Top Banner
Oleh : Kamallulah / 22303004 esistivitas atau tahanan jenis suatu bahan adalah besaran / parameter yang menunjukan tingkat hambatannya terhadap arus listrik. Bahan yang mempunyai resistivitas makin besar, berarti makin sukar untuk dilalui arus listrik. Biasanya tahanan jenis diberi simbol . Tahanan jenis adalah kebalikan dari daya hantar jenis yang diberi simbol . Jadi, = 1/. Satuan adalah ohm meter (Ωm) R R Metoda resistivitas adalah metode geofisika untuk menyelidiki struktur bawah permukaan berdasar perbedaan resistivitas batuan. Resistivitas batuan bervariasi menurut jenis batuan, porositas, dan kandungn fluida (minyak, air , gas). Jenis batuan Resistivitas (ohm meter) Granite (batuan beku) Andesite (batuan beku) Slates (metamorf) Marble (metamorf) Limestone (sediment) Sandstone (sediment) Alluvim and sands (sediment) Oil sands (sediment) 3 x 10 2 - 10 6 1.7 x 10 2 (dry) – 4.5 x 10 4 (wet) 6 x 10 2 – 4 x 10 7 10 2 – 2.5 x 10 8 50 – 10 7 1 – 6.4 x 10 8 10 – 800 4 - 800 PENGUKURAN RESISTIVITAS Pengukuran di laboratorium Resistivitas atau tahanan jenis dapat ditentukan dengan menggunakan hukum ohm I = A V / L, yang berlaku untuk METODE RESISTIVITAS 1.1. 1.1. Pendahuluan Pendahuluan
33

Metoda Geolistrik

Aug 04, 2015

Download

Documents

Bila Na
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Metoda Geolistrik

Oleh : Kamallulah / 22303004

esistivitas atau tahanan jenis suatu bahan adalah besaran / parameter yang menunjukan tingkat hambatannya terhadap arus listrik. Bahan yang mempunyai resistivitas makin besar, berarti makin sukar untuk dilalui arus

listrik. Biasanya tahanan jenis diberi simbol . Tahanan jenis adalah kebalikan dari daya hantar jenis yang diberi simbol . Jadi, = 1/. Satuan adalah ohm meter (Ωm)

RRMetoda resistivitas adalah metode geofisika untuk menyelidiki struktur bawah permukaan berdasar perbedaan resistivitas batuan.Resistivitas batuan bervariasi menurut jenis batuan, porositas, dan kandungn fluida (minyak, air , gas).

Jenis batuan Resistivitas (ohm meter)Granite (batuan beku)Andesite (batuan beku)

Slates (metamorf)Marble (metamorf)

Limestone (sediment)Sandstone (sediment)

Alluvim and sands (sediment)Oil sands (sediment)

3 x 102 - 106

1.7 x 102 (dry) – 4.5 x 104 (wet)6 x 102 – 4 x 107

102 – 2.5 x 108

50 – 107

1 – 6.4 x 108

10 – 8004 - 800

PENGUKURAN RESISTIVITAS

Pengukuran di laboratoriumResistivitas atau tahanan jenis dapat ditentukan dengan menggunakan hukum ohm I = A V / L, yang berlaku untuk arus listrik I yang melewati bahan berbentuk silinder dengan lua penampang A dan panjang L dan diberi beda tegangan V antara ujung-ujungnya. I, V, A dan L dapat diukur secara langsung dengan menggunakan amperemeter, volt meter, jangka sorong, dan alat ukur panjang.Pengukuran di Lapangan

Metoda pengukuranResistivitas batuan (di lapangan) dapat diukur secara tidak langsung dengan memasukan (dan juga mengukurnya) arus listrik kedalam tanah melalui 2 titik (elektroda) dipermukaan tanah dan mengukur beda potensial antara 2 titik yang lain dipermukaan (gambar 1)

METODERESISTIVITAS

1.1. 1.1. PendahuluanPendahuluan

Page 2: Metoda Geolistrik

Kuliah Lapangan Karangsambung 2004 / Metode Resitivitas

A M N B

Gambar 1. Susunan elektroda untuk pengukuran resistivitas di lapangan

Elektroda (lihat gambar 1)Elektroda A dan B disebut elektroda arus (current electrode), sedangkan elektroda M dan N disebut elektroda tegangan (potential electrode).Konfigurasi ElektrodaUntuk tujuan tertentu, elektroda-elektroda arus dan tegangan dipasang menurut konfigurasi tertentu. Konfigurasi yang paling umum adalah :

o Konfigurasi WennerJarak AM, MN, NB adalah sama dan biasanya dinamakan a.

o Konfigurasi SchlumbergerJarak AO = BO = s, MO = NO = b, titik O adalah pusat konfigurasi

o Konfigurasi dipole-dipoleJarak AB = MN = a, BM = na

SOUNDING DAN TRAVERSING Sounding adalah penyelidikan perubahan resistivitas bawah permukaan

kearah vertikal. Caranya : pada titik ukur yang tetap, jarak elektroda arus dan tegangan diubah / divariasi. Konfigurasi elektroda yang biasanya dipakai adalah konfigurasi Schlumberger.

