METHODOLOGI PENGAWASAN PELEBARAN JALAN MADIUN PONOROGOPosted by
prie0512 on 30 November 2011Posted in: Work. Tinggalkan Sebuah
Komentar1. A. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAKKerangka Acuan Kerja
(KAK) atau Terms Of Reference (TOR) adalah satu petunjuk atau dasar
dari sebuah rencana suatu pekerjaan. Penyusunan Kerangka Acuan
Kerja (KAK) didasari atas gagasan filosofis dari pekerjaan
dimaksud. Dalam hal Kegiatan Perencanaan Teknis Rehabilitasi Dan
Pemeliharaan Jalan Dan Jembatan Propinsi, Pekerjaan Supervisi
Pelebaran Jalan Jurusan Madiun Ponorogo yang disusun dengan maksud
untuk menyediakan prasarana jalan dan jembatan yang baik, agar
dapat berfungsi optimal melayani masyarakat. Sedangkan tujuan
kegiatan ini adalah melaksanakan pekerjaan pengawasan teknik jalan
sedemikian rupa, sehingga dicapai mutu pekerjaan konstruksi yang
dilaksanakan secara optimal sesuai dengan investasi dan
syarat-syarat yang ditetapkan.Berdasarkan penjelasan dalam Perpres
No. 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
disebutkan bahwa Kerangka Acuan Kerja yang ditetapkan oleh PPK
sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut :1) uraian
pendahuluan berupa gambaran secara garis besar mengenai pekerjaan
yang akan dilaksanakan, antara lain latar belakang, maksud dan
tujuan, lokasi, asal sumber pendanaan, nama dan organisasi PPK;2)
data penunjang berupa data yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan, antara lain data dasar, standar teknis, studi-studi
terdahulu yang pernah dilaksanakan, dan peraturan
perundang~undangan yang harus digunakan;3) tujuan dan ruang lingkup
pekerjaan yang memberikan gambaran mengenai tujuan yang ingin
dicapai, keluaran yang akan dihasilkan, keterkaitan antara suatu
keluaran dengan keluaran lain, peralatan dan material yang
disediakan oleh PPK serta peralatan dan material yang harus
disediakan oleh penyedia, lingkup kewenangan yang dilimpahkan
kepada penyedia, perkiraan jangka waktu penyelesaian pekerjaan jasa
konsultansi, kualifikasi dan jumlah tenaga ahli yang harus
disediakan oleh penyedia, perkiraan keseluruhan tenaga ahli/tenaga
pendukung yang diperlukan (jumlah person-months) dan jadwal setiap
tahapan pelaksanaan pekerjaan. Khusus untuk pengadaan jasa
konsultansi dengan evaluasi pagu anggaran, jumlah tenaga ahli tidak
dicantumkan dalam Kerangka Acuan Kerja;4) jenis dan jumlah laporan
yang disyaratkan (antara lain laporan pendahuluan, laporan bulanan,
laporan antara dan laporan akhir);5) ketentuan bahwa kegiatan jasa
konsultansi harus dilaksanakan di Indonesia, kecuali untuk kegiatan
tertentu yang belum mampu dilaksanakan di Indonesia;6) hal-hal lain
seperti fasilitas yang disediakan oleh PPK untuk membantu
kelancaran tugas penyedia, persyaratan kerjasama dengan penyedia
lain (apabila diperlukan), dan pedoman tentang pengumpulan data
lapangan.Namun terlepas dari itu semua, konsultan menganggap bahwa
Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Perencanaan Teknis Rehabilitasi Dan
Pemeliharaan Jalan Dan Jembatan Propinsi, Pekerjaan Supervisi
Pelebaran Jalan Jurusan Madiun Ponorogo tersebut penuh dengan
apresiasi dan inovasi. Salah satu hal yang mendapat tanggapan
positif dari kami adalah mengenai alih pengetahuan yang menerangkan
bahwa apabila dipandang perlu oleh Pejabat Pembuat Komitmen, maka
Penyedia Jasa harus mengadakan pelatihan, kursus singkat, diskusi
dan seminar terkait dengan subtansi pelaksanaan kegiatan dalam
rangka alih pengetahuan kepada staff di lingkungan organisasi
Pejabat Pembuat Komitmen. Hal ini dapat dijadikan sebagai ruang dan
media untuk :1. Menambah wawasan;2. Memperluas daya pikirDengan
begitu akan terjadi diskusi dan tukar pendapat sekaligus menyamakan
persepsi antara ketiga pihak; konsultan pengawas, kontraktor
pelaksana, dan staff organisasi Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Bina
Marga Propinsi Jawa Timur, sehingga tercapai hubungan sinergi yang
baik.Hubungan yang sinergi antara ketiga belah pihak tersebut
menjadi hal yang urgen dan menjadi prioritas utama dalam pekerjaan
ini, karena kami menilai suatu pekerjaan tidak akan menghasilkan
sesuatu yang memuaskan apabila pihak pihak yang terlibat di
dalamnya tidak bisa membangun sebuah hubungan kerja sama yang baik.
Untuk itu kami selaku konsultan pengawas menghimbau agar senantiasa
saling berkomunikasi dalam proses peyelesaian pekerjaan pengawasan
ini.1. B. URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJAB.1.
PENDEKATAN METODOLOGIPengawasan pekerjaan infrastruktur jalan dan
jembatan yang baik merupakan suatu aspek penting menunjang
keberhasilan pembinaan Bidang Bina Marga, utamanya keberhasilan
dalam meningkatkan mutu pelaksanaan pekerjaan fisik jalan dan
jembatan. Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi tahap
perencanaan dan pengawasannya yang masing masing tahap dilaksanakan
melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan dan pengakhiran.Tahap
pengawasan menjadi tahap yang tidak kalah pentingnya sebagai proses
pengendalian terhadap pelaksanaan pekerjaan fisik. Fungsi dasar
pekerjaan konstruksi yaitu mempunyai beberapa wujud karakter,
antara lain :Quality control, yaitu mengamankan komponen secara
menyeluruh dan mendetail (tidak secara random) untuk memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan dan selalu dilengkapi daftar simak
apa yang akan diperiksa.Observasi berkala, yaitu mengamankan
tercapainya sasaran desain dengan segala konsep, metode, asumsi,
perilaku struktur, urutan pelaksanaan, dan observasi cermat serta
detail.1. 1. METODE PENGAWASAN PELEBARAN PERKERASAN JALANPekerjaan
pelebaran perkerasan jalan mencakup penambahan lebar perkerasan
lama sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan dalam
rancangan, yang ditunjukkan pada gambar atau yang diperintahkan
konsultan. Pekerjaan ini mencakup penggalian dan pembuangan bahan
yang ada, penyiapan tanah dasar, dan penghamparan serta pemadatan
bahan dengan garis dan dimensi yang diberikan dalam gambar atau
yang disetujui oleh konsultan pengawas. Pekerjaan harus sudah
selesai sebelum pelaksanaan pekerjaan aspal.Pelebaran perkerasan
harus dilaksanakan seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Penentuan
pelebaran perkerasan apakah satu sisi maupun dua sisi harus
dilakukan dengan mempertimbangkan Ruang Milik Jalan (Rumija) yang
tersedia, bangunan tetap dan lingkungan yang ada termasuk
pembebasan tanah (jika ada), sehingga dapat menciptakan suasana
aman bagi pemakai jalan seperti kebebasan samping yang cukup dengan
disediakannya lebar bahu jalan yang memenuhi standar teknis.Apabila
alinyemen jalan lama tidak memenuhi ketentuan minimum dari fungsi
jalan tersebut (arteri, kolektor, dan lokal), maka pelebaran
perkerasan dilaksanakan dengan perbaikan alinyemen sedemikian
hingga sumbu jalan menjadi lebih lurus dan lengkung pada tikungan
maupun pada puncak tanjakan dapat dikurangi.A. PENGAWASAN PERSIAPAN
UNTUK PELEBARAN PERKERASANPekerjaan pelebaran perkerasan dapat
dilaksanakan dengan menggunakan timbunan, Lapis Pondasi Agregat
atau Lapis Pondasi Semen Tanah, dan Lapisan Beraspal, bersama
dengan Lapis Resap Pengikat yang diperlukan, seperti yang
ditunjukkan dalam gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
jajaran Pejabat Pembuat Komitmen.Konsultan akan menginstruksikan
pelaksanaan galian untuk pelebaran perkerasan agar mampu
menyediakan ruang gerak yang cukup untuk alat penggilas (roller).
Sampai saat ini lebar alat penggilas (roller) minimum adalah 0,8 m
yaitu baby roller, maka lebar penggalian yang dibutuhkan adalah 1 m
untuk dapat memberikan ruang gerak yang lebih baik. Bilamana lebar
galian melebihi lebar pelebaran perkerasan yang diperlukan, maka
bahan galian tersebut harus diisikan kembali dan dipadatkan
bersama-sama dengan setiap bahan yang akan digunakan untuk
pelebaran perkerasan. Konsultan akan memberikan perhatian khusus
untuk menjamin agar bahan yang digunakan untuk pelebaran perkerasan
tidak terkontaminasi dengan bahan galian yang diisikan kembali,
sedemikian rupa sehingga diperlukan suatu acuan untuk memisahkan
kedua jenis bahan selama penghamparan. Dalam hal ini, lebar galian
yang melebihi lebar pelebaran perkerasan yang diperlukan tidak akan
dipandang sebagai kuantitas galian tambahan yang dapat dibayar.B.
PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN BAHAN PELEBARAN PERKERASANKetentuan yang
disyaratkan dalam Spesifikasi Umum dalam hal penghamparan dan
pemadatan bahan pelebaran perkerasan harus berlaku kecuali bahwa
frekuensi pengujian pengendalian mutu harus ditingkatkan sedemikian
rupa sehingga tidak kurang dari lima pengujian indeks plastisitas
(plasticity index), lima pengujian gradasi butiran, dan satu
pengujian kepadatan kering maksimum harus dilakukan untuk tiap 500
meter kubik bahan yang dibawa ke lapangan. Ketentuan lain yang
perlu diperhatikan yang berhubungan dengan produksi, penghamparan,
pemadatan dan pengujian bahan perkerasan harus berlaku dengan
perkecualian berikut ini :a) Sebelum bahan dihampar, lapis resap
pengikat yang sesuai harus disemprotkan pada lapis pondasi yang
sudah dipersiapkan dan lapis perekat yang sesuai juga harus
disemprot pada permukaan vertikal dari tepi perkerasan lama.b) Pada
pelebaran yang agak sempit, penghamparan dapat dilakukan dengan
cara manual, tetapi dalam batas-batas temperatur seperti
penghamparan dengan mesin. Pemadatan harus dilakukan menggunakan
alat pemadat mekanis atau alat pemadat bergerak bolak balik yang
disetujui. Alat pemadat kecil yang bermesin sendiri dapat digunakan
bilamana lebar pekerjaan pelebaran cukup untuk menampung seluruh
lebar roda alat pemadat.c) Pengujian kepadatan dari bahan lapisan
beraspal terhampar yang ditentukan dengan pengujian benda uji inti
(core), harus dilaksanakan dengan frekuensi tidak kurang dari satu
pengujian setiap 50 m pekerjaan pelebaran untuk masing-masing sisi
jalan (jika diterapkan pelebaran dua sisi), diukur sepanjang sumbu
jalan.1. 2. METODE PENGAWASAN TERHADAP PEKERJAAN LAPIS PONDASI
AGREGAT DENGAN CEMENT TREATED BASE (CTB)Cement Treated Base (CTB)
adalah lapis pondasi agregat semen yang pada dasarnya merupakan
pengembangan dari konstruksi Soil-Cement, dengan gradasi dan mutu
yang lebih terkendali dan metode pelaksanaan (pencampuran dan
penghamparan) yang menyerupai pekerjaan pengaspalan. Dengan daya
dukung yang tinggi, maka pada umumnya CTB banyak digunakan untuk
ruas ruas jalan yang melayani lalu lintas cukup padat dan
berat.Dengan perkembangan lalu lintas yang semakin berat dan padat,
serta dengan semakin menipisnya deposit agregat dengan kualitas
tinggi, maka penggunaan CTB dalam konstruksi jalan menjadi semakin
Justified. Terlebih apabila dijadikan pilihan sebagai lapis pondasi
agregat pada konstruksi pelebaran jalan jurusan Madiun Ponorogo.
Konsultan akan mengawasi dengan seksama tebal minimum Cement
Treated Base (CTB) yang dihampar tidak kurang dari tebal yang
disyaratkan. Tebal maksimum tidak boleh lebih besar dari 10 mm dari
tebal yang di syaratkan. Cement Treated Base (CTB) tidak boleh di
hampar dengan tebal lapisan melebihi 15 cm tebal padat, dan tidak
dalam lapisan kurang dari 7,5 cm tebal padat. Elevasi permukaan
akhir tidak boleh berubah lebih dari 10 mm ke atas atau ke bawah
dari elevasi rencana dalam setiap titik.Bahan untuk pembuatan lapis
pondasi agregat dengan Cement Treated Base (CTB) adalah semen, air,
dan agregat. Kadar semen harus ditentukan berdasarkan percobaan
laboratorium (laboratory test) dan campuran percobaan (trial mix).
Kadar air optimum harus ditentukan berdasarkan percobaan
laboratorium. Untuk dapat mengetahui kesempurnaan campuran CTB,
maka penyedia jasa harus melakukan campuran percobaan (trial mix)
dibawah pengawasan konsultan. Percobaan tersebut dilakukan untuk
menentukan Kuat tekan dari Cement Treated Base (CTB), kadar semen
yang dibutuhkan, kadar air optimum, dan berat isi campuran kering
pada kadar air optimum.Campuran Cement Treated Base (CTB) akan
berkaitan dengan ketentuan kuat tekan. Untuk mempersiapkan
bahan/material untuk menempatkan percobaan campuran kedalam cetakan
silinder dengan ukuran 150 mm x 300 mm dalam tiga lapisan. Selama
proses penghamparan Cement Treated Base (CTB), percobaan silinder
harus dilakukan berpasangan. Silinder dari setiap pasangan harus
dilakukan percobaan kuat tekan pada umur 7 hari dan pada umur 21
hari.Pada awal pekerjaan, dan sampai saat jajaran Pejabat Pembuat
Komitmen memerintahkan pengurangan jumlah silinder yang disyaratkan
yaitu 6 silinder untuk setiap 1.000 m2 dari lapis pondasi atau
bagian yang di hampar setiap hari. Apabila jumlahnya cukup dan
hasil test silinder yang ada dapat memuaskan, petugas laboratorium
dari jajaran Pejabat Pembuat Komitmen bisa memutuskan bahwa
kualitas beton dapat diterima dan dapat mengurangi jumlah silinder
menjadi tiga pasang untuk setiap 1.000 m2 dari bagian yang dihampar
setiap harinya.Persyaratan kuat tekan (unconfine compressive
strength) dari Cement Treated Base (CTB) (kg/cm2) dapat dilihat
dalam tabel di bawah ini :Silinder Diameter 150 mm x 300 mm
Umur7 hari28 hari
Kuat Tekan (kg/cm2)78120
A. PERCOBAAN LAPANGAN (FIELD TRIALS)Disain campuran CTB yang
telah dilakukan oleh kontraktor harus dicoba di lapangan dengan
luas pekerjaan Cement Treated Base (CTB) 500 m2, dengan tebal
berdasarkan instruksi dari pengawas lapangan dari jajaran Pejabat
Pembuat Komitmen dan konsultan supervisi. Luas percobaan dari
Cement Treated Base (CTB) harus mendapat persetujuan dari pengawas
lapangan. Selama pelaksanaan pekerjaan, yang meliputi penghamparan,
pemadatan, dan perawatan akan diawasi oleh pengawas lapangan dan
konsultan untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Berdasarkan hasil
percobaan lapangan sesudah 14 hari pengawas lapangan dari unsur
Pejabat Pembuat Komitmen dapat menyetujui kontraktor untuk
meneruskan pekerjaan atau menginstruksikan untuk membuat beberapa
variasi percobaan yang lain.B. PENGHAMPARAN DAN
PENCAMPURANPencampuran dari Cement Treated Base (CTB) harus dengan
peralatan batching plant sistem ukuran berat untuk menjamin
kebenaran porsi setiap bahan. Instalasi pencampuran harus
dilengkapi dengan silo semen, tangki air (water tank), peralatan
pemasok yang akan menyalurkan agregat, semen dan air kedalam alat
pencampur sesuai kuantitas yang dipersyaratkan dan campuran yang
homogen. Waktu pencampuran Cement Treated Base (CTB) terhitung pada
waktu air ditambahkan ke dalam campuran.C. PENGANGKUTANCement
Treated Base (CTB) harus diangkut dengan Dump Truck yang disetujui
oleh pengawas lapangan dan konsultan. Jumlah dan kapasitas Dump
Truck harus berdasarkan jadwal proyek dan kapasitas produksi alat
pencampur (Mixer Plant).D. PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN1 ) Persiapan
Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base)a) Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base)
harus sesuai dengan Spesifikasi Teknis termasuk ketebalan, ukuran,
elevasi, seperti terlihat pada gambar kerja.b) Permukaan Lapis
Pondasi Bawah (Sub Base) harus bersih dan rata.2) Penghamparan
Cement Treated Base (CTB)Cement Treated Base (CTB) harus dihampar
dan ditempatkan di atas perbaikan tanah dasar, dengan metode
mekanis, menggunakan alat high density screed paver dengan dual
tamping rammer sesuai instruksi Direksi Pekerjaan, untuk
mendapatkan kepadatan, toleransi kerataan dan kehalusan
permukaan.3) Pemadatana) Pemadatan Cement Treated Base (CTB) harus
telah dimulai dilaksanakan paling lambat 60 menit semenjak
pencampuran material dengan air.b) Campuran yang telah dihampar
tidak boleh dibiarkan tanpa dipadatkan Iebih dari 30 menit .c)
Kepadatan Cement Treated Base (CTB) setelah pemadatan harus
mencapai kepadatan kering lebih dari 95% maksimum kepadatan
kering.(d) Kadar air pada waktu pemadatan minimal sama dengan kadar
air optimum dan maksimal sama dengan kadar air optimum 2 %.(e)
Pemadatan harus telah selesai dalam waktu 120 menit semenjak semen
dicampur dengan air.4) Perawatan (Curing)Segera setelah pemadatan
terakhir dan atas usul pengawas lapangan maupun konsultan, bila
permukaan telah cukup kering harus ditutup dengan menggunakan :a)
Lembaran plastik atau terpal untuk menjaga penguapan air dalam
campuran.b) Penyemprotan dengan Aspal Emulso CSS-l dengan batasan
pemakaian antara 0,35 -0,50 liter per meter persegi.c) Metode lain
yang bertujuan melindungi Cement Treated Base (CTB) adalah dengan
karung goni yang dibasahi air selama masa perawatan (curing).1. 3.
METODE PENGAWASAN TERHADAP PEKERJAAN ASPALPekerjaan campuran
beraspal panas mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa
lapis perata, lapis pondasi atau lapis aus campuran beraspal panas
yang terdiri dari agregat dan bahan aspal yang dicampur secara
panas di pusat instalasi pencampuran, serta menghampar dan
memadatkan campuran tersebut di atas pondasi atau permukaan jalan
yang telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi dan memenuhi garis,
ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukkan dalam gambar
rencana.Sebelum dan selama pekerjaan, konsultan pengawas akan
meminta kepada kontraktor mengenai beberapa hal seperti terangkum
di bawah ini :a) Contoh dari seluruh bahan yang disetujui untuk
digunakan, yang disimpan oleh konsultan selama periode Kontrak
untuk keperluan rujukan;b) Setiap bahan aspal yang diusulkan
kontraktor untuk digunakan, berikut keterangan asal sumbernya
bersama dengan data pengujian sifat-sifatnya, baik sebelum maupun
sesudah pengujian penuaan aspal (RTFOT/TFOT);c) Laporan tertulis
yang menjelaskan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh bahan,
seperti disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis;d) Laporan tertulis
setiap pemasokan aspal beserta sifat-sifat bahan seperti yang
disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis;e) Hasil pemeriksaan kelayakan
peralatan laboratorium dan pelaksanaan. Khusus peralatan instalasi
pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP) harus ditunjukkan
sertifikat layak produksi yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Bina Marga.f) Rumusan campuran kerja (Job Mix Formula, JMF) dan
data pengujian yang mendukungnya dalam bentuk laporan tertulis;g)
Laporan tertulis mengenai kepadatan dari campuran yang dihampar;h)
Data pengujian laboratorium dan lapangan untuk pengendalian harian
terhadap takaran campuran dan mutu campuran, dalam bentuk laporan
tertulis;i) Catatan harian dari seluruh muatan truk yang ditimbang
di alat penimbang;j) Catatan tertulis mengenai pengukuran tebal
lapisan dan dimensi perkerasan;A. PENGAWASAN TERHADAP MUTU BAHAN 1)
Agregat Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan pelebaran jalan
Madiun Ponorogo harus sedemikian rupa agar campuran beraspal yang
proporsinya dibuat sesuai dengan rumusan campuran kerja memenuhi
semua ketentuan yang disyaratkan. Agregat tidak boleh digunakan
sebelum disetujui terlebih dahulu oleh konsultan pengawas.Untuk
mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka konsultan mengajurkan
agar penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %, serta berat jenis
(spesific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda
lebih dari 0,2. Konsultan pengawas mengambil kesimpulan demikian
dari pengalaman yang telah dilaksanakan, juga berdasarkan literatur
dan methode yang telah ditetapkan Dinas Bina Marga dalam
spesifikasi pada umumnya. Termasuk juga mengenai ketentuan agregat
kasar yang dirangkum oleh konsultan sebagai berikut
:PengujianNilai
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium
sulfatMaks.12 %
Abrasi dengan mesin Los AngelesCampuran AC bergradasi kasarMaks.
