Top Banner
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERINTEGRASI 4 LANTAI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP (TAHAP I) 1. UMUM Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk mewujudkan setiap rencana yang dibuat oleh pihak perencana. Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang sangat penting dan membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaan yang baik sehingga diperoleh hasil yang baik, tepat pada waktunya, dan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang menentukan berhasil tidaknya suatu proyek, oleh karena itu perlu dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pekerjaan, rencana kerja, serta tenaga pelaksana khususnya tenaga ahli yang profesional yang dapat mengatur pekerjaan dengan baik serta dapat mengambil keputusan-keputusan mengenai masalah- masalah yang ditemui di lapangan. Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-masalah yang tidak terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan adanya rapat koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Dalam rapat koordinasi dihadiri oleh: Konsultan proyek Koordinator dan para pelaksana Pihak pemilik (owner) jika diperlukan Pihak perencana jika diperlukan 1 | Metode Pelaksanaan
35

METODE PELAKSANAAN

Dec 10, 2015

Download

Documents

Sukardi Ardi

metode_pelaksanaan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: METODE PELAKSANAAN

METODE PELAKSANAANPEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERINTEGRASI 4 LANTAI

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP(TAHAP I)

1. UMUM

Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk mewujudkan setiap

rencana yang dibuat oleh pihak perencana. Pelaksanaan pekerjaan

merupakan tahap yang sangat penting dan membutuhkan pengaturan serta

pengawasan pekerjaan yang baik sehingga diperoleh hasil yang baik, tepat

pada waktunya, dan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan

sebelumnya.

Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang menentukan

berhasil tidaknya suatu proyek, oleh karena itu perlu dipersiapkan segala

sesuatu yang berhubungan dengan teknis pekerjaan, rencana kerja, serta

tenaga pelaksana khususnya tenaga ahli yang profesional yang dapat

mengatur pekerjaan dengan baik serta dapat mengambil keputusan-

keputusan mengenai masalah-masalah yang ditemui di lapangan.

Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-

masalah yang tidak terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja.

Untuk itulah diperlukan adanya rapat koordinasi untuk memecahkan dan

menyelesaikan masalah bersama-sama. Dalam rapat koordinasi dihadiri oleh:

Konsultan proyek

Koordinator dan para pelaksana

Pihak pemilik (owner) jika diperlukan

Pihak perencana jika diperlukan

Hal-hal yang dibahas dan diselesaikan dalam rapat koordinasi meliputi :

Kemajuan ( progress)  pekerjaan di lapangan

Masalah-masalah dan solusinya menyangkut pelaksanaan di lapangan

Realisasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai dibandingkan 

dengan time schedule yang telah direncanakan

Masalah administrasi yang menyangkut kelengkapan dokumen kontrak

1 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 2: METODE PELAKSANAAN

Sasaran yang akan dicapai untuk jangka waktu ke depan

Dalam tahap pelaksanaan, semua pelaksanaan pekerjaan di lapangan

mengikuti rencana yang telah dibuat oleh pihak perencana. Antara lain

gambar rencana dan segala detailnya, jenis material, dan dokumen lainnya.

Tahap selanjutnya kontraktor mengerjakan shop drawing sebagai gambar

pelaksanaan dengan ruang lingkup serta detail yang lebih sempit kemudian

untuk tahap akhir kontraktor membuat as built drawing sebagai gambar akhir

sesuai dengan yang ada di lapangan yang digunakan sebagai laporan akhir .

Dalam metode pelaksanaan ini, pelaksanaan pekerjaan yang akan

diuraikan adalah tentang pekerjaan yang dilaksanakan selama proyek

pembangunan Gedung Kuliah Terintegrasi 4 Lantai dengan Pelaksanaan

pekerjaan antara lain :

1. Pekerjaan Persiapan meliputi :

Pembuatan Papan Nama Proyek

Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan

Pembuatan Direksi Keet, Gudang dan Bangsal kerja

Pengukuran dan Pemasangan Bowplank

Land clearing dan Striping Tanah Humus Tambak

Pembuatan Pagar Sementara

Pembuatan Turap Penahan Tanah Sementara

Penyediaan Air Kerja dan Listrik Kerja

Dokumentasi, Administrasi Teknik dan K3

2. Pekerjaan Struktur meliputi :

Pekerjaan Tanah

Pekerjaan Pondasi Konstruksi Sarang Laba-laba (KSLL)

Pekerjaan Beton

3. Pekerjaan Akhir meliputi :

Pembongkaran Cetakan dan Penyiraman Beton

Pembersihan Sampah Sisa Pekerjaan

Dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut, aspek teknologi sangat

berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi teknologi ini

2 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 3: METODE PELAKSANAAN

banyak diterapkan dalam metode – metode pelaksanaan pekerjaan

konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat

membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi.

Sehingga, target 3T yaitu tepat mutu/kualitas, tepat biaya/kuantitas dan tepat

waktu sebagaimana ditetapkan, dapat tercapai.

2. PERALATAN

Suatu proyek agar lancar dan memenuhi targer mutu dan waktu harus

didukung  oleh peralatan yang memadai. Supaya dalam penyediaan alat bias

berfungsi  secara optimal perlu adanya  manajem peralatan yang tertib.

Dalam manajemen ini diperhatikan masalah pengolahan peralatan proyek

terdiri dari penyewaan, pembelian dan masalah perawatan alat. Hal ini untuk

mengefektifkan keberadaan alat dilapangan.

