur tempat λ) = 110° 21ʹ T

61

Untuk mendapatkan hasil seperti ini, boleh juga dengan cara, ((0,13698296 x (-

0,415196534) + 0,6206776 : (0,99074784 x 0,92355824))= 0,621451441. Lalu tekan shift cos ans

= 51° 34ʹ 40,07ʺ.

Page 31: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

47

c) Tinggi tempat (m) = 90 meter

d) Perata waktu (equation of time) (e) = 00.08.54

e) Deklinasi Matahari δ) = -22° 33ʹ 53ʺ

f) emi diameter Matahari s.d) = 00° 16ʹ 14,03ʺ

g) Refraksi Matahari R) = 00° 34ʹ 30ʺ

2) Rumus awal waktu Magrib

Magrib = ((e.t. + t) -/+ swλ) + i

e.t. = 12 – e

t = osˉ¹ -tan φ tan δ + sin h os φ os δ)

h = -(s.d. + R + Dip)

Dip = 1,76ʹ√m

wλ = λtp – λdh) 15

3) Proses perhitungan

Dip = 1,76ʹ√m

= 1,76ʹ√90

Dip = 00° 16ʹ 41,81ʺ

Tinggi Matahari (h): h = -(s.d. + R + Dip)

= - 16ʹ 14,03ʺ + 34ʹ 30ʺ + 16ʹ 41,81ʺ)

h = -01° 07ʹ 25,84ʺ

Sudut waktu Matahari (t): t = cos t = -tan φ tan δ + sin h os φ os δ

= -tan -07° 48ʹ tan -22° 33ʹ 45ʺ + sin -01° 07ʹ 25,84ʺ os -07° 48ʹ os

-22° 33ʹ 45ʺ

= 0,13698296 x (-0,415492128) + -0,019613528 : 0,99074784 x

0,92346154

= 0,13698296 x (-0,415492128) = -0,056915341

= 0,99074784 x 0,92346154 = 0,914917526

= -0,019613528 : 0,914917526 = -0,021437482

= -0,056915341 + (-0,021437482)

= -0,078352823 shift os ans = 94° 29ʹ 38,01ʺ

t = 94° 29ʹ 38,01ʺ 15 = 06.17.58,53

e.t. = 12 – e + t = 12 – 00.08.54 + 06.17.58,53

Page 32: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

48

= 18.09.04,53 – swλ

= 18.09.04,53 - 00.21.24 = 17.47.40,53

Ihtiyat = 00.01.19,47

Awal waktu Magrib = 17.47.40,53 + 00.01.19,47

= 17.49 Wib.

d. Awal waktu Isya

1) Data:

a) Lintang tempat φ) = -07° 48ʹ L

b) ujur tempat λ) = 110° 21ʹ T

c) Tinggi Matahari (h) = -18°

d) Perata waktu (equation of time) (e) = 00.08.47

e) Deklinasi Matahari δ) = -22° 34ʹ 02ʺ

2) Rumus awal salat Isya

Isya = ((e.t. + t) -/+ swλ) + i

= e.t. = 12 – e

t = osˉ¹ -tan φ tan δ + sin h os φ os δ)

swλ = λtp – λdh) 15

3) Proses perhitungan

Sudut waktu Matahari (t): cos t = -tan φ tan δ + sin h os φ os δ

= -tan -07° 48ʹ tan -22° 34ʹ 02ʺ + sin -18° : cos -07° 48ʹ os -22° 34ʹ

02ʺ

= 0,13698296 x (-0,415588778) + -0,309016994 : 0,99074784 x

0,923429913

= 0,13698296 x (-0,415588778) = -0,05692858

= 0,99074784 x 0,923429913 = 0,914886191

= -0,309016994 : 0,914886191 = -0,337765502

= -0,05692858 + (-0,337765502)

= -0,394694082 shift o sans = 113° 14ʹ 48,08ʺ

t = 113° 14ʹ 48,08ʺ 15 = 07.32.59.26

e.t. = 12 – e + t = 12 – 00.08.47 + 07.32.59.26

= 19.24.12,26 – swλ

Page 33: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

49

= 19.24.12,26 - 00.21.24 = 19.02.48,26

Ihtiyat = 00.01.11,74

Awal waktu Insya = 19.02.48,26 + 00.01.11,74

= 19.04 Wib.

