Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V V- 1 BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN Pada Bab ini, akan dijelaskan mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan dalam Proyek Pembangunan Apartemen Tower Ambassador 2 St.Moritz. Berikut merupakan diagram Alir tahapan pekerjaan struktur pada proyek ini. Gambar 5.1. Diagram Alir Pekerjaan struktur proyek Tower Ambassador st.moritz Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Sub structure Pondasi Borepile Raft Pondasi Upperstructure Retaining wall kolom balok balok prestressed balok transfer balok konvensional pelat shear wall core wall tangga
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V- 1
BAB V
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pada Bab ini, akan dijelaskan mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan dalam Proyek Pembangunan Apartemen Tower Ambassador 2
St.Moritz. Berikut merupakan diagram Alir tahapan pekerjaan struktur pada
proyek ini.
Gambar 5.1. Diagram Alir Pekerjaan struktur proyek Tower Ambassador
st.moritz
Proyek Tower Ambassador 2
St.Moritz
Sub structure
Pondasi Borepile
Raft Pondasi
Upperstructure
Retaining wall
kolom
balok
balok prestressed
balok transfer
balok konvensional
pelat
shear wall
core wall
tangga
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 2
5.1 Pekerjaan Raft pondasi
Pada proyek pembangunan Apartemen Ambassador 2 St.Moritz ini.
Pondasi yang digunakan adalah pondasi borepile yang di kerjakan oleh
PT.Indopora.
Pekerjaan borepile meliputi pekerjaan Pengeboran tanah sampai pada
kedalaman yang direncanakan. Kedalaman pengeboran sudah diperhitungkan oleh
site engineer yang sudah berpengalaman. Kemudian dilanjutkan dengan
Pembesian tulangan borepile, pengelasan atau penyambungan tulangan dan
pengecoran.
Gambar 5.2. Pengeboran tanah
Gambar 5.3. Pembesian Tulangan Borepile
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 3
Gambar 5.4. Pengelasan Tulangan Borepile
Gambar 5.5. Pengecoran pondasi Borepile
Gambar 5.6. Pekerjaan pemotongan Borepile
Setelah pekerjaan pondasi , untuk menghubungkan antara pondasi borepile
pada umumnya menggunakan pile cap kemudian dilanjutkan pembuatan tie beam.
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 4
Namun, karena proyek ini memiliki 42 lantai yang termasuk dalam gedung
berlantai banyak, maka pembuatan pile cap dan tie beam tidak dilakukan tetapi
digunakan raft pondasi. Pembuatan raft pondasi ini dilakukan dengan mass
concrete, yaitu pengecoran dalam skala besar.
Gambar 5.7. Pembesian Raft Pondasi
Gambar 5.8. Pengecoran Raft Pondasi
5.2. Pekerjaan Kolom
5.2.1 Pembesian kolom
Pembesian merupakan bagian dari suatu struktur dalam bangunan, yang
berfungsi menahan gaya tarik akibat beban pada beton. Pekerjaan pembesian
adalah pekerjaan perakitan besi tulangan untuk mendukung kekuatan pada beton
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 5
bangunan yang disesuaikan dengan shop drawing yang mengacu pada standarisasi
penulangan sehingga didapat kekuatan bangunan yang sesuai dengan yang
direncanakan.
Tahapan pekerjaan pembesian :
1. Fabrikasi
Proses fabrikasi adalah merupakan tahap pekerjaan pembesian yang
pertama kali, dan merupakan proses perakitan tulangan disuatu tempat yang telah
ditentukan yang meliputi proses pemotongan, pembengkokan dan penyambungan.
Penentuan tempat fabrikasi ini mengacu pada:
1. Jarak jangkauan Tower crane (TC)
2. Kapasitas tempat fabrikasi.
3. Kemudahan dalam distribusi
Peralatan yang digunakan pada saat fabrikasi :
a. Mesin pembengkok besi (bar bender)
b. Mesin pemotong besi (bar cutter)
2. Pemasangan tulangan
Dalam pelaksanaan pekerjaan pembesian pada proyek ini, besi-besi
tulangan yang telah datang di lokasi proyek, diletakkan di lokasi penyimpanan
yang telah ditentukan sebagai lokasi fabrikasi besi. Transportasi besi ke tempat
yang diinginkan baik secara vertikal maupun horizontal dapat dipermudah dengan
bantuan tower crane yang telah tersedia di lokasi proyek.
Tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan pembesian harus tetap mengacu pada
instruksi yang diberikan, diantaranya membuat dan melaksanakan pekerjaan
pembesian harus sesuai dengan daftar pemotongan dan pembengkokan besi
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 6
tulangan yang tidak boleh menyimpang dari gambar kerja yang sesuai dengan bar
banding schedule.
Pada proyek ini, bentuk kolom terbagi menjadi 2 bentuk yaitu kolom yang
berbentuk persegi dengan kolom yang berbentuk silinder. Pemakaian kedua
bentuk tersebut telah berdasarkan gambar rencana dan hasil perhitungan dr
konsultan perencana.