Tranversing atau mapping adalah penyelidikan perubahan resistivitas bawah permukaan kearah lateral (horizontal). Caranya : dengan jarak elektroda arus dan tegangan tetap, titik ukur dipindah / digeser secara horisontal. Konfigurasi elektroda yang biasa dipakai adalah konfigurasi Wenner atau dipole-dipole.

2

Page 3: Metoda Geolistrik

2.1.1. Hukum dasar : Hukum Ohm

Kuliah Lapangan Karangsambung 2004 / Metode Resitivitas

Untuk arus listrik sederhana (sejajar)Arus listrik I yang melalui suatu bahan berbentuk silinder (gambar 2) akan berbanding langsung dengan luas penampang A, berbanding terbalik dengan panjangnya L.

Gambar 2. Arus listrik merata dan sejajar dalam sebuah silinder oleh beda potensial antara kedua ujungnya.Dengan demikian dapat ditulis relasi I = σ A ΔV/L, dengan σ adalah daya hantar jenis bahan yang bersangkutan. Kalau yang dipergunakan bukan daya hantar jenis, tetapi tahanan jenis bahan ρ, maka rumus diatas menjadi

I = A ΔV/ ρL (1)Dengan ρ = 1/ σ

Untuk arus listrik menyebar (simetri bola)Arus listrik yang menembus permukaan bola berongga yang luasnya A, tebalnya dr, dan beda potensial dV antara bagian luar dan dalam adalah:

(2)

Karena luas permukaan bola A = 4 π r2, maka relasi itu menjadi :

(3)Tanda negatif menunjukan bahwa arus mengalir dari tempat berpotensial tinggi ke rendah.

Potensial oleh elektroda arus tunggal di permukaan medium setengah tak berhingga

3

V1 V2

L

AI

2.1. Teori 2.1. Teori DasarDasar

I

Page 4: Metoda Geolistrik

Kuliah Lapangan Karangsambung 2004 / Metode Resitivitas

Gambar 3. Pola arus listrik yang dipancarkan oleh elektroda arus tunggal i permukaan medium setengah tak berhinggaUntuk arus seperti gambar 3 akan berlaku hukum ohm :

(4)

Karena luas setengah bola A = 2 π r2, maka arus I menjadi :

(5)atau

(5)

Sehingga potensial disuatu titik sejauh r dari pusat arus adalah :

(6)

Potensial oleh elektroda arus ganda di permukaan medium setengah tak berhingga

r1 r2 r3 r4

Karena potensial adalag besaran akalar, maka potensial diseberang titik oleh elektroda arus ganda akan merupakan jumlahan potensial oleh 2 elektroda arus tunggal.Oleh kaena itu, dengan menggunakan persamaan (6), potensial di titik M oleh arus yang melewati elektroda A dan B (Gambar 4) adalah:

(7)

4

Gambar 4. Arus listrik dilewatkan pada elektroda arus A dan B. Elektroda M dan N adalah elektroda potensial (beda potensialnya akan diukur/ditentukan)

R dr

Page 5: Metoda Geolistrik

2.1.2. Resistivitas Semu

Kuliah Lapangan Karangsambung 2004 / Metode Resitivitas

Tanda negatif pada persamaan (7) disebabkan oleh arus yang harus berlawanan pada elektoda arus ganda.Potensial di titik N adalah:

(8)

Dengan demikian beda potensial antara titik M dan N adalah:

(9)

Untuk konfigurasi Wenner, r1 = r4 =a dan r2 = r3 = 2a, maka persaman (9) menjadi:

(10)

sehingga:

l

Va 2 (11)

Untuk konfigurasi Schlumberger, r1 = s – b, r2 = s + b, r3 = s + b, r4 = s-b, persamaan (9) menjadi:

(12)

Bila b << a (ekstrinsitasnya kecil), maka persamaan (12) dapat dituliskan sebagai:

(13)

sehingga: (14)

Persamaan (11) dan (14) memberikan hubungan antara ρ dengan (ΔV/l). Faktor yang menghubungkan antara keduanya mempunyai harga yang hanya tergantung dari konfigurasi atau geometri dari elektroda-elektroda arus dan tegangan. Oleh karena itu factor tersebut disebut factor geometri.Faktor geometri untuk konfigurasi Wenner adalah : K = 2 π a

