1. Break-Even AnalysisBreak-even analysis adalah suatu alat
analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa banyak kapasitas
minimum dibutuhkan agar melebihi titik impas
(break-even).[footnoteRef:1] Dimana analisis Break-even ini
digunakan untuk menemukan titik perpotongan antara biaya dan
kuantitas unit per periode dalam suatu kegiatan operasional (biaya
equivalen dengan pendapatan). Untuk mendapatkan keuntungan,
kegiatan operasi perusahaan harus berada diatas titik Break-even.
Berikut ini gambar yang menunjukkan analisis break-even dalam suatu
kegiatan operasional: [1: Munawarah, Munjiati, (2013). Manajemen
Operasi; Strategi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif, LP3M UMY:
Yogyakarta.]
Gambar 1.1.Break-even PointDari grafik diatas, ditemukan adanya
faktor-faktor pembentuk kondisi Break-even, kondisi rugi dan
kondisi perusahaan mendapatkan laba. Perusahaan akan berada pada
kondisi impas, jika total biaya dari kegiatan operasional sama
dengan total pendapatan yang diporoleh perusahan (Total Cost=Total
Revenue). Sementara itu, perusahaan akan memperoleh laba jika total
pendapatannya lebih besar dari total biaya yang dikeluarkannya
(Total Revenue > Total Cost). Sebaliknya, perusahaan akan berada
pada kondisi rugi jika total biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan
operasional lebih besar dari total pendapatan yang diperoleh oleh
perusahaan tersebut (Total Cost > Total Revenue).Sebelum
melangkah lebih jauh, kita perlu memahami definisi dan stuktur
pembentuk dari biaya total dan pendapatan total. Biaya total adalah
seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam kegiatan
operasionalnya. Dimana biaya total terdiri atas dua jenis biaya,
yaitu biaya tetap (fix cost) dan biaya variabel (variabel cost).
Biaya tetap adalah biaya minimal yang harus dikeluarkan oleh suatu
perusahaan agar dapat memproduksi barang atau jasa. Biaya ini
selalu ada walaupun tidak ada unit yang diproduksi, misalnya biaya
kendaraan (Mobil Ambulan Wheeled Coach Ambulance, mobil dinas
ESEMKA, BUS Temsa), biaya investasi gedung Hard Rock Cafe, tanah
dan lain-lain. Sementara itu, biaya tidak tetap (variabel cost)
adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan aktivitas
bisnis.[footnoteRef:2] Biaya ini sering disebut sebagai biaya
tingkat unit, karena bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi.
Umumnya biaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya
material. Sedangkan elemen lain sebagai penentu dalam analisis
break-even selain unsur biaya adalah total pendapatan. Pendapatan
total adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari jumlah barang
yang terjual pada saat tingkat harga tertentu. Pada gambar 1.1.
diatas, pergerakan pendapatan dimulai dari titik nol menuju kekanan
atas. Pergerakan mulai dari titik nol (kiri bawah) menuju kekanan
atas menunjukkan adanya peningkatan harga penjualan tiap unit
produk. [2: Garrison, Ray H; Eric W. Noreen, Peter C. Brewer
(2009). Managerial Accounting (ed. 13e). McGraw-Hill Irwin]
Menurut pendekatan secara aljabar (Algebraic Approach), analisis
break-even point dibagi menjadi dua, yaitu break-even point dalam
unit (BEPx) dan break even point dalam satuan uang (BEPRp).
Kemudian dibagi lagi menjadi dua menurut jumlah produknya, yaitu
single-product case dan multiproduct case. Berikut ini
langkah-langkah secara matematis untuk merumuskan break-even point
dalam unit (BEPx) dan break even point dalam satuan uang (BEPRp):a.
