Top Banner

of 30

Metode Pengujian Bahan

Oct 13, 2015

Download

Documents

yuda2288

Metode pengujian bahan untuk beton dan tulangan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PEMBANGUNAN LANJUTAN GEDUNG KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA TAHAP II

SNI 2458:2008

PEMBANGUNAN LANJUTAN GEDUNG KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA TAHAP II2014METODE PENGUJIAN BAHAN KONSTRUKSI

I. Uji Beton1. Tata cara pengambilan contoh uji beton segar1.1. Ruang lingkupTata cara ini mencakup prosedur pengambilan contoh uji beton segar yang mewakili produk beton untuk menentukan kualitas beton sesuai persyaratan.Pengambilan contoh uji mencakup beton segar yang diproduksi dengan mesin pengaduk (mixer) stasioner, paving-mixer (penghampar) dan truk pencampur, serta pengambilan dari peralatan pengangkut (agitator dan non-agitator truck) yang digunakan untuk mengangkut beton yang dicampur secara terpusat.CATATAN Jika tidak diatur secara khusus dalam prosedur pengujian yang akan dilakukan, seperti uji untuk menentukan keseragaman, konsistensi dan efisiensi mixer, maka penggabungan contoh uji beton yang diambil dari beberapa tempat secara acak sangat dianjurkan dalam tata cara ini untuk mendapatkan contoh uji yang dapat mewakili dari suatu siklus produk beton tertentu. Prosedur yang digunakan untuk memilih uji batch yang spesifik tidak dijelaskan dalam tata cara ini.Tata cara ini juga mencakup prosedur yang digunakan untuk menyiapkan contoh uji beton yang mengandung ukuran agregat lebih besar dari ukuran agregat nominal, dan bila diperlukan contoh uji beton harus disaring dalam keadaan basah sebelum diuji.Standar ini tidak mencakup pengaturan tentang keselamatan kerja, oleh karena itu bagi pengguna harus menetapkan keselamatan dan kesehatan kerja sendiri dilingkungannya sesuai aturan yang berlaku. (Khususnya terkait dengan sifat campuran beton segar dengan semen hidrolis yang dapat menyebabkan kerusakan kulit).1.2. Acuan NormatifASTM C 172-2004, Standard practice for sampling freshly mixed concreteASTM E 11 Specification for wire-cloth and sieves for testing purposes1.3. Istilah dan definisi1.3.1. Beton segarCampuran beton yang telah selesai diaduk sampai beberapa saat karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum terjadi pengikatan awal)1.3.2. Beton yang disaring basahProses memisahkan agregat yang lebih besar dari ukuran agregat nominal dari campuran beton segar dengan cara penyaringan menggunakan saringan ukuran standar, agar agregat yang tidak sesuai dapat dipisahkan1.3.3. Satu siklus adukan (batch)Sejumlah campuran beton dalam satu siklus langkah kerja dari satu satuan peralatan pengaduk, atau sejumlah beton yang diangkut oleh sebuah mobil angkut beton siap pakai, atau sejumlah beton yang dikeluarkan selama satu menit dari pengaduk yang bekerja terus menerus1.4. Arti dan penggunaanTata cara ini dimaksudkan untuk memberikan persyaratan dan prosedur dalam pengambilan contoh uji beton segar dari wadah yang berbeda dalam memproduksi atau mengangkut beton. Persyaratan secara rinci seperti bahan, pencampuran, kadar udara, temperatur, jumlah benda uji, slump, hasil interpretasi, dan presisi serta penyimpangan ditetapkan dalam cara uji khusus.1.5. Pengambilan contoh ujiPengambilan contoh uji komposit bagian pertama dan terakhir diambil dalam selang waktu tidak lebih dari 15 menit.a) Masing-masing contoh uji beton segar diangkut ke tempat pengujian atau pada benda-benda uji yang dicetak. Contoh-contoh uji harus dikombinasikan dan dicampur kembali dengan sekop sesuai waktu minimum yang disyaratkan untuk menjamin keseragamannya.b) Untuk uji slump atau uji kadar udara, atau keduanya, dilakukan dalam 5 menit setelah memperoleh bagian akhir contoh uji komposit beton segar. Selesaikan pengujian- pengujian ini secara cepat dan efisien, baru mulai mencetak benda-benda uji untuk pengujian kekuatan dalam waktu 15 menit setelah pengambilan contoh uji beton segar. Pembuatan benda uji harus dilakukan secepat mungkin, selanjutnya lindungi benda uji tersebut dari pengaruh matahari langsung, angin, dan pengaruh lain yang dapat menimbulkan penguapan cepat, serta terjadinya kontaminasi yang dapat mempengaruhi mutu beton.1.6. Prosedur1.6.1. Volume contoh ujiVolume contoh uji yang diperlukan untuk pengujian kekuatan minimum 28 L atau sesuai dengan kebutuhan pengujian seperti tercantum dalam Tabel 1.Volume contoh uji lebih kecil dapat diijinkan untuk pengujian-pengujian kadar udara dan slump, tetapi volume minimum harus ditentukan berdasarkan ukuran agregat maksimum dalam adukan yang dikorelasikan ke dalam berat.

