Top Banner
PRAKTIKUM BIMBINGAN KONSELING PRIBADI SOSIAL “PEMANTAPAN KEMAMPUAN BERTINGKAH LAKU DAN BERHUBUNGAN SOSIAL” Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Bimbingan Pribadi Sosial Dosen Pengampu : Prof. Dr. Gede Sedanayasa, M.Pd. Anggota Kelompok 10 : Ida Bagus Mugi Raharja ( 1111011011 ) I Putu Wahyu Budi Kusuma ( 1111011033 ) I Made Andri Suantara ( 1111011036 ) I Made Sumadiyasa ( 1011011103 ) JURUSAN BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2013
28

Merged

Oct 22, 2015

Download

Documents

Sumadiyasa

Pemantapan Kemampuan Bertingkah Laku di Rumah, Sekolah, Tempat Kerja dan Masyarakat yang Sesuai dengan Tata Krama, Adat Istiadat, Norma dan Aturan yang Berlaku,
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Merged

PRAKTIKUM BIMBINGAN KONSELING

PRIBADI SOSIAL

“PEMANTAPAN KEMAMPUAN BERTINGKAH LAKU DAN

BERHUBUNGAN SOSIAL”

Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Praktikum Bimbingan Pribadi Sosial

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Gede Sedanayasa, M.Pd.

Anggota Kelompok 10 :

Ida Bagus Mugi Raharja ( 1111011011 )

I Putu Wahyu Budi Kusuma ( 1111011033 )

I Made Andri Suantara ( 1111011036 )

I Made Sumadiyasa ( 1011011103 )

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2013

Page 2: Merged

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena berkat rahmat beliaulah kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari

pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses

penyusunan dan pembuatan makalah ini. Rasa terima kasih kami sampaikan

kepada pihak-pihak yang turut serta membantu demi terselesaikannya makalah ini

sesuai dengan apa yang telah diharapkan sebelumnya.

Kami sebagai manusia yang banyak memiliki kekurangan menyadari

bahwa apa yang kami sampaikan dalam makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan baik dalam proses penyampaiannya maupun isi atau hal-hal yang

terkandung di dalamnya. Maka dari itu kami selaku penulis dan penyusun

makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang kami

banggakan yang bersifat membangun sehingga dapat membantu kami untuk dapat

lebih menyempurnakan lagi makalah yang kami buat ini. Kami sangat berharap

apa yang kami sajikan dan apa yang kami sajikan dalam makalah ini dapat

memberikan manfaat-manfaat yang sedianya dapat berguna pagi pembaca pada

umumnya dan para calon konselor pada khususnya sehingga apa yang menjadi

tujuan pendidikan di Indonesia serta tujuan Bangsa Indonesia dapat tercapai

sebagaimana yang diharapkan.

Singaraja, 20 September 2013

Kelompok 10,

ii

Page 3: Merged

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

1.1. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah................................................................... 2

1.3. Tujuan..................................................................................... 2

1.4. Manfaat.................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 4

2.1. Penjelasan ............................................................................... 4

2.2. Indikator ................................................................................ 8

2.3. Strategi Pelaksanaan ............................................................. 8

2.4. Seting Praktek ....................................................................... 17

BAB III PENUTUP.................................................................................. 24

3.1. Kesimpulan............................................................................. 24

3.2. Komentar................................................................................ 24

3.3. Saran....................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 25

iii

Page 4: Merged

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.

Latar belakang pembuatan makalah ini adalah disebabkan karena

melihat fakta yang terjadi di lapangan bahwa banyak sekali di lapangan

terjadi tindakan yang meresahkan, merugikan dan tentunya membawa

dampak yang buruk bagi si pelaku dan masyarakat pada umumnya. Dilihat

dari pelakunya kebanyakan adalah siswa siswi yang masih mengikuti

pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta, hal

ini menunjukkan bahwa lemahnya pengaruh dari sistem pendidikan yang

dilaksanakan di lingkungan lembaga pendidikan tersebut yang meliputi

kurikulum, model, strategi dan komponen pendidikan lainnya yang

bertanggung jawab terhadap proses pendidikan yang dilaksanakan. Dan

walaupun sebenarnya sistem pendidikan yang telah dirancang bertujuan

untuk mengembangkan tingkah laku dan hubungan sosial yang positif di

kalangan para remaja, namun nampaknya hal tersebut masih kurang efektif

untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu para remaja mampu

bertingkah laku dan berhubungan sosial di lingkungan rumah, sekolah dan

masyarakat sesuai dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, serta

nilai agama, adat istiadat, dan kebiasaan yang berlaku. Oleh sebab itulah

strategi pelaksanaan pendidikan tersebut perlu diubah sesuai dengan seting

tempat pelaksanaan pendidikan tersebut. Dengan tingkat pemahaman

terhadap strategi dan model pendidikan yang akan dilaksanakan diharapkan

dapat semakin mengoptimalkan kemampuan bertingkah laku dan

berhubungan sosial siswa yang positif baik di lingkungan keluarga, sekolah

maupun lingkungan masyarakat.

