METODE DAKWAH USTADZ SUHRO SUHAEMI DI MUSHALLA AN-NABAWI HOTEL MENARA PENINSULA JAKARTA BARAT DALAM MENINGKATKAN KERUKUNAN ANTAR KARYAWAN Oleh : Choirul Roziqin NIM: 109051000079 FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013
110
Embed
METODE DAKWAH USTADZ SUHRO SUHAEMI DI MUSHALLA … ROZIQIN-FDK.pdfLEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul Metode Dakwah Ustadz Suhro Suhaemi di Mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
METODE DAKWAH USTADZ SUHRO SUHAEMI DI
MUSHALLA AN-NABAWI HOTEL MENARA PENINSULA
JAKARTA BARAT DALAM MENINGKATKAN
KERUKUNAN ANTAR KARYAWAN
Oleh :
Choirul Roziqin
NIM: 109051000079
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013
METODE DAKWAH USTADZ SUHRO SUHAEMI DI
MUSHALLA AN.NABAWI HOTBL MENARA PENINSULA
JAKARTA BARAT DALAM MENINGKATKAN
KERUKUNAN ANTAR KARYAWAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memeroleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Korn. I)
Oleh:
Choirul Roziqin
Nim: 109051000079
Dosen Pembimbing
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASIJURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1434 H./2013 M.
NIP: 19710816
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Metode Dakwah Ustadz Suhro Suhaemi di Mushalla
An-Nabawi Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat Dalam Meningkatkan
Kerukunan Antar Karyawan telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri ruf$ Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 27 Mei 2013. Slaipsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memeroleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) pada Program
Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakafta, 27 Mei2013
Sidang Munaqasyah
Sidang
--..{_Drs. H. M ud Jalal M.A
195 198103 1 002
Anggota
Penguji I
NIP: 19690221 199703 1 001
Sekretaris Sidang
1971081
(\./:\JDr. Sihabudin Noirfta hidin Sa
Dosen Pembimbing
NIP: 197108 199743 2 002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memeroleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penilisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Ciputat, 19 Mei 2013
\ Choirul Roziqin
i
ABSTRAK
Choirul Roziqin
Metode Dakwah Ustadz Suhro Suhaemi di Mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat Dalam Meningkatkan Kerukunan Antar
Karyawan
Dakwah merupakan ajakan kepada jalan yang benar, yang diridhai oleh
Allah SWT menuju kebahagian dunia dan akhirat. Melalui dakwah masyarakat
mengetahui Islam seperti apa dan bagaimana, dengan dakwah seseorang
mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Untuk itu dakwah sangat
dibutuhkan oleh manusia dalam menjalani kehidupan ini, karena di dalam dakwah
terdapat ilmu-ilmu yang datang dari Allah yang di dalamnya merupakan suatu
kebaikan bagi manusia, selain itu dalam dakwah terdapat cara bagaimana
seseorang bisa berakhlak baik, bermanfaat, bagaimana manusia bisa taat kepada
Tuhannya, dan mencintai rasulnya. Di antara para da’i atau ustadz yang
menjalankan perintah dari baginda Nabi Muhammad SAW ialah ustadz Suhro
Suhaemi, beliau adalah salah satu pengajar pengajian mingguan yang ada pada
Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat untuk meningkatkan kerukunan antar
karyawan.
Untuk memperdalam penelitian ini, penulis memberikan perumusan
masalah sebagai berikut Metode dakwah apa saja yang dilakukan oleh ustadz
Suhro Suhaemi dalam meningkatkan kerukanan antar karyawan Hotel Menara
Peninsula Jakarta Barat? Seperti apa peningkatan kerukunan antar karyawan di
Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat?
Teori yang digunakan adalah teori Source, Massage, Channel, Receiver
(SMCR). Strategi dari teori ini adalah menggunakan satu arah (one way) yang
menekankan penelitian kepada sumber. Sumber merupakan pihak yang memiliki
pesan dari berbagai referensi yang dapat dipercaya. Sumber memiliki pengaruh
terhadap perorangan maupun kelompok. Sumber utama dalam penulisan skripsi
ini adalah ustadz Suhro Suhaemi.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif
dimana penulis menggambarkan metode dakwah ustadz Suhro Suhaemi di
mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat dalam meningkatkan
kerukunan antar karyawan.
Metode dakwah yang digunakan oleh beliau adalah metode ceramah,
metode tanya jawab, metode memberikan ringkasan materi dan metode praktik.
Adapun peningkatan kerukunan antar karyawan yang terjadi adalah, semakin
meningkatnya rasa keseragaman antar sesama. Yang sebelumnya belum mengenal
satu sama lain menjadi saling mengenal. Ketika pertama kali pengajian tersebut
diadakan, jumlah jama’ah hanya sedikit, sekarang semakin bertambah yang
datang ke mushalla An-Nabawi untuk ikut bergabung dalam pengajian tersebut.
Kepedulian antar sesama semakin meningkat terlihat ketika makan bersama dalam
satu wadah. Dan meningkatnya rasa saling membutuhkan, menghargai,
mengingatkan dan memerhatikan satu di antara yang lainnya.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan beragam
macam kenikmatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skrips yang berjudul:
“Metode Dakwah Ustadz Suhro Suhaemi di Mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat Dalam Meningkatkan Kerukunan Antar
Karyawan” ini. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada baginda
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari alam yang gelap
gulita hingga alam yang terang benderang ini.
Dalam proses penulisan skripsi ini, tentu dan pastinya tanpa adanya
dorongan, dukungan, dan bantuan dari orang-orang yang sangat luar biasa ini,
mungkin penulisan skripsi ini belum dapat terselesaikan, oleh sebab itu ungkapan
terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:
1. Ayahanda tercinta Ismail dan Ibunda Een Rukmini, yang telah dengan sabar
membimbing ananda dalam perjalanan study ananda. Terimakasih yang tak
terhingga baik dukungan yang berupa moril maupun materil. Ananda sangat
sadar, begitu amat banyaknya yang telah Ayahanda dan Ibunda berikan
kepada ananda, akan tetapi ananda tidak dapat membalas semua jasa
Ayahanda dan Ibunda tercinta. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta.
2. Bapak Drs. Arief Subhan, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi beserta Pembantu Dekan I, II dan III.
iii
3. Bapak Drs. Jumroni, M.Si., selaku ketua prodi Komunikasi dan Penyiaran
Islam, yang telah membantu penulis dalam berbagai hal dan memberikan
nasehat yang sangat berharga kepada penulis.
4. Ibu Umi Musyarrofah, M.A., selaku sekretaris prodi Komunikasi dan
Penyiaran Islam sekaligus dosen pembimbing skripsi penulis, yang telah
banyak meluangkan waktuya, membantu, mendukung dan mencurahkan
pemikirannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Pimpinan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi beserta para stafnya,
yang telah berkenan meminjamkan buku-buku perpustakaan kepada penulis.
6. Para dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan
pengalaman kepada penulis dengan penuh kesungguhan, keikhlasan serta
penuh kesabaran.
7. Para karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mempermudah
penulis dalam segala urusan yang berkaitan dengan kuliah dan skripsi ini.
8. Para guru spiritual penulis, ustadz Suhro Suhaemi, ustadz Yudi Ismail (yang
menemani penulis hingga larut malam), ustadz Musa Sa’abah, ustadz Ahmad
mau’izhatun yang mengandung arti pengajaran atau nasihat.13
Dan kata
al-Hasanah berasal dari hasanatun yang mengandung arti perbuatan
yang baik.14
Metode ini merupakan sebuah nasihat yang baik berupa
petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa yang baik, yang
diberikan oleh da’i kepada para mad’u sehingga dapat diterima,
berkenan di hati, menyentuh perasaan, lurus di pikiran , menghindari
sikap kasar sehingga mad’u rela hati dan atas kesadarannya mengikuti
ajaran yang disampaikan oleh da’i. 15
Jadi, seorang da’i dalam
berdakwah atau menyampaikan materi agama atau memberi nasihat
penuh dari hati ke hati
Cara penyamapain Metode ini dapat melalui beberapa bentuk,
di antaranya melalui penuturan kisah-kisah umat terdahulu, dalam
bentuk peringatan atau dalam bentuk berita yang menggembirakan,
serta dalam bentuk pelukisan surga dan neraka beserta penghuninya.16
c. Metode Bi al-Mujadalah
Metode Bi al-Mujadalah adalah cara berdakwah menggunakan
jalan berdiskusi. Metode ini adalah cara atau jalan terakhir dalam
berdakwah. Dimana apabila kedua metode di atas (Metode Dakwah Bi
al-Hikmah dan Metode Bi al-Mauizhah al-Hasanah) dirasa tidak
cukup. Sayyid Qutub menyatakan bahwa dalam menerapkan metode
ini ada yang perlu diperhatikan yaitu:
13
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuriyah,
1989), h. 502. 14
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuriyah,
1989), h. 103. 15
Syamsul Munir, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), cet. Ke-1, h. 99-100. 16
M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral (Yogyakarta: Al-Amin Press,
1997), cet. Ke-1, h. 29.
20
1) Tidak merendahkan pihak lawan, atau menjelek-jelekan, karena
tujuan metode ini bukan semata mencari kemenangan, akan tetapi
memudahkan mereka agar sampai pada titik kebenaran.
2) Tujuan metode ini semata-mata untuk menunjukkan kebenaran
sesuai ajaran Allah SWT.
Berdasarkan definsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
metode dakwah bi al-Mujadalah merupakan metode yang diberikan
oleh seorang da’i yang memberikan kesempatan kepada mad’u untuk
menanyakan sesuatu yang belum dipahami. Bisa juga sesuatu yang
sudah dipahami oleh mad’u namun, mad’u masih menginginkan yang
lebih mendalam lagi.
