25 Mesin dan Kegelisahan Manusia Modern: Tautan antara Ideologi dan Kebudayaan dalam Film Modern Times HERI PURWOKO Cultural Studies, Departemen Susastra Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia [email protected]Abstract: An era can be reflected by film, especially when the film was made. Chaplin is an American film artist who is smart and sensitive in getting the important moment in his life, which is in 1914 until 1967. Modern Times (1936) was one of the important film beside The Kid (1921), The Great Dictator (1940), and Gold Rush (1925). Modern times choosed distracted the audience by machine terror that was real happened in worker life, than presented drama film in satire. In cultural studies methods, this writing tells about Modern Times film: how was human life in metropolis city, in (1936), who fighted work to stay alive while facing industries machine threats which replaced people slowly in modernity atmosphere. Abstrak: Film selalu menarasikan dan merefleksikan suatu zaman tertentu, khususnya era ketika film itu dibuat. Chaplin adalah seorang seniman film Amerika Serikat yang peka dan cerdas dalam memetik penggalan peristiwa di titik-titik penting kehidupannya, terbentang antara tahun 1914 hingga 1967. Film Modern Times (1936) merupakan salah satu film penting karya Chaplin, selain The Kid (1921), The Great Dictator (1940), dan Gold Rush (1925). Alih- alih menampilkan drama cinta yang satir, Modern Times mendistraksi penontonnya dengan teror mesin yang menjadi kenyataan dan harus dihadapi oleh para manusia pekerja. Dengan menggunakan pendekatan cultural studies, tulisan ini mengkaji bagaimana kehidupan manusia yang hidup di kota metropolitan, dalam film Modern Times (1936), berjuang untuk bisa tetap bekerja sambil menghadapi ancaman mesin-mesin industri yang perlahan menggantikan mereka dalam atmosfer modernitas. Keywords: modernity, industrilization, film, Chaplin, metropolitan Kata Kunci: modernitas, industrialisasi, film, Chaplin, metropolitan “More than machinery, we need humanity. More than cleverness, we need kindness.” ~ Charlie Chaplin Kota Metropolitan dan Masyarakat Urban Metropolitan merupakan sebutan untuk menggambarkan suatu kawasan kota yang relatif besar dari jumlah penduduk, ukuran luas wilayah, maupun skala aktivitas ekonomi dan sosial. Secara etimologi, kata metropolitan (kata benda) atau metropolis (kata sifat) berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu kata “meter” yang berarti ibu dan “polis” yang berarti kota. Kota metropolis diasosiasikan dengan bangunan- bangunan pencakar langit, lengkap dengan segala modernitas yang menyertai kehidupan masyarakatnya. Modernitas telah menciptakan medan magnet yang Heri Purwoko, Mesin dan Kegelisahan Manusia Modern ...
12
Embed
Mesin dan Kegelisahan Manusia Modern: Tautan antara ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
25
Mesin dan Kegelisahan Manusia Modern:Tautan antara Ideologi dan Kebudayaandalam Film Modern Times
HERI PURWOKOCultural Studies, Departemen SusastraFakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas [email protected]
Abstract: An era can be reflected by film, especially when the film was made. Chaplin is an American film artist who is smart and sensitive in getting the important moment in his life, which is in 1914 until 1967. Modern Times (1936) was one of the important film beside The Kid (1921), The Great Dictator (1940), and Gold Rush (1925). Modern times choosed distracted the audience by machine terror that was real happened in worker life, than presented drama film in satire. In cultural studies methods, this writing tells about Modern Times film: how was human life in metropolis city, in (1936), who fighted work to stay alive while facing industries machine threats which replaced people slowly in modernity atmosphere.