Faktor geometri untuk konfigurasi Schlumberger adalah : K =

Persamaan (11) dan (14) diturunkan berdasakan hokum ohm pada medium homogen setengah tak berhingga yang secara fisis tidak ada asumsi lain yang berlaku. Dengan demikian pengukuran dengan konfigurasi elektroda apapun (pada medium setengah ) harus memberikan harga resistivitas yang sama, yaitu resistivitas medium yang sebenarnya (true resistivity)

5

Page 6: Metoda Geolistrik

2.1.3. Konfigurasi Elektroda dan Faktor Geometrinya

Kuliah Lapangan Karangsambung 2004 / Metode Resitivitas

Dalam eksplorasi geolistrik, untuk mengukur resistivitas di lapangan digunakan pesamaan (11) atau (14), yang diturunkan dari arus listrik pada medium homogen setengah tak berhingga. Karena jarak elektroda jauh lebih kecil dari pada jejari bumi, maka bumi dapat dianggap sebagai medium setengah tak berhingga. Akan tetapi karena sifat bumi yang pada umumnya berlapis (terutama didekat permukaan) perandaian bahwa mediumnya adalah homogen tidak dipenuhi.Oleh karena itu resistivitas yang diperoleh dengan menggunakan persamaan (11) atau (14) bukan merupakan resistivitas yang sebenarnya. Biasanya resistivitas yang terukur tersebut dikenal sebagai rsistivitas semu atau apparent resistivity yang biasanya dituliskan dengan symbol .Resistivitas semu yang dihasilkan oleh setiap konfigurasi akan berbeda walaupun jarak antar elektrodanya sama, maka akan dikenal yaitu resistivitas semu untuk konfigurasi Wenner dan yaitu resistivitas semu untuk konfigurasi Schlumberger. Pada umumnya .Untuk medium berlapis, harga resistivitas semu ini akan merupakan fungsi jarak bentangan (jarak antar elektroda arus). Untuk jarak anatar elektroda arus kecil akan memberikan yang harganya mendekati batuan di dekat permukaan. Sedang untuk jarak bentangan yang besar, yang diperoleh akan mewakili harga batuan yang lebih dalam.

Konfigurasi elektroda yang banyak dipakai dapat dilihat pada gambar

dibawah ini

6

Page 7: Metoda Geolistrik

Kuliah Lapangan Karangsambung 2004 / Metode Resitivitas

KONFIGURASI WENNER

KONFIGURASI SCHLUMBERGER

KONFIGURASI DIPOLE – DIPOLE

7

A M O N B

b bss

na

A B M N

a a

Page 8: Metoda Geolistrik

Kuliah Lapangan Karangsambung 2004 / Metode Resitivitas

KONFIGURASI POLE-DIPOLE

KONFIGURASI POLE-POLE

Faktor geometri masing-masing konfigurasi

Konfigurasi Wenner : K = 2 aKonfigurasi Schlumberger : K = (s2-b2) / 2b atau K s2 / 2b

(bila s>>b)Konfigurasi dipole-dipole : K = n(n+1)(n+2)aKonfigurasi pole-dipole : K = 2n(n+1) aKonfigurasi pole-pole : K = 2 a

8

a A N

B M

na N

A B M

a

Page 9: Metoda Geolistrik

Kuliah Lapangan Karangsambung 2004 / Metode Resitivitas

Lokasi pengambilan data geolistrik berasal dari 6 daerah dengan masing-masing daerah terdiri dari beberapa stasiun yang dimulai pada hari mingggu, tanggal 6-8 Juni 2004, diantaranya daerah Gunung Parang, Djatibungkus, kaki Gunung Sipako pinggir sungai Luk Ulo, di pinggir bendungan Kali Gending, Karangsambung. Metoda yang digunakan ialah metode Wenner. Bentangan elektroda terpanjang yaitu sepanjang 70 meter, dengan jumlah stasium dari masing-masing daerah sekitar 3 sampai 6 stasiun dengan spasi jarak antara stasiun berselang antara 10-30 meter.

Alat yang digunakan terdiri dari:1. Palu2. Alat ukur resistivitas3. Tali meteran4. Elektroda arus5. Elektroda potensial6. Kabel7. Payung8. Catatan & pensil9. Kalkulator

9

3.1. Lokasi 3.1. Lokasi Pengambilan DataPengambilan Data

Page 10: Metoda Geolistrik

Distribusi pembagian kerja meliputi :a. 1 orang sebagai operator alat resistivitas merangkap sebagai

penghitung nilai resistivitas terukur dan sebagai pencatat hasil yang diperoleh dan dibaca dari alat resistivitas yang terdiri dari A, K, I, V, R dan resistivitas semu.

b. 1 orang bertindak sebagai pimpro (pemberi komando) saat elektroda beralih dan mengatur peralihan dan jarak yang akan digunakan.

c. 4 orang bertugas mengatur dan menancapkan elektroda.

