Page 1
METODE TITRIMETRI UNTUK ANALISIS
MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Dasar-dasar Kimia AnalitikYang dibina oleh Dr. Endang Budiasih, M.Si.
Oleh:1. Arifah Nurfitriyah (130331614699)2. Diana Romantika (130331614705)3. Intan Surya Mentari (130331603193)4. Pinta Nisa Fitri (130331603182)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Page 2
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHAN ALAMJURUSAN KIMIA
PRODI PENDIDIKAN KIMIASEPTEMBER 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karna atas limpahan
rahmat, karunia, dan hidayahya. Penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Metode
Titrimetri untuk Analisis” untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Dasar-dasar Kimia Analitik”.
Syalawat dan salam selalu kita hanturkan kepada nabi
besar kita Muhammad SAW, yang telah memberikan petunjuk
hingga ahir zaman untuk kita umatnya. Dalam penyusunan
makalah ini yang pastinya mengalami masalah , namun itu
semua dapat teratasi dengan berbagai dukungan dan
bimbingan dari pihak-pihak lain , untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih:
1. Kepada Bu Endang Budiasih, S.Pd., M.S. sebagai dosen
mata kuliah Dasar-dasar Kimia Analitik
2. Kepada Pustakawan Universitas Negeri Malang yang
telah menyediakan referensi dalam penulisan makalah
ini
3. Semua teman-teman yang selalu memberikan saran dan
kritik dalam penyusunan makalah ini
Page 3
Demikian penyusunan dari tugas makalah ini, semoga
dengan tugas ini dapat berguna dan membantu dalam proses
belajar mengajar, dan penilaian. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu,
penulis sangat mengharapakan kritik dan saran yang
bersifat membangun khususnya dalam proses belajar
mengajar. Akhir kata kami mengucapakan terima kasih.
Malang, September
2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Titrimetri merupakan suatu metode analisa
kuantitatif didasarkan pada pengukuran volume titran
yang bereaksi sempurna dengan analit. Titran merupakan
zat yang digunakan untuk mentitrasi. Analit adalah zat
yang akan ditentukan konsentrasi atau kadarnya.
Selanjutnya akan dikatakan titik ekuivalen dari
titrasi telah dicapai. Larutan standar merupakan
larutan yang telah diketahui konsentrasinya. Agar
Page 4
diketahui kapan harus berhenti menambahkan titran,
kimiawan dapat menggunakan bahan kimia, yaitu
indikator, bereaksi terhadap kehadiran titran yang
berlebih dengan melakukan perubahan warna. Perubahan
warna ini bisa saja terjadi persis pada titik
ekivalen, tetapi bisa juga tidak. Titik dalam titrasi
dimana indikator berubah warnanya disebut titik akhir.
Tentu saja diharapkan, bahwa titik akhir ini sedekat
mungkin dengan titik ekivalen. Pemilihan indikator
untuk membuat kedua titik sama (atau mengoreksi
perbedaan di antara keduanya) adalah satu aspek yang
penting dalam metode titrimetri.
Dalam percobaan dalam laboratorium kita sebagai
mahasiswa kimia sering dipertemukan dengan yang
disebutdengan titrasi. titrasi sendiri merupakan suatu
metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan
jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka
disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks
untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi,
titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan
pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
Page 5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan
masalah dari makalah ini adalah:
1.2.1 Apa pengertian dari analisa titrimetri?
1.2.2 Apa pengertian dari stokiometri?
1.2.3 Apa saja yang dapat dikategorikan sebagai
sistem konsentrasi?
1.2.4 Apa syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
dapat dilakukan analisis titrimetri?
1.2.5 Apa reaksi-reaksi yang digunakan untuk analisis
titrasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan
makalah ini adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari metode
titrimetri untuk analisis.
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian dari stokiometri.
1.3.3 Untuk mengetahui sistem konsentrasi pada metode
titrimetri.
Page 6
1.3.4 Untuk mengetahui syarat-syarat yang digunakan
untuk titrimetri.