Gambar 5.9. Pembesian pada kolom persegi
Gambar 5.10. Pembesian pada kolom silinder
5.2.2. Pekerjaan Pengukuran dan Pengecekan
Pekerjaan pengukuran merupakan salah satu proses penentuan as atau grid
suatu bangunan. Dalam pelaksanaan dilakukan proses antara lain pengecekan dari
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 7
sisi penulangan, penempatan beton decking, dimensi kolom dan tingkat
vertikalisasi kolom. Pengukuraan ini dilakukan kontraktor utama, peralatan yang
di gunakan pada pengecekan tersebut meliputi:
1. Theodolit
2. autolevel
3. Meteran.
4. Unting – unting dan benang
Marking penentuan sepatu kolom. Dimaksudkan untuk mengetahui jarak
antara tulangan kolom dengan bekisting kolom sebelum dilakukan pekerjaan
bekisting.
Gambar 5.11. Proses pengukuran as / grid
5.2.3 Pekerjaan Pemasangan Bekisting
Setelah surveyor menyatakan pembesian kolom siap kemudian dilakukan
pemasangan bekisting. Pada proyek apartemen Tower Ambassador 2 St.Moritz
pemasangan bekisting kolom ini tidak di lakukan dengan system konvensional,
tetapi dengan system pemasangan langsung dengan menggunakan tower crane
yang sebelumnya telah di fabrikasi ditempat yang ditentukan. Setelah itu disetting
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 8
verticality dengan menggunakan unting–unting/ lod, dengan benang yang di
kaitkan oleh lod kemudian benang beserta lod tersebut di kaitkan dibekisting yang
sudah terpasang menutupi tulangan kolom. Dengan adanya lod dan benang
pengukur bisa mengetahui jarak yang tidak sesuai dengan arah x yang sudah di
tentukan, pada setiap sisi bekisting dan diperkuat dengan menggunakan bracing.
Setelah pengecekan selesai maka kolom siap di cor.
Untuk kolom yang berbentuk silinder, bekisting yang digunakan terbuat
dari baja yang dapat dipakai hingga proyek selesai. Namun, kelemahan
menggunakan bekisting yang terbuat dari baja ini hanya bisa dipakai untuk satu
ukuran saja atau diameter yang sama.
Gambar 5.12. Pemasangan bekisting kolom silinder
Lain halnya dengan bekisting kolom silinder, bekisting kolom persegi ada
2 jenis bekisting yaitu bekisting yang terbuat dari venol film dan baja. Untuk
bekisting baja bisa dipakai untuk beberapa ukuran dan bisa diatur seperti terlihat
pada gambar 5.12 dan bisa dipakai dengan jumlah pakai yang tak terhingga.
Namun, bekisting persegi ini yang menggunakan venol film yang hanya bisa
digunakan dalam satu ukuran dan dapat dipakai 5 – 7 kali saja.
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 9
Gambar 5.13. Pemasangan bekisting kolom persegi baja
5.2.4 Pekerjaan pengecoran kolom
Setelah proses pemasangan bekisting selesai dan telah di nyatakan siap di
cor dari pihak surveyor, setelah itu di lakukan pengecoran. Pengecoran pada
kolom menggunakan concrete bucket karena jika menggunakan concrete pump
akan terjadi segregasi ( pemisahan antara agregat kasar dan agregat halus sehingga
agregat kasar jatuh terlebih dahulu dan agregat halus tertahan diatas sehingga
mengakibatkan beton keropos) karena pada proses pengeoran ada batas ketinggian
jatuh beton yaitu sekitar 3 m. Hal ini lah yang mmbedakan penggunaan concrete
bucket dan concrete pump.
Tahap – tahapan pekerjaan pengecoran adalah sebagai berikut :
1. Pihak kontraktor mengajukan permohonan ijin pelaksanaan pekerjaan
pengecoran yang disertai dengan form checklist yang meliputi pekerjaan
pembesian, pekerjaan bekisting, pekerjaan mekanikal dan elektrikal telah
selesai.
2. Semua pekerjaan pembesian yang dipasang harus sesuai dengan gambar
rencana, termasuk semua ikatan-ikatan dan sengkang yang telah terpasang
dengan baik.
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 10
3. Semua lantai pengecoran telah dibersihkan dari segala macam kotoran dengan
cara disemprotkan atau disapu dengan udara bertekanan tinggi dari
kompressor.
4. Beton jadi yang digunakan dalam pekerjaan pengecoran setelah tiba di lokasi
harus dilakukan pengujian slump test dengan standar uji yang berlaku yakni
(12 + 2) cm .
Gambar 5.14. Slump test
Pada proyek ini tidak semua truck mixer yang datang diadakan uji
slump test. Karena truck mixer yang membawa adukan beton dengan mutu
yang sama dan di waktu yang sama hanya diambil sampel dari salah satu
truck mixer saja.