5. Bentuk-bentuk Dakwah
Dalam penyampaian dakwah dapat dikelompokkan menjadi
tiga bentuk dakwah, yaitu:
a. Dakwah bi al-Lisan
Dakwah bi al-Lisan ini adalah sebuah penyampaian dakwah
melalui lisan berupa ceramah atau komunikasi secara langsung antara
da’i dan mad’u (obyek dakwah).17
Syamsul Munir dalam bukunya yang berjudul Ilmu Dakwah,
mengatakan bahwa dakwah bi al-Lisan yaitu dakwah yang
dilaksanakan melalui lisan, yang dilakukan antara lain dengan
ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat dan lain-lain. Dari aspek
jumlah barangkali dakwah melalui lisan (ceramah dan lainnya) ini
17
Rubinah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 42.
21
sudah cukup banyak dilakukan oleh para juru dakwah di tengah-tengah
masyarakat.18
Metode ceramah lisan sebagai jembatan dari pada isi yang
terdapat dalam hati. Sebuah perkataan yang baik, benar, masuk akal
dan tepat mengenai sasaran akan menjadikan mad’u tersentuh,
sehingga akrirnya bisa kembali ke jalan yang benar, serta diridhai oleh
Allah SWT. Seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT Surat al-
Nisa/4: 63, berikut:
اولئك الذين يعلم اهلل مب في قلىبهم فبعزض عنهم وعظهم وقل لهم
في انفسهم قىلب بليغإArtinya:
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa
yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari
mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada
mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.19
Dari ayat di atas menjelaskan bahwa pemilihan kata-kat yang
baik dapat menjadikan mad’u tertarik dengan agama Islam. Seorang
da’i adalah seorang sosok (figure) yang dapat memberikan ketenangan
iman, jiwa dan perasaan mad’u, maka sepatutnya seorang da’i
menyampaikan kata-kata yang baik untuk para mad’u.
b. Dakwah bi al-Hal
Dakwah ini merupakan aktivitas dakwah Islam yang dilakukan
dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan mad’u.
Sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan
oleh penerima dakwah. Sepertti, dakwah dengan membangun rumah
18
Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 11 19
Muhammad Saifudin, Syaamil Al-Qur’an Miracle The Reference (Jakata: PT. Sygma
Examedia Arkanleema, 2011), h. 281.
22
sakit untuk keperluan masyarakat sekitar yang membutuhkan
keberadaan rumah sakit.20
Dakwah ini diletakkan kepada perubahan
dan perhatian kondisi material lapisan masyarakat miskin. Dengan
perbaikan kondisi material itu diharapkan dapat mencegah
kecenderungan ke arah kekufuran karena desakan ekonomi.21
Menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat secara luas,
seperti dengan cara mewujudkan gamelan sekatan, kesenian wayang
kulit yang sarat berisikan ajaran Islam, merintis permainan-permainan
anak yang berisikan ajaran Islam, mengajarkan lagu-lagu daerah yang
disisipi dengan ajaran Islam, serta mendirikan sebuah pesantren.22
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dakwah bi al-Hal ini
adalah sebuah dakwah yang dilakukan oleh da’i untuk mengatasi
kebutuhan dan kepentingan para mad’u khususnya dalam Bidang
Ekonomi, Pendidikan, dan Masyarakat. Ketika dakwah ini sampai dan
tepat kepada seseorang yang membutuhkannya, maka tujuan dakwah
untuk mengajak seseorang ke jalan yang benar akan lebih mudah
diterima.
c. Dakwah bi al-Qalam
Dakwah bi al-Qalam adalah dakwah melalui tulisan baik
dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, surat kabar, internet,
koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat
penting dan efektif. Serta tidak membutuhkan waktu secara khusus
20
Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 178. 21
Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 182 22
Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar sejarah dakwah (Jakarta: Kencana, 2007), h.
176.
23
untuk kegiatannya. 23
Dakwah bi al-Qalam ini sebenarnya sudah
dimulai serta dikembangkan oleh Rasulullah SAW sejak awal
kelahiran dan kebangkitan Islam melalui pengiriman surat-surat
dakwah kepada para kaisar, raja dan para pemuka masyarakat.24
Maka
dakwah bi al-Qalam ini merupakan bentuk dakwah yang sudah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
B. Pengertian Ustadz
Kata Ustadz berasal dari bahasa Arab yaitu “Ustadzun” yang
mengandung arti seorang guru laki-laki atau “Ustadzatun” yang mengandung
arti seorang guru perempuan.25
Realita yang ada khususnya di Indonesia, kata
“Ustadz atau Ustadzah” digunakan sebagai julukan seorang laki-laki atau
seorang perempuan yang terlihat alim, rajin ke masjid atau mushalla baik
untuk mengikuti shalat berjama’ah maupun mengikuti pengajian rutin, dan
juga dapat memimpin do’a baik berdo’a setelah shalat maupun selepas
kegiatan keagamaan seperti tahlillan, syukuran, selamatan dan lain
sebagainya.
Julukan “Ustadz atau Ustadzah sepatutnya diberikan kepada guru, baik
guru TPA, guru Privat, guru pengajian, maupun guru-guru SD, SLTP, SMA,
dan Perguruan Tinggi (jika dilihat dari segi arti) juga patut diberi julukan
ustadz atau ustadzah. Akan tetapi dari segi epistimologis julukan ustadz atau
ustadzah lebih tepat jika diberikan kepada seorang guru yang ahli atau
memahami ilmu agama secara mendalam, serta mengamalkannya dan
mengajarkannya kepada orang lain.
23
Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h.11 24
Rubinah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.53.
25Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuriyah,
1989), h. 40.
24
Secara sosiologi siapa saja dapat menjadi seorang ustadz atau
ustadzah. Namun dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, yaitu mempunyai
pengetahuan yang lebih dalam terhadap agama Islam dengan mengamalkan
serta dapat memberikan pemahaman kepada orang lain.
C. Pengertian Hotel
Kata hotel berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Hospitium, yang
mengandung arti ruang tamu. Seiring berjalannya waktu yang cukup lama
maka kata hospitium ini mengalami proses perubahan pengertian dan
sekaligus untuk membedakan antar Guest House dengan Mansion House
(rumah besar) yang mengalami perkembangan pada saat itu, maka rumah-
rumah besar disebut dengan Hostel. Rumah-rumah besar ini atau hostel ini
disewakan kepada seluruh masyarakat umum tanpa terkecuali untuk
beristirahat atau menginap untuk sementara waktu, selama penginapan
berlangsung maka ada yang mengkoordinir yaitu seorang host, dan selam
tamu-tamu menginap dalam hotel tersebut, mereka harus patuh terhadap
peraturan-peraturan yang berlaku di masing-masing host.26
Kata hostel yang awalnya menggunakan huruf “s” maka lambat laun
mengalami perubahan, perubahannya terletak pada pengahapusan huruf “s”,
sehingga kata hostel berubah menjadi hotel.27
Ada beberapa yang mendefinisikan kata hotel yaitu sebagai berikut:
1. Aan Surachlan Dimyati mengatakan didalam bukunya yang berjudul
Pengetahuan Dasar Perhotelan, hotel adalah salah satu jenis akomodasi
komersial yang sangat dikenal oleh masyarakat pada umumnya. Seiring
26
A. Hari Karyono, Usaha Pemasaran Perhotelan (Bandung: Angkasa, 1999), h. 16. 27
A. Hari Karyono, Usaha Pemasaran Perhotelan (Bandung: Angkasa, 1999), h. 17.
25
berjalannya waktu, maka mulai terlihat perkembangan dalam usaha jasa
ini, sehingga menjadi tumbuh menjadi industry tersendiri yaitu industri
perhotelan.28
2. Hotel adalah jasa yang berkupa sebuah bangunan atau komplek bangunan
secara komersial yang memberikan fasilitas tempat tinggal sementara,
makan dan minum untuk masyarakt umum dengan ketentuan yang dibuat
oleh pihak perhotelan. Sehingga seiring berjalannya waktu maka
pengertian hotel berkembang luas menjadi sebuah tempat jasa penginapan
sekaligus fasilitas-fasilitas lainnya.29
Maka dapat disimpulkan bahwa hotel adalah sebuah jasa penginapan
yang bersifat memberikan fasilitas-fasilitas lainnya yang diberikan oleh pihak
hotel tersebut. Hotel juga suatu jenis akomodasi yang menggunakan sebagian
atau seluruh bangunan untuk memberikan fasilitas seperti penginapan, makan,
minum dan lainnya, serta menggunakan secara komersial.
D. Kerukunan Antar Karyawan
Secara etimologis kata kerukunan berasal dari bahasa Arab, yaitu
“rukun” yang mengandung arti tiang, dasar, atau sila. Bentuk jamak dari kata
rukun adalah “arkaan” yang mengandung arti bangunan sederhana yang
terdiri atas berbagai unsur. Dapat disimpulkan bahwa kerukunan adalah suatu
kesatuan yang terdiriatas berbagai unsur yang berlainan dan setiap unsur
tersebut saling menguatkan.30
28
Aan Surachlan Dimyati, Pengetahuan Dasar Perhotelan (Jakarta: PT. Anom Kosong,
1989), cet. Ke-1, h. 1. 29
A. Hari Karyono, Usaha dan Pemasaran Perhotelan (Bandung: Angkasa, 1999), h. 16. 30
Said Agil Husin al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama (Jakarta: Ciputat Press, 2003), h. 4.
26
Ketika kata rukun menjadi kata sifat dalam bahasa Indonesia,
mengandung arti “Damai atau Bersatu Hati” (tidak bertengkar/tidak cekcok).31
Kerukunan juga dapat diartikan sebagai kebersamaan dalam hidup yang
diwarnai oleh suasana baik dan damai. Hidup dengan rukun berarti hidup
dengan suasana yang tidak penuh dengan cekcok, satu hati, dan sepakat
dalam berfikir dan bertindak untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Di
dalam kerukunan, setiap individu manusia dapat hidup dengan saling percaya
tanpa mempunyai kecuriagaan, di mana tumbuh semangat dan sikap saling
menghormati dan mempunyai kerelaan hati untuk bekerja sama satu di antar
yang lainnya demi mewujudkan kebersamaan.32
Sementara jika dikaitkan dengan kehidupan social, rukun dapat
diartikan dengan adanya yang satu mendukung keberadaan yang lain.33
Jadi
dapat disimpulkan bahwa kerukunan dalam konteks sosial merupakan norma
yang sepatutnya diimplementasikan demi terwujudnya masyarakat madani
yang saling peduli dan mendukung eksistensi masing-masing elemen
masyarakat.
