Page 1
MAKALAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
METODE KONVERSI SISTEM INFORMASI
Oleh:
Taufik Triadi K25161106
Untuk memenuhi salah satu persyaratan kurikuler pada Program Studi
Magister Manajemen dan Bisnis Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor
PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2016
Page 2
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
kelimpahan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal
ini yang berjudul “METODE KONVERSI SISTEM INFORMASI” sebagai salah satu
syarat dalam mata kuliah Sistem Informasi Manajemen
Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan dalam
penyusunan proposal ini, antara lain:
1. Allah Swt.
2. Kedua Orang Tua saya dan kakak saya yang saya cintai
3. Teman-teman E62 yang dicintai telah memberikan motivasi dan semangat
kepada penulis dalam penyusunan makalah ini .
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan tak
luput dari kesalahan.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun.
Bogor, 17 Februari 2017
Taufik Triadi
Page 3
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ..................................................................................... i
Daftar isi ................................................................................................ ii
Daftar gambar ....................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan ......................................................................................... 2
C. Metodologi .................................................................................. 3
BAB II. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 4
2.1. Sistem Informasi ....................................................................... 4
2.2 Konversi Sistem ....................................................................... 6
2.3 SDLC (Software Development Life Cycle) ................................ 6
2.3.1 Siklus hidup sistem (SLC) ................................................ 8
2.3.2 Metodologi SDLC ............................................................ 9
2.3.3 Tahapan SDLC ................................................................ 9
2.3.4 Aktifitas SDLC ................................................................. 12
BAB III. Pembahasan ............................................................................ 16
3.1 Strategi Konversi Sistem ........................................................... 16
3.2. Kendala Implementasi Konversi Sistem Informasi ................... 20
BAB III. Penutup .................................................................................... 24
4.1 Kesimpulan ............................................................................... 24
4.2 Saran ........................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 25
Page 4
iii
Daftar Gambar
Halaman
Gambar 1. Komponen Sistem Informasi ............................................... 4
Gambar 2. Alur Metodologi SDLC ................................................................. 9
Gambar 3. Alur Aktifitas SDLC ........................................................................ 13
Gambar 4. Metode Konversi Langsung .................................................. 17
Gambar 5. Metode Konversi Paralel ..................................................... 17
Gambar 6. Metode Konversi Bertahap .................................................. 18
Gambar 7. Metode Konversi Pilot ......................................................... 20
Gambar 8. Perbandingan Metode Konversi Sistem Informasi ............... 20
Page 5
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan dalam dunia teknologi informasi berjalan begitu cepat. Kompetisi
berlangsung sangat ketat, sehingga muncul istilah hyper competition, siapa yang
tidak mau berubah akan tertinggal. Sistem usang sudah selayaknya diganti dengan
yang baru, agar dapat menopang kinerja operasional organisasi/perusahaan yang
kian cepat dan kompleks. Bahkan jikalau bisa diagendakan dan dianggarkan secara
rutin agar dapat mendorong terciptanya pertumbuhan yang berkelanjutan
(sustainable growth).
Penggunaan teknologi informasi memang memiliki banyak manfaat bagi
perusahaan, namun hal ini tidak menutup kemungkinan dapat mengakibatkan efek
sebaliknya kepada perusahaan akibat pemilihan teknologi yang tidak tepat guna.
Pengguna, dalam kasus ini berarti perusahaan dan organisasi, dituntut bersikap
bijaksana dalam memilih teknologi apa yang akan digunakan untuk perusahaan
mereka. Konversi sistem lama ke sistem baru tentunya tak terelakkan. Namun hal ini
bukan sesuatu yang mudah. Pada kenyataannya, dalam implementasi sistem
informasi dari manual ke otomatis banyak menemui kendala di berbagai
perusahaan. Salah satunya adalah karena karyawan sebagai penggunanya (end
users) kurang mampu beradaptasi dalam menjalankan fungsi sistem informasi
tersebut dikarenakan mereka sudah lama menggunakan sistem manajemen manual.
Dibutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang oleh perusahaan agar hasil
dari sistem yang baru tersebut dapat sepenuhnya mendukung aktivitas dan
meningkatkan produktifitas perusahaan. Biasanya cara yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mengatasi hal ini adalah melakukan pelatihan (training) kepada
para karyawannya dengan cara memakai jasa pihak lain atau vendor teknologi
informasi (TI) yang sudah berpengalaman di bidangnya.
Konversi sistem telah menjadi hal yang lumrah terjadi bagi organisasi atau
perusahaan yang ingin terus berkembang. Sistem lama jika sudah kalah cepat
geraknya dengan lingkungan usaha yang terjadi, maka tak ada alasan untuk
Page 6
2
menunda perubahan sistem ini. Namun konversi tersebut tidak dapat dijalankan
dengan sembarangan. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan, demi menjaga
keberlangsungan operasional usaha. Bentuk-bentuk konversi sistem informasi ini
harus disesuaikan dengan karakter bisnis dan harapan di masa depan. Dengan
begitu, diharapkan perubahan atau transisi tidak menimbulkan down system atau
turbulensi kinerja operasional dan harapan akan adanya perbaikan dan peningkatan
value organisasi dapat tercapai.
Dalam makalah ini akan diuraikan lebih jauh mengenai metode konversi sistem
informasi pada suatu perusahaan disertai dengan kendala yang mungkin dihadapi
dan solusi untuk mengatasi kendala tersebut.
B. Tujuan
Penulisan tugas ini bertujuan
1. Mengetahui dan memahami metode konversi sistem informasi yang dapat
dilakukan pada suatu perusahaan.