5. Untuk memadatkan beton menggunakan alat penggetar atau vibrator, hal ini
untuk menghindari terjadinya keropos beton dikarenakan adanya rongga-
rongga pada beton ataupun pemisahan adukan beton yang dapat mengurangi
kekuatan beton.
Gambar 5.15. Pengecoran kolom
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 11
5.2.5 Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran bekisting kolom dilakukan 7 jam setelah pengecoran.
Untuk pembongkaran bekisting cara yang digunakan yaitu dengan cara membuka
pengunci (Tie Rod) dengan hammer 5 kg, setelah agak renggang barulah diangkat
mengggunakan tower crane.
Setelah Bekisting terlepas, bekisting juga harus dirawat agar tetap bagus
dipakai dengan cara dibersihkan dari noda kemudian mengoleskan minyak
bekisting berupa oli dicampur dengan solar.
Pelaksanaan pembongkaran bekisting kolom harus dilakukan untuk 1 unit
kolom sampai tuntas dan hasil bongkaran ditumpuk rapi, baru kemudian
dilanjutkan untuk unit kolom selanjutnya.
Gambar 5.16. Pembongkaran Bekisting di lapangan
5.2.5.1 Pekerjaan Perawatan Beton (Curing)
Setelah pekerjaan pengecoran selesai dilaksanakan dan beton sudah mulai
mengeras, maka harus dilakukan perawatan beton atau curing beton. Pada proyek
apartemen Tower Ambassador 2 st.Moritz setelah beton kering, dan bekisting
setelah dibongkar pada jam ke 12. Pekerjaan curing dilakukan dengan melapisi
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 12
suatu zat yang disebut dengan bounding agent (kalbon) . zat ini dicampur dengan
air kemudian diratakan ke permukaan beton dengan alat rol.
Perawatan ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mencegah penguapan air pada permukaan beton yang terbuka.
2. Mencegah hilangnya air dari beton yang akan berakibat retak - retak.
3. Mencegah perubahan suhu secara mendadak.
4. Mencegah retak plastis akibat tegangan tarik beton yang terjadi beberapa jam
setelah proses pengecoran selesai.
5. Supaya mutu beton tetap terjaga.
5.3. Pekerjaan Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall)
Dinding penahan tanah adalah sebuah struktur yang didesain dan dibangun
untuk menahan tekanan lateral (horisontal) tanah ketika terdapat perubahan dalam
elevasi tanah yang melampaui sudut at-rest dalam tanah. Faktor penting dalam
mendesain dan membangun dinding penahan tanah adalah mengusahakan agar
dinding penahan tanah tidak bergerak ataupun tanahnya longsor akibat gaya
gravitasi. Tekanan tanah lateral di belakang dinding penahan tanah bergantung
kepada sudut geser dalam tanah ( ) dan kohesi (c). Tekanan lateral meningkat
dari atas sampai ke bagian paling bawah pada dinding penahan tanah. Jika tidak
direncanakan dengan baik, tekanan tanah akan mendorong dinding penahan tanah
sehingga menyebabkan kegagalan konstruksi serta kelongsoran. Kegagalan juga
disebabkan oleh air tanah yang berada di belakang dinding penahan tanah yang
tidak terdisipasi oleh sistem drainase. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk
sebuah dinding penahan tanah mempunyai sistem drainase yang baik, untuk
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 13
mengurangi tekanan hidrostatik dan meningkatakan stabilitas tanah. Denah
rencana penempatan retaining wall dapat dilihat pada lampiran No.1.1.
5.3.1 Pembesian Retaining Wall
Pembesian pada retaining wall sama seperti pembesian pada kolom,
pembesian sebelumnya telah difabrikasi ditempat yang disediakan. setelah
fabrikasi selesai lalu diangkat oleh tower crane ke lapangan.
Gambar 5.17. Pembesian Retaining Wall
5.3.2 Pekerjaan Pengukuran dan Pengecekan
Pekerjaan pengukuran merupakan salah satu proses penentuan as atau grid
suatu bangunan. Dalam pelaksanaan dilakukan proses antara lain pengecekan dari
sisi penulangan, penempatan beton decking, dimensi kolom dan tingkat
vertikalisasi kolom. Pengukuraan ini dilakukan kontraktor utama, peralatan yang
di gunakan pada pengecekan tersebut meliputi:
1. Theodolit
2. Autolevel
3. Meteran.
4. Unting – unting dan benang
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 14
5.3.3. Pemasangan Blockout
Untuk menandai adanya pekerjaan balok, dilakukan pemasangan blockout.
Blockout dibuat berdasarkan ukuran dan letak yang sesuai dengan gambar kerja
(shop drawing). Blockout terbuat dari stereofoam karena mudah dalam
pembongkarannya.