30%
Semua jenis campuran aspal bergradasi lainnyaMaks. 40%
Kelekatan agregat terhadap aspalMin. 95 %
Angularitas (kedalaman dari permukaan 48-->54
1. Indeks Penetrasi> -1,0 0,5> 0.0> 0,4
1. Duktilitas pada 25C, (cm)>100> 100> 100> 100
1. Titik Nyala (C)>232>232>232>232
1. Kelarutan dlm Toluene (%)>99> 90(1)>99>99
1. Berat Jenis>1,0>1,0>1,0>1,0
1. Stabilitas Penyimpanan (C)- 5454
1. Indeks Penetrasi> -1,0> 0,0> 0,0> 0,4
1. Keelastisan setelah Pengembalian (%)--> 45> 60
1. Duktilitas pada 25C (cm)> 100> 50> 50-
1. Partikel yang lebih halus dari 150 micron (mm) (%)Min. 95Min.
95Min. 95
4) Aspal Yang DimodifikasiAspal yang dimodifikasi adalah jenis
Multigrade atau Asbuton, elastomerik latex. Proses modifikasi aspal
di lapangan tidak diperbolehkan kecuali ada lisensi dari pabrik
pembuat aspal modifikasi dan pabrik pembuatnya menyediakan
instalasi pencampur yang setara dengan yang digunakan di pabrik
asalnya.Mengenai pengiriman Aspal modifikasi, konsultan akan
memastikan bahwa Aspal Modifikasi dikirim dalam tangki yang
dilengkapi dengan alat pembakar gas atau minyak yang dikendalikan
secara termostatis. Pengiriman dalam tangki dilengkapi dengan
sistem segel yang disetujui untuk mencegah kontaminasi yang terjadi
apakah dari pabrik pembuatnya atau dari pengirimannya. Aspal yang
dimodifikasi harus disalurkan ke tangki penampung di lapangan
dengan sistem sirkulasi yang tertutup penuh. Penyaluran secara
terbuka tidak diperkenankan.Setiap pengiriman harus disalurkan
kedalam tangki yang diperuntukkan untuk kedatangan aspal dan harus
segera dilakukan pengujian penetrasi, titik lembek dan stabilitas
penyimpanan. Tidak ada aspal yang boleh digunakan sampai diuji dan
disetujui.Jangka waktu penyimpan untuk aspal modifikasi dengan
bahan dasar latex, konsultan menganjurkan tidak boleh melebihi 3
hari kecuali jika jangka waktu penyimpanan yang lebih lama
disetujui oleh Konsultan.5) Sumber PasokanSumber pemasokan agregat,
aspal dan bahan pengisi (filler) harus disetujui terlebih dahulu
oleh konsultan pengawas sebelum pengiriman bahan. Setiap jenis
bahan harus diserahkan, seperti yang diperintahkan Konsultan,
paling sedikit 60 hari sebelum usulan dimulainya pekerjaan
pengaspalan.B. PENGAWASAN TERHADAP PROSES PENCAMPURAN Campuran
beraspal dapat terdiri dari agregat, bahan pengisi, bahan aditif,
dan aspal. Persentase aspal yang aktual ditambahkan ke dalam
campuran ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium dan lapangan
sebagaimana tertuang dalam Rencana Campuran Kerja (JMF) dengan
memperhatikan penyerapan agregat yang digunakan.1) Prosedur
Rancangan CampuranSebelum melakukan penghamparan campuran beraspal
dalam Pekerjaan Pelebaran Jalan Jurusan Madiun Ponorogo, Kontraktor
diminta untuk menunjukkan semua usulan metoda kerja, agregat,
aspal, dan campuran yang memadai dengan membuat dan menguji
campuran percobaan di laboratorium dan juga dengan penghamparan
campuran percobaan yang dibuat di instalasi pencampur aspal.
Pengujian yang diperlukan meliputi analisa ayakan, berat jenis dan
penyerapan air, dan semua jenis pengujian lainnya sebagaimana yang
dipersyaratkan pada seksi ini untuk semua agregat yang digunakan.
Pengujian pada campuran beraspal percobaan akan meliputi penentuan
Berat Jenis Maksimum campuran beraspal, pengujian sifat-sifat
Marshall dan Kepadatan Membal (Refusal Density) campuran
rancangan.Setelah dilakukan pengujian, contoh agregat untuk
rancangan campuran harus diambil dari pemasok dingin (cold bin) dan
dari penampung panas (hot bin). Rumusan campuran kerja yang
ditentukan dari campuran di laboratorium harus dianggap berlaku
sementara sampai diperkuat oleh hasil percobaan pada instalasi
pencampur aspal dan percobaan penghamparan dan pemadatan
lapangan.Pengujian percobaan penghamparan dan pemadatan lapangan
dilaksanakan dalam tiga langkah dasar berikut ini :i) Penentuan
proporsi takaran agregat dari pemasok dingin untuk dapat
menghasilkan komposisi yang optimum. Perhitungan proporsi takaran
agregat dari bahan tumpukan yang optimum harus digunakan untuk
penentuan awal bukaan pemasok dingin. Contoh dari pemasok panas
harus diambil setelah penentuan besarnya bukaan pemasok dingin.
Selanjutnya proporsi takaran pada pemasok panas dapat ditentukan.
Suatu Rumusan Campuran Rancangan (Design Mix Formula, DMF) kemudian
akan ditentukan berdasarkan prosedur Marshall.ii) DMF, data dan
grafik percobaan campuran di laboratorium harus diserahkan pada
Konsultan untuk mendapatkan persetujuan. Konsultan akan menyetujui
atau menolak usulan DMF tersebut dalam waktu 7 hari. Percobaan
produksi dan penghamparan tidak boleh dilaksanakan sampai DMF
disetujui.iii) Percobaan produksi dan penghamparan serta
persetujuan terhadap Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF).
JMF adalah suatu dokumen yang menyatakan bahwa rancangan campuran
laboratorium yang tertera dalam DMF dapat diproduksi dengan
instalasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP), dihampar dan
dipadatkan di lapangan dengan peralatan yang telah ditetapkan dan
memenuhi derajat kepadatan lapangan terhadap kepadatan laboratorium
hasil pengujian Marshall dari benda uji yang campuran beraspalnya
diambil dari AMP.2) Rumus Campuran Rancangan (Design Mix
Formula)Paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan aspal,
kontraktor harus menyerahkan secara tertulis kepada Konsultan,
usulan DMF untuk campuran yang akan digunakan dalam pekerjaan.
Rumus yang diserahkan harus menentukan untuk campuran berikut
ini:a) Sumber-sumber agregat.b) Ukuran nominal maksimum partikel.c)
Persentase setiap fraksi agregat yang cenderung akan digunakan
Kontraktor, pada penampung dingin maupun penampung panas.d) Gradasi
agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang disyaratkan.e) Kadar
aspal optimum dan efektif terhadap berat total campuran .f) Rentang
temperatur pencampuran aspal dengan agregat dan temperatur saat
campuran beraspal dikeluarkan dari alat pengaduk (mixer).Kontraktor
harus menyediakan data dan grafik hubungan sifat-sifat campuran
beraspal terhadap variasi kadar aspal hasil percobaan laboratorium
untuk menunjukkan bahwa campuran memenuhi semua kriteria yang
dipersyaratkan tergantung campuran aspal mana yang dipilih.3)
Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF)Percobaan campuran di
instasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP) dan
penghamparan percobaan yang memenuhi ketentuan akan menjadikan DMF
dapat disetujui sebagai JMF.Segera setelah DMF disetujui,
kontraktor harus melakukan penghamparan percobaan paling sedikit 50
ton untuk setiap jenis campuran yang diproduksi dengan AMP,
dihampar dan dipadatkan dengan peralatan dan prosedur yang
diusulkan. Kontraktor harus menunjukkan bahwa setiap alat
penghampar (paver) mampu menghampar bahan sesuai dengan tebal yang
disyaratkan tanpa segregasi, tergores, dsb. Kombinasi penggilas
yang diusulkan harus mampu mencapai kepadatan yang disyaratkan
dalam rentang temperatur pemadatan.Contoh campuran harus dibawa ke
laboratorium dan digunakan untuk membuat benda uji Marshall maupun
untuk pemadatan membal (refusal). Bilamana percobaan tersebut gagal
memenuhi Spesifikasi pada salah satu ketentuannya maka perlu
dilakukan penyesuaian dan percobaan harus diulang kembali.