2. Membahas fungsi konversi sistem dalam perusahaan.
3. Menganalisa keunggulan dari masing-masing metode konversi sistem
informasi, data apa saja yang diperlukan baik internal maupun eksternal.
Bagaimana keberhasilan perusahaan atau organisasi menggunakan sistem
penerapan metode konversi dalam mengidentifikasi potensi pasar dengan
menggunakan data yang didapat dari berbagai sumber, analisis, dan proses
pengambilan keputusan.
4. Memberikan saran pengembangan agar perusahaan atau industri agar lebih
baik lagi dalam transformasi paradigma sistem informasinya ke masa
depannya.
Page 7
3
C. Metodologi
Penulisan Penyusunan makalah ini menggunakan beberapa tahapan yang
dipilih penulis yaitu:
1. Pengumpulan data dan informasi terkait metode konversi sistem
informasi.
2. Studi literatur berdasarkan buku dan jurnal ilmiah sebagai landasan teori
penulisan makalah.
3. Identifikasi dan analisis yang dilakukan oleh sistem sehingga diperoleh
hasil yang berguna dalam membantu proses pengambilan keputusan.
4. Identifikasi kelebihan dan kelemahan dari masing-masing metode
konversi sistem informasi.
Page 8
4
BAB II
Tinjauan Pustakan
2.1. Sistem Informasi
Menurut James A. O’Brien (2006), Sistem informasi dapat merupakan
kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan
komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan
menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Sistem informasi merupakan
tanggungjawab dari seluruh komponen organisasi. Sistem informasi juga dapat
berperan dalam bisnis menejemen dan untuk pengambilan keputusan serta
memungkinkan suatu bisnis dapat berkembang. Termasuk dalam komponen sistem
informasi adalah perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), prosedur,
orang, basis data (database) dan jaringan komputer dan komunikasi data.
Komponen sistem informasi tersebut digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Komponen Sistem Informasi
Page 9
5
Sistem informasi seyogyanya mendukung strategi bisnis organisasi, proses
bisnis, struktur dan budaya organisasi dalam meningkatkan nilai bisnis dari
organisasi khususnya dalam lingkungan bisnis yang dinamis (Silver, M,. Lyne
Markus and Cynthia M.B., 1995). Fungsi sistem informasi setidaknya mencakup; 1)
mendukung kesuksesan berbagai fungsi utama bisnis seperti akuntansi, finance,
manajemen operasi, pemasaran dan manajemen sumberdaya manusian, 2)
kontributor utama dalam mendukung efisiensi kegiatan operasional, produktivitas
dan moral SDM, pemberian layanan prima pada customer dan
kepuasan customer, 3) sumber informasi utama bagi manajer dalam mendukung
proses pengambilan keputusan yang efektif, 4) bagian yang penting dari upaya
pengembangan produk dan jasa yang kompetitif, sehingga dapat memberikan
keunggulan kompetitif bagi organisasi dalam persaingan global, 5) bagian utama
dari sumberdaya organisasi dan biayanya dalam menjalankan bisnis, sehingga
memerlukan pengelolaan sumberdaya yang prima dan 6) kesempatan
pengembangan karier yang dinamis dan menantang bagi jutaan pria dan wanita.
Oleh karena itu terdapat 4 (empat) komponen utama dalam mengatur sistem
informasi yaitu :
1. Teknologi yang menyediakan infrastruktur elektronik dan informasi untuk
perusahaan.
2. Pekerja informasi dalam suatu perusahaan yang menjalankan teknologi
informasi untuk mencapai tujuan perusahaan.
3. Fungsi pengembangan dan pengiriman sistem yang mendukung teknologi
dan user untuk bekerjasama.
4. Manajemen fungsi sistem informasi yaitu seluruh tanggung jawab dalam
memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan performance pekerja
dan perusahaan.
Page 10
6
2.2. Konversi Sistem
Menurut Riyanti dalam riyanti.staff.gunadarma.ac.id menyebutkan bahwa,
konversi sistem merupakan tahapan yang digunakan untuk mengoperasikan IT
dalam rangka menggantikan sistem yang lama atau proses pengubahan dari sistem
lama ke sistem baru. Menurut artikata.com, konversi adalah perubahan dari satu
sistem pengetahuan ke sistem yang lain; perubahan pemilikan atas suatu benda,
tanah, dan sebagainya; perubahan dari satu bentuk (rupa dan sebagainya) ke
bentuk (rupa dan sebagainya) yang lain.
Saat ini, implementasi sistem informasi baru bagi banyak organisasi sering
melibatkan penggantian software, database, dan sistem yang lama. Salah satu
aktivitas implementasi yang paling penting yang dibutuhkan ketika meng-
install software baru disebut konversi data. Misalnya, penginstalan paket software
yang baru dapat memerlukan konversi elemen data di database yang dipengaruhi
oleh aplikasi yang baru ke dalam format data yang baru. Aktivitas konversi data
lainnya yang biasanya dibutuhkan mencakup koreksi data yang tidak tepat,
penyaringan data yang tidak diinginkan, konsolidasi data dari beberapa database,
dan pengaturan data ke dalam format data yang baru, seperti database, datamart,
dan gudang data. proses konversi data yang baik merupakan hal yang penting
karena data yang diformat atau disusun dengan tidak tepat sering dilaporkan
sebagai salah satu penyebab utama dari kegagalan dalam implementasi sistem baru
(O’Brien, 2005).
2.3 SDLC (Software Development Life Cycle)
SDLC (Systems Development Life Cycle, Siklus Hidup Pengembangan Sistem)
atau Systems Life Cycle (Siklus Hidup Sistem), dalam rekayasa sistem dan
rekayasa perangkat lunak, adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta
model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem
tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau informasi. SDLC
juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem perangkat lunak,
yang terdiri dari tahap-tahap:
• rencana(planning),
• analisis (analysis),
Page 11
7
• desain (design),
• implementasi (implementation),
• uji coba (testing) dan
• pengelolaan (maintenance).
Dalam rekayasa perangkat lunak angsyat Ä, konsep SDLC mendasari berbagai
jenis metodologi pengembangan perangkat lunak. Metodologi-metodologi ini
membentuk suatu kerangka kerja untuk perencanaan dan pengendalian pembuatan
sistem informasi, yaitu proses pengembangan perangkat lunak. Terdapat 3 jenis
metode siklus hidup sistem yang paling banyak digunakan, yakni: siklus hidup
sistem tradisional (traditional system life cycle), siklus hidup menggunakan
prototyping (life cycle using prototyping), dan siklus hidup sistem orientasi objek
(object-oriented system life cycle).
Salah satu hal dasar dalam rekayasa perangkat lunak adalah daur hidup
perangkat lunak (software development life cycle), yang mendeksripsikan aktifitas
yang terjadi mulai dari pembentukan konsep awal suatu sistem hingga tahap
implementasi sistem dan pemeliharaannya.
Isu interaksi manusia dan komputer yang menyangkut daya guna sistem
interaktif relevan dengan seluruh aktifitas pada SDLC. Sehingga software
engineering untuk sistem interaktif bukan semata-mata menambahkan sebuah
tahapan pada SDLC, namun lebih pada melibatkan teknik yang berada sepanjang
SDLC itu.
Software development life cycle adalah suatu usaha untuk mengidentifikasi
aktifitas yang terjadi selama pengembangan sebuah perangkat lunak. Aktifitas ini
kemudian diurutkan sesuai dengan waktu pelaksanaannya pada proyek
pengembangan manapun dan diaplikasikan teknik yang tepat pada setiap
aktifitasnya.
Pada SDLC, kita memperhatikan dua buah pihak, yaitu pelanggan/klien
(customer) yang akan menggunakan produk dan desainer/perancang sistem yang
menghasilkan produk. Kadang penting untuk membedakan customer yang
memberikan kerja atau menjadi klien bagi desainer sistem, dengan customer yang
merupakan user yang benar-benar akan menjalankan sistem.
Page 12
8
2.3.1 Siklus hidup sistem (SLC)
adalah metodologi yang digunakan untuk menggambarkan proses untuk
membangun sistem informasi , dimaksudkan untuk mengembangkan sistem
informasi dalam cara yang sangat disengaja, terstruktur dan teratur, mengulangi
setiap tahap siklus hidup . Pengembangan sistem siklus hidup, menurut Elliott &
Strachan & Radford (2004), “berasal pada tahun 1960, untuk mengembangkan skala
besar fungsional sistem bisnis di zaman skala besar konglomerat bisnis . Sistem
informasi kegiatan berkisar berat pengolahan data dan angka-angka rutinitas “.
Beberapa kerangka kerja pengembangan sistem telah sebagian didasarkan
pada SDLC, seperti analisis sistem terstruktur dan metode desain (SSADM)
diproduksi untuk pemerintah Inggris Kantor Pemerintah Commerce pada 1980-an.
Sejak saat itu, menurut Elliott (2004), “pendekatan siklus kehidupan tradisional untuk
pengembangan sistem telah semakin digantikan dengan alternatif pendekatan dan
kerangka kerja, yang berusaha mengatasi beberapa kekurangan yang melekat pada
SDLC tradisional”.
SDLC adalah proses yang digunakan oleh analis sistem untuk
mengembangkan sistem informasi , termasuk persyaratan, validasi kepemilikan
(stakeholder), pelatihan, dan pengguna. Setiap SDLC harus menghasilkan sistem
berkualitas tinggi yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, mencapai
selesai dalam waktu dan perkiraan biaya, bekerja secara efektif dan efisien di saat
ini dan direncanakan Teknologi Informasi infrastruktur , dan murah untuk
mempertahankan dan biaya-efektif untuk meningkatkan. sistem komputer yang
kompleks dan sering (terutama dengan munculnya baru-baru arsitektur berorientasi
layanan ) link beberapa sistem tradisional berpotensi disediakan oleh vendor
perangkat lunak yang berbeda. Untuk mengelola tingkat kompleksitas, sejumlah
model SDLC atau metodologi telah diciptakan, seperti ” air terjun “;” spiral “;” Agile
pengembangan perangkat lunak “;” prototipe cepat “;” incremental “; dan”
sinkronisasi dan menstabilkan “.
Model SDLC dapat dijelaskan sepanjang spektrum gesit untuk iteratif untuk
berurut. metodologi Agile , seperti XP dan scrum , fokus pada proses ringan yang
memungkinkan untuk perubahan yang cepat di sepanjang siklus pengembangan.
Iteratif metodologi, seperti kesatuan proses rasional dan dinamis pengembangan
sistem metode , fokus pada lingkup proyek terbatas dan memperluas atau
memperbaiki produk oleh beberapa iterasi. Sequential atau besar-desain-up-depan
Page 13
9
(BDUF) model, seperti Air Terjun , fokus pada perencanaan lengkap dan benar
untuk membimbing proyek-proyek besar dan risiko untuk hasil yang sukses dan
dapat diprediks. Model-model lain, seperti Pembangunan Anamorphic , cenderung
fokus pada bentuk pembangunan yang dipandu oleh ruang lingkup proyek dan
iterasi pengembangan fitur adaptif.
Dalam manajemen proyek proyek dapat didefinisikan baik dengan siklus hidup
proyek (PLC) dan SDLC, selama kegiatan yang sedikit berbeda terjadi. Menurut
Taylor (2004) “siklus hidup proyek mencakup semua kegiatan proyek , sedangkan
siklus hidup pengembangan sistem berfokus pada produk menyadari persyaratan “.
2.3.2 Metodologi SDLC
Struktur metodologi SDLC dalam pengembangan sistem informasi berbasis
Web. Metode SDLC (Sistem Devlopment life Cycle) berfokus pada metode dan
teknisi yang digunakan.
Gambar 2. Alur Metodologi SDLC
2.3.3 Tahapan SDLC
SDLC terdiri dari beberapa tahapan-tahapan berdasarkan analisa kebutuhan
yang ada . Dimulai dari analisa kebutuhan perangkat lunak akan dibuat terlebih
dahulu desain dari kebutuhan tersebut untuk mempermudah dalam pengerjaannya.
Page 14
10
Kemudian segala kebutuhan tersebut di implementasikan dengan dua tahap yaitu
tahap analisa dan tahap evaluasi (User Acceptance Test). Setelah melakukan
implementasi, maka proses tersebut akan dikembalikan kembali ke dalam tahap
desain untuk pengembangan kembali perangkat lunak ke versi yang terbaru.
Tahap – tahap SDLC dalam pembangunan sistem informasi Web :
1. Planing
Plaining (perencanaan) adalah feasibility dan wawancara , observasi,
Quesener. Jika pada tahap Feasibility hasilnya baik maka langsung ketahap
investigasi dan diberi form kepada client untuk mencatat kebutuhan client. Dalam
sistem investigasi, dapat berupa wawancara, kuosiener atau observation. Dalam
tahap ini hal yang pertama dilakukan adalah memberikan form ke user yang
digunakan untuk mengetahui permintaan user.
2. Analisa o Analisa Teknologi. Menganalisis teknologi apa yang digunakan
pemilik desain Web seperti menggunakan desain grafis maka memerlukan teknologi
seperti Adobe Photoshop, Macromedia Flash, Memerlukan data penyimpanan
secara informasi produk, Dreamweaver. Informasi Berita digunakan database seeprti
Mysql, MSAccess.
o Analisa informasi. Mengenai informasi data yang akan menjadi data tetap
dan data dinamis, kategori informasi data tetap adalah : profile perusahaan, visi dan
misi, sejarah perusahaan, latar belakang perusahaan. Informasi dinamis adalah
informasi yang selalu berubah dalam setiap periodik dapat setiap hari atau setiap
jam. Informasi dinamis dalam sistem ini adalah :
1. Informasi persediaan ( stock ) produk
2. Informasi Harga Produk dan diskon
3. Informasi Artikel, tips dan trik
4. Informasi dari masing keunggulan Produk atau produk yang sedang trend o
Analisa User. Mengkatogorikan user yang digunakan dalam sistem informasiWeb.
User yang sudah memahami dan yang belum memahami.
Page 15
11
o Analisa Biaya dan Resiko. Dalam tahap ini diperhitungkan biaya yang akan
dikeluarkan seperti biaya maintenance ( membayar domain ke ISP) atau biaya kirim
ke user. Resiko yang terjadi adalah tidak sampainya produk ke user atau penipuan
dari user.
Dalam tahap analisa menggunakan metoda prototype yang akan dilakukan
iterasi oleh user, dan penggunaan dokumen disetiap iterasi untuk memudahkan
dalam pengembangan kemajuan yang telah dilakukan oleh user. Prototype adalah
proses membangun sebuah sistem dalam sebuah model. Dalam pengertian sistem
informasi prototype digunakan untuk membantu sistem desain yang akan dibangun
sistem informasi secara intitusi dan mudah diubah untuk end user, prototype
merupakan bagian dari proses iterative phase analisa dari metodologi SDLC.
Keuntungan dari Prototipe
• Mengurangi waktu dalam pengembangan sistem
• Mengurangi dan efisiensi dalam biaya.
• Kebutuhan user akan dipenuhi disini, karena dengan proses iterasi semua
kebutuhan user akan diketahui semua dengan adanya feedback dari user.
• Dengan adanya feedback dari user, secara iterasi kebutuhan akan
kedepannya dapat direncanakan, selain itu user dan developer dapat
mengetahui project secara jelas dan tepat.
Kekurangan dari Prototipe
• Hasil analisa tidak detail karena hanya mengenai pembahasan yang sedang
difokuskan dengan user. Tidak ketahap selanjutnya.
• Pengembang menjadi berfokuskan pada prototype yang telah dibuat.
• Pengembangan sistem dapat menjadi lama dalam penyelesainnya
• User akan terlalu mengharapkan sistem yang sama yang ada di prototype
3. Desain o Desain Informasi.
Dalam tahap ini dimodelkan informasi link dari setiap halaman, jika dalam
sistem tersebut terdapat database maka digunakan tahap development dan
database disain..
o Desain Grafis. Dalam tahap ini disesuaikan dari warna, layout, gambar dan
graphic.
Page 16
12
o Database Application
o Model Development Database Design PHP Library Development. Tahap
untuk memodelkan seluruh peruses yang ada,seperti peruses penyimpanan
data,update artikel, dan menampilkan data dari database.
4. Implementasi o Penulisan Program dan Instalasi.
Merupakan tahap penulisan program yang telah dianalisis dan diesain semua
maka perogeram yang digunakan adalah PHP dan database yang digunakan MySql
o Desain Review. Dalam tahap ini tidak hanya menguji desain yang digunakan
namun menguji semua sistem yang telah diterapkan seperti tidak ada lokasi lingk,
image yang salah, pengujian sistem seperti penyimpanan data, update artikel dan
lain-lain.
o Pemilihan Sumber daya Hardware dan Software. Dalam tahap ini software
dan hardware digunakan untuk Web server.
o Pengujian Web dan Dokumen Web. Menguji Web dengan berbagai
teknologi browser yang ada, serta pemeriksaan dokumen Web. Dan dalam
memeriksa documen terdapat beberapa hal yang diperhatikan :
• Akurasi atau ketepatan dokumen
• Authority Web, document yang telah diterbitkan dalam web
• Objective informasi
• Currency, keterangan perubahan dan update link mengenai tanggal dan
informasi.
2.3.4 Aktifitas SDLC
Aktifitas pada SDLC direpresentasikan pada gambar 4.1. Bagan ini dikenal
sebagai model waterfall karena mengikuti bentuk air terjun dengan satu aktifitas
menuju ke aktifitas berikutnya.
a. Requirement Specification
Disebut juga sebagai tahap spesifikasi kebutuhan user, dimana desainer
sistem mengumpulkan kebutuhan secara lengkap kemudian dianalisis dan
didefinisikan kebutuhan mana yang harus dipenuhi oleh program yg akan dibangun.
Page 17
13
Pada tahap ini, desainer sistem harus berkomunikasi dengan client. Desainer
sistem atau sistem analis harus melakukan pmeriksaan terhadap kebijakan dan
prosedur pengolahan data dan sistem informasi yang berlaku saat ini atau disebut
dengan istilah present system. Dengan mengetahui sasaran sistem yang
sebenarnya, dan memahami bagaimana sistem yang lama bekerja, maka seorang
sistem analis dengan mudah bisa membuat sebuah konsep tentang sistem baru
yang akan dikerjakan.
Gambar 3. Alur Aktifitas SDLC
b. Architectural Design
Pada tahap design, sistem analis berkosentrasi pada bagaimana sistem
dibangun, dengan memperhatikan langkah-langkah berikut :
• Mendefinisikan tujuan sistem, tidak hanya berdasarkan informasi dari user,
tetapi juga berupa analisa dari abstraksi dan karakteristik keseluruhan kebutuhan
informasi sistem.
Page 18
14
• Membangun sebuah model konseptual, berupa gambaran sistem secara
keseluruhan yang menggambarkan satuan fungsional sebagai unit sistem.
• Menerapkan kendala-kendala organisasi
• Mendefinisikan aktifitas pemrosesan data
• Menyiapkan proposal sistem desain
c. Coding (pengkodean)
Desain program diterjemahkan ke dalam kode-kode dengan menggunakan
bahasa pemrograman yang sudah ditentukan. Setelah coding, setiap komponen diuji
untuk memverifikasi apakah sudah berjalan dengan benar.
d. Integrasi dan testing
Dilakukan dengan mengoperasikan program dengan memproses data
sehingga kesalahan dapat diketahui seawal mungkin. Pengujian dilakukan dengan
teliti, mula-mula perunit sampai berbagai unit secara komprehensif, kemudian
dilakukan pengujian tes penerimaan dengan client untuk memastikan sistem yang
dibuat memenuhi kebutuhan mereka.
e. Training & implementasi
Karena tujuan sistem yang baru adalah untuk mengganti prosedur - prosedur
lama, maka pelatihan kepada user yang akan menggunakan sistem merupakan hal
penting.
Setelah pelatihan selesai dilakukan konversi (peralihan) dari sistem lama ke
sistem yang baru, mungkin perlu menulis program khusus untuk menukar file - file
yang ada menjadi file-file yang baru atau membuat file - file dari catatan manual .
Ada beberapa cara konversi ke sistem yang baru:
1. Konversi langsung yaitu sistem yang lama secara sekaligus diganti dengan
sistem yang baru.
2. Konversi pararel dengan cara sistem baru dan lama dijalankan secara
bersamaan untuk beberapa waktu, sehingga jika sistem baru mengalami gangguan
sistem lama dapat mengkompensasi.
3. Konversi bertahap adalah peralihan ke sistem yang baru dilakukan bagian
per bagian.
Page 19
15
4. Konversi pilot studi: mirip konversi bertahap, sistem baru diimplementasikan
dibidang tertentu dalam organisasi, setelah berhasil baru diimplementasikan
dibidang yang lain .
Akhirnya bila seluruh tahap diatas selesai sistem baru mulai dipasang /
diimpementasikan.
f. Operasi & maintenance
Setelah pemasangan dan organisasi disesuaikan dengan perubahan -
perubahan yang ditimbulkan oleh sistem baru, maka tahap operasional dimulai.
Pada tahap ini perlu dilakukan pemeliharaan terhadap sistem serta peningkatan
mutu sistem agar sesuai dengan kebutuhan organisasi. Sehingga perlu adanya
perubahan dan peningkatan terhadap sistem, tidak masuk akal untuk mengatakan
bahwa sebuah sistem informasi berbasis komputer telah selesai, sistem tersebut
akan terus berkembang selama daur hidupnya, jika pada kenyataannya ia berhasil.
Maintenance melibatkan koreksi terhadap kesalahan/error yang ditemui pada
system setelah direlease dan segera dilakukan perbaikan terhadap system.
Pemeliharaan sistem merupakan aktifitas untuk mengadaptasikan sistem
dengan tantangan - tantangan baru. Sistem yang terancang baik pada umumnya
cukup fleksibel dan terbuka pada perubahan-perubahan kecil yang sesuai dengan
perkembangan kebutuhan organisasi. Perubahan besar dilakukan jika sistem sudah
tidak efisien lagi, sehingga dalam hal ini diperlukan daur baru pengembangan sistem
informasi.
Page 20
16
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Strategi Konversi Sistem
James A. O’Brien (2006) mengatakan bahwa operasi awal dari sistem bisnis
yang baru, dapat menjadi tugas yang sulit. Hal ini biasanya memerlukan proses
konversi (convertion) dari penggunaan sistem yang ada saat ini ke operasi aplikasi
yang baru atau yang lebih baik. Pada saat menganalisis konversi sistem perlu
dipertimbangkan pendekatan konversi yang paling bagus untuk dilakukan. Teknik
konversi sistem yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan sistem yang
baru yaitu :
1. Konversi Langsung (Direct Conversion/Plunge Strategy)
Konversi yang dilakukan dengan cara menghentikan sistem lama dan
menggantikan dengan sistem yang baru. Konversi ini langsung
mengimplementasikan sistem dan memutus serta meninggalkan sama sekali sistem
yang lama. Syarat dapat diimplementasikan sistem ini adalah sistem baru
merupakan bagian kecil saja dari seluruh sistem dan sistem tersebut tidak
menggantikan sistem lain.
Pendekatan atau cara konversi ini akan bermanfaat apabila :
1. Sistem tersebut tidak mengganti sistem lain
2. Sistem yang lama sepenuhnya tidak bernilai
3. Sistem yang baru bersifat kecil atau sederhana atau keduanya
4. Rancangan sistem baru sangat berbeda dari sistem lama, dan
perbandingan antara sistem-sistem tersebut tidak berarti.
Kelebihan dari penggunaaan konversi langsung yaitu biaya yang dikeluarkan
relatif tidak mahal. Sedangkan kelemahannya yaitu mempunyai resiko kegagalan
yang tinggi. Apabila konversi langsung akan digunakan, aktivitas-aktivitas pengujian
dan pelatihan yang dibahas sebelumnya akan mengambil peran yang sangat
penting.
Page 21
17
Gambar 4. Metode Konversi Langsung
2. Konversi Paralel (Parallel Conversion)
Konversi Paralel adalah suatu pendekatan dimana baik sistem lama dan baru
beroperasi secara serentak untuk beberapa periode waktu. Pada konversi ini, sistem
baru dan sistem lama sama-sama dijalankan. Setelah melalui masa tertentu, jika
sistem baru telah bisa diterima untuk menggantikan sistem lama, maka sistem lama
segera dihentikan. Cara seperti ini merupakan pendekatan yang paling aman, tetapi
membutuhkan biaya yang paling mahal, karena pemakai harus menjalankan dua
sistem sekaligus.
Ketika proses konversi suatu sistem baru melibatkan operasi paralel, maka
orang-orang pengembangan sistem harus merencanakan untuk melakukan
peninjauan berkala dengan personel operasi dan pemakai untuk mengetahui kinerja
sistem tersebut. Mereka harus menentukan tanggal atau waktu penerimaan dalam
tempo yang wajar dan memutus sistem lama. Kelebihan dari penggunaan sistem
konversi separalel yaitu dapat memberikan derajat proteksi yang tinggi kepada
organisasi dari kegagalan sistem baru. Sedangkan kelemahannya
adalah besarnya biaya untuk penduplikasian fasilitas-fasilitas dan biaya personel
yang memelihara sistem rangkap tersebut.
Gambar 5. Metode Konversi Paralel
Page 22
18
3. Konversi Bertahap (Phased Conversion)
Konversi dilakukan secara bertahap dengan menggantikan suatu bagian dari
sistem lama dengan sistem baru. Jika terjadi sesuatu, bagian yang baru tersebut
akan diganti kembali dengan yang lama. Apabila tidak terjadi masalah, modul-modul
baru akan dipasangkan lagi untuk mengganti modul-modul lama. Dengan
pendekatan seperti ini, akhirnya semua sistem lama akan tergantikan oleh sistem
baru. Cara seperti ini lebih aman daripada melakukan konversi langsung.
Dengan metode phased conversion, sistem baru diimplementasikan beberapa
kali, dan secara perlahan menggantikan sistem lama. la menghindarkan dari risiko
yang ditimbulkan oleh konversi langsung dan memberikan waktu yang banyak
kepada pemakai untuk mengasimilasi perubahan. Untuk menggunakan
metode phased conversion, sistem harus disegmentasi.
Contoh :
Aktivitas pengumpulan data baru diimplementasikan, dan
mekanisme interface dengan sistem lama dikembangkan. Interface ini
memungkinkan sistem lama beroperasi dengan data input baru. Kemudian aktivitas-
aktivitas akses database baru, penyimpanan, dan pemanggilan diimplementasikan.
Sekali lagi, mekanisme interface dengan sistem lama dikembangkan. Segmen lain
dari sistem baru tersebut di-instal sampai keseluruhan sistem diimplementasikan.
Gambar 6. Metode Konversi Bertahap
Kelebihan menggunakan metode konversi bertahap yaitu kecepatan
perubahan dalam organisasi tertentu bisa diminimisasi, dan sumber-sumber
pemrosesan data dapat diperoleh sedikit demi sedikit selama periode waktu yang
Page 23
19
luas. Konversi bertahap dapat menghindarkan risiko yang diakibatkan oleh konversi
langsung dan memberikan waktu yang agak longgar kepada pemakai untuk
beradaptasi terhadap perubahan. Sedangkan kelemahan dari metode konversi
bertahap yaitu keperluan biaya yang harus diadakan untuk
mengembangkan interface temporer dengan sistem lama, daya terapnya terbatas,
dan terjadi kemunduran semangat di organisasi, sebab orang-orang tidak pernah
merasa menyelesaikan sistem.
4. Konversi Pilot (Pilot Conversion)
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menerapkan sistem baru hanya pada
lokasi tertentu yang diperlakukan sebagai pelopor (lokasi dipilih berdasarkan
pertimbangan tertentu). Apabila konversi ini dianggap berhasil, maka akan diperluas
ke tempat-tempat yang lain. Ini merupakan pendekatan dengan biaya dan risiko
yang rendah. Dengan metode Konversi Pilot, hanya sebagian dari organisasilah
yang mencoba mengembangkan sistem baru. Kalau metode phase-in
mensegmentasi sistem, sedangkan metode pilot mensegmentasi organisasi. Jenis
konversi pilot terdiri dari Direct Pilot Cut Over, dan Phased in Over.
Contoh :
Salah satu kantor cabang atau pabrik, misalnya bisa berfungsi sebagai kelinci
percobaan atau tempat pengujian alfa atau beta berfungsi untuk tempat versi sistem
baru yang bekerja. Sebelum sistem baru diimplementasikan ke seluruh organisasi,
sistem pilot harus membuktikan diri di tempat pengujian tersebut. Metode konversi
ini lebih sedikit beresiko dibandingkan dengan metode langsung, dan lebih murah
dibandingkan dengan metode paralel.
Segala kesalahan dapat dilokalisir dan dikoreksi sebelum implementasi lebih
jauh dilakukan. Apabila sistem baru melibatkan prosedur baru dan perubahan yang
drastis dalam hal perangkat lunaknya, metode pilot ini akan lebih cocok digunakan.
Selain berfungsi sebagai tempat pengujian (test site), sistem pilot juga digunakan
untuk melatih pemakai seluruh organisasi dalam menghadapi
lingkungan “live” (hidup atau sebenarnya) sebelum sistem tersebut
diimplementasikan di lokasi mereka sendiri.
Page 24
20
Gambar 7. Metode Konversi Pilot
Berdasarkan karakteristik masing-masing metode maka dapat dibuat gambar
perbandingan setiap metode seperti berikut ini:
Gambar 8. Perbandingan Metode Konversi Sistem Informasi
3.2. Kendala Implementasi Konversi Sistem Informasi
Konversi sistem informasi yang lama menjadi sistem informasi baru bisa
berhasil dan juga bisa gagal. Hal itu dipengaruhi oleh stakeholder yang terlibat
Page 25
21
dalam pembuatan dan implementasi sistem informasi tersebut. Misalnya dalam
pembuatan sistem informasi berupa ERP. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab
utama kegagalan proyek ERP. Dalam hampir semua kasus, para manajer bisnis dan
ahli TI dari perusahaan ini meremehkan kerumitan perencanaan, pengembangan,
dan pelatihan yang dibutuhkan untuk bersiap-siap menghadapi sistem ERP baru
yang akan secara radikal mengubah proses bisnis dan sistem informasi mereka.
Kegagalan untuk melibatkan para karyawan yang terkena dampak dalam tahap
perencanaan dan pengembangan serta program manajemen perubahan, atau
mencoba untuk melakukan terlalu banyak hal dengan cara yang terlalu cepat pada
proses konversi, adalah penyebab-penyebab umum dari kegagalan proyek ERP.
Pelatihan yang tidak memadai dalam berbagai tugas pekerjaan baru yang
dibutuhkan oleh sistem ERP, dan kegagalan konversi data dan pengujian yang
cukup atas data, adalah penyebab lain dari kegagalan. Dalam banyak kasus,
kegagalan ERP juga disebabkan karena perusahaan atau manajemen TI terlalu
mempercayai berbagai pernyataan yang diberikan para penjual software ERP atau
bantuan dari perusahaan konsultan prestisius yang dipekerjakan untuk memimpin
implementasi tersebut.
Pengalihan sistem informasi dari sistem yang lama ke sistem yang baru dapat
berakibat fatal, terjadi karena:
1. Belum siapnya sumber daya untuk mengaplikasikan sistem yang baru.
2. Sistem baru sudah terpasang, namun terdapat kesalahan prosedur dalam
pelaksanaanya, sehingga perubahan tidak dapat terjadi. Sehingga
keberadaan sistem baru justru mempersulit kinerja yang sudah ada.
3. Perencanaan dan aplikasi sistem Informasi tidak memiliki arah dan tahapan
yang baik.
4. Tidak ada komunikasi yang baik di antara vendor sebagai penyedia TI
dengan perusahaan sebagai pengguna, sehingga sistem baru yang terbentuk
menjadi tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna.
5. Perusahaan memandang perubahan teknologi merupakan hal yang harus
dilakukan agar perusahaan tidak ketinggalan zaman. Namun sebenarnya
perusahaan tidak membutuhkan teknologi tersebut.
6. Level kematangan perusahaan terhadap TI masih rendah.
Page 26
22
7. Fenomena ini terjadi karena dengan adanya perubahan dari sistem lama ke
sistem baru maka akan terjadi keadaan dimana karyawan menghadapi masa
transisi yaitu keharusan menjalani adaptasi yang dapat berupa adaptasi
teknikal (skill, kompetensi, proses kerja), kultural (perilaku, mind set,
komitmen) dan politikal (munculnya isu efisiensi
karyawan/PHK,sponsorship/dukungan top management). Dengan adanya
ketiga hal ini maka terjadi saling tuding di dalam organisasi, dimana
manajemen puncak menyalahkan bawahan yang bertanggung jawab,
konsultan, vendor bahkan terkadang peranti TI itu sendiri.
Langkah-langkah preventif yang dilakukan agar kesalahan alih sistem informasi
dapat dihindari:
1. Lihat kembali dan koreksi visi yang ingin di bangun, pelajari implementasi apa
yang belum maksimal dan latih sumber daya manusia agar mampu
mengoptimalkan peranti yang sudah dibeli. Hal ini hanya akan mungkin untuk
dilaksanakan apabila pimpinan perusahaan mengetahui tentang TI/sedikit
tentang TI, sehingga dia paham apa yang ingin dicapai perusahaannya
dengan mengaplikasikan TI ini.
2. Harus menciptakan sinergisme diantara subsistem-subsistem yang
mendukung pengoperasian sistem sehingga akan terjadi kerjasama secara
terintegrasi diantara subsistem-subsistem ini. Asumsi hanya akan tercapai
apabila para perancang sistem ini mengetahui masalah-masalah
informasi apa yang ada di perusahaan dan yang harus segera di selesaikan.
Biasanya para perancang sistem ini akan mulai pada tingkat perusahaan,
selanjutnya turun ke tingkat-tingkat sistem.
3. Para perancang Sistem Informasi harus menyadari bagaimana rasa takut di
pihak pegawai maupun manajer dapat mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan proyek pengembangan dan sistem operasional. Manajemen
perusahaan, dibantu oleh spesialis informasi, dapat mengurangi ketakutan ini
dan dampaknya yang merugikan dengan mengambil empat langkah berikut :
1. Menggunakan komputer sebagai suatu cara mencapai
peningkatan pekerjaan (job enhancement) dengan memberikan
pada komputer tugas yang berulang dan membosankan, serta
Page 27
23
memberikan pada pegawai tugas yang menantang \kemampuan
mereka.
2. Menggunakan komunikasi awal untuk membuat pegawai terus
menyadari maksud perusahaan. Pengumuman oleh pihak
manajemen puncak pada awal tahap analisis dan penerapan
dari siklus hidup sistem merupakan contoh strategi ini.
3. Membangun hubungan kepercayaan antara pegawai,
spesialisasi informasi dan manajemen. Hubungan tersebut
tercapai dengan sikap jujur mengenai dampak-dampak dari
sistem komputer dan dengan berpegang pada janji. Komunikasi
formal dan penyertaan pemakai pada tim proyek mengarah
pada tercapainya kepercayaan.
4. Menyelaraskan kebutuhan pegawai dengan tujuan perusahaan.
Pertama, identifikasi kebutuhan pegawai, kemudian memotivasi
pegawai dengan menunjukkan pada mereka bahwa bekerja
menuju tujuan perusahaan juga membantu mereka memenuhi
kebutuhan mereka.
Page 28
24
BAB IV
PENUTUP
4. 1. KESIMPULAN
Tahap implementasi pada sebuah sistem informasi merupakan tahap di mana
sistem yang telah dirancang pada tahap sebelumnya diterapkan, baik berupa
perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan. Dengan penerapan
sistem yang dirancang, hasilnya dapat dioperasikan dan digunakan secara optimal
sesuai kebutuhan. Tahap konversi sistem bersifat urgen di mana walaupun sistem
telah didesain dan digunakan dengan baik, kesuksesan sistem informasi tergantung
dari seberapa baik konversi sistem yang dilakukan.
Dalam pemilihan pendekatan konversi implementasi sistem informasi
manajemen, harus menentukan sendiri strategi konversi yang mana yang cocok
diterapkan pada perusahaan, karena setiap perusahaan adalah unik dan memiliki
kemampuan dan keterbatasan yang tidak sama. Strategi mengurangi resiko
kegagalan yang terjadi saat pengalihan atau konversi sistem yang dapat dilakukan
yaitu: Konversi Langsung (Direct Conversion/Plunge Strategy), Konversi Paralel
(Parallel Conversion), Konversi Bertahap (Phased Conversion), Konversi Pilot (Pilot
Conversion).
4.2. SARAN
Dari pemaparan diatas, penulis menyarankan sebaiknya perusahaan jika
memilih metode konversi sistem harus disesuaikan dengan :
1. Kebutuhan perusahaan.
2. Kondisi/skill tenaga kerjanya yang berhubungan dengan sistem Informasi
3. Dokumentasi harus baik karena sistem jika Dokumentasi kurang baik hasilnya
juga tidak maksmimal, jadi perlu adanya komitment seluruh management dan
karyawan yang selalu berkesinambungan dan profesional dalam mendukung
keberhasilan konversi sistem.
Page 29
25
4. Setiap karyawan harus dilatih secara berkesinambungan agar dapat
melakukan input data dengan benar agar data yang didapatkan benar-benar
maksimal dan benar.
5. Kalkulasi efisiensi biaya dan efektivitas waktu dalam proses konversi sistem
tentu tetap menjadi pertimbangan utama untuk optimalisasi benefit
perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang
Page 30
26
DAFTAR PUSTAKA
O’Brien, J. 2005. Pengantar Sistem Informasi: Perspektif Bisnis dan Manajerial.
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Sudono, A.S. 2010. Penyebab Kegagalan IT Project. http://itkelinik.com/?p=113.
(Februari 2017)
http://bubun54e.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2015/01/10/metode-konversi-sistem-
informasi/ (Februari 2017)
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2HTML/2012100693IFBab2001/
(Februari 2017)