Sarana Mesiat Sarang
Sarang merupakan alas untuk
menumbuk ketan bahan jaja uli
pada lesung, Sarang terbuat dari
daung enau (ron) yang di rajut
menyerupai kuskusan.
Hari Penyajaan
Tiga hari sebelum Ngusaba Dodol
disebut hari penyajaan. Dari pagi
masyarakat desa Selat sudah
beraktifitas membuat jajan,
menumbuk tepung dan lain-lain.
Disinilah sarang digunakan sebagai
alas menumbuk tepung.
Sarang diletakkan di
depan rumah
Siang hari, masyarakat telah usai
membuat jajan. Bekas sarang yang
digunakan tadi paginya diletakkan
di depan rumah (Masaagan)
masing-masing warga.
Sarang dikumpulkan di
Bale Agung
Sore sekitar jam 3 atau 4 salah satu
prajuru desa mengambil setiap sarang
yang ada di depan rumah warga, untuk
dibawa ke bale agung. Ada beberapa
ritual di bale agung sebelum acara
mesiat dimulai.
Mesiat Sarang dimulai
Sekitar pukul 5 sore seluruh warga
terutama truna-truni dari beberapa
banjar sudah berkumpul di depan bale
agung tapatnya di pertigaan pasar Desa
Selat untuk persiapan Mesiat Sarang
Arti Sportifitas dalam
Sebuah Kompetisi
Mesiat sarang merupakan tradisi turun
temurun yang wajib untuk dilestarikan.
Tradisi ini mengajarkan kita arti dari
sportifitas dalam sebuah kompetisi.
Berperang dalam siatuasi kebersamaan,
menghilangkan rasa benci bahkan
mempererat persatuan.
Perwujudan suka cita dan
rasa syukur
Mesiat sarang merupakan perwujudan suka
cita masyarakat di dalam menyambut Ritual
yang akan dilaksanakan. Pengharapan
kebaikan dari rangkain prosesi ini melalui
Anugrah dari yang kuasa dan prosesi ini
salah satu serangkain Ruwatan bentuk
penolak bala dari beberapa prosesi yang
sudah di lakukan.