1

Page 5: Merged

1.2. Rumusan Masalah.

Berdasarkan apa yang terdapat di dalam latar belakang masalah,

maka yang menjadi rumusan masalah di sini adalah :

- Bagaimana penjelasan tingkah laku dan cara berhubungan

sosial yang menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, serta

nilai agama, adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku ?

- Apa saja yang menjadi indikatornya ?

- Bagaimanakah strategi yang digunakan ?

- Bagaimana cara pelaksanaan strategi tersebut pada setting

tertentu ?

1.3. Tujuan.

Sesuai dengan penjelasan dalam latar belakang masalah dan

rumusan masalah, tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

- Memenuhi tugas mata kuliah Praktikum BK Pribadi Sosial.

- Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang tingkah laku

dan hubungan sosial yang menjunjung tinggi tata krama, sopan

santun, serta nilai agama, adat istiadat dan kebiasaan yang

berlaku.

- Menjelaskan indikator-indikator prilaku dan berhubungan

sosial yang dimaksud.

- Memberikan gambaran mengenai strategi pelaksanaan dan cara

yang digunakan untuk membentuk tingkah laku dan cara

berhubungan sosial tersebut.

1.4. Manfaat.

Berdasarkan apa yang terdapat di dalam latar belakang masalah,

rumusan masalah dan tujuan, manfaat dari makalah ini adalah :

- Terselesaikannya tugas mata kuliah Praktikum BK Pribadi

Sosial.

- Pembaca dapat memahami tentang tingkah laku dan cara

berhubungan sosial yang dipaparkan.

2

Page 6: Merged

- Pembaca dapat mengetahui mengenai indikator prilaku dan

cara berhubungan sosial yang dimaksud tersebut.

- Para pembaca memiliki gambaran tentang strategi dan cara

penerapan strategi guna membentuk prilaku dan cara

berubungan sosial yang dimaksud.

3

Page 7: Merged

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Penjelasan.

Deskripsi mengenai tingkah laku dan hubungan sosial yang

menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, adat istiadat, nilai agama,

hukum serta kebiasaan yang berlaku yaitu :

- Menjunjung tinggi berarti sikap menghormati, berpedoman, dan

melaksanakannya secara suka rela dan penuh tanggung jawab.

- Tata krama artinya sopan santun atau tata cara sikap baik yang mengatur

keharmonisan dalam bergaul.

- Sopan santun atau sikap bertata krama adalah menunjuk pada berbudi

pekerti yang baik.

- Nilai agama yaitu sikap dan tindakan yang benar dan baik menurut ajaran

agama.

- Hukum adalah peraturan atau adat resmi yang mengikat dan dikukuhkan

oleh penguasa atau pemerintah; pelanggaran terhadap hukum dikenai

sanksi.

- Adat istiadat menunjuk pada tata kelakuan yang sifatnya turun-temurun

( dari generasi ke generasi ). Dari sinilah ditarik tentang pengertian

warisan.

- Kebiasaan yang berlaku menunjuk pada aturan tingkah laku dan tata cara

sopan santun yang benar di mana kebiasaan tersebut dilaksanakan.

Dari pengertian ini secara singkat dapat dikatakan bahwa mewujudkan nilai

dan norma dalam kehidupan sehari-hari secara sadar dan bertanggung jawab

itulah sikap menghormati dan melaksanakan tata krama, sopan santun, nilai

agama, adat istiadat, hukum dan kebiasaan yang berlaku. Nilai dan norma

ini jika berlaku dalam segi kehidupan sehari-hari dapat menciptakan

kehidupan yang selaras, serasi, seimbang dalam pergaulan kapan pun, di

mana pun dan dengan siapa pun.

Ruang lingkup tata krama meliputi tata krama lokal dan tata krama nasional.