Konsultan tidak akan menyetujui DMF sebagai JMF sebelum
penghamparan percobaan yang dilakukan memenuhi semua ketentuan dan
disetujui.Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat dimulai
sebelum diperoleh JMF yang disetujui oleh Konsultan. Bilamana telah
disetujui, JMF menjadi definitif sampai Konsultan menyetujui JMF
pengganti lainnya. Mutu campuran harus dikendalikan, terutama dalam
toleransi yang diijinkan.Dua belas benda uji Marshall harus dibuat
dari setiap penghamparan percobaan. Contoh campuran beraspal dapat
diambil dari instalasi pencampur aspal atau dari truk di AMP, dan
dibawa ke laboratorium dalam kotak yang terbungkus rapi. Benda uji
Marshall harus dicetak dan dipadatkan pada temperatur yang
disyaratkan dan menggunakan jumlah penumbukan yang disyaratkan
pula. Kepadatan rata-rata (Gmb) dari semua benda uji yang diambil
dari penghamparan percobaan yang memenuhi ketentuan harus menjadi
Kepadatan Standar Kerja (Job Standard Density), yang harus
dibandingkan dengan pemadatan campuran beraspal terhampar dalam
pekerjaan.4) Penerapan JMF dan Toleransi Yang DiijinkanSeluruh
campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai dengan JMF,
dalam batas rentang toleransi yang disyaratkan. Setiap hari
konsultan akan mengambil benda uji baik bahan maupun campurannya,
atau benda uji tambahan yang dianggap perlu untuk pemeriksaan
keseragaman campuran. Setiap bahan yang gagal memenuhi batas-batas
yang diperoleh dari JMF dan Toleransi Yang Diijinkan harus
ditolak.Apabila setiap bahan pokok memenuhi batas-batas yang
diperoleh dari JMF dan Toleransi Yang Diijinkan, tetapi menunjukkan
perubahan yang konsisten dan sangat berarti atau perbedaan yang
tidak dapat diterima atau jika sumber setiap bahan berubah, maka
suatu JMF baru harus diserahkan dengan cara seperti yang disebut di
atas dan atas biaya Kontraktor sendiri untuk disetujui, sebelum
campuran beraspal baru dihampar di lapangan. Untuk toleransi
Komposisi Campuran dapat dilihat pada tabel di bawah ini :Agregat
GabunganToleransi Komposisi Campuran
Sama atau lebih besar dari 2,36 mm 5 % berat total agregat
Lolos ayakan 2,36 mm sampai No.50 3 % berat total agregat
Lolos ayakan No.100 dan tertahan No.200 2 % berat total
agregat
Lolos ayakan No.200 1 % berat total agregat
Kadar aspalToleransi
Kadar aspal 0,3 % berat total campuran
Temperatur CampuranToleransi
Bahan meninggalkan AMP dan dikirim ke tempat penghamparan- 10 C
dari temperatur campuran beraspal di truk saat keluar dari AMP
C. PENGAWASAN MENGENAI KETENTUAN INSTALASI PENCAMPURAN ASPAL 1)
Instalasi Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP)Instalasi
Pencampuran Aspal harus disertifikasi oleh Instansi yang ditunjuk
oleh konsultan dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Jika belum
disertifikasi maka bukti-bukti yang menyatakan bahwa sertifikasi
sedang dilaksanakan, minimal bisa menunjukan kalibrasi timbangan
aspal dan agregat dari badan metrologi. Jika perlu Konsultan dapat
malkukan inspeksi dan membuat persetujuan sementara sebagai
pengganti dari sertifikasi yang tertunda tersebut. AMP merupakan
pusat pencampuran dengan sistem penakaran (batching) atau drum mix
dan harus memiliki kapasitas minimum 800 kg dan mampu memasok mesin
penghampar secara terus menerus bilamana menghampar campuran pada
kecepatan normal dan ketebalan yang dikehendaki.Untuk menjamin
kualitas mutu campuran aspal, maka AMP harus dilengkapi dengan alat
pengumpul debu (dust collector) yang lengkap yaitu sistem pusaran
kering (dry cyclone) dan pusaran basah (wet cyclone), sehingga
tidak menimbulkan pencemaran debu. Bilamana salah satu sistem di
atas rusak atau tidak berfungsi maka konsultan akan
menginstruksikan bahwa AMP tersebut tidak boleh dioperasikan. AMP
juga harus mempunyai pengaduk (pug mill) dengan kapasitas minimum
800 kg jika diperlukan untuk memproduksi AC bergradasi kasar atau
AC-Base selain dari pekerjaan minor.Jika digunakan untuk pembuatan
campuran aspal yang dimodifikasi, AMP harus dilengkapi dengan
pengendali temperatur termostatik otomatis yang mampu
mempertahankan temperatur campuran sebesar 175 oC dan dirancang
sebagaimana mestinya, dilengkapi dengan semua perlengkapan khusus
yang diperlukan.2) Tangki Penyimpan AspalTangki penyimpan bahan
aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang dapat dikendalikan
dengan efektif dan handal sampai suatu temperatur dalam rentang
yang disyaratkan. Pemanasan harus dilakukan melalui kumparan uap
(steam coils), listrik, atau cara lainnya sehingga api tidak
langsung memanasi tangki aspal. Setiap tangki harus dilengkapi
dengan sebuah termometer yang terletak sedemikian hingga temperatur
aspal dapat dengan mudah dilihat. Sebuah keran harus dipasang pada
pipa keluar dari setiap tangki untuk pengambilan benda uji.Sistem
sirkulasi untuk bahan aspal harus mempunyai ukuran yang sesuai agar
dapat memastikan sirkulasi yang lancar dan terus menerus selama
periode pengoperasian. Perlengkapan yang sesuai harus disediakan,
baik dengan selimut uap (steam jacket) atau perlengkapan isolasi
lainnya, untuk mempertahankan temperatur yang disyaratkan dari
seluruh bahan pengikat aspal dalam sistem sirkulasi.Daya tampung
tangki penyimpanan minimum adalah paling sedikit untuk kuantitas
dua hari produksi. Paling sedikit harus disediakan dua tangki yang
berkapasitas sama. Tangki-tangki tersebut harus dihubungkan ke
sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-masing tangki dapat
diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke alat
pencampur.Untuk campuran aspal yang dimodifikasi,
sekurang-kurangnya sebuah tangki penyimpan aspal tambahan dengan
kapasitas yang tidak kurang dari 20 ton, tidak boleh dipanaskan
langsung dengan minyak atau pemanas listrik dan harus dilengkapi
dengan pengendali temperatur termostatik yang mampu mempertahankan
temperatur sebesar 175oC harus disediakan. Tangki ini harus
disediakan untuk penyimpanan aspal yang dimodifikasi selama periode
dimana aspal tersebut diperlukan untuk proyek.Semua tangki
penyimpan aspal untuk pencampuran aspal alam yang mengandung bahan
mineral dan untuk aspal yang dimodifikasi lainnya, bilamana akan
terjadi pemisahan, harus dilengkapi dengan pengaduk mekanis yang
dirancang sedemikian hingga setiap saat dapat mempertahankan bahan
mineral didalam bahan pengikat sebagai suspensi.3) Tangki Penyimpan
AditifTangki penyimpanan aditif dengan kapasitas minimal dapat
menyimpan bahan aditif untuk satu hari produksi campuran beraspal
dan harus dilengkapi dengan dozing pump sehingga dapat memasok
langsung aditif ke pugmil dengan kuantitas dan tekanan tertentu.4)
Pengendali Waktu PencampuranInstalasi harus dilengkapi dengan
perlengkapan yang handal untuk mengendalikan waktu pencampuran dan
menjaga waktu pencampuran tetap konstan kecuali kalau diubah atas
perintah Konsultan.5) Timbangan dan Rumah TimbangTimbangan harus
disediakan untuk menimbang agregat, aspal dan bahan pengisi. Rumah
timbang harus disediakan untuk menimbang truk bermuatan yang siap
dikirim ke tempat penghamparan. Timbangan tersebut harus memenuhi
ketentuan seperti yang dijelaskan di atas.6) Penyimpanan dan
Pemasokan Bahan PengisiSilo atau tempat penyimpanan yang tahan
cuaca untuk menyimpan dan memasok bahan pengisi dengan sistem
penakaran berat harus disediakan.7) Penyimpanan dan Pemasokan Aspal
AlamJika Aspal Alam Berbutir digunakan untuk pekerjaan sebuah
tempat penyimpanan yang tahan cuaca dan elevator yang cocok untuk
memasok yang dilengkapi dengan sistem penakaran berat harus
disediakan. 8) Peralatan PengangkutTruk untuk mengangkut campuran
aspal harus mempunyai bak terbuat dari logam yang rapat, bersih dan
rata, yang telah disemprot dengan sedikit air sabun, atau larutan
kapur untuk mencegah melekatnya campuran aspal pada bak. Setiap
genangan minyak pada lantai bak truk hasil penyemprotan sebelumnya
harus dibuang sebelum campuran aspal dimasukkan dalam truk.Tiap
muatan harus ditutup dengan kanvas/terpal atau bahan lainnya yang
cocok dengan ukuran yang sedemikian rupa agar dapat melindungi
campuran aspal terhadap cuaca. Bilamana dianggap perlu, bak truk
hendaknya diisolasi dan seluruh penutup harus diikat kencang agar
campuran aspal yang tiba di lapangan pada temperatur yang
disyaratkan.Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan pada
campuran aspal aki-bat sistem pegas atau faktor penunjang lainnya,
atau yang menunjukkan kebocoran oli yang nyata, atau yang
menyebabkan keterlambatan yang tidak semestinya, atas perintah
Konsultan harus dikeluarkan dari pekerjaan sampai kondisinya
diperbaiki.Dump Truk yang mempunyai badan menjulur dan bukaan ke
arah belakang harus disetel agar seluruh campuran aspal dapat
dituang ke dalam penampung dari alat penghampar aspal tanpa
mengganggu kerataan pengoperasian alat penghampar dan truk harus
tetap bersentuhan dengan alat penghampar. Truk yang mempunyai lebar
yang tidak sesuai dengan lebar alat penghampar tidak diperkenankan
untuk digunakan. Truk aspal dengan muatan lebih tidak
diperkenankan.Jumlah truk untuk mengangkut campuran aspal harus
cukup dan dikelola sedemikian rupa sehingga peralatan penghampar
dapat beroperasi secara menerus dengan kecepatan yang
disetujui.Penghampar yang sering berhenti dan berjalan lagi akan
menghasilkan permukaan yang tidak rata sehingga tidak memberikan
kenyamanan bagi pengendara serta mengurangi umur rencana akibat
beban dinamis. Kontraktor tidak diijinkan memulai penghamparan
sampai minimum terdapat tiga truk di lapangan yang siap memasok
campuran aspal ke peralatan penghampar. Kecepatan peralatan
penghampar harus dioperasikan sedemikian rupa sehingga jumlah truk
yang digunakan untuk mengangkut campuran aspal setiap hari dapat
menjamin berjalannya peralatan penghampar secara menerus tanpa
henti. Bilamana penghamparan terpaksa harus dihentikan, maka
Konsultan hanya akan mengijinkan dilanjutkannya penghamparan
bilamana minimum terdapat tiga truk di lapangan yang siap memasok
campuran aspal ke peralatan penghampar. Ketentuan ini merupakan
petunjuk pelaksanaan yang baik dan Kontraktor tidak diperbolehkan
menuntut tambahan biaya atau waktu atas keterlambatan penghamparan
yang diakibatkan oleh kegagalan Kontraktor untuk menjaga
kesinambungan pemasokan campuran aspal ke peralatan penghampar.9)
Peralatan Penghampar dan PembentukPeralatan penghampar dan
pembentuk harus penghampar mekanis bermesin sendiri yang disetujui,
yang mampu menghampar dan membentuk campuran aspal sesuai dengan
garis, kelandaian serta penampang melintang yang diperlukan.Alat
penghampar harus dilengkapi dengan penampung dan dua ulir pembagi
dengan arah gerak yang berlawanan untuk menempatkan campuran aspal
secara merata di depan screed (sepatu) yang dapat disetel.