Gambar 5.18. Pemasangan Blockout
5.3.4. Pekerjaan Bekisting Retaining Wall
Formwork atau bekisting merupakan sarana struktur beton untuk mencetak
beton baik ukuran atau bentuknya sesuai dengan yang direncanakan, sehingga
bekisting harus mampu berfungsi sebagai struktur sementara yang bisa memikul
berat sendiri, beton basah, beban hidup dan peralatan kerja.
Persyaratan umum dalam mendisain suatu struktur, baik struktur permanen
maupun sementara seperti bekisting setidaknya ada 3 persyaratan yang harus
dipenuhi, yaitu:
1. Syarat Kekuatan, yaitu bagaimana material bekisting seperti balok kayu
tidak patah ketika menerima beban yang bekerja.
2. Syarat Kekakuan, yaitu bagaimana meterial bekisting tidak mengalami
perubahan bentuk / deformasi yang berarti, sehingga tidak membuat
struktur sia-sia.
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 15
3. Syarat Stabilitas, yang berarti bahwa balok bekisting dan tiang/perancah
tidak runtuh tiba-tiba akibat gaya yang bekerja.
Selain itu, perencanaan dan disain bekisting harus memenuhi aspek bisnis dan
teknologi sehingga pertimbangan –pertimbangan di bawah ini setidaknya harus
terpenuhi:
a. Ekonomis,
b. Kemudahan dalam pemasangan dan bongkar, dan Tidak bocor
Untuk memenuhi persyaratan umum yaitu kekuatan, kekakuan dan
stabilitas di atas maka seperti pada desain struktur umumnya, peranan ilmu statika
dalam perencanaan bekisting sangatlah penting.
Sebelum bekisting dipasang perlu pengecekan terhadap pembesian yang
sudah dipasang apakah sudah sesuai dengan gambar rencana, beton deking sudah
terpasang dengan rapi dan lurus serta perlu pengukuran dengan menggunakan
waterpass apakah elevasinya sudah lurus atau belum.
Gambar 5.19. Pemasangan bekisting Retaining Wall
5.3.5. Pengecoran Retaining Wall
Pengecoran dilakukan ketika surveyor telah mengatakan siap untuk bisa
dilakukan pengecoran. Yang dimaksud siap yaitu bekisting yang dipasang telah
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 16
presisi dan perkuatannya telah siap sehingga ketika adukan beton dicor tidak jebol
dan beton yang dihasilkan bagus. Pada proyek ini mutu beton yang digunakan
pada Retaining Wall yaitu fc’ = 40 Mpa
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengecoran :
a. Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk
menghindari terjadinya segregasi akibat penanganan kembali atau
pengaliran.
b. Pengecoran beton harus dilakukan dengan kecepatan sedemikian hingga
beton selama pengecoran tersebut tetap dalam keadaan kental dan dengan
mudah mengisi ruang diantara tulangan.
c. Beton yang telah mengeras sebagian atau terkontaminasi oleh bahan lain
tidak boleh digunakan untuk pengecoran.
d. Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur ulang setelah
pengikatan awal tidak boleh digunakan, kecuali bila disetujui oleh
pengawas lapangan.
e. Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran tersebut harus
dilakukan secara menerus hingga memenuhi panel atau penampang pada
batas, atau sambungan yang didekatkan hingga selesai sebagaimana yang
diizinkan.
f. Permukaan atas cetakan vertikal secara umum harus datar.
g. Semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh dengan alat vibrator
selama pengecoran dan harus diupayakan mengisi sekeliling tulangan dan
seluruh celah dan masuk kesemua sudut cetakan.
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 17
5.3.6. Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran bekisting retaining wall dilakukan minimal 7 jam setelah
pengecoran. Untuk pembongkaran bekisting cara yang digunakan yaitu dengan
cara membuka pengunci (Tie Rod) dengan hammer 5 kg, setelah agak renggang
barulah diangkat mengggunakan tower crane.
Gambar 5.20. Pembongkaran Bekisting Retaining Wall
5.3.7. Perawatan (curing)
Sama seperti kolom, untuk perawatan beton pada retaining wall digunakan
Bounding agent. Bounding agent ini dilakukan dengan cara di rol pada
permukaan beton.
5.4. Pekerjaan Balok
Balok merupakan bagian dari suatu struktur suatu bangunan. Dalam
proyek apartemen Tower Ambassador 2 St.Moritz ini sistem pelat menggunakan
Mutu beton K-500 untuk Lantai Basement sampai lantai 2 dan K-450 untuk lantai
2 sampai lantai 42. Pada pekerjaan balok, balok yang digunakan ada balok
konvensional, balok transfer dan balok prestressed. Balok konvensional dan
balok transfer menggunakan mutu yang sama dengan pelat. Sedangkan balok
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 18
prestressed dibutuhkan mutu yang lebih tinggi karena balok prestressed akan diuji
tarik dengan menggunakan hydraulic jack. Mutu balok prestressed mutu K-600.