Single-Product Case1) Seperti yang diketahui, kondisi BEP akan
terjadi jika total revenue sama dengan total cost (TR=TC)
.................................................................(1)Dimana:TR
= Px
...........................................................................................(2)TC
= F + Vx
......................................................................................(3)1)
Masukkan persamaan (2) dan (3) ke persamaan (1), sehingga
persamaannya akan menjadi:Px = F + Vx
......................................................................................(4)2)
Mencari break-even point dalam unit (BEPx) dari persamaan (4):Px Vx
= F
......................................................................................(5)(P
V)x = F
....................................................................................(6)Dari
persamaan (6) diatas, maka kita dapat menemukan rumus matematika
break-even point dalam unit, yaitu:BEPx =
.................................................................................(7)3)
Mencari break even point dalam satuan uang (BEPRp) dengan
memasukkan P ke sebelah kiri dan kanan persamaan (7):BEPxP
=P......................................................................................(8)BEPxP
=P = = BEPRp= Keterangan:BEPx=break-even point dalam unitTR=Total
Revenue
BEPRp=break even point dalam satuan uangF=Fixed Cost
P=Harga per unitV=Variabel Cost
x=Jumlah unit yang diproduksiTC=Total Cost
Dari persamaan (7) dan (8), maka kita dapat membuat formulasi
matematis antara break-even point dalam unit (BEPx) dan break even
point dalam satuan uang (BEPRp), yaitu sebagai berikut:1) Persamaan
matematis break-even point dalam unit (BEPx).BEPx = 2) Persamaan
matematis break even point dalam satuan uang (BEPRp).BEPRp= b.
Multiproduct CasePada kebanyakan perusahaan yang memiliki penawaran
yang lebih dari satu produk, tentu tidak akan mungkin menganalisis
break-even point dengan menggunakan pendekatan single-product
karena adanya perbedaan baik pada harga penjualan maupun pada biaya
variabel yang digunakan. Untuk mengukur besarnya break-even point
dalam unit (BEPx) dan break even point dalam satuan uang (BEPRp)
pada kasus multiproduct, maka perlu adanya pengembangan model
persamaan (7) dan (8) dengan memasukkan besarnya porsi kontribusi
setiap produk dari total penjualan rupiah (Wi) dalam model
persamaan. Break even point dalam satuan uang (BEPRp) =
Break-even point dalam unit (BEPx) = 2. Pendekatan Ekspansi
KapasitasDalam menentukan keputusan terkait dengan perencanaan
kapasitas, manajer operasional perlu melakukan penyesuaian antara
kapasitas yang ingin diterapkan dengan ramalan permintaan.
Terkadang manajer operasional sering mengalami kesulitan dan ragu
dalam mengambil keputusan. Berikut ini beberapa alternative
strategi yang dapat digunakan oleh manajer operasi untuk melakukan
ekpansi kapasitas produksinya:a. Leading StrategyPendekatan dengan
mendahului permintaan dapat dilakukan dengan menambah kapasitas
baru secara bertahap sebelum peningkatan permintaan dan dapat juga
dilakukan dengan menambah kapasitas baru sebelum peningkatan
permintaan dengan sekaligus. Strategi penambahan kapasitas baru
secara bertahap sebelum peningkatan permintaan dilakukan atas
estimasi bahwa akan terjadi peningkatan permintaan produk atau jasa
diwaktu yang akan datang, sehingga manajemen meresponnya dengan
menambah kapasitas secara bertahap dan selesai sebelum estimasi
permintaan yang diramalkan terjadi. Sementara itu, strategi
penambahan kapasitas baru secara penuh atau sekaligus sebelum
peningkatan permintaan dilakukan atas estimasi bahwa akan terjadi
peningkatan permintaan produk atau jasa diwaktu yang akan datang,
sehingga manajemen meresponnya dengan menambah kapasitas secara
penuh atau sekaligus sebelum estimasi permintaan yang diramalkan
terjadi.TimeDemanddExpected DemandNew Capacity
Keunggulan dari pendekatan ini adalah tersedianya kapasitas yang
cukup jika terjadi peningkatan permintaan. Sementara kelemahannya
adalah perusahaan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk memelihara
kapaitas untuk kapasitas yang sementara waktu belum digunakan.b.
Lag Strategi Pendekatan dengan mengikuti permintaan dapat dilakukan
dengan menambah kapasitas baru secara bertahap setelah peningkatan
permintaan dan dapat juga dilakukan dengan menambah kapasitas baru
ditengah-tengah terjadinya peningkatan permintaan secara bertahap.