Langkah perhitungan resistivity tergolong sangat mudah. Untuk survey metode geolistrik ini data yang telah diperoleh adalah V,I dan a dimana I adalah arus listrik, V merupakan tegangan (voltase), sedangkan a adalah jarak antara elektroda.

Setelah data-data tersebut kita dapatkan maka selanjutnya kita tinggal menggunakan hubungan antara K dengan a dan r. Kemudian setelah kita ketahui nilai K, yaitu untuk metode Wenner sebesar k=2a, maka kita dapat menentukan nilai a (rho apparent), yaitu a = k ΔV/I, dengan nilai rho apparent tersebut pada kedalaman dip 450 dari titik tengah pasangan elektroda yang merupakan nilai rata-rata ditempat tersebut.

MappingData resistivitas yang diperoleh dilapangan diplot dalam peta

sesuai dengan tempat pengukurannya. Berdasarkan data yang diplot di peta tersebut kontur yang menghubungkan harga resistivitas yang sama (isoapparent resistivity). Interpretasi dilakukan secara langsung dari pola kontur resistivitas yang ada.

SoundingAda beberapa cara untuk mengolah data sounding, disini data akan

diolah dengan teknik “ curva matching”. Curve Matching

Resistivitas semu untuk struktur berlapis (resistivitas dan ketebalan masing-masing lapisan diketahui) dapat dihitung secara teoritis (penyelesaian problem maju), yaitu dengan menyelesaikan persamaan Laplace untuk potensial listrik dalam koordinat silinder dan pertimbangan syarat-syarat batas (penyelesaiannya cukup panjang dan sukar karena melibatkan fungsi Bessel dan syarat-syarat batas).

Teknik curve matching yang paling praktis adalah yang hanya menggunakan kurva baku struktur medium 2 lapis yang terdiri dari 2 kurva baku. Ini dapat dilakukan mengingat struktur banyak lapis dapat dianggap sebagai stuktur 2 lapis. Teknik curve matching menggunakan kurva baku

4.1. Langkah dan 4.1. Langkah dan Pengolahan DataPengolahan Data

Page 11: Metoda Geolistrik

medium 2 lapis ini menentukan 4 kurva Bantu yang menghubungkan lengkung kurva resistivitas semu banyak lapis dengan dua lapis.

Prosedur curve matching

Data resistivitas semu sebagai fungsi jarak setengah bentangan yang diperoleh dari lapangan berupa titik-titik, yang bila dihubungkan akan membentuk lengkungan dengan pola tertentu. Pola lengkung resistivitas semu ini akan menentukan lengkung Bantu tipe yang mana yang harus dipilih. Lengkung resistivitas semu tersebut kemudian di”match”kan dengan lengkung Bantu yang sesuai dengan jalan mengimpitkan kedua lengkung tersebut (banyak data/titik dengan harga a

yang paling dekat dengan lengkung baku), sehingga diperoleh letak titik silang (cross) yang diinterpretasikan sebagai batas kontras resistivitas. Bertitik tolak dari titik silang tersebut dengan kurva Bantu tertentu dapat ditemukan titik silang berikutnya yang merupakan batas kontras resistivitas berikutnya. ‘Matching’ dilakukan dengan cara menggeser-geser lengkung resistivitas semu (dari data lapangan) dan lengkung baku dengan sumbu-sumbu absis dan ordinat harus selalu sejajar.

Perlu diketahui bahwa diantara keempat jenis tipe lengkung Bantu yang ada, lengkung tipe H (tipe pinggan) merupakan lengkung Bantu yang paling mudah penggunaanya, karena haga h2/h1 dapat diperoleh langsung dengan menarik garis sejajar sumbu ordinatnya, dan harga h tidak perlu dikoreksi. Sedang lengkung Bantu tipe A, K dan Q memerlukan koreksi untuk menentukan ketebalannya. Harga ketebalan (kedalaman) merupakan harga h (jarak absis titik silang) dikalikan dengan factor koreksinya.Pengolahan data-data resistivity sesuai dengan langkah-langkah pengerjaan diatas, pengolahan ini bertujuan untuk mendapatkan a (rho apparent). Pengolahan data-data ini terdapat pada Lampiran-Resistivity.

Page 12: Metoda Geolistrik

Langkah ini diartikan sebagai penerjemahan bahasa fisis berupa harga tahanan jenis (resistivitas) menjadi bahasa geologi yang lebih umum. Oleh karena itu di dalam langkah interpretasi diperlukan pengetahuan geologi, baik struktur maupun proses sedimentasi untuk dapat mengetahui jenis batuan penyusunnya.

