MENGKAITKAN KASUS DENGAN METODE CARL DAN DIAGRAM FORCE FIELD ANALYSIS MK Isu Terkini Manajemen Kesehatan Kelompok 6 / Kelas D 2013 Hari Kamis (pukul 09.30-12.00) Nurafian Majid Pranomo 25010113140241 Nafizta Rizcarachmakurnia 25010113130292 Destyana Ayu Wulandari 25010113140293 Novita Ayu Ningrum 25010113140294 Nurul Anggraeni 25010113140295 Dian Indriyani 25010113140296 Ghina Anisah 25010113140297 Vrishelli Setiadi Putri 25010113130298 I’ik Santi Komala 25010113140299 Pitoyo Mumpuni 25010115183026 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG SEPTEMBER 2015
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MENGKAITKAN KASUS DENGAN METODE
CARL DAN DIAGRAM FORCE FIELD ANALYSIS
MK Isu Terkini Manajemen Kesehatan
Kelompok 6 / Kelas D 2013
Hari Kamis (pukul 09.30-12.00)
Nurafian Majid Pranomo 25010113140241
Nafizta Rizcarachmakurnia 25010113130292
Destyana Ayu Wulandari 25010113140293
Novita Ayu Ningrum 25010113140294
Nurul Anggraeni 25010113140295
Dian Indriyani 25010113140296
Ghina Anisah 25010113140297
Vrishelli Setiadi Putri 25010113130298
I’ik Santi Komala 25010113140299
Pitoyo Mumpuni 25010115183026
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
SEPTEMBER 2015
KASUS :
Angka Kematian Ibu dan Bayi Masih Tinggi
JAWA BARAT
18 Maret, 2015 - 17:02
CIANJUR, (PRLM).- Kematian ibu dan bayi saat melahirkan dan
pascamelahirkan di Kabupaten Cianjur terbilang masih tinggi. Hal ini membuat
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur bekerja ekstra untuk menekan
tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (AKI/AKB). Berbagai
programpun dilaksanakan agar AKI/AKB bisa menurun.
Berdasarkan data yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, pada
tahun 2014 setidaknya terdapat 49 ibu meninggal dunia akibat melahirkan.
Sedangkan untuk kematian bayi meninggal setelah dilahirkan mencapai 173.
Kondisi ini masih menempatkan Cianjur menjadi urutan kelima dari bawah dari
jumlah kabupaten/kota di Jawa Barat.
"Memang masih terbilang tinggi AKI maupun AKB di Cianjur. Kita terus
berupaya menekan AKI dan AKB dengan berbagai program. Kita juga terus
melakukan sosialisasi kepada masyarakat," kata Sekretaris Dinas Kesehatan
(Dinkes) Kabupaten Cianjur melalui Kepala Seksi (Kasi) Kesehatan Ibu dan Anak
Bidang Kesejahteraan Keluarga Teni Hernawati, Rabu (18/3/2015).
Hingga pertengahan Maret 2015, setidaknya telah ditemukan 13 kasus AKI di
Cianjur. "Lagi kita soroti kematian ibu, ditingkat provinsi kita mulai menurun
meski masih tinggi. Kalau kematian bayi masih masuk ranking 10 di tingkat
provinsi," jelasnya.
Dikatakan Teni, sejumlah faktor penyebab tingginya AKI/AKB ada yang
secara langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung pada kasus freeklamsi
ditandai dengan darah tinggi, protein urin prositif, uedema atau bengkak di kaki
kanan dan muka.
Untuk bayi, berat badan lahir rendah, tidak sesuai dengan kehamilannya.
Aspiksia atau sesak nafas saat baru lahir. "Aspiksia ini yang paling banyak
menjadi penyebab langsung meninggalnya bayi saat dilahirkan," tegasnya.
Sementara penyebab tidak langsung terjadinya AKI/AKB menurut Teni,
akibat 3 terlambat dan 4 terlalu. "Terlambat memutuskan artinya keluarga tidak
segera memutuskan mendapatkan penanganan. Ini faktor budaya. Terlambat
merujuk trasportasi, biasanya yang menjadi penyebab dan terlambat mendapat
pertolongan, artinya sudah parah saat ke rumah sakit," kata Teni.