Peraalatan pada pekerjaan Pembangunan Gedung Kuliah Terintegrasi 4

Lantai yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

Alat – alat Berat

a. Backhoe

Backhoe merupakan suatu alat yang digunakan untuk pekerjaan tanah

khususnya galian. Backhoe termasuk dalam jenis kendaraan excavator ,

karena badannya dapat berputar 360o. Keuntungan dari

penggunaan Backhoe adalah dapat melakukan pekerjaan penggalian

dengan lebih cepat dan lebih efisien. Kinerja Backhoe biasanya di

kombinasikan dengan Dump Truck pada saat galian tanah. Pada proyek ini

digunakan Backhoe dengan tipe Crawel, yang mempunyai tenaga 100 HP

dengan mengguanakan bahan bakar solar. Penggunaan peralatan ini

sebahagian besar digunakan untuk menggali / membuang tanah humus

pada permukaan tambak sebelum dilakukan penimbunan.

b. Conrete Truk

3 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 4: METODE PELAKSANAAN

Merupakan alat untuk beton ready mix. Penggunaan concrete truck ini

untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi waktu pembuatan beton. Alat

ini digunakan untuk pengecoran Beton khususnya Kolom, Balok dan Plat.

Sebelum beton dilakukan loading, disarankan untuk membuat cetakan

kubus guna pengujian beton di Laboratorium.

c. Conrete Pump Truk

Merupakan alat untuk memompa beton ready mix dari mixer truck ke

lokasi pengecoran. Penggunaan concrete pump truck ini untuk

meningkatkan kecepatan dan efisiensi waktu pengecoran.

d. Crane Tower

Tower crane diperlukan terutama sebagai pengangkut vetikal bahan-bahan

untuk pekerjaan struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor,

pengangkutan material/bekas, dan material lainnya. Penempatan tower

crane harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek

konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman

tanpa terhalang. Penggunaan tower crane tersebut juga harus

memperhitungkan beban maksimal yang mampu diangkatnya. Dalam

proyek ini digunakan 3 TC dengan beban maksimal yang dapat diangkut 2

ton. Operator TC harus siap untuk mengakomodasi perintah pengangkutan

dari mandor atau pengawas di daerah jangkauannya.

e. Dump Truck

Dum Truck merupakan alat yang dipergunakan untuk memindahkan atau

suatu material hasil galian dari lokasi quary ke lokasi proyek yang telah

ditetapkan kemana material tersebut itu ditempatkan. Pada saat

membawa material hasil galian, bagian belakang dum truck ditutup

dengan terpal dengan tujuan agar material tidak terjatuh dijalan raya dan

debunya tidak menggangu pengguna jalan lain.

Dalam proyek ini kurang lebih dari 20 dump truck yang digunakan pada

saat pekerjaan galian.

f. Dozer / Buldozer

4 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 5: METODE PELAKSANAAN

Merupakan alat berat untuk digunakan untuk menggali, mendorong,

menggusur, meratakan, menarik beban, menimbun dan lainnya. Peralatn

ini digunakan untuk melakukan kemampuan untuk antraksi yang tinggi

dalam melakukan proses pematangan tanah dan land clearing.

g. Grader / Motor Grader

Merupakan alat berat untuk digunakan untuk meratakan tanah dan

membentuk permukaan tanah yang akan dikehendaki. Alat ini sangat

dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini guna mendukung proses

percepatan penyelesaian pekerjaan tersebut karena keterbatasan waktu

yang dimiliki.

h. Vibration Roller

Merupakan alat berat untuk digunakan untuk menggilas, memadatkan dan

pemadatan hasil timbunan yang akan dilakukan saat penimbunan 20 cm,

sehingga kematangan tanah yang dihasilkan lebih sempurna. Efek yang

ditimbulkan oleh Vibration Roller adalah gaya dinamis terhadap tanah,

dimana butir-butir tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong yang

terdapat diantara butir-butirnya.

i. Truck Tangki Air

Merupakan sarana penyediaan air guna pemeliharaan beton, penggunaan

campuran beton, dan penggunaan aktifitas diproyek. Penyediaan sarana

tangki ini guna mengantisipasi krisis air yang ada di Politenik Pertanian

negeri Pangkep.

3. MATERIAL ATAU BAHAN

5 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 6: METODE PELAKSANAAN

Bahan–bahan bangunan merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi

didalam mendirikan atau membuat suatu bangunan. Pemilihan bahan–bahan

tersebut harus benar–benar mendapat perhatian demi kelancaran

pelaksanaan pembangunan dan mendapatkan kualitas bangunan yang baik.

Material yang diperlukan dalam konstruksi Gedung Kuliah Terintegrasi 4

Lantai adalah sebagai berikut:

a. Material Sirtu

Sirtu atau yang dikenal dengan pasir batu adalah berasal dari dua

bagian yang yang berukuran besar merupakan material dari batuan beku,

metamorf dan sedimen. Sedangkan berukuran halus terdiri pasir dan

lempung. Seluruh material tersebut tererosi dari batuan induknya bercampur

menjadi satu dengan material halus. Kuatnya proses ubahan atau pelapukan

batuan dan jauhnya transportasi sehingga material batuan berbentuk elip

atau bulat dengan ukuran mulai kerikil sampai bongkah.