1.3.5 Untuk mengetahui reaksi-reaksi metode
titrimetri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Titrimetri
Analisis titrimetri merupakan metode analisis
kuantitatif yang didasarkan pada prinsip pengukuran
volume. Istilah titrimetri dulunya dikenal sebagai
Page 7
volumetri. Tetapi dari titik pandangan yang teliti,
istilah titrimetri lebih disukai karena pengukuran volume
tidaklah terbatas pada titrasi. Misalnya, dalam analisis-
analisis tertentu orang mungkin mengukur volume gas.
2.2 Asas Umum
Suatu metode titrimetri untuk analisis didasarkan
pada suatu reaksi kimia seperti: aA + tT Produk
a= molekul analit A
t= molekul reagensia T
T= titran
Reagensia T yang disebut titran ditambahkan sedikit
demi sedikit dari dalam buret yang konsentrasinya
diketahui atau biasanya dikenal sebagai larutan baku
primer. Larutan kedua yang berada di dalam gelas kimia
disebut larutan standar sekunder, dimana konsentrasinya
ditetapkan oleh suatu proses yang disebut standardisasi. Titik
ekuivalensi suatu proses titrasi tercapai ketika penambahan
titran diteruskan sampai sejumlah T yang secara kimia
setara dengan A. Suatu indikator digunakan untuk
mengidentifikasi kapan penambahan titran harus
dihentikan. Indikator akan menunjukkan perubahan warna
pada rentang pH tertentu setelah titik ekuivalensi
tercapai. Titik dalam titrasi pada saat indikator berubah
warna disebut titik akhir titrasi. Dengan memilih indikator yang
Page 8
tepat untuk menghimpitkan kedua titik itu (mengkoreksi
selisih antara keduanya) merupakan salah satu aspek yang
penting dari analisis titrimetri.
2.3 Reaksi untuk Titrasi
Reaksi kimia yang dapat berperan sebagai dasar untuk
penetapan titrimetri dengan mudah dapat dikelompokkan
dalam empat jenis:
1. Reaksi Asam Basa, terdapat sejumlah besar asam dan basa
yang dapat ditetapkan dengan titrimetri. Jika HA
menyatakan asam yang akan ditetapkan dan BOH basanya,
reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut,
HA + OH- → A- + H2O
atau
BOH + H3O+ → B+ + 2H2O
Umumnya titran adalah larutan standar elektrolit kuat
seperti NaOH dan HCl.
2. Reaksi Oksidasi-Reduksi, Reaksi kimia yang melibatkan
oksidasi reduksi digunakan secara meluas dalam
analisis titrimetri. Misalnya,
Fe2+ + Ce4+ → Fe3+ + Ce3+
Besi dalam keadaan oksidasi +2 dapat dititrasi dengan
suatu larutan standar serium(IV) sulfat.
Suatu zat pengoksidasi lain yang digunakan secara
meluas sebagai suatu titran adalah kalium
Page 9
permanganat, KMnO4. Reaksinya dengan besi(II) dalam
larutan asam adalah,
5Fe2+ + MnO4- + 8H+ → 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
3. Reaksi Pengendapan, pengendapan kation perak dengan anion
halogen merupakan rosedur titrimetri yang meluas
penggunaannya. Reaksinya adalah,
Ag+ + X- → AgX(s)Dimana X- dapat berupa klorida, bromida, iodida atau
tiosianat (SCN-).
4. Reaksi Pembentukan Kompleks, suatu contoh reaksi dimana
terbentuk suatu kompleks stabil antara ion perak dan
sianida.
Ag+ + 2CN- → Ag(CN)2-
Reaksi di atas disebut metode Liebicg untuk penetapan
sianida. Reagen yang bersifat organic seperti asam
etilenadiaminatetraasetat (EDTA) membentuk komplek
stabil dengan sejumlah ion logam dan digunakan secara
meluas untuk penetapan titrimetri logam.
2.4 Persyaratan Analisis Titrimetrik
Suatu reaksi kimia, dapat digunakan sebagai dasar
untuk titrasi jika memenuhi semua persyaratan berikut:
1. Suatu reaksi tidak boleh menghasilkan reaksi samping.
2. Tetapan kesetimbangan haruslah sangat besar.
Page 10
3. Harus dapat digunakan beberapa indikator dan metode
untuk menetapkan kapan titik ekuivalensi tercapai dan
kapan penambahan titran dihentikan.
