I. Pendahuluan Geomagnet adalah salah satu metode Geofisika, metode ini adalah bersifat spontan karena dapat mendeteksi benda-benda magnetik di bawah tanah tidak langsung di dalam tanah melainkan hanya melakukan pengukuran di atas permukaan. Untuk melakukan penyelidikan atau eksplorasi diharapkan dapat : a. Memahami prinsip kerja alat ukur magnetic ( yaitu G – 816 ) b. Mengerti cara pengambilan data geomagnetik dan pengolahannya c. Memperkirakan secara kualitatif dari benda-benda penyebab anomali. Supaya penampilan dari pengolahan data lebih baik digunakan cara pengolahan data dengan program Rock Work, sedangkan cara untuk interpretasi biasanya hanya kualitatif, dimana harus memahami terlebih dahulu tentang peta IGRF (International Geomagnetic Reference Field). Dalam IGRF ini disajikan 3 peta kontur yang berlaku secara International dan khusus Indonesia dibuat oleh PUSLITBANG Geologi Bandung, Yang masing – masing adalah : 1. Peta kontur Intensitas magnetic total ( Jogja + 45.600 ) 2. Peta Kontur Inklinasi ( Indonesia – 4 s/d – 35 o ) 3. Peta kontur Deklinasi ( Indonesia hampir 0 o ) Berdasarkan peta (Intensitas magnetik total), Jika hasil pengukuran geomagnet menunjuk-kan penyimpangan terhadap harga intensitas magnetic total berarti ada anomali, dan harga 1
Metode GEOMAGNET Metoda Geomagnet adalah salah satu metoda di geofisika yang memanfaatkan sifat kemagnetan bumi. Menggunakan metoda ini diperoleh kontur yang menggambarkan distribusi susceptibility batuan di bawah permukaan pada arah horizontal. Dari nilai susceptibility selanjutnya dapat dilokalisir / dipisahkan batuan yang mengandung sifat kemagnetan dan yang tidak. Mengingat survey ini hanya bagus untuk pemodelan kearah horizontal, maka untuk mengetahui informasi kedalamannya diperlukan metoda Resistivity 2D. Jadi, survey geomagnet diterapkan untuk daerah yang luas, dengan tujuan untuk mencari daerah prospek. Setelah diperoleh daerah yang prospek selanjutnya dilakukan survey Resistivity 2D.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. Pendahuluan
Geomagnet adalah salah satu metode Geofisika, metode ini adalah bersifat spontan karena
dapat mendeteksi benda-benda magnetik di bawah tanah tidak langsung di dalam tanah
melainkan hanya melakukan pengukuran di atas permukaan. Untuk melakukan penyelidikan
atau eksplorasi diharapkan dapat :
a. Memahami prinsip kerja alat ukur magnetic ( yaitu G – 816 )
b. Mengerti cara pengambilan data geomagnetik dan pengolahannya
c. Memperkirakan secara kualitatif dari benda-benda penyebab anomali.
Supaya penampilan dari pengolahan data lebih baik digunakan cara pengolahan data
dengan program Rock Work, sedangkan cara untuk interpretasi biasanya hanya kualitatif,
dimana harus memahami terlebih dahulu tentang peta IGRF (International Geomagnetic
Reference Field). Dalam IGRF ini disajikan 3 peta kontur yang berlaku secara International
dan khusus Indonesia dibuat oleh PUSLITBANG Geologi Bandung, Yang masing – masing
adalah : 1. Peta kontur Intensitas magnetic total ( Jogja + 45.600 )
Berdasarkan peta (Intensitas magnetik total), Jika hasil pengukuran geomagnet menunjuk-
kan penyimpangan terhadap harga intensitas magnetic total berarti ada anomali, dan harga
anomali berdasarkan peta inklinasi dan deklinasi adalah positif di Utara dan negatif di Selatan
Jadi dalam tulisan ini akan dibahas tentang bagaimana memperoleh harga T ( Anomali
magnetik yang telah dikoreksi) kemudian cara penggambaran dengan menggunakan program,
dan akhirnya metoda interpretasi yang digunakan, yaitu apabila ada anomaly positif di Utara
dan anomali negatif di Selatan berarti ada benda magnetik dibawahnya.