Peralatan ini harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang dapat
digerakkan dengan cepat dan efisien dan harus mempunyai kecepatan
jalan mundur seperti halnya maju. Penampung (hopper) harus
mempunyai sayap-sayap yang dapat dilipat pada saat setiap muatan
campuran aspal hampir habis untuk menghindari sisa bahan yang sudah
mendingin di dalamnya.Alat penghampar harus mempunyai perlengkapan
elektronik dan/atau mekanis pengendali kerataan seperti batang
perata (leveling beams), kawat dan sepatu pengarah kerataan (joint
matching shoes) dan dan peralatan bentuk penampang (cross fall
devices) untuk mempertahankan ketepatan kelandaian dan kelurusan
garis tepi perkerasan tanpa perlu menggunakan acuan tepi yang tetap
(tidak bergerak).Alat penghampar harus dilengkapi dengan screed
(perata) baik dengan jenis penumbuk (tamper) maupun jenis vibrasi
dan perangkat untuk memanasi screed (sepatu) pada temperatur yang
diperlukan untuk menghampar campuran aspal tanpa menggusur atau
merusak permukaan hasil hamparan.Istilah screed (perata) mengacu
pada pengambang mekanis standar (standard floating mechanism) yang
dihubungkan dengan lengan arah samping (side arms) pada titik
penambat yang dipasang pada unit pengerak alat penghampar pada
bagian belakang roda penggerak dan dirancang untuk menghasilkan
permukaan tektur lurus dan rata tanpa terbelah, tergeser atau
beralur.Bilamana selama pelaksanaan, hasil hamparan peralatan
penghampar dan pembentuk meninggalkan bekas pada permukaan,
segregasi atau cacat atau ketidak-rataan permukaan lainnya yang
tidak dapat diperbaiki dengan cara modifikasi prosedur pelaksanaan,
maka penggunaan peralatan tersebut harus dihentikan dan peralatan
penghampar dan pembentuk lainnya yang memenuhi ketentuan harus
disediakan oleh Kontraktor.10) Peralatan PemadatSetiap alat
penghampar harus disertai paling sedikit satu alat pemadat roda
baja (steel wheel roller) dan satu alat pemadat roda karet (tyre
roller). Paling sedikit harus disediakan satu tambahan alat pemadat
roda karet (tire roller) untuk setiap kapasitas produksi yang
melebihi 40 ton perjam. Semua alat pemadat harus mempunyai tenaga
penggerak sendiri.Alat pemadat roda karet harus dari jenis yang
disetujui dan memiliki tidak kurang dari sembilan roda yang
permukaannya halus dengan ukuran yang sama dan mampu dioperasikan
pada tekanan ban pompa (6,0 6,5) kg/cm2 atau (85 90) psi pada
jumlah lapis anyaman ban (ply) yang sama. Roda-roda harus berjarak
sama satu sama lain pada kedua sumbu dan diatur sedemikian rupa
sehingga tengah-tengah roda pada sumbu yang satu terletak di antara
roda-roda pada sumbu yang lainnya secara tumpang-tindih (overlap).
Setiap roda harus dipertahankan tekanan pompanya pada tekanan
operasi yang disyaratkan sehingga selisih tekanan pompa antara dua
roda tidak melebihi 0,35 kg/cm2 (5 psi). Suatu perangkat pengukur
tekanan ban harus disediakan untuk memeriksa dan menyetel tekanan
ban pompa di lapangan pada setiap saat. Untuk setiap ukuran dan
jenis ban yang digunakan, Kontraktor harus memberikan kepada
Konsultan grafik atau tabel yang menunjukkan hubungan antara beban
roda, tekanan ban pompa, tekanan pada bidang kontak, lebar dan luas
bidang kontak. Setiap alat pemadat harus dilengkapi dengan suatu
cara penyetelan berat total dengan pengaturan beban (ballasting)
sehingga beban per lebar roda dapat diubah dalam rentang (300 600)
kilogram per 0,1 meter. Tekanan dan beban roda harus disetel sesuai
dengan permintaan Konsultan, agar dapat memenuhi ketentuan setiap
aplikasi khusus. Pada umumnya pemadatan dengan alat pemadat roda
karet pada setiap lapis campuran aspal harus dengan tekanan yang
setinggi mungkin yang masih dapat dipikul bahan.a) Alat pemadat
roda baja yang bermesin yang dimaksud adalah alat pemadat tandem
statis.Alat pemadat statis minimum harus mempunyai berat statis
tidak kurang dari 8 ton. Roda gilas harus bebas dari permukaan yang
datar, penyok, robek-robek atau tonjolan yang merusak permukaan
perkerasan.b) Dalam penghamparan percobaan, kontraktor harus dapat
menunjukkan kombinasi jenis penggilas untuk memadatkan setiap jenis
campuran sampai dapat diterima oleh konsultan, sebelum JMF
disetujui. Kontraktor harus melanjutkan untuk menyimpan dan
menggunakan kombinasi penggilas yang disetujui untuk setiap
campuran. Tidak ada alternatif lain yang dapat diperkenankan
kecuali jika Kontraktor dapat menunjukkan kepada Konsultan bahwa
kombinasi penggilas yang baru paling sedikit seefektif yang sudah
disetujui.D PENGAWASAN TERHADAP PENGHAMPARAN CAMPURAN1) Menyiapkan
Permukaan Yang Akan DilapisiBilamana permukaan yang akan dilapisi
termasuk perataan setempat dalam kondisi rusak, menunjukkan
ketidakstabilan, atau permukaan aspal lama telah berubah bentuk
secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik dengan lapisan di
bawahnya, harus dibongkar atau dengan cara perataan kembali
lainnya, semua bahan yang lepas atau lunak harus dibuang, dan
permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan campuran
beraspal atau bahan lain yang disetujui oleh Konsultan. Bilamana
permukaan yang akan dilapisi terdapat atau mengandung sejumlah
bahan dengan rongga dalam campuran yang tidak memadai, sebagimana
yang ditunjukkan dengan adanya kelelehan plastis dan/atau kegemukan
(bleeding), seluruh lapisan dengan bahan plastis ini harus
dibongkar. Pembongkaran semacam ini harus diteruskan ke bawah
sampai diperoleh bahan yang keras (sound). Toleransi permukaan
setelah diperbaiki harus sama dengan yang disyaratkan untuk
pelaksanaan lapis pondasi agregat.Sesaat sebelum penghamparan,
permukaan yang akan dihampar harus diber-sihkan dari bahan yang
lepas dan yang tidak dikehendaki dengan sapu mekanis yang dibantu
dengan cara manual bila diperlukan. Lapis perekat (tack coat) atau
lapis resap pengikat (prime coat) harus diterapkan sesuai dengan
Spesifikasi.2) Acuan TepiBesi atau kasau kayu atau acuan lain yang
disetujui harus dipasang sesuai dengan garis dan serta ketinggian
yang diperlukan oleh tepi-tepi lokasi yang akan dihampar.3)
Penghamparan Dan Pembentukan Perkerasan AspalSebelum memulai
penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar harus dipanaskan.
Campuran beraspal harus dihampar dan diratakan sesuai dengan
kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang
disyaratkan. Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih
rendah menuju lajur yang lebih tinggi bilamana pekerjaan yang
dilaksanakan lebih dari satu lajur.Mesin vibrasi pada screed alat
penghampar harus dijalankan selama penghamparan dan pembentukan.
Penampung alat penghampar (hopper) tidak boleh dikosongkan, sisa
campuran beraspal harus dijaga tidak kurang dari temperatur yang
disyaratkan. Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu
kecepatan yang tidak menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau
bentuk ketidakrataan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan
harus disetujui oleh Konsultan dan ditaati.Bilamana terjadi
segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat penghampar
harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai penyebabnya
telah ditemukan dan diperbaiki. Proses perbaikan lubang-lubang yang
timbul karena terlalu kasar atau bahan yang tersegregasi karena
penaburan material yang halus sedapat mungkin harus dihindari
sebelum pemadatan. Butiran yang kasar tidak boleh ditebarkan diatas
permukan yang telah padat dan bergradasi rapat.Konsultan akan
memperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada
tepi-tepi penampung alat penghampar atau tempat lainnya. Bilamana
jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya satu
lajur untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir antara
panjang penghamparan lajur yang satu dengan yang bersebelahan pada
setiap hari produksi dibuat seminimal mungkin. Selama pekerjaan
penghamparan fungsi-fungsi berikut ini harus dipantau dan
dikendalikan secara elektronik atau secara manual sebagaimana yang
diperlukan untuk menjamin terpenuhinya elevasi rancangan dan
toleransi yang disyaratkan serta ketebalan dari lapisan beraspal:i)
Tebal hamparan aspal gembur sebelum dipadatkan, sebelum
dibolehkannya pemadatan (diperlukan pemeriksaan secara manual)ii)
Kelandaian sepatu (screed) alat penghampar untuk menjamin
terpenuhinya lereng melintang dan super elevasi yang
diperlukan.iii) Elevasi yang sesuai pada sambungan dengan aspal
yang telah dihampar sebelumnya, sebelum dibolehkannya pemadatan.iv)
Untuk menjamin sambungan memanjang vertikal maka harus digunakan
besi profil siku dengan ukuran tinggi 5 mm lebih kecil dari tebal
rencana dan dipakukan pada perkerasan dibawahnya.v) Perbaikan
penampang memanjang dari permukaan aspal lama dengan menggunakan
batang perata, kawat baja atau hasil penandaan survei.4)
PemadatanSegera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan,
permukaan tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan
yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur campuran beraspal yang
terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan harus
dimulai dalam rentang viskositas aspal. Pemadatan campuran beraspal
harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah berikut ini :1.