4. Reaksi haruslah berjalan cepat, sehingga titrasi
tidak memakan waktu yang lama.
Contoh reaksi yang memenuhi keempat persyaratan
tersebut dan cocok untuk titrasi adalah sebagai
berikut,
H3O+ + OH- → 2H2O K= 1x1014
Reaksi penetapan konsentrasi larutam asam klorida
oleh titrasi dengan natrium hidroksida standart.
Reaksi tersebut hanya ada satu reaksi dan tak terukur
cepatnya yang berlangsung lengkap dengan tetapan
kesetimbangan sebesar 1x1014 pada 25 ͦ C. pada titik
akuivalensi pH larutan berubah sebanyak beberapa
satuan untuk beberapa tetes titran, dan tersedia
sejumlah indicator yang menanggapi perubahan pH ini
dengan perubahan warna.
Reaksi lain tidak cukup lengkap untuk memenuhi
persyaratan dua. Misalnya,
HBO2 + OH- ↔ BO2- + H2O K= 6x104
Reaksi antara asam borat dan natrium hidroksida
tersebut, tetapan kesetimbangannya hanya sekitar
6x104. Sehingga perubahan pH untuk beberapa tetes
titran pada titik ekuivalensi sangatlah kecil, dan
Page 11
volum titran yang diperlukan tak dapat ditetapkan
dengan ketepatan yang baik sehingga tidak dapat
digunakan sebagai dasar untuk titrasi.
2.5 Stoikiometri
Stokiometri merupakan cabang ilmu kimia yang membahas
hubungan bobot antara unsure-unsur dan senyawa dalam
reaksi kimia.
1. Bobot molekul dan bobot rumus
Mol didefinisikan sebagai zat yang mengandung
satuan-satuan nyata (entitas) sebanyak atom dalam 12
gram nuklida isotop carbon-12. Satuan nyata itu dapat
berupa atom, molekul, ion, ataupun electron. Karena 12
g Karbon mengandung atom sebanyak bilangan Avogadro,
maka 1 mol zat apa saja mengandung 6,023 x 1023
partikel elementer.
Bobot gram molekul atau biasa disingkat dengan
bobot molekul adalah bobot dalam gram dari suatu mol
zat. Bobot gram – rumus (atau bobot rumus) adalah
penjumlahan dari bobot-bobot atom semua dalam rumus
Page 12
kimia suatu zat dan normalnya sama dengan bobot
molekul.
Dalam situasi dimana terjadi disosiasi ataupun
embentukan kompleks, yang mengakibatkan kuantitas yang
cukup dari molekul maupun ion dalam suatu larutan,
akan digunakan formalitas sebagai system konsentrasi
untuk menyatakan banaknya total suatu zat yang
ditambahkan kedalam suatu larutan, dan molaritas untuk
menyatakan konsentrasi kesetimbangan dari masing-masing
spesies.
2. Bobot ekuivalen
a. Asam – Basa.
Bobot gram ekuivalen adalah bobot dalam gram (dari)
suatu zat yang dapat diperlukan untuk memberikan atau
bereaksi dengan 1 mol (1,008 g) H+.
b. Redoks.
Bobot gram ekuivalen adalah bobot dalam gram (dari)
suatu zat yang dapat diperlukan untuk memberikan atau
bereaksi dengan 1 mol elektron.
c. Pengendapan atau pembentukkan Kompleks.
Bobot gram ekuivalen adalah bobot dalam gram (dari)
suatu zat yang dapat diperlukan untuk memberikan atau
bereaksi dengan 1 mol kation univalen, ½ mol kation
divalen, 1/3 mol kation trivalen dan seterusnya.
Page 13
Bobot ekuivalen suatu zat disebut ekuivalen, tepat sama
seperti bobot molekul disebut mol. Bobot akuivalen dan
bobot molekul dihubungkan dengan persamaan
EW=MWn
n= jumlah mol ion hydrogen, electron, atau kation
ekuivalen yang diberikan atau diikat oleh zat yang
bereaksi itu.