e. Awal waktu Subuh

1) Data:

a) Lintang tempat φ) = -07° 48ʹ L

b) Bujur tempat λ) = 110° 21ʹ T

c) Tinggi Matahari (h) = -20°

d) Perata waktu (equation of time) (e) = 00.09.03

e) Deklinasi Matahari δ) = -22° 29ʹ 39ʺ

2) Rumus awal salat Subuh

Subuh = ((e.t. - t) -/+ swλ) + i

= e.t. = 12 – e

t = osˉ¹ -tan φ tan δ + sin h os φ os δ)

swλ = λtp – λdh) 15

3) Proses perhitungan

Sudut waktu Matahari (t): cos t = -tan φ tan δ + sin h os φ os δ

= -tan -07° 48ʹ tan -22° 29ʹ 39ʺ + sin -20° : cos -07° 48ʹ os -22° 29ʹ

39ʺ

= 0,13698296 x (-0,414094288) + -0,342020143 : 0,99074784 x

0,923918489

= 0,13698296 x (-0,414094288) = -0,056723861

= 0,99074784 x 0,923918489 = 0,915370247

= -0,342020143 : 0,915370247 = -0,373641315

= -0,056723861 + (-0,373641315)

= -0,430365176 shift cos ans = 115° 29ʹ 26,06ʺ

t = 115° 29ʹ 26,06ʺ : 15 = 07.41.57.78

e.t. = 12 – e - t = 12 – 00.09.03 - 07.41.57.78

= 04.08.59,22 – swλ

= 07.41.57.78 - 00.21.24 = 03.47.35,22

Page 34: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

50

Ihtiyat = 00.01.24,78

Awal waktu Subuh = 03.47.35,22 + 00.01.24,78

= 03.49 Wib.

Dari penyelesaian rumus awal waktu salat di atas dapat diambil

kesimpulan terhadap beberapa hal:

a. Tinggi Matahari hₒ) untuk kota emarang adalah

1) Awal waktu Zuhur = 0°

2) Awal waktu Asar = +38° 21ʹ 56,28ʺ

3) Awal waktu Magrib = -01° 07ʹ 25,84ʺ

4) Awal waktu Isya = -18°.

5) Awal waktu Subuh = -20°.

b. Data ketinggian tempat digunakan dalam mencari nilai ketinggian

Matahari hanya untuk awal waktu salat Magrib saja, sedangkan untuk awal

waktu salat Asar, Isya dan Subuh tidak digunakan, nilai tinggi Matahari

telah ditetapkan untuk waktu Isya = -18° dan Subuh = -20°

c. Data deklinasi Matahari dan nilai Equation of Time diambil setiap awal

waktu salat dalam perkiraan semetara.

d. Nilai ihtiyat 1 menit ditambah penggabungan nilai detik ke satu menit, jadi

nilai ihtiyat rata-rat lebih 1 menit.

e. Perbedaan awal waktu salat masih berpijak pada perbedaan nilai Bujur

saja, belum memperhatikan selisih nilai Lintang.

Contoh II.

Contoh perhitungan awal waktu salat untuk kota Lhokseumawe pada

tanggal 29 Desember 2014 M.

a. Awal waktu Zuhur

1) Data:

a) Lintang tempat φ) = 05° 10ʹ 48,36ʺ LU.

b) ujur tempat λ) = 97° 08ʹ 30,33ʺ BT.

c) Perata waktu (equation of time) (e) = -00.01.59

2) Rumus awal waktu Zuhur

Zuhur = e.t. -/+ swλ) + i

Page 35: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

51

e.t. = 12 – e

3) Proses perhirungan

Ephemeris Transit (e.t.) = 12 – e

= 12 – -00.01.59

= 12 + 00.01.59

= 12.01.59 (waktu daerah)

Selisih waktu bujur swλ) = 97° 08ʹ 30,33ʺ - 105°) : 15

= 97° 08ʹ 30,33ʺ - 105°) = 07° 51ʹ

29,67ʺ : 15

= 00.31.25,98

e.t. – swλ = 12.01.59 + 00.31.25,98

= 12.33.24,98

Ihtiyat = 00.01.35,02

Awal waktu Zuhur = 12.33.24,98 + 00.01.35,02

= 12.35 Wib.

b. Awal waktu Asar

1) Data:

e) Lintang tempat φ) = 05° 10ʹ 48,36ʺ LU.

f) ujur tempat λ) = 97° 08ʹ 30,33ʺ BT.