Tabel dibawah ini memberikan ringkasan harga konversi tahanan jenis beberapa medium penyusun kerak bumi. Jangkauan harga resistivitas memang tumpang tindih, oleh karena itu informasi geologi sangat diperlukan untuk memperkuat hasil interpretasi.Tabel tahanan jenis berbagai contoh batuan dan fluida

Material Bumi Jangkauan(Ohm-m)Resistivitas Semu

Material Bumi Jangkauan(Ohm-m)

Resistivitas Semu

LogamTembagaEmasPerak GafitBesiNikelTimahBatuan KristalinGranitDioritGabro AndesitBasaltSekisGneiss

1.7 x 10-8

2.4 x 10-8

1.6 x 10-8

10-3

10-7

7.8 x 10-8

1.1 x 10-8

102-106

104-105

103-106

102-104

10 -107

10 -104

104-106

Batuan SedimenBatu lempungBatu pasirBatu gampingDolomitSedimen LepasPasirLempungAir TanahAir sumurAir payauAir lautAir Asin (garam)

10 -103

1 -108

50 -107

102-104

1 -103

1 -102

0.1-103

0.3-10.20.05-0.2

Interpretasi data untuk daerah bukit DjatibungkusDari data-data resistivity pada lampiran resistivity maka didapatkan p kontur rho-apparent terhadap titik-titik stasiun, dari pola-pola kontur dibawah tersebut maka dapat diinterpretasikan keadaan dibawah permukaan bumi. Dari data kontur rho apparent diatas terdapat perbedaan harga resistivitas yang signifikan, yaitu antara stasiun 1 dan 4. Pada stasiun 5 dan 6 perbedaan variasi harga resistivitas terlihat tidak terlalu tinggi. Kontras nilai resistivitas yang tinggi ini di interpretasikan merupakan litologi batu gamping, hal ini dapat didukung dengan adanya singkapan bukit Djatibungkus yang merupakan tempat survey geolistrik ini, merupakan batu gamping. Dari pola kontur antara stasiun 1 dan 4 terlihat perbedaan variasi resistivitas yang tinggi, hal ini diinterpretasikan sebagai kontak litologi antara batu gamping dan batu

5.1. Interpretasi 5.1. Interpretasi DataData

Page 13: Metoda Geolistrik

lempung. Hasil interpretasi batas kontak litologi antara batu gamping dan batu lempung ini dapat didukung oleh studi geologi sebelumnya yaitu daerah pengukuran (survey) merupakan daerah dimana terdapat singkapan antara batu gamping dengan batu lempung yang merupakan sesar dan ditandai dengan adanya slickenslide.Pada stasiun 1 dan 4 dilakukan sounding, untuk meyakinkan bidang kontak antara gamping dan lempung. Sounding dilakukan dengan cara curve matching, proses curve matching dilakukan dengan software yaitu Winsev 6.0. Hasil sounding sbb :

Dari gambar hasil sounding pada stasiun 1 terlihat sampai kedalaman 10 m memiliki resistivitas 20 ohm.m hal ini diinterpretasikan sebagai soil, dari referensi harga resitivity soil yaitu 10-2000 ohm.m. Pada lapisan bawahnya terlihat dari kedalaman 10 m kebawah memiliki resisitivitas 64 ohm.m hal ini diinterpretasikan sebagai batu gamping. Dari referensi gamping memiliki resistivity 50-107

ohm.m.Pada stasiun 2 terlihat sampai kedalaman 3.5 m memiliki resistivitas 9 ohm.m hal ini diinterpretasikan sebagai soil, dari referensi harga resitivity soil yaitu 10-2000 ohm.m. Pada lapisan bawahnya terlihat dari kedalaman 3.5 m kebawah dan memiliki resisitivitas 48 ohm.m hal ini diinterpretasikan sebagai batu lempung. Dari referensi lempung memiliki resistivity 1-100 ohm.m. Dari

Page 14: Metoda Geolistrik

interpretasi hasil sounding tersebut dapat dilihat juga batas kontak antara batu gamping dengan batu lempung yaitu terletak antara stasiun 1 dan 4.