Sedangkan 4 terlalu lanjut Teni adalah terlalu muda melahirkan dibawah
20 tahun, terlalu tua diatas 35 tahun, terlalu banyak lebih dari 4 anak, terlalu dekat
jaraknya. "Ini yang menyebabkan secara tidak langsung kematian pada ibu,"
paparnya.
Upaya untuk menekan terjadinya AKI/AKB yang tengah dilakukan saat
ini kata Teni dengan cara meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dilapangan
melalui pelatihan ketrampilan agar bisa menangani kagawat daruratan.
Pemenuhan sarana dan prasarana di puskesmas ke gawat darutan. Peningkatan
pemberdayaan masyarakat.
" Kita harapkan dengan pemenuhan ini AKI dan AKB di Cianjur bisa
ditekan dan terus menurun. Namun kami juga tidak bisa sendiri perlu partisipasi
dari semua pihak untuk menurunkan AKI dan AKB di Cianjur terutama peran
serta masyarakat," tegasnya (Bisri Mustofa/A-147)***
METODE CARL
Metode CARL merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk
menentukan prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif.
Metode ini menentukan skor berdasarkan kriteria tertentu. Dilakukan dengan
menentukan skor atas kriteria tertentu. Kriteria dalam Metode CARL mempunyai
arti :
C : Capability yaitu ketersediaan sumber daya
Sumber daya yang dimaksud adalah Dana, Sarana dan peralatan.
A : Accessibility yaitu kemudahan.
Masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahan dapat
didasarkan pada ketersediaan metode atau cara atau teknologi serta
penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak).
R : Readiness yaitu kesiapan
Kesiapan yang dimaksud adalah kesiapan dari tenaga pelaksana
maupun kesiapan sasaran seperti keahlian atau kemampuan dan
motivasi.
L : Leverage yaitu pengaruh
Pengaruh yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan
yang lain dalam pemecahan yang dibahas
Setelah masalah atau alternative pemecahan masalah diidentifikasi,
kemudian dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Nilai total merupakan
hasil perkalian C x A x R x L, urutan ranking atau prioritas adalah nilai tertinggi
sampai nilai terendah. Semakin besar skor, semakin tinggi letaknya pada urutan
prioritas.
Langkah Pelaksanaan CARL
1. Pemberian skor pada masing-masing masalah dan perhitungan hasilnya
2. Tulis masalah atau penyebab masalah atau alternative penyelesaian
masalah, dan letakkan pada lembar flipchart / papan tulis
3. Tentukan skor atau nilai akan diberikan pada tiap masalah atau penyebab
masalah atau alternative penyelesaian masalah, berdasarkan kesepakatan
bersama
Nilai 1 : sangat tidak menjadi masalah
Nilai 2 : tidak menjadi masalah
Nilai 3 : cukup menjadi masalah
Nilai 4 : sangat menjadi masalah
Nilai 5 : sangat menjadi masalah (mutlak)
4. Berikan skor atau nilai untuk setiap alternative masalah berdasarkan
kriteria CARL (Capability atau kemampuan, Accesability atau
kemudahan, Readiness atau kesiapan, Leverage atau daya ungkit atau
pengaruh).
Contoh tabel :
Nomor Masalah C A R L Nilai Rank
1 Masalah
A
3 2 2 1 12 3
2 Masalah
B
1 3 3 2 18 2
3 Masalah
C
3 2 2 2 24 1
Tahap penentuan prioritas alternatif solusi
Contoh kasus AKB dengan metode CARL
Pada metode CARL setiap alternative masalah diberikan skor atau nilai
berdasarkan kriteria CARL (Capability atau kemampuan, Accesability atau
kemudahan, Readiness atau kesiapan, Leverage atau daya ungkit atau pengaruh).
