Top Banner
11 BAB II METODE DEMONSTRASI PARTISIPATIF DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN LUKIS KERUDUNG A. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demonstrasi Partisipatif Muhibbin Syah (1995:5) dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru menyebutkan mengenai pengertian Metode secara harfiah berarti cara dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan atau cara-cara melakukan kegiatan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dan menurut Muzayyin Arifin dalam Muhibin Syah(1995:5), Pengertian metode adalah cara, bukan langkah atau prosedur. Kata prosedur lebih bersifat teknis administratif atau taksonomis. Seolah-olah mendidik atau mengajar hanya diartikan cara mengandung implikasi mempengaruhi. Maka saling ketergantungan antara pendidik dan anak didik di dalam proses kebersamaan menuju kearah tujuan tertentu. Sedangkan pengertian metode demonstrasi menurut Muhibbin Syah adalah Metode mengajar
30

metode demonstrasi partisipatif

Mar 06, 2023

Download

Documents

Gunawan Henawi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: metode demonstrasi partisipatif

11

BAB II

METODE DEMONSTRASI PARTISIPATIF DALAM

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN LUKIS KERUDUNG

A. Metode Demonstrasi

1. Pengertian Metode Demonstrasi Partisipatif

Muhibbin Syah (1995:5) dalam bukunya

Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru

menyebutkan mengenai pengertian Metode secara

harfiah berarti cara dalam pemakaian yang umum,

metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu

kegiatan atau cara-cara melakukan kegiatan

dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep

secara sistematis.

Dan menurut Muzayyin Arifin dalam Muhibin

Syah(1995:5), Pengertian metode adalah cara,

bukan langkah atau prosedur. Kata prosedur

lebih bersifat teknis administratif atau

taksonomis. Seolah-olah mendidik atau mengajar

hanya diartikan cara mengandung implikasi

mempengaruhi. Maka saling ketergantungan antara

pendidik dan anak didik di dalam proses

kebersamaan menuju kearah tujuan tertentu.

Sedangkan pengertian metode demonstrasi

menurut Muhibbin Syah adalah Metode mengajar

Page 2: metode demonstrasi partisipatif

12

dengan cara memperagakan barang, kejadian,

aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik

secara langsung maupun melalui penggunaan media

pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan

atau materi yang sedang disajikan.

Dalam kamus Inggris-Indonesia, demonstrasi

yaitu mempertunjuk-kan atau mempertontonkan.

Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang

menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu

pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana

melakukan sesuatu kepada peserta didik. Dengan

menggunakan metode demonstrasi, guru atau siswa

memperlihatkan kepada seluruh anggota kelas

mengenai suatu proses. Menurut Aminuddin Rasyad

dalam Muhibin Syah (2003:17) , Metode

demonstrasi adalah cara pembelajaran dengan

meragakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan

sesuatu di hadapan murid di kelas atau di luar

kelas.

 Chikuni (2003) dalamIlline (2013:50)

membagi metode demonstrasi menjadi dua jenis

yaitu: step by step demonstration dan whole process

demonstration. Dalam metode step by step demonstration,

guru menjelaskan satu per satu proses yang

sedang berlangsung. Sedangkan whole process

demonstration, guru melakukan demonstrasi secara

Page 3: metode demonstrasi partisipatif

13

keseluruhan baru kemudian menjelaskannya di

akhir peragaan.

Tshering (2013) menyebutkan bahwa terdapat

tiga jenis atau tipe metode demonstrasi yaitu:

a. Pure demonstration(only teacher will demonstrate

and the learner are the mere spectator)

b. Demonstration with commentary(teacher will

demonstrate and the learner will ask question)

c. Participative demonstration(both learner and teacher

are involved)

Kegiatan partisipatif muncul akibat

penggunaan strategi pembelajaran partisipatif.

Kegiatan pembelajaran partisipatif dapat

diartikan sebagai upaya pendidik untuk

mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran. Dengan demikian kegiatan

partisipatif mengandung arti ikut sertanya

peserta didik di dalam pembelajaran

partisipatif. Keikutsertaan peserta didik itu

diwujudkan dalam tiga tahapan kegiatan

pembelajaran yaitu: perencanaan, pelaksanaan

program, penilaian kegiatan pembelaajaran.