Abstrak: Film selalu menarasikan dan merefleksikan suatu zaman tertentu, khususnya era ketika film itu dibuat. Chaplin adalah seorang seniman film Amerika Serikat yang peka dan cerdas dalam memetik penggalan peristiwa di titik-titik penting kehidupannya, terbentang antara tahun 1914 hingga 1967. Film Modern Times (1936) merupakan salah satu film penting karya Chaplin, selain The Kid (1921), The Great Dictator (1940), dan Gold Rush (1925). Alih-alih menampilkan drama cinta yang satir, Modern Times mendistraksi penontonnya dengan teror mesin yang menjadi kenyataan dan harus dihadapi oleh para manusia pekerja. Dengan menggunakan pendekatan cultural studies, tulisan ini mengkaji bagaimana kehidupan manusia yang hidup di kota metropolitan, dalam film Modern Times (1936), berjuang untuk bisa tetap bekerja sambil menghadapi ancaman mesin-mesin industri yang perlahan menggantikan mereka dalam atmosfer modernitas.
1 Tokoh Tramp, juga disebut sebagai Char-lot di beberapa literatur, muncul dalam film Kid Auto Races at Venice (Henry Lehrman, 1914, 11 menit), kemudian menjadi judul sendiri The Tramp (Chaplin, 1915, 32 menit).
Modern Times adalah contoh sempurna,
karena jika dibawa ke zaman sekarang,
tema yang diangkat oleh film Modern Times
masih sangat signifikan untuk dibahas.
Tulisan ini mengkaji bagaimana kehidupan
tokoh Charlie Caplin mencoba melawan
dominasi modernitas dan kapitalis yang
direpresentasikan melalui film Modern
Times (1936), dengan menggunakan
pendekatan cultural studies.
Kegelisahan Chaplin dalam Modern Times
Film Modern Times dibuka dengan
tulisan, “A story of industry, of individual
enterprise—humanity crusading in the
pursuit of happiness.” Aura kegelisahan
segera menyeruak begitu ketika kita dibawa
masuk ke dalam film. Kegelisahan Chaplin
bukan tanpa alasan, kritiknya terhadap
Ford2, selanjutnya disebut Fordisme, dan
juga modernitas membuat Chaplin seolah
khawatir tentang masa depan manusia
setelah hadirnya mesin.
2 Dalam buku biografinya, My Life and Works (1922), Henry Ford menceritakan tentang teror mesin yang mampu menggantikan dan men-gorganisir pekerjaan kasar manusia. Ford meng-hasilkan mesin-mesin produksi, terutama mobil, yang paling terkenal di awal abad ke-20.
Gambar 1.Premise yang ditampilkan dalam frame pembuka Modern Times.
Sumber: Film Modern Times (1936)
27
There can be no greater absurdity and
no greater disservice to humanity in
general than to insist that all men are
equal. Most certainly all men are not
equal, and any democratic conception
which strives to make men equal is
only an effort to block progress. Men
cannot be of equal service. The men
of larger ability are less numerous
than the men of smaller ability; it
is possible for a mass of the smaller
men to pull the larger ones down—
but in so doing they pull themselves
down. It is the larger men who give
the leadership to the community and
enable the smaller men to live with
less effort (Ford, 1922).
Modern Times3 berkisah tentang era
great depression yang terjadi pada era 30-
an saat kondisi perekonomian tengah carut
marut dan orang-orang berebut pekerjaan
di berbagai pabrik, kekurangan makanan,
hingga demonstrasi buruh yang merajalela
akibat dari revolusi industri. Film dimulai
dengan sebuah full screen sebuah jam yang
bergerak dan menunjukkan pukul 6 pagi,
menyertai titling awal film.
Jam 6 pagi adalah awal ketika
orang-orang, setidaknya dalam film ini,
memulai rutinitas harian mereka berangkat
bekerja menuju pabrik. Gambar kemudian
beralih ke high angle domba-domba yang
digiring ke satu arah yang sama, kemudian
dissolve ke adegan orang-orang yang
berjalan ke tempat kerja. Dua shot ini
3 Ide dasar film Modern Times konon berawal dari percakapan ringan antara Chap-lin dengan Mahatma Gandhi, dilakukan sebuah eksperimen yang menggabungkan antara film bisu dengan beberapa efek suara dialog. Bahkan dalam Modern Times penonton untuk kali pertama men-dengarkan suara The Tramp sekaligus yang tera-khir karena setelah ini karakter itu “dipensiunkan”.
menampilkan apa yang ingin Chaplin
sampaikan kepada penonton. Jelas sekali
bahwa Chaplin hendak menganalogikan
para pekerja tersebut dengan sekawanan
domba yang ‘digiring’ dan terkonstruksikan
untuk melakukan hal yang sama setiap hari
untuk bertahan hidup dan di bawah satu
pengawasan.