g) Perata waktu (equation of time) (e) = -00.01.59

h) Deklinasi Matahari δ) = -23° 12ʹ 43ʺ

2) Rumus awal waktu Asar

Asar = ((e.t. + t) -/+ swλ) + i

e.t. = 12 – e

t = osˉ¹ -tan φ tan δ + sin h os φ os δ)

h = otanˉ¹ tan ᵐ + 1)

zᵐ = φ – δ)

swλ = λtp – λdh) 15

3) Proses perhitungan

Tinggi matahari (h): cotan h = tan zᵐ + 1

zᵐ = φ – δ)

Page 36: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

52

zᵐ = 05° 10ʹ 48,36ʺ - (-23° 12ʹ 43ʺ))

= 28° 23ʹ 31,36ʺ

Cotan h = tan zᵐ + 1

= tan 28° 23ʹ 31,36ʺ + 1

= 0,540518552 + 1

= 1,540518552

= 1 : 1,540518552 = 0,791614121 shift tan ans

= 32° 59ʹ 20,02ʺ

Sudut waktu Matahari (t): cos t = -tan φ tan δ + sin h os φ os δ.

= (-tan 05° 10ʹ 48,36ʺ x (tan -23° 12ʹ 43ʺ) + sin 32° 59ʹ 20,02ʺ : (cos

05° 10ʹ 48,36ʺ x cos -23° 12ʹ 43ʺ))

= 0,633739451 shift cos ans

= 50° 40ʹ 24,04ʺ

t = 50° 40ʹ 24,04ʺ 15 = 03.22.41,63

e.t. = 12 – e + t = 12 + 00.01.59 + 03.22.41,63

= 15.17.24,67 – swλ

= 15.24.40,63 + 00.31.25,98 = 15.56.06,61

Ihtiyat = 00.01.53,39

Awal waktu Asar = 14.56.00,67 + 00.01.53,39

= 15.58 Wib.

c. Awal waktu Magrib

1) Data:

a) Lintang tempat φ) = 05° 10ʹ 48,36ʺ LU.

b) ujur tempat λ) = 97° 08ʹ 30,33ʺ BT

c) Tinggi tempat (m) = 01 meter

d) Perata waktu (equation of time) (e) = -00.02.07

e) Deklinasi Matahari δ) = -23° 11ʹ 49ʺ

f) emi diameter Matahari s.d) = 00° 16ʹ 14,03ʺ

g) Refraksi Matahari R) = 00° 34ʹ 30ʺ

2) Rumus awal waktu Magrib.

Magrib = ((e.t. + t) -/+ swλ) + i

Page 37: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

53

e.t. = 12 – e

t = osˉ¹ -tan φ tan δ + sin h os φ os δ)

h = -(s.d. + R + Dip)

Dip = 1,76ʹ√m

wλ = λtp – λdh) 15

3) Proses perhitungan

Dip = 1,76ʹ√m

= 1,76ʹ√01

Dip = 00° 01ʹ 45,06ʺ

Tinggi Matahari (h): h = -(s.d. + R + Dip)

= -(00° 16ʹ 14,03ʺ + 34ʹ 30ʺ + 00° 01ʹ 45,06ʺ)

h = -00° 52ʹ 29,09ʺ

Sudut waktu Matahari (t): t = cos t = -tan φ tan δ + sin h os φ os δ

= (-tan 05° 10ʹ 48,36ʺ x (tan -23° 11ʹ 49ʺ) + sin -00° 52ʹ 29,09ʺ : (cos

05° 10ʹ 48,36ʺ x cos -23° 11ʹ 49ʺ))

= 0,022172389 shift os ans = 94° 29ʹ 38,01ʺ

t = 88° 43ʹ 46,24ʺ : 15 = 05.54.55,08

e.t. = 12 – e + t

= 12 + 00.02.07 + 05.54.55,08

= 17.57.02,08 – swλ

= 17.57.02,08 + 00.31.25,98 = 18.28.28,06

Ihtiyat = 00.01.31,94

Awal waktu Magrib = 18.28.28,06 + 00.01.31,94

= 18.30 Wib.

d. Awal waktu Isya

1) Data:

a) Lintang tempat φ) = 05° 10ʹ 48,36ʺ LU.

b) ujur tempat λ) = 97° 08ʹ 30,33ʺ BT

c) Tinggi Matahari (h) = -18°

d) Perata waktu (equation of time) (e) = -00.02.09

e) Deklinasi Matahari δ) = -23° 11ʹ 31ʺ

Page 38: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

54

2) Rumus awal salat Isya

Isya = ((e.t. + t) -/+ swλ) + i

= e.t. = 12 – e

t = osˉ¹ -tan φ tan δ + sin h os φ os δ)

swλ = λtp – λdh) 15

3) Proses perhitungan

Sudut waktu Matahari (t): cos t = -tan φ tan δ + sin h os φ os δ

= (-tan 05° 10ʹ 48,36ʺ x (tan -23° 11ʹ 31ʺ) + sin -18° os 05° 10ʹ

48,36ʺ x os -23° 11ʹ 31ʺ))