1 ekuivalen asam apa saja bereaksi dengan
ekuivalen basa apa saja, 1 ekuivalen zat pengoksid apa
saja bereaksi dengan 1 ekuivalen pereduksi apa saja.
Perhitungan stoikiometrik dapat dilakukan baik
menggunakan mol ataupun ekuivalen, apapun yang
digunakan hasilnya haruslah sama. Perhatikanlah
prosedur yang beda untuk menghitung berapa gram H3PO4
(BM = 98,0) yang diperlukan untuk bereaksi dengan 60,0
g NaOH (BM = 40,0) dengan persamaan :
H3PO4 + 2NaOH → 2Na+ + HPO42-
+ 2H2O
Dengan menggunakan mol, mula-mula dapat dicatat
bahwa diperlukan 2 mol NaOH untuk tiap mol H3PO4.
Karena itu untuk menyamakan mol (menyusun suatu
persamaan), akan ditulis :
2 x mol H3PO4 = mol NaOH = 60,0g40,0g
x1mol = 1,50 mol
Mol H3PO4 = ½ x 1,50 mol = 0,75 mol
Page 14
Dengan menggunakan ekuivalen, mula-mula dicatat
bahwa bobot ekuivalen H3PO4 adalah separuh bobot
molekulnya, karena asam itu memberikan 2 mol H+ ;
bobot ekuivalen NaOH sama dengan bobot molekulnya,
karena basa itu bereaksi dengan 1 mol H+. Kemudian
ditulis :
Ekuivalen H3PO4 = Ekuivalen NaOH = 60,0g40,0g
x1eg = 1,5
Banyaknya ekuivalen H3PO4 yang diperlukan adalah
dua kali banyaknya mol, tapi bobot satu mol dua kali
bobot satu ekuivalen. Karena itu:
g H3PO4 = 0,75 mol x 98,0g1mol = 73,5
atau
g H3PO4 = 1,5 ek x 98,0g2ek = 73,5
3. Sistem Konsentrasi
Yang paling sering digunakan untuk analisis
titrimetri adalah molaritas dan normalitas. Sedangkan
formalitas dan konsentrasi analitis hanya digunakan di
mana terjadi disosiasi atau pembentukan kompleks.
Persen bobot digunakan untuk menyatakan konsentrasi
kira-kira dari reagensia laboratorium. Sedangkan untuk
larutan yang sangat encer bagian tiap juta (ppm=parts per
million) atau bagian tiap milyar (ppb=parts per billion)
lebih sesuai.
Page 15
a.Molaritas
Molaritas didefinisikan sebagai banyaknya mol zat
terlarut tiap 1 Liter larutan. Sistem konsentrasi ini
didasarkan pada volume larutan, oleh karenanya nyaman
untuk digunakan dalam prosedur laboratorium dengan
kuantitas yang terukur.
M=nV
dimana M adalah molaritas, n banyaknya mol zat
terlarut dan V volume larutan dalam Liter. Karena
n= gBM
dimana g adalah gram zat terlarut dan BM adalah bobot
molekul zat terlarut maka, molaritas juga dapat
dituliskan sebagai:
M=gBM
xV
b. Formalitas
Formalitas didefinisikan sebagai banyaknya bobot
rumus zat terlarut per liter larutan.
F=nfV
dimana F adalah formalitas, nf banyaknya bobot rumus
dan V volume larutan dalam Liter. Karena
nf=gBR
Page 16
dimana g banyaknya zat terlarut dalam gram dan BR
bobot rumus, maka formalitas dapat dituliskan sebagai
F=gBR
xV
Bobot rumus biasanyanya sinonim dengan bobot molekul,
karena itu biasanya formalitas sama dengan molaritas.
