METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERINTEGRASI 4 LANTAI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP (TAHAP I) 1. UMUM Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk mewujudkan setiap rencana yang dibuat oleh pihak perencana. Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang sangat penting dan membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaan yang baik sehingga diperoleh hasil yang baik, tepat pada waktunya, dan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang menentukan berhasil tidaknya suatu proyek, oleh karena itu perlu dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pekerjaan, rencana kerja, serta tenaga pelaksana khususnya tenaga ahli yang profesional yang dapat mengatur pekerjaan dengan baik serta dapat mengambil keputusan-keputusan mengenai masalah- masalah yang ditemui di lapangan. Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-masalah yang tidak terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan adanya rapat koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Dalam rapat koordinasi dihadiri oleh: Konsultan proyek Koordinator dan para pelaksana Pihak pemilik (owner) jika diperlukan Pihak perencana jika diperlukan 1 | Metode Pelaksanaan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
METODE PELAKSANAANPEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH TERINTEGRASI 4 LANTAI
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP(TAHAP I)
1. UMUM
Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk mewujudkan setiap
rencana yang dibuat oleh pihak perencana. Pelaksanaan pekerjaan
merupakan tahap yang sangat penting dan membutuhkan pengaturan serta
pengawasan pekerjaan yang baik sehingga diperoleh hasil yang baik, tepat
pada waktunya, dan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan
sebelumnya.
Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang menentukan
berhasil tidaknya suatu proyek, oleh karena itu perlu dipersiapkan segala
sesuatu yang berhubungan dengan teknis pekerjaan, rencana kerja, serta
tenaga pelaksana khususnya tenaga ahli yang profesional yang dapat
mengatur pekerjaan dengan baik serta dapat mengambil keputusan-
keputusan mengenai masalah-masalah yang ditemui di lapangan.
Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-
masalah yang tidak terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja.
Untuk itulah diperlukan adanya rapat koordinasi untuk memecahkan dan
menyelesaikan masalah bersama-sama. Dalam rapat koordinasi dihadiri oleh:
Konsultan proyek
Koordinator dan para pelaksana
Pihak pemilik (owner) jika diperlukan
Pihak perencana jika diperlukan
Hal-hal yang dibahas dan diselesaikan dalam rapat koordinasi meliputi :
Kemajuan ( progress) pekerjaan di lapangan
Masalah-masalah dan solusinya menyangkut pelaksanaan di lapangan
Realisasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai dibandingkan
dengan time schedule yang telah direncanakan
Masalah administrasi yang menyangkut kelengkapan dokumen kontrak
1 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
Sasaran yang akan dicapai untuk jangka waktu ke depan
Dalam tahap pelaksanaan, semua pelaksanaan pekerjaan di lapangan
mengikuti rencana yang telah dibuat oleh pihak perencana. Antara lain
gambar rencana dan segala detailnya, jenis material, dan dokumen lainnya.
Tahap selanjutnya kontraktor mengerjakan shop drawing sebagai gambar
pelaksanaan dengan ruang lingkup serta detail yang lebih sempit kemudian
untuk tahap akhir kontraktor membuat as built drawing sebagai gambar akhir
sesuai dengan yang ada di lapangan yang digunakan sebagai laporan akhir .
Dalam metode pelaksanaan ini, pelaksanaan pekerjaan yang akan
diuraikan adalah tentang pekerjaan yang dilaksanakan selama proyek
pembangunan Gedung Kuliah Terintegrasi 4 Lantai dengan Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut, aspek teknologi sangat
berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi teknologi ini
2 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
banyak diterapkan dalam metode – metode pelaksanaan pekerjaan
konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat
membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi.
Sehingga, target 3T yaitu tepat mutu/kualitas, tepat biaya/kuantitas dan tepat
waktu sebagaimana ditetapkan, dapat tercapai.
2. PERALATAN
Suatu proyek agar lancar dan memenuhi targer mutu dan waktu harus
didukung oleh peralatan yang memadai. Supaya dalam penyediaan alat bias
berfungsi secara optimal perlu adanya manajem peralatan yang tertib.
Dalam manajemen ini diperhatikan masalah pengolahan peralatan proyek
terdiri dari penyewaan, pembelian dan masalah perawatan alat. Hal ini untuk
mengefektifkan keberadaan alat dilapangan.
Peraalatan pada pekerjaan Pembangunan Gedung Kuliah Terintegrasi 4
Lantai yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
Alat – alat Berat
a. Backhoe
Backhoe merupakan suatu alat yang digunakan untuk pekerjaan tanah
khususnya galian. Backhoe termasuk dalam jenis kendaraan excavator ,
karena badannya dapat berputar 360o. Keuntungan dari
penggunaan Backhoe adalah dapat melakukan pekerjaan penggalian
dengan lebih cepat dan lebih efisien. Kinerja Backhoe biasanya di
kombinasikan dengan Dump Truck pada saat galian tanah. Pada proyek ini
digunakan Backhoe dengan tipe Crawel, yang mempunyai tenaga 100 HP
dengan mengguanakan bahan bakar solar. Penggunaan peralatan ini
sebahagian besar digunakan untuk menggali / membuang tanah humus
pada permukaan tambak sebelum dilakukan penimbunan.
b. Conrete Truk
3 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
Merupakan alat untuk beton ready mix. Penggunaan concrete truck ini
untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi waktu pembuatan beton. Alat
ini digunakan untuk pengecoran Beton khususnya Kolom, Balok dan Plat.