Tokoh dengan nama Tramp
(Chaplin), beberapa kali disebut juga sebagai
Heri Purwoko, Mesin dan Kegelisahan Manusia Modern ...
Gambar 2.Metafora yang ingin ditampilkan Chaplin, sekaligus premis
dalam gambar bergerak di awal film Modern Times.Sumber: Film Modern Times (1936)
4 The terms of flânerie date to the 16th or 17th century, denoting strolling, idling, often with the connotation of wasting time. But it was in the 19th century that a rich set of meanings and definitions surrounding the flâneur took shape.”The flaneur is espe-cially at home in two distinctive cityscapes, the arcade and the boulevard. Both are won-derfully designed for shopping, for making deals, for amorous cruising, display, and en-counters.” (Berman, April (2000) dalam Marco Kusumawijaya: 67).
Gambar 8.Tramp bersama si gadis di akhir film, berjalan menjauhi kamera, ke arah sumber cahaya yang menganalogikan kehidupan atau harapan baru di masa mendatang. Sumber: Film Modern Times
(1936)
secara mengagumkan dirancang sebagai
tempat untuk berbelanja, melakukan
‘transaksi’, tempat mengalami petualangan
cinta, ‘mejeng’ dan pertemuan-pertemuan.
Gambaran Benjamin saat itu adalah
flaneur yang menunjukkan urbanitas yang
sepenuhnya hampir tidak pernah dialami
dalam urbanitas Jakarta dewasa ini: pejalan
kaki yang menikmati ‘jalan-jalan’ dengan
lamban di dalam arcade---hal ini terjadi
pada zaman kolonial dulu. Penggambaran
ini sebenarnya adalah cara masyarakat kota
dalam mengisi waktu luangnya ‘leisure
time’.
Tokoh Tramp dalam film
ini ditampilkan sebagai orang yang
menentang kehidupan modern, yang
merasa teralienansi dengan mesin-mesin
yang dianggap memberi kemudahan
namun ternyata menyulitkan. Ketidak-
berpihakannya Tramp terhadap industri
modern kala itu ditampilkan melalui
adegannya sebagai flaneur, yang lebih suka
berjalan-jalan ketimbang bekerja di pabrik.
Diperlihatkannya manusia modern kala itu
33
selalu dikejar-kejar oleh waktu untuk selalu
bekerja, namun Tramp mencoba untuk
memperlambat waktu yang terus berjalan
dengan cepat. Tramp memperlambat
waktu dengan mengisi dan menikmati
hidup dengan lebih bermakna, dengan
impian dan harapannya, berpetualang
cinta, dan menjadi seorang flaneur.
Kesemua itu merupakan kritik sosial yang
direpesentasikan ke dalam film.
Serba Mesin, Problem dalam Dunia Nyata
Jika adegan film ini dikaitkan dengan
posternya, maka kita dapat membaca teks
apa yang ingin disampaikan oleh film
maker-nya. Dapat dilihat bahwa hampir
semua poster5 film ini menampilkan
gambar berupa gerigi mesin dan Chaplin
sebagai tokoh Tramp yang menjadi fokus
5 Film Modern Times ini memiliki lebih dari satu poster.
Heri Purwoko, Mesin dan Kegelisahan Manusia Modern ...
Gambar 9.Beberapa tampilan poster Modern Times di beberapa negara, interaksi antara manusia (The Tramp) dengan mesin selalu ditampilkan,
merepresentasikan kausalitas erat yang akan menjadi tidak terpisahkan lagi. Dari berbagai sumber.