Kode/Nama Rumpun Ilmu: 671/Seni Tari Bidang Unggulan: Bidang Seni dan Budaya LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN FUNDAMENTAL TEMA METODE TRANSFORMASI KAIDAH ESTETIS TARI TRADISI GAYA SURAKARTA Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun TIM PENGUSUL Bekti Budi Hastuti,SST.,M.Sn/NIDN 0012075209 Dra. Supriyanti,M.Hum./NIDN 0009016207 Dibiayai DIPA ISI Yogyakarta Tahun 2014 No: DIPA-02304.2.506315/2014. Tanggal 5 Desember 2013 sesuai Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor: 2171.A/K.14.11.1/PL/2014 tanggal 29 April 2014 LEMBAGA PENELITIAN INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA OKTOBER 2014 UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
12
Embed
METODE TRANSFORMASI KAIDAH ESTETIS TARI TRADISI … · Salah satu karakteristik ... Perpaduan antar elemen tubuh merupakan satu kesatuan yang utuh yang didasarkan pada prinsip tari
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Kode/Nama Rumpun Ilmu: 671/Seni Tari Bidang Unggulan: Bidang Seni dan Budaya
LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN FUNDAMENTAL
TEMA
METODE TRANSFORMASI KAIDAH ESTETIS TARI TRADISI GAYA SURAKARTA
Dibiayai DIPA ISI Yogyakarta Tahun 2014 No: DIPA-02304.2.506315/2014. Tanggal 5 Desember 2013 sesuai Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian
Nomor: 2171.A/K.14.11.1/PL/2014 tanggal 29 April 2014
LEMBAGA PENELITIAN INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
OKTOBER 2014
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
1
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
RINGKASAN Kualitas gerak dalam tari tradisi gaya Surakarta tampaknya kebentukannya selaras dengan norma estetis yang disebut hasta sawanda, yaitu: pacak, pancat, ulat, lulut, wilet, luwes, wirama, dan gendhing. Ke delapan norma estetis tari ini adalah penjabaran wiraga, wirama, dan wirasa dalam tari tradisi gaya Surakarta dianalisis dengan melihat bentuk gerak, teknik gerak, dan gaya gerak. Secara estetis tiga aspek mendasar yang membentuk tari adalah wujud (appearance), bobot (content), dan penampilan. Subvariabel wujud/rupa adalah bentuk yang mencakup dimensi ruang dan dimensi ritme, sedang subvariabel susunan adalah keutuhan, penonjolan, dan keseimbangan. Bobot/isi berbicara tentang suasana, gagasan, dan ibarat/pesan. Penampilan adalah aktualisasi dari bakat, keterampilan, sarana. Keseluruhan bentuk variabel estetis dalam tari merupakan perpaduan delapan norma estetis yang dipilahkan ke dalam aspek dasar tari yaitu: wiraga, wirama, dan wirasa menurut dasar sikap dan gerak tari yang tersusun dalam bentuk motif gerak, frase gerak, gugus gerak dan kalimat gerak dalam suatu tarian.
Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah menghasilkan teori estetika tari tradisi gaya Surakarta sebagai landasan teoritis atau pemikiran dalam mendeskripsikan dan menganalisis tari serta menyusun karya tari. Target khusus yang ingin dicapai adalah untuk memperoleh gambaran tentang ide dan wujud suatu tari tradisi sebagai bentuk aktivitas praktis dan sosial masyarakat pendukungnya. Hal ini terkait dengan merumuskan konsep hastha sawanda sebagai landasan berpikir merupakan tuntunan dalam belajar tari tradisi gaya Surakarta. Metode transformasi kaidah estetis dianalisis ke dalam interpretasi tubuh sebagai instrumen ekspresi sesuai dengan perwatakan tari tradisi gaya Surakarta yang dilandasi nilai filosofis sengguh, lunguh, dan mungguh..
Penelitian ini menggunakan pendekatan konsep estetis dan koreografis yang menekankan pada tari tradisi gaya Surakarta yang memiliki wilayah perkembangan relatif luas di luar jeraton, terutama yang diajarkan di lembaga pendidikan formal di tingkat sekolah menengah dan perguruan tinggi atau di kembaga pendidikan non formal seperti di sanggar-sanggar seni. Hasil penelitian ini dapat berupa buku ajar yang dapat dijadikan acuan teoritis dan praktis dalam memahami dan mendalami bagaimana cara menganalisis dan menyusun tari tradisi gaya Surakarta dan/atau tari tradisi lainnya di Indonesia..