Pemadatan Awal2. Pemadatan Antara3. Pemadatan AkhirPemadatan awal
atau breakdown rolling harus dilaksanakan baik dengan alat pemadat
roda baja. Pemadatan awal harus dioperasikan dengan roda penggerak
berada di dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan harus
menerima minimum dua lintasan pengilasan awal.Pemadatan kedua atau
utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet sedekat
mungkin di belakang penggilasan awal. Pemadatan akhir atau
penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa
penggetar (vibrasi). Bila hamparan aspal tidak menunjukkan bekas
jejak roda pemadatan setelah pemadatan kedua, pemadatan akhir bisa
tidak dilakukan.Pertama-tama pemadatan harus dilakukan pada
sambungan melintang yang telah terpasang kasau dengan ketebalan
yang diperlukan untuk menahan pergerakan campuran beraspal akibat
penggilasan. Bila sambungan melintang dibuat untuk menyambung lajur
yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal harus dilakukan
sepanjang sambungan memanjang untuk suatu jarak yang pendek dengan
posisi alat pemadat berada pada lajur yang telah dipadatkan dengan
tumpang tindih pada pekerjaan baru kira-kira 15 cm.Pemadatan harus
dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian dari tepi
luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu jalan
berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi
pada tikungan harus dimulai dari tempat yang terendah dan bergerak
kearah yang lebih tinggi. Lintasan yang berurutan harus saling
tumpang tindih (overlap) minimum setengah lebar roda dan
lintasan-lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada titik yang
kurang dari satu meter dari lintasan sebelumnya.Bilamana menggilas
sambungan memanjang, alat pemadat untuk pemadatan awal harus
terlebih dahulu memadatkan lajur yang telah dihampar sebelumnya
sehingga tidak lebih dari 15 cm dari lebar roda pemadat yang
memadatkan tepi sambungan yang belum dipadatkan. Pemadatan dengan
lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan menggeser posisi
alat pemadat sedikit demi sedikit melewati sambungan, sampai
tercapainya sambungan yang dipadatkan dengan rapi.Kecepatan alat
pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10 km/jam
untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak
mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan
dan arah penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau
dengan cara yang menyebabkan terdorongnya campuran beraspal.Semua
jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk
memperoleh pemadatan yang merata saat campuran beraspal masih dalam
kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan
ketidakrataan dapat dihilangkan.Roda alat pemadat harus dibasahi
dengan cara pengabutan secara terus menerus untuk mencegah
pelekatan campuran beraspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang
berlebihan tidak diperkenankan. Roda karet boleh sedikit diminyaki
untuk menghindari lengketnya campuran beraspal pada roda.Peralatan
berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan
yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut
dingin. Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari
kendaraan atau perlengkapan yang digunakan oleh kontraktor di atas
perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi alasan
dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh kontraktor atas
perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekerjaaan
perbaikan ini menjadi beban Kontraktor.Permukaan yang telah
dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng melintang dan
kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap
campuran beraspal padat yang menjadi lepas atau rusak, tercampur
dengan kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan
diganti dengan campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya
agar sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu
dari campuran beraspal terhampar dengan luas 1000 cm2 atau lebih
yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus
dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan setempat, tonjolan
sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan yang
keropos harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh
Konsultan.Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan,
Kontraktor harus memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi.
Setiap bahan yang berlebihan harus dipotong tegak lurus setelah
pemadatan akhir, dan dibuang oleh Kontraktor di luar daerah milik
jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan yang lokasinya disetujui
oleh Konsultan.5) SambunganSambungan memanjang maupun melintang
pada lapisan yang berurutan harus diatur sedemikian rupa agar
sambungan pada lapis satu tidak terletak segaris yang lainnya.
Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan
pada lapisan teratas berada di pemisah jalur atau pemisah lajur
lalu lintas.Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping
campuran beraspal yang telah dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana
tepinya telah tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus atau
dipanaskan dengan menggunakan lidah api (dengan menggunakan alat
burner). Bila tidak ada pemanasan, maka pada bidang vertikal
sambungan harus lapis perekat.B.2. RENCANA KERJAUntuk meningkatkan
kinerja fisik di lapangan, tanpa adanya penyimpangan kontrak yang
dapat berakibat gagalnya pelaksanaan kegiatan fisik yang juga
mengakibatkn kerugian Negara yang disebabkan tidak tercapainya
sasaran kegiatan. Untuk itu konsultan supervisi memiliki rencana
kerja yang telah tersusun secara sistematis sesuai dengan alur dan
prosedur kerja pekerjaan fisik di lapangan, guna tecapainya tujuan
dari pekerjaan pengawasan ini.Beberapa hal yang akan dilaksanakan
oleh konsultan supervisi, antara lain :1. Mobilisasi personil
konsulan supervisi2. Mengikuti rapat persiapan pekerjaan (PCM)Dalam
pelaksanaan PCM, konsultan akan melaksanakan hal hal di bawah ini
:1. mencatat seluruh kesepakatan dalam PCM dan dituangkan dalam
Berita Acara tersendiri sebagai dokumen kegiatan2. Menjelaskan
struktur organisasi dan personil yang sudah dimobilisasidan rencana
personil lainnya yang akan dimobilisasi3. Menjelaskan tugas dari
masing masing personil4. Memberikan usulan teknik pelaksanaan yang
lebih efisien5. Menyusun rencana mutu kontrak pengawasanKonsultan
akan menyusun, menyampaikan, dan mempresentasikan RMK kepada Dinas
Bina Marga Propinsi Jawa Timur pada saat PCM. Disamping itu,
konsultan akan turut membantu PPK dalam mengkaji RMK yang telah
disusun oleh kontraktor.1. Mengawal mobilisasi kontraktorKonsultan
akan melaksanakan pengawasan, pengujian, pengecekan kuantitas dan
kualitas serta kelayakan peralatan, fasilitas dan perlengkapan yang
dimobilisasi. Disamping itu, konsultan pun akan mengecek daftar
peralatan, fasilitas dan perlengkapan yang disampiakan kontraktor,
mengecek masa berlaku kalibrasi peralatan yang akan digunakan,
serta menyampaikan rekomendasi kepada PPK tentang jumlah,
fasilitas, dan perlengkapan yang telah dimobilisasi oleh
kontraktor.1. Melakukan perhitungan rekayasa lapangan (Uet Zet)2.
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Pekerjaan Pelebaran Jalan
Jurusan Madiun PonorogoPengawasan dilakukan terhadap item item yang
tertuang dalam kontrak mulai dari Penyiapan Badan Jalan, Galian,
Lapis Pondasi Agregat, sampai pada Lapis Aspal (Hotmix).1.
Melakukan pengecekan terhadap sertifikat pembayaran bulanan (Mutual
Certifikate / MC)Pengecekan sertifikat pembayaran bulanan dilakukan
oleh Konsultan setiap bulan. Pengajukan MC oleh kontraktor harus
disertai Back Up pembayaran tiap bulannya. Konsultan tidak akan
menanda tangani pengajuan MC Kotraktor yang tidak dilampiri Back
Up, baik Back Up Quality maupun Back Up Quantity.1. Membuat Laporan
Bulanan, Laporan Triwulan, dan Laporan Akhir serta Laporan
Pengendalian Mutu.Konsultan akan senantiasa melaporkan kemajuan
progres fisik bulanan kepada Pejabat Pembuat Komitmen baik secara
lisan maupun secara tertulis dalam Laporan Bulanan Konsultan
Supervisi.1. C. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAANNoTahapan
PekerjaanBulan Ke
123456789101112
1Mobilisasi Personil
2Mengikuti PCM
3Menyusun RMK
4Mob. Kontraktor
5Rekayasa lapangan
6Pengawasan Jalan
8Pengecekan MC
9Pelaporan
a) Lap. Awal
b) Lap. Bulanan
c) Lap. Triwulan
d) Lap. Akhir
10PHO
1. D. KOMPOSISI TIM DAN PENUGASANTenaga tenaga yang terlibat
pada pekerjaan Supervisi Pelebaran Jalan Jurusan Madiun Ponorogo,
yaitu terdiri dari :1. Site Engineer : Ir. ANANTO SUKMONO 2. Chief
Inspector : Ir. USMAN ALAMUDI3. Surveyor/Inspector : BUDI MULYONO4.
Lab. Technician : ISWANTO5. Chief Administrasi : SLAMET E.
PRIYANTOD.1. URAIAN PENUGASAN PERSONIL1. Site Engineer : a.
Menjamin bahwa semua isi dari acuan tugas akan dipenuhi dengan baik
sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan peningkatan jalan .b.
Bekerja sama dan membantu PPK paket pekerjaan fisik sehubungan
dengan pekerjaan yang diawasi maupun hal-hal yang berkaitan dengan
instansi lain / masyarakat yang berkaitan dengan pekerjaan.c.
Menjamin bahwa semua detail teknis pekerjaan di lapangan termonitor
dan di bawah pengendalian yang baik, dalam hal menentukan lokasi
dan batas batas kualitas serta kuantitas dari jenis pekerjaan yang
tertuang dalam dokumen kontrak.d. Memantau kemajuan pekerjaan dan
menjamin bahwa semua laporan yang menyangkut keuangan dan fisik
pekerjaan serta laporan ringkasan tentang pengendalian mutu dapat
terkirimkan dengan baik ke PPK.e. Menjamin bahwa semua kebijakan
dan standar dari Bina Marga akan dilaksanakan di semua paket
kontrak yang diawasi.f. Menjamin bahwa PPK selalu mendapat tugas
terbaru mengenai perubahan desain, perubahan item pekerjaan,
perubahan harga yang dapat mengakibatkan perubahan nilai kontrak
fisik.g. Memberi nasehat/saran/masukan kepada tim supervisi
lapangan dalam menyusun prosedur pengawasan yang efisien dan
pemantauan kegiatan kontraktor termasuk manajemen konstruksi dan
pengendalian terhadap kuantitas dan biaya.h. Melaksanakan
tugas-tugasnya khususnya untuk hal hal di bawah ini :- Secara
teratur mengunjungi lokasi pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya- Mengatur dan mengawasi semua detail teknis pekerjaan di
lapangan yang diminta dalam acuan tugas- Penafsiran yang benar dari
gambar standar dan spesifikasi- Memberikan masukan metoda dan
tahapan pelaksanaan konstruksi yang tepat, posisi kontruksi dan
lain sebagainya disesuaikan dengan kondisi lapangan- Melaksanakan
pengukuran kuantitas secara cermat sesuai dengan cara cara
pembayaran dalam kontrak- Memberikan detail teknik
(gambar/spesifikasi/perhitungan) bila ada pekerjaan yang baru /
belum dijelaskan dalam kontrak sesuai kondisi lapangan atau dalam
kejadian kejadian khusus.i. Memberikan rekomendasi / teguran lisan
atau tertulis apabila menerima ataupun menolak pekerjaan atau bahan
yang meragukan yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.j.