E. Karyawan
1. Pengertian Karyawan
Karyawan merupakan aset utama dalam sebuah perusahaan, karena
tanpa adanya keberadaannya mereka di dalam sebuah perusahaan tersebut,
aktivitas perusahaan tersebut tidak akan berjalan. Keberadaan karyawan
sangat berperan aktif dalam menetapkan maju atau mundurnya sebuah
31
A. A. Waskito, Kamus Praktis Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Wahyu Media, 2012), cet. Ke-5,h. 482.
32M. Zainuddin Daulay, Mereduksi Eskalasi Konflik Antar Umat Beragama di Indonesia
(Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, 2001), h. 67. 33
Hamka Haq, Jaringan Kerjasama Antar Umat Beragama: Dari Wacana ke Aksi Nyata (Jakarta: Titahandalusia Press, 2002), h. 54.
27
perusahaan. Karyawan adalah penjual jasa (pikiran dan tenaga) dan
mendapat kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu. Para
karyawan mempunyai kewajiban dan keterikatan untuk mengerjakan
pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh kompensasi sesuai
dengan perjanjian yang ada.34
Pada umunya yang dimaksud dengan “kepegawaian” adalah segala
hal yang mengenai kedudukan, kewajiban, hak dan pembinaan pegawai.
Pegawai atau karyawan merupakan tenaga kerja manusia, jasmaniah,
maupun rohainiah (mental dan fikiran), yang senantiasa dibutuhkan dan
arena itu menjadi salah satu modal pokok dalam badan usaha kerja sama
untuk mencapai tujuan tertentu (organisasi).35
2. Pembagian Karyawan
Pada umumnya dalam sebuah administrasi kepegawaian terdapat
kelompok-kelompok golongan kepegawaian sebagai berikut:
a. Kelompok jabatan administrative tingkat tinggi, yang mempunyai
fungsi pengambilan keputusan dan pimpinan.
b. Kelompok kepegawaian yang memerlukan skill serta latihan khusus
yang tinggi, karena jabatan-jabatan tersebut bersifat professional dan
ilmu pengetahuan.
c. Jabatan-jabatan diplomatic dalam rangka hubungan luar negeri.
d. Angktan bersenjata.
e. Kelompok kepegawaian dalam instansi-instansi otonomi terutama
perusahaaan-perusahaan Negara dan perusahaan-perusahaan milik
Negara.
34
Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2011), h. 12. 35
A. Widjaja, Administrasi Kepegawaian Suatu Pengantar (Jakarta: CV. Rajawali, 1990), cet. Ke-5, h. 15.
28
f. Kelompok kepegawaian pelayanan administrative.
g. Pekerja-pekerja harian, yang diperlukan untuk melalukan pekerjaan-
pekerjaan tertentu dengan dasar-dasar pengaturan di luar kepegawaian
negeri.36
Sedangkan posisi pegawai atau karyawan dalam suatu perusahaan
dibedakan atas:37
a. Karyawan Oprasional
Karyawan operasional adalah setiap orang yang secara langsung harus
mengajarkan sendiri pekerjaannya sesuai dengan perintah alasan
b. Karyawan Manajerial
Seseorang yang berhak memerintahkan karyawannya untuk
mengerjakan sebagian pekerjaannya dan dikerjakan sesuai dengan apa
yang diperintahkan. Kegiatan-kegiatan yang dikerjakan untuk melalui
orang lain untuk mencapai tujuannya. Karyawan manajerial ini
dibedakan atas manajer lini dan manajer staf.
c. Manajer Lini
Manajer lini adalah orang yang paling bertanggung jawab atas
para karyawan. Bukan saja atas nasib mereka, tetapi juga bertanggung
jawab pada pengembangan pribadi serta peningkatan kompetensi
mereka. Seorang pemimpin yang mempunyai lini (line authority),
berhak dan bertanggung jawab langsung merealisasi tujuan
perusahaan.
36
Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangunan (Jakarta: LP3ES, 1974), h.128-129.
37Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangunan (Jakarta: LP3ES,
1974), h. 12-13.
29
d. Manajer Staf
Seorang pemimpin yang mempunyai wewenang staf (staff
authority) yang hanya berhak memberikan saran dan pelayanan untuk
memperlancar penyelesaian tugas-tugas lini.
3. Kepuasan dan Kebutuhan Karyawan
Pada hakekatnya setiap manusia adalah makhluk sosial dan pastinya
menginginkan rasa kepuasan baik zhahir maupun batin. Kepuasan yang di
hati karyawan juga akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan itu
sendiri. Ada beberapa faktor yang menjadikan atau menimbulkan rasa
kepuasan di diri para karyawan:
a. Faktor hubungan antar karyawa, antara lain:
1. Hubungan antar manager dengan karyawan.
2. Factor fisis dan kondisi kerja.
3. Hubungan sosial di antara karyawan.
4. Sugesti dari teman sekerja.
5. Emosi dan situasi kerja
b. Faktor individual, yaitu yang berhubungan dengan:
1. Sikap orang lain terhadap perkerjaannya.
2. Umur orang sewaktu bekerja.
3. Jenis kelamin.
c. Fakto-faktor luar, yang berhubungan dengan:
1. Keadaan keluarga karyawan.
2. Rekreasi.
3. Pendidikan (training, up grading dan sebagainya)38
Selain itu, setiap individu manusia juga mempunyai kebutuhan,
menurut Maslow yang dikutip dari As’ad dalam bukunya yang
berjudul Psikologi Industri, dituliskan bahwa kebutuhan manusia itu
digolongkan kedalam lima tingkatan, yaitu:
38
Mohammad As’ad, Psikologi Industri (Yogyakarta: Lembaga Management Akademik
Management Perusahaan YKPN, 1980), cet. Ke-2, h. 109-110.
30
1. Kebutuhan yang bersifat biologis, seperti kebutuhan sandang, pangan,
tempat tinggal kesejahteraan individu dan lain-lain sebagainya.
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan primer, karena kebutuhan ini
sudah ada sejak manusia itu lahir kea lam dunia ini.
2. Kebutuhan akan rasa aman, aman dalam bekerja, aman akan masa
depan yang diharapkan, dan aman dalam bentuk yang lainnya.
3. Kebutuhan akan sosial, manusia adalah makhluk sosial sehingga sudah
pasti mereka membutuhkan sosial, seperti, kebutuhan yang sifatnya
perasaan, perasaan ingin diterima oleh orang lain, perasaan ingin
dihormatii oleh orang lain dan perasaan-perasaan lain yang dimiiki
oleh manusia sebagai makhluk sosial.
4. Kebutuhan akan harga diri dari karyawan tersebut, seperti, semakin
tinggi jabatan seseorang dalam perusahaannya, maka semakin tinggi
harga diri yang orang tersebut punya.
5. Mempunyai rasa ingin berbuat yang lebih baik lagi, dalam tingkatan
ini, seseorang akan cenderung untuk selalu mengembangkan diri dan
selalu berbuat yang lebih baik lagi.39
Jadi, setiap manusia mempunyai rasa kebutuhan yang muncul atas
dasar kepentingan manusia itu sendiri. Sebagai makhluk sosial, tentunya
manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan sosial. Akan tetapi, jika
kebutuhan itu dilakukan dengan jalan yang salah, maka perlunya dorongan
dari makhluk sosial yang lainnya.
39
Mohammad As’ad, Psikologi Industri (Yogyakarta: Lembaga Management Akademik
Management Perusahaan YKPN, 1980), h. 48.
31
BAB III
PROFIL USTADZ SUHRO SUHAEMI DAN MUSHALLA AL-NABAWI
HOTEL MENARA PENINSULA JAKARTA BARAT
A. Profil Ustadz Suhro Suhaemi
1. Riwayat Hidup
Tepat pada tanggal 13 April 1955, ustadz Suhro Suhaemi
dilahirkan di daerah Ciamis, Tasikmalaya Jawa Barat. dari pasangan
Bapak Haji Suhaemi al-Hadi dan Ibu Hajah Encoh Binti Haji Surti. Ustadz
Suhro yang biasa dikenal oleh masyarakat, mempunyai nama lengkap
Suhro Suhaemi al-Hadi, beliau yang memang mempunyai nama asli Suhro
menambahkan namanya dengan nama ayah dan kakeknya. Nama tersebut
(Suhaemi) diambil karena memang keta’zhiman beliau kepada orang
tuanya dan al-Hadi adalah nama kakeknya, sehingga ketika seseorang
memberikan do‟a kepadanya dan ketika beliau mengamalkan
keilmuannya, maka akan ikut serta pahala dan kebaikkan untuk ayah dan
kakeknya.1
Keseriusan beliau dalam berdakwah al-Islamiyyah merupakan
sesuatu yang beliau miliki, ini dapat terlihat dari aktifitas sehari-hari
beliau, yang hanya belajar dan mengajar dari satu masjid ke masjid lain,
dari satu mushalla ke mushalla lain, dari satu instansi ke instansi lain
untuk mengajar. Selain itu keseriusan beliau dalam berdakwah juga dapat
terlihat dari penolakan beliau secara baik-baik ketika beliau ditawarkan
untuk turut aktif ke ranah politik.2
1Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
2 Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
32
Beliau juga memiliki sebuah toko al-Mukasyafah yang berada di
Pasar Bedeng, di toko tersebut beliau menjual sepatu, sandal, dan tas-tas
sekolah untuk orang dewasa maupun anak-anak, Usaha ini beliau rintis
dari tahun 2005 sampai dengan saat ini. Selain untuk mencari nafkah, toko
yang beliau bangun atas dasar beliau ingin menjalani sunnah Rasulullah
SAW.3
Ketika ustadz Suhro berdagang, beliau juga menjadi ustadz bagi
pedagang-pedagang lainnya yang belum memahami ilmu agama Islam
secara mendalam. Sehingga terkadang di sela-sela waktu beliau
berdagang, ada yang datang hanya untuk menanyakan sesuatu yang
berkaitan dengan agama, curhat (curahan hati), atau meminta pencerahan
karena kegelisahan.4
Pemahaman terhadap agama yang sangat tinggi pada diri beliau,
menjadikan banyak yang berdatangan ke kediaman beliau, hanya untuk
menuntut ilmu agama, begitu banyak para guru Nahwu dan Sharaf dan
guru-guru agama yang belajar dengan beliau, seperti ustadz Musa Sa‟abah
(Kota Bambu Selatan), ustadz Syukur (Ciledug), mereka ini adalah guru
Nahwu dan Sharaf (tata bahasa Arab), yang sampai saat ini masih
menuntut ilmu dengan beliau dan kitab yang mereka pelajari adalah kitab
‘Imrithi, kitab Mutammimah, kitab Kawakib al-Durriyyah, kitab Alfiah,
kitab Hudhari (nama-nama kitab Nahwu dan Sharaf berdasarkan
tingkatannya). Kemudian, habib Ismail al-Sahil bin Ali (mengajar di
madrasah al-Nur Jakarta), kitab yang beliau pelajari adalah kitab al-
3 Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
4 Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
33
Waraqa (ushul fiqh). Kemudian habib Abdurrahman (tenaga pengajar di
madrasah tsanawiah), kitab yang dipelajari kitab al-I’anath al-Thalibin.