Tata krama lokal yaitu tata krama yang perlu dalam kehidupan sehari-hari

4

Page 8: Merged

dalam suat kelompok masyarakat tertentu ( tata krama di rumah, sekolah

dan masyarakat tertentu ). Tata krama nasional yaitu adat istiadat atau sopan

santun yang dianggap benar dan baik secara nasional. Dipandang dari

tingkah laku tata krama dapat dibagi menjadi tata krama berbicara, tata

krama pergaulan dan tata krama penampilan.

Tata krama berbicara.

Dalam berbicara dengan orang lain kita harus memperhatikan dengan

siapa kita berbicara, di mana pembicaraan itu terjadi dan bagaimana

situasinya. Dalam hal inilah sopan santun berbicara diberlakukan. Ada

pepatah yang menyatakan “lidah lebih tajam dari pedang”. Berbicara

dapat mengakibatkan sesuatu entah itu melukai hati, melukai perasaan,

atau yang lainnya. Kata menentukan makna, jadi ketika berbicara dengan

orang lain pikirkan terlebih dahulu perkataan yang akan dilontarkan.

Perkataan dapat membangun seseorang atau merusak orang lain. Dengan

perkataan kita dapat menyakiti orang, mempermalukan orang,

merendahkan orang, dll. Intinya dalam berbicara kita harus

memperhatikan :

• Kejujuran wicara. Jangan berbohong, kebohongan dapat

menumbuhkan ketidakpercayaan.

• Peganglah kepercayaan orang lain dalam diri anda, dan kepercayaan

itu antara lain lewat perkataan. Jangan bersumpah palsu karena itu

dapat meruntuhkan seluruh amal kebaikan yang pernah dilakukan.

• Jangan berkata kotor, memaki; sebab selain dilarang oleh nilai dan

norma itu akan menyebabkan orang lain tidak menyukai dan tidak

menghormati kita.

• Jangan membuka aib orang, karena orang yang demikian tidak dapat

dipercaya dan mengundang kebencian orang.

Ada pepatah yang mengatakan “berjalan peliharalah kaki, berkata

peliharalah lidah”. Artinya peliharalah segala sesuatu yang baik dalam

keadaannya. Dengan hal tersebutlah kita menjunjung tinggi tata krama,

adat istiadat, nilai agama, hukum serta kebiasaan yang berlaku. Hal ini

5

Page 9: Merged

juga berlaku ketika berbicara dengan menggunakan media lain seperti

telepon atau surat.

Tata krama pergaulan.

Tata krama pergaulan adalah sopan santun dan etika bergaul dengan

siapa pun ( guru, atasan, teman, keluarga, orang tua ). Tata krama ini

akan menghasilkan hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan

dalam pergaulan. Tata krama pergaulan tetap memberlakukan adat

istiadat, nilai agama, norma hukum dan kebiasaan yang berlaku di

masyarakat. Indonesia adalah negara dengan beragam budaya atau

kebiasaan, oleh karena itu kita harus mengetahui tentang budaya-budaya

tersebut agar dalam pergaulan tidak terjadi kesalahpahaman. Salah satu

bentuk perbedaan paham yaitu ketika orang berkenalan dengan berjabat

tangan merupakan suatu yang lumrah, namun harus disesuaikan dengan

paham orang yang diajak berkenalan karena ada orang yang memiliki

paham bahwa menganggap berjabat tangan ( terutama dengan lawan

jenis ) adalah dosa. Kesan pertama anda ketika melakukan perkenalan

akan mempengaruhi hubungan selanjutnya.

Tata cara bertamu ( berkunjung ke rumah orang lain ) ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan :

• Bertemu pada waktu yang tepat. Jangan bertamu pada saat jam

istirahat ( tidur siang atau malam ).

• Mengucapkan salam.

• Jangan masuk ke kamar tidur tempat kita bertemu.

• Jangan marah, membentak, membanting sesuatu ketika bertamu.

Demikian juga ketika menerima tamu :

• Terimalah tamu dengan senyum keramah-tamahan.

• Bila tamu datang dan anda ketika akan pergi untuk suatu keperluan

yang penting, katakan dengan terus terang tanpa menyinggung

perasaan tamu tersebut.

6

Page 10: Merged

Tata krama penampilan.