5.4.1 Pekerjaan Pemasangan Scaffolding
Pada proyek ini ada 2 jenis scaffolding yang digunakan yaitu scaffolding
yang biasa digunakan dalam proyek pembangunan gedung dan ada jenis
scaffolding PCH. Dalam penggunaannya sebenarnya lebih bagus menggunakan
scaffolding PCH karena scaffolding jenis ini lebih terlihat rapi dan lebih efisien
dalam penggunaannya. Tetapi, terdapat permasalahan dalam pengadaan
scaffolding PCH karena terbatasnya scaffolding jenis ini.
Gambar 5.21. Scaffolding PCH
Gambar 5.22. Scaffolding konvensional
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 19
Pada pekerjaan balok dan pelat pertama di lakukan adalah erection
material, pemasangan perancah (scaffolding) yang berguna untuk menahan beban
sementara pada bangunan yang akan di cor setelah dicor sampai kuat tekan beton
telah mencapai kuat tekan yang direncanakan. Pada umumnya scaffolding ini
digunakan 7-14 hari. Pekerjaan pemasangan perancah dapat dilihat pada gambar
5.22.
Gambar 5.23. Pekerjaan pemasangan scaffolding
5.4.2 Pekerjaan Bekisting Balok
Pada pekerjaan pemasangan perancah dilanjutkan pada pekerjaan
pemasangan bekisting. Pekerjaan pemasangan bekisting dimulai dengan
memasang bodeman lalu suri – suri kemudian pekerjaan bekisting. Bekisting
yang digunakan pada proyek ini yaitu venol film dengan ketebalan 15 mm dan
dipasang langsung dilokasi.
Gambar 5.24. Pekerjaan Bekisting balok
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 20
5.4.3. Pekerjaan Pembesian Balok
Pada proyek ini terdapat 3 macam balok yaitu balok konvensional,
balok prestressed dan balok Transfer.
1. Balok Konvensional
Pada pekerjaan balok, fabrikasi hanya bisa dilakukan sampai tahap
pemotongan dan pembengkokan besi sesuai dengan gambar kerja (shop drawing)
yang dapat dilihat pada lampiran No. 1.2. karena bentangnya yang besar sehingga
berat besinya itu sendiri melebihi kapasitas angkut tower crane sehingga
pembesian balok dirangkai dilokasi bekisting lantai yang sudah siap. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.24.
Gambar 5.25. Pembesian Balok Konvensional
2. Balok Prestressed
Penggunaan balok prestressed dilakukan karena memiliki bentang yang
sangat panjang sekitar 15 m, sehingga jika menggunakan balok konvensional akan
membuat dimensi balok sangat besar. Dengan penggunaan balok prestressed ini
dapat mereduksi dimensi balok sehingga tetap berukuran standar namun
perkuatannya terjaga. Adapun Tahapan pekerjan balok Prestressed yaitu :
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 21
1. Pembesian Balok Prestressed
Sama seperti pembesian balok konvensional, balok prestressed dirangkai
langsung dilapangan karena bentangnya yang sangat panjang yaitu berkisar
antara 15-20 m sehingga melebihi kapasitas angkut tower crane.
Pada tahap ini juga tendon dimasukan kedalam besi yang belum selesai
dirakit, hal ini dapat mempermudah pemasangan tendon.
Gambar 5.26. Pembesian Balok Prestressed
2. Setelah pembesian selesai, pada balok prestressed juga di lakukan pemasangan
angkur mati yang merupakan acuan untuk pemasangan sling baja.lalu
dilanjutkan dengan perakitan sling baja .
Gambar 5.27. Pemasangan Angkur Mati
3. Selanjutnya dengan pemasangan tendon atau selongsong. Dalam satu
selongsong terdapat 12 – 19 sling baja. Ukuran diameter sling baja yaitu
sekitar 12 mm. Pemasangan tendon mengacu pada gambar rencana kerja yang
didalamnya sudah ada ketentuan ketinggiannya karena tendon tidak mungkin
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 22
lurus. Jika lurus tendon tidak bisa ditarik maksimal. Untuk lebih jelasnya
gambar kerja pemasangan tendon seperti pada lampiran No.1.3.
Gambar 5.28. Pemasangan Tendon
4. Setelah sling baja telah dipasang tendon pemasangan angkur hidup seperti
terlihat pada gambar 5.29. Agar angkur hidup yang nantinya digunakan untuk
pengujian tarik, angkur hidup dibuat blok yang terbuat dari venol film agar
tidak terkena adukan beton saat dilakukan pengecoran.lebih jelasnya terlihat
pada gambar 5.30.