Dan masih banyak para pelajar yang belajar dengan beliau. Selain itu,
banyak kitab-kitab yang sudah dibaca oleh ustadz Suhro, seperti :
a. Kitab Atkiya, al-Hikam, Iqad al-Himam, Ithaaf (kitab-kitab yang di
dalamnya membahas ilmu Tasawuf).
b. Kitab, Alfiah Ibnu Malik, Safinat al-Najah, Riyadh al-Badi’ah, Bajuri,
I’aanath al-Thaalibiin (kitab-kitab yang membahas ilmu Fiqh).
c. Kitab Rahbiyyah (kitab yang menjelaskan tentang Ilmu Faraidh).
d. Tafsir Jalalain (karangan Imam Sayuti dan Imam Mahalli) Tafsir
Shaawi atau Syaraah Jalalain/rincian dari kitab Jalalain (karangan
Ahmad Shawi), Tafsir Ibnu Kastir/Karangan Ibnu Kastir, (kitab-kitab
yang menjelaskan tafsir dari al-Qur‟an).
e. Madzaahib al-Arba’ah (5 JILID) (karangan Abdurrahman al-Jazairi)
Kitab Mizan Kubra (Ikhtilaf dari pada pendapat para ulama).
f. Kitab Jurumiah atau Mukhtashar Jiddan, „Imrithi, Mutammimah,
Kawakib al-Durriyyah, Alfiah, Hudhari, (kitab-kitab Tata bahasa
Arab).
g. Kitab Iksa Ghuji, Sullammunurak, Syamsiah, Mi’yar al-‘Ulum, (kitab
yang memelajari Ilmu Mantiq).
h. Kitab Iqad al-Himam Ma’ani Bayan dan Badi’ Ukud al-Juman,
Mursyidi (kitab-kitab Balaghah)
i. Kitab Kailani, Yaqulu atau Hill al-Ma’qud Min Nazhmir Maqsuud,
(kitab-kitab yang memelajari ilmu Sharaf)
34
j. Kitab Abu Ma’syar al-Falaqi, Sulam al-Nurain (kitab Ilmu
Falaq/perhitungan).
k. Kitab alfiyyah beserta penjelasannya seperti kitab Hudhari, kitab
Makuudi, dan kitab Ibnu Hamdun.5
Masih banyak lagi kitab-kitab lain yang tidak dipaparkan di dalam
penulisan ini. Begitu amat luas keilmuan agama yang beliau miliki.
Masyarakat sekitar dan para murid beliau sangat terkesan dengan beliau
karena ketawadhu’an (rendah hati) beliau dalam membawa keilmuannya,
Ketenangan dari paras wajahnya, senyum yang selalu dilontarkan ketika
bertemu dengan orang lain, sehingga ada rasa ketenangan dan kenyamanan
seseorang jika belajar atau hanya dekat dengan beliau.
2. Riwayat Pendidikan
a. Pendidikan Formal
1) Sekolah Dasar Negeri 03 Cihaurbeuti, Ciamis, Jawa Barat tamat
pada tahun 1966.
2) Madrasah Tsanawiyyah Cihaurbeuti, Ciamis, Jawa Barat, tamat
pada tahun 1971.
3) Sekolah Menengah Atas (SMA) di Yayasan Pendidikan Palmerah
Jakarta Barat, tamat pada tahun 1984.6
b. Pendidikan Non-Formal
1) Pesantren Salafiah Pasir Kadu, Ciamis, Jawa Barat, tamat di tahun
1974.
2) Kursus Bahasa Inggris, di Cihideng, Tasikmalaya, Jawa Barat,
tamat pada tahun 1975.
5Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013
6Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
35
3) Pesantren Salafiah Ciharbeuti, Ciamis, Jawa Barat, tamat pada
tahun 1976.
4) Pesantren di pondok pesantren Sadang, Garut, Jawa Barat, tamat
pada tahun 1978.
5) Pesantren di pondok pesantren Miftahul Huda, Raja Pola,
Tasikmalaya, Jawa Barat, tamat di tahun 1980.7
3. Riwayat Keluarga
Ustadz Suhro menikah pada tahun 1986. Beliau diangkat menjadi
menantu oleh bapak Fakhruddin, bapak Fakhruddin mempunyai dikaruniai
sebelas anak, terdiri dari tiga putra, dan delapan putri, saat ini bapak
Fakhruddin memiliki cucu sebanyak tiga puluh, dan cicit sebanyak
sepuluh, yang didapatnya melalui pernikahanya dengan ibu Mamah.
Kemudian putri beliau yang ke sebelas yang bernama Apung Hasanah
dinikahkannya kepada ustadz Suhro Suhaemi pada tahun 1986, dan dari
pernikahannya tersebut, beliau dikarunia putra dan putri sebanyak tiga
anak, terdiri dari satu putri dan dua putra. Putri yang pertama bernama
Hanifah Sumiarti, putra yang kedua bernama Irfan Hilmi, dan putra yang
ketiga bernama Luthfi Akmaluddin.8
Ustadz Suhro merupakan seorang suami sekaligus ayah dari anak-
anaknya, yang sangat memerhatikan keluarganya mulai dari kehidupan
duniawi dan juga ukhrawi. Kesabaran, ketegasan dan sifat demokratis
yang beliau miliki menjadikan istri dan anak-anak beliau kagum sekaligus
7Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
8 Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
36
bersyukur kepada Allah SWT. Dalam keluarga, beliau telah berhasil
menjadi seorang ayah, guru, serta sahabat dalam membina keluarganya.9
Pendidikan yang diberikan ustadz Suhro kepada anak-anaknya
bersifat formal maupun non-formal. Pendidikan formal yang diberikan
anak-anak beliau, dijalankan dengan kesungguhan, karena ustadz Suhro
yang selalu memberikan semangat untuk anak-anaknya, agar bisa menjadi
manusia yang ahli dalam ilmu agama maupun ilmu akhirat. Tidak hanya
pendidikan ukhrawi (agama) saja yang diberikan kepada anak-anaknya,
melainkan ilmu duniawi juga diberikannya, agar dapat berguna dan
bermanfaat untuk orang banyak, bangsa dan khususnya untuk agama yang
dicintainya. Selain itu, ustadz Suhro juga memberikan pendidikan kepada
keluarganya melalui contoh-contoh yang baik yang diberikan untuk istri
dan anak-anaknya.10
4. Aktifitas Dakwah Ustadz Suhro Suhaemi
Selain sebagai kepala rumah tangga, beliau juga mempunyai
aktivitas berdakwah demi keutuhan agama Islam, di antaranya:
a. Sebagai pengajar atau ustadz tetap pengajian mingguan di masjid jami‟
Baiturrahman Jakarta, masjid jami‟ al-Ridhwan Jakarta, masjid jami‟
al-Hidayah, Slipi, Jakarta, masjid jami‟ al-Ikhwan Jakarta mushalla al-
Hidayah Jakarta, mushalla al-Munir Pelni Jakarta, pengajar atau ustadz
pengajian mingguan untuk karyawan, di Restorant Hanamasa Jakarta,
Sebagai pengajar atau ustadz tetap bulanan di Kantor BRI Patukangan,
Jakarta, sebagai pengajar atau ustadz tetap bulanan di mushalla al-
Nabawi Hotel Menara Peninsula Jakarta.
9 Wawancara Pribadi dengan putra ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 09 Mei 2013.
10 Wawancara Pribadi dengan putra ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 09 Mei 2013.
37
b. Mengajar para guru nahwu dan sharaf (tata bahasa Arab) di majelis
taklim Dhuha, yang berada di kediamannya. Selain mengajarkan ilmu
nahwu dan sharaf (tata bahasa Arab), beliau juga mengajarkan ilmu,
tauhid, fiqh, dan tasawuf pada waktu dan murid-murid yang berbeda.
c. Khatib jum‟at:
1. Di masjid jami‟ Bajiturrahman.
2. Di masjid jami‟ al-Hidayah Slipi, Jakarta.
3. Di masjid al-Ikhlas Kantor Cabang Bank Bukopin, S. Parman,
Jakarta.
4. Mall Citra Land Daan Mogot Jakarta.
5. Mall Taman Anggrek Jakarta.
6. Di Hotel Menara Peninsula Jakarta.
7. Kantor LP3ES Jakarta, dan masih banyak lagi yang belum
disebutkan di dalam penulisan ini.
d. Ceramah agama ketika peringatan hari besar Islam, kultum ramadhan
di beberapa masjid-masjid, mushalla-mushalla, dan kantor-kantor atau
instansi-instansi.
e. Mendirikan Yayasan Pondok Pesantren Nurul Hasanah yang beliau
miliki di Tasikmalaya Jawa Barat11
.