Sebelum beton dilakukan loading, disarankan untuk membuat cetakan
kubus guna pengujian beton di Laboratorium.
c. Conrete Pump Truk
Merupakan alat untuk memompa beton ready mix dari mixer truck ke
lokasi pengecoran. Penggunaan concrete pump truck ini untuk
meningkatkan kecepatan dan efisiensi waktu pengecoran.
d. Crane Tower
Tower crane diperlukan terutama sebagai pengangkut vetikal bahan-bahan
untuk pekerjaan struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor,
pengangkutan material/bekas, dan material lainnya. Penempatan tower
crane harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek
konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman
tanpa terhalang. Penggunaan tower crane tersebut juga harus
memperhitungkan beban maksimal yang mampu diangkatnya. Dalam
proyek ini digunakan 3 TC dengan beban maksimal yang dapat diangkut 2
ton. Operator TC harus siap untuk mengakomodasi perintah pengangkutan
dari mandor atau pengawas di daerah jangkauannya.
e. Dump Truck
Dum Truck merupakan alat yang dipergunakan untuk memindahkan atau
suatu material hasil galian dari lokasi quary ke lokasi proyek yang telah
ditetapkan kemana material tersebut itu ditempatkan. Pada saat
membawa material hasil galian, bagian belakang dum truck ditutup
dengan terpal dengan tujuan agar material tidak terjatuh dijalan raya dan
debunya tidak menggangu pengguna jalan lain.
Dalam proyek ini kurang lebih dari 20 dump truck yang digunakan pada
saat pekerjaan galian.
f. Dozer / Buldozer
4 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
Merupakan alat berat untuk digunakan untuk menggali, mendorong,
menggusur, meratakan, menarik beban, menimbun dan lainnya. Peralatn
ini digunakan untuk melakukan kemampuan untuk antraksi yang tinggi
dalam melakukan proses pematangan tanah dan land clearing.
g. Grader / Motor Grader
Merupakan alat berat untuk digunakan untuk meratakan tanah dan
membentuk permukaan tanah yang akan dikehendaki. Alat ini sangat
dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini guna mendukung proses
percepatan penyelesaian pekerjaan tersebut karena keterbatasan waktu
yang dimiliki.
h. Vibration Roller
Merupakan alat berat untuk digunakan untuk menggilas, memadatkan dan
pemadatan hasil timbunan yang akan dilakukan saat penimbunan 20 cm,
sehingga kematangan tanah yang dihasilkan lebih sempurna. Efek yang
ditimbulkan oleh Vibration Roller adalah gaya dinamis terhadap tanah,
dimana butir-butir tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong yang
terdapat diantara butir-butirnya.
i. Truck Tangki Air
Merupakan sarana penyediaan air guna pemeliharaan beton, penggunaan
campuran beton, dan penggunaan aktifitas diproyek. Penyediaan sarana
tangki ini guna mengantisipasi krisis air yang ada di Politenik Pertanian
negeri Pangkep.
3. MATERIAL ATAU BAHAN
5 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
Bahan–bahan bangunan merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi
didalam mendirikan atau membuat suatu bangunan. Pemilihan bahan–bahan
tersebut harus benar–benar mendapat perhatian demi kelancaran
pelaksanaan pembangunan dan mendapatkan kualitas bangunan yang baik.
Material yang diperlukan dalam konstruksi Gedung Kuliah Terintegrasi 4
Lantai adalah sebagai berikut:
a. Material Sirtu
Sirtu atau yang dikenal dengan pasir batu adalah berasal dari dua
bagian yang yang berukuran besar merupakan material dari batuan beku,
metamorf dan sedimen. Sedangkan berukuran halus terdiri pasir dan
lempung. Seluruh material tersebut tererosi dari batuan induknya bercampur
menjadi satu dengan material halus. Kuatnya proses ubahan atau pelapukan
batuan dan jauhnya transportasi sehingga material batuan berbentuk elip
atau bulat dengan ukuran mulai kerikil sampai bongkah.
Material sirtu ini adalah material yang digunakan dalam pelaksanaan
penimbunan bebas dari bahan-bahan minyak dan oli serta bahan-bahan yang
dapat merugikan prosis penimbunan, oleh karena itu sebelum penimbunan,
kontraktor pelaksana harus meberikan contoh material dan hasil uji
laboratorium (Biaya ditanggung oleh pelaksana) kepada direksi dan konsultan
pengawasan.
b. Batu Pecah (Splite)
Batu splite adalah material bangunan yang dapat diperoleh dengan
cara membelah atau memecah batu menjadi kecil. Istilah bentuk atau tipe
Batu Split Untuk Cor Beton Bertulang disebutkan sesuai ukurannya ada 1-2, 2-
3, dan 3-4 dalam ukuran centimeter. Sebagai contoh jika kita akan
mengerjakan konstruksi bangunan sebuah tiang atau kolom cor beton dengan
ukuran 20 cm x 30 cm atau 30 cm x 30 cm kita bisa menggunakan batu split
ukuran terbesar yaitu tipe 3-4, tetapi jika kita akan mengerjakan pengecoran
kolom praktis yang hanya berukuran 10 cm x 10 cm maka sebaiknya kita
menggunakan ukuran yang paling kecil yaitu tipe 1-2.