Tabel 1Volume pengambilan contoh uji beton segarNoJenis pengujianVolume contoh uji(Liter)

1Slump12

2Berat jenis12

3Kadar udara12

4Kuat tekan (3 buah contoh uji)28

5Kuat lentur (3 buah contoh uji)28

6Kuat tarik (3 buah contoh uji)28

7Modulus elastisitas (3 buah contoh uji)28

1.6.2. Prosedur pengambilan contoh ujiProsedur pengambilan contoh uji dapat didasarkan atas beberapa faktor yang akan menghasilkan contoh uji yang benar-benar mewakili (representatif) sebagai berikut :a) Pengambilan contoh uji dilakukan sebelum beton dipindahkan dari mixer ke alat angkut menuju ke tempat pengecoran beton;b) Pada setiap batch, contoh uji hanya boleh diambil saat penuangan telah mencapai 10% dan sebelum mencapai 90%.1.6.2.1. Pengambilan contoh uji dari mixer stasionerContoh uji beton diperoleh dengan menggabungkan dua atau lebih bagian tengah dari setiap batch saat penuangan pada selang waktu tertentu. Bagian-bagian ini didapatkan dalam batas waktu yang disyaratkan sesuai pasal 5. Satu jenis contoh uji dibentuk dari gabungan beberapa kali pengambilan dan semua contoh uji diaduk kembali menjadi satu hingga homogen. Bila penuangan terlalu cepat, pengambilan contoh uji harus menggunakan wadah yang cukup besar agar seluruh adukan tertampung untuk menghindari segregasi.Aliran campuran yang ke luar dari mixer harus dijaga sehingga tidak tertahan oleh wadah yang dapat menyebabkan terjadinya segregasi, terutama untuk mixer dengan pengungkit maupun tanpa pengungkit.1.6.2.2. Pengambilan contoh uji dari paving-mixer (pengampar)Contoh-contoh uji didapatkan dari paling sedikit 5 titik/tempat berbeda dan kemudian digabungkan dalam satu contoh uji untuk pengujian. Hindari contoh uji tercampur dengan bahan lain yang terdapat pada lantai kerja atau kontak terlalu lama dengan lantai kerja yang menyerap air.Untuk menghindari kontaminasi atau absorpsi dari contoh uji beton dengan lantai kerja, dapat ditempatkan 3 wadah tipis pada lantai kerja dan menuangkan ke dalam sebuah wadah contoh uji yang selanjutnya digabungkan. Wadah yang digunakan harus stabil di atas lantai kerja untuk mencegah perpindahan selama penuangan serta mempunyai ukuran yang dapat menampung volume contoh uji gabungan, sesuai dengan ukuran agregat maksimum.