Gambar 5.29 Pemasangan Angkur Hidup
Gambar 5.30. Pemasangan Angkur Blok
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 23
3. Balok Transfer
Balok Transfer juga digunakan pada proyek ini karena ada pertemuan
antar shearwall dengan kolom. jika tidak ada balok transfer maka shearwall tidak
ada tempat dudukannya. Karena tugas balok transfer yang menopang shearwall
maka dimensi balok ini pun sangat besar yaitu dengan ukuran penampangnya
1,5m x 3 m. untuk lebih jelasnya penggunaan balok transfer bisa dilihat pada
gambar 5.31.
Shear wall
Balok Transfer
Kolom
Gambar 5.31. Penerapan balok transfer di lapangan
Tahapan pembuatan pekerjaan balok transfer yaitu :
1. pembesian balok transfer dilakukan langsung dilapangan . kemudian
dilakukan pengecekan sambungan antar tulangannya dan pengencangan
ikatan kawat benrat menggunakan kakaktua atau gegep.
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 24
Gambar 5.32. Pembesian Balok Transfer
5.4.4. Pengecoran Balok
1. Balok Konvensional
Jika telah di cek kerataan dan perkuatan bekisting balok dan pembesiannya
telah sesuai dengan shop drawing atau gambar kerja, pengecoran balok
konvensional dapat dilakukan. Pengecoran balok menggunakan concrete pump.
Sebelum pengecoran dilakukan ada daftar checklist yang harus diisi untuk
mengawasi agar tahapan selanjutnya bisa dilaksanakan. Hal ini merupakan salah
satu pengendalian proses pekerjaan yang diharapkan akan menghasilkan hasil
pekerjaan yang berkualitas bagus. Daftar Checklist proses pekerjaan balok dapat
dilihat di lampiran No.5.
Gambar 5.33. Pengecoran Balok Konvensional
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 25
2. Balok Prestressed
Ada tahapan yang perlu dilakukan sebelum pengecoran dilakukan yakni
pekerjaan pengecekan tulangan pelat dan balok, serta pengecekan kerataan
bekisting dengan menggunakan waterpass (autolevel).
Seperti yang kita ketahui, mutu beton antara pelat dan balok khususnya
balok prestressed tidaklah sama. Agar adukan beton yang berbeda mutu tidak
tercampur, perlu dipasang batas pengecoran. Pada proyek ini, digunakan kawat
ayam sebagai batas pengecoran seperti pada gambar 5.34.
Gambar 5.34. Penggunaan Kawat ayam sebagai batas pengecoran
Selain pengecekan kerataan bekisting, sebelum pengecoran juga harus
dilakukan pembersihan bekisting menggunakan kompressor udara.
Hal ini bertujuan untuk membersihkan kotoran yang dapat menurunkan mutu
beton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.35.
Gambar 5.35. Pembersihan bekisting dengan kompresor udara
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 26
Pengecoran pelat dan balok dilakukan menggunakan concrete pump. Agar
Concrete pump dapat menjangkau lokasi pengecoran dilakukan setting pipe
terlebih dahulu seperti pada gambar 5.36.
Gambar 5.36. Setting pipe concrete pump
Pada tahap pengecoran ini, pengecoran yang di dahulukan yaitu
pengecoran balok prestressed karena mutu beton pada balok jenis ini lebih tinggi.
karena jika pengecoran mutu beton yang lebih rendah dahulu, meskipun telah
dipakai kawat ayam sebagai batas pengecoran tidak menutup kemungkinan
adukan beton tercampur ke lokasi yang memilik beton bermutu tinggi sehingga
mutu beton yang lebih tinggi tersebut tercampur dengan adukan beton yang
bermutu rendah dan berakibat menurunnya mutu beton yang lebih tinggi tersebut.
Pada pengecoran prestressed hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Pengecoran tidak boleh dilakukan tepat diatas tendon karena dapat
merubah ketinggian tendon yang telah ditetapkan sehingga pengujian
tarik tidak maksimal
2. Pengecoran tidak boleh dilakukan tepat diatas angkur hidup.karena
dapat membuat posisi angkur hidup tidak sesuai dengan yang
direncanakan. Mengingat angkur hidup adalah tempat pengujian tarik,
bagian ini harus dijaga dengan sangat hati –hati.
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 27
3. Ketika menggunakan vibrator, vibrator tidak boleh tersentuh dengan
tendon karena dikhawatirkan tendon lama kelamaan akan tergerus dan
bolong.
Gambar 5.37. Pengecoran Balok Prestressed
3. Balok Transfer
Pada pengecoran balok transfer terdapat 2 tahap yaitu :
1. Tahap pertama pengecoran yang dilakukan sebatas pelat. Pada proyek
ini balok transfer yang digunakan ketinggian baloknya sekitar 3 m. ini
berarti pengecoran tahap pertama memiliki ketinggian balok sekitar
1,5 m.Setelah beton yang telah dicor telah mencapai kuat tekan
rencananya, maka pengecoran tahap dua bisa dilakukan.
2. Tahap kedua merupakan lanjutan dari pengecoran tahap pertama.
Sebelum pengecoran tahap kedua dilakukan dilakukan pemasangan
bekisting seperti pada gambar 5. 38.