Kriteria penilaian :
Nilai 1 : sangat tidak menjadi masalah
Nilai 2 : tidak menjadi masalah
Nilai 3 : cukup menjadi masalah
Nilai 4 : sangat menjadi masalah
Nilai 5 : sangat menjadi masalah (mutlak)
Analisis masalah pada kasus AKB :
1. Aspiksia adalah sesak nafas yang dialami bayi pada saat baru lahir.
2. Terlambat memutuskan untuk mendapat pertolongan.
3. Terlambat merujuk transportasi.
4. Terlambat mendapatkan pertolongan.
5. Berat Badan lahir rendah.
No Masalah C A R L Nilai Rank
1 Aspiksia 4 2 2 2 32 4
2 Terlambat
memutuskan
untuk mendapat
pertolongan.
3 5 5 5 375 1
3 Terlambat
merujuk
transportasi.
5 4 4 4 320 2
4 Terlambat
mendapatkan
pertolongan.
2 3 3 3 54 3
5 Berat Badan lahir
rendah.
1 1 1 1 1 5
DIAGRAM FORCE FIELD ANALYSIS
A. Pengertian dan Tujuan Force Field Analysis
Force field analysis (Analisis medan daya) merupakan suatu alat
analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai kendala dalam
mencapai suatu sasaran. Force field analysis berguna untuk mempelajari
situasi yang memerlukan perubahan. Hal ini didasarkan pada ide bahwa
terdapat dua kekuatan yang saling berhadapan dalam sebuah usaha perubahan.
Kekuatan pertama mendukung perubahan dan kekuatan kedua menolak
perubahan. Analisis ini memberikan tawaran yang bisa dilakukan yaitu
memperkuat kekuatan pendukung dan menetralkan kekuatan yang menolak.
Tujuan analisis diatas adalah membuat suatu kerangka kerja yang
mendorong suatu organisasi ataupun individu untuk melakukan hal-hal
penting seperti berikut :
a. Berpikir sebelum merencanakan.
b. Mempertimbangkan langkah-langkah apa yang harus diambil untuk
menghadapi ganjalan yang tidak mau berubah.
c. Membantu manajemen dalam melakukan pembenahan/ perubahan.
d. Menganalisis tingkat kekuatan-kekuatan yang bertentangan satu sama
lain.
Melalui analisis medan kekuatan ini diharapkan kelompok atau organisasi
dapat melakukan identifikasi kekuatan penghambat/penahan dan kekuatan
pendorong/penggerak, penilaian besar kekuatan “the strength of each
forces”dari masing-masing kekuatan dan memutuskan tindakan apa untuk
memaksimumkan kekuatan penggerak serta meminimumkan kekuatan
penahan.
B. Kegunaan Force Field Analysis
Force field anlysis adalah alat yang umum yang digunakan untuk
menganalisis faktor yang ditemukan dalam permasalahan yang kompleks.
Sebagai alat untuk mengelola perubahan, force field analysis membantu
mengidentifikasi faktor yang harus diatasi dan dipantau jika perubahan
diharapkan dapat meraih kesuksesan.Force field analysis digunakan dan
diterapkan untuk melakukan manajemen perubahan. Perubahan dapat berhasil
jika kekuatan pendorong perubahan lebih besar daripada kekuatan
penghambat yang menolak perubahan.
Sasaran utama Force Field Analysis dalam upaya mempengaruhi
kebijakan adalah menemukan cara untuk mengurangi kekuatan penghambat
sekaligus mencari peluang untuk mendapat keuntungan dari kekuatan
pendorong. Selama proses diskusi force field analysis diharapkan muncul
debat dan dialog diantara peserta kelompok. Hal ini merupakan bagian penting
dalam Force Field Analysis, dan diperlukan waktu untuk membahas isu kunci.
Temuan dan gagasan bisa muncul terkait dengan hal yang terkait dengan
kepedulian, masalah, symptom dan solusi. Semua proses perlu dicatat dan
ditelaah dan selanjutnya dapat diadakan konsensus tentang aksi atau tindakan
di waktu yang akan datang.