Interpretasi data daerah pinggir bendungan Kali Gending

Hasil korelasi yang telah ditampilkan pada gambar di atas, diperoleh hasil sebagai berikut : pada stasiun 1 diperoleh empat lapisan dengan

masing-masing adalah 93,4 , 104,1 , 280,2 dan 1401 sementara pada stasiun 2 diperoleh nilai resistivitasnya berturut-turut adalah 33,31 , 22,2 , 33,31 , dan 6,66 . Kemudian pada stasiun 3 diperoleh resistivitas antara lain 32,6 , 16,3 , 24,45

dan 16,3 . Jika kita melihat kisaran harga resistivitas di atas maka terdapat dua kecenderungan range resistivitas yaitu :1. Pada stasiun 1 antara 90 sampai dengan 1500 .2. Pada stasiun2 dan 3 antara 24 sampai dengan 35 .3. Pada stasiun 2 dan 3 juga terdapat resistivitas yang sangat rendah

yaitu 6,66 dan 16,3. .Berdasarkan kecenderungan harga resistivitas pada stasiun 1 dan kondisi geologi daerah penelitian yang masih masuk dalam kompleks Melange Luk Ulo, maka litologi yang mungkin ada adalah batuan metamorf yakni marmer dan batulempung , sedangkan harga resistivitas rendah pada stasiun 2 dan 3 kemungkinan adalah daerah resapan air sehingga karena mengingat posisi stasiun 2 dan 3 cukup rendah dan dekat dengan Kali Luk Ulo. Mari kita tinjau rincian litologi tersebut:1. Marmer, memiliki range resistivitas 100 hingga 2,5x108 ,

terdapat hanya di stasiun 1 yang letaknya berada di atas singkapan marmer. Dan hali ini agak menyulitkan untuk korelasi karena

Page 15: Metoda Geolistrik

sangat kontras dengan hasil pengukuran stasiun 2 dan 3. Harga resistivitas semakin besar seiring kedalaman, karena proses pelapukan yang mungkin saja terjadi. Dan batuan yang masih segar tentunya memiliki harga yang cukup tinggi.

2. Batulempung, batulempung ini hadir di stasiun 2 dan 3, bahkan kemungkinan hasil resisitivitas menunjukkan semua lapisan adalah lempung namun kadar nya berbeda, seperti :Boulder clay, bongkah batulempung mendominasi pada stasiun 2 , dari ketiga lapisan yang diperoleh semuanya adalah lempung namun nilai resistivitas yang berbeda-beda menunjukkan bahwa pada lapisan pertama hingga ketiga ( 33,3 , 22,2 ,dan 33,3

)) masih sedikit lebih terkompaksi sehingga lebih solid, sementara pada lapisan keempat lempung sedikit basah kemungkinan ini karena kontak dengan air karena dekat dengan Kali Luk Ulo

3. Pada stasiun 3 juga range harga masih berkisar pada harga 16,3, 24,45 , dan 32,6 , yang mirip dengan lempung dan

harga yanng rendah juga dianggap merupakan resapan air. Kedua Stasiun meiliki elevasi lebih rendah dibanding stasiun 1 sehingga tidak menutup kemungkinan terkenan resapan air dari Luk Ulo.Berdasarkan uraian di atas maka dapat direkontruksi urut-urutan

litologi yang muncul yaitu marmer kemudian batu lempung dari geologi regional daerah ini termasuk kompleks Melange sehingga tidak aneh jika muncul marmer karena telah mengalami perubahan P dan T akibat deformasi. Dan agak sulit memperkirakan umur batuan yanng ada. Tetapi jika dikaitkan dengan daerah sekitarnya yang juga terdapat singkapan-singkapan batuan yang berbeda namun bersifat lokal maka marmer dapat dianggap sebagai salah satu fragmen atau bongkah yang “tercebur” dalam batulempung. Untuk interpretasi lebih menyeluruh perlu dukungan data lain dan lebih banyak mencakup keseluruhan daerah Karangsambung ini.

Interpretasi data untuk daerah DjatibungkusInterpretasi dilakukan dengan menganalisis peusedeusetion dan

hasil dari curve matching.Pada daerah ini kita ingin mengetahui penyebaran dari batu

gamping yang berada di Jatibungkus. Apakah berupa lensa (bungkah besar) atau suatu perlapisan biasa yang memiliki orientasi penyebaran pada arah tertentu.

Peusedeusection.

Page 16: Metoda Geolistrik

10 20 30 40 50

Jarak Antar Stasiun (m)

-60

-55

-50

-45

-40

-35

-30

-25

-20

-15

-10

-5

Ked

ala

man

(m)

2

4

6

8

1 0

1 2

1 4

1 6

1 8

2 0

2 2

2 4

2 6

2 8

3 0

3 2

3 4

3 6

Ωm

Gambar VI.6 Peusedeusection

Gambar VI.7 Gambaran 3D Peusedeusection

Pada Peusedeusetion terlihat adanya pola kontur yang sangat berbeda antara daerah dekat permukaan dengan daerah dibawahnya.