= -0,298721901 shift cos ans = 113° 14ʹ 48,08ʺ

t = 107° 22ʹ 51ʺ : 15 = 07.09.31,04

e.t. = 12 – e + t = 12 + 00.02.09 + 07.09.31,04

= 19.11.40,04 + swλ

= 19.11.40,04 + 00.31.25,98 = 19.43.06,02

Ihtiyat = 00.01.53,98

Awal waktu Insya = 19.43.06,02 + 00.01.53,98

= 19.45 Wib.

e. Awal waktu Subuh

1) Data:

a) Lintang tempat φ) = 05° 10ʹ 48,36ʺ LU

b) ujur tempat λ) = 97° 08ʹ 30,33ʺ BT

c) Tinggi Matahari (h) = -20°

d) Perata waktu (equation of time) (e) = -00.02.20

e) Deklinasi Matahari δ) = -23° 10ʹ 05ʺ

2) Rumus awal salat Subuh

Subuh = ((e.t. - t) -/+ swλ) + i

= e.t. = 12 – e

t = osˉ¹ -tan φ tan δ + sin h os φ os δ)

swλ = λtp – λdh) 15

3) Proses perhitungan

Sudut waktu Matahari (t): cos t = -tan φ tan δ + sin h os φ os δ

Page 39: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

55

= (-tan 05° 10ʹ 48,36ʺ x tan -23° 10ʹ 05ʺ) + sin -20° os 05° 10ʹ

48,36ʺ x os -23° 10ʹ 05ʺ))

= -0,334751748 shift cos ans = 109° 33ʹ 26,07ʺ

t = 109° 33ʹ 26,07ʺ 15 = 07.18.13,79

e.t. = 12 – e - t = 12 + 00.02.20 - 07.18.13,79

= 04.44.06,21 – swλ

= 04.44.06,21 + 00.31.25,98 = 05.15.32,19

Ihtiyat = 00.01.27,81

Awal waktu Subuh = 05.15.32,19 + 00.01.27,81

= 05.17 Wib.

Dari penyelesaian perhitungan rumus awal waktu salat untuk kota

Lhokseumawe dapat dipastikan tinggi Matahari hₒ) untuk kota Lhokseumawe

adalah:

a. Awal waktu Zuhur = 0°

b. Awal waktu Asar = +32° 59ʹ 20.02ʺ

c. Awal waktu Magrib = -00° 52ʹ 29,09ʺ

d. Awal waktu Isya = -18°

e. Awal waktu Subuh = -20°

3. Badan Hisab dan Rukyah (BHR) Provinsi Aceh.62

Untuk menyelesaikan perhitungan rumus awal waktu salat, ada beberapa

hal yang harus diperhatikan yaitu:

a. Data yang harus diketahui

1) Lintang tempat φ)

2) ujur tempat λ)

3) Deklinasi Matahari δₒ)

4) Equation of time (e)

5) Tinggi Matahari hₒ)

6) Koreksi waktu daerah (kwd)

7) Ikhtiyat.

62

Team Tehnis Badan Penelitian dan Pengembangan Hisab dan Rukyah Provinsi NAD,

Panduan Hisab Rukyat dan Penentuan Arah Qiblat, (BHR-NAD, 2008), hlm. 31-47.

Page 40: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

56

b. Rumus yang dipergunakan

1) Rumus sudut waktu Matahari (t)

Cos t = -tan φ tan δₒ + sin hₒ os φ os δ

2) Rumus awal waktu

12 – e + t + kwd + i

3) Rumus tinggi Matahari hₒ)

Asar = cotan h = tan zm + 1

Magrib = -01°

Isya = -18°

Subuh = -20°

Zuhur = 00°

4) Rumus koreksi waktu daerah (kwd)

Kwd = λʷ - λt) 15

Contoh I.