Penampilan lahiriah seseorang ( cara berbicara, cara bersolek, cara

berjalan, cara makan ) akan memberikan kesan langsung kepada orang

lain tentang siapa diri kita. Karena itu dalam beberapa situasi kita perlu

memperhatikan penampilan kita. Dalam berbusana, perhatikanlah tata

cara berbusana. Pilihan busana hendaknya disesuaikan dengan bentuk

tubuh, warna kulit, warna baju, situasi, waktu dan tempat atau pun acara

yang dihadiri. Jangan menggunakan baju yang norak atau tidak nyaman

untuk dikenakan. Berpakaian dengan sembarangan akan menjadi pusat

perhatian atau keanehan dalam pergaulan. Bagaimana dengan berpakaian

di sekolah hendaknya disesuaikan dengan aturan berpakaian yang ada di

sekolah tersebut. Tata cara bersolek, gunakanlah perhiasan yang sesuai

dengan situasi dan kondisinya. Jangan menggunakan asesoris yang

berlebihan yang tidak mencerminkan kepribadian anda. Tata cara

berjalan, jika seorang pria dan wanita berjalan hendaknya posisi pria

melindungi si wanita yaitu pria pada sisi yang dekat dengan lalu lintas

baik sisi kanan atau pun kiri sesuai dengan arah lalu lintas, jika ada 2 pria

hendaknya si wanita berada di tengah-tengah, dan apabila lalu lintas

sedang ramai sebaiknya berjalan seperti berbaris ( satu di depan, satu di

tengah dan satu di belakang ). Tata cara makan masing-masing suku atau

budaya berbeda. Oleh karena itu kita perlu mempelajari tata cara makan

di daerah kita supaya ketika makan bersama kita tidak menjadi bahan

pergunjingan orang. Tata cara makan yang umum hendak diperhatikan

terutama pada saat acara resmi. Jika hendak duduk hendaknya dari sisi

sebelah kiri dan begitu pula jika hendak keluar, serbet yang terlipat di

buka dan taruh di atas pangkuan untuk menahan makanan yang jatuh.

Ketika makan hendaknya jangan berbicara karena orang yang melihat

makanan dalam mulut akan merasa jijik dan mungkin saja makanan

tersebut akan jatuh. Ketika makan hendaknya jangan memasukkan

makanan terlalu banyak hingga pipi menjadi membesar, hal itu

mengindikasikan bahwa orang tersebut rakus terhadap makanan. Ingatlah

7

Page 11: Merged

tata krama makan walau pun tampaknya sepele namun itu menunjukkan

tingkat kepribadian anda.

2.2. Indikator.

Indikator tingkah laku dan hubungan sosial yang menjunjung tinggi

tata krama, sopan santun, adat istiadat, nilai agama, hukum serta kebiasaan

yang berlaku, yaitu :

- Menunjukkan sikap menghormati, berpedoman, dan melaksanakan

secara suka rela dan penuh tanggung jawab tata krama, sopan santun,

adat istiadat, nilai agama dan kebiasaan yang berlaku.

- Menampilkan sikap sopan santun atau tata cara sikap baik yang

mengatur keharmonisan dalam bergaul.

- Menunjukkan sikap yang berbudi pekerti yang baik.

- Memperlihatkan prilaku yang sesuai dengan ajaran agama yang dianut.

- Mampu berprilaku sesuai dengan norma hukum yang berlaku di mana

pun berada.

- Berprilaku sesuai dengan kebiasaan atau adat yang sudah menjadi

warisan di masyarakat.

2.3. Strategi Pelaksanaan.

Strategi yang digunakan untuk memantapkan prilaku dan

berhubungan sosial yang menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, nilai

agama, adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku baik di rumah, sekolah

maupun di masyarakat adalah dengan menggunakan pendidikan budi pekerti.

Alasan mengapa pendidikan budi pekerti digunakan dikarenakan pendidikan

budi pekerti memiliki visi yaitu mewujudkan pendidikan budi pekerti

sebagai bentuk pendidikan nilai, moral, etika yang berfungsi

menumbuhkembangkan individu warga negara Indonesia yang berakhlak

mulia dalam pikir, sikap, dan perbuatannya sehari-hari, yang secara

kurikuler benar-benar menjiwai dan memaknai semua mata pelajaran yang

relevan serta sistem sosial - kultural dunia pendidikan sehingga dari dalam

8

Page 12: Merged

diri setiap lulusan setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan terpancar

akhlak mulia. Dan misi pendidikan budi pekerti yaitu :

- Mengoptimalkan substansi dan praksis mata pelajaran yang relevan

khususnya Pendidikan Agama dan Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan ( PPKn ), serta mata pelajaran lainnya yang relevan

sebagai wahana pendidikan budi pekerti sehingga para peserta didik

bukan hanya cerdas secara rasional, tetapi juga cerdas secara emosional,

sosial, dan spiritual.