Djuju Sudjana (2005:51) menyatakan bahwa

proses pembelajaran partisipatif adalah

interaksi antara masukan sarana, terutama

pendidik dengan masukan mentah yaitu peserta

Page 4: metode demonstrasi partisipatif

14

didik. Pihak pendidik berperan untuk membantu

peserta didik melakukan belajar yang berdaya

guna dan berhasil guna. Dengan demikian guru

dalam kegiatan belajar mengajar berperan

sebagai fasilitator yang mendampingi siswa

dalam menentukan tujuan belajar, proses belajar

juga evaluasi pembelajaran. Pembelajaran

partisipatif merupakan proses kegiatan belajar

mengajar yang subjek didiknya terlibat secara

intelektual dan emosional sehingga subjek

didiknya betul betul berperan aktif dalam

kegiatan bejalar- mengajar (Redjin, M

(1989:10), dalam Sihombing (2006:24).

Metode yang dapat digunakan dalam

pembelajaran partisipatif dibagi dalam tiga

kategori yaitu metode pembelajaran kelompok,

metode pembelajaran individual dan metode

pembangunan masyarakat(Knowles, 1997:133 dalam

sudjana (2005:14)

Demonstrasi partisipatif adalah metode

demonstrasi yang dilakukan dengan melibatkan

siswa secara aktif dalam proses perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasinya.

Penggunaan metode demonstrasi partisipatif

bertujuan untuk menciptakan siswa yang secara

Page 5: metode demonstrasi partisipatif

15

aktif berkontribusi dan berpartisipasi dalam

pembelajaran yang akan dilakukan.

Proses perencanaan kegiatan belajar dapat

ditetapkan bersama antara guru dan siswa

sehingga siswa mengetahui target apa saja yang

hendak dicapai setelah pelajaran dilaksanakan.

Begitupula pada proses pelaksanaan

pembelajaran, siswa diharapkan aktif dalam

melakukan kegiatan pembelajaran yang

didemonstrasikan oleh guru sehingga

pembelajaran akan semakin berkesan dan berarti

bagi siswa.

Setelah kegiatan belajar selesai, siswa dan

guru bersama sama mekalukan evaluasi terhadap

hasil belajar yang telah dilaksanakan. Peran

guru dalam kegiatan belajar adalah sebagai

fasilitator bagi siswa untuk mencapai tujuan

belajar yang telah ditetapkan bersama.

2. Langkah-langkah Dalam Mengaplikasikan Metode

Demonstrasi

Untuk melaksanakan metode demonstrasi yang

baik atau efektif, ada beberapa langkah yang

harus dipahami dan digunakan oleh guru, yang

terdiri dari .perencanaan, uji coba dan

pelaksanaan oleh guru lalu diikuti oleh siswa

Page 6: metode demonstrasi partisipatif

16

dan diakhiri dengan adanya evaluasi. Adapun

langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau

keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh

siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan.

2) Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh,

apakah metode itu wajar dipergunakan, dan

apakah ia merupakan metode yang paling

efektif untuk mencapai tujuan yang

dirumuskan.

3) Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi

itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah

dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan

demonstrasi tidak gagal.

4) Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan

demonstrasi dengan jelas.

5) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah

yang akan dilaksanakan,

6) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah

tersedia waktu untuk memberi kesempatan

kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan

dan komentar selama dan sesudah demonstrasi.

7) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan

siswa.

Page 7: metode demonstrasi partisipatif

17

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Dalam Proses Belajar Mengajar

Penggunaan metode demonstrasi dalam proses

belajar-mengajar memiliki arti penting. Menurut

Muhibin Syah (1995: 209), Banyak keuntungan

psikologis-pedagogis yang dapat diraih dengan

menggunakan metode demonstrasi, antara lain:

1) Perhatian siswa lebih dipusatkan.

2) Proses belajar siswa lebih terarah pada

materi yang sedang dipelajari.

3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil

pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.

Kekurangan metode demonstrasi :

1) Dalam pelaksanaannya, metode demonstrasi

memerlukan waktu dan persiapan yang matang,

sehingga memerlukan waktu yang banyak.

2) Demonstrasi dalam pelaksanaannya banyak

menyita biaya dan tenaga (jika memakai alat

yang mahal).