Tentukan awal waktu salat di Banda Aceh tanggal 5 Pebruari 2007?

a. Awal waktu Zuhur

1) Data yang diketahui

a) Lintang tempat = 05° 33ʹ LU

b) ujur tempat = 95° 19ʹ BT

c) Equation of time = -00.13.59

d) kwd = (105° - 95° 19ʹ) 15 = 00.38.44

2) Rumus yang digunakan

Awal waktu Zuhur: 12 – e + kwd + i

3) Proses perhitungan

12 – e + kwd + i

= 12 + 00.13.59 + 00.38.44

= 12.52.43

Ihktiyat = 00.01.17

= 12.52.43 + 00.01.17

= 12.54 Wib

b. Awal waktu Asar

Page 41: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

57

1) Data yang diketahui

a) Lintang tempat = 05° 33ʹ LU

b) Bujur tempat = 95° 19ʹ T

c) Equation of time = -00.14.00

d) kwd = (105° - 95° 19ʹ) 15 = 00.38.44

e) Deklinasi Matahari = -16° 00ʹ 14ʺ

2) Rumus yang digunakan

Awal waktu Asar: 12 – e + t + kwd + i

Cos t = -tan φ tan δₒ + sin hₒ os φ x os δ

Cotan h = tan φ - δₒ) + 1

3) Proses perhitungan

otah h = tan 05° 33ʹ - -16° 00ʹ 14ʺ) + 1

= 21° 33ʹ 14ʺ + 1

= tan 21° 33ʹ 14ʺ + 1

= 0,394997356 + 1

= 1,394997356

= 1 : 1,394997356 = 0,716847236 shift tan ans

hₒ = 35° 38ʹ 05,07ʺ

cos t = (-tan 05° 33ʹ x tan -16° 00ʹ 14ʺ) + sin 35° 38ʹ 05,07ʺ os

05° 33ʹ x os -16° 00ʹ 14ʺ))

= 0,636831636 shift cos ans

= 50° 26ʹ 38,52ʺ

t = 50° 26ʹ 38,52ʺ 15 = 03.21.46,57

Awal waktu Asar: 12 – e + t + kwd + i

12 + 00.14.00 + 03.21.46,57 + 00.38.44

= 16.14.30,57

Ikhtiyat = 00.01.29,43

= 16.14.30,57 + 00.01.29,43

= 16.16 Wib

c. Awal waktu Magrib

1) Data yang diketahui

Page 42: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

58

a) Lintang tempat = 05° 33ʹ LU

b) ujur tempat = 95° 19ʹ T

c) Equation of time = -00.14.00

d) kwd = (105° - 95° 19ʹ) 15 = 00.38.44

e) Deklinasi Matahari = -15° 57ʹ 58ʺ

2) Rumus yang digunakan

Awal waktu Asar: 12 – e + t + kwd + i

Cos t = -tan φ tan δₒ + sin hₒ os φ x os δ

Cotan hₒ = -01°

3) Proses perhitungan

cos t = (-tan 05° 33ʹ x tan -15° 57ʹ 58ʺ) + sin -01° os 05° 33ʹ x

cos-15° 57ʹ 58ʺ))

= 9,562675531 shift cos ans

= 89° 27ʹ 07,53ʺ

t = 89° 27ʹ 07,53ʺ 15 = 05.57.48,05

Awal waktu Asar: 12 – e + t + kwd + i

12 + 00.14.00 + 05.57.48,05 + 00.38.44

= 18.50.32,05

Ikhtiyat = 00.01.27,95

= 18.50.32,05 + 00.01.27,95

= 18.52 Wib

d. Awal waktu Isya

1) Data yang diketahui

a) Lintang tempat = 05° 33ʹ LU

b) ujur tempat = 95° 19ʹ T

c) Equation of time = -00.14.01

d) kwd = (105° - 95° 19ʹ) 15 = 00.38.44

e) Deklinasi Matahari = -15° 57ʹ 13ʺ

2) Rumus yang digunakan

Awal waktu Asar: 12 – e + t + kwd + i

Cos t = -tan φ tan δₒ + sin hₒ os φ x os δ

Page 43: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

59

Cotan hₒ = -18°

3) Proses perhitungan

cos t = (-tan 05° 33ʹ x tan -15° 57ʹ 13ʺ) + sin -18° os 05° 33ʹ x

cos-15° 57ʹ 13ʺ))