Ketika terjadi disosiasi atau pembentukan kompleks,
formalitas digunakan untuk menyatakan konsentrasi
total semua spesies yang ada dalam pelarut.
c. Normalitas
Normalitas didefinisikan sebagai banyaknya ekuivalen
zat terlarut setiap 1 Liter larutan. Normalitas dapat
dituliskan sebagai
N=ekV
dengan N adalah normalitas, ek adalah massa ekuivalen
dan Vvolume larutan dalam Liter. Karena
ek=gBE
dengan g ialah gram zat terlarut dan BE adalah bobot
ekuivalen maka,
N=gBE
xV
d. Persen Bobot
Page 17
Persen bobot menyatakan gram zat terlarut per seratus
gram larutan. Secara matematis dapat dituliskan:
P = ww+w0
x100
Keterangan:
P = persen bobot zat terlarut
w = banyaknya zat terlarut dalam gram
w0 = banyaknya pelarut dalam gram
e. Bagian tiap juta (ppm)
Bagian tiap juta (ppm) menyatakan jumlah satu
komponen dalam 1juta bagian campuran. Secara
matematis dapat ditulis:
ppm = ww+w0
x10⁶ ppm = ww0
x10⁶
keterangan:
w = banyaknya zat terlarut dalam gram
w0 = banyaknya pelarut dalam gram
karena w biasanya sangat kecil dibandingkan dengan
w0, maka w biasanya tidak ditulis.
1 liter air pada suhu kamar berbobot kira-kira 106
mg, jadi suatu hubungan yang memudahkan untuk
diingat adalah 1 mg zat terlarut dalam 1 L air
mempunyai konsentrasi kira-kira 1 ppm.
Page 18
Untuk larutan yang lebih encer digunakan bagian tiap
milyar (ppb).
ppb = ww0
x10⁹
f. Miliekuivalen dan Milimol
Dalam prosedur titrimetri volum titran yang
digunakan biasanya kurang dari 50 mL dan
konsentrasinya sekitar 0,1 ke 0,2 N. Ini berarti
banaknya ekuivalen titran ada dalam orde
0,050 L x 0,10 ek/L = 0,0050 ek
Karena jumlah ini begitu kecil maka digunakan
satuan satu miliekuivalen (mek) yaitu seperseribu
ekuivalen atau
1000 mek = 1 ek
Satu milimol (mmol) didefinisikan serupa dengan
seperseribu mol.
g. Titer
Satuan titer adalah bobot per volume, namun bobot
itu adalah bobot reagensia yang bereaksi dengan
Page 19
larutan bukan bobot zat terlarut. Titer dapat
diubah dengan mudah ke normalitas seperti tampak
dari hubungan-hubungan berikut.
T=mgmL N=
mgmLxBE
Jadi,
T= N x BE
Bobot ekuivalen yang digunakan dalam pengubahan
bentuk adalah bobot akuivalen dari zat yang
bereaksi dengan larutan, bukan dari zat terlarut.
Page 20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Titrasi atau analisa volumetric adalah salah satu
cara pemakaian jumlah zat kimia yang yang luas
pemakaiannya. Pada dasarnya cara titrimetri ini
terdiri dari pengukuran volume larutan pereaksi yang
dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan
zat yang akan ditentukan. Larutan pereaksi ini
biasanya diketahui kepekatannya dengan pasti dan
disebut pentitter atau larutan baku. Sedangkan
proses pembentukan atau penambahan pentitter ke
dalam larutan zat yang akan ditentukan disebut
titrasi.
Jenis reaksi dalam titrasi adalah reaksiasam-basa,
oksidasi-reduksi (redoks), pengendapan dan
pembentukan kompleks.
Syarat-syarat reaksi titrimetrik ialah Tidak boleh
ada reaksi samping, tetapan kesetimbangan reaksi
harus sangat besar, harus ada zat atau alat
Page 21
(indikator) yang dapat digunakan untuk menentukan
titik akhir titrasi, reaksi harus berlangsung cepat,
sehingga titik ekivalen segera diketahui dengan
cepat.
Stokiometri yang digunakan dalam perhitungan
titrimetrik adalah bobot molekul, bobot rumus, bobot
ekuivalen.
Sistem konsentrasi yang lazim digunakan untuk
menyatakan konsentrasi kira-kira adalah molaritas,
formalitas, normalitas, ppm, persen bobot,
miliekuivalen dan milimol, dan titer.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan agar penulisan makalah
selanjutnya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
L.D.B., Yazhid. 2013. Makalah Titrimetri. (online), http://yazhid28bashar.blogspot.com diakses pada tanggal 21 September 2014.
Page 22
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI
press.