Material sirtu ini adalah material yang digunakan dalam pelaksanaan

penimbunan bebas dari bahan-bahan minyak dan oli serta bahan-bahan yang

dapat merugikan prosis penimbunan, oleh karena itu sebelum penimbunan,

kontraktor pelaksana harus meberikan contoh material dan hasil uji

laboratorium (Biaya ditanggung oleh pelaksana) kepada direksi dan konsultan

pengawasan.

b. Batu Pecah (Splite)

Batu splite adalah material bangunan yang dapat diperoleh dengan

cara membelah atau memecah batu menjadi kecil. Istilah bentuk atau tipe

Batu Split Untuk Cor Beton Bertulang disebutkan sesuai ukurannya ada 1-2, 2-

3, dan 3-4 dalam ukuran centimeter. Sebagai contoh jika kita akan

mengerjakan konstruksi bangunan sebuah tiang atau kolom cor beton dengan

ukuran 20 cm x 30 cm atau 30 cm x 30 cm kita bisa menggunakan batu split

ukuran terbesar yaitu tipe 3-4, tetapi jika kita akan mengerjakan pengecoran

kolom praktis yang hanya berukuran 10 cm x 10 cm maka sebaiknya kita

menggunakan ukuran yang paling kecil yaitu tipe 1-2.

6 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 7: METODE PELAKSANAAN

Batu split yang digunakan pada kegiatan ini adalah jenis material split yang

bebas dari lumpur, minyak dan material lain yang dapat mengganggu daya

rekat pada beton.

Adapun spesifikasi material split adalah :

Batu pecah adalah hasil produksi mesin pemecah batu (Stone Cruser)

dan bukan hasil pekerjaan manual (manusia).

Batu pecah berasal dari batuan kali.

Terdiri dari butiran yang keras dan bersifat kekal.

Tingkat ketahanan terhadap keausan butiran minimal 95%.

Jumlah butiran Lonjong dan Pipih minimal 5%.

Tidak boleh mengandung lumpur dan zat-zat yang dapat merusak

beton seperti zat alkali.

Ukuran butiran terkecil minimal 1 cm dan ukuran butiran terbesar

maksimal 3 cm.

Butiran batu pecah dalam setiap meter kubiknya tidak boleh seragam

tetapi merupakan campuran antara butiran 1 cm sampai butiran 3 cm.

Batu pecah yang akan dipakai untuk material campuran beton harus

melalui proses pemeriksaan di Laboratorium beton.

Batu pecah hanya dan harus dipakai pada campuran beton struktural

atau beton dengan mutu K-175 sampai mutu K-300.

c. Pasir Beton

Adapun spesifikasi material Pasir Beton adalah :

Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.

Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,

apabila lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum

dipergunakan.

Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

7 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 8: METODE PELAKSANAAN

Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir

beton adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.

Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat

merusak beton.

Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton

dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi

Teknis ini.

d. Semen Portland

Adapun spesifikasi material Semen Portland adalah :

Terdaftar dalam merk dagang, disarankan menggunakan produk Semen

Indonesia.

Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua

pekerjaan beton structural maupun beton non struktural.

Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.

Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah

Semen Portland Type I.

Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia

untuk bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

e. Air

Adapun spesifikasi Air yang digunakan dalam campuran beton adalah :

Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak

berasa.

Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang

dapat merusak beton.

Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang

didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat

persetujuan Konsultan PENGAWAS / Tim Teknis Politenik Pertanian

Negeri Pangkep sebelum digunakan.

8 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 9: METODE PELAKSANAAN

f. Zat Additive

Adapun spesifikasi Zat Aditive yang digunakan dalam campuran beton

untuk pengeras dan percepatan umur beton adalah :

Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability

harus disetujui oleh Konsultan PENGAWAS / Tim Teknis Politeknik

Pertanian Negeri Pangkep.

Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses

penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri

dari Kontraktor Pelaksana.

Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat

yang berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang

dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Kontraktor Pelaksana.

g. Tulangan Beton

Adapun spesifikasi Bahan Tulangan Beton yang digunakan dalam

pelaksanaan pekerjaan Beton adalah :

Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan

ditentukan oleh Konsultan PENGAWAS / Tim Teknis Politeknik Pertanian

Negeri Pangkep.

Baja tulangan diatas diameter 12 mm atau lebih adalah Baja Ulir.

Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 12 mm adalah

baja polos.

Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal

3200 kg/cm2 atau 320 MPa.

Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan

dengan percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3

benda uji.

9 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 10: METODE PELAKSANAAN

Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan

yang dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi

dalam arah yang berlawanan.

Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari

hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan

gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

h. Selimut Beton

Penetapan Selimut beton ditentukan oleh Konsultan Perencana dalam

Bill of Quantiti dan Gambar Bestek maka aturan ketebalan selimut

beton adalah seperti berikut ini :

10 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 11: METODE PELAKSANAAN

Atau ditentukan dalam gambar.

Untuk konstruksi beton yang dituangkan langsung pada tanah dan

selalu berhubungan dengan tanah berlaku suatu tebal penutup beton

minimal yang umum sebesar 70 mm.

4. PEKERJAAN TANAH

a. Galian tanah humus harus sesuai dengan ukuran dalam gambar atau sampai tanah yang dianggap cukup menahan beban bangunan. Apabila diperlukan untuk mendapatkan daya dukung yang baik, dasar galian harus dipadatkan / ditumbuk.

b. Jika galian melampaui batas kedalaman, pemborong harus menimbun kembali dan dipadatkan sampai kepadatan maksimum.

c. Hasil galian yang dapat dipakai untuk penimbunan harus diangkat langsung ketempat yang direncanakan, atau tempat sementara yang disetujui oleh Direksi.

d. Pekerjaan Pengurugan (Tanah didatangkan)

o Pekerjaan Persiapan o Keadaan Lapangan

Sebelum pekerjaan dimulai, lokasi dari tempat pekerjaan harus ditinjau oleh seorang tenaga ahli. Kalau sekiranya tidak ada kesamaan antara keadaan lapangan dan keadaan seperti yang ditunjukan dalam gambar Kontraktor harus segera menyampaikan kepada pengawas lapangan secara tertulis untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut. Keadaan lahan yang akan dibangun keadaannya praktis belum bouwplank /matang. Sehingga untuk mendapatkan ketinggian muka tanah yang