II. Latar belakang teori
Untuk membahas latar belakang teori medan magnet bumi, perlu didefinisikan pengertian
medan, yaitu suatu besaran fisika yang mempunyai nilai ditiap titik dalam ruang. Jadi pada
pengukuran medan magnet ini akan dipengaruhi oleh 3 medan magnet yaitu : Medan magnet
Utama, medan magnet luar dan Anomali Magnetik Lokal.
2.1 Medan magnet Utama
Medan magnet utama ini berasal dari bumi sendiri, dimana masing-masing elemen
magnetiknya dapat digambarkan sebagai berikut :
1LX
Keterangan Gambar -1
H = Vektor medan magnet
L = Utara magnetic ( Horizontal)
X = Utara Geografi
Y = Timur geografi
Z = Komponen vertikal magnet bumi
D = Sudut deklinasi ( Indonesia ~o)
In = Sudut inklinasi ( Ind. : - 4 sd – 350)
2.2 Medan magnet Luar
Penyebab dari medan magnet luar ini ada hubungannya dengan aliran listrik, yang terjadi
pada lapisan yang terionisasi diatmosfer bagian luar. Mialnya : badai magnet, terjadi setiap saat
yang dapat menimbulkan amplitude sebesar 1000 atau lebih, kadang-kadang setiap 27 hari
tergantung pada peristiwa dimatahari.
2.3 Anomali magnetik lokal
Bila bumi tersusun dari bahan yang mempunyai kemagnetan homogen dan berbentuk
bundar, maka garis-garis gaya kemagnetan akan melintas secara ideal dari satu kutub magnet
kekutub magnet yang lain.
Akan tetapi bentuk bumi tidak bundar, mengalami pemipihan pada kedua kutubnya.
Disamping itu susunan bahannya pun tidak homogen, kenyataan ini mengakibatkan perubahan-
perubahan pada garis gaya kemagnetan, perubahan ini berupa penyimpangan-penyimpangan
yang dengan mudah dapat diamati di permukaan bumi dan selanjutnya penyimpangan ini
disebut Anomali Geomagnet.
Penyebab utama penyimpangan medan magnet utama yang menghasilkan anomali
magnetik lokal ini ialah karena perbedaan komposisi mineral yang bersifat magnetik atau
benda magnetik lainnya yang berada di dekat permukaan.
Untuk hasil pengukuran yang memberikan harga lebih besar atau lebih kecil dari T tersebut
yang dinamakan anomali dan nilai dari anomali ini tampak jelas setelah dilakukan
konturing( dibuat konturnya ), sehingga ada klosur yang membentuk puncak (Positif) dan
klosur yang berbentuk lembah ( negatif) antara puncak positif dan negatif ini terdapat benda
penyebab anomali magnetik lokal.
III. Pelaksanaan Lapangan
2
Z
H
Y
3.1 Lokasi Penyelidikan
Lokasi penyelidikan akan dilakukan kemudian
3.2 Prosedur Lapangan Geomagnet
a. Ambil suatu titik acuan, dimana bukan merupakan daerah pengukuran kemudian diukur
intensitas magnetiknya beberapa kali di titik itu. Pengukuran tersebut tidak boleh lebih
dari 3 gamma dan hasilnya dirata-ratakan . Itulah harga intensitas di BS (Base station)
b. Berikan tanda pada daerah yang akan diukur medan magnetnya, baik dengan patok
maupun dengan tali.
c. Buatlah traverse yang mengarah U – S dengan jarak 2 meter, atau disesuaikan.Misalkan
daerah pengukurannya sebagai berikut.