TimeDemanddExpected DemandNew Capacity
Keunggulan dari pendekatan ini adalah adanya penghematan biaya
untuk memelihara kapasitas. Sedangkan kelemahannnya terletak pada
tidak mampunya perusahaan untuk dapat memenuhi permintaan karena
kurangnya kapasitas yang ada.
c. Straddle StrategyPendekatan dengan strategi ini dapat
dilakukan dengan peningkatan kapasitas rata-rata untuk memenuhi
permintaan. Artinya disini perusahaan akan menambah kapasitasnya
jika permintaan produk atau jasa sudah melebihi kapasitas yang ada.
Kuantitas penambahan kapasitas tersebut melebihi permintaan yang
sudah terjadi, namun tidak se-extrime yang terjadi pada kasus
leading strategy. Sehingga kelebihan kapasitas yang ada hanya akan
terjadi sampai dengan pertengahan periode dan setelah itu akan
tertutupi lagi oleh kelebihan pada permintaan. Namun kurangnya
kapasitas yang ada akibat peningkatan permintaan tidak se-extrime
seperti yang terjadi pada kasus lag strategi.
TimeDemanddExpected DemandNew Capacity
3. Decision AnalysisTeori keputusan mempelajari berbagai model
sebagai alat untuk mengambil keputusan. Untuk mengambil keputusan,
kita membutuhkan informasi. Terdapat 3 macam informasi keputusan:a.
Pasti, artinya informasi yang diperoleh dapat diketahui dengan
pasti, misalnya jumlah tenaga kerja, bahan baku yang dibutuhkan dan
sebagainya.b. Berisiko, artinya informasinya dapat diketahui dengan
probabilitas tertentu, misalnya informasi probabilitas keadaan
prekonomian suatu negara seberapa besar probabilitas baik atau
buruknya.c. Tidak pasti, artinya informasinya tidak dapat diketahui
dengan pasti dan biasanya relatif tidak bisa diperkirakan, misalnya
kebakaran, bencana alam dan sebagainya.Model keputusan dapat
diselesaikan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:a.
Menentukan even atau peristiwa dan probabilitas terjadinya
peristiwa tersebut.b. Menentukan alternatif keputusan.c. Membuat
tabel payoff, yaitu tabel yang menunjukkan hasil perhitungan
keuntungan setiap alternatif keputusan pada berbagai peristiwa.d.
Membuat keputusan dengan berbagai metode.Case study[footnoteRef:3]
[3: Munawarah, Munjiati, (2013). Manajemen Operasi; Strategi Untuk
Mencapai Keunggulan Kompetitif, LP3M UMY: Yogyakarta.]
Toko buah melakukan pembelian buah seharga Rp. 3000,- dan
menjualnya dengan harga Rp. 4000,-. Apabila ia kehabisan buah, ia
tidak mau mengecewakan konsumen, sehingga ia membeli kepada
temannya seharga Rp. 39.000/kg. Apabila masih ada sisa buah yang
tidak terjual pada hari itu buah layu, tetapi dapat dijual keesokan
harinya dengan harga Rp. 2.800,-/kg, karena sudah tidak segar lagi.