11 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 12: METODE PELAKSANAAN

diinginkan/diperlukan (sesuai gambar rencana) adanya pematangan lahan. Kontraktor harus memeriksa ulang pengukuran pada patok-patok yang telah ada di lapangan serta dicocokan kembali terhadap gambar perencanaan.

o Pengukuran 1) Kontraktor harus mengerjakan/memeriksa pematokan dan

pengukuran untuk menentukan batas-batas pekerjaan serta garis-garis kemiringan tanah sesuai dengan gambar rencana, dengan memakai peralatan ukur optik dan harus sudah ditera ulang pada waktu akan dipakai pada proyek ini. Peralatan tersebut diantaranya Theodolith, Waterpass, Prisma Silang, serta peralatan-peralatan lain yang diperlukan untuk menunjang kelancaran dalam hal pengukuran ini, sehingga hasil pengukuran itu benar-benar teliti.

2) Kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan pengurugan maka terlebih dahulu dilakukan pematokan rambu-rambu sesuai dengan gambar rencana. Patok-patok terbuat dari kayu persegi dengan ukuran 5x7 cm panjang disesuaikan dengan kebutuhan sejenis kayu Kls II.

3) Dalam pekerjaan pengukuran ini harus dibuat gambar kerja yang memuat tentang pembagian lokasi/areal kerja untuk disetujui pengawas, sehingga jadwal pelaksanaan pekerjaan berikutnya dapat dilaksanakan.

4) Bilamana ada permintaan dari pengawas karena adanya keraguan dalam pelaksanaan pengukuran, maka Kontraktor harus melaksanakan pengukuran ulang. Dalam pengukuran ini harus ada patok referensi tetap yang tidak boleh diganggu. Patok-patok yang akan digunakan terdiri dari 2 macam patok.

- Patok utama terbuat dari beton dengan ukuran 20/20 cm dengan ketinggian minimal 75 cm dari permukaan tanah asli setelah ditanam pada tanah.

- Patok-patok yang lain yang digunakan untuk pembatas site, terbuat dari pipa PVC dia 2” dan diberi tulangan besi dia 12 mm, dicor beton 1:2:3 dan diberi tanda koordinat pada permukaan atasnya dan dipasang 75 cm diatas permukaan tanah asli setelah ditanam pada tanah.

- Sedangkan untuk patok-patok elevasi terbuat dari kayu Kls II sesuai Point b).

12 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 13: METODE PELAKSANAAN

5) Sebelum dimulainya pekerjaan tersebut, Kontraktor harus memberitahukan kepada pengawas dalam waktu tidak kurang dari 48 jam sebelumnya secara tertulis.

6) Pekerjaan pematokan yang telah selesai diukur oleh Kontraktor, dimintakan persetujuan pengawas. Hanya hasil pengukuran yang telah disetujui oleh pengawasyang dapat digunakan sebagai dasar pekerjaan selanjutnya.

7) Dalam keadaan dimana ada penyimpangan dari gambar pelaksanaan, Kontraktor harus mengajukan 3 gambar penampang dari daerah yang dipatok itu.

8) Pengawas akan membubuhkan tanda tangan persetujuan pada satu lembar gambar tersebut dan mengembalikannya kepada Kontraktor, gambar ini merupakan gambar pelengkap dan merupakan satu kesatuan dengan gambar kerja.

9) Apabila terdapat revisi, maka setelah diperbaiki, Kontraktor mengajukan kembali gambar kepada pengawas untuk dimintakan persetujuannya.

10) Gambar tersebut (butir g) diatas) harus digambar diatas kertas kalkir dengan 3 lembar hasil produksinya. Ukuran maupun tipe huruf yang dipakai pada gambar tersebut harus sesuai dengan ketentuan pengawas dan dijadikan gambar pelaksanaan pengganti gambar lama.

e. Pelaksanaan Peil, Ukuran Tinggi dan Ukuran Dasar

1) Sebelum pelaksanaan dimulai, Kontraktor diwajibkan mempelajari dengan seksama gambar-gambar, uraian dan syarat dan lain-lainnya.

2) Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada pengawas setiap ada perbedaan ukuran diantara gambar-gambar dan uraian & syarat-syarat untuk mendapatkan keputusan. Tidak dibenarkan sama sekali bagi Kontraktor untuk memperbaiki sendiri perbedaan-perbedaan tersebut diatas.

3) Akibat-akibat kelalaian Kontraktor dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

4) Kontraktor bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peil-peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar-gambar dan uraian dan syarat-syarat pelaksanaan ini.

13 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 14: METODE PELAKSANAAN

5) Setiap akan memulai suatu bagian pekerjaan, Kontraktor harus memberitahukan pengawas utk diperiksa terlebih dahulu ketepatan peil, ukuran dan lain sebagainya.

6) Mengingat setiap kesalahan baik peil maupun ukuran pada satu bagian pekerjaan akan selalu dapat mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan selanjutnya, maka ketepatan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan sungguh-sungguh. Kelalaian Kontraktor dlm hal ini tidak akan ditolelir oleh pengawas berhak memerintahkan utk memperbaiki / membongkar pekerjaan yg telah dilakukan atas beban Kontraktor.

7) Kontraktor diwajibkan senantiasa mencocokan ukuran-ukuran satu sama lainnya dalam tiap bagian pekerjaan dan segera melaporkan kepada pengawas setiap terdapat selisih/perbedaan ukuran, untuk Kontraktor tidak dibenarkan utk membetulkan sendiri kekeliruan tersebut tanpa persetujuan pengawas.