= -0,295131544 shift cos ans

= 107° 09ʹ 55,53ʺ

t = 107° 09ʹ 55,53ʺ 15 = 07.08.39,07

Awal waktu Asar: 12 – e + t + kwd + i

12 + 00.14.01 + 07.08.39,07 + 00.38.44

= 20.01.24,07

Ikhtiyat = 00.01.35,93

= 20.01.24,07 + 00.01.35,93

= 20.03 Wib

e. Awal waktu Subuh

1) Data yang diketahui

a) Lintang tempat = 05° 33ʹ LU

b) ujur tempat = 95° 19ʹ T

c) Equation of time = -00.13.58

d) kwd = (105° - 95° 19ʹ) 15 = 00.38.44

e) Deklinasi Matahari = -16° 07ʹ 46ʺ

2) Rumus yang digunakan

Awal waktu Asar: 12 – e + t + kwd + i

Cos t = -tan φ tan δₒ + sin hₒ os φ x os δ

Cotan hₒ = -20°

3) Proses perhitungan

cos t = (-tan 05° 33ʹ x tan -16° 07ʹ 46ʺ) + sin -20° os 05° 33ʹ x

cos-16° 07ʹ 46ʺ))

= -0,329611059 shift cos ans

= 109° 14ʹ 42,06ʺ

t = 109° 14ʹ 42,06ʺ : 15 = 07.16.58,84

Awal waktu Asar: 12 – e - t + kwd + i

Page 44: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

60

12 + 00.13.58 - 07.16.58,84 + 00.38.44

= 05.35.43,16

Ikhtiyat = 00.01.16,84

= 05.35.43,16 + 00.01.16,84

= 05.37 Wib

Dari penyelesaian rumus awal waktu salat di atas dapat diambil

kesimpulan terhadap beberapa hal:

a. Tinggi Matahari hₒ) untuk kota emarang adalah

1) Awal waktu Zuhur = 0°

2) Awal waktu Asar = +35° 38ʹ 05,07ʺ

3) Awal waktu Magrib = -01°

4) Awal waktu Isya = -18°.

5) Awal waktu Subuh = -20°.

b. Data ketinggian tempat digunakan tidak digunakan dalam mencari tinggi

Matahari untuk awal waktu salat.

c. Data deklinasi Matahari dan nilai Equation of Time diambil setiap awal

waktu salat dalam perkiraan semetara.

d. Nilai ihtiyat 1 menit ditambah penggabungan nilai detik ke satu menit, jadi

nilai ihtiyat rata-rat lebih 1 menit.

e. Perbedaan awal waktu salat masih berpijak pada perbedaan nilai Bujur

saja, belum memperhatikan selisih nilai Lintang.

Contoh II.

Contoh perhitungan awal waktu salat untuk kota Lhokseumawe pada

tanggal 29 Desember 2014 M.

a. Awal waktu Zuhur

1) Data yang diketahui

a) Lintang tempat φ) = 05° 10ʹ 48,36ʺ LU

b) ujur tempat λ) = 97° 08ʹ 30,33ʺ T

c) Equation of time = -00.01.59

d) kwd = (105° - 97° 08ʹ 30,33ʺ) : 15 = 00.31.25,98

2) Rumus yang digunakan

Page 45: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

61

Awal waktu Zuhur: 12 – e + kwd + i

3) Proses perhitungan

12 – e + kwd + i

= 12 + 00.01.59 + 00.31.25,98

= 12.33.24,98

Ihktiyat = 00.01.35,02

= 12.33.24,98+ 00.01.35,02

= 12.35 Wib

b. Awal waktu Asar

1) Data yang diketahui

a) Lintang tempat = 05° 10ʹ 48,36ʺ LU

b) Bujur tempat = 97° 08ʹ 30,33ʺ BT

c) Equation of time = -00.02.04

d) kwd = (105° - 97° 08ʹ 30,33ʺ) : 15 = 00.31.25,98

e) Deklinasi Matahari = -23° 12ʹ 07ʺ

2) Rumus yang digunakan

Awal waktu Asar: 12 – e + t + kwd + i

Cos t = -tan φ tan δₒ + sin hₒ os φ x os δ

Cotan h = tan φ - δₒ) + 1

3) Proses perhitungan

cotah h = tan (05° 10ʹ 48,36ʺ + 23° 12ʹ 07ʺ) + 1

= 28° 22ʹ 55,36ʺ + 1

= tan 28° 22ʹ 55,36ʺ + 1

= 0,540293049 + 1

= 1,540293049

= 1 : 1,540293049 = 0,649227106 shift tan ans

hₒ = 32° 59ʹ 33,81ʺ

cos t = (-tan 05° 10ʹ 48,36ʺ x (tan -23° 12ʹ 07ʺ) + sin 32° 59ʹ 33,81ʺ

: (cos 05° 10ʹ 48,36ʺ x cos -23° 12ʹ 07ʺ))