1.6.2.3. Pengambilan contoh uji dari truck mixer atau agigatorContoh uji diambil sebanyak 2 kali atau lebih pada selang waktu yang teratur selama penuangan dari bagian tengah setiap batch dan digabungkan menjadi satu untuk pengujian. Contoh uji tidak boleh diambil bila terjadi penambahan air ke dalam mixer dan juga tidak boleh diambil dari bagian pertama atau terakhir dari penuangan tiap batch. Contoh uji diambil secara berulang kali melalui suatu penuangan ke dalam bak penampung atau langsung masuk ke dalam suatu wadah contoh uji. Kecepatan penuangan dari tiap batch diatur berdasarkan kecepatan putaran drum mixer dan bukan dengan ukuran bukaan pintu pengeluaran.1.7. Prosedur tambahan untuk beton yang mempunyai ukuran agregat lebih besar dari ukuran nominal1.7.1. UmumBila beton mengandung ukuran agregat lebih besar dari ukuran agregat nominal, maka penyaringan basah harus dilakukan seperti dijelaskan di bawah ini, kecuali pengujian bobot isi untuk perhitungan jumlah campuran total harus dilakukan sesuai kondisi asli.CATATAN : hasil pengujian yang disebabkan oleh pengaruh penyaringan basah harus dipertimbangkan, karena contoh uji beton yang disaring basah dapat menyebabkan kehilangan sejumlah kecil kadar udara. Kadar udara untuk contoh uji beton yang disaring basah akan lebih besar karena ukuran agregat terbesar yang dipindahkan tidak berisi udara. Kekuatan beton yang disaring basah pada benda uji yang sedikit biasanya lebih besar dari keseluruhan beton yang diwakili. Pengaruh perbedaan ini perlu dipertimbangkan atau ditentukan dengan pengujian tambahan untuk kontrol mutu atau tujuan evaluasi hasil uji.1.7.2. Peralatan1.7.2.1. Saringan standarSaringan yang digunakan harus sesuai ketentuan ASTM E 11.1.7.2.2. Peralatan saringan basahPeralatan untuk penyaringan basah harus saringan standar dengan ukuran sesuai pasal 1.7.2.1 dan diatur serta ditempatkan sedemikian, hingga seseorang dapat menyaring secara cepat, baik dengan tangan atau mekanikal (alat). Biasanya gerakan horizontal akan menghasilkan hasil yang lebih baik dan lebih disukai. Peralatan harus mampu secara cepat dan efektif memindahkan ukuran agregat yang memenuhi persyaratan.1.7.2.3. Alat bantuBeberapa alat bantu yang dibutuhkan dalam penyaringan basah seperti sekop, sendok aduk, sendok bahan, dan sarung tangan.1.7.3. Prosedur penyaringan basahSetelah pengambilan contoh uji beton segar, lakukan penyaringan contoh uji dengan saringan standar dan tampung/pindahkan dalam sebuah wadah serta buang bagian agregat yang tertahan. Pekerjaan ini harus dilakukan sebelum menggabungkan/mencampur kembali contoh uji ke dalam suatu wadah. Goyang atau getarkan saringan dengan tangan atau alat mekanikal sampai lolos pada ukuran saringan standar. Mortar yang menempel pada agregat yang tertahan di atas saringan tidak harus dihilangkan sebelum agregat dibuang.Masukkan contoh uji beton secukupnya ke dalam saringan sedemikian sehingga setelah menyaring tebal lapisan agregat yang tertahan tidak boleh lebih tinggi dari butiran maksimum agregat kasar. Campuran beton yang lolos saringan ditampung dalam suatu wadah yang mempunyai ukuran sesuai, bersih, lembab dan permukaan tidak menyerap. Setelah memisahkan bagian butir agregat terbesar dengan menyaring basah, aduk kembali contoh uji dengan sekop untuk menjamin keseragaman dengan volume yang dibutuhkan (sesuai dengan Tabel 1) dan selanjutnya lakukan pengujian dengan segera.

2. Tata cara uji slump beton2.1. Ruang lingkup2.1.1. UmumCara uji ini meliputi penentuan nilai slump beton, baik di laboratorium maupun di lapangan. Nilai-nilai yang tertera dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan digunakan sebagai standar.Standar ini tidak memasukkan masalah keselamatan yang berkaitan dengan penggunaannya. Pengguna standar ini bertanggung jawab untuk menyediakan hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan serta peraturan dan batasan-batasan dalam menggunakan standar ini.Catatan dalam tulisan standar ini memuat materi penjelasan. (tidak termasuk apa yang tercantum dalam tabel- tabel dan gambar-gambar) tidak boleh dipertimbangkan sebagai persyaratan dari standar.2.1.2. Arti dan kegunaanCara uji ini bertujuan untuk menyediakan langkah kerja bagi pengguna untuk menentukan slump dari beton semen hidrolis plastis.CATATAN 1 Sebetulnya, cara uji ini merupakan suatu teknik untuk memantau homogenitas dan workability adukan beton segar dengan suatu kekentalan tertentu yang dinyatakan dengan satu nilai slump . Dalam kondisi laboratorium, dengan material beton yang terkendali secara ketat, nilai slump umumnya meningkat sebanding dengan nilai kadar air campuran beton, dengan demikian berbanding terbalik dengan kekuatan beton. Tetapi dalam pelaksanaan di lapangan harus hati-hati, karena banyak faktor yang berpengaruh terhadap perubahan adukan beton pada pencapaian nilai slump yang ditentukan, sehingga hasil slump yang diperoleh di lapangan tidak sesuai dengan kekuatan beton yang diharapkan.Cara uji ini dapat diterapkan pada beton plastis yang memiliki ukuran maksimum agregat kasar hingga 37,5 mm (1 in.). Bila ukuran agregat kasar lebih besar dari 37,5 mm (1 in.), metode pengujian dapat diterapkan bila digunakan dalam fraksi yang lolos saringan 37,5 mm (1 in.), dengan agregat yang ukurannya lebih besar dibuang/disingkirkan sesuai dengan Bagian Additional Procedures for Large Maximum Size Aggregate Concrete dalam AASHTO T 141. Cara uji ini tidak dapat diterapkan pada beton non-plastis dan beton non- kohesif.CATATAN 2 Beton dengan nilai slump < 15 mm mungkin tidak cukup plastis dan beton yang slumpnya > 230 mm mungkin tidak cukup kohesif untuk pengujian ini. Oleh karena itu harus ada perhatian yang seksama dalam menginterpertasikan hasil pengujian.2.2. Acuan normatifAASHTO T 119-99, Standard method of test for slump of hydraulic cement cement.SNI 03 2458 1991 : Metode pengambilan contoh untuk beton segar2.3. Istilah dan definisi2.3.1. Beton segarAdukan beton yang bersifat plastis yang terdiri dari agegat halus, agregat kasar, semen, dan air, dengan atau tanpa bahan tambah atau bahan pengisi