8) Sebagai hasil peil dasar/induk pekerjaan ini adalah peil setempat yg telah dibuat oleh Konsultan.

9) Penetapan titik/peil lainnya dilakukan Kontraktor dilapangan dgn alat teropong waterpass ataupun theodolith yg baik dan telah ditera kebenarannya terlebih dahulu.

10) Ketidak cocokan antara gambar dan keadaan di lapangan harus segera dilaporkan pengawas untuk diperiksa.

11) Kebenaran hasil pengukuran sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Adanya pengawasan dari pengawas tidak mengurangi tanggung jawab trersebut.

12) Pengukuran suduk siku hanya dilaksaksanakan dengan pesawat theodolith.

13) Pengukuran siku dengan benang secara azas segitiga phytagoras hanya dilakukan untuk bagian-bagian ruang yang kecil menurut pertimbangan pengawas.

14) Papan bangunan (bouwplank) harus dipasang pada patok-patok kayu yang nyata dan kuat tertancap di dalam tanah sehingga tidak bisa bergerak-gerak ataupun berubah-ubah. Setelah pemasangan papan bangunan selesai harus dilaporkan kepada pengawas untuk diperiksa sebelum pekerjaan selanjutnya.

f. Pelaksanaan Pengurugan

14 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 15: METODE PELAKSANAAN

Peralatan yang harus disediakan Kontraktor pekerjaan timbunan tanah ini dalam melaksanakan pekerjaannya diharuskan menggunakan alat-alat berat, disesuaikan dengan keperluannya.

Alat-alat berat tersebut antara lain :

- Buldozer

- Excavator

- Stoom Wals dengan 3 roda dengan berat 5 s/d 8 ton atau Pneumatic Roller

- Motor Grader

- Dump Truck

- Serta alat lain yang sekiranya diperlukan

Kapasitas alat-alat berat tersebut hendaknya disesuaikan dengan kondisi lokasi site.

g. Pembersihan tempat pekerjaan

o Kecuali dinyatakan pada syarat-syarat khusus atau yang tertera pada gambar, maka seluruh pohon-pohon, semak-semak dan akar-akar pohon dalam daerah batas pekerjaan untuk seluruh penunjang dari bangunan dan ditambah dengan jarak 15 m pada kedua ujung dari bangunan harus dibersihkan dan ditebang, termasuk setiap pohon diluar batas-batas ini yang diperkirakan dapat jatuh dan menghalangi bangunan.

o Pembersihan diluar batas-batas ini tidak diberikan pembayaran kepada kontraktor kecuali pekerjaan semacam itu atas permintaan dari konsultan pengawas.

o Bila dinyatakan pada syarat-syarat khusus atau diperintahkan oleh konsultan pengawas bahwa pohon-pohon rindang dan pohon-pohon serta tanam-tanaman ornamen tertentu dipertahankan, maka pohon-pohon / tanam-tanaman termaksud harus dijaga betul-betul terhadap kerusakan atas biaya dari Kontraktor.

o Pohon-pohon yang harus disingkirkan, harus ditebang sedemikian rupa dengan tidak merusak pohon-pohon lain serta tanam-tanaman yang dipertahankan.

o Semua pohon-pohon, batang-batang pohon, akart-akar dan sebagainya harus dibongkar pada kedalaman sekurang-kurangnya 75 cm dibawah permukaan tanah asli atau permukaan akhir (ditentukan oleh permukaan mana yang lebih rendah), dan bersama-sama dengan

15 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 16: METODE PELAKSANAAN

seluruh tempat yang tidak tampak dari tempat pekerjaan menurut cara yang praktis atau dibakar.

o Pohon-pohon yang ditebang tidak diperkenankan dimiliki oleh Kontraktor maupun perorangan tanpa izin khusus dari pemiliknya, dan atas tanggungannya menyingkirkan pohon-pohon tersebut atau membakar ditempat semula asal ada persetujuan tertulis dari pemiliknya.

o Seluruh kerusakan yang diakibatkan dengan pekerjaan ini harus diperbaiki dengan biaya dipikul oleh Kontraktor.

o Dalam hal akan dilakukan pembakaran, Kontraktor akan memberitahukan kepada penghuni dari milik-milik yang berbatasan dengan pekerjaan, paling kurang 48 jam sebelumnya.

o Kontraktor akan selalu bertindak sesuai dengan peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku mengenai pembakaran ditempat terbuka.

o Dalam pelaksanaan pembersihan, Kontraktor harus berhati-hati untuk tidak mengganggu setiap patok-patok pengukuran, pipa-pipa atau tanda-tanda lainnya.

o Perhitungan pembiayaan untuk pekerjaan ini mencakup penyediaan peralatan, tenaga dan pembuangan bahan-bahan sisa, dibebankan pada kontraktor, dan dikerjakan sesuai dengan petunjuk konsultan pengawas.

h. Pengupasan tanah humus

o Setelah pembersihan pepohonan serta semak belukar dan lain-lainnya maka sebelum mengerjakan pekerjaan galian maupun timbunan, kontraktor harus mengerjakan pengupasan tanah humus terlebih dahulu sedalam 20 cm atau ditentukan lain oleh Direksi / Konsultan Pengawas, dimana tanah humus ini harus dikumpulkan disuatu tempat, dan tidak diperbolehkan untuk dijadikan material timbunan.

o Maksud Timbunan :

Yang dimaksud dengan timbunan adalah semua pekerjaan yang meliputi:

1. Perataan, pengurugan lokasi setempat, jika diperlukan pembuangan tanah ke tempat tertentu.

2. Pemadatan tanah pada daerah urugan (fill).

16 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 17: METODE PELAKSANAAN

3. Pekerjaan tanah ini harus mencapai keadaan yang sesuai dengan gambar rencana, dan persyaratan pelaksanaan serta uraian pekerjaan.

i. Penimbunan Sirtu

Sesuai dengan gambar rencana maka pelaksanaannya menimbun (fill) adalah menggunahan timbunan sirtu dilaksanakan lapis demi lapis setebal 20 cm, setelah timbunan terdahulu dipadatkan menjadi tebal 15 cm. Pelaksanaan pekerjaan tersebut terutama ditujukan pada daerah timbunan yang akan didirikan bangunan. Persyaratan lain dalam hal pemadatan tanah pada daerah timbunan adalah sama dengan syarat pemadatan pada daerah cut.