Gambar 5.38 Pemasangan bekisting balok transfer
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 28
Sebelum pemasangan bekisting dilakukan pengukuran selimut
beton yaitu sekitar 5 cm. agar antara tulangan dan bekisting tidak
menempel diperlukan beton deking yang berfungsi sebagai pemisah
antara bekisting dan tulangan sejauh 5 cm sesuai dengan selimut beton.
Setelah pemasangan beton deking dan pemasangan bekisting yang
telah diperkuat oleh tie rod, wing nut dan bracing sudah terpasang,
pengecoran bisa dilakukan. Pengecoran dilakukan menggunakan
concrete pump.
5.5 Pekerjaan Pelat
Pekerjaan pelat berkaitan dengan pekerjaan balok. perancah (scafolding)
dipasang tidak hanya untuk perletakan bekisting balok namun juga untuk
perletakan bekisting pelat.
5.5.1. Pekerjaan Bekisting Pelat
Pekerjaan Bekisting pelat dilakukan sesudah atau bisa bersamaan dengan
pekerjaan bekisting balok. Bekisting pelat menggunakan venol film dengan
ketebalan 15 mm. Bekisting pelat dibuat langsung dilokasi seperti pada gambar
5.39.
Gambar 5.39. Pekerjaan Bekisting Pelat
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 29
5.5.2. Pembesian Pelat
Pembesian pelat dilakukan setelah pembesian balok selesai. Pembesian
pelat dirangkai langsung dilapangan seperti pada gambar 5.40.
Gambar 5.40. Pembesian pelat
5.5.3 Pengecoran Pelat
Sama seperti balok, sebelum pengecoran dilakukan ada daftar checklist
yang harus diisi. Setelah checklist telah diisi, dan surveyor telah mengatakan siap,
ada seorang QC yang mengurus surat perijinan pengecoran. Daftar checlist dan
surat perijinan pengecoran dapat dilihat pada lampiran No.7
Pengecoran pada pelat menggunakan concrete pump.sebelum dilakukan
pengecoran juga dilakukan pembersihan lokasi seperti pada gambar 5.41. concrete
pump yang akan digunakan harus melalui setting pippe guna mensimulasi apakah
pipa sudah menjangkau lokasi pengecoran. Setelah concrete pump sudah
menjangkau pengecoran dapat dilakukan. Proses pengecoran dapat dilihat pada
gambar
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 30
Gambar 5. 41. Pengecoran Pelat
Seperti yang terlihat pada gambar 5.41. pada proses pengecoran digunakan
alat untuk memadatkan beton sehingga tidak terjadi segregasi yang dapat
menyebabkan beton keropos. Alat ini disebut vibrator.
5.6. Pengujian Balok Prestressed
Pelaksanaan pemberian prategang dengan cara pasca tarik (post-tension)
didefinisikan sebagai cara memberikan prategang pada beton, dimana tendon baru
ditarik setelah betonnya dicetak terlebih dahulu dan mempunyai cukup kekerasan
untuk menahan tegangan sesuai dengan yang dinginkan. Adapun langkah-langkah
pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
1. Pemasangan anchor head
Gambar 5.42. Proses pemasangan anchor head
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 31
2. Pemasangan Stressing jack
Gambar 5.43. Proses pemasangan Stressing jack
3. Tendon ditarik dengan menggunakan jacking di satu ujung dan angkur
mati atau plat penahan pada ujung lainnya. angkur mati atau plat penahan
sudah disiapkan dipasang tertanam pada ujung komponen.
Pada pemberian tegangan terdapat tahapan – tahapan pemberian
tegangan seperti pada stressing record. Stressing record dapat dilihat pada
lampiran No.8.
Gambar 5.44. Pemberian tegangan dan pembacaan pada balok prestressed
4. Setelah diberikan tegangan, tahap selanjutnya adalah pembacaan elongasi
yang dihasilkan. Standar yang digunakan pada proyek ini yaitu ± 7% dari
panjang bentang.
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 32
Gambar 5.45. pembacaan elongasi hasil uji tarik.
Hasil pembacaan elongasi selanjutnya akan dilaporkan oleh PT.PCI
(Prestressed Concrete Indonesia) kepada kontraktor utama yaitu PT.PP. laporan
tersebut dapat dilihat pada Lampiran No.9 jika terdapat kegagalan pada target
elongasi yang direncanakan maka akan dilakukan pengujian ulang dengan catatan
untuk memastikan konsistensi pembacaan.
Hal –hal yang menyebabkan kegagalan pada pengujian balok prestressed
yaitu kesalahan pembacaan, hidraulic jack yang rusak , sling yang putus atau bisa
juga karena retak pada ekor burungnya. Kesalahan – kesalahan yang terjadi pada
balok prestressed lebih lengkapnya akan dijelaskan pada bab 7.