6 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
Batu split yang digunakan pada kegiatan ini adalah jenis material split yang
bebas dari lumpur, minyak dan material lain yang dapat mengganggu daya
rekat pada beton.
Adapun spesifikasi material split adalah :
Batu pecah adalah hasil produksi mesin pemecah batu (Stone Cruser)
dan bukan hasil pekerjaan manual (manusia).
Batu pecah berasal dari batuan kali.
Terdiri dari butiran yang keras dan bersifat kekal.
Tingkat ketahanan terhadap keausan butiran minimal 95%.
Jumlah butiran Lonjong dan Pipih minimal 5%.
Tidak boleh mengandung lumpur dan zat-zat yang dapat merusak
beton seperti zat alkali.
Ukuran butiran terkecil minimal 1 cm dan ukuran butiran terbesar
maksimal 3 cm.
Butiran batu pecah dalam setiap meter kubiknya tidak boleh seragam
tetapi merupakan campuran antara butiran 1 cm sampai butiran 3 cm.
Batu pecah yang akan dipakai untuk material campuran beton harus
melalui proses pemeriksaan di Laboratorium beton.
Batu pecah hanya dan harus dipakai pada campuran beton struktural
atau beton dengan mutu K-175 sampai mutu K-300.
c. Pasir Beton
Adapun spesifikasi material Pasir Beton adalah :
Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum
dipergunakan.
Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
7 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir
beton adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat
merusak beton.
Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton
dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi
Teknis ini.
d. Semen Portland
Adapun spesifikasi material Semen Portland adalah :
Terdaftar dalam merk dagang, disarankan menggunakan produk Semen
Indonesia.
Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua
pekerjaan beton structural maupun beton non struktural.
Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.
Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah
Semen Portland Type I.
Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia
untuk bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
e. Air
Adapun spesifikasi Air yang digunakan dalam campuran beton adalah :
Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak
berasa.
Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang
dapat merusak beton.
Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat
persetujuan Konsultan PENGAWAS / Tim Teknis Politenik Pertanian
Negeri Pangkep sebelum digunakan.
8 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
f. Zat Additive
Adapun spesifikasi Zat Aditive yang digunakan dalam campuran beton
untuk pengeras dan percepatan umur beton adalah :
Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability
harus disetujui oleh Konsultan PENGAWAS / Tim Teknis Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep.
Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses
penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri
dari Kontraktor Pelaksana.
Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat
yang berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang
dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
g. Tulangan Beton
Adapun spesifikasi Bahan Tulangan Beton yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan Beton adalah :
Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan
ditentukan oleh Konsultan PENGAWAS / Tim Teknis Politeknik Pertanian
Negeri Pangkep.
Baja tulangan diatas diameter 12 mm atau lebih adalah Baja Ulir.
Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 12 mm adalah
baja polos.
Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal
3200 kg/cm2 atau 320 MPa.
Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan
dengan percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3
benda uji.
9 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan
yang dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi
dalam arah yang berlawanan.
Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan
gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
h. Selimut Beton
Penetapan Selimut beton ditentukan oleh Konsultan Perencana dalam
Bill of Quantiti dan Gambar Bestek maka aturan ketebalan selimut
beton adalah seperti berikut ini :
10 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
Atau ditentukan dalam gambar.
Untuk konstruksi beton yang dituangkan langsung pada tanah dan
selalu berhubungan dengan tanah berlaku suatu tebal penutup beton
minimal yang umum sebesar 70 mm.
4. PEKERJAAN TANAH
a. Galian tanah humus harus sesuai dengan ukuran dalam gambar atau sampai tanah yang dianggap cukup menahan beban bangunan. Apabila diperlukan untuk mendapatkan daya dukung yang baik, dasar galian harus dipadatkan / ditumbuk.
b. Jika galian melampaui batas kedalaman, pemborong harus menimbun kembali dan dipadatkan sampai kepadatan maksimum.
c. Hasil galian yang dapat dipakai untuk penimbunan harus diangkat langsung ketempat yang direncanakan, atau tempat sementara yang disetujui oleh Direksi.
d. Pekerjaan Pengurugan (Tanah didatangkan)
o Pekerjaan Persiapan o Keadaan Lapangan
Sebelum pekerjaan dimulai, lokasi dari tempat pekerjaan harus ditinjau oleh seorang tenaga ahli. Kalau sekiranya tidak ada kesamaan antara keadaan lapangan dan keadaan seperti yang ditunjukan dalam gambar Kontraktor harus segera menyampaikan kepada pengawas lapangan secara tertulis untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut. Keadaan lahan yang akan dibangun keadaannya praktis belum bouwplank /matang. Sehingga untuk mendapatkan ketinggian muka tanah yang
11 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
diinginkan/diperlukan (sesuai gambar rencana) adanya pematangan lahan. Kontraktor harus memeriksa ulang pengukuran pada patok-patok yang telah ada di lapangan serta dicocokan kembali terhadap gambar perencanaan.
o Pengukuran 1) Kontraktor harus mengerjakan/memeriksa pematokan dan
pengukuran untuk menentukan batas-batas pekerjaan serta garis-garis kemiringan tanah sesuai dengan gambar rencana, dengan memakai peralatan ukur optik dan harus sudah ditera ulang pada waktu akan dipakai pada proyek ini. Peralatan tersebut diantaranya Theodolith, Waterpass, Prisma Silang, serta peralatan-peralatan lain yang diperlukan untuk menunjang kelancaran dalam hal pengukuran ini, sehingga hasil pengukuran itu benar-benar teliti.
2) Kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan pengurugan maka terlebih dahulu dilakukan pematokan rambu-rambu sesuai dengan gambar rencana. Patok-patok terbuat dari kayu persegi dengan ukuran 5x7 cm panjang disesuaikan dengan kebutuhan sejenis kayu Kls II.
3) Dalam pekerjaan pengukuran ini harus dibuat gambar kerja yang memuat tentang pembagian lokasi/areal kerja untuk disetujui pengawas, sehingga jadwal pelaksanaan pekerjaan berikutnya dapat dilaksanakan.
4) Bilamana ada permintaan dari pengawas karena adanya keraguan dalam pelaksanaan pengukuran, maka Kontraktor harus melaksanakan pengukuran ulang. Dalam pengukuran ini harus ada patok referensi tetap yang tidak boleh diganggu. Patok-patok yang akan digunakan terdiri dari 2 macam patok.
- Patok utama terbuat dari beton dengan ukuran 20/20 cm dengan ketinggian minimal 75 cm dari permukaan tanah asli setelah ditanam pada tanah.
- Patok-patok yang lain yang digunakan untuk pembatas site, terbuat dari pipa PVC dia 2” dan diberi tulangan besi dia 12 mm, dicor beton 1:2:3 dan diberi tanda koordinat pada permukaan atasnya dan dipasang 75 cm diatas permukaan tanah asli setelah ditanam pada tanah.
- Sedangkan untuk patok-patok elevasi terbuat dari kayu Kls II sesuai Point b).
12 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
5) Sebelum dimulainya pekerjaan tersebut, Kontraktor harus memberitahukan kepada pengawas dalam waktu tidak kurang dari 48 jam sebelumnya secara tertulis.
6) Pekerjaan pematokan yang telah selesai diukur oleh Kontraktor, dimintakan persetujuan pengawas. Hanya hasil pengukuran yang telah disetujui oleh pengawasyang dapat digunakan sebagai dasar pekerjaan selanjutnya.
7) Dalam keadaan dimana ada penyimpangan dari gambar pelaksanaan, Kontraktor harus mengajukan 3 gambar penampang dari daerah yang dipatok itu.
8) Pengawas akan membubuhkan tanda tangan persetujuan pada satu lembar gambar tersebut dan mengembalikannya kepada Kontraktor, gambar ini merupakan gambar pelengkap dan merupakan satu kesatuan dengan gambar kerja.
9) Apabila terdapat revisi, maka setelah diperbaiki, Kontraktor mengajukan kembali gambar kepada pengawas untuk dimintakan persetujuannya.
10) Gambar tersebut (butir g) diatas) harus digambar diatas kertas kalkir dengan 3 lembar hasil produksinya. Ukuran maupun tipe huruf yang dipakai pada gambar tersebut harus sesuai dengan ketentuan pengawas dan dijadikan gambar pelaksanaan pengganti gambar lama.
e. Pelaksanaan Peil, Ukuran Tinggi dan Ukuran Dasar
1) Sebelum pelaksanaan dimulai, Kontraktor diwajibkan mempelajari dengan seksama gambar-gambar, uraian dan syarat dan lain-lainnya.
2) Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada pengawas setiap ada perbedaan ukuran diantara gambar-gambar dan uraian & syarat-syarat untuk mendapatkan keputusan. Tidak dibenarkan sama sekali bagi Kontraktor untuk memperbaiki sendiri perbedaan-perbedaan tersebut diatas.
3) Akibat-akibat kelalaian Kontraktor dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4) Kontraktor bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peil-peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar-gambar dan uraian dan syarat-syarat pelaksanaan ini.
13 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
5) Setiap akan memulai suatu bagian pekerjaan, Kontraktor harus memberitahukan pengawas utk diperiksa terlebih dahulu ketepatan peil, ukuran dan lain sebagainya.
6) Mengingat setiap kesalahan baik peil maupun ukuran pada satu bagian pekerjaan akan selalu dapat mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan selanjutnya, maka ketepatan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan sungguh-sungguh. Kelalaian Kontraktor dlm hal ini tidak akan ditolelir oleh pengawas berhak memerintahkan utk memperbaiki / membongkar pekerjaan yg telah dilakukan atas beban Kontraktor.
7) Kontraktor diwajibkan senantiasa mencocokan ukuran-ukuran satu sama lainnya dalam tiap bagian pekerjaan dan segera melaporkan kepada pengawas setiap terdapat selisih/perbedaan ukuran, untuk Kontraktor tidak dibenarkan utk membetulkan sendiri kekeliruan tersebut tanpa persetujuan pengawas.
8) Sebagai hasil peil dasar/induk pekerjaan ini adalah peil setempat yg telah dibuat oleh Konsultan.
9) Penetapan titik/peil lainnya dilakukan Kontraktor dilapangan dgn alat teropong waterpass ataupun theodolith yg baik dan telah ditera kebenarannya terlebih dahulu.
10) Ketidak cocokan antara gambar dan keadaan di lapangan harus segera dilaporkan pengawas untuk diperiksa.