5. Karya-karya Ustadz Suhro Suhaemi
Selain menjalankan aktifitas dakwah, ada juga beberapa karya-
karya ustadz Suhro Suhaemi yang digunakan untuk berdakwah, di
antaranya:
11
Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
38
a. Bi al-Qalam
Pembuatan makalah yang beliau buat dan bagi, setiap pengajian
tauhid, fiqih, dan tasawuf di masjid-masjid atau mushalla-mushalla
dan majelis-majelis taklim di tempat beliau mengajar.
b. Bi al-Hal
1) Mendirikan sebuah Yayasan Pondok Pesantren Nurul Hasanah di
Tasikmalaya Jawa Barat.
2) Membuat dua toko Dakwah yang diberi nama al-Mukasyafah di
Pasar Bedeng Jakarta Barat.
3) Merekrut khatib Jum‟at.
4) Mendirikan majelis taklim Dhuha.12
B. Profil Umum Mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
Mushalla An-Nabawi didirikan pada tahun 1998, mushalla ini
dibangun atas dasar inisiatif atau ide para karyawan muslim yang
menginginkan tempat ibadah khusus didalam hotel. Oleh sebab itu, maka
dibangunlah sebuah mushalla yang sangat unik, yang berada di dalam hotel,
tepatnya di basement (ruang bawah tanah dari gedung hotel terebut). Seiring
berjalannya waktu, mushalla ini semakin ramai dikunjungi oleh para karyawan
atau karyawati muslim, kedatangannya ke mushalla ini, ada yang hanya untuk
shalat lima waktu, ada juga yang hanya melepas lelah sejenak setelah shalat
fardhu.13
Pada akhir tahun 1999, menuju tahun 2000, beberapa karyawan
muslim yang sering berjama‟ah, membuat Dewan Kepengurusan Mushalla
12
Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013. 13
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki selaku pengurus mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013.
39
(DKM) di dalam mushalla An-Nabawi tersebut. Pada tahun ini, mulai
terbentuk ketua mushalla sekaligus ketua majelis taklim, wakil ketua,
sekretaris, bendahara dan seksi-seksi. Dan di tahun ini juga, mulailah shalat
Jum‟at diselanggarakan setiap hari Jum‟at, yang diadakan di halaman
mushalla An-Nabawi tepatnya di basement (ruang bawah tanah dari gedung
hotel tersebut). Masuk pada tahun 2003, para karyawan yang aktif dalam
mushalla An-Nabawi, berinisiatif untuk membuat ajang silaturrahmi, dengan
membuat pengajian rutin atau majelis taklim mingguan dan bulanan. Adapun
pengajian mingguan yang menjadi rutinitas mingguan di mushalla ini,
diselanggarakan setiap hari Rabu setelah shalat Zhuhur. Dan pengajian
bulanan diselanggarakan setiap hari Senin setelah shalat zhuhur di awal
bulan.14
Tujuan dari pengajian ini adalah untuk mempererat tali silaturrahmi
antar karyawan, agar terjalin rasa ukhuwah al-Islamiah di antara karyawan.
Selain itu, diselanggarakannya pengajian ini, untuk memberikan pemahaman
mengenai ajaran agama Islam, dan untuk membina kerukunan antar karyawan
yang ada di hotel tersebut.15
C. Visi dan Misi Mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
1. Visi Mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
“Untuk menambah pemahaman ilmu agama Islam dengan nuansa
yang berbeda dari DKM lain”16
14
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki selaku pengurus mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013. 15
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki selaku pengurus mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013. 16
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki selaku pengurus mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013.
40
2. Misi Mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
a. Memperdalam ilmu agama.
b. Memberikan kesempatan pertanyaan kepada pengajar atau ustadz.
c. Menampilkan para ustadz yang berbeda-beda di setiap pengajian
mingguan.
d. Mengevalusi semua kegiatan di akhir tahun.17
D. Struktur Kepengurusan Mushalla al-Nabawi Hotel Menara Peninsula
Ketua Mushalla : Bapak ustadz Mansur Soliki.
Wakil Ketua : Bapak Bekti.
Sekretaris : Bapak ustadz Sofyan Hadi.
Bendahara : Sugiarto Farjianto.
Seksi Dakwah : Bapak ustadz Sofyan Hadi.
Seksi : Narqo.
Seksi Koordinator : Para Staff Departemen.
Seksi Sarana dan Prasarana : Bapak Solehuddin.
Seksi Keamanan : Departemen Keamanan Hotel (Security).
Seksi Kebersiahan : Departemen Kebersihan Hotel.18
E. Kegiatan Mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
Kegiatan yang ada di mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
ini, pada umumnya sama seperti tempat-tempat ibadah lainnya. Yang
membedakan hanyalah mushalla tersebut berada di dalam hotel, dan tidak
semua hotel menyelenggarakan pengajian mingguan atau bulanan.
17
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki selaku pengurus mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013. 18
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki selaku pengurus mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013.
41
Kegiatan-kegiatan yang ada di mushalla An-Nabawi tergolong banyak,
adapun kegiatan-kegiatan yang dibuat di golongkan ke dalam tiga kategori,
yaitu:
1. Kegiatan Rutin (harian atau mingguan)
a. Shalat lima waktu baik berjama‟ah maupun tidak.
b. Shalat jum‟at yang dilaksanakan di halaman mushalla (di basement).
c. Pengajian mingguan untuk para karyawan muslim:
1) Tafsir (hari Rabu minggu pertama pukul 13.00).
2) Fiqih (hari Rabu minggu kedua pukul 13.00).
3) Hadist (hari Rabu minggu ketiga pukul 13.00)
4) Aqidah (tauhid) dan akhlak (tasawuf) (hari Rabu minggu keempat
pukul 13.00)
5) Bahasa Arab (setiap hari Kamis pukul 16.30)19
d. Program sosial, seperti:
1) Sumbangan pada masjid mushalla yang sedang dibangun di sekitar
hotel.
2) Sumbangan pada yayasan yatim piatu.
3) Batuan-bantuan untuk perkembangan yayasan, TK, lembaga
lembaga dan lain-lain sebagainya.
e. Bersih-bersih di dalam mushalla dan sekitar mushalla, yang bekerja
sama dengan Departemen Kebersihan Hotel.20
19
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki selaku pengurus mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013. 20
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki pengurus mushalla An-Nabawi Hotel Menara
Pennsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013.
42
2. Kegiatan Bulanan
a. Pengajian Bulanan (hari Senin awal bulan).
b. Rapat perkembangan majelis taklim. (di sela-sela waktu)21
3. Kegiatan Tahunan
a. Penerimaan zakat, infaq dan shadaqah.
b. Penyaluran zakat kepada yang berhak.
c. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)
d. Evalusai tahunan secara tidak formal.22
21
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki pengurus mushalla An-Nabawi Hotel Menara
Peninsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013. 22
Wawancara dengan bapak Mansur Soliki selaku pengurus mushalla An-Nabawi Hotel
Menara Peninsula Jakarta Barat, Jakarta, 24 April 2013.
43
BAB IV
ANALISA
A. Metode Dakwah Ustadz Suhro Suhaemi
Setelah penulis mengadakan penelitian mengenai metode yang
digunakan oleh ustadz Suhro Suhaemi, penulis mennyimpulkan ada beberapa
metode yang beliau gunakan dalam dakwahnya, yang dianggap mudah
dicerna oleh para mad’u di mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
Jakarta Barat untuk meningkatkan kerukunan antar karyawan. Berdasarkan al-
Qur‟an al-Karim Surat al-Nahl/16: 125 berikut;
ادع إلى سبيل زبك بالحكمت والمىعظت الحسنت وجادلهم بالتي هي أحسن إن زبك هى أعلم بمن ضل
عن سبيله وهى أعلم بالمهتدين
Artinya:
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang
sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih memngetahui siapa yang
mendapat petunjuk.”1
Adapun metode-metode dakwah yang beliau gunakan, untuk
meningkatkan kerukunan antar karyawan, adalah:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang
da’i untuk menjelaskan sebuah ilmu agama kepada para mad’u. Menurut
ustadz Suhro Suhaemi, metode ceramah merupakan sebuah metode atau
cara yang paling mudah untuk menyampaikan sebuah pesan dakwah demi
menunjukan kepada mad’u menuju jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
1 Muhammad Saifudin, Syaamil Al-Qur‟an Miracle The Reference, (Jakata: PT. Sygma
Examedia Arkanleema, 2011), h. 559.
44
Menurut Ustadz Suhro Suhaemi, “… mencari yang termudah, yang
dapat diserap oleh jama‟ah, tentunya berupa tausiah atau ceramah …”2
Berdasarkan ungkapan beliau, berdakwah dengan sebuah ceramah
adalah cara yang termudah untuk memberikan pemahaman kepada mad’u.
Dengan metode ini seorang da’i menyampaikan pesan dakwah melalui
lisan, ucapan atau perkataan, Metode ini merupakan sebuah komunikasi
secara langsung antara subyek dan obyek dakwah.
Selain itu, metode ini sangat tepat digunakan oleh ustadz Suhro
Suhaemi karena mad’u yang beliau hadapi merupakan sebuah kelompok
dari sebuah perusahaan, karena dengan metode ini ustadz Suhro Suhaemi
berdakwah kepada para mad’u secara sekaligus, artinya ketika ustadz
Suhro Suhaemi menyampaikan pesan dakwah, beliau tidak hanya
memberikan pemahaman agama kepada satu orang saja, melainkan secara
serempak atau sekaligus.