= 0,633737468 shift cos ans

= 50° 40ʹ 24,93ʺ

Page 46: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

62

t = 50° 40ʹ 24,93ʺ 15 = 03.22.41,66

Awal waktu Asar: 12 – e + t + kwd + i

12 + 00.02.04 + 03.22.41,66 + 00.31.25,98

= 15.56.11,64

Ikhtiyat = 00.01.48,36

= 15.56.11,64 + 00.01.48,36

= 15.58 Wib

c. Awal waktu Magrib

1) Data yang diketahui

a) Lintang tempat = 05° 10ʹ 48,36 LU

b) Bujur tempat = 97° 08ʹ 30,33 BT

c) Equation of time = -00.02.08

d) kwd = (105° - 97° 08ʹ 30,33) : 15 = 00.31.25,98

e) Deklinasi Matahari = -23° 11ʹ 40ʺ

2) Rumus yang digunakan

Awal waktu Asar: 12 – e + t + kwd + i

Cos t = -tan φ tan δₒ + sin hₒ os φ x os δ

Cotan hₒ = -01°

3) Proses perhitungan

cos t = (-tan 05° 10ʹ 48,36 x (tan -23° 11ʹ 40ʺ) + sin -01° : (cos 05°

10ʹ 48,36 x cos -23° 11ʹ 40ʺ))

= 0,019780282 shift cos ans

= 88° 51ʹ 59,76ʺ

t = 88° 51ʹ 59,76ʺ : 15 = 05.55.27,98

Awal waktu Asar: 12 – e + t + kwd + i

12 + 00.02.08 + 05.55.27,98 + 00.31.25,98

= 18.29.01,96

Ikhtiyat = 00.01.58,04

= 18.29.01,96 + 00.01.58,04

= 18.31 Wib

d. Awal waktu Isya

Page 47: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

63

1) Data yang diketahui

a) Lintang tempat = 05° 10ʹ 48,36 LU

b) Bujur tempat = 97° 08ʹ 30,33 BT

c) Equation of time = -00.02.08

d) kwd = (105° - 97° 08ʹ 30,33) : 15 = 00.31.25,98

e) Deklinasi Matahari = -23° 11ʹ 40ʺ

2) Rumus yang digunakan

Awal waktu Asar: 12 – e + t + kwd + i

Cos t = -tan φ tan δₒ + sin hₒ os φ x os δ

Cotan hₒ = -18°

3) Proses perhitungan

cos t = (-tan 05° 10ʹ 48,36 x (tan -23° 11ʹ 40ʺ) + sin -18° : (cos 05°

10ʹ 48,36 x cos -23° 11ʹ 40ʺ))

= -0,29872353 shift cos ans

= 107° 22ʹ 51,04ʺ

t = 107° 22ʹ 51,04ʺ : 15 = 07.09.31,43

Awal waktu Asar: 12 – e + t + kwd + i

12 + 00.02.08 + 07.09.31,43 + 00.31.25,98

= 19.43.05,41

Ikhtiyat = 00.01.54,59

= 19.43.05,41 + 00.01.54,59

= 19.45 Wib

e. Awal waktu Subuh

1) Data yang diketahui

a) Lintang tempat = 05° 10ʹ 48,36 LU

b) Bujur tempat = 97° 08ʹ 30,33 BT

c) Equation of time = -00.02.20

d) kwd = (105° - 95° 19ʹ) : 15 = 00.31.25,98

e) Deklinasi Matahari = -23° 10ʹ 05ʺ

2) Rumus yang digunakan

Awal waktu Asar: 12 – e + t + kwd + i

Page 48: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

64

Cos t = -tan φ tan δₒ + sin hₒ os φ x os δ

Cotan hₒ = -20°

3) Proses perhitungan

cos t = (-tan 05° 10ʹ 48,36 x (tan -23° 10ʹ 05ʺ) + sin -20° : (cos 05°

10ʹ 48,36 x cos -23° 10ʹ 05ʺ))

= -0,334751748 shift cos ans

= 109° 33ʹ 26,07ʺ

t = 109° 33ʹ 26,07ʺ 15 = 07.18.13,79

Awal waktu Asar: 12 – e - t + kwd + i

12 + 00.02.20 - 07.18.13,79 + 00.31.25,98

= 05.15.32,19

Ikhtiyat = 00.01.27,81

= 05.15.32,19 + 00.01.27,81

= 05.17 Wib

Dari hasil uraian di atas dapat dipahami bahwa metode penentuan waktu

salat ada dua macam yaitu:

1. Metode Rukyah

Metode rukyah adalah suatu cara dalam menetukan waktu salat dengan

berpedoman langsung kepada Matahari atau bayangan Matahari. Metode ini tidak

menggunakan rumus matematik dan data astronomis. Di Indonesia metode rukyah

ini terlihat pada peralatan yang digunakan untuk penentuan waktu salat, seperti

adanya jam bencet atau miqyas, tongkat istiwa’, dan rubu’ al-mujayyab. Bila

dilihat dari segi alat yang digunakan, metode ini kian berkembang, tetapi

keakuratan dan manfaat dari semua alat tetap sama.