11) Kebenaran hasil pengukuran sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Adanya pengawasan dari pengawas tidak mengurangi tanggung jawab trersebut.
12) Pengukuran suduk siku hanya dilaksaksanakan dengan pesawat theodolith.
13) Pengukuran siku dengan benang secara azas segitiga phytagoras hanya dilakukan untuk bagian-bagian ruang yang kecil menurut pertimbangan pengawas.
14) Papan bangunan (bouwplank) harus dipasang pada patok-patok kayu yang nyata dan kuat tertancap di dalam tanah sehingga tidak bisa bergerak-gerak ataupun berubah-ubah. Setelah pemasangan papan bangunan selesai harus dilaporkan kepada pengawas untuk diperiksa sebelum pekerjaan selanjutnya.
f. Pelaksanaan Pengurugan
14 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
Peralatan yang harus disediakan Kontraktor pekerjaan timbunan tanah ini dalam melaksanakan pekerjaannya diharuskan menggunakan alat-alat berat, disesuaikan dengan keperluannya.
Alat-alat berat tersebut antara lain :
- Buldozer
- Excavator
- Stoom Wals dengan 3 roda dengan berat 5 s/d 8 ton atau Pneumatic Roller
- Motor Grader
- Dump Truck
- Serta alat lain yang sekiranya diperlukan
Kapasitas alat-alat berat tersebut hendaknya disesuaikan dengan kondisi lokasi site.
g. Pembersihan tempat pekerjaan
o Kecuali dinyatakan pada syarat-syarat khusus atau yang tertera pada gambar, maka seluruh pohon-pohon, semak-semak dan akar-akar pohon dalam daerah batas pekerjaan untuk seluruh penunjang dari bangunan dan ditambah dengan jarak 15 m pada kedua ujung dari bangunan harus dibersihkan dan ditebang, termasuk setiap pohon diluar batas-batas ini yang diperkirakan dapat jatuh dan menghalangi bangunan.
o Pembersihan diluar batas-batas ini tidak diberikan pembayaran kepada kontraktor kecuali pekerjaan semacam itu atas permintaan dari konsultan pengawas.
o Bila dinyatakan pada syarat-syarat khusus atau diperintahkan oleh konsultan pengawas bahwa pohon-pohon rindang dan pohon-pohon serta tanam-tanaman ornamen tertentu dipertahankan, maka pohon-pohon / tanam-tanaman termaksud harus dijaga betul-betul terhadap kerusakan atas biaya dari Kontraktor.
o Pohon-pohon yang harus disingkirkan, harus ditebang sedemikian rupa dengan tidak merusak pohon-pohon lain serta tanam-tanaman yang dipertahankan.
o Semua pohon-pohon, batang-batang pohon, akart-akar dan sebagainya harus dibongkar pada kedalaman sekurang-kurangnya 75 cm dibawah permukaan tanah asli atau permukaan akhir (ditentukan oleh permukaan mana yang lebih rendah), dan bersama-sama dengan
15 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
seluruh tempat yang tidak tampak dari tempat pekerjaan menurut cara yang praktis atau dibakar.
o Pohon-pohon yang ditebang tidak diperkenankan dimiliki oleh Kontraktor maupun perorangan tanpa izin khusus dari pemiliknya, dan atas tanggungannya menyingkirkan pohon-pohon tersebut atau membakar ditempat semula asal ada persetujuan tertulis dari pemiliknya.
o Seluruh kerusakan yang diakibatkan dengan pekerjaan ini harus diperbaiki dengan biaya dipikul oleh Kontraktor.
o Dalam hal akan dilakukan pembakaran, Kontraktor akan memberitahukan kepada penghuni dari milik-milik yang berbatasan dengan pekerjaan, paling kurang 48 jam sebelumnya.
o Kontraktor akan selalu bertindak sesuai dengan peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku mengenai pembakaran ditempat terbuka.
o Dalam pelaksanaan pembersihan, Kontraktor harus berhati-hati untuk tidak mengganggu setiap patok-patok pengukuran, pipa-pipa atau tanda-tanda lainnya.
o Perhitungan pembiayaan untuk pekerjaan ini mencakup penyediaan peralatan, tenaga dan pembuangan bahan-bahan sisa, dibebankan pada kontraktor, dan dikerjakan sesuai dengan petunjuk konsultan pengawas.
h. Pengupasan tanah humus
o Setelah pembersihan pepohonan serta semak belukar dan lain-lainnya maka sebelum mengerjakan pekerjaan galian maupun timbunan, kontraktor harus mengerjakan pengupasan tanah humus terlebih dahulu sedalam 20 cm atau ditentukan lain oleh Direksi / Konsultan Pengawas, dimana tanah humus ini harus dikumpulkan disuatu tempat, dan tidak diperbolehkan untuk dijadikan material timbunan.
o Maksud Timbunan :
Yang dimaksud dengan timbunan adalah semua pekerjaan yang meliputi:
1. Perataan, pengurugan lokasi setempat, jika diperlukan pembuangan tanah ke tempat tertentu.
2. Pemadatan tanah pada daerah urugan (fill).
16 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
3. Pekerjaan tanah ini harus mencapai keadaan yang sesuai dengan gambar rencana, dan persyaratan pelaksanaan serta uraian pekerjaan.
i. Penimbunan Sirtu
Sesuai dengan gambar rencana maka pelaksanaannya menimbun (fill) adalah menggunahan timbunan sirtu dilaksanakan lapis demi lapis setebal 20 cm, setelah timbunan terdahulu dipadatkan menjadi tebal 15 cm. Pelaksanaan pekerjaan tersebut terutama ditujukan pada daerah timbunan yang akan didirikan bangunan. Persyaratan lain dalam hal pemadatan tanah pada daerah timbunan adalah sama dengan syarat pemadatan pada daerah cut.