a. Di dekat permukaan, kedalaman 0 - 20 mKira-kira sampai 20 m di bawah permukaan, pada stasiun 5, pola konturnya sangat rapat sekali dan semakin dalam, harga restivitasnya semakin menurun. Hal ini menunjukan penurunan harga resistivitas yang sangat tinggi seiring berubahnya kedalaman. Ketebalannya daerah ini semakin mengecil dari stasiun 5 menuju ke stasiun 1. Harga resistivitasnya berkisar antara 40 .m sampai 8 .m yang diinterpretasikan sebagai tubuh batu gamping. Penurunan harga ini diduga berkaitan dengan semakin bertambahnya jumlah kandungan air yang meningkatkan kemampuan konduktivitasnya.

b. Di bawah permukaan , kedalaman 20 - 60 mLebih dalam lagi dari sebelumnya, pola konturnya semakain jarang yang menandakan bahwa tidak banyak terjadi perubahan harga resistivitas. Harga resistivitas semunya berkisar antara 8 .m sampai 5 .m (< 10 .m) yang diinterpretasikan sebagai batu lempung yang termasuk dalam Formasi Karangsambung.

Perbedaan pola kontur yang telah dijelaskan di atas diinterpretasikan sebagai perbedaan litologi yaitu batu gamping (atas) dan batu lempung (bawah). Terlihat dilapangan bahwa batu gamping ini tersingkap hanya pada lokasi tertentu. Dengan hasil

Page 17: Metoda Geolistrik

observasi geolistrik ini semakin menguatkan bahwa keberadaan tubuh batu gamping ini sebagi suatu lensa berukuran bongkah yang besar.

Interpretasi data untuk daerah kaki Gunung Sipako pinggir sungai Luk UloUntuk melihat pola penyebaran resistivitas batuan, maka dari data tersebut dibuat Pseudosectionnya seperti di bawah ini :

Berdasarkan korelasi yang telah ditampilkan pada lampiran gambar maka diperoleh hasil sbb: pada stasiun 1, 2 dan 8 diperoleh empat lapisan dengan masing-masing adalah sekitar 400 ohm m , 160 ohm m, 106.67 ohm m dan 3.56 ohm m sementara pada stasiun 3 sampai dengan 7 diperoleh tiga lapisan nilai resistivitasnya berturut-turut adalah sekitar 250 ohm m, 166.67 ohm m dan 3.3334 ohm m. Jika kita melihat kisaran harga resistivitas di atas maka terdapat tiga kecenderungan range resistivitas yaitu :1. 0,24 sampai dengan 10 ohm m 2. 50 sampai dengan 200 ohm m3. 200 sampai dengan 400 ohm mBerdasarkan korelasi tersebut juga terlihat adanya perbedaan kontras resisitivitas di stasiun 5 dan stasiun 6 dimana kemungkinan hal ini

Page 18: Metoda Geolistrik

diakibatkan oleh adanya kontak antara phylite dengan lempung sebagaimana yang terlihat singkapannya dipermukaan. Hal ini diperkuat dengan penampang pseudosection yang memperlihatkan gejala yang sama. Keanehan pada stasiun 2 pada penampang pseudosection tidak perlu diperhatikan karena pada saat pengukuran alat geolistriknya sedang mengalami error. Dalam penelitian kali ini yang menggunakan metoda Wenner banyak kekurangannya antara lain tidak dapat mendefinisikan kedalaman secara kuantitatif hanya dugaan saja selain itu harga resistivitas semuanya menggunakan kurva matching yang sangat subjektif sehingga kemungkinan perbedaan antara satu dengan lainnya akan ada dan berakibat interpretasi juga bisa melenceng jauh, oleh karena itu perlu adanya suatu pendekatan harga pada saat mengkorelasikannya dan perlunya pengetahuan dan survey geologi daerah penelitian sehingga interpretasi kita tidak menyimpang dan merupakan perpaduan antara geologi dan geofisika dalam hal ini geolistrik. Tidak terlepas juga adanya ketidaktelitian alat, oleh karena itu perlu adanya kalibrasi berulang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

Interpretasi data untuk daerah Gunung Parang

Page 19: Metoda Geolistrik

Interpretasi dilakukan dengan menganalisis peusedeusetion dan hasil dari curve matching (terlampir).

Pada daerah ini kita ingin mengetahui penyebaran dari batuan diabas dan kontaknya dengan batu lempung yang berada di Gunung Parang.