2. Metode Hisab.

Metode hisab adalah suatu cara dalam menentukan waktu salat dengan

menggunakan ilmu matematik dan data astronomis dalam menerjemahkan posisi

Page 49: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

65

Matahari saat masuk dan akhir waktu salat. Di Indonesia metode hisab dalam

penentuan waktu salat terus berkembang dalam mencari titik kesempurnaan.

Sejauh analisa penulis setidaknya ada tiga tingkatan dalam perkembangan metode

hisab waktu salat di Indonesia.

a. Tingkatan pertama

Tingkatan pertama ini penulis ambil sampel sebagai contoh dalam

perhitungan adalah buku metode hisab waktu salat yang disusun oleh

tim Badah Hisab Rukyah provinsi Aceh. Ciri-ciri metode tingkat

pertama ini yaitu:

1) Dalam proses perhitungan sudah menggunakan ilmu matematik dan

data astronomis.

2) Dalam mencari nilai tinggi Matahari, ketinggian tempat hanya diambil

10 meter saja dari ketinggian permukaan laut.

3) Dalam proses pengambilan data astronomis, seperti data deklinasi dan

equatior of time diambil satu kali pada pukul 12:00 untuk satu hari

perhitungan waktu salat.

4) Dalam perhitungan, nilai ihktiyat 1 menit ditambah sisa nilai detik,

sehingga nilai ihktiyat satu menit lebih beberapa detik.

5) Dalam pemberlakuan hasil perhitungan waktu salat hanya

memperhatikan beda nilai bujur saja, tidak pada nilai lintang.

b. Tingkatan kedua

Tingkatan kedua ini penulis ambil sampel sebagai contoh dalam

perhitungan adalah buku Pedoman Hisab Muhammadiyah yang disusun

Page 50: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

66

oleh tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP. Muhammadiyah. Ciri-ciri

metode tingkat kedua ini yaitu:

1) Dalam proses perhitungan sudah menggunakan ilmu matematik dan

data astronomis.

2) Dalam mencari nilai tinggi Matahari, ketinggian tempat sudah

disesuaikan dengan kondisi daratan, tetapi hanya pada waktu Magrib

saja.

3) Dalam proses pengambilan data astronomis, seperti data deklinasi dan

equatior of time diambil lima kali dalam satu hari untuk lima waktu

salat, yaitu pada saat perkiraan kasar bagi awal waktu salat.

4) Dalam perhitungan, nilai ihktiyat 1 menit ditambah sisa nilai detik,

sehingga nilai ihktiyat satu menit lebih beberapa detik.

5) Dalam pemberlakuan hasil perhitungan waktu salat hanya

memperhatikan beda nilai bujur saja, tidak pada nilai lintang.

c. Tingkatan ketiga.

Tingkatan ketiga ini penulis ambil sampel sebagai contoh dalam

perhitungan adalah buku Ilmu Falak Praktik yang disusun oelh

Kementerian Agama Republik Indonesia. Ciri-ciri metode tingkat

pertama ini yaitu:

1) Dalam proses perhitungan sudah menggunakan ilmu matematik dan

data astronomis.

Page 51: METODOLOGI ILMU FALAK DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

67

2) Dalam mencari nilai tinggi Matahari, ketinggian tempat sudah

disesuaikan dengan kondisi daratan untuk waktu salat Magrib, Isya dan

Subuh.

3) Dalam proses pengambilan data astronomis, seperti data deklinasi dan

equatior of time diambil satu kali pada pukul 12:00 untuk satu hari

perhitungan waktu salat.

4) Dalam perhitungan, nilai ihktiyat 2 menit ditambah sisa nilai detik,

sehingga nilai ihktiyat dua menit lebih beberapa detik.

5) Dalam pemberlakuan hasil perhitungan waktu salat hanya

memperhatikan beda nilai bujur saja, tidak pada nilai lintang.