Gambar-2 Pengambilan data dengan cara Grid
d. Koreksi variasi harian selama pengukuran diperoleh dengan mengukur intensitas titik
acuan (BS) beberapa kali (Dilakukan setiap pindah traverse)
Adapun tahapan dalam membuat grafik koreksi varian adalah sebagai berikut :
1) Menghitung beda antara nilai BS awal sebagai titik acuan dengan BS berikutnya setelah dilakukan setiap pengukuran satu traverse
2) Memplot harga hasil pengukuran tersebut kedalam kertas millimeter untuk mengetahui masing masing koreksi variasi harian yang dilakukan dengan cara drift ( cara apungan, artinya titik awal dan akhir dianggap garis lurus)
3
A B C D E1
4
3
2
5
6
7U
* BS (Base Station)
Contoh hasil pengukuran T ( Intensitas magnetic total ) di BS sebagai berikut :
No Waktu Pembacaan () dari alat Rata-rata ()
1 17.01 45.578;579;578 45.578
2 17.07 45.577;579;578;578 45.578
3 17.13 45.580;580;581;580 45.580
4 17.19 45.580;581;580;580 45.580
5 17.25 45.578;578;579;578 45.578
6 17.34 45.576;576;576;575 45.576
7 17.38 45.578;578;578;578 45.578l
Gambar grafik koreksi varian harian
45575455764557745578455794558045581
17.01 17.11 17.21 17.31
waktu
pe
ng
uku
ran
Gambar-3 Grafik koreksi variasi harian
3) Setelah dikoreksi dengan koreksi variasi harian dan drift maka diperoleh harga
Tobservasi disetiap titik grid, harga Tobservasi tersebut kemudian dikurangi dengan harga
T IGRF sehingga diperoleh harga anomali Geomagnet (T) :
Rumus untuk menghitung Anomali geomagnet (T) adalah sbb.:
T = T Obs -T vh – TIGRF
Dimana :
TObs = Data Pengamatan (Observasi) Intensitas Magnetik total (T) pada titik pengukuran yang biasanya dalam bentuk grid.
Tvh = Koreksi Variasi harian dari harga pengamatan T tersebut yang dilakukan di BS. ( Base Station )
TIGRF = Intensitas Magnetik total dari IGRF yang diperkirakan dari peta kontur Intensitas magnetik total untuk Indonesia dan harganya ditentukan di lapangan sebagai BS.
4
3.3 Penggambaran Anomali dengan ROCKWORKS 99
3.3.3. Pembuatan Penampang
.
5
6
3.4.3. Pembuatan penampang
7
Jarak Jarak
T ()
4. Interpretasi
Tujuan interpretasi disini adalah memperkirakan benda penyebab anomali magnetik
yang terjadi di daerah pengukuran, dimana praktikan akan diarahkan untuk mengukur di daerah
yang mengandung benda magnetik.
Namun sebelum membahas prosedur interpretasi dan hasil-hasilnya terlebih dahulu
akan dibahas mengenai dasar-dasar interpretasi yang digunakan dalam pengukuran Geomagnit,
dimana beberapa factor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut :
a. Kondisi geografis, dimana dalam medan geomagnet pada setiap sudut inklinasi
yang berbeda akan menghasilkan profil anomali berbeda pula. Secara umum sudut
inklinasi di sekitar equator 0 dan semakin membesar kearah kutub sampai 900.
Khususnya untuk Indonesia di sekitar Yogya ( I = - 350, D~00 ), Gambar 7, yaitu :
“ Pada penampang Utara Selatan, tubuh magnetik akan menimbulkan anomali
positif di Utara dan anomali negatif yang berukuran sedikit lebih kecil di Selatan ”
(Suranto, 1987)
b. Kedalaman dari benda penyebab anomali, karena untuk benda magnetic yang sama
tetapi letaknya lebih dalam atau lebih dangkal akan menghasilkan profil anomali
magnetic yang berbeda. Untuk penentuan kedalaman ini bias digunakan aturan