3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di

dalam kelas.

4) Metode demonstrasi menjadi tidak efektif jika

siswa tidak turut aktif dan suasana gaduh.

B. Keterampilan Lukis Kerudung

Page 8: metode demonstrasi partisipatif

18

Menurut Depdiknas (2003), keterampilan adalah

mata pelajaran yang berisi kemampuan konseptual,

apresiatif dan kreatif produktif dalam

menghasilkan benda bentuk kerajinan dan atau

produk teknologi yangmemberikan penekanan pada

penciptaan benda-benda fungsional dari karya

kerajinan, karya teknologi sederhana, yang

bertumpu pada keterampilan tangan.

Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua

dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi

untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa

berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan,

dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap

sebagai media lukisan.

Ada beberapa pengertian dari pakar yang dapat

di jadikan sebagai bahan referensi mengenai

pengertian seni lukis, diantaranya adalah :

1. B. S. Mayers dalam Sahman,Humar (1993:22)

menyimpulkannya bahwa

Seni lukis adalah membubuhkan cat (yangkental maupun yang cair) di atas permukaanyang datar, yang ketebalannya tidak ikutdiperhitungkan, sehingga karya itu seringdisebuat karya dua dimensi. Berbagaikonfigurasi (kesan) yang diperoleh daripembubuhan cat itu diharapkan dapatmengekspresikan berbagai makna atau nilaisubyektif.

Page 9: metode demonstrasi partisipatif

19

2. Yuliman,S (2001:7) memberikan gambaran dengan

menyimpulkan bahwa

Pengertian seni lukis adalah prosesmelahirkan pikiran, gagasan atau angan-angan ke dalam gubahan rupa yang indah atauyang memuskan penglihatan. Gubahan itudibuat dengan mencoretkan garis danmengoleskan warna, atau dengan mengukir,dikerjakan dengan alat yang digenggam ataudijepit di antara dua jari. Namun di zamansekarang, telah terjadi pemisahan tegasantara pengertian mengukir dan pengertianmelukis

3. Kartika,S(2004;5) menyatakan bahwa

Seni lukis merupakan ungkapan pengalamanestetik seseorang (seniman) yang dituangkandalam bidang dua dimensi (dua matra),dengan menggunakan medium rupa, yaitugaris, warna, tekstur, bangun (shape), dansebagainya. Medium rupa sendiri dapatdijangkau melalui berbagai macam jenismeterial, seperti tinta, cat/pigmen, danberbagai aplikasi yang memberi kemungkinanuntuk mewujudkan medium rupa.

Seni lukis adalah salah satu kesenian yang

mengacu pada bentuk visual, yang merupakan susunan

atau komposisi dari unsur-unsur atau elemen-eleman

rupa yaitu, garis, warna, tekstur, bangun (shape).

Unsur-unsur inilah yang membangun tanda-tanda

visual dalam seni lukis.

Garis yang merupakan dua titik yang

dihubungkan, dalam dunia seni lukis sering

Page 10: metode demonstrasi partisipatif

20

dihadirkan bukan saja sebagai garis tetapi

terkadang garis dihadirkan sebagai simbol emosi

yang diungkapkan lewat garis, atau lebih tepat

disebut goresan. Goresan atau garis yang dibuat

oleh seorang seniman akan memberikan kesan

psikologis yang berbeda pada tiap garis yang

dihadirkan.

Seni melukis kain sebenarnya hampir mirip

dengan seni melukis di kanvas. perbedaannya yaitu

kain yang dipakai bukan hanya kain kanvas namun

kain biasa yang dipergunakan sehari-hari. pada

prinsipnya seluruh tipe kain bisa dilukis mulai

berbahan kaos, jins, rayon sampai sutra.

Biasanya untuk melukis diatas kain, digunakan

kuas dan opel atau pamidangan, kemudian kain yang

akan dilukis diberi gambar pola sebelum dilukis.

Untuk mensederhanakan proses tersebut, peneliti

hendak menggunakan tehnik lukis kain yang lebih

sederhana dengan menggunakan canting atau plastik

segitiga yang diisi cat sablon untuk melukis

secara langsung diatas kain yang polos tanpa

dipola terlebih dahulu. Agar cat sablon tidak

tembus dan meluber ke bagian belakang kain,

digunakan alas untuk menahannya. Alas tersebut

bisa berupa busa tipis atau polifoam. Agar posisi

Page 11: metode demonstrasi partisipatif

21

kain yang dilukis tidak berubah, kuatkan kain

dengan menggunakan jarum pentul diatas polifoam.