Kata kunci: hastha sawanda, estetis, koreografi, tari tradisi
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
PRAKATA Hibah Fundamental yang berjudul “Metode Transformasi Kaidah Estetis Tari Tradisi Gaya Surakarta” dipandang penting mengingat penelitian tentang kaidah estetis tari tradisi belum banyak dilakukan untuk kepentingan pembelajaran pengetahuan tari tradisi, terutama tari tradisi klasik gaya Surakarta. Kegiatan program penelitian ini tentu diharapkan dapat memperkaya pengetahuan teori seni tari di Indonesia, sehingga kita tidak selalu bergantung pada hasil penelitian teori dari Barat yang memiliki kualifikasi dan derajat pemahaman yang berbeda. Pemahaman tentang konsep estetika seni tulisan A.A. M., Djelantik (1991) yang berjudul Pengantar Ilmu Estetika Jilid I: Estetika Instrumental secara garis besar menjelaskan tentang tiga aspek mendasar yang membentuk tari adalah wujud (appearance), bobot (content), dan penampilan. Subvariabel wujud/rupa adalah bentuk yang mencakup dimensi ruang dan dimensi ritme, sedang subvariabel susunan adalah keutuhan, penonjolan, dan keseimbangan. Bobot/isi berbicara tentang suasana, gagasan, dan ibarat/pesan. Penampilan adalah aktualisasi dari bakat, keterampilan, sarana. Hal ini tentu dapat diperkaya dengan aturan norma estetis tari tradisi gaya Surakarta yang didasari asapek wiraga, wirama, dan wirasa.
Dalam tari, teknik gerak terkait bagaimana cara tari itu dikerjakan dengan benar dan berkualitas, sehingga enak dilihat dan dirasakan tingkat kelenturan serta teba geraknya. Keterampilan teknik gerak, seorang penari harus memahami secara detail tentang ”teknik bentuk”, ”teknik medium”, dan ”teknik instrumen”. Kesatuan estetik teknik bentuk, teknik medium, dan teknik instrumen tentu harus dipahami sebagai unsur pembentuk komposisi tari. Pemahaman konsep teknik bentuk, teknik medium, dan teknik instrumen, terutama dalam analisis secara tekstual terhadap ”teknik” penari, difokuskan pada keterampilan teknik seorang penari dalam mewujudkan bentuk tari. Belum maksimalnya pemahaman dan penguasaan norma estetis hastha sawanda dalam pelaksanan, harmonisasi dan penghayatan gerak tari tradisi gaya Surakarta tampaknya berdampak pada rendahnya kualitas penari.
Temuan teoritis dan praktis tentang estetika dan dasar pemikiran tari tradisi gaya Surakarta tentu sangat bermanfaat bagi pengembangan tari, baik yang bersifat ilmu murni maupun ilmu terapan yang memungkinkan seseorang mampu menginterpretasikan tari sebagai media pendidikan dan media industri kreatif. Penelitian dasar ini diharapkan dapat menemukan hasil pemikiran masa lalu yang berupa ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk mengkonstruksi tari sebagai kegiatan kemanusiaan. 28 Oktober 2014 Ketua Peneliti, Bekti Budi Hastuti iii
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
DAFTAR ISI Lembar Pengesahan ii Ringkasan iii Prakata vi Daftar Isi v Daftar Gambar vi BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah
1 1 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pustaka yang Diacu B. Studi Pendahuluan
6 6
12 BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. TUJUAN B. MANFAAT
16 16 16
BAB IV. METODE PENELITIAN/PENCIPTAAN 16 BAB V. HASIL YANG DICAPAI
A. Perwatakan Tari Tradisi Gaya Surakarta B. Tari Dasar Rantaya C. Transformasi Kaidah Norma Estetis Tari Tradisi Gaya
Surakarta
20 23 31 46
BAB VI. RENCANA TAHAP SELANJUTNYA 54 BAB VII. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan B. Saran
55 55 55
DAFTAR SUMBER ACUAN
A. Sumb er Ttercet5ak B. Sumber Internett
56 56 56
Lampiran 1. Foto-foto kegiatan workshop tari di ISI Surakarta Lampiran 2. Surat Pernyataan