C. Langkah-langkah Pelaksanaan Force Field Analysis (FFA)
Pertama yang perlu dilakukan dalamFFA adalah menyepakati bidang
perubahan yang akan dibahas. Bidangperubahan ini dapat ditulis sebagai
sasaran kebijakan atau tujuan yang ingindicapai.
Gambar 1. Tujuh Langkah Merencanakan Perubahan.
(Supriyanto, S, Damayanti, N.A. 2007)
Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan dalam FFA seperti yang tercantum
dalam bagan 2.1 :
1. Nyatakan Tujuan
Langkah pertama dalam FFA adalah menyatakan tujuan berjalannya
darisuatu kelompok atau organisasi. Pada langkah ini dilakukan
identifikasisituasi kelompok atau organisasi saat ini.
2. Identifikasi Kekuatan Pendorong dan Penghambat
a. Identifikasi kekuatan pendorong dan penghambat
Identifikasi variabel permasalahan yang ditemukan, kemudian
susundalam kategori penghambat (H) dan pendorong (D) keberhasilan
program.Selanjutnya sajikan dalam tabel atau diagram.
Tabel 2.1 Faktor dan Variabel Pendorong (D) dan Penghambat (H)
No. Variabel Pendorong No. Variabel Penghambat
1. 1.
2. 2.
3. 3.
b. Identifikasi besar kekuatan (Skala Pengukuran)Skala besar kekuatan
ditentukan antara nilai 1-5. Nilai ini berdasarkankesepakatan tim
perencana. Oleh karena itu, anggota tim harus benarbenarmemahami
masalah dan kondisi organisasi maupun pesaing.Resultan dari kekuatan
pendorong dan penghambat menentukan posisistrategis dari organisasi.
Berikut ini pedoman penilaian untuk variabelpenghambat dan
pendorong, seperti yang tercantum dalam tabel (2.2) dan (2.3):
Tabel 2.2 Pedoman penilaian variabel penghambat
Tabel 2.3 Pedoman penilaian variabel pendorong
3. Analisis Kekuatan dan Pemilihan Kekuatan Kunci
Sebelum memilih kekuatan kunci dari variabel pendorong dan
penghambat,yang perlu dilakukan adalah:
a. Menentukan dampak relatif dan tingkat kemudahan dalam
memecahkankekuatan penghambat
Dampak relatif kekuatan penghambat adalah penjumlahan
dampakkekuatan penghambat dan kekuatan tingkat kemudahan
penyelesaiandibagi dua. Kekuatan tingkat kemudahan ditentukan
berdasarkanadministrative feasibility, yang mempertimbangkan aspek
ketenagaan,sarana-prasarana, teknologi, dan anggaran yang dimiliki
untukmenyelesaikan kekuatan penghambat. Penentuan kekuatan
relatifpenghambat dapat disajikan seperti pada tabel 2.4 berikut:
Tabel 2.4 Kekuatan Relatif Penghambat
b. Menentukan dampak relatif dan tingkat kendali kekuatan pendorongyang
di bawah kendali
Dampak relatif kekuatan pendorong adalah penjumlahan
daridampak kekuatan pendorong pada keberhasilan program
ditambahkekuatan pengendalian manajemen dibagi dua. Kekuatan
tingkatpengendalian didasarkan pada kemampuan manajemen untuk
melakukanpengawasan dan pengendalian program. Penentuan kekuatan
relatif pendorong dapat disajikan seperti pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Kekuatan Relatif Pendorong
c. Perkirakan kekuatan relatif pendorong dan penghambat
Langkah ini dimaksudkan untuk menguji dan mencari
keterkaitanantar kekuatan. Keterkaitan tersebut menentukan besar
tingkatketerkaitan kekuatan pendorong dan penghambat dalam
menimbulkanmasalah pada suatu program. Pada matriks keterkaitan akan
diketahuiketerkaitan sebagai berikut:
a) Antara kekuatan pendorong dengan pendorong
b) Kekuatan pendorong dengan penghambat
c) Kekuatan penghambat dengan penghambat
Untuk menentukan kekuatan keterkaitan ditentukan dengan cara
menentukan titik temu antar kekuatan. Berikut skala nilai keterkaitan:
a) Angka 5 menyatakan besar sekali keterkaitannya
b) Angka 3 menyatakan besar keterkaitannya
c) Angka 1 menyatakan kecil keterkaitannya
d) Angka 0 menyatakan tidak ada keterkaitannya
Untuk menentukan besar keterkaitan antar kekuatan, jumlahkan
secaravertical untuk D dan secara horizontal untuk H.