2.3.2. Slump betonPenurunan ketinggian pada pusat permukaan atas beton yang diukur segera setelah cetakan uji slump diangkat2.3.3. Workability betonKemudahan pengerjaan beton segar2.4. Rangkuman dari cara ujiSatu contoh campuran beton segar dimasukkan ke dalam sebuah cetakan yang memiliki bentuk kerucut terpancung dan dipadatkan dengan batang penusuk. Cetakan diangkat dan beton dibiarkan sampai terjadi penurunan pada permukaan bagian atas beton. Jarak antara posisi permukaan semula dan posisi setelah penurunan pada pusat permukaan atas beton diukur dan dilaporkan sebagai nilai slump beton2.5. Peralatan2.5.1. Alat ujiAlat uji harus berupa sebuah cetakan yang terbuat dari bahan logam yang tidak lengket dan tidak bereaksi dengan pasta semen. Ketebalan logam tersebut tidak boleh lebih kecil dari 1,5 mm dan bila dibentuk dengan proses pemutaran (spinning), maka tidak boleh ada titik dalam cetakan yang ketebalannya lebih kecil dari 1,15 mm.Cetakan harus berbentuk kerucut terpancung dengan diameter dasar 203 mm, diameter atas102 mm, tinggi 305 mm. Permukaan dasar dan permukaan atas kerucut harus terbuka dan sejajar satu dengan yang lainerta tegak lurus terhadap sumbu kerucut. Batas toleransi untuk masing-masing diameter dan tinggi kerucut harus dalam rentang 3,2 mm dari ukuran yang telah ditetapkan. Cetakan harus dilengkapi dengan bagian injakan kaki dan untuk pegangan seperti ditunjukkan dalam Gambar 1. Bagian dalam dari cetakan relatif harus licin dan halus, bebas dari lekukan, deformasi atau mortar yang melekat. Cetakan harus dipasang secara kokoh di atas pelat dasar yang tidak menyerap air. Pelat dasar juga harus cukup luas agar dapat menampung adukan beton setelah mengalami slump.

Gambar 1 Cetakan untuk uji slump (kerucut Abram)