Perbedaan lain dengan seni melukis di kanvas

yaitu cat yang dipakai. bila melukis kanvas

menggunakan bahan cat minyak atau cat akrilik,

melukis kain menggunakan cat spesial untuk bahan

tekstil. Walau terkadang cat akrilik bisa dipakai

untuk melukis kain.

Sebelum memulai kegiatan melukis kain ada

beberapa hal yang harus dipersiapkan yaitu:

1. Alat yang digunakan, yaitu;

a. Jarum pentul

b. Polifoam berukuran satu meter kali satu meter

yang dipotong diagonal

c. Plastik segitiga

2. Bahan yang digunakan, yaitu;

a. Kain, dalam hal ini kerudung paris dengan

warna yang bisa dipilih sesuai keinginan

b. Cat sablon. Untuk menghemat biaya, kita dapat

menggunakan 3 warna dasar untuk membuat

bermacam macam warna lain dengan tehnik

mencampur warna. Warna dasar yang dimaksud

adalah warna biru, kuning dan merah. Untuk

mendapat warna ungu, kita dapat mencampurkan

warna biru dengan warna merah. Untuk

mendapatkan gradasi warna, kita dapat

Page 12: metode demonstrasi partisipatif

22

mencampur warna ungu dan pasta sablon putih

(tw) dengan perbandingan yang berbeda beda

sehingga dihasilkan gradasi warna yang

diinginkan. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat melalui lingkaran warna berikut ini:

c. Pasta sablon putih atau bisa dipilih pasta

sablon tanpa warna agar warna cat sablon yang

digunakan lebih cerah.

3. Langkah langkah pembuatan kerudung lukis. Untuk

membuat kerudung lukis dapat dijelaskan melalui

tiga tahap yaitu:

a. Tahap persiapan, yaitu

1) Memilih bahan, maksudnya adalah memilih

warna kerudung yang akan dilukis dan

disesuaikan dengan warna cat yang

digunakan. Misalnya untuk kerudung paris

berwarna ungu tua, dapat dipilih warna

Page 13: metode demonstrasi partisipatif

23

pink muda dan putih untuk bunga dan hijau

muda untuk batang dan daunnya.

2) Membuat plastik segitiga yang diisi cat

sablon dengan warna sesuai kebutuhan.

3) Memasangkan kerudung diatas alas polifoam.

Caranya dengan membentangkan kerudung

diatas polifoam kemudian dikuatkan

menggunakan jarum pentul agar posisi

kerudung tidak berubah.

b. Tahap pelaksanaan. Pola lukisan diatas

kerudung dapat digambarkan sebagai berikut:

Kerudung yang lukis hanya dua sisi saja

yang sudutnya berdekatan. Perlu diketahui,

kerudung paris yang diguanakan berbebtuk

persegi. Cara pemakaian kerudung tersebut

adalah dengan melipat kerudung menjadi dua

pada arah diagonalnya. Dengan demikian,

lukisan yang digambar pada kerudung hanya

pada dua sisi saja, dan bagian belakang

Page 14: metode demonstrasi partisipatif

24

kerudung dapat diberi lukisan rumpun bunga

yang lebih besar dibandingkan bagian

sisinya untuk lebih menonjolkan hiasan.

Akan lebih baik jika pada bagian atas

kerudung yang nantinya berada di posisi

atas kening juga diberi lukisan yang sama

dengan lukisan pada sisi kerudung hal ini

akan memberi kesan seperti pemakai kerudung

tersebut sedang memakai bando. Untuk lebih

jelsanya, langkah langkah dalam meluki

kerudung akan dipaparkan sebagai berikut:

1) Membuat batang tanaman pada satu sisi

kerudung.

Page 15: metode demonstrasi partisipatif

25

Batang dilukis di sepanjang sisi

kerudung kira kira beri jarak 3 cm dari

masing masing ujung kerudung ( bawah, atas

dan samping). Batang tumbuhan biasanya

berwarna hijau. Namun jika ingin

berkreasi, dapat menggunakan warna lain

yang sesuai.