Timbunan Sirtu yang akan dipergunakan untuk menimbun (fill) adalah material yang baik bebas dari kotoran-kotoran dan bahan-bahan organik lainnya yang tidak berguna serta harus mendapatkan persetujuan dari konsultan pengawas.
Pemadatan harus selalu dikontrol kadar air dari material yang sama dengan kadar air optimum dari hasil test compaction modified dari contoh material.
Setiap lapis yang dipadatkan harus ditest dengan field dry density test untuk mengetahui kepadatan tanah yang dicapai serta moisture consten untuk masing-masing area pekerjaan dan atau sesuai petunjuk pengawas.
Semua bahan-bahan yaang akan digunakan untuk urugan harus dengan persetujuan konsultan pengawas.
j. Koordinasi Lapangan
Jika diperlukan dalam waktu tertentu, kontraktor pelaksana berkewajiban untuk dapat bekerja sama dengan disiplin kerja lainnya dibawah koordinasi konsultan pengawas.
Kontraktor pekerjaan tanah diwajibkan untuk dapat bekerja dibawah koordinasi konsultan pengawas sehubungan denga adanya atau dimungkinkannya program kebutuhan pelaksanaan dari pemberi tugas dikaitkan dengan kondisi existing.
k. Pekerjaan lapisan yang dipadatkan
Pemadatan dilakukan dengan alat Three Wheel Power Roller 8 ton, atau peralatan lain dengan persetujuan dari konsultan pengawas.
17 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
Pemadatan harus mencapai 90% derajat kepadatan Modify Proctor. Apabila terdapat area yang sulit dicapai nilai kepadatan yang disyaratkan maka kontraktor diwajibkan untuk mengganti struktur lapisan.
5. PEKERJAAN SUB STRUKTUR ( PONDASI)
l. Jenis Pondasi yang digunakan adalah pondasi Konstruksi Sarang-Laba-laba (KSLL) dimana konstruksi tersebut adalah pemilik Paten / HAKI. Sebelum melaksanakan penawaran / pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor harus mendapatkan ijin resmi dari pemegang paten KSLL, dan dibuktikan dengan surat kesediaan dukungan / surat pernyataan resmi akan membantu pelaksanaan pekerjaan konstruksi Sarang Laba-laba (KSLL).
m. Adapun desain dan rincian akan diatur sendiri oleh pemilik Paten (ada pada spesifikasi teknis oleh Pemilik Paten)
n. Pemilik Paten KSLL bersedia menggaransi Pekerjaannya selama minimal 25 Tahun;
6. RANCANGAN CAMPURAN BETON
A. Job Mix Desain :
Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton structural dengan
mutu K-175 sampai mutu K-300 Kontraktor Pelaksana harus membuat
Rancangan Campuran Beton (Job Mix Disain) dengan rincian sebagai berikut :
a. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang
diperoleh dari pengujian benda uji kubus umur 28 hari minimal 20 benda
uji.
b. Mutu beton untuk masing-masing komponen struktur adalah seperti yang
dijelaskan dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity.
18 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
c. Job Mix Disain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada Laboratorium Beton
yang diakui oleh Pemerintah.
d. Material Pasir dan Batu Pecah yang dipakai untuk Job Mix Disain haruslah
material yang akan dipakai nantinya pada pelaksanaan dilapangan dan
material tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup dilokasi pekerjaan
sampai volume pekerjaan beton selesai dikerjakan.
e. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job
Mix Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton tidak dibenarkan.
f. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job
Mix Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton mengharuskan
Kontraktor Pelaksana untuk membuat Job Mix Disain baru.
g. Laporan Job Mix Disain untuk masing-masing mutu beton minimal harus
mencantumkan Konsultan Pengawas dan Tim Teknis Politeknik Pertanian
Negeri Pangkep berupa laporan :
Laporan hasil penelitian Pasir Beton;
Laporan hasil penelitian Batu Pecah;
Komposisi Pasir Beton;
Komposisi Batu Pecah;.
Komposisi Air Beton;
Komposisi Zat Additive jika digunakan;
Nilai Slump Rencana; dan
Nilai Faktor Air semen.
h. Job Mix Disain yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas dan Tim Teknis Politeknik Pertanian Negeri Pangkep
sebelum dilaksanakan.
i. Semua aturan yang disyaratkan dalam Job Mix Disain dan telah disetujui
oleh Konsultan Pengawas dan Tim Teknis Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep harus diikuti dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
B. Rencana Campuran Lapangan (Job Mix Formula)
19 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
Berdasarkan Job Mix Disain yang telah disetujui oleh Konsultan
PENGAWAS, Kontraktor Pelaksana harus membuat Rencana Campuran
Lapangan (Job Mix Formula) beton struktural dengan mutu K-175
sampai mutu K-300.
Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama
dari segi komposisi material beton.
Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan
PENGAWAS / Tim Teknis Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Kontraktor Pelaksana harus membuat media standar berupa bak-bak
dari kayu atau timba-timba plastik yang dipakai untuk mentakar
komposisi material berdasarkan perhitungan Job Mix Formula.
Pentakaran komposisi material campuran beton dengan bak-bak
standar dilokasi pekerjaan tidak boleh mengurangi dan berbeda dengan
komposisi material beton yang ada dalam Job Mix Disain.
Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengujian hasil perhitungan Job
Mix Formula dengan media benda uji kubus beton ukuran 20x20x20 cm
minimal 5 benda uji.
Hasil pengujian Job Mix Formula di Laboratorium Beton yang
menghasilkan mutu beton yang tidak sesuai dengan mutu beton pada
Job Mix Disain mengharuskan Kontraktor Pelaksana melakukan
perhitungan ulang akan Job Mix formula atau merubah Job Mix Disain.
Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan
dalam perhitungan Job Mix Formula sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana.
C. Rencana Perakitan Tulangan
Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja
oleh Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.
Khusus untuk Pondasi Konstruksi Sarang Laba-laba (KSLL) dilakukan
oleh pemilik Paten dimana standarisasi mutu beton dan tulangan
adalah milik paten.
20 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
Pada Paten KSLL dilakukan garansi pekerjaan selama 25 Tahun, akibat
kegagalan konstruksi pelaksanaan KSLL dibuktikan oleh uji Teknis yang
berwenang.
Plat Lantai Sistem Bondek menggunakan tulangan besi ware mesh M10
SNI dengan Material Floor Deck t. 0,75 mm 1000 mm.
Beton perakitan tulangan harus dilakukan langsung lokasi konstruksi
atau Bekisting.
Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan
harus sesuai dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing, standar
Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar
bengkokan, dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada
bengkel kerja untuk menghidari kesalahan dalam pekerjaan perakitan
tulangan.
Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung
dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak
boleh besentuhan langsung dengan tanah.
Untuk tulangan plat bondek dirakit langsung diatas bekisting yang
telebih dahulu telah selesai dikerjakan.
Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh
sengkang dengan alat ikat kawat beton.
Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain
dengan alat ikat kawat beton.
Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3
hari dalam bekisting.
D. Sambungan Antar Tulangan
Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang
penyaluran tulangan pada kondisi pembeban lentur, beban tarik, beban
tekan, jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus
21 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
Titik-titik sambungan tulangan lewatan pada plat lantai tidak boleh
dibuat pada posisi satu garis lurus. Sambungan harus dibuat selang-
seling atau zig-zag antara batang yang disambung dengan batang yang
tidak disambung.
Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar
Bestek, Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T- 15-1991-03 harus
diambil minimal 40 kali diameter batang yang disambung.
Sambungan-sambungan harus dibuat antara sesama tulangan utama.
Tidak dibenarkan dengan alasan apapun menggunakan tulangan extra
(tulangan tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan
tulangan utama lain kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan
jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai
dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia
(PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
Sambungan-sambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur pada
komponen balok, plat lantai dan plat dack ujung-ujung sambungan
harus dibuat kait (hook) kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi permukaan
plat lantai atau pada posisi tengah bentang kolom.
Penyambungan pada posisi selain pada posisi tersebut dengan alasan
apapun tidak dibenarkan.
E. Suport Beton
Untuk keperluan dan menjaga dan mempertahankan jarak selimut
beton sesuai dengan disyaratkan maka pada setiap 1 m2 luas plat
lantai dan plat dack harus diberikan support/dukungan dari besi
22 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
tulangan ulir dengan diameter lebih besar dari diameter tulangan plat
lantai atau 13 mm.
Jumlah support/dukungan dalam 1 m2 luas plat lantai, plat dack adalah
minimal 5 buah.
Bentuk support/dukungan harus sesuai dengan Gambar Bestek atau
Shop Drawing yang telah disetujui oleh Konsultan PENGAWAS.
Bentuk support/dukungan harus sedemikian rupa sehingga dapat
mempertahankan jarak vertikal antara lapis tulangan ketika dibebani
oleh beban pekerja perakitan tulangan atau pekerja pengecoran.
Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai
dengan yang disyaratkan maka pada permukaan besi tulangan balok
dan kolom harus diberi penyangga dari beton atau Beton Tahu
sehingga mempunyai jarak yang tetap dengan bekisting.
Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan
selimut beton pada masing-masing komponen struktur.
Mutu beton tahu mnimal sebesar mutu beton konstruksi utama.
Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4x4x4cm
dan dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan
tinggi kolom.
Untuk Komponen plat lantai dan plat dack ukuran beton tahu adalah
2x4x5 cm dan dipasang minimal 5 buah setiap 1 m2 plat lantai, plat
dack.
F. Acuan / Bekisting
Bahan utama bekisting adalah multiplek 9 mm yang diperkuat oleh
balok-balok kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat Kls III.
Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak
diperbolehkan.
Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan
pada point 1 harus dengan persetujuan Konsultan PENGAWAS.
23 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk
konstruksi bekisting balok, kolom, dan Plat, serta konstruksi lain yang
dianggap perlu oleh Konsultan PENGAWAS
Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus
disetujui oleh Konsultan PENGAWAS.
Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan
Residu atau cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel
pada bekisting waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan
permukaan beton yang rapi.
Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.
Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan
campuran beton tidak bocor atau berubah bentuknya.
Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran
elevasi ,kelurusannya terhadap arah vertikal oleh Kontraktor Pelaksana
dengan alat Theodolit dan Waterpass. Pemeriksaan secara manual tidak
dibenarkan.
Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan PENGAWAS
sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran beton.
Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari
terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan PENGAWAS karena alasan penggunaan zat additive yang
dapat mempercepat proses pengerasan beton atau alasan-alasan
teknis yang dapat dipertanggung jawabkan .
Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton
jika hal ini terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan
pekerjaan acian beton.
Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan
bekisting atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan PENGAWAS.
G. Lantai Kerja Beton (Line Concrete)
24 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
Untuk komponen struktur beton yang berhubungan langsung dengan
tanah atau pasir urug, pada lapisan dasarnya harus memakai Lantai
Kerja Beton ( Line Concrete ) dengan tebal minimal 5 cm atau sesuai
Gambar Bestek.
Lantai Kerja Beton dibuat dari beton mutu K-100.
Hasil pekerjaan Lantai Kerja Beton harus benar-benar elevasi , hal ini
harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing
H. Pengecoran Beton (Casting Concrete)
Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana harus
memastikan Acuan/bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh
Konsultan PENGAWAS.
Pengecoran beton structural mutu K-175 sampai K-300 hanya boleh
dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix
Formula, Perakitan Tulangan, Bekisting, Request Pekerjaan dan hal-hal
lain yang diperlukan dan berhubungan dengan pekerjaan pengecoran
sudah disetujui oleh Konsultan PENGAWAS.
Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap
bagian konstruksi sehingga dapat menghindari sambungan-sambungan
beton.
Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali
Kontraktor Pelaksana menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran
tidak berhubungan langsung dengan air hujan.
Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan
tidak diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan
manual kecuali untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau
nonstruktural.
Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton,
Pasir Beton, Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada), Urutan ini bisa
dirubah dengan persetujuan Konsultan PENGAWAS.
25 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5
menit kecuali ditentukan lain oleh Konsultan PENGAWAS.
Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputusan oleh
Konsultan supervise sudah cukup langsung dituang dalam wadah yang
sebelumnya telah disiapkan oleh Kontrator Pelaksana.
Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta
dorong oleh pekerja kelokasi bekisting untuk dituang, atau
mengunakan cara system mekanis yatu dengan menggunakan
Concrete Pump.
Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh
dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah. Penggunaan zat
additive seperti Super Plasticizer juga tidak membolehkan beton segar
terlalu lama dalam wadah tampungan kecuali disetujui oleh Konsultan
PENGAWAS.
Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete
Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.
Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5
meter.
Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak
boleh menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi
tententu pada saat bekisting dibuka.
Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki
bagian itu dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusus
untuk sambungan (joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan
Konsultan PENGAWAS.
Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah,
Kontraktor Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm :
3 Ps : 6 Kr sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk
penampang beton sesuai dengan yang direncanakan.
Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk
konstruksi yang sama tidak boleh lebih dari 1 hari.
26 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
I. Beton Ready Mix ( Beton Siap Curah )
Penggunaan beton Ready Mix oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui
oleh Konsultan PENGAWAS.
Kontraktor Pelaksana tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job Mix
Disain kepada Konsultan PENGAWAS terhadap semua mutu beton
structural yang menggunakan Beton Ready Mix.
Job Mix Disain harus disetujui oleh Konsultan PENGAWAS sebelum
digunakan.
Kualitas beton yang dihasilkan oleh Batching Plant tetap menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
J. Pembongkaran Bekisting/Mal Beton
Bekisting tidak boleh dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton dalam
bekisting belum berumur 28 hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
PENGAWAS.
Walaupun ditentukan lain oleh Konsultan PENGAWAS bekisting beton
tetap tidak boleh dibuka dan dibebani sebelum berumur minimal 21
hari.
Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 14 hari
karena alasan adanya pemakaian Zat Additive yang dapat
mempercepat pengerasan beton harus disetujui oleh Konsultan
PENGAWAS.
K. Perawatan Beton ( Curing )
Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan
terhadap beton yang telah selesai dituang dalam bekisting.
Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung
goni kemudian menyiram air secara rutin kepermukaan beton sampai
27 | M e t o d e P e l a k s a n a a n
beton berumur 28 hari. Penggunaan metode lain untuk perawatan
beton harus disetujui oleh Konsultan PENGAWAS.
Perawatan harus terus menerus dilakukan minimal sampai beton
berumur 28 hari atau sampai beton siap untuk dibebani menurut
keputusan Konsultan PENGAWAS
7. LAIN - LAIN
Persyaratan pekerjaan beton dari No. 1 sampai dengan Pasal 14 berlaku
untuk semua item pekerjaan beton structural ( K-175 sampai K-300 )
yang ada dalam Proyek ini.
Hal-hal yang belum ditentukan dan diperlukan penjelasannya dalam
proses pelaksanaan pekerjaan ditentukan kemudian oleh Konsultan
Perencana bersama dengan Konsultan PENGAWAS dalam proses
pelaksanaan pekerjaan dengan persetujuan Owner.
Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut menjadi satu ketentuan
yang mengikat dan wajib untuk dilaksanakan oleh Kontraktor