2.5.2. Cetakan dengan material alternatifCetakan yang terbuat selain dari bahan logam diperbolehkan bila persyaratan berikut dipenuhi. Cetakan harus memenuhi persyaratan ukuran sesuai Butir 5.1. Cetakan harus cukup kaku untuk menjaga ukuran yang telah ditetapkan dan toleransi selama penggunaan, tahan terhadap gaya tumbuk dan harus tidak menyerap air. Cetakan harus diuji coba untuk mendapatkan hasil-hasil yang dapat dibandingkan dengan hasil-hasil yang diperoleh jika menggunakan cetakan logam sesuai persyaratan Butir 5.1. Uji banding harus dilakukan oleh laboratorium yang independen atas nama pembuat cetakan. Uji banding harus terdiri minimum 10 sampel pada masing-masing dari tiga nilai slump yang berbeda dengan rentang dari 50 mm sampai 125 mm. Tidak boleh ada hasil-hasil uji slump individual yang berbeda lebih dari 15 mm dari hasil yang diperoleh dengan menggunakan cetakan logam. Hasil uji rata-rata dari masing-masing pengujian slump yang diperoleh dengan menggunakan cetakan material alternaif tidak boleh berbeda lebih dari 10 mm dari hasil uji rata-rata yang diperoleh dengan cetakan logam. Bila ada perubahan material atau metode pembuatan, pengujian untuk uji banding harus diulangi.Bila kondisi cetakan individual diduga telah menyimpang dari toleransi kondisi fabrikasinya maka suatu uji perbandingan tunggal harus dilakukan. Bila hasil-hasil pengujian berbeda lebih dari 15 mm (0.5 in) dari yang dihasilkan cetakan logam, maka cetakan tidak boleh digunakan.2.5.3. Batang penusukBatang penusuk harus merupakan suatu batang baja yang lurus, penampang lingkaran dengan diameter 16 mm dan panjang sekira 600 mm, memiliki salah satu atau kedua ujung berbentuk bulat setengah bola dengan diameter 16 mm.2.6. Contoh ujiContoh uji beton beton untuk membuat benda uji harus mewakili jumlah campuran beton, sesuai dengan SNI 03 2458 1991.2.7. Langkah kerjaa) Basahi cetakan dan letakkan di atas permukaan datar, lembab, tidak menyerap air dan kaku. Cetakan harus ditahan secara kokoh di tempat selama pengisian, oleh operator yang berdiri di atas bagian injakan. Dari contoh beton yang diperoleh menurut Butir 6, segera isi cetakan dalam tiga lapis, setiap lapis sekira sepertiga dari volume cetakan.CATATAN 3 Sepertiga dari volume cetakan slump diisi hingga keketebalan 67 mm , dua pertiga dari volume diisi hingga ketebalan 155 mm.b) Padatkan setiap lapisan dengan 25 tusukan menggunakan batang pemadat. Sebarkan penusukan secara merata di atas permukaan setiap lapisan. Untuk lapisan bawah akan ini akan membutuhkan penusukan secara miring dan membuat sekira setengah dari jumlah tusukan dekat ke batas pinggir cetakan, dan kemudian lanjutkan penusukan vertikal secar spiral pada seputar pusat permukaan. Padatkan lapisan bawah seluruhnya hingga kedalamannya. Hindari batang penusuk mengenai pelat dasar cetakan. Padatkan lapisan kedua dan lapisan atas seluruhnya hingga kedalamannya, sehingga penusukan menembus batas lapisan di bawahnya.c) Dalam pengisian dan pemadatan lapisan atas, lebihkan adukan beton di atas cetakan sebelum pemadatan dimulai. Bila pemadatan menghasilkan beton turun dibawah ujung atas cetakan, tambahkan adukan beton untuk tetap menjaga adanya kelebihan beton pada bagian atas dari cetakan. Setelah lapisan atas selesai dipadatkan, ratakan permukaan beton pada bagian atas cetakan dengan cara menggelindingkan batang penusuk di atasnya. Lepaskan segera cetakan dari beton dengan cara mengangkat dalam arah vertikal secara-hati-hati. Angkat cetakan dengan jarak 300 mm dalam waktu5 2 detik tanpa gerakan lateral atau torsional. Selesaikan seluruh pekerjaan pengujian dari awal pengisian hingga pelepasan cetakan tanpa gangguan, dalam waktu tidak lebih dari 2 menit.d) Setelah beton menunjukkan penurunan pada permukaan, ukur segera slump dengan menentukan perbedaan vertikal antara bagian atas cetakan dan bagian pusat permukaan atas beton. Bila terjadi keruntuhan atau keruntuhan geser beton pada satu sisi atau sebagian massa beton (CATATAN 4), abaikan pengujian tersebut dan buat pengujian baru dengan porsi lain dari contoh.CATATAN 4 Bila dua pengujian berturutan pada satu contoh beton menunjukkan keruntuhan geser beton pada satu sisi atau sebagian massa beton, kemungkinan adukan beton kurang plastis atau kurang kohesif untuk dilakukan pengujian slump.2.8. LaporanCatat nilai slump contoh uji dalam satuan milimeter hingga ketelitian 5 mm terdekat. Nilai Slump = Tinggi alat slump tinggi beton setelah terjadi penurunan2.9. Ketelitian dan penyimpangan2.9.1. KetelitianTidak perlu pengujian antar laboratorium yang dilaksanakan dalam metode pengujian ini, karena tidak mungkin mendapatkan beton yang setara pada tempat yang berbeda-beda, bebas dari kesalahan kecuali berdasarkan pengujian nilai slump.Data lapangan yang ekstensif mengizinkan suatu pernyataan berkenaan dengan ketelitian beberapa teknisi dari metode pengujian ini.a) Rentang pengujian, 38 hingga 70 mm.b) Jumlah total contoh, 2304.c) Deviasi standar kemampuan pengulangan (1S), 8 mm.d) Batas kemampuan pengulangan 95 persen (D2S), 21 mm.Jadi, hasil dari dua pengujian yang dilaksanakan secara benar oleh teknisi-teknisi yang berbeda dalam laboratorium yang sama pada material yang sama tidak boleh lebih dari 21 mm. Karena keterbatasan rentang nilai slump dalam beton yang digunakan dalam pengujian ini, harus hati-hati dalam menerapkan nilai-nilai ketelitian ini .2.9.2. PenyimpanganMetode pengujian ini tidak memiliki penyimpangan karena nilai slump ditetapkan berkaitan dengan metode pengujian ini.CATATAN 5 Data yang akurat didasarkan atas penggunaan kerucut-kerucut dari bahan logam. Tidak ada data spesifik yang tersedia untuk hasil-hasil pengujian beberapa teknisi menggunakan kerucut dari bahan alternatif selain logam