Timbunan Sirtu yang akan dipergunakan untuk menimbun (fill) adalah material yang baik bebas dari kotoran-kotoran dan bahan-bahan organik lainnya yang tidak berguna serta harus mendapatkan persetujuan dari konsultan pengawas.

Pemadatan harus selalu dikontrol kadar air dari material yang sama dengan kadar air optimum dari hasil test compaction modified dari contoh material.

Setiap lapis yang dipadatkan harus ditest dengan field dry density test untuk mengetahui kepadatan tanah yang dicapai serta moisture consten untuk masing-masing area pekerjaan dan atau sesuai petunjuk pengawas.

Semua bahan-bahan yaang akan digunakan untuk urugan harus dengan persetujuan konsultan pengawas.

j. Koordinasi Lapangan

Jika diperlukan dalam waktu tertentu, kontraktor pelaksana berkewajiban untuk dapat bekerja sama dengan disiplin kerja lainnya dibawah koordinasi konsultan pengawas.

Kontraktor pekerjaan tanah diwajibkan untuk dapat bekerja dibawah koordinasi konsultan pengawas sehubungan denga adanya atau dimungkinkannya program kebutuhan pelaksanaan dari pemberi tugas dikaitkan dengan kondisi existing.

k. Pekerjaan lapisan yang dipadatkan

Pemadatan dilakukan dengan alat Three Wheel Power Roller 8 ton, atau peralatan lain dengan persetujuan dari konsultan pengawas.

17 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 18: METODE PELAKSANAAN

Pemadatan harus mencapai 90% derajat kepadatan Modify Proctor. Apabila terdapat area yang sulit dicapai nilai kepadatan yang disyaratkan maka kontraktor diwajibkan untuk mengganti struktur lapisan.

5. PEKERJAAN SUB STRUKTUR ( PONDASI)

l. Jenis Pondasi yang digunakan adalah pondasi Konstruksi Sarang-Laba-laba (KSLL) dimana konstruksi tersebut adalah pemilik Paten / HAKI. Sebelum melaksanakan penawaran / pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor harus mendapatkan ijin resmi dari pemegang paten KSLL, dan dibuktikan dengan surat kesediaan dukungan / surat pernyataan resmi akan membantu pelaksanaan pekerjaan konstruksi Sarang Laba-laba (KSLL).

m. Adapun desain dan rincian akan diatur sendiri oleh pemilik Paten (ada pada spesifikasi teknis oleh Pemilik Paten)

n. Pemilik Paten KSLL bersedia menggaransi Pekerjaannya selama minimal 25 Tahun;

6. RANCANGAN CAMPURAN BETON

A. Job Mix Desain :

Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton structural dengan

mutu K-175 sampai mutu K-300 Kontraktor Pelaksana harus membuat

Rancangan Campuran Beton (Job Mix Disain) dengan rincian sebagai berikut :

a. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang

diperoleh dari pengujian benda uji kubus umur 28 hari minimal 20 benda

uji.

b. Mutu beton untuk masing-masing komponen struktur adalah seperti yang

dijelaskan dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity.

18 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 19: METODE PELAKSANAAN

c. Job Mix Disain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada Laboratorium Beton

yang diakui oleh Pemerintah.

d. Material Pasir dan Batu Pecah yang dipakai untuk Job Mix Disain haruslah

material yang akan dipakai nantinya pada pelaksanaan dilapangan dan

material tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup dilokasi pekerjaan

sampai volume pekerjaan beton selesai dikerjakan.

e. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job

Mix Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton tidak dibenarkan.

f. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job

Mix Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton mengharuskan

Kontraktor Pelaksana untuk membuat Job Mix Disain baru.

g. Laporan Job Mix Disain untuk masing-masing mutu beton minimal harus

mencantumkan Konsultan Pengawas dan Tim Teknis Politeknik Pertanian

Negeri Pangkep berupa laporan :

Laporan hasil penelitian Pasir Beton;

Laporan hasil penelitian Batu Pecah;

Komposisi Pasir Beton;

Komposisi Batu Pecah;.

Komposisi Air Beton;

Komposisi Zat Additive jika digunakan;

Nilai Slump Rencana; dan

Nilai Faktor Air semen.

h. Job Mix Disain yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh

Konsultan Pengawas dan Tim Teknis Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

sebelum dilaksanakan.

i. Semua aturan yang disyaratkan dalam Job Mix Disain dan telah disetujui

oleh Konsultan Pengawas dan Tim Teknis Politeknik Pertanian Negeri

Pangkep harus diikuti dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.

B. Rencana Campuran Lapangan (Job Mix Formula)

19 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 20: METODE PELAKSANAAN

Berdasarkan Job Mix Disain yang telah disetujui oleh Konsultan

PENGAWAS, Kontraktor Pelaksana harus membuat Rencana Campuran

Lapangan (Job Mix Formula) beton struktural dengan mutu K-175

sampai mutu K-300.

Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama

dari segi komposisi material beton.

Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan

PENGAWAS / Tim Teknis Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Kontraktor Pelaksana harus membuat media standar berupa bak-bak

dari kayu atau timba-timba plastik yang dipakai untuk mentakar

komposisi material berdasarkan perhitungan Job Mix Formula.

Pentakaran komposisi material campuran beton dengan bak-bak

standar dilokasi pekerjaan tidak boleh mengurangi dan berbeda dengan

komposisi material beton yang ada dalam Job Mix Disain.

Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengujian hasil perhitungan Job

Mix Formula dengan media benda uji kubus beton ukuran 20x20x20 cm

minimal 5 benda uji.

Hasil pengujian Job Mix Formula di Laboratorium Beton yang

menghasilkan mutu beton yang tidak sesuai dengan mutu beton pada

Job Mix Disain mengharuskan Kontraktor Pelaksana melakukan

perhitungan ulang akan Job Mix formula atau merubah Job Mix Disain.

Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan

dalam perhitungan Job Mix Formula sepenuhnya menjadi tanggung

jawab Kontraktor Pelaksana.

C. Rencana Perakitan Tulangan

Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja

oleh Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.

Khusus untuk Pondasi Konstruksi Sarang Laba-laba (KSLL) dilakukan

oleh pemilik Paten dimana standarisasi mutu beton dan tulangan

adalah milik paten.

20 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 21: METODE PELAKSANAAN

Pada Paten KSLL dilakukan garansi pekerjaan selama 25 Tahun, akibat

kegagalan konstruksi pelaksanaan KSLL dibuktikan oleh uji Teknis yang

berwenang.

Plat Lantai Sistem Bondek menggunakan tulangan besi ware mesh M10

SNI dengan Material Floor Deck t. 0,75 mm 1000 mm.

Beton perakitan tulangan harus dilakukan langsung lokasi konstruksi

atau Bekisting.

Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan

harus sesuai dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing, standar

Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar

bengkokan, dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada

bengkel kerja untuk menghidari kesalahan dalam pekerjaan perakitan

tulangan.

Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung

dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak

boleh besentuhan langsung dengan tanah.

Untuk tulangan plat bondek dirakit langsung diatas bekisting yang

telebih dahulu telah selesai dikerjakan.

Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh

sengkang dengan alat ikat kawat beton.

Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain

dengan alat ikat kawat beton.

Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3

hari dalam bekisting.

D. Sambungan Antar Tulangan

Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang

penyaluran tulangan pada kondisi pembeban lentur, beban tarik, beban

tekan, jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus

21 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 22: METODE PELAKSANAAN

sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton

Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

Titik-titik sambungan tulangan lewatan pada plat lantai tidak boleh

dibuat pada posisi satu garis lurus. Sambungan harus dibuat selang-

seling atau zig-zag antara batang yang disambung dengan batang yang

tidak disambung.

Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar

Bestek, Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T- 15-1991-03 harus

diambil minimal 40 kali diameter batang yang disambung.

Sambungan-sambungan harus dibuat antara sesama tulangan utama.

Tidak dibenarkan dengan alasan apapun menggunakan tulangan extra

(tulangan tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan

tulangan utama lain kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton

Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan

jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai

dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia

(PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

Sambungan-sambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur pada

komponen balok, plat lantai dan plat dack ujung-ujung sambungan

harus dibuat kait (hook) kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton

Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi permukaan

plat lantai atau pada posisi tengah bentang kolom.

Penyambungan pada posisi selain pada posisi tersebut dengan alasan

apapun tidak dibenarkan.

E. Suport Beton

Untuk keperluan dan menjaga dan mempertahankan jarak selimut

beton sesuai dengan disyaratkan maka pada setiap 1 m2 luas plat

lantai dan plat dack harus diberikan support/dukungan dari besi

22 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 23: METODE PELAKSANAAN

tulangan ulir dengan diameter lebih besar dari diameter tulangan plat

lantai atau 13 mm.

Jumlah support/dukungan dalam 1 m2 luas plat lantai, plat dack adalah

minimal 5 buah.

Bentuk support/dukungan harus sesuai dengan Gambar Bestek atau

Shop Drawing yang telah disetujui oleh Konsultan PENGAWAS.

Bentuk support/dukungan harus sedemikian rupa sehingga dapat

mempertahankan jarak vertikal antara lapis tulangan ketika dibebani

oleh beban pekerja perakitan tulangan atau pekerja pengecoran.

Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai

dengan yang disyaratkan maka pada permukaan besi tulangan balok

dan kolom harus diberi penyangga dari beton atau Beton Tahu

sehingga mempunyai jarak yang tetap dengan bekisting.

Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan

selimut beton pada masing-masing komponen struktur.

Mutu beton tahu mnimal sebesar mutu beton konstruksi utama.

Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4x4x4cm

dan dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan

tinggi kolom.

Untuk Komponen plat lantai dan plat dack ukuran beton tahu adalah

2x4x5 cm dan dipasang minimal 5 buah setiap 1 m2 plat lantai, plat

dack.

F. Acuan / Bekisting

Bahan utama bekisting adalah multiplek 9 mm yang diperkuat oleh

balok-balok kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat Kls III.

Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak

diperbolehkan.

Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan

pada point 1 harus dengan persetujuan Konsultan PENGAWAS.

23 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 24: METODE PELAKSANAAN

Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk

konstruksi bekisting balok, kolom, dan Plat, serta konstruksi lain yang

dianggap perlu oleh Konsultan PENGAWAS

Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus

disetujui oleh Konsultan PENGAWAS.

Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan

Residu atau cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel

pada bekisting waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan

permukaan beton yang rapi.

Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.

Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan

campuran beton tidak bocor atau berubah bentuknya.

Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran

elevasi ,kelurusannya terhadap arah vertikal oleh Kontraktor Pelaksana

dengan alat Theodolit dan Waterpass. Pemeriksaan secara manual tidak

dibenarkan.

Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan PENGAWAS

sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran beton.

Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari

terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh

Konsultan PENGAWAS karena alasan penggunaan zat additive yang

dapat mempercepat proses pengerasan beton atau alasan-alasan

teknis yang dapat dipertanggung jawabkan .

Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton

jika hal ini terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan

pekerjaan acian beton.

Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan

bekisting atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan PENGAWAS.

G. Lantai Kerja Beton (Line Concrete)

24 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 25: METODE PELAKSANAAN

Untuk komponen struktur beton yang berhubungan langsung dengan

tanah atau pasir urug, pada lapisan dasarnya harus memakai Lantai

Kerja Beton ( Line Concrete ) dengan tebal minimal 5 cm atau sesuai

Gambar Bestek.

Lantai Kerja Beton dibuat dari beton mutu K-100.

Hasil pekerjaan Lantai Kerja Beton harus benar-benar elevasi , hal ini

harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing

H. Pengecoran Beton (Casting Concrete)

Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana harus

memastikan Acuan/bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh

Konsultan PENGAWAS.

Pengecoran beton structural mutu K-175 sampai K-300 hanya boleh

dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix

Formula, Perakitan Tulangan, Bekisting, Request Pekerjaan dan hal-hal

lain yang diperlukan dan berhubungan dengan pekerjaan pengecoran

sudah disetujui oleh Konsultan PENGAWAS.

Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap

bagian konstruksi sehingga dapat menghindari sambungan-sambungan

beton.

Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali

Kontraktor Pelaksana menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran

tidak berhubungan langsung dengan air hujan.

Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan

tidak diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan

manual kecuali untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau

nonstruktural.

Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton,

Pasir Beton, Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada), Urutan ini bisa

dirubah dengan persetujuan Konsultan PENGAWAS.

25 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 26: METODE PELAKSANAAN

Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5

menit kecuali ditentukan lain oleh Konsultan PENGAWAS.

Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputusan oleh

Konsultan supervise sudah cukup langsung dituang dalam wadah yang

sebelumnya telah disiapkan oleh Kontrator Pelaksana.

Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta

dorong oleh pekerja kelokasi bekisting untuk dituang, atau

mengunakan cara system mekanis yatu dengan menggunakan

Concrete Pump.

Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh

dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah. Penggunaan zat

additive seperti Super Plasticizer juga tidak membolehkan beton segar

terlalu lama dalam wadah tampungan kecuali disetujui oleh Konsultan

PENGAWAS.

Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete

Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.

Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5

meter.

Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak

boleh menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi

tententu pada saat bekisting dibuka.

Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki

bagian itu dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusus

untuk sambungan (joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan

Konsultan PENGAWAS.

Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah,

Kontraktor Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm :

3 Ps : 6 Kr sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk

penampang beton sesuai dengan yang direncanakan.

Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk

konstruksi yang sama tidak boleh lebih dari 1 hari.

26 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 27: METODE PELAKSANAAN

I. Beton Ready Mix ( Beton Siap Curah )

Penggunaan beton Ready Mix oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui

oleh Konsultan PENGAWAS.

Kontraktor Pelaksana tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job Mix

Disain kepada Konsultan PENGAWAS terhadap semua mutu beton

structural yang menggunakan Beton Ready Mix.

Job Mix Disain harus disetujui oleh Konsultan PENGAWAS sebelum

digunakan.

Kualitas beton yang dihasilkan oleh Batching Plant tetap menjadi

tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

J. Pembongkaran Bekisting/Mal Beton

Bekisting tidak boleh dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton dalam

bekisting belum berumur 28 hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan

PENGAWAS.

Walaupun ditentukan lain oleh Konsultan PENGAWAS bekisting beton

tetap tidak boleh dibuka dan dibebani sebelum berumur minimal 21

hari.

Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 14 hari

karena alasan adanya pemakaian Zat Additive yang dapat

mempercepat pengerasan beton harus disetujui oleh Konsultan

PENGAWAS.

K. Perawatan Beton ( Curing )

Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan

terhadap beton yang telah selesai dituang dalam bekisting.

Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung

goni kemudian menyiram air secara rutin kepermukaan beton sampai

27 | M e t o d e P e l a k s a n a a n

Page 28: METODE PELAKSANAAN

beton berumur 28 hari. Penggunaan metode lain untuk perawatan

beton harus disetujui oleh Konsultan PENGAWAS.

Perawatan harus terus menerus dilakukan minimal sampai beton

berumur 28 hari atau sampai beton siap untuk dibebani menurut

keputusan Konsultan PENGAWAS

7. LAIN - LAIN

Persyaratan pekerjaan beton dari No. 1 sampai dengan Pasal 14 berlaku

untuk semua item pekerjaan beton structural ( K-175 sampai K-300 )

yang ada dalam Proyek ini.

Hal-hal yang belum ditentukan dan diperlukan penjelasannya dalam

proses pelaksanaan pekerjaan ditentukan kemudian oleh Konsultan

Perencana bersama dengan Konsultan PENGAWAS dalam proses

pelaksanaan pekerjaan dengan persetujuan Owner.

Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut menjadi satu ketentuan

yang mengikat dan wajib untuk dilaksanakan oleh Kontraktor

Pelaksana.

28 | M e t o d e P e l a k s a n a a n