1 0 1 5 2 0 2 5 3 0

-100

-90

-80

-70

-60

-50

-40

-30

-20

-10

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

Dengan menggunakan hasil perhitungan dan gambar dari curve matching (terlampir), maka kita dapat menentukan nilai resistivitas untuk masing-masing stasiun, secara garis besar untuk stasiun 1 berturut-turut 6.6 m, 69.5 m, 80 m; Stasiun 2 berturut-turut 23.75 m, 9.5 m, 38 m; stasiun 3 nilai resistivitasnya 1.29 m, 2.58 m, 7 m berturut-turut berdasarkan kedalamannya. Sehingga kita dapat menginterpretasikan hasil dari masing-masing nilai resistivitas berdasarkan litologinya, yaitu :

1. Harga resistivitas dengan range 1.29 m – 23.75 m merupakan diabas

2. Harga resistivitas dengan range 38 m – 80 m merupakan batulempung

m

Jarak antara stasiun (m)

Ked

alam

an (

m)

Page 20: Metoda Geolistrik

Sedangkan batas kontak antara batu lempung dan diabas terdapat pada stasiun 2 dan stasiun 3.Bila dilihat dari jangkauan harga resistivitas diatas dan pada lampiran memang tumpang tindih, oleh karena itu informasi geologi sangat diperlukan untuk memperkuat hasil interpretasi. Interpretasi data untuk daerah Djatibungkus

Dengan metode sounding

Sounding

-180

-160

-140

-120

-100

-80

-60

-40

-20

0

10 20 30 40 50 60

Station

Dep

th (

m) Limestone

Clay

Soil

Secara umum data dengan metode sounding dari daerah Djatibungkus terbagi atas tiga litologi utama, yaitu :

Batu gamping, dalam grafik sounding berwarna kuning, dengan nilai resistivitas sekitar 50 Ωm. Berdasarkan kondisi geologi dari area ini, litologi ini memiliki nilai resistivitas terbesar. Lempung, dalam grafik sounding berwarna merah, dengan nilai resistivitas sekitar 10Ωm (0 - 100 Ωm). Berdasarkan kondisi geologi daerah tersebut, litologi ini memiliki nilai resistivitas yang merata. Soil, dalam grafik sounding berwarna biru, dengan nilai resitivitas yang kecil. Berdasarkan kondisi geologi daerah tersebut, memiliki nilai resistivitas yang rendah.

Gambar. Metoda sounding untuk perhitungan resitivitas

Page 21: Metoda Geolistrik

10 20 30 40 50 60

-100

-90

-80

-70

-60

-50

-40

-30

-20

-10

-50-40-30-20-100102030405060708090100110120130140150160170180190200

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Page 22: Metoda Geolistrik

Metode Profiling

Dari sayatan 2D dan 3D, diperlihatkan nilai resistivitas dari masing-masing litologi. Nilai resistivitas diperlihatkan dengan kontur terbesar diinterpretasikan sebagai batu gamping, dengan nilai litologi lempung merata dan yang terendah untuk nilai resistivitas dari soil.

1. Harga resistivitas yang mempunyai selang tumpang tindih, mengakibatkan proses interpretasi menjadi bias, oleh karena itu informasi geologi sangat diperlukan untuk memperkuat hasil interpretasi.

2. Dengan metode resistivitas, kita dapat menginterpretasikan lapisan atau struktur-struktur dangkal, kedalaman dari interpretasi tergantung dari panjangnya lintasan dari masing-masing lintasan

3. Dari hasil interpretasi untuk daerah Djatibungkus, ternyata terdapat kontak antara batu gamping dengan lempung. Di dekat permukaan, kedalaman 0 - 20 m harga resistivitasnya berkisar antara 40 .m sampai 8 .m yang diinterpretasikan sebagai tubuh batu gamping, di bawah permukaan , kedalaman 20 - 60 m harga resistivitas semunya berkisar antara 8 .m sampai 5 .m (< 10 .m) yang diinterpretasikan sebagai batu lempung yang termasuk dalam Formasi Karangsambung.Sedangkan untuk daerah Gunung Parang terdapat kontak antara batulempung dengan diabas ditandai dengan harga resitivitas sekitar 38m-80m harga resistivitas untuk diabas dan 1,29m-23,75m untuk batulempung.Kemudian di daerah kaki Gunung Sipako pinggir sungai Luk Ulo terdapat kontak antara phylite dengan lempungDan untuk daerah pinggir bendungan Kali Gending terdapat batuan lempung dan marmer yang masing-masing memiliki range resistivitas 100 hingga 2,5x108 .

6.1. Kesimpulan6.1. Kesimpulan

Page 23: Metoda Geolistrik

1. Telford, W.M., Geldart., L.P, R.E., and Keys,.DA., 1976, Applied Geophysics, Cambride University press, Cambridege.

2. Harsolumakso, A.H., 2004., Geologi Daerah Luk Ulo Kebumen Jawa Tengah., Kuliah Lapangan Karangsambung, Teknik Geologi ITB

3. M.I.Tahjudin Taib, Resistivity Prospecting, Lab. Geofisika dan Vulkanologi ITB.

4. ………………, 2001, Panduan Workshop Eksplorasi Geofisika (Teori dan aplikasi), Laboratorium Geofisika , Fakultas MIPA-UGM.

Daftar PustakaDaftar Pustaka

Page 24: Metoda Geolistrik

a. 2D-Section