II. Uji Penulangan Beton1. Tata cara pengujian tulangan beton1.1. Ruang lingkupStandar ini meliputi acuan normatif, istilah dan definisi, jenis, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, syarat lulus uji, dan cara pengemasan baja tulangan beton.1.2. Acuan normatifSNI 07-0371-1998, Batang uji tarik untuk bahan logam,SNI 07-0408-1989, Cara uji tarik untuk logam,SNl 07-0410-1989, Cara uji lengkung tekan,1.3. Istilah dan definisi1.3.1. Baja tulangan betonBaja berbentuk batang berpenampang bundar yang digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari bahan baku billet dengan cara canai panas (hot rolling)1.3.2. Bahan baku yang digunakanBillet baja sesuai Standar Nasional Indonesia1.3.3. Ukuran nominalUkuran sesuai yang ditetapkan1.3.4. ToleransiBesarnya penyimpangan yang diizinkan dari ukuran nominal1.3.5. Diameter dalamUkuran diameter tanpa sirip pada baja tulangan baton sirip1.3.6. Sirip melintangSetiap sirip yang terdapat pada permukaan batang baja tulangan beton yang melintang terhadap susut batang baja tulangan beton1.3.7. RusukSetiap sirip atau celah memanjang yang searah dan sejajar dengan sumbu baja tulangan beton1.3.8. Gap (rib)Lebar rusuk atau celah1.3.9. IkatDua batang atau lebih baja tulangan beton diikat secara kuat, rapih dan harus memiliki ukuran, jenis serta kelas baja yang sama1.3.10. BundelDua ikat atau lebih baja tulangan beton dengan ukuran nominal, jenis serta kelas baja yang sama1.3.11. LotDua bundel atau lebih baja tulangan beton dengan ukuran nominal, jenis, serta kelas baja yang sama ditumpuk dalam satu kelompok1.3.12. Karat ringanKarat yang apabi!a digosok secara manual tidak meninggalkan cacat pada permukaan1.3.13. CernaLuka pada permukaan baja tulangan yang terjadi akibat proses canai1.4. JenisBerdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton sirip.1.4.1. Baja tulangan beton polosBaja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak bersirip, disingkat BjTP.1.4.2. Baja tulangan beton siripBaja tulangan beton sirip adalah baja tulangan beton dengan bentuk khusus yang permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk memanjang yang dimaksudkan untuk rneningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap beton, disingkat BjTS.1.5. Syarat mutu1.5.1. Sifat tampakBaja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan, gelombang, cerna yang dalam dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan1.5.2. Bentuk1.5.2.1. Baja tulangan polosPermukaan batang baja tulangan beton harus rata tidak bersirip.1.5.2.2. Baja tulangan beton siripPermukaan batang baja tulangan beton sirip harus bersirip teratur. Setiap batang diperkenankan rnempunyai rusuk memanjang yang searah dan sejajar dengan sumbu batang, serta sirip-sirip lain dengan arah melintang sumbu batang.Sirip-sirip melintang sepanjang batang baja tulangan beton harus terletak pada jarak yang teratur. Serta mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Bila diperlukan tanda angka- angka atau huruf-huruf pada permukaan baja tulangan beton, maka sirip melintang pada posisi di mana angka atau huruf dapat ditiadakan.Sirip melintang tidak boleh membentuk sudut kurang dari 45 terhadap sumbu batang, apabila membentuk sudut antara 45 sampai 70, arah sirip melintang pada satu sisi, atau kedua sisi dibuat berlawanan. Bila sudutnya diatas 70 arah yang berlawanan tidak diperlukan.1.5.3. Ukuran dan toleransi1.5.3.1. Diameter, berat dan ukuran siripDiameter dan berat per meter baja tulangan beton polos seperti tercantum pada Tabel 1. Diameter, ukuran sirip dan berat per meter baja tulangan beton sirip seperti tercantum pada Tabel 2.Tabel 1 Ukuran baja tulangan beton polosNo.PenamaanDiameter nominal(d) (mm)Luas penampang Nominal (L) (cm2)Berat nominal per meter (kg/m)

1.P.660,28270,222

2.P.880,50270,395

3.P.10100,78540,617

4.P.12121,1310,888

5.P.14141,5391,12

6.P.16162,0111,58

7.P.19192,8352,23

8.P.22223,8012,98

9.P.25254,9093,85

10.P.28286,1584,83

11.P.32328,0426,31

Tabel 2 Ukuran baja tulangan beton siripNoPena maanDia-meter nominal(d)Luas Penam pang nominalDia-meter dalam nominal(do)Tinggi sirip melintangJarak sirip melintang(maks)Lebar rusuk me- manjang(maks)Berat nominal

minmaks

mmcm2mmmmmmmmmmKg/m

1S.660,28275,50,30,64,24,70,222

2S.880,50277,30,40,85,66,30,395

3S.10100,78548,90,51,07,07,90,617

4S.13131,32712,00,71,39,110,21,04

5S.16162,01115,00,81,611,212,64,58

6S.19192,83517,81,01,913,314,92,23

7S.22223,80120,71,12,215,417,32,98

8S.25254,90923,61,32,517,519,73,85

9S.29296,62527,21,52,920,322,85,18

10S.32328,04230,21,63,222,425,16,31

11S.363610,1834,01,83,625,228,37,99

12S.404012,5738,02,04,028,031,49,88

13S.505019,6448,02,55,038,039,317,4

CATATANCara menghitung luas penampang nomnal, keliling nominal, berat nominal dan ukuran sirip adalah sebagai berikut:a) Luas penampang nominal (L)