2) Membuat daun disekeliling batang tumbuhan

yang telah dilukis sebelumnya.

Page 16: metode demonstrasi partisipatif

26

Aturlah jarang antar daun hingga tidak

terlalu berdekatan ataupun berjauhan. Jika

dibutuhkan, warna daun dapat dilukis

menggunakan dua warna, misalnya warna

hijau botol dan hijau muda. Untuk lebih

jelasnya, cara melukis daun yaitu:

Diatara sela daun kita akan melukis

bunga. Selain dengan bentuk daun diatas,

dapat juga divariasikan bentuk daun yang

lain seperti:

Page 17: metode demonstrasi partisipatif

27

3) Membuat bunga di sekitar batang dan daun

yang telah dilukis sebelumnya. Bentuk

bunga yang paling sederhana adalah bunga

dengan lima buah mahkota dan satu putik

yang dilukis menggunakan bentuk titik

saja.

Page 18: metode demonstrasi partisipatif

28

Bentuk bunga lain yang sederhana

adalah bunga aster. Yaitu terdiri dari

delapan buah mahkota dan satu putik.

Makhota bunga dapat dilukis menggunakan

dua warna agar lebih menarik.

Lukislah buga berselang seling daun di

sekitar batang tanaman yang telah dilukis

sebelumnya. Pada kesempatan kali ini,

bunga yang dilukis adalah bunga aster.

Page 19: metode demonstrasi partisipatif

29

Agar lukisan lebih menarik, jenis

bunga yang dilukis dapat divariasikan atau

digabungkan dua jenis bunga dengan warna

yang disesuaikan.

Aturlah agar jarak antar bunga tidak

terlalu berjauhan. Akan lebih baik jika

posisi bunga dilukis di sisi kanan dan

kiri batang tanaman agar terlihat lebih

berwarna.

Page 20: metode demonstrasi partisipatif

30

4) Lakukan hal yang sama pada sisi kerudung

yang satunya lagi.

5) Lukislah rumpun bunga disudut kerudung

pada pertemuan antara ujung dua buah

batang yang telah selesai dilukis.

c. Tahap penyelesaian. Setelah kerudung selesai

dilukis, diamkan kerudung sampai cat sablon

benar benar kering. Kering sentuh biasanya

selama 30 menit diangin anginkan, namun agar

cat lebih kering, angin anginkan kerudung

Page 21: metode demonstrasi partisipatif

31

pada posisi tidak terlipat selama satu jam

lebih. Untuk mengecek kering atau belumnya

cat sablon, tempelkan tangan diatas lukisan

namun jagan diseret. Jika masih basah, sisa

cat akan terlihat diatas tangan.

C. Konsep Dasar Ketunarunguan

1. Pengertian Anak Tunarungu

Somad dan Hernawati (1995:27)

mengemukakan bahwa :

pengertian tunarungu adalah seseorangyang mengalami kekurangan atau kehilangankemampuan mendengar baik sebagian atauseluruhnya yang diakibatkan karena tidakberfungsinya sebagian atau seluruh alatpendengarannya, sehingga ia tidak dapatmenggunakan alat pendengarannya dalamkehidupan sehari-hari yang membawa dampakterhadap kehidupannya secara kompleks.

Dengan hilangnya kemampuan mendengar,

menyebabkan sulitnyapenyandang tunarungu

memperoleh informasi melalui pendengarannya.

2. Klasifikasi Tunarungu

Page 22: metode demonstrasi partisipatif

32

Untuk keperluan layanan pendidikan

khusus, para ahli berpendapat klasifikasi

mutlak diperlukan. Hal ini sangat menentukan

dalam pemilihan alat bantumendengar yang

sesuai dengan sisa pendengarannya dan

menunjangpembelajaran yang efektif. Dengan

menentukan tingkat kehilanganpendengaran dan

pemilihan alat bantu dengar serta layanan

khusus yangtepat, akan menghasilkan

akselerasi secara optimal dalam

mempersepsibunyi bahasa dan wicara.

Klasifikasi ketunarunguan sangat

bervariasi menurut Boothroyd dalam

Pusat,Menang (2012:7);

Kelompok I: Kehilangan 15-30 dB, mild

hearing losses atau ketunarunguan ringan;daya

tangkap terhadap suara cakapan manusia

normal.