Pemantauan dengan cermat kemajuan seluruh pekerjaan dan memberikan
peringatan kepada kontraktor bila pelaksanaan pekerjaan telah
terlambat lebih dari 10% dari prestasi yang ditargetkan, serta
memberikan rekomendasi secara tertulis untuk mengatasi
keterlambatan tersebut.k. Memantau dengan baik semua pengukuran
volume dan mengikuti secara langsung pengukuran akhir pada
tiap-tiap segmen pekerjaanl. Menyiapkan rekomendasi kepada PPK
untuk keperluan sertifikat pembayaran bulanan dan ikut
menandatangani sertifikat tersebutm. Menyiapkan rekomendasi kepada
PPK untuk keperluan sertikat mutu dan kuantitas dari pekerjaan yang
telah selesai.n. Membuat Laporan Mingguan, Bulanan dan Laporan
Akhir, menyiapkan data data dan kajian teknis untuk keperluan
Review Design, Usulan Perintah Perubahan (bila ada), dsb untuk
persoalan persoalan yang mungkin selama pengawasan pelaksanaan
konstruksi.2. Chief Inspector : a). Berkedudukan di lokasi atau di
tempat paling dekat lokasi paket kontrak yang harus diawasi .b).
Melakukan peninjauan lapangan secara kontinyu sebagai bagian
kegiatan pengawasan harianc). Mempelajari dengan baik gambar gambar
teknik proyek dan spesifikasi sebelum pekerjaan dimulai. Penafsiran
yang benar dari gambar standar dan spesifikasi dalam aplikasinya di
lapangand) Melaksanakan pengawasan secara terus menerus di lokasi
proyek yang sedang dikerjakan dan memberikan informasi kepada SE
atas pekerjaan yang tidak sesuai dengan kontrak dokumen, termasuk
segala permasalahan atau hambatan yang akan / sudah terjadi
sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. Semua hasil pengamatan
harus dilaporkan secara tertulis kepada SE dan memberikan masukan
untuk mendapat alternatif penyelesaiannya.e) Terus menerus
mengawasi dan mencatat, mengumpulkan serta mengontrol semua hasil
pegukuran, perhitungan kuantitas, pengendalian mutu dan menjamin
bahwa kontraktor melaksanakan pekerjaan sesuai dengan syarat syarat
kontrakf) Memeriksa secara cermat kuantitas pekerjaan yang
dilaksanakan kontraktor dan memeriksa kebenaran Back Up Kuantitas
dan Kualitas untuk keperluan pembayaran serta membantu semua
kegiatan administrasi lainnyag) Mengumpulkan seluruh data kuantitas
dan kualitas harian, dan memberikan laporan secara kontinyu
berkaitan dengan skedul kontrol, dan memberikan masukan apabila
pekerjaan terlambath) Senantiasa menjaga ketelitian dan
memperbaharui gambar gambar pelaksanaan dan menjaga agar
pelaksanaan dilaksanakan sesuai rencanai) Menyimpan arsip arsip
surat, administrasi kontrak, dan laporan pendukung, data data
kuantitas dan kualitas, data pengukuran dan sebagainya.Untuk lebih
detail mengenai komposisi tim dan penugasan dapat dilihat pada
Lampiran B.1. Komposisi Tim dan Penugasan.1. E. JADWAL PENUGASAN
TENAGA AHLISecara umum, keterlibatan personil Konsultan Perencana
pada Pekerjaan Supervisi Pelebaran Jalan Jurusan Madiun Ponorogo
ini adalah 12 (dua belas) bulan, namun keterlibatannya disesuaikan
dengan kebutuhan di lapangan. Untuk dapat memberikan gambaran
secara rinci tentang jadwal penugasan personil pada pekerjaan ini
dapat dilihat pada Lampiran B.2. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli.4.
BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI
CEMENT TREATED BASELINGKUP PEKERJAAN a) Pekerjaan ini meliputi
penyediaan, pencampuran, penghamparan dan pemadatan aggregat, semen
dan air sehubungan dengan persyaratan dalam spesifikasi ini dan
harus sesuai dengan dimensi dan potongan melintang yang tertera
dalam gambar serta garis dan kemiringan yang ditentukan oleh
Pemberi Tugas. b) Cement Treated Base harus dibuat dalam satu
deretan dari lajur lajur paralel. Sambungan konstruksi memanjang
harus dicetak dengan cetakan sementara yang dipasang sesuai
ketinggian dan kemiringan yang dipersyaratkan sedemikian sehingga
memungkinkan pemadatan dan penyelesaiannya. Cetakan samping harus
dibuka sebelum lajur disampingnya dibuat.MATERIALa) Agregat1)
Agregat yang dipakai dapat dari batu pecah atau kerikil (gravel).
Material halus secara alami berasal dari pemecahan agregat
sendiri.2) Material yang berasal dari bongkaran konstruksi
perkerasan yang ada, granular base ataupun struktur lainnya harus
diaur ulang bila akan digunakan.3) Pasir dapat dipakai sebagai
tambahan untuk dapat memenuhi gradasi yang dipersyaratkan4) Gravel
yang dipecah maupun yang tidak dipecah harus merupakan batuan yang
keras, tahan terhadap ausan, memenuhi kualitas, memenuhi gradasi
dan tidak mengandung batuan pipih, memanjang, bebas dari kotoran
dan material lain yang tidak layak untuk konstruksi.5) Daur ulang
dari konstruksi perkerasan yang ada hanya diijinkan maksimum 25%
dari berat total.6) Metoda yang dipakai untuk memproduksi batu
pecah harus dapat menghasilkan produksi yang konsisten. Bila perlu
guna memenuhi persyaratan atau mengeliminasi kelebihan partikel
halus, hasil pecahan disaring dulu.7) Semua material yang lolos
saringan No. 4 hasil dari pemecahan batu, gravel, atau hasil daur
ulang dapat dicampurkan kedalam material base sepanjang memenuhi
persyaratan gradasi.8) Gradasi harus memenuhi batasan dalam tabel
berikut ini apabila diuji dengan metoda ASTM C 136 dan ASTM C 117
(penyaringan basah)
9) Gradasi dalam tabel tersebut adalah batasan yang menentukan
kelayakan agregat yang dapat dipakai sebagai sumber material.
Gradasi akhir ditentukan berdasarkan batasan tabel tersebut dan
harus merata dari kasar sampai halus. 10) Bagian dari agregat base,
termasuk material yang dicampur yang lolos saringan No. 40 harus
mempunyai Liquid Limit tidak lebih dari 25% dan Plasicity Index
tidak lebih dari 6% apabila diuji dengan metoda ASTM D 423 dan ASTM
D 424. 11) Material yang tidak layak seperti lempung, lanau,
gypsum, potongan potongan kayu dan plastik harus dibuang dari
agregat base. b) Semen Portland Semen Portland yang dipakai harus
dari merek yang sudah lazim dipakai di Indonesia dan memenuhi
persyaratan ASTM C 150 untuk semen tipe I. Dengan peersetujuan
Pemberi Tugas semen dengan additive puzzolan mungkin dapat dipakai
dengan syarat kandungan puzzolan tidak lebih dari 30% berat. c) Air
Air yang dipakai untuk mencampur dan mengawetkan adukan harus
bersih, tidak mengandung bahan bahan yang dapat mengurangi kualitas
seperti lumpur, minyak, asam, bahan bahan organik, alkali, garam
atau kotoran kotoran lainnya yang merugikan.KADAR SEMENa) Sebelum
pekerjaan dimulai, harus diadakan tes laboratorium terhadap contoh
agregat, semen dan air untuk menentukan jumlah semen yang
diperlukan guna memenuhi persyaratan.b) Kadar semen berkisar antara
3% sampai 6% dari berat kering agregat.c) Spesimen tes dibuat
dengan kadar semen berbeda beda dan dipadatkan sesuai ASTM D 1557
metoda D dan kadar air optimum ditentukan untuk setiap kadar semen.
Sampel yang dipadatkan pada OMC akan ditentukan kuat desaknya
(compressive strength) sesudah 6 hari dan direndam selama 24 jam.
Kadar semen yang akan dipakai adalah kadar semen terhadap berat
yang menghasilkan karakteristik kuat desak laboratorium pada 7 hari
tidak kurang dari 4481 kPa, berdasarkan tes terhadap sekurang
kurangnya 6 silinder.Karakteristik kuat desak ditentukan dengan
rumus X6 1 x Sd6 dimana X6 = rata rata dari 6 tesSd6 = standar
deviasi dari 6 tes METODA PELAKSANAANa) Batasan Cuaca Cement
Treated Base tidak boleh dihampar pada waktu hari hujan.b)
Pekerjaan di Pit dan Quarry Material diperoleh dari borrow pit,
quarry atau daur ulang material yang telah disetujui. Material
harus diambil dan ditangani sedemikian sehingga material yang
didapat seragam dan sesuai dengan yang diharapkanc) Peralatan 1)
Semua peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini
harus dalam kondisi baik dan harus sudah disetujui oleh Pemberi
Tugas sebelum pekerjaan dimulai. 2) Kontraktor harus menyediakan
air dilokasi dalam jumlah yang cukup untuk pelaksanaan pekerjaan
ini. 3) Peralatan untuk melaksanakan pekerjaan ini harus mempunyai
kapasitas yang cukup untuk mencampur material/agregat + semen dan
air dengan proporsi sedemikian sehingga dapat dihasilkan cement
treated base course dengan gradasi dan konsistensi sesuai
persyaratan d) Cetakan dan Penghamparan 1) Penghamparan Cement
Treated Base dapat dilaksanakan dengan menggunakan cetakan atau
dengan menggunakan alat penghampar tanpa cetakan samping. 2) Bila
menggunakan cetakan kayu atau metal, panjang minimum adalah 3 meter
dan harus mempunyai ketebalan sama dengan tebal padat base course
dan dapat menghasilkan alignment yang bagus. Cetakan harus
ditempatkan sesuai dengan garis, elevasi dan kemiringan sesuai
gambar rencana. 3) Agar ketinggian dan kemiringan sesuai
persyaratan dan gambar dapat terpenuhi, lapisan teratas dari cement
treated baseharus dihampar dengan menggunakan mechanical paver. 4)
Lapisan dibawah lapisan teratas dapat dihampar dengan menggunakan
motor grader, power shovel atau peralatan yang sejanis. 5) Bila
Kontraktor menggunakan alat penghampar, peralatan dan suppy
material harus mampu menghampar dan memadatkan dalam ketebalan dan
kontur yang memenuhi persyaratan. 6) Persiapan Lapisan Bawah
Hamparan (Underlying Course) 1) Sebelum cement treated base
dihampar, lapisan dibawahnya harus disiapkan sesuai yang
dipersyaratkan. 2) Lapisan bawah ini harus sudah disetujui oleh
Pemberi Tugas sebelum penghamparan dimulai. 3) Pengecekan
ketinggian dan kemiringan hamparan dapat dilakukan dengan grade
stakes, steelpins, atau mal (forms) yang ditempatkan berupa lajur
lajur sejajar dengan sumbu dari perkerasan (landasan, taxiway,
jalan dsb), dalam interval sedemikian sehingga memungkinkan benang
benang dapat direntang daiantara stakes, pins, atau mal tersebut 4)
Untuk melindungi lapisan bawahnya (underlying course) dan agar
drainase berfungsi dengan baik, penghamparan CTB harus dimulai dari
tengah pada perkerasan yang berbentuk punggung (crowned) atau pada
bagian tertinggi pada perkerasan yang miring kesatu arah. e)
Pencampuran 1) Cement Treated Base harus dicampur di mixing plant
sentral, dapat sistem batching maupun menerus (continous).