L= (cm2) dibulatkan sampai 4 angka berartib) Keliling nominal (K) K = 0,3142 x d (mm) dibulatkan sampai 1 angka desimal c) Berat = 0,785 x L (kg/m) dibulatkan sampai 3 angka berarti d) Jarak sirip melintang maksimum = 0,70 d dibulatkan sampai 1 angka desimale) Tinggi sirip minimum = 0,05 d dibulatkan sampai 1 angka desimalTinggi sirip maksimum = 0,10 d dibulatkan sampai 1 angka desimal

f) Jumlah berat rusuk maksimum = 0,25 K dibulatkan sampai 1 angka desimal

1.5.3.2. Toleransi diameterToleransi diameter baja tulangan beton polos dan sirip seperti pada Tabel 3NoDiameter (d) (mm)Toleransi(mm)Penyimpangan kebundaran (%)

16+ 0,3Maksimum 70% dari batas toleransi

28 < d < 14+ 0,4

316 < d < 25+ 0,5

428 < d < 34+ 0,6

5d > 346+ 0,8

CATATAN1. Penyimpangan kebundaran adalah perbedaan antara diameter maksimum dan minimum dari hasil pengukuran pada penampang yang sama dari baja tulangan beton2. Untuk baja tulangan beton sirip, d = diamete dalam

Beberapa bentuk baja tulangan sirip beton seperti pada gambar berikut

Gambar 1Beberapa jenis baja tulangan beton sirip a), b), dan c)

1.5.3.3. PanjangPanjang baja tulangan beton ditetapkan 6 m, 9 rn, dan 12 m Toleransi panjangToleransi panjang baja tulangan beton ditetapkan minus 0 mm (-0 mm) plus 70 mm (+ 70 mm).1.5.3.4. Toleransi berat Toleransi berat per batangToleransi berat per batang baja tulangan beton polos dan sirip ditetapkan seperti tercantum dalam Tabel 4Tabel 4 Toleransi berat per batangDiameter nominal(mm)Toleransi(%)

6 d 8 7

10 d 11 6

16 d 28 5

d 28 4

Toleransi berat per lotToleransi berat per lot baja tulangan beton polos dan sirip ditetapkan seperti tercantum dalam Tabel 5

Tabel 5 Toleransi berat per lotDiameter nominal(mm)Toleransi(%)

6 < d < 8 6

10 < d < 11 5

16 < d < 28 4

d < 28 3,5

1.5.4. Sifat mekanisSifat mekanis baja tuiangan beton ditetapkan seperti tercantum pada Tabel 6

Tabel Sifat mekanisKelas baja tulanganNomor batang ujiUji tarikUji lengkung

Batas ulur kgf/mm2 (N/mm2)Kuat tarik kgf/mm2 (N/mm2)Regang an(%)Sudut lengkungDiameter pelengkung

BjTP 24No. 2Minimum 24 (235)Minimum 39 (380)201803 x d

No. 324

BjTP 30No. 2Minimum 30 (295)Minimum 45 (440)18180d > 16 = 3xd d > 16 = 4xd

No. 320

BjTP 30No. 2Minimum 30 (295)Minimum 45 (440)10180d 16 = 3xd d > 16 = 4xd

No. 318

BjTP 35No. 2Minimum 35 (345)Minimum 50 (490)18180d 16 = 3xd16 25 = 6xd

No. 314

CATATAN1. Hasil uji lengkung tidak boleh terletak pada sisi luar lengkungan2. Untuk baja tulangan sirip > S.32 nilai renggang dikurangi 2 %Untuk baja tulangan sirip S.40 dan S.50 dikurangi 4 % dari nilai yang tercantum pada tabel 6.3. 1 kgf/mm2 = 9,81 N/mm2