Kelompok II: Kehilangan 31-60 dB, moderate

hearing losses atau ketunarunguanatau

ketunarunguan sedang; daya tangkap

terhadap suara percakapanmanusia hanya

sebagaian.

Kelompok III: Kehilangan 61-90 dB: severe

hearing losses atau ketunarunguan berat;daya

Page 23: metode demonstrasi partisipatif

33

tangkap terhadap suara cakapan manusia

tidak ada.

Kelompok IV: Kehilangan 91-120 dB: profound

hearing losses atau ketunarunguansangat berat;

daya tangkap terhadap suara percakapan

manusia tidakada sama sekali.

KelompokV : Kehilangan lebih dari 120 dB:

total hearing losses atau ketunarunguantotal;

daya tangkap terhadap suara cakapan

manusia tidak adasama sekali.

Selanjutnya Uden dalam Murni Winarsih

(2007:26) membagi klasifikasi ketunarunguan

menjadi tiga, yakni berdasar saat terjadinya

ketunarunguan, berdasarkan tempat kerusakan

pada organ pendengarannya, dan berdasar pada

taraf penguasaan bahasa.

a. Berdasarkan sifat terjadinya

1) Ketunarunguan bawaan, artinya

ketika lahir anak sudah

mengalami/menyandang tunarungu dan

indera pendengarannya sudah tidak

berfungsi lagi.

2) Ketunarunguan setelah lahir,

artinya terjadinya tunarungu

setelah anak lahir diakibatkan oleh

kecelakaan atau suatu penyakit.

Page 24: metode demonstrasi partisipatif

34

b. Berdasarkan tempat kerusakan

1) Kerusakan pada bagian telinga luar

dan tengah, sehingga menghambat

bunyi-bunyian yang akan masuk ke

dalam telinga disebut Tuli

Konduktif.

2) Kerusakan pada telinga bagian dalam

sehingga tidak dapat mendengar

bunyi/suara, disebut Tuli Sensoris.

c. Berdasarkan taraf penguasaan bahasa

1) Tuli pra bahasa (prelingually deaf)

adalah mereka yang menjadi tuli

sebelum dikuasainya suatu bahasa

(usia 1,6 tahun) artinya anak

menyamakan tanda (signal) tertentu

seperti mengamati, menunjuk,

meraih dan sebagainya namun belum

membentuk sistem lambang.

2) Tuli purna bahasa (post lingually deaf)

adalah mereka yang menjadi tuli

setelah menguasai bahasa, yaitu

telah menerapkan dan memahami

system lambang yang berlaku di

lingkungan.

3. Dampak Ketunarunguan

Page 25: metode demonstrasi partisipatif

35

Jika dibandingkan dengan ketunaan yang

lain ketunarunguan tidak tampak jelas, karena

sepintas fisik mereka tidak kelihatan

mengalami kelainan. Tetapi sebagai dampak

ketunarunguannya, anak tunarungu memiliki

karakteristik yang khas, antara lain :

a. Dampak dalam segi bahasa dan bicara

Bahasa adalah alat berfikir dan

sarana seseorang untuk berkomunikasi,

untuk saling menyampaikan ide, konsep

dan perasaannya serta termasuk di

dalamnya kemampuan untuk mengetahui

makna kata serta aturan atau kaidah

bahasa serta penerapannya.

Kemampuan berbicara dan bahasa anak

tunarungu berbeda dengan anak yang

mendengar, hal ini disebabkan

perkembangan bahasa erat kaitannya

dengan kemampuan mendengar.

Menurut Halahan dan Kauffman

(Susilowati, 2009:17), penyebab

kesulitan berbahasa dan bicara

diantaranya:

a. Penerimaan auditori tidak cukup

sebagai umpan balik ketika ia

mengeluarkan suara.

Page 26: metode demonstrasi partisipatif

36

b. Penerimaan verbal tidak cukup untuk

menerima umpan balik dari orang

dewasa.

c. Tidak mampu mendengar contoh bahasa

orang dewasa.

Anak tunarungu mengalami hambatan

dalam pemahaman bahasa, kemampuan

berbahasanya tidak akan berkembang bila

ia tidak dididik atau dilatih secara

khusus. Akibat dari ketidakmampuannya

dibandingkan dengan anak yang mendengar

dengan usia yang sama, maka dalam

perkembangan bahasanya akan jauh

tertinggal.

Maedows (Sadja’ah, 2003: 1 )

mengemukakan bahwa :

Karena tidak/ kurang mendengar

rangsangan bunyi melalui

pendengarannya menyebabkan anak

tunarungu miskin (deprivation) dalam

berbahasa. Dengan demikian mereka

kurang mampu/ berani untuk

menggunakan bahasa, baik secara

lisan/ verbal maupun ekspresi tulisan

yang selanjutnya pula akan memberikan

Page 27: metode demonstrasi partisipatif

37

hambatan-hambatan untuk mencapai segi

akademik.

b. Dampak dalam segi intelegensi

Pada dasarnya kemampuan intelektual

anak tunarungu sama seperti anak yang

normal pendengarannya. Anak tunarungu

ada yang memiliki intelegensi tinggi,

rata-rata dan rendah.

Pada umumnya anak tunarungu

memiliki intelegensi normal atau rata-

rata, akan tetapi karena perkembangan

intelegensi sangat dipengaruhi oleh

perkembangan bahasa maka anak tunarungu

akan menampakkan intelegensi yang rendah

disebabkan oleh kesulitan memahami

bahasa. Anak tunarungu akan mempunyai

prestasi lebih rendah jika dibandingkan

dengan anak normal atau mendengar untuk

materi pelajaran yang diverbalisasikan,

prestasi anak tunarungu akan seimbang

dengan anak yang mendengar.

Perkembangan intelegensi anak

tunarungu tidak sama cepatnya dengan

mereka yang mendengar. Anak yang

mendengar belajar banyak dari apa yang

Page 28: metode demonstrasi partisipatif

38

didengarnya. Sedangkan hal tersebut

tidak terjadi pada anak tunarungu.

Cruickshank (Effendi, M., 2005:79)

mengemukakan bahwa ‘anak-anak tunarungu

sering memperlihatkan keterlambatan

dalam belajar dan kadang-kadang tampak

terbelakang’. Kondisi ini tidak hanya

disebabkan oleh derajat gangguan

pendengaran yang dialami oleh anak,

melainkan juga tergantung kepada potensi

kecerdasan yang dimilikinya. Rangsangan

mental serta dorongan dari lingkungan

sekitar dapat memberikan kesempatan bagi

anak tunarungu untuk mengembangkan

potensinya.

Somantri, S. (2005:98) mengemukakan

bahwa “banyak pendapat yang mengemukakan

tentang kemampuan intelektual anak

tunarungu”. Pendapat-pendapat ini ada

yang saling bertentangan. Ada beberapa

ahli ilmu jiwa menyatakan bahwa

kemampuan kognitif sangat erat

hubungannya dengan bahasa. Sebaliknya

ada pula yang berpendapat bahwa anak

tunarungu tidak harus lebih rendah taraf

inteligensinya dari anak normal.

Page 29: metode demonstrasi partisipatif

39

Aspek inteligensi merupakan cakupan

dari fungsi kognitif. Perwujudan dari

fungsi kognitif dapat dilihat dari

kemampuan anak dalam penggunaan bahasa

dan matematika. Wienman (Abdurrahman,

1999:170), menyatakan bahwa “sebagian

besar informasi yang diperoleh adalah

lewat pendengaran”. Akibat dari gangguan

dalam mendengar tersebut dapat

menyebabkan terbatasnya informasi yang

diterima.

Dari beberapa pendapat tersebut

dapat disimpulkan bahwa kemampuan

intelegensi anak tunarungu relatif sama

dengan anak normal, adanya hambatan pada

anak tunarungu bukan berasal dari

kemampuan intelegensinya yang rendah,

tetapi pada umumnya disebabkan karena

intelegensinya tidak mendapat kesempatan

untuk berkembang dengan maksimal.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara atau

dugaan terhadap rumusan masalah. Dalam penelitian

ini hipotesisnya dirumuskan sebagai berikut :”

penggunaan metode demonstrasi partisipatif dapat

Page 30: metode demonstrasi partisipatif

40

meningkatkan keterampilan melukis kerudung pada

anak tunarungu.”