Perbandingan agregat dan semen dapat berdasrkan berat ataupun
volume. 2) Agregat untuk CTB harus dipisahkan paling tidak dalam
dua ukuran dan setiap ukuran harus disimpan terpisah. Satu tempat
berisi agregat yang tertinggal diatas saringan No. 4 dan tempat
satunya lagi berisi agregat yang lolos saringan No. 4 3) Dalam
semua mesin pengaduk proporsi air dapat berdasarkan berat atau
volume. Peralatan pencampur ini harus dilengkapi dengan alat
pengukur sehingga Pemberi Tugas dapat mengecek jumlah air per batch
atau debit aliran pada continous plant. Air tidak boleh dituang
sebelum agregat masuk kedalam mixer. 4) Bagian dalam mixer harus
selalu dibersihkan sehingga tidak ada sisa campuran yang mengeras
yang tertinggal didalamnya. 5) Apapun plant yang digunakan, semen
harus dituangkan sedemikian sehingga dapat terdistribusi merata
dalam agregat selama pencampuran (mixing). 6) Pemasukan material
kedalam batching plant atau tingkat pemasukan (rate of feed) dalam
continous mixer tidak boleh melebihi kapasitas mixing plant. 7)
Waktu mixing dalam continous plant tidak boleh kurang dari 30
detik, kecuali bila dapat dibuktikan bahwa dengan waktu kurang dari
30 detik persyaratan kadar semen dan kuat desak dapat dicapai
secara konsisten. f) Penempatan 1) Penggunaan mixer dengan cara
penuangan yang diluncurkan (chute) diijinkan bila dengan cara ini
dapat dijamin tidak terjadi segragasi. 2) Pada lapisan bawahnya
(underlying course) sudah tidak terdapat alur alur atau bagian
bagian yang lunak. Apabila permukaannya kering maka harus dibasahi
secukupnya akan tetapi tidak boleh sampai menyebabkan lapisan bawah
tersebut menjadi lumpur pada saat campuran akan diletakkan 3) Truk
untuk transport campuran base course ini harus dilengkapi dengan
tutup pelindung (protective cover). Kapasitas truk sekurang
kurangnya 10 ton. 4) Material base harus dihampar diatas underlying
course yang telah disiapkan dengan ketebalan sedemikian sehingga
bila dipadatkan permukaannya sesuai dengan ketinggian dan dimensi
yang dipersyaratkan. 5) CTB harus dibuat secara berlapis lapis
dengan ketebalan sesudah dipadatkan tidak lebih dari 250 mm.
Batasan ini dapat diabaikan bila Kontraktor dapat membuktikan
dengan tebal lebih dari 250 mm dapat dicapai kepadatan yang
diminta. 6) Bila pembuatan CTB dilaksanakan secara berlapis lapis,
maka permukaan lapisan terbawah harus dikasarkan dengan garu agar
terjadi ikatan yang kuat dengan lapisan diatasnya. Lapisan kedua
dan seterusnya dapat dihampar dan dipadatkan 24 jam sesudah lapisan
terbawah. Sebelum meletakkan lapisan berikutnya, lapisan yang akan
ditumpangi harus dibasahi secukupnya agar terjadi ikatan yang kuat.
7) Tenggang waktu antara mixing dan penghamparan tidak boleh lebih
dari 30 menit. 8) Peralatan untuk menghampar material base harus
dapat menghasilkan lapisan base dengan ketelitian, ketepatan serta
keseragaman tebal dan lebar. g) Pemadatan 1) Segera sesudah
dihampar, material base harus harus dipadatkan dan tenggang waktu
antara penghamparan dan penyelesaian rolling terakhir tidak boleh
lebih dari 45 menit agar dapat dicapai kepadatan optimum. 2) Alat
pemadat (roller) harus tersedia dalam jumlah dan kapasitas yang
cukup agar spesifikasi terpenuhi. 3) Rute peralatan pemadatan harus
direncana secara seksama untuk menghindari terjadinya alur alur
akibat jejak roda kendaraan atau traktor. 4) Bilamana perlu,
sesudah pemadatan material base dirapikan (trimmed) dengan motor
grader sesuai dengan ketinggian yang tertera dalam gambar. 5)
Penyelesaian harus sampai permukaan lapisan sesuai dengan gambar
potongan melintang dengan toleransi 10 mm diatas atau dibawah
permukaan rencana dan bila diuji dengan batang lurus sepanjang 3
meter yang diletakkan sejajar atau tegak lurus terhadap sumbu
perkerasan, tidak boleh ada perbedaan tinggi sebesar 6 mm pada
setiap titik. 6) Tes kepadatan lapangan harus dilakukan sekurang
kurangnya satu kali untuk setiap 1.000 m luas cement treated base.
Kepadatan yang dipersyaratkan adalah 98% dari kepadatan
laboratorium pada OMC. Kepadatan lapangan ditentukan dengan metoda
ASTM D 1556. 7) Semua peralatan dan kendaraan yang menurut pendapat
Pemberi Tugas dapat merusak CTB atau material curing tidak
diijinkan melewati base course yang sudah jadi dalam 24 jam pertama
dari waktu curing. h) Pre-cracking Pemecahan (precracking) lapisan
CTB dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pecah karena susut
yang tidak terkendali. Setiap lapisan CTB harus dipecah (precrack)
menjadi kotak-kotak berukuran 3,50 x 3,50 m2.Metoda pemecahan dapat
dipilih dari beberapa metoda berikut:
a. Menggergaji setelah CTB mengeras b. Membuat retakan pada CTB
yang belum mengeras dengan menggunakan vibratory plate dan pembuat
retakan. c. Memotong sambungan pada CTB yang belum mengeras dengan
menggunakan cutting wheel. Apabila Kontraktor memilih membuat
retakan pada saat CTB belum mengering, baik itu dengan vibratory
plate maupun dengan cutting wheel, retakan buatan tersebut harus
diisi dengan aspal emulsi untuk menghindarkan retakan tersebut
menyambung kembali karena pekerjaan pemadatan atau sebab lainnya.
Aspal yang diisikan harus dicampur dengan air dengan perbandingan
satu bagian aspal dan dua bagian air. Retakan yang dibuat harus
sekurang kurangnya sepertiga tebal dari lapisan. i) Sambungan
Konstruksi (Construction Joint) 1) Setiap hari pada akhir
penghamparan, sambungan konstuksi melintang (tranverse construction
joint) harus dibuat dengan suatu header atau memotong kembali
material yang sudah dipadatkan untuk membentuk potongan melintang
yang vertikal. 2) Permukaan ini harus ditutup dengan tanah basah,
material lain yang layak atau metoda lain yang disetujui. 3)
Proteksi terhadap construction joint memungkinkan penempatan,
penghamparan dan pemadatan material base course tanpa merusak
pekerjaan yang dilaksanakan sebelumnya. 4) Bila longitudinal
construction joint diperlukan; pada bagian lebar konstruksi, dapat
digunakan cetakan samping atau dibentu dengancara memotong tegak
lurus material yang sudah dipadatkan. 5) Pelaksanaan pemadatan pada
tempat tempat yang berdampingan dengan construction joint harus
sedemikian sehingga pamadatan merata pada seluruh lapisan. 6)
Sebelum meletakkan material baru menyambung konstruksi yang sudah
padat, permukaan joint harus dibersihkan dan dibasahi. j) Proteksi
dan Curing 1) Sesudah lapisan cement treated base selsai
dilaksanakan sesuai spesifikasi, maka konstruksi ini harus
dilindungi dari pengeringan selama 7 hari dengan cara membasahi
dengan air. Bahan yang dapat menahan air atau karung karung goni
dapat digunakan untuk keperluan ini 2) Metoda curing harus segera
dimulai dan tidak boleh lebih dari 12 jam sesudah penyelesaian
pekerjaan CTB. Dalam kondisi apaun permukaan CTB yang baru
diletakkan dan dipadatkan tidak boleh menjadi kering. k) Kuat Desak
Lapangan 1) Kontraktor harus mengambil sampel dengan core drill
sebanyak 4 buah untuk setiap 2.000 m2 dari cement treated base yang
sudah berumur 7 hari guna menentukan kuat desaknya. Lokasi core
ditentukan oleh Pemberi Tugas secara acak 2) Kuat desak 7 hari dari
3 sampel harus tidak kurang dari 5 N/mm2 sedangkan satu sampel
lainnya tidak kurang dari 3,5 N/mm2 . 3) Bila hasil tes sampel
tidak memenuhi persyaratan butir 2 tersebut diatas, area tersebut
harus diganti oleh Kontraktor atas biayanya sendiri. Tambahan
sampel mungkin diperlukan untuk menentukan luas area yang harus
diperbaiki.METODA TES DAN SPESIFIKASI Berikut adalah persyaratan
tes dan material a) Standar Metoda Tes ASTM C 3 Membuat silinder
ASTM C 39 Compressive Strength Cylinders ASTM C 42 Field Cores ASTM
C 88 Soundness of Aggregate ASTM C109 Strength of Cement ASTM C 117
Wet Sieving ASTM C 131 L.A. Abration ASTM C 136 Sieve Analyses ASTM
C 295 Aggregate for Concrete ASTM D 75 Sampling Aggregate ASTM D
423 Liquid Limit ASTM D 424 Plastic Limit ASTM D 558
Moisture-Density Relation of Soil-Cement Mixture ASTM D 1556
Density of Soil in Place ASTM D 1557 Moisture-Density Relation
(Method D) b) Standar Spesifikasi Material ASTM C 150 Portland
Cement ASTM C 595 Blended Hydraulic Cements ASTM D 977 Emulsified
Asphalt (anionic) ASTM D 2028 Cutback Asphalt ASTM D 2397
Emulsified Asphalt (cationic)