1.5.5. Cara pengambilan contoh1.5.5.1. Pengambilan contoh dilakukan oleh petugas yang berwenang1.5.5.2. Petugas pengambil contoh harus diberi keleluasaan oleh pihak produsen atau penjual untuk melakukan tugasnya1.5.5.3. Pengambilan contoh dilakukan secara acak (random)1.5.5.4. Jumlah contoh uji Setiap kelompok yang terdiri dari nomor leburan dan ukuran yang sama diambil satu contoh uji Setiap kelompok yang terdiri lebih dari satu nomor leburan (campuran) dari satu ukuran dan satu kelas baja yang sama, diambil 1 (satu) contoh uji setiap 25 (dua puluh lima) ton sebanyak-banyaknya 5 (lima) contoh uji Contoh untuk uji sifat mekanis diambil sesuai dengan kebutuhan masing-masing, maksimum 1,50 mm yang dipotong dari salah satu ujung batang baja tulangan beton dan tidak boleh dengan cara panas.1.5.6. Cara uji1.5.6.1. Uji sifat tampakUji sifat tampak dilakukan secara visual tanpa bantuan alat untuk memeriksa adanya cacat- cacat 1.5.6.2. Uji ukuran, berat dan bentuk Baja tulangan beton polosBaja tulangan beton polos diukur pada satu tempat untuk menentukan diameter minimum dan maksirnum.Pengukuran dilakukan pada 3 (tiga) tempat yang berbeda dalam 1 (satu) contoh uji dan dihitung nilai rata-ratanya.Penentuan berat ditetapkan berdasarkan berat nyata (aktual) yang diperhitungkan dengan panjang contoh uji. Baja tulangan beton siripBaja tulangan beton sirip diukur jarak sirip, tinggi sirip, Iebar rusuk, diameter dalam dan sudut sirip. Jarak siripPengukuran jarak sirip dilakukan dengan cara mengukur 10 (sepuluh) jarak sirip yang berderet kemudian dihitung nilai rata-ratanva. Tinggi siripPengukuran tinggi sirip dilakukan terhadap 3 (tiga) kali buah sirip dan dihitung nilai rata- ratanya. Lebar rusukPengukuran terhadap lebar rusuk dilakukan dengan mengukur lebar semua rusuk atau celah kemudian hasil pengukuran lebar masing-masing rusuk dijumlahkan. Diameter dalamDiameter dalam diukur sekurang-kurangnya 3 (tiga) pada tempat yang berbeda dalam jumlah contoh uji.

Sudut sirip melintangPengukuran sudut sirip melintang dilakukan dengan membuat gambar yang diperoleh dengan cara mengelindingkan potongan uji di atas permukaan lempengan lilin atau tanah liat, kemudian dilakukan pengukuran sudut sirip pada gambar lempengan tersebut1.5.6.3. Uji sifat mekanisBatang uji tarik dan lengkung harus lurus dan kulit canai tidak boleh dikerjakan (dihilangkan)Uji tarik dan lengkung dilakukan masing-masing 1(satu) kali percobaan dari masing-masing potongan contoh uji1.5.7. Pelaksanaan uji1.5.7.1. Uji tarikUji tarik dilakukan sesuai SNI 07-0408-1989, Cara uji tarik untuk logam, dengan batang uji sesuai SNI 07-0371-1998, Batang uji tarik untuk bahan logam (batang uji tarik no. 2 untuk diameter < 25 mm dan batang uji tarik no. 3 untuk diameter 25 mm). untuk menghitung batas ulur dan kuat tarik baja tulangan beton polos dan sirip digunakan nilai luas penampang yang dihitung dari diameter nominal contoh uji.1.5.7.2. Uji lengkungUji lengkung dilakukan sesuai SNI 07-0410-1989, Cara uji lengkung tekan.

1.5.8. Syarat penandaanSetiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda (marking) dengan huruf timbul yang menunjukkan inisial pabrik pembuat serta ukuran diameter nominal.Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda pada ujung-ujung penampangnya dengan warna yang tidak mudah hilang sesuai dengan kelas baja seperti pada Tabel 7.Tabel 7 Tabel untuk tanda kelas baja tulangan betonKelas bajaWarna

BjTP 24Hitam

BjTP 30BjTS 30biru

BjTS 35merah

BjTS 40kuning

BjTS 50hijau

Setiap kemasan, harus diberi label dengan mencantumkan: Nama atau nama singkatan dari pabrik pembuat Ukuran (diameter dan panjang) Kelas baja Nomor lembaran (No. Heat) Nomor seri produksi dan tanggal produksi Nomor SNI1.5.9. Syarat lulus ujiKelompok dinyatakan lulus uji apabila contoh yang diambil dari kelompok tersebut memenuhi butir 1.5 Syarat mutu dan butir 1.5.8Apabila sebagian syarah-syarat tidak dipenuhi, dapat dilakukan uji ulang dengan contoh uji sebanyak 2 (dua) kali jumlah contoh uji yang pertama yang berasal dari kelompok yang sama.Apabila hasil kedua uji ulang semua syarat-syarat terpenuhi, kelompok dinyatakan lulus uji. Kelompok dinyatakan tidak lulus uji kalau salah satu syarat pada uji ulang tidak dipenuhi.1.5.10. Cara pengemasan.Baja tulangan beton yang ukuran, jenis, dan kelas baja yang sama, dibundel dan diikat secara kuat, rapi, dan kokoh.Baja tulangan beton yang ditekuk dengan panjang yang sama harus diikat secara kuat, rapih, dan kokoh

4 dari 6

PT TRI MANDIRI UTAMA 30