Dalam metode ceramahnya, beliau memberikan pemahaman agama
serta mendidik para mad’u dengan cara yang bijaksana (bi al-Hikmah), ini
berdasarkan sebuah observasi yang dilakukan peneleti secara langsung,
dimana peneliti mendengarkan isi ceramah yang beliau sampaikan kepada
para mad’u di mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat,
yang sangat bijaksana mengenai silaturrahmi, yaitu:
Hadirin yang dimuliaka Allah SWT
Seseorang tidak lahir sendiri, tidak hidup sendiri. Dia terikat oleh
lingkaran di mana dia tidak mungkin terlepas darinya dengan sendiri, dia
adalah lemah dan bukan apa-apa, tetapi dengan lingkaran tersebut, dia
menjadi kuat dan memiliki wujud yang nampak darinya, lingkaran
tersebut tiada lain adalah rahim (keluarga, kerabat dan sahabat). Dari
sini maka Islam mengajak kepada silaturahim, menjalin hubungan rahim
kepada keluarga, kerabat maupun sahabat. Maka setiap manusia harus
2 Wawancara pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
45
bersilaturrahim agar terjalin ukhuwah Islamiah, sampai Rasulullah
mengatakan “Wahai golongan orang muslim, hendaklah kalian bertakwa
kepada Allah dan hendaklah kalian menimbulkan rasa kasih sayang
kepada saudara-saudara kalian, karena tidak ada pahala yang lebih cepat
lagi sampainya di dunia, kecuali silaturrahmi”, artinya, pahalanya yang
dipercepat bukan hanya di akhirat tapi juga di dunia. Rasulullah juga
mengatakan “Siapa yang menginginkan panjang umurnya dan banyak
rezekinya, maka bersilaturrahmi”. Maka jika ada orang yang ingin
panjang umur dan banyak rezeki bersilautrrahmilah. Kemudian apa
tujuan dari silaturrahmi? Tujuan dari silaturrahmi itu banyak sekali, yang
pertama dalam rangka ukhuwah Islamiah (persaudaraan seagama Islam),
yang kedua ukhuwah wathaniah (persaudaraan sebangsa), yang ketiga
ukhuwah basyariah (persaudaraan sesama manusia), walaupun berbeda
agama, tidak masalah, karena ada persaudaraan kemanusian, dan dengan
akhlak yang baik, agar orang tersebut tertarik dengan ajaran agama
Islam yang sangat indah. Ada keuntungan-keuntungan dari silaturrahmi,
yaitu seseorang mampu mendekatkan diri kepada Allah dengan
mendapatkan rahmat-Nya, dengan silaturrahmi juga, menjauhkan diri
seseorang dari api neraka. Padahal, untuk mendapatkan rahmat Allah itu
agak berat, dengan kita bersilaturrahmi maka insya Allah rahmat Allah
SWT akan turun pada kita, amin.
Silaturrahmi akan menjadikan panjang umur bagi seseorang,
sampai ada sebuah kisah yang menarik, yaitu malaikat maut memberikan
kabar kepada nabi Dawud AS, bahwa ada pencabutan ruh seseorang
sekitar enam hari lagi, kemudian ketika beberapa tahun, ternyata orang
tersebut masih hidup, akhirnya nabi Dawud bertanya kepada Allah SWT,
tentang pekerjaan malaikat maut, kenapa malaikat maut tidak
melaksanakannya? Dijawab: bukan karena malaikat maut tidak bekerja,
akan tetapi karena ketika orang tersebut keluar dari rumah nabi Dawud,
ternyata dia langsung bersilaturrahmi kepada saudaranya juga kepada
teman-temannya dan kepada yang telah terputus silaturrahmi denganya,
dengan sebab orang tersebut bersilaturrahmi, yang awalnya diberikan
umur enam hari lagi, oleh Allah SWT diberikan anugrah sehingga
umurnya menjadi dua puluh tahun lagi. Subhanallah.. Ini kehebatan dari
bersilaturrahmi.
Maka jika hadirin menginginkan umur yang panjang, banyak
rezeki bersilaturrahmilah.. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk
bersilaturrahmi, bisa dengan datang secara langsung, atau dengan
ngobrol, atau hanya dengan mengucapkan salam, dan juga bisa dalam
pekerjaan yang kita kerjakan disini, bisa kita niatkan untuk
bersilaturrahmi, dengan kerjasama antar teman sepekerjaan, saling
ngobrol dengan cara yang baik, atau dengan kumpul di mushalla ini untuk
menuntut ilmu sambil bersilaturrami. Dan Rasulullah katankan “Salam
yang paling afdhal dalam bersilaturrahmi adalah berjabatan tangan”,
artinya bertemu seseorang kepada yang lainnya itu merupakan
silaturrahmi karena berjabat tangan. Ada pula seseorang datang kepada
Rasulullah, lalu bertanya, Ya Rasul, saya punya banyak teman, sahabat,
dan tetangga, saya bersilaturrahmi tetapi mereka memutuskan saya dan
46
saya memaafkan kepada mereka tetapi mereka masih menzhalimi saya,
saya berbuat baik kepada mereka tetapi mereka masih menjahati saya,
jadi bagimana jalan keluarnya Ya Rasul? Apa boleh saya membalas
mereka? Rasulullah menjawab, Jangan! Jika engkau membalas, maka
engkau dengan mereka sama-sama berserikat dengan mereka dalam
kejahatan, putus silaturrahmi dan kezhaliman. Maka jalan keluarnya
adalah ambillah yang paling utama, yaitu terus dengan bersilaturrahmi,
dengan akhlak yang baik dan selalu memaafkan mereka. Karena tidak
akan berhenti pertolongan Allah SWT datang kepada engkau selama
engkau bersilaturrahmi, memaafkan mereka dan selama engkau berbuat
baik kepada mereka.3
Maka dari materi yang beliau sampaikan di atas, beliau
memberikan pemahaman kepada para mad’u dengan cara yang bijaksana,
artinya beliau menjelaskan bahwa betapa banyak keuntungan-keuntungan
yang diperoleh jika seseorang melakukan silaturrahmi (bi al-Hikmah).
Beberapa nasihat yang beliau sampaikan juga tidak menjadikan mad’u
tersinggung, beliau memberikan nasihat-nasihat yang baik, sedikit tetapi
mendalam (bi al-Mauizhah al-Hasanah). Selain itu pula, dalam
ceramahnya, beliau sering menceritakan kisah-kisah yang menarik (bi al-
Mujadalah), sehingga para mad’u semangat untuk mempraktikan apa yang
diajarkan oleh ustadz Suhro Suhaemi.
Dalam ceramahnya beliau selalu memberikan materi yang ada
kaitannya dengan aqidah, seperti memberikan hadist yang berkaitan
dengan aqidah, yaitu “Wahai golongan orang muslim, hendaklah kalian
bertakwa kepada Allah dan hendaklah kalian menimbulkan rasa kasih
sayang kepada saudara-saudara kalian, karena tidak ada pahala yang
lebih cepat lagi sampainya di dunia, kecuali silaturrahmi”. Dalam hadist
ini, beliau memberikan nasihat-nasihat yang baik agar seseorang dapat
3 Hasil observasi secara langsung di mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula,
Jakarta, 27 Februari 2013.
47
bertakwa kepada allah SWT. Dari segi akhlak pun beliau mengajarkan,
bahwa berakhlak yang baik, bukan saja dengan saudara seiman, akan
tetapi berakhlaklah kepada sesama manusia, walaupun dia beragama non-
Islam.
Ketika beliau diwawancara oleh penulis, “Bahwa Aqidah Islamiah
(ilmu tauhid), Syariat Islamiah (ilmu fiqih) dan Akhlak Islamiah (ilmu
tasawuf ) adalah ilmu yang termasuk fardhu „ain, yang diwajibkan kepada
setiap muslim. Sebenarnya di dalam al-Qur‟an itu ada lima puluh tujuh
ribu empat ratus tiga puluh sembilan cabang atau materi ilmu, kalau kita
diberikan umur yang panjang oleh Allah seribu tahun, ilmu yang ada di
dalam al-Qur‟an itu tadi tidak akan pernah selesai kita pelajari, oleh
karena itu, kata Imam Syafi‟i, sudah meringkas, bahwa yang wajib kita
pelajari adalah “ilmu yang penting-penting saja”, untuk kepentingan
kehidupan kita di dunia dan di akhirat yaitu di antaranya Aqidah
Islamiah (ilmu tauhid), Syariat Islamiah (ilmu fiqih) dan akhlak Ismiah
(ilmu tasawuf ).4
Dari hasil wawancara dan pengamatan penulis, materi yang
disampaikan oleh ustadz Suhro adalah ilmu Tauhid, Fiqih dan Tasawuf,
hanya dalam hal ini, ustadz Suhro memberikan pengajaran mengenai ilmu
Tauhid (Aqidah) dan ilmu Tasawuf (Akhlak) saja, karena di mushalla ini,
sudah ada ustadz lain yang memberikan materi ilmu fiqih. Ilmu tauhid
(Aqidah) dan ilmu Tasawuf (Akhlak) yang diajarkan oleh ustadz Suhro
Suhaemi memberikan efek positif kepada para mad’u yang telah
mengikuti pengajian di mushalla An-Nabawi Hotel Menara Peninsula
Jakarta Barat karena sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para
pengurus mushalla tersebut yaitu untuk meningkatkan kerukunan dan
ukhuwah Islamiah antar karyawan. Karena dalam wawancara peneliti
kepada bapak Sofyan Hadi selaku karyawan Hotel Menara Peninsula
sekaligus jama’ah pengajian ustadz Suhro Suhaemi mengatakan:
4 Wawancara Pribadi dengan ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 24 April 2013.
48
“Kalau untuk saya pribadi ya, memang kalau bicara soal agama,
saya memang bukan lulusan atau keluaran dari pesantren atau sekolah
agama. Jadi, pengaruh sekali, karena dengan adanya ustadz Suhro
mengajarkan aqidah (tauhid) dan akhlak (tasawuf), berkaitan sekali
dengan kehidupan sehari-hari, selain itu juga kan, hampir seluruh kawan-
kawan disini latar belakangnya bukan dari lulusan sekolah agama
(pesantren).5
Dari hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan bahwa materi
yang diberikan oleh ustadz Suhro Suhaemi sesuai dengan jama’ah yang
mengikuti pengajiannya di Hotel Menara Peninsula, karena berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari, baik dalam pekerjaan maupun di luar
pekerjaan.
Dalam menghadapi para mad’u. dalam setiap ceramahnya, beliau
memberikan nasihat kepada para mad’u dengan cara yang baik,
memberikan petunjuk kepada jalan yang baik, dan dengan bahasa yang
baik (metode al-Mauizhah al-Hasanah/nasihat-nasihat yang baik),
sehingga para mad’u dapat menerima secara baik apa yang disampaikan
oleh ustadz Suhro Suhaemi, ini dapat terbukti dengan hasil wawancara
yang penulis buat, dari bapak Sofyan Hadi, karyawan hotel sekaligus yang
rutin mengikuti pengajian ustadz Suhro di Hotel Menara Peninsula,
berikut:
“Seberapa besar pengaruh dari dakwah yang ustadz Suhro
berikan kepada bapak? Kalau untuk saya pribadi ya, memang kalau
bicara soal agama, saya memang bukan lulusan atau keluaran dari
pesantren atau sekolah agama.”6
Dari hasil wawancara dan pengamatan penulis, terlihat bahwa
metode ceramah yang beliau berikan, dengan menggunakan metode al-
5 Wawancara dengan bapak Sofyan Hadi selaku karyawan Hotel Menara Peninsula dan
sekaligus jama’ah pengajian ustadz Suhro Suhaemi, Jakarta, 06 Mei 2013. 6 Wawancara pribadi kepada bapak Sofyan Hadi karyawan, sekaligus jama’ah yang rutin
mengikuti pengajian ustadz Suhro di Hotel Menara Peninsula. Jakarta, 06 Mei 2013.
49
Mauizhah al-Hasanah (nasihat-nasihat yang baik) sehingga dapat
diterima oleh mad’u, karena dengan ucapan-ucapan yang baik akan bisa
bermanfaat untuk para mad’u atau dengan argumen-argumen yang beliau
miliki dapat memberikan kepuasan kepada para mad’u.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab ini, digunakan oleh ustadz Suhro Suhaemi
dalam dakwahnya untuk meningkatkan kerukunan anta karyawan. Banyak
para mad’u yang bertanya mengenai yang ada kaitannya dengan agama
maupun akhirat. Dan jawaban yang beliau sampaikan dapat memberikan
pemahaman kepada para mad’u dengan penuh bijaksana (bi al-Hikmah).
Dengan metode ini, para mad’u dapat menanyakan sesuatu yang mereka
belum pahami dengan materi yang dibahas oleh ustadz Suhro Suhaemi,
dan ustadz juga menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para
mad’u dengan penuh bijaksana, sebagai contoh, ada yang bertanya kepada
ustadz Suhro mengenai pelaksanaan shalat yang ditunda-tunda (tidak tepat
l. Dekan2. Ketua Jurusan Komunikasi dar-r Penyiaran Islarn (KPI)Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jakarta, tgMaret 2013
Kepada Yth.Umi Musyarofah, M.AgDosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullali Jakarta
Assalamu' alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan oleh mahasisrvaFakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarla sebagaiberikut,
Nama : Choirul RoziqinNomor Pokok : 109051000079Jurusan /Semester : Komunikasi dan Penyiaran islam (KPI) / VIIIJudul Skripsi : Metode Dakwah Ustadz Suhro Suhaerni di Mushallah An -
Nabawi Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat dalarnMeningkatkan Kerukunan antar Karyawan.
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalampenyusunan dan penyelesaian skripsinya pada waktu yang tidak terlalu lama.
Atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.
Wassalamu' alaikum Wr. Wb.
a&.:De,iTi Dekan Bidang Akademik
)
-r,
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWATI DAN ILMU KOMUNIKASITelepor.r/Fax : (021) 7 432723 / 7 4703580
Ji. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputa tl'4lzlndonesia website: www,fdkuinjakarta.ac.icl, E-mail : [email protected] ac id
Nomor : Un.O1/F5/KM.01 3ftfr}.}- t2013
Lamp : -Hal : PenelitianAilawancara
Jakarta, 7j April 2OtZ
Kepada Yth.Pengurus Mushalla An-NabawiHotel Menara Peninsula Jakarta Baratdi Tempat
Assalamu' alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat bersama ini kami sampaikan bahwa mahasiswa Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah.Takarla di bawah ini,
NamaNomor PokokJurusan/Semester
Ternbusan :
l. Pembantu Dekan Bidang Alcadernik2. I(etua Jurusan Komunikasi clan Pcnyiarau trslam (I{Pl)Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
: Choirul R.oziqin:109051000079: Kornunikasi dan Penyiaran islam (KPi) / VIII
bermaksud melaksanakan penelitiary'wawancara untuh bahan penulisan skripsi yang
berjudul Metode Daloutth (Jst. Suhro Strhaemi t{i Mushallo An-J',labawi Hotel Menara
P eninsula Jakarta Bcu'ctt.
Sehubungan dengan itu, kami mernohon kepada Bapak/lbu/Sdr' kiranya berkenan
menerima mahasiswa kani tersebr-lt dalam pelaksanaan penelitiarVwawallcara dimaksud'
Demikian, atas perhatieur tlan perkenamya kami meugucapkan terima kasih.
Wassalamu' alaikum Wr. Wb.
r"6o+
WAWANCARA KEPADA USTADZ SUHRO SUHAEMI SELAKU PENGAJAR DI
MUSHALLA AN-NABAWI HOTEL MENARA PENINSULA JAKARTA BARAT
Narasumber : Ustadz Suhro Suhaemi (da’i)
Pewawancara : Choirul Roziqin (peneliti)
Waktu : Rabu, 24 April 2013
Pukul : 20.00 WIB - selesai
1. P : Apakah bisa ustadz ceritakan tentang riwayat hidup ustadz?
J : Saya lahir pada 13 April 1955, di Ciamis Tasikmalaya Jawa Barat, Bapak
saya bernama Suhaemi dan Ibu saya Hajah Enco. Nama lengkap saya
sebenarnya Suhro Suhaemi al-Hadi, saya tambahkan nama ayah dan kakek
saya yaitu Suhaemi (bapak) dan al-Hadi (kakek). Nama tersebut (Suhaemi dan
al-Hadi) saya ambil karena memang ta‟zhiman aja kepada orang tua dan
kakek, jadi ketika orang mendo‟akan saya, dan saya mengamalkan ilmu yang
ada, maka akan ikut serta pahala dan kebaikkan untuk ayah dan kakek saya.
Saya menikah di tahun 1986, istri saya bernama Apung Hasanah, mertua saya
bapak Fakhruddin dan ibu Mamah. Dari pernikahan saya ini, alhamdulillah
saya dikaruniai tiga anak, yang pertama Hanifah Sumiarti, kedua Irfan Hilmi,
ketiga Luthfi Akmaluddin. Aktifitas sehari-hari yang saya jalani, yah hanya
belajar dan mengajar dari satu masjid ke masjid, dari mushalla ke mushalla
lain, dari rumah ke rumah, bersosialisasi pada masyarakat dan juga berdagang
sandal, sepatu, tas, dan lain-lain di pasar bedeng.
2. P : Ustadz, tolong ceritakan riwayat pendidikan ustadz?
J : Riwayat pendidikan saya dimulai dari SD (Sekolah Dasar) Negeri 03
Cihaurbeuti, Ciamis, Jawa Barat saya tamat pada tahun 1966. Kemudian SMP
saya MTs (Madrasah Tsanawiyyah) Cihaurbeuti, Ciamis, Jawa Barat, di tahun
1971 saya tamat. Kemudian SMA (Sekolah Menengah Atas) saya di Yayasan
Pendidikan Palmerah Jakarta Barat, dan tamat pada tahun1984. Selain itu, ada
juga pendidikan non-formal yang pernah saya jalani, yang pertama Pesantren
Salafiah Pasir Kadu, di Ciamis, Jawa Barat, tamat pada tahun 1974 waktu itu.
Terus, mencoba kursus Bahasa Inggris, di Cihideng, Tasikmalaya, Jawa Barat,
dan tamat tahun 1975. Meneruskan kembali pesantren di Pesantren Salafiah
Ciharbeuti, Ciamis, Jawa Barat, tamat pada tahun 1976. Kemudian juga terus
Pesantren kembali di Pondok Pesantren Sadang, Garut, Jawa Barat, dan tamat
di tahun 1978. Kembali lagi meneruskan ilmu agama (Pesantren) di Pondok
Pesantren Miftahul Huda, Tasikmalaya, tepatnya di Raja Pola, Jawa Barat,
tamat di tahun 1980. Itu aja kalau di tanya masalah riwayat pendidikan yang
pernah saya jalani.
3. P : Bagaimana awal perjuangan dakwah ustadz sampai sekarang?
J : Awalnya itu, sebetulnya, mmmh, “keberanian”, jadi, seandinya engga berani,
sulit juga untuk tampil berdakwah, ini adalah sesuai dengan nasehat sayyidina
„Ali karramallahu wajhah, yaitu “fa „alaika bissaja‟ah” atrinya (“hendaklah
kau berani”), bahkan, “laa takhaf bil ghalat” (“untuk awal-awal jangan
sampai kau takut salah. Jadi ketika awal dakwah itu, jangan sampai takut
salah, kenapa? Karena kita akan bisa belajar melalui kesalahan tersebut,
nantikan tinggal diperbaiki dari kesalahan tersebut, sambung beliau. Kalau
kita sudah tahu salah, nanti kesananya tinggal diperbaiki. Mengenai awal
perjuangan saya berdakwah adalah mengajar, dari rumah kerumah, sasaran
dakwahnya ada bapak-bapak, anak-anak, remaja, dan lain sebagainya.. Bahkan
kalau ceramah-ceramah itu, saya belakangan, sehingga ketika saya dahulu
disuruh untuk ceramah, saya sempat menolak, karena menurut saya, waktu itu,
ceramah bukan bidang saya, saya fikir, bidang saya yah mengajar. Tapi karena
banyaknya tuntutan dari berbagai pihak untuk berceramah atau khutbah, maka
saya usahakan, masa sih engga bisa, saya berusaha, dan terus mencoba,
akhirnya bisa. Artinya, tidak ada yang engga bisa, kalau memang kita belajar,
berani dan semangat, sesuai juga dengan hadist Rasul “man jadda wajada”
(“barang siapa yang bersungguh-sungguh maka pasti dia akan berhasil”).
4. P : Apakah tujuan dakwah yang ustadz harapkan?
J : Tujuan dakwah itu sebetulnya, hanya mengembangkan ilmu aja, mmmhh,
kata Rasul “barang siapa belajar, mengajar, dan mau mengamalkan kepada
ilmunya, maka Allah akan berikan ilmu yang mereka belum pelajari”, semua
tidak lain hanyalah untuk mencari Ridha Allah SWT. Tapi, yah itulah, kalau
kita ingin agar cepat dapat ilmu yang belum kita pelajari, mesti rajin belajar,
mengajar, apalagi kalau bisa mengarang serta mengamalkannya, maka Allah
akan berikan kepada dia ilmu yang belum dia pelajari.
5. P : Menurut ustadz apakah kunci sukses dalam berdakwah?
J : Jadi kunci sukses dalam berdakwah, sebenarnya, ini tidak terlepas dari
“lisanul hal afshahul lil lisanil maqal” jadi artinya, perbuatan itu, jauh lebih
hebat ketimbang kata-kata, maksudnya, bukan hanya, memberikan tausiah,
tapi mesti keluar dari pada prakteknya, sehingga yang dimaksud adalah
mengikuti kepada percontohan Rasul. Rasul itu uswatun hasanah suri tauladan
yang bagus di dalam segala bentuk dan segi, baik kata-katanya, perbuatannya,
perilakunya, dan diamnya itu, adalah sebuah percontohan. Itulah kunci sukses
dalam berdakwah, karena orang lain dapat dipercaya itu, karena melihat dari
perilakunya, bukan hanya dari segi omongannnya saja, kalau omongan mah
bisa dibuat-buat.
6. P : Apa saja kegiatan dakwah ustadz?
J : Oh, kegiatan dakwah, ada rutinitas dakwah yang saya jalani yaitu mengajar
mingguan atau bulanan di masjid-masjid, mushalla-mushalla, instansi-instansi,
rumah ke rumah, dan selain mengajar, membuat ringkasan materi, agar dapat
dibawa pulang oeh jama‟ah, selain itu, saya juga berdakwah dengan cara
merekrut khatib jum‟at, dengan harapan agar kelak nanti ada generasi Islam
yang meneruskan dakwah Rasulullah SAW, kemudian juga menjadi khatib
jum‟at di beberapa masjid wilayah Jakarta, ceramah agama ketika ada
Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), atau juga ceramah saat ada keluarga yang
syukuran, kultum, dan yang paling saya andalkan untuk kedepannya nanti
adalah mengurus secara langsung Yayasan Pondok Pesantren yang sudah saya
bagun dan saya beri nama Pon-Pes Nurul Hasanah di Tasikmalaya Jawa Barat,
selain itu juga berdagang sambil berdakwah, karena kadang-kadang ada juga,
yang datang ke toko, bukan untuk membeli dagangan melainkan bertanya
mengenai agama Islam, ada juga yang curhat, makanya saya beri nama juga
toko saya Toko al-Mukasyafah.
7. P : Adakah hambatan-hambatan dalam berdakwah dan apa solusinya?
J : Kalau bicara hambatan dalam berdakwah tentu ada ya, misalnya setiap kali
saya menyampaikan materi, terkadang saya mengalami komunikasi yang tidak
efektif. Mugkin karena ada jama‟ah yang sulit mencerna atau menerima materi
yang saya sampaikan, biasanya karena kurang konsentrasi jama‟ah terhadap
materi. Ada juga ketika saya memberikan materi, pemahaman jama‟ah tidak
sesuai dengan apa yang direncanakan (salah persepsi), padahal kalau dilihat
dari materi yang dibahas, kemudian waktu dan tempat semuanya sama.
Mmmhh, sulit untuk mengukur kira-kira sampai mana nih pemahaman
jama‟ah terhadap materi yang saya sampaikan. Ada juga hambatannya daya
tangkap jama‟ah yang tidak mudah dalam menerima isi materi saya.
Kemudian juga ada ketergantungan dari pengurus majelis taklim, karena
metode dakwah yang ada pada saya ini, tergantung adanya undangan, karena
kalau saya engga diundang, maka saya tidak mungkin datang tiba-tiba lalu
berceramah di depan jama‟ah. Rasulullah juga mengatakan “al-„Ilmu yu‟ta
walaa ya‟ti” atinya, ilmu itu harus didatangkan, tidak datang sendiri,
maksudnya ialah, dakwah itu harus adanya undangan-undangan. Itu yang saya
rasa, juga menjadi hambatan saya dalam berdakwah. Jadi kalau pengurus tidak
mengundang, saya tidak mungkin datang begitu saja dan tiba-tiba berdakwah.
Artinya juga dakwah itu butuh dukungan dari berbagai macam pihak juga.
Solusinya adalah ketika ada jama‟ah yang kurang konsentrasi atau
kurang serius dalam menyimak materi yang saya bahas, maka saya mensiasati
dengan memberikan sesuatu yang menarik, seperti mengaitkan pembahasan
dengan menulis dipapan tulis (white board) berupa do‟a-doa yang berkaitan
dengan materi, atau dengan mengisahkan dari seorang nabi Allah atau wali
Allah atau juga dengan humor yang tidak berlebihan. Kemudian saya
mengulas kembali apa-apa yang telah saya sampaikan dengan kata-kata yang
mudah dicerna oleh para jama‟ah. Saya ajak komunikasi aja dengan jama‟ah
seperti dengan menanyakan, “gimana, faham atau tidak?”, atau dengan saya
membuka waktu tanya jawab di dalam atau di luar majelis taklim. Selain itu
juga, saya akan selalu men-support kepada jama‟ah untuk terus selalu
menggali ilmu, dimana pun mereka berada. Dan selalu memberikan motivasi
kepada jama‟ah untuk selalu belajar, belajar, dan belajar (menuntut ilmu) agar
tercapai apa-apa yang dituntut dan mendapat ridha Allah Ta‟ala. Dan selain
itu, memperbanyak jaringan, teman, pengetahuan dan lain sebaginya, agar
dakwah bisa tersebar luas.
Narasumber Pewawancara
(Ustadz Suhro Suhaemi) (Choirul Roziqin)
*Keterangan: “P” = Pertanyaan
“J” = Jawaban
WAWANCARA KEPADA USTADZ SUHRO SUHAEMI SELAKU PENGAJAR
PENGAJIAN DI MUSHALLA AN-NABAWI HOTEL MENARA PENINSULA
JAKARTA BARAT
Narasumber : Ustadz Suhro Suhaemi (pengajar)
Pewawancara : Choirul Roziqin (peneliti)
Waktu : Jum’at, 03 Mei 2013
Pukul : 13.00 WIB - selesai
1. P : Bagaimana dakwah menurut ustadz?
J : Dakwah itu adalah ajakan, artinya kita sebagai da‟i mengajak, diri sendiri,
keluarga, teman-teman, jama‟ah dan orang-orang di luar Islam untuk
beribadah kepada Allah SWT, menjalankan semua perintah-Nya, dan
menjauhi segala larangannya-Nya. Karena dakwah itu ada dua yah, yang
pertama dakwah intern dan ekstern. Intern artinya dakwah ke sesame Islam,
dan dakwah ekstern adalah dakwah ke luar agama Islam.
2. P : Metode dakwah apa saja yang ustadz gunakan?
J : Jadi, metodenya itu, mencari metode yang termudah, yang dapt diserap oleh
jama‟ah, tentunya berupa tausiah, selain itu tanya jawab, atau juga tertulis
juga, praktek juga, tapi tergantung dari jama‟ahnya, kalau memang
jama‟ahnya yang memerlukan praktek ya, maka praktek digunakan. Jadi,
macam-macam, ada yang metode yang secara tertulis, ada yang berupa
tausiah, secara metode tanya jawab.
3. P : Apa rujukan dari metode tersebut?
J : Tentunya tidak keluar dari kitab karangan para ulama, karena mereka adalah
pakar dari alquran dan alhadist, artinya yang berbicara sebagai pakarnya, jadi,
saya hanya menyambung lidah dari para ulama, karena para ulama yang dapat
kita pegang pemahamannya dan pendapatnya, karena tidak pernah keluar dari
al-Qur‟an dan al-Hadist, artinya, para ulama itu, rujukannya kepada al-Qur‟an
dan al-Hadist.
4. P : Apakah metode tersebut sudah efektif menurut ustadz?
J : Iya, termasuk sudah efektif menurut saya, tapi, bagi mereka yang ilmunya
sudah ada sehingga lebih mudah diserap, kecuali yang ilmunya belum ada,
kalau ilmunya belum ada, sulit juga memang, jadi memang tergantung dari
tingkatan-tingkata jama‟ah juga, bagi mereka orang-orang yang ahli fikir (mau
berfikir), tentunya cepat memahami, kemudian cepat diserap juga, tapi bagi
mereka yang bukan ahli fikir (malas mikir), tentunya agak juga berat menurut
mereka, tentan metode saya ini, karena memang saya, ketika memberikan
penjelasan itu, tidak pernah keluar dari definisi dan fakta, atau ta‟rif dan dalil.
Nah, ini juga sesuai dengan ilmu mantiq, ilmu mantiq itukan isinya dua yah,
satu adalah untuk mengetahui kepada ta‟rif artinya definisi, kedua untuk
mengetahui kepada dalil artinya fakta. Dan bahkan menurut Imam Ghazali “fa
man lam ya‟rif bil‟ilmil mantiq la yusaku bil‟ilmihi” artinya (“barang siapa
yang tidak mengerti kepada ilmu mantiq atau ilmu logika, maka dia tidak bisa
dipercaya ilmunya”) karena dia tidak mengetahui kepada definisi dan kepada
fakta.
5. P : Apakah sebelum mengajar ustadz ada persiapan?
J : Memang harus, harus adanya persiapan, kalau engga pakai persiapan