d. Pilih kekuatan kunci
Kekuatan kunci ditentukan dari nilai total variabel pendorong
danpenghambat. Kekuatan kunci kemudian dilakukan rangking
dankemudian disajikan dalam Nominal Group Technique atau
sumbangsaran atau Focus Group Dynamic untuk menyusun rencana
strategi.Dasar penetapan faktor kekuatan kunci adalah sebagai berikut:
1. Ditentukan oleh tingkat kekuatan relatif yang lebih besar
2. Bila tingkat kekuatan relatif sama, maka dipilih keterkaitan yanglebih
besar
3. Apabila keterkaitan sama, maka dipilih mudahnya penyelesaian
atautingkat kendali yang lebih besar untuk variabel penghambat
danpendorong
4. Apabila mudahnya penyelesaian atau tingkat kendali juga sama,
makadipilih dampak keterkaitan yang lebih besar atau tingkat
kekuatan final. Kekuatan final adalah perkalian dari variabel
kekuatan yang dijadikan perhitungan/pertimbangan.
5. Apabila masih sama juga, maka pengambilan keputusan
dilaksanakanberdasarkan pertimbangan (asumsi) tim dalam
menentukan prioritas.
e. Teliti keterkaitan
Pemilihan kekuatan kunci ditentukan dari nilai total variabel
pendorongdan penghambat. Kemudian dilakukan pe-rangking-an untuk
menyusunrencana strategi.
4. Ciptakan Ide Strategis
Ide strategis dapat diperoleh dengan metode curah pendapat. Tim perlu
menciptakan ide, gagasan, saran, dan pertimbangan lain untukmenetapkan
langkah selanjutnya yang paling cocok dengan kekuatan kunci.Kriteria yang
dipergunakan untuk memilih ide adalah sumber daya yangdimiliki
organisasi, kelayakan teknis/administratif dalam pelaksanaan danlegalitas.
5. Menyusun Sumber Daya Organisasi
Identifikasi sumber daya yang akan digunakan, yakni SDM,
saranaprasarana,dana, teknologi, dan lain-lain.
6. Merencanakan Kegiatan Operasional
Merencanakan kegiatan adalah mengalokasikan sumber daya dalam
rencanakegiatan
7. Pengorganisasian dan Pengendalian
Membuat rencana pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian
kegiatan,sehingga penyimpangan bisa dihindari dan keberhasilan dapat
ditentukan.Dalam pelaksanaan kegiatan, koordinasi dan supervisi memegang
peranpenting dalam mencegah terjadinya penyimpangan dalam tujuan yang
telahdirencanakan.
Diharapkan selama proses diskusi FFA berlangsung dapat munculperdebatan
dan dialog di antara peserta kelompok. Hal ini merupakan bagian penting dalam
pelatihan, dan diperlukan waktu untuk membahas isu utama. Semua proses perlu
dicatat dan ditelaah bila ada konsensus tentang aksi atautindakan di waktu yang
akan datang. Dalam upaya mempengaruhi kebijakan, sasaran utamanya adalah
menemukan cara untuk mengurangi faktor penghambat sekaligus mencari peluang
untuk mendapat keuntungan dari faktor pendorong.
D. Kelebihan dan Kekurangan dari Force Field Analysis
Kelebihan force field analysis adalah sebagai berikut:
Bisa memberikan masukan tentang bagaimana melakukan
suatuperubahan dengan baik, karena dilakukan dengan menganalisis
faktoryang mendorong dan menghambat terjadinya perubahan.
Dengan mendaftar faktor-faktor yang mendorong dan
menghambatperubahan, maka bisa diketahui dengan jelas tentang apa
yang harusdilakukan, serta bisa diketahui dengan baik faktor mana
yang dapatdikontrol, dan faktor mana yang berada di luar kendali.