5.7. Penyuntikan Tendon Pasca Tarik (Grouting)
Untuk memberikan proteksi permanen pada baja pasca tarik dan untuk
mengembangkan lekatan antara baja prategang dan beton di sekitarnya, saluran
prategang harus diisi bahan suntikan semen yang sesuai dalam proses penyuntikan
di bawah tekanan.
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 33
5.7.1 Material Penyuntikan
a. Semen Portland
Semen portland harus sesuai dengan salah satu dari spesifikasi ASTM C150,
Tipe I, II atau III. Semen yang digunakan untuk menyuntik harus segar dan
tidak mengandung gumpalan apapun atau indikasi hidrasi atau “pack set”
b. Air
Air yang digunakan di dalam suntikan harus air layak minum, bersih dan tidak
mengandung zat yang membahayakan semen portland atau baja struktur.
Gambar 5.46. Air
c. Bahan Tambahan
Apabila menggunakan bahan tambahan, harus bersifat mengandung kadar air
rendah, mempunyai aliran yang baik, hanya sedikit bleeding dan ekspansi serta
tidak mengandung bahan kimiawi yang membahayakan baja prategang atau
semen, seperti klorida, flourida, sulfat dan nitrat.Pada Proyek ini zat additif yang
digunakan pada proses grouting ini yaitu cibeks.
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 34
Gambar 5.47. Zat Additif Cibeks
Spesifikasi Teknis yang digunakan pada proses grouting ini yaitu 4 sak
semen, 63 liter air dan 4 gelas zat additif cibeks. Kemudian campuran tersebut
di campur dalam sebuah mixer seperti pada gambar 5.48.
Gambar 5.48. Alat mixer pada proses grouting
5.7.2 Proses Penyuntikan
Selongsong dengan dinding beton (cored ducts) harus disemprot untuk
menjamin bahwa beton dapat dibasahi dengan baik.
Semua celah titik tinggi dan suntikan harus terbuka pada saat penyuntikan
dimulai. Suntikan harus dapat mengalir dari celah pertama setelah pipa
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 35
masukan sampai air pembersih residual atau udara yang terperangkap telah
dikeluarkan, pada saat mana celah tersebut harus ditutup. Celah-celah
lainnya harus ditutup secara berurutan dengan cara yang sama. Proses
pemompaan pada masukan tendon tidak boleh melebihi 250 psi (1700
kPa).
Gambar 5.49. Celah pipa yang digunakan pada proses grouting
Bahan suntikan harus dipompa melalui selongsong dan secara terus
menerus ke luar di pipa buangan sampai tidak terlihat lagi ada air atau
udara yang keluar. Waktu keluar suntikan tidak boleh kurang dari waktu
pemberian bahan suntikan. Untuk menjamin bahwa tendon tetap terisi
dengan bahan suntikan, maka keluaran dan atau masukan harus ditutup.
Tutup yang dibutuhkan tidak boleh lepas atau dibuka samapi bahan
suntikan mengering.
Apabila aliran searah dari bahan suntikan tidak dapat dipertahankan, maka
suntikan harus segera dikuras dari saluran dengan air
Apabila adukan yang digunakan pada proses grouting sudah terisi penuh di
balok prestressed, campuran beton yang agak kental akan keluar dari pipa
yang berada dibawah seperti gambar 5.50.
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 36
Pipa saluran air dan campuran
beton
Gambar 5.50. Pipa saluran air pada proses grouting
5.8. Pembongkaran bekisting pelat dan balok
Sebelum mulai pembongkaran bekisting pelat lantai, pihak kontraktor
mengajukan ijin (tertulis) pembongkaran pelat lantai maupun balok (biasanya
pelat dibongkar umur 7 hari dan balok pada umur 10 hari).
Pertama-tama adalah Pengendoran U Head pada daerah yang akan dibongkar,
tanpa membongkar schafolding penyangga . melepas terlebih dahulu klos antar
sambungan venol film, kemudian dilanjutkan dengan melepas lembaran-lembaran
venol film. Venol film yang sudah terbongkar diletakkan dijembatan kerja,
kemudian diturunkan satu persatu (tidak boleh dilempar atau dijatuhkan dari atas)
dan ditumpuk rapi pada tempat yang telah disiapkan.
Setelah venol film terbongkar baru dilanjutkan dengan pembongkaran dinding
balok (tembiring). Hasil pembongkaran dinding balok diservice dan diminyaki
demikian juga plat lantai dibersihkan lalu dilapisi minyak bekisting baru ditumpuk
pada daerah yang gampang dijangkau alat angkut. Penumpukan panel dinding dan
plat sama seperti penumpukan hasil pabrikasi. Selanjutnya adalah pembongkaran
schaffolding penyangga plat.
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz Bab V
V - 37
Gambar 5.51. Pembongkaran bekisting pelat dan balok
Prespektif Bekisting Plat dan Balok Persiapan bongkar