Berdasarkan pengalaman selama 100 hari, diperoleh data seperti
tabel 7.2. Pertanyaannya: Berapa sebaiknya pembelian buah perhari
agar optimal?PenjualanHariProbabilitas
100200,2
110250,25
115300,3
120250,25
Tabel 2. Menunjukkan payoff keuntungan dengan berbagai
alternative keputusan beli pada berbagai peristiwa
penjualan.Penjualan
Keputusan BeliProbabilitas0,200,250,300,25
Jumlah100110115120
100100000101000101500102000
11098000110000110500112000
11597000109000115000115500
12096000108000114000120000
Penjelasan Tabel Payoff.1.Laba penjualan = harga jual harga
beli; maka laba/kg buah = Rp. 4000 Rp. 3000 =Rp. 1000,-
2.Apabila kekurangan buah (keputusan beli < penjualan),
maka:Laba penjualan = harga jual harga beli dari teman penjual
buah; maka laba/kg buah = Rp. 4.000 Rp. 3.900 =Rp. 100,-
3.Apabila kelebihan buah (keputusan belinya > penjualan),
maka:Laba (rugi) penjualan = harga jual buah layu harga beli buah;
maka laba/kg buah = Rp. 2.800 Rp. 3.000 = - Rp. 200,-
4.Jika keputusan belinya 110 kg dan penjualannya 110, maka:Laba
penjualan = 110 kg x Rp. 1.000 = Rp. 110.000,-
5.Jika keputusan belinya 110 kg dan penjualannya 115, maka: maka
terjadi kekurangan buah sebanyak 5 kg.Laba penjualan = (110 kg x
Rp. 1.000) + (5 kg x Rp. 100) = Rp. 110.500,-
6.Jika keputusan belinya 110 kg dan penjualannya 100, maka: maka
terjadi kelebihan buah sebanyak 10 kg.Laba penjualan = (110 kg x
Rp. 1.000) + (10 kg x (- Rp. 200)) = Rp. 98.000,-
Setelah membuat tabel payoff, langkah selanjutnya mengambil
keputusan dengan memilih kriteria yang cocok dengan situasi kondisi
maupun pengambilan keputusan. Adapun kriteria yang dapat digunakan
dalam mengambil keputusan adalah:a. MAXIMAX: Maksimum dari payoff
maksimumKriteria maximax dapat dihitung dengan cara:1) Mencari
payoff maksimum setiap alternative keputusan.KeputusanPayoff
Maksimum
100102.000
110112.000
115115.500
120120.000
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keputusan
120 menjadi kriteria pengambilan keputusan MAXIMAX, karena memiliki
nilai terbesar dari payoff maksimum masing-masing alternative
keputusan.
b. MAXIMIN: Maksimum dari payoff minimumKriteria maximin dapat
dihitung dengan cara:1) Mencari payoff minimum setiap alternative
keputusan.KeputusanPayoff Minimum
100100.000
11098.000
11597.000
12096.000
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keputusan
100 menjadi kriteria pengambilan keputusan MAXIMIN, karena memiliki
nilai terbesar dari payoff minimum masing-masing alternative
keputusan.
c. MINIMAX: Minimum dari payoff opportunity loss
maksimumKriteria maximin dapat dihitung dengan cara:1) Menghitung
opportunity loss.Adapun langkah-langkah menghitung opportunity loss
adalah:a) Memilih payoff terbesar setiap alternative keputusan.
Contoh pada keputusan 100, maka payoff terbesar adalah 102.000.b)
Mengurangkan payoff terbesar tersebut dengan masing-masing payoff
setiap alternative keputusan. Pada contoh keputusan 100, nilai
pengurang payoff terbesar pada keputusan tersebut adalah 100.000,
101.000, 101.500, dan 102.000.Dari langkah-langkah tersebut, maka
dapat dibuat opportunity loss pada kasus diatas, yaitu:
TabelOpportunity LossAlternatif Payoff
100 110 115 120
2.000 14.000 18.500 24.000
1.000 2.000 6.500 12.000
500 1.500 500 6.000
- - - -
Untuk menentukan kriteria MINIMAX, dari tabel opportunity loss
diatas pilih nilai minimum dari payoff terbesar pada masing-masing
alternative keputusan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kriteria
keputusan MINIMAX yang digunakan adalah pada keputusan 100.d.
Kriteria LAPLACEKriteria LAPLACE dapat dihitung dengan cara:1)
Merata-ratakan payoff setiap alternative
keputusan.KeputusanRata-rata
100101.125
110107.625
115109.125
120109.500
2) Pilih rata-rata terbesarBerdasarkan tabel diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa keputusan 120 menjadi kriteria pengambilan
keputusan LAPLACE, karena memiliki nilai rata-rata payoff terbesar
dari masing-masing alternative keputusan.e. Kriteria Kemungkinan
MaksimumPengambilan keputusan pada kriteria ini yaitu dengan
mencari nilai probabilitas terbesar dari alternative keputusan.