Kekurangan dari force field analysis adalah sebagai berikut:
Dalam penyusunan perencanaan peserta sering kali mengalami
kesulitan
karena rencana yang dibuat tidak realistis. Kegiatan yang direncanakan
tidak mempertimbangkan beban kerja atau jangka waktu.
Pelaksanaannya tergantung dari peserta FFA, jika kurang kompeten
ataupun kurang memahami keadaan organisasi, maka hasilnya akan
menjadikurang akurat (tidak respresntatif dari keadaan sebenarnya)
Sulit dilaksanakan jika peserta tidak aktif. (Octavia, Kiki, 2014)
Contoh kasus AKB dengan Diagram Force Field Analysis
Langkah – langkah pelaksanaan Force Field Analysis (FFA) dapat dilihat
seperti diagram dibawah ini :
1. Nyatakan tujuan.
Untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Cianjur.
2. Identifikasi kekuatan pendorong (D) dan penghambat (H).
No. Variabel Pendorong No. Variabel Penghambat
1. Meningkatkan kualitas
tenaga kesehatan
1. Aspiksia, yaitu sesak
nafas yang dialami bayi
saat baru lahir
2. Memberikan ketrampilan
kepada tenaga kesehatan,
agar dapat menangai
kegawatdaruratan
2. Terlambat memutuskan
untuk mendapat
pertolongan
3. Pemenuhan sarana
prasarana di Puskesmas
3. Terlambat merujuk
transportasi
4. Meningkatkan
pemberdayaan
masyarakat
4. Terlambat mendapatkan
pertolongan
5. Berat Badan lahir rendah
3. Analisis Kekuatan dan Pemilihan Kekuatan Kunci
a. Tabel Kekuatan Relatif Penghambat
No. Variabel Penghambat
(H)
Dampak
Kekuatan
Tingkat
kemudahan
penyelesaian
Kekuata
Relatif
1. Aspiksia 2 4 3
2. Terlambat
memutuskan untuk
mendapat pertolongan
5 1 3
3. Terlambat merujuk
transportasi
4 2 3
4. Terlambat
mendapatkan
pertolongan
3 3 3
5. Berat Badan lahir
rendah
1 5 3
b. Tabel Kekuatan Relatif Pendorong
No. Variabel Pendorong
(D)
Dampak
Kekuatan
Tingkat
kemudahan
penyelesaian
Kekuata
Relatif
1. Meningkatkan
kualitas tenaga
kesehatan
3 4 3.5
2. Memberikan
ketrampilan kepada
tenaga kesehatan,
agar dapat menangani
kegawatdaruratan
2 3 2.5
3. Pemenuhan sarana 1 2 1.5
dan prasarana di
Puskesmas
4. Meningkatkan
pemberdayaan
masyarakat
4 1 2.5
4. Menciptakan Ide Strategis
Memberikan pencerdasan ke masyarakat Kabupaten Cianjur melalui program
edukasi “Ibu Cerdas, Bayi Selamat”.
5. Menyusun Sumber Daya Organisasi
- Sumber Daya Manusia
Kader kesehatan, masyarakat, dan tenaga kesehatan.
- Sarana prasarana
Transportasi khusus untuk menjemput bayi, dan penyediaan alat – alat
yang dibutuhkan pada saat persalinan.
6. Merencanakan Kegiatan Operasional
- Kader kesehatan berperan sebagai seorang fasilitator atau edukator yang
akan memberikan edukasi mengenai persalinan sehat kepada ibu – ibu
hamil.
- Masyarakat berperan sebagai penerima edukasi agar dapat melaksanakan
kegiatan pemberdayaan masyarakat kedepannya.
- Tenaga kesehatan berperan sebagai penyedia pelayanan kesehatan.
7. Pengorganisasian dan Pengendalian
- Merekrut kader – kader kesehatan yang berkualitas dan berkompeten.
- Membentuk koordinator – koordinator kader kesehatan di daerah – daerah