- Mewujudkan tatanan dan iklim sosial budaya dunia pendidikan yang

sengaja dikembangkan sebagai lingkungan pendidikan yang

memancarkan akhlak/moral luhur sebagai wahana bagi siswa, tenaga

kependidikan, dan manajer pendidikan untuk membangun interaksi

edukatif dan budaya sekolah yang juga memancarkan akhlak mulia.

- Memanfaatkan media massa dan lingkungan masyarakat secara selektif

dan adaptif guna mendukung keseluruhan upaya penumbuhan dan

pengembangan nilai-nilai budi pekerti luhur baik yang melalui mata

pelajaran yang relevan maupun yang melalui pengembangan budaya

pendidikan di sekolah.

Menurut pendapat Cahyoto ( 2002 : 18-22 ), ruang lingkup atau scope

pembahasan nilai budi pekerti yang bersumberkan pada etika atau filsafat

moral menekankan unsur utama kepribadian, yaitu kesadaran dan

berperannya hati nurani dan kebajikan bagi kehidupan yang baik

berdasarkan sistem dan hukum nilai-nilai moral masyarakat. Hati nurani

( ada yang menyebutnya kata hati, suara hati, dan suara batin ) adalah

kesadaran untuk mengendalikan atau mengarahkan perilaku seseorang

dalam hal-hal yang baik dan menghindari tindakan yang buruk. Kebajikan

atau kebaikan merupakan watak unggulan yang berguna dan menyenangkan

bagi diri sendiri dan orang lain sesuai dengan pesan moral ( Solomon, 1984:

100 ). Mengingat budi pekerti merupakan etika praktis atau terapan yang

bersumber dari masyarakat ( kesusilaan atau moralitas, agama, hukum, adat

istiadat setempat ), maka konsep budi pekerti menjadi lebih luas lagi dengan

menyerap aspek budi pekerti dari lingkungan yang makin meluas

9

Page 13: Merged

( environmental development approach ). Dari lingkungan yang makin

meluas inilah budi pekerti mengandung nilai moral lokal ( aturan keluarga,

kerabat dan tatanan lingkungan setempat ), nasional ( tatanan demokrasi,

loyalitas, nasionalisme, undang-undang, hukum, hak asasi manusia, dan

lain-lain ), dan internasional ( hukum internasional, hubungan dan kerja

sama antar bangsa, perdamaian dan keamanan ) dan masih banyak konsep

lain yang menjadi norma dan berlaku bagi kesejahteraan lingkungan.

Pendidikan budi pekerti yang khusus berkaitan dengan pendidikan agama

dipelajari tersendiri oleh siswa melalui pendidikan agama.

Pendekatan yang digunakan dalam pendidikan budi pekerti secara

umum yaitu sebagai berikut :

- Penyisipan ( plug in ).

- Perbaikan ( improvement ) dengan cara mengoptimalkan isi, proses,

dan pengelolaan pendidikan saat ini guna mencapai tujuan pendidikan

nasional.

Strategi pelaksanaan pendidikan budi pekerti dilaksanakan sebagai

berikut :

Upaya Pembinaan.

Untuk menjadikan seorang anak didik memiliki budi pekerti luhur atau

akhlak mulia diperlukan pembinaan terus-menerus dan

berkesinambungan di sekolah. Pembinaan akan berhasil hanya dengan

usaha keras dan penuh kesabaran dari para guru, selain itu harus

didukung oleh peran serta dari orang tua murid dan masyarakat. Dalam

pembinaan atau penanaman budi pekerti luhur terhadap para siswa di

sekolah diperlukan upaya keras dari semua guru secara bersama-sama

secara konsisten dan berkesinambungan dengan pendekatan yang tepat,

yaitu sebagai berikut :

• Dengan menciptakan situasi yang kondusif atau yang mendukung

terwujudnya budi pekerti luhur pada diri siswa. Situasi yang kondusif

tersebut dapat terwujud dengan pendekatan :

10

Page 14: Merged

Dialogis, antara guru dengan siswa, antara orang tua dan guru,

dialog dapat dilakukan secara pribadi, kelompok, atau dengan

seluruh siswa dalam kegiatan upacara bendera.

Komunikatif, apa saja yang ingin kita laksanakan, dan kalau ada

hal-hal penting yang perlu disampaikan, maka sampaikanlah

kepada para siswa secara pribadi dengan guru BP, dengan

kelompok kelas oleh wali kelas, dan seