METODE KOMUNIKASI DAKWAH DI SUKU KAJANG DESA TANA TOWA KECAMATAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar OLEH P A D L I NIM : 102570008615 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020 M
85
Embed
METODE KOMUNIKASI DAKWAH DI SUKU KAJANG DESA TANA …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
METODE KOMUNIKASI DAKWAH DI SUKU KAJANG DESA TANA TOWA KECAMATAN KAJANG
KABUPATEN BULUKUMBA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH
P A D L I NIM : 102570008615
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020 M
vi
ABSTRAK
P A D L I. 105270008615. 2019. Metode Komunikasi Dakwah di Suku
Kajang Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. .
Dibimbing oleh Muhammad Ali Bakri dan M.Zakaria Al-Anshori, M.Sos.I.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskripsi. Skripsi ini
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial keberagamaan di
desa Tana Towa . Untuk mengetahui metode komunikasi dakwah yang
tepat untuk suku kajang desa Tana Towa kecamatan kajang
Kab.bulukumba serta faktor pendukung dan penghambat komunikasi
dakwah di desa Tana towa .
Pengumpulan data digunakan dalam penelitian ini yaitu
mengunakan pedoman wawancara, observasi, dokumentasi. Data yang
digunakan yaitu data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kehidupan sosial
keberagamaan masyarakat Desa Tana Towa secara umum sudah baik,
solidaritas sosial antar warga terjalin dengan baik, akan tetapi kesadaran
secara individu dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan tuntunan
agama masih minim, disebabkan kurangnya pengetahuan mereka tentang
agama. Metode Dakwah yang tepat untuk diterapkan pada masyarakat
Desa Tana Towa adalah metode ceramah (mauidzoh khasanah), metode
tanya jawab (jadilhum bullati hiya ahsan), dan pemberian teladan yang
baik (uswatun hasanah) serta faktor pendukung dakwah di Desa Tana
Towa adalah mayoritas penduduk beragama Islam, tersedianya fasilitas
tempat dalam jumlah yang memadai, toleransi masyarakat yang tinggi,
adanya dukungan dari semua pihak, masyarakat yang sudah melek
pendidikan dan kesabaran, ketelatenan, dan keteladanan dari da'I
sedangkan faktor penghambat dakwah di Desa Tana Towa adalah
permasalahan bahasa ,pemahaman keagamaan masyarakat yang masih
rendah, minimnya kesadaran individu dalam beribadah, pola pikir
masyarakat yang materialistis, masyarakat masih memercayai mitos serta
kurangnya dai.
Kata Kunci: Metode Komunikasi Dakwah, Suku Kajang
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, taufik
serta hidayah kepada setiap ciptaan-Nya. Sholawat serta salam kepada
Nabi Muhammad SAW, inspirator kebaikan yang tiada pernah kering
untuk digali. Skripsi dengan judul Metode Komunikasi Dakwah di Suku
Kajang Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ini, tidak dapat
diselesaikan oleh penulis tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof .Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Syaikh Muhammad Muhammad Thoyyib Khoory, keluarganya,
teman dan karib kerabatnya yang menjadi donator bagi kami,
jazaakumullahu khairan.
3. Drs. H. Mawardi Pawangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Abbas Baco Miro, Lc. MA. selaku Ketua Prodi Komunikasi
Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Dr. Muhammad Ali Bakri, S.Sos , M.Pd selaku Pembimbing I dan
Muh. Zakaria Al-Anshori, M.Sos.I selaku pembimbing II yang selalu
siap untuk berdiskusi, memberikan arahan, dan bimbingan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Al-Ust Muhammad Arif SH,I selaku nara sumber inti dan juga
sebagai Kordinator Dai Bulukumba
viii
7. Para Dosen di lingkungan Fakultas Agama Islam Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar.
8. Kedua orang tua tercinta yang telah mendoakan dan memberikan
support moral dan material dengan tulus dan ikhlas.
9. Teman temanku senasib seperjuangan yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu yang telah memberikan masukan, motivasi
dan bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis hanya dapat mendo’akan semoga bantuan, arahan,
bimbingan, dorongan, kebaikan dan keikhlasan dari semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, mendapat balasan amal
baik dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih
atas saran dan kritik yang diberikan dalam rangka perbaikan dan
penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak dan dicatat sebagai amal kebajikan di hadapan Allah
SWT.
Makassar, 02 Oktober 2020
Penulis
P A D L I
NIM: 105270008615
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................ i
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... ii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................... v
ABSTRAK ..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................. 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................... 7 D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian .................................... 7 E. Definisi Operasional ........................................................... 8 F. Garis-Garis Besar Isi Skripsi .............................................. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................ 11
A. Pengertian Metode Komunikasi Dakwah ........................... 11 B. Metode Komunikasi Dakwah ............................................... 15 C. Gambaran Umum Suku Kajang ......................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 33
A. Jenis Penelitian .................................................................. 33 B. Lokasi dan Objek Penelitian ............................................... 33 C. Fokus Penelitian ................................................................. 34 D. Prosedur Penelitian ............................................................ 34 E. Sumber Data ...................................................................... 35 F. Metode Pengumpulan Data ............................................... 36 G. Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 37
x
BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................... 40
A. Gambaran Umum Desa Tana Towa ................................. 40 B. Kehidupan Sosial Keberagamaan Masyarakat Desa Tana
Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba .............. 46 C. Metode Komunikasi Dakwah Masyarakat Desa Tana
Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ............... 50 D. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah di Desa Tana
Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ............... 58 BAB V PENUTUP ......................................................................... 66
A. Kesimpulan ........................................................................ 66 B. Saran .................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 70
RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 73
Artinya:“dan hendaklah diantara kamu ada sebagian umat yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S Ali-Imron: 104)5
4 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h.39
5 Al-Jumanatul ‘Ali , Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( Bandung, CV PenerbitJ ART, 2004)
h.64
3
Suatu kegiatan dakwah akan mencapai tujuan komunikasi dakwah
yang sesuai dengan ajaran islam, maka membutuhkan beberapa
persyaratan diantaranya da’i yang mempunyai tugas memberikan
masukan-masukan demi terciptanya jiwa yang baik kepada sasarannya
serta subjek dakwah atau da’i itu sendiri berarti orang yang melaksanakan
tugas-tugas dakwah.
Menurut Muriah dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Dakwah
Kontemporer” bahwa da’i dibagi menjadi dua kriteria yaitu umum dan
khusus. Secara umum adalah setiap muslim dan muslimah yang
berdakwah sebagai kewajiban yang melekat sebagai kewajiban yang
melekat tidak terpisahkan dari misi sebagai penganut Islam sesuai dengan
perintah “ يولوأيةعن اغوبل ”.
Sedangkan secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian
khusus dalam bidang dakwah Islam dengan kesungguhan dan qodrah
hasanah.6
Dalam proses serta pelaksanaanya, umat Islam perlu untuk
mengetahui dan memahami makna, unsur, metode, dan semua hal yang
terkait dengan faktor pendukung keberhasilan dakwah sebagai salah satu
faktor pendukung dalam keberhasilan dakwah menjadi sesuatu yang
urgen.
Cukup banyak langkah-langkah atau metode yang ditempuh para
da’i dalam menyampaikan pesan dakwah, seperti ceramah dialogis, tanya
6 Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, ( Yogyakarta, Mitra Pustaka 2000) h. 23
4
jawab, teladan dan diskusi. Sebenarnya masih banyak beberapa
pembagian macam-macam metode dakwah yang lain. Hal ini tergantung
sudut pandang masing-masing para ahli dalam memaparkan pembagian
macam-macam metode dakwah.
Kegiatan yang digeluti oleh para da’i dan da’iyah secara tradisional
adalah secara lisan , dalam bentuk ceramah dan pengajian. Para juru
dakwah ini berpindah-pindah dari suatu majlis ke majlis yang lain, dari
suatu mimbar ke mimbar yang lain. Bila dipanggil untuk berdakwah , yang
terbesit dalam benak adalah ceramah agama. Maka dakwah muncul
dengan makna sempit dan terbatas, yakni ceramah melalui mimbar.
Tidak dapat dipungkiri perkembangan masyarakat yang semakin
meningkat, tuntutan yang sudah semakin beragam, membuat dakwah
tidak bisa lagi dilakukan secara tradisional. Dakwah sekarang
berkembang menjadi satu profesi, yang menuntut skill, planning dan
menejemen yang handal. Untuk itu di perlukan sekelompok orang yang
terus-menerus mengkaji, meneliti dan meningkatkan aktifitas dakwah
secara professional tersebut.
Memahami esensi dari makna dakwah itu sendiri, kegiatan dakwah
sering di pahami sebagai upaya untuk memberikan solusi islam terhadap
berbagai masalah dalam kehidupan tersebut mencakup seluruh aspek,
seperti ekonomi, sosial, budaya, hukum, politik, sains, teknologi dsb.
Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode yang
tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual, dan
kontekstual. Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan
5
hangat di tengah masyarakat. Faktual dalam arti konkret dan nyata,
secara kontektual dalam arti relevan dan menyangkut problem yang
sedang dihadapi dan kenyataan yang sesuai dengan kondisi masyarakat
tersebut.
Oleh sebab itu, memilih cara dan metode yang tepat agar dakwah
menjadi aktual, faktual, kontekstual, menjadi bagian yang strategis dari
kegiatan dakwah itu sendiri. Tanpa ketepatan metode dan keakuratan
cara, kegiatan dakwah akan terjerumus ke dalam upaya “arang habis besi
binasa”. Aktvitas dakwah akan berputar dalam pemecahan problem tanpa
solusi dan tidak jelas ujung pangkal penyelesaiannya.7
Dengan demikian apabila para da’i berpegang kepada tuntunan al-
quran, sebagaimana dalam surah an-nahl ayat 125, diharapkan dakwah
akan mencapai sasaran. Yang perlu diperhatikan oleh da’i adalah
bagaimana metode atau cara penyampaian pesan dakwah tersebut.
Suku Kajang adalah suku yang tinggal di pedalaman Makassar,
Sulawesi selatan. Secara turun temurun mereka tinggal di kecamatan
Kajang, Kabupaten Bulukumba. Bagi mereka daerah itu dianggap sebagai
Tanah warisan leluhur dan mereka menyebutnya Tana Towa dan
komunitas adat mereka bernama Ammatoa yang diyakini merupakan wakil
Bohe Amma atau Tu’re’a’ra’na ( Yang Satu atau Tuhan).Suku Kajang
secara geografis terdiri dari dua bagian yaitu, masyarakat Kajang dalam
(tau kajang) dan Kajang luar ( tau lembang) . Meskipun suku Kajang
terbagi menjadi dua namun tidak ada perbedaan di antara keduanya.
7 Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 9
6
Sejak dulu hingga kini, mereka selalu berpegang teguh pada ajaran
leluhur.
Suku Kajang memiliki sistem pemerintahan di bawah pimpinan
Ammatoa yang di kenal dengan Patuntung .Tentang penafsiran Patuntung
banyak yang berbeda-beda baik di daerah kajang sendiri sehingga ada
yang menafsirkan bahwa Patuntung adalah sebuah agama.
Namun kalau kita melihat perkembangan Islam di daerah Sulawesi
Selatan bahwa Kajang sudah mengenal Islam lewat seorang penyebar
Islam bernama Dato Tiro sehingga masyarakat yang bermukim di
dalamnya sudah mengenal dan menganut agama Islam. Cuma pada
mereka itu ajaran Islam secara murni tidak di praktekkan karena tradisi
masyarakat yang masih fanatik dan lebih besar pengaruhnya
mengakibatkan kaburlah ajaran-ajaran Islam tersebut.
Oleh karena itu, peneliti menyadari akan pentingnya penerapan
metode yang tepat dalam berdakwah pada masyarakat yang sangat
terpengaruhi oleh adat budaya nenek moyang maka peneliti mengadakan
penelitian mengenai Metode Komunikasi Dakwah yang tepat untuk
selanjutnya di terapkan di Suku Kajang ini, dengan mengambil judul “
Metode Komunikasi Dakwah Di Suku Kajang Desa Tana Towa
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba”
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan di atas dapat dijabarkan dalam sub-sub
masalah yang sekaligus menjadi batasan dalam penulisan ini sebagai
berikut:
7
1. Bagaimana kehidupan sosial keberagamaan Suku Kajang Desa
Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ?
2. Bagaimana Metode Komunikasi Dakwah di Suku Kajang Desa
Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat Komunikasi Dakwah di
Suku Kajang Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba?.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui keadaan sosial keberagamaan Suku Kajang
Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba .
2. Untuk mengetahui Metode Komunikasi Dakwah efektif di Suku
Kajang Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Komunikasi
Dakwah di Suku Kajang Desa Tana Towa Kecamatan Kajang
Kabupaten Bulukumba .
D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian
Adapun dua manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini,
yaitu: manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian dapat memberikan masukan berharga berupa
konsep-konsep, sebagai upaya untuk peningkatan dan
8
pengembangan dakwah khususnya masyarakat yang memegang
adat leluhur.
b. Hasil penelitian dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi
para peneliti di bidang dakwah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, untuk memperkaya pengetahuan dan wawasan Ilmu
komunikasi dakwah yang dapat dijadikan bekal pada waktu terjun
ke masyarakat sebagai seorang da’i.
b. Bagi jajaran dinas kelurahan, dan lembaga-lembaga Islam terkait,
hasil penelitian dapat menjadi pertimbangan untuk menentukan
kebijakan bidang kemasyarakatan, terutama berhubungan dengan
pembinaan keagamaan masyarakat di desa tersebut.
c. Bagi masyarakat setempat sebagai subjek penelitian, hasil
penelitian ini dapat dijadikan alat evaluasi dan koreksi, terutama
dalam meningkatkan kegiatan dakwah.
d. Selain di harapkan bisa bermanfaat di dalam menyumbangkan
hasil karya sebuah penelitian akademik, di sisi lain juga untuk
memberikan tugas akhir kuliyah guna mendapatkan gelar strata
satu pada bidang Komunikasi Peyiaran Islam
E. Defenisi Operasional
Sebelum memasuki Metode Komunikasi Dakwah maka perlu
dijelaskan pengertian dari metode, dari segi bahasa metode berasal dari
dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos”(jalan,cara). Dengan demikian
kita dapat artikan bahwa metode adalah adalah cara atau jalan yang
9
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.8 Sedangkan komunikasi
dakwah adalah proses penyampaian informasi atau pesan dari seseorang
atau kelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang lainnya
yang bersumber dari Al-Quran dan Hadist dengan menggunakan
lambang-lambang baik secara verbal maupun nonverbal dengan tujuan
untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain yang lebih
sesuai ajaran islam, baik langsung secara lisan maupun tidak lansung
melalui media.9
Metode Komunikasi Dakwah ialah cara-cara yang dilakukan oleh
seorang muballig (komunikator) untuk mencapai suatu tujuan tertentu
atas dasar hikmah dan kasih sayang. Dengan kata lain ,pendekatan
komunikasi dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human
oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.10
Setting penelitian skripsi ini adalah sebuah desa bernama Tana
Towa Kecamatan Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan.
F.Garis-garis Isi Skripsi
Sebagai gambaran yang akan memudahkan pembaca untuk
memahami, penulis memberikan sistematika penulisan atau garis-garis
besar pembahasan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan , dalam bab ini meliputi :Latar belakang masalah,
Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat dan kegunaan penelitian,
Definisi operasional, Garis-garis Isi Skripsi.
8 Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h.6
9 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah , ( Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,2010) h. 26
10 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h..43
10
Bab II : Kajian Pustaka, merupakan kajian pustaka yang mendasari
penulisan dalam pembahasan meliputi : Pengertian metode komunikasi
dakwah ,Metode komunikasi dakwah, dan Gambaran Umum Suku
Kajang
Bab III : Metodologi Penelitian, berisi tentang eksistensi metodologi
penelitian yang meliputi : Pengertian metode penelitian, Jenis penelitian,
Lokasi dan Objek penelitian, Prosuder penelitian, Fokus penelitian,
Sumber data, Metode pengumpulan data, dan Pengolahan dan Analisi
data
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang gambaran
umum Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba,
temuan penelitian ,kehidupan sosial keberagamaan Desa Tana Towa
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba, metode komunikasi dakwah
efektif di Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba dan faktor
pendukung dan penghambat komunikasi dakwah di Tana Towa
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.
Bab V : Penutup, merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi
yang berisikan Kesimpulan dan Saran
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Metode Komunikasi Dakwah
1. Pengertian Metode
Pengertian metode menurut bahasa Metode berasal dari bahasa
Yunani methodos yang merupakan kombinasi kata dari kata meta
(melalui) dan hodos (jalan), dalam bahasa Inggris metode berarti
method yang berarti cara.11
Dalam Kamus ilmiah populer, metode juga dapat diartikan sebagai
cara sistematis dan teratur untuk melaksanakan sesuatu atau cara
kerja.12
Sedangkan pengertian metode secara istilah Metode adalah jalan
yang kita lalui untuk mencapai tujuan. Banyak usaha tidak dapat
berhasil atau pasti tidak dapat berhasil atau pasti tidak membuahkan
hasil optimal, kalau tidak pakai cara yang tepat.13
Metode juga dapat diartikan juga sebagai suatu cara atau teknis
yang dilakukan dalam proses penelitian.14
Metode juga berarti cara mengkaji kebenaran dalam ilmu
pengetahuan atau sekop maupun ilmu pengetahuan manusia 15 dan
11
John M.Echold dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2000)
h. 379 12
Paus A. Partanto, M. Dahlan Barri, Kamus Ilmiah Populer, ( Surabaya: Arloka, 1994 )
h. 461 13
K. Bertens , Metode Belajar Untuk Mahasiswa, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005 )
h. 2 14
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1995)
h. 24 15
Hasan Langgulung, Kreativitas dan Pendidikan Islam, (Jakarta : Pustaka al- Husna 1991)
h. 151
12
sedangkan menurut Munir metode adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan.16
2. Pengertian Komunikasi Dakwah
Sebagaimana dikemukakan oleh Toto Tasmara dalam buku
Komunikasi Dakwah, bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu
communicare yang artinya partisipasi atau komunikasi juga berasal dari
kata commones yang artinya sama.17
Kata Komunikasi ( dari bahasa Inggris “communication” ), secara
etimologi adalah dari bahasa Latin communicatus , dan perkataan ini
bersumber pada kata communis . Dalam kata communis ini memiliki
makna “berbagi” atau “menjadi milik bersama” yaitu usaha yang
memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Jadi,
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak ke pihak yang lain.
Pada umumnya, komunikasi di lakukan secara lisan dan verbal
yang dapat dimengerti oleh kedua pihak. Apabila tidak ada bahasa
verbal yang dapat di mengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat
dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan
sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini di sebut dengan komunikasi non
verbal. Menurut Onong Uchjana Effendy Komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
16
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 6 17
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h.1
13
memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara
lisan (lansung) ataupun dengan tidak langsung (melalui media).18
Sedangkan pengertian dakwah, dakwah berasal dari bahasa Arab
yakni دعوة–يدعو–دعا (da’a – yad’u – dakwatan). Kata dakwah tersebut
merupakan isim masdar dari kata da’a yang dalam Ensiklopedia Islam
diartikan sebagai “ajakan kepada Islam”, Kata da’a dalam al-Quran,
terulang 5 kali, sedangkan kata yad’u terulang sebanyak 8 kali dan kata
dakwah terulang 4 kali.19
Dakwah menurut istilah adalah proses merealisasikan ajaran islam
dalam dataran kehidupan manusia dengan strategi, metodologi dan
sistem dengan mempertimbangkan dimensi religio-sosio-psikologi
individu atau masyarakat agar target maksimal tercapai.20 Dakwah juga
dapat diartikan sebagai menyampaikan seruan Islam, mengajak dan
memanggil umat manusia , agar menerima dan mencapai keyakinan
dan pandangan Islam.21
Bakhial Khauli mendefinisikan dakwah adalah satu proses
menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud
memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan yang lain.22
Enjang dan Aliyuddin mendefinisikan dakwah adalah merupakan
suatu kerja dan karya besar manusia, baik secara personal maupun
18
Ardiansyah, Pengertian Komunikasi ( Di akses pada 29 Disember 2017 dari
Artinya: Serulah (Manusia) kepada jalan-jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk. (Surat An-Nahl: Ayat 125)27
Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa metode
dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu :
1. Metode Dakwah Al-Hikmah
Dakwah Al-Hikmah yakni menyampaikan dakwah dengan cara
yang arif dan bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian
rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan dakwah
atas kemampuannya sendiri, tidak ada paksaan, tekanan maupun
konflik.28 Dengan kata lain dakwah al-hikmah merupakan suatu
metode pendekatan komunikasi dakwah yang di lakukan atas dasar
persuasif.
Dalam kitab al-Hikmah fi al dakwah illallah taa’la oleh Said bin Ali
bin Wahif Al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-
hikmah , antara lain:
27
Al-Jumanatul ‘Ali , Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( Bandung, CV PenerbitJ ART, 2004) h.
282 28
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 98
17
Menurut bahasa diartikan dengan Adil, ilmu, sabar, kenabian,
Al-Qur’an dan Injil , memperbaiki (membuat menjadi lebih baik atau
pas) dan terhindar dari kerusakan juga berarti ungkapan untuk
mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama ,objek
kebenaran (al-Haq) yang didapat melalui ilmu dan akal Pengetahuan
atau ma’rifat
Menurut Istilah Syar’I,Valis dalam perkataan dan perbuatan,
mengetahui yang benar dan mengamalkan , wara’ dalam Dinullah,
meletakkan sesuatu pada tempatnya dan menjawab dengan tegas
dan tepat.29
Adapun secara terminologi, ada beberapa pengertian tentang
hikmah , di antaranya: Menurut Syekh Muhammad Abduh, Hikmah
adalah mengetahui rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal. Hikmah
juga dapat digunakan dalam arti ucapan yang sedikit lafaz tetapi
banyak makna atau dapat diartikan meletakkan sesuatu pada
tempatnya atau semestinya. Orang yang memiliki hikmah disebut al-
hakim yaitu orang yang memiliki pengetahuan yang paling utama dari
segala sesuatu. Kata Hikmah juga dapat dikaitkan dengan filsafat
karena filsafat juga mencari pengetahuan hakikat segala sesuatu
sedangkan menurut Prof. Dr. Toha Yahya Umar, M.A menyatakan
bahwa Hikmah berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan
berfikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara sesuai
keadaan zaman dengan tidak bertentangan dengan larangan Tuhan.30
29
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah. ( Jakarta: Amzah, 2009) h. 99 30
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 9
18
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa al-hikmah adalah
merupakan kemampuan da’i dalam memilih dan meyelaraskan teknik
dakwah dengan kondisi objektif mad’u . Di samping itu juga, al-hikmah
merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam
serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang
komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah adalah sebuah system yang
menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam dakwah.
Dalam dunia dakwah, hikmah adalah salah satu penentu sukses
tidaknya kegiatan dakwah. Dalam menghadapi mad’u yang beragam
tingkat pendidikan strata sosial dan latar belakang budaya, para da’i
memerlukan hikmah sehingga materi dakwah yang disampaikan
mampu masuk ke ruang hati para mad’u dengan tepat. Oleh karena itu
para da’i di tuntut untuk mampu mengerti dan memahami sekaligus
memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima
dapat dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan
kalbunya. Di samping itu, da’i juga akan berhadapan dengan realitas
perbedaan agama dalam masyarakat yang heterogen.
Kemampuan da’i untuk bersifat objektif terhadap umat lain, berbuat
baik dan bekerja sama dalam hal-hal yang dibenarkan agama tanpa
mengorbankan keyakinan yang ada pada dirinya adalah bagian dari
hikmah dalam dakwah.
Da’i yang sukses biasanya berkat dari kepiawaannya dalam memilih
kata. Pemilihan kata adalah hikmah yang sangat diperlukan dalam
dakwah. Da’i tidak boleh hanya sekedar menyampaikan ajaran agama
19
tanpa mengamalkannya. Seharusnya dai adalah orang yang pertama
mengamalkan apa yang dia ucapkan. Kemampuan da’i untuk menjadi
contoh nyata umatnya dalam bertindak adalah hikmah yang
seharusnya tidak boleh ditinggalkan oleh seorang da’i dengan amalan
nyata yang bisa dilihat langsung oleh masyarakatnya, para dai tidak
terlalu sulit untuk harus berbicara banyak, tetapi gerak dia adalah
dakwah yang jauh lebih efektif dari sekedar berbicara.31
Hikmah merupakan suatu ciri karakteristik metode Dakwah
sebagaimana termaktub dalam QS. An-Nahl ayat 125. Ayat tersebut
mengisyaratkan pentingnya hikmah untuk menjadi sifat dari metode
dakwah dan betapa pentingnya dakwah mengikuti langkah-langkah
yang mengandung hikmah. Ayat tersebut seolah-olah menunjukkan
metode dakwah praktis kepada para dai yang mengandung arti
mengajak manusia kepada jalan yang benar dan mengajak manusia
untuk menerima dan mengikuti petunjuk agama dan akidah yang benar.
Ayat tersebut juga mengisyaratkan bahwa mengajak manusia
kepada hakikat yang murni dan apa adanya tidak mungkin dilakukan
tanpa melalui pendahuluan atau tanpa mempertimbangkan iklim dan
medan kerja yang sedang dihadapi. Dengan demikian jika di kaitkan
dengan dunia dakwah , maka ia merupakan peringatan kepada para dai
untuk tidak menggunakan satu bentuk metode saja. Sebaliknya,
mereka harus menggunakan berbagai macam metode sesuai dengan
realitas yang dihadapi dan sikap masyarakat terhadap Islam. Sebab
31
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 12
20
sudah jelas, dakwah tidak akan berhasil jika metode dakwahnya
monoton.Ada sekelompok orang yang hanya memerlukan iklim dakwah
yang penuh gairah dan berapi-api, sementara kelompok yang lain
memerlukan iklim dakwah yang sejuk. Hikmah merupakan pokok awal
yang harus dimiliki oleh seorang da’i dalam berdakwah.
Karena dari hikmah ini akan lahir kebijaksanaan-kebijaksanaan
dalam menerapkan langkah-langkah dakwah baik secara metodologis
maupun praktis. Kesimpulan hikmah bukan hanya sebuah pendekatan
satu metode akan tetapi kumpulan beberapa pendekatan dalam sebuah
metode.
Dalam dunia dakwah hikmah bukan hanya berarti “mengenal strata
mad’u” akan tetapi juga “Bila harus bicara, bila harus diam”. Hikmah
bukan hanya mencari titik temu tetapi juga “toleran yang tanpa
kehilangan sibghah”. Hikmah bukan hanya dalam konteks “memilih kata
yang tepat” tetapi juga “cara terpisah”.Dan akhirnya hikmah adalah
uswatun hasanah serta lisanul hal.32
2. Metode Dakwah Al-Mau’idzatul Hasanah
Mau’idzah hasanah dalam perspektif dakwah sangat populer,
bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan seperti Maulid
Nabi dan Isra Mi’raj. Istilah mau’idzatul hasanah mendapatkan porsi
yang khusus dengan arti “acara yang ditunggu-tunggu” yang
merupakan inti acara dan biasanya menjadi salah satu target
32
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 14
21
keberhasilan suatu acara. Namun demikian agar tidak menjadi salah
paham, maka di sini akan di jelaskan pengertian Mau’idzah hasanah.
Secara bahasa Mau’idzah hasanah terdiri dari dua kata yaitu
Mau’idzah dan hasanah. Kata Mau’idzah berasal dari bahasa Arab
yaitu wa’adza- yai’idzu- wa’dzan yang berarti nasehat, bimbingan,
pendidikan, dan peringatan.
Adapun secara terminologi, ada beberapa penegertian di
antaranya: Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang
dikutip oleh Hasanuddin adalah sebagai berikut : Al Mau’idzah
hasanah adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi
mereka, bahwa engkau memberi nasehat dan menghendaki manfaat
kepada mereka atau dengan Al-Quran. Dan menurut Abdul Hamid
Al-Bilali : Mau’idzah hasanah merupakan salah satu metode dalam
dakwah untuk mengajak kepada jalan Allah dengan cara
memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar
mereka mau berbuat kebaikan.33
Dari beberapa definisi di atas, metode mau’idzah hasanah terdiri
dari beberapa bentuk, di antaranya: nasehat, tabsyir watanzir, dan
wasiat
1) Nasehat atau petuah
Nasehat adalah salah satu cara dari al-mau’idzah hasanah yang
bertujuan mengingatkan bahwa segala perbuatan pasti ada sangsi
dan akibatnya. Secara terminologi Nasehat adalah memerintah
33
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 16
22
atau melarang atau mengajarkan yang di barengi dengan motivasi
dan ancaman. Sedangkan, pengertian nasehat dalam kamus
Bahasa Indonesia Balai Pustaka adalah memberikan petunjuk
kepada jalan yang benar. Juga berarti mengatakan sesuatu yang
benar dengan cara melunakkan hati. Nasehat harus berkesan
dalam jiwa dengan keimanan dan petunjuk.34
2) Basyir watanzir
Tabsyir secara bahasa berasal dari kata basyara yang
mempunyai arti memperhatikan/ merasa senang. Tabsyir dalam
istilah dakwah adalah penyampaian dakwah yang berisi kabar-
kabar yang menggembirakan bagi orang-orang yang mengikuti
dakwah.
Tujuan tabsyir:
a) Menguatkan atau memperkokoh keimanan
b) Memberikan harapan
c) Menumbuhkan semangat utuk beramal
d) Menghilangkan sifat keragu-raguan35
Tandzir atau indzar menurut istilah dakwah adalah
penyampaian dakwah di mana isinya berupa peringatan terhadap
manusia tentang adanya kehidupan akhirat dengan segala
konsekuensinya.
34
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 243 35
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 259
23
3) Wasiat
Secara etimologi kata wasiat berasal dari bahasa Arab, yang
terambil dari kata Washa- Washiya- wasyiyatan yang berarti pesan
penting berhubungan dengan suatu hal.36 Wasiat dapat dibagi
menjadi dua ketogeri , yaitu:
a) Wasiat orang yang masih hidup kepada orang yang masih
hidup, yaitu berupa ucapan, pelajaran atau arahan tentang
sesuatu.\
b) Wasiat orang yang meninggal (ketika menjelang ajal tiba)
kepada orang yang masih hidup berupa ucapan atau berupa
harta benda warisan.37
Oleh karena itu , pengertian wasiat dalam konteks dakwah
adalah ucapan berupa arahan (taujih) kepada orang lain (mad’u)
terhadapa sesuatu yang belum dan akan terjadi (amram sayaqa
mua’yan).
Wasiat diberikan apabila da’i telah mampu membawa mad’u
dalam memahami seruannya atau disaat memberikan kata terakhir
dalam dakwah. Wasiat adalah salah satu model pesan dalam
perspektif komunikasi, maka seorang dai harus mampu mengatur
kesan (management impression) mad’u setelah menerima seruan
dakwah. Sehingga wasiat yang di berikan mampu mempunyai efek
positif bagi mad’u
36
Lois Maluf, Kamus Munjid, Fi Lughoh Wa al-alam. (Beirut : Dar al-Masyriq, 1986) 37
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 274
24
Dari beberapa pengertian di atas, maka penilis menyimpulkan
istilah mau’idzah hasanah akan mengandung arti kata-kata yang
masuk ke dalam hati dengan cinta dan penuh kasih sayang dan ke
dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak menfitnah atau
menyudutkan kesalahan orang lain sebab kasih sayang dalam
menasehati seringkali dapat meluluhkan pemilik hati yang keras, ia
lebih mudah melahirkan kebaikan dan lebih menjauhi daripada
kerusakan.
3. Metode Dakwah Al-Mujadalah Bil Lati Hiya Ahsan
Dari segi etimologi lafadz mujadalah diambil dari kata jadala
yang artinya memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf
jim yang mengikuti wazan faala menjadi jaadala dapat bermakna
berdebat. Berarti arti kata mujadalah mempunyai pengertian
perdebatan.
Kata jadala dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya
guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik
dengan ucapan untuk menyakinkan lawannya dengan menguatkan
pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan.
Dari segi istilah terdapat beberapa pengertian al-mujadalah
(al-hiwar). Al-Mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang
dilakukan oleh dua pihak secara sinergis tanpa adanya suasana
yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya.
Adapun secara terminologi, ada beberapa pengertian
diantaranya menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ikhya
25
Ulumuddin menegaskan agar orang-orang yang melakukan tukar
pikiran itu tidak beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan bagi
yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap bahwa para
peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang saling
tolong-menolong dalam mencapai kebenaran Dan menurut Sayyid
Muhammad Thantawi adalah suatu upaya bertujuan untuk
mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan
argumentasi dan bukti yang kuat
Adapun dalam tafsir An-Nasafi, kata mujadalah mengandung
arti berbantahan dengan jalan sebaik-baiknya antara lain dengan
perkataan yang lunak, lemah lembut, tidak dengan ucapan yang
kasar atau dengan mempergunakan sesuatu (perkataan) yang
bisa menyadarkan hati, membangun jiwa dan menerangi akal
pikiran. 38
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
disebut dengan mujadalah adalah merupakan tukar pendapat yang
dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan
permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang
diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.
Demikianlah pengetian tentang tiga prinsip metode tersebut . Selain
metode tersebut Nabi Muhammad SAW bersabda:
فبقل يستطع لم فإن فبلسانه، يستطع لم فإن بيده، ف لي غي ره منكرا رأىمنكم بهمن رواهمسلم–وذلكأضعفالإيمان
38
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 18
26
Artinya: “Siapa di antara kamu melihat kemungkaran ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisan, jika tidak mampu ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman” H.R Muslim Dari Hadist tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu:
1. Metode dengan tangan (bilyadi)
Tangan di sini bisa di fahami secara tekstual ini terkait dengan
bentuk kemunkaran yang dihadapi, tetapi juga tangan bisa difahami
dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan kekuasaan
sangat efektif bila di lakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah.
2. Metode dakwah dengan lisan (bilisan)
Maksudnya dengan kata-kata yang lemah lembut, yang difahami
oleh mad’u, bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan
hati.
3. Metode dakwah dengan hati (biqolb)
Yang dimaksud dengan metode dakwah dengan hati adalah
dalam berdakwah hati tetap tulus dan ikhlas , dan tetap mencintai
mad’u dengan tulus, apabila suatu saat mad’u atau objek dakwah
menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek
bahkan mungkin memusuhi dan membenci da’i atau muballigh,
maka hati da’i tetap sabar, tidak boleh membalas dengan
kebencian, tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan
ikhlas hati da’i hendaknya mendo’akan objek supaya mendapatkan
hidayah dari Allah SWT.
Apabila ditinjau dari sudut pandang yang lain, metode dakwah
dapat dilakukan pada berbagai metode yang lazim dilakukan dalam
27
pelaksanaan dakwah. Metode-metode dakwah tersebut adalah
sebagai berikut:
4. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu tehnik atau metode dakwah
yang banyak di warnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang
da’i atau muballig pada suatu aktivitas dakwah, ceramah dapat pula
bersifat kempanye, berceramah (rethorika), khutbah, sambutan,
mengajar dan sebagainya.
Metode ceramah juga merupakan suatu tehnik dakwah yang
banyak diwarnai oleh ciri-ciri karasteristik bicara oleh seseorang
da’i pada semua suatu aktivitas dakwah. Metode ini harus
diimbangi dengan kepandaian khusus tentang retorika, diskusi, dan
faktor-faktor lain yang membuat pendengar merasa simpatik
dengan ceramahnya.39
Istilah ceramah di zaman mutakhir ini sedang ramai-ramainya
dipergunakan instansi pemerintah ataupun swasta, organisasi
(jam’yah), baik melalui televisi, radio maupun ceramah secara
langsung. Pada sebagian orang yang menamakan ceramah-
ceramah ini dengan sebutan retorika dakwah, sehingga ada
retorika dakwah, retorika sambutan, peresmian dan sebagianya.
Metode ceramah sebagai salah satu metode atau tehnik
berdakwah tidak jarang dipergunakan oleh dai-dai ataupun para
utusan Allah dalam usaha menyampaikan risalahnya. Hal ini
39
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah. ( Jakarta: Amzah, 2009) h. 101
28
terbukti dalam ayat suci al-Qur’an didalam surat Thaha ayat 25 -28
bahwa Musa , bila hendak meenyampaikan misi dakwahnya dia
Berkata Musa : “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.”40
5. Metode Dakwah Bil-Qolam (Karya Tulis)
Metode ini termasuk dalam dakwah bil qalam (dakwah dengan
karya tulis). Tanpa tulisan, peradaban dunia akan lenyap dan
punah. Kita bisa memahami Al-Quran, Hadist, Fikih para imam
mazhab dari tulisan yang di publikasikan . Ada hal- hal yang
mempengaruhi efektifitas penulisan antara lain : tulisan ilmiah,
tulisan lepas, tulisan stiker, tulisan spanduk, tulisan sastra, tulisan
terjemah, tulisan cerita dan tulisan berita. Masing-masing bentuk
tulisan memiliki kelebihan dan kekurangan yang terkait dengan
penggunaannya. Dalam hal jurnal ilmiah, tulisan yang layak di muat
adalah tulisan ilmiyah. Kepada para remaja yang gaul, misalnya
kita bisa menyajikan tulisan pesan dakwah yang lepas, kalau kita
perlu mengikuti gaya gaul mereka: bahasa jenaka font tulisan non
formal, topik ringan dan tidak menghilangkan dakwah .41
40
Al-Jumanatul ‘Ali , Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( Bandung, CV PenerbitJ ART, 2004) h. 314
41 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Kencana, 2004) h. 374
29
Dalam metode karya tulis ini Rasulullah SAW juga
mempraktekkan dakwah lewat tulisan, yang telah ia terapkan
kepada raja-raja dan kaisar-kaisar, yakni dia berdakwah dengan
menggunakan media tulisan (dakwah tertulis).
Dengan didampingi oleh para sahabat yang berugas sebagai
juru tulis Nabi SAW, dia menyuruh menulis risalah-risalah dakwah
tersebut. Untuk menguatkan surat-surat yang di buat itu, Rasulullah
SAW menggunakan cincin stempel yang terbuat dari perak yang
terukir tiga baris kalimat yang berbunyi “Muhammadurasulullah”.
Rupanya telah menjadi kebiasaan admisnistrasi pada waktu itu,
bahwa surat-surat yang dikirimkan tidak akan dibaca oleh yang
menerimanya jika tidak di bubuhi dengan cap (stempel)
pengirimnya.
Metode karya tulis ini sudah dilakukan oleh Rasulululah SAW
sejak dahulu yang ditujukan kepada raja-raja seperti : Raja
Hiraqla.42Metode karya tulis merupakan buah dari keterampilan
tangan dalam menyampaikan pesan dakwah. Keterampilan tangan
ini tidak hanya melahirkan tulisan , tetapi juga gambar dan lukisan
yang mengandung misi dakwah.
6. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode yang dilakukan dengan
menggunakan tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana
ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai
42
Hamzah Ya’qub. Publistik Islam . (Bandung: Diponegoro 1986) h. 57-58
30
materi dakwah. Disamping itu, juga untuk merangsang perhatian
penerima dakwah.43
Metode tanya jawab sebagai suatu cara menyajikan dakwah
harus digunakan bersama-sama dengan metode lainnya, seperti
merode ceramah. Metode tanya jawab ini sifatnya membantu
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramahnya.
Tanya jawab sebagai salah satu metode cukup dipandang
efektif apabila ditempatkan dalam usaha dakwah, karena obejak
dakwah dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang belum di
kuasai mad’u sehingga terjadi hubungan timbal balik antara subjek
dakwah objek dakwah.
C. Suku Kajang
Suku Kajang atau yang biasa disebut sebagai masyarakat
Ammatoa adalah kelompok masyarakat lokal yang berdiam di Desa
Tana Towa, daerah Possi Tana dan wilayah Balagana, Kabupaten
Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Suku Kajang adalah salah satu
masyarakat lokal yang dinilai memiliki sistem kepercayaan yang unik,
meskipun sistem tersebut masih bersifat dualistis. Pada satu sisi,
mereka percaya pada monoteisme yang ditandai dengan kepercayaan
terhadap kekuatan tunggal yang disebut Tu Rie’ A’ra’na. Di sisi lain,
mereka juga percaya pada hal-hal yang bersifat politeisme yang
43
A. Kadir Munsyi, Metode Diskusi dalam Dakwah, (Surabaya : Al-Ikhlas , 1978) h. 31-32
Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai adanya sesuatu
yang berhubungan dengan pokok permasalahan diperlukan suatu
pedoman penelitian yang disebut metodologi penelitian yaitu cara
melukiskan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk
mencapai suatu tujuan.
Metodologi penelitian sebagai cara yang dipakai untuk mencari,
merumuskan dan menganalisa sampai menyusun laporan guna mencapai
satu tujuan. Untuk mencapai sasaran yang tepat dalam penelitian, penulis
menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah menggunakan penelitian lapangan (field
research) dengan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif ialah jenis
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau hitungan lainnya.46
Tujuan menggunakan jenis penelitian ini adalah untuk mempelajari
secara mendalam gambaran tentang Metode Komunikasi Dakwah di Suku
Kajang Desa Tana Towa Kec Kajang Kab.Bulukumba Sulawesi Selatan
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana suatu penelitian
dilaksanakan. Penelitian yang penulis lakukan ini mengambil lokasi di
46
Afrizal,Metode Penelitian Kualitatif : Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Cet. 3 ; Jakarta : Rajawali Pers, 2016), h. 12
34
Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kab Bulukumba Sulawesi Selatan.
Sebuah penelitian yang utuh harus memiliki objek penelitian yang konkret.
Penelitian yang dilakukan di Suku Kajang Desa Tana Towa Kec Kajang
Kab.Bulukumba Sulawesi Selatan, ini mengambil objek penelitian aparat
Tana Towa, tokoh masyarakat, serta tokoh agama yang masing-masing
akan dimintai keterangan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini.
C. Fokus Penelitian
1. Kehidupan sosial keberagaman khususnya untuk masyarakat Kajang
baik tua maupun muda baik kalangan bawah sampai yang
berpendidikan yang ada di Suku Kajang Desa Tana Towa Kec
Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.
2. Metode Komunikasi Dakwah untuk masyarakat terkhusus Suku
Kajang Desa Tana Towa Kec Kajang Kabupaten Bulukumba
Sulawesi Selatan.
3. Faktor pendukung dan penghambat Metode Komunikasi Dakwah
untuk Suku Kajang terkhusus Desa Tana Towa Kec Kajang
Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan prosedur yang terbagi ke dalam
beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :
1. Tahap Pendahuluan
a. Observasi awal ke lokasi penelitian.
35
b. Membuat desain proposal skripsi dan mengajukan desain proposal
skripsi kepada dosen pembimbing untuk diadakan koreksi.
c. Mengajukan desain proposal skripsi kepada jurusan sekaligus
minta persetujuan judul.
2. Tahap Persiapan
a. Mengadakan seminar desain proposal skripsi.
b. Penyusunan instrumen pengumpulan data.
c. Memohon surat perintah riset atau penelitian.
3. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan penelitian untuk menggali data di lapangan.
b. Melaksanakan pengumpulan data dengan melakukan
wawancara, observasi, dan penulisan dokumen-dokumen.
c. Mengolah dan melakukan analisis data hasil penelitian.
4. Tahap Penyusunan Laporan
a. Penyusunan hasil penelitian.
b. Berkonsultasi dengan dosen pembimbing tentang laporan yang
telah disusun untuk diadakan koreksi dan perbaikan hingga
disetujui.
c. Selanjutnya diperbanyak dan dibawa pada sidang munaqosah
skripsi di hadapan penguji.
E. Sumber Data
1. Data primer
Data primer, yaitu data yang di dapatkan langsung dari sumbernya,
baik melalui wawancara, dan observasi secara langsung. Penelitian ini
36
menggunakan istilah sosial situation atau situasi sosial sebagai obyek
yang terdiri dari tiga elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan
aktivitas (activity), yang berinteraksi secara sinergi.
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang mendukung data primer yang di
peroleh dari literatur, baik buku-buku, dokumen, foto, maupun referensi
yang terkait dengan penelitian.
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode-metode sebagai
berikut:
1. Observasi / Pengamatan
Yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena-
fenomena yang diselidiki. Metode ini digunakan secara langsung
mengamati terhadap situasi dan kondisi masyarakat .
2. Interviuew/Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang
diselidiki dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan
penyelidikan.47 Metode ini digunakan untuk memperoleh data dari pihak
yang diwawancarai.
Metode wawancara ini diterapkan kepada para ulama dan para
pemuka masyarakat yang mempunyai peran penting dalam aktivitas
dakwah. Selain itu, wawancara juga diterapkan kepada masyarakat,
47
Sutrisno Hadi ,Metodologi Research, ( Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h. 136 dan 193.
37
karena merupakan obyek dakwah yang tidak kalah pentingnya dengan
peran para da'i dan tokoh masyarakat dalam kaitannya dalam dakwah ini.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial, pada intinya metode ini
adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.48
Bahan-bahan yang dijadikan dokumentasi pada penelitian ini
berupa foto-foto pada saat berlangsungnya aktivitas dakwah, dan
berbagai hal yang berhubungan dengan aktivitas dakwah di Desa Tana
Towa Kec Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan
diantaranya sebagai berikut:
a. Koleksi data, yaitu mengumpulkan data yang diperlukan dalam
penelitian.
b. Editing data, yaitu melakukan penyempurnaan terhadap data yang
masih kurang guna memperoleh data yang jelas dan relevan
dengan keperluan penelitian.
c. Klasifikasi data, yaitu melakukan pengelompokkan data sesuai
dengan tema sehingga memudahkan untuk penyajian data.
48
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, ( cet. 2 ; Jakarta : Kencana, 2008), h. 121
38
2. Analisa Data
Analisa data adalah proses mengolah, memudahkan,
mengelompokkan, dan memasukkan sejumlah data yang di kumpulkan di
lapangan secara empiris menjadi sebuah kumpulan informasi ilmiah yang
terstruktur dan sistematis yang selanjutnya siap dikemas menjadi laporan
hasil penelitian.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa
metode analisis data, yaitu dengan menggunakan metode yang bersifat
kualitatif. Sehingga dengan menggunakan metode tersebut data yang
terkumpul dapat terarah dan terlaksana dengan baik dalam
pengolahannya.
Adapun data yang dimaksud adalah hasil wawancara atau interview
dari beberapa informan yang berupa pendapat, teori gagasan atau data
kepustakaan yang akan dianalisa. Sedangkan metode analisa data yang
bersifat kualitatif tersebut dengan menggunakan beberapa metode
sebagai berikut :
Data yang terkumpul disajikan secara deskriptif kualitatif,
selanjutnya dianalisis menggunakan teknik analisa data yaitu tahap
reduksi data dimana semua informasi yang didapat dikumpulkan dan
kemudian dilakukan pengelompokkan dan kemudian dilakukan
penyederhanaan data.Tahap penyajian data, dimana data yang
dikelompokkan tadi kemudian dideskripsikan dalam bentuk kata-kata agar
data dapat dibaca dan ditarik kesimpulan menjadi data yang bersifat
khusus.Kemudian tahap penarikan kesimpulan, pada tahap ini data yang
39
sudah dideskripsikan kemudian disimpulkan sehingga diperoleh jawaban
dari permasalahan dalam penelitian ini.49
49
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, h. 135
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Tana Towa Kec. Kajang
1. Keadaan Geografis Desa Tana Towa Kec. Kajang
Letak geografis Desa Tana Towa antara 5020’ LS dan 120022’ BT.
Desa Tana Towa merupakan salah satu dari sembilan belas
desa/kelurahan di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba Sulawesi
Selatan. Kecamatan Kajang memiliki luas wilayah 129,06 km terpilah ke
dalam dua kelurahan yakni kelurahan Tana Jaya yang juga sebagai
ibukota kecamatan dan kelurahan Laikang, serta tujuh belas desa (Bonto