Berdasarkan Tabel 2. diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keputusan
115 menjadi kriteria pengambilan keputusan karena memiliki nilai
probabilitas paling besar, yaitu 0,3.f. EXPECTED VALUE =
(probabilitas X payoff)EXPECTED VALUEAlternative
Keputusan(probabilitas X payoff) (probabilitas X payoff)
100110115120
EV 10020000252503045025500101200
EV 11019600275003315028000108250
EV 11519400272503450028875110025
EV 12019200270003420030000110400
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keputusan
120 menjadi kriteria pengambilan keputusan Expected Value, karena
memiliki Expected Value terbesar.Dalam pengambilan keputusan,
seseorang biasanya memiliki sumber informasi yang sempurna (perfect
information) terhadap peristiwa yang akan terjadi. Nilai yang
diharapkan dari informasi seperti itu dikatakan sebagai nilai yang
diharapkan atas informasi yang sempurna (EVPI/Expected Value of
Perfect Information). Kritia keputusan berdasarkan nilai yang
diharapkan adalah memilih keputusan berdasarkan payoff maksimum
atau berdasarkan biaya ataupun kerugian minimum. Secara matematis,
Expected Payoff Perfect Information (EPPI) dapat ditulis dalam
persamaan:EPPI = (Payoff maksimin peristiwa)P(i)EVPI = EPPI -
Expected Payoff maximumBerdasarkan kasus diatas, maka:EPPI =
(0,2x100.000) + (0,25x110.000) + (0,3x115.000) + (0,25x120.000) =
112.000EVPI = 112.000 110.400 = 1.6004. Strategy-driven
InvestmentPerencanaan kapasitas dapat dikaitkan kelayakan
investasi. Hal ini disebabkan karena penambahan maupun pengurangan
kapasitas akan selalu berkaitan dengan investasi, terutama
kaitannya dengan pemenuhan fasilitas operasional. Dalam hal ini
manajer operasional harus berperan aktif kaitannya dengan tanggung
jawabnya atas pendapatan dari investasi yang dilakukan. Perlu
adanya pengkajian dari manajer atas investasi yang akan dilakukan,
apakah akan memberikan keuntungan dalam jangka panjang atau tidak.
Sehingga nantinya investasi yang dilakukan dapat memberikan
keuntungan bagi investor maupun bagi keberlangsungan operasional
perusahaan. Dalam memecahkan persoalan tersebut, umumnya metode
yang sering digunakan adalah dengan Net Present Value. Sebelum
melangkah pada pembahasan tentang Net Present Value, terlebih
dahulu kita akan membahas konsep nilai sekarang (Present Value) dan
nilai yang akan datang (Future Value).Rumus:P =
...................................................................................................................(9)Dimana:P=Present
Value
F=Future Value
i=Interest Rate
n=Number of years
Net Present Value adalah nilai sekarang dari arus kas masa depan
dengan memperhatikan faktor diskonto.[footnoteRef:4] Sebagai contoh
kita telah melihat bahwa uang Rp. 100 yang diinvestasikan selama
satu tahun pada tingkat bunga 5% akan tumbuh menjadi nilai masa
depan 100 x 1,05 = 105,-. Mari kita balikkan logika ini: Berapa
investasi sekarang yang perlu kita investasikan untuk menghasilkan
Rp. 105,- diakhir tahun? Ini yang disebut dengan nilai sekarang
(Present Value) dari imbalan Rp. 105,-. Untuk menghitung nilai
sekarang, kita mendiskontokan nilai masa depan pada tingkat bunga
i. Dengan menggunakan rumus Present Value pada persamaan (9)
diatas, maka kita dapat menemukan kebutuhan nilai investasi
sekarang dari nilai masa depan Rp. 105,- yaitu sebesar Rp. 100,-.
[4: Brealey, R.A., et al. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan
Jilid I. Edisi 5. Terjemahan Zaimur. Jakarta: Erlangga, 2008.]
P = = Rp. 100,-Sementara itu, untuk menghitung nilai masa depan
maka kita cukup dengan membalikkan proses persamaan (9) dan
mengalikan nilai masa sekarang dengan tingkat diskontonya, sehingga
menjadi persamaan:F = P
...........................................................................................................(10)Permasalahan
akan muncul ketika kita ingin menghitung nilai sekarang (Present
Value) dan nilai yang akan datang (Future Value) dengan tahun yang
terlalu banyak, seperti 30 tahun dan 20 tahun. Misalnya untuk 30
tahun, ketika kita akan menghitung nilai investasi sekarang dengan
nilai investasi 30 tahun yang akan datang, maka kita akan
memasukkan jumlah tahunnya kedalam rumus Present Value sehingga
rumusnya akan menjadi . akan sulit untuk dicari dengan menggunakan
alat perhitungan seperti kalkulator yang memiliki spesifikasi yang
rendah, lebih-lebih ketika kita menghitung secara manual tanpa alat
bantu hitung yang hanya menghandalkan selembar kertas putih dan
sebatang pensil. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dibuat
tabel nilai sekarang dan nilai masa depan dengan tingkat bunga dan
jumlah tahun yang digunakan. Sehingga rumus yang digunakan pada
model kasus ini tentunya akan berubah juga.
.....................................................................................................(11):
X = faktor dari tabel (ada dilampiran bagian belakang makalah),
didefinisikan sebagai faktor diskonto = dan F = nilai yang akan
datang.Persamaan (9) dan (11) digunakan untuk menentukan nilai
sekarang atas satu jumlah kas masa depan. Namun ada situasi lain
dimana terjadi serangkaian investasi yang yang merata setiap
periode dengan jumlah kas yang sama. Jenis dari investasi ini
umumnya disebut anuity. Misalnya, investasi yang dikeluarkan
sebesar Rp. 100 juta pertahun selama 4 tahun. Rumus yang digunakan
untuk menghitung present value dengan konsep anuitas adalah:S = R.X
......................................................................................................................(12)Dimana:
X=Factor disconto (ada dilampiran)
S=Present Value of a series of uniform annual receipts
R=Receipts thatre received every year for the life of the
investment (The anuity)
Setelah membahas konsep present value dan future value, maka
kini kita akan membahas konsep Net Present Value dalam menentukan
keputusan dalam investasi. Net Present Value adalah nilai sekarang
arus kas dikurangi dengan besarnya investasi. Adapun rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:NPV = PV investasi yang diperlukan
..................................................................(13)
Case studyMisalkan Mr. Ahya yang merupakan seorang pengusaha
muda kaya raya ingin melakukan investasi di Yogyakarta pada bisnis
transportasi untuk menyaingi Trans Jogja dan KOPAJA jalur 9. Dia
berencana akan mendatangkan bus Temsa sebanyak 20 bus dengan total
harga pembelian sebesar $800.000. Dengan harapan, investasi
tersebut akan menghasilkan keuntungan sebesar $350.000 tiap
tahunnya selama lima tahun. Namun karena dianggap harga bus Temsa
terlalu mahal, Mr. Ahya berencana untuk membeli bus dari Cina
dengan jumlah yang sama dengan total harga pembelian sebesar
$700.000 dengan asumsi terdapat biaya servis sebesar $50.000
pertahun. Jika biaya modal (i) sebesar 7%, manakah pilihan yang
lebih baik?Dari case study diatas, kita dapat membuat arus kas dari
kedua pilihan diatas, yaitu seperti pada tabel dibawah:Arus Kas
(ribuan dolar)
BUSNPV pada 7%
Temsa-800+350+350+350..................?
Merk Cina -700+300+300+300..................?
Menghitung PV arus kas dengan anuitas:a. Bus Temsa PV = arus kas
x faktor anuitas = $350.000 x = $350.000 x 2,62 = $918,5NPV = -$800
+ $918 = $118,5b. Bus Merk Cina PV = arus kas x faktor anuitas =
$300.000 x = $300.000 x 2,62 = $787NPV = -$700 + $787 =
$87,3Berdasarkan case study diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
Mr. Ahya seharusnya membeli Bus Temsa dari pada membeli bus merk
Cina, karena Bus Temsa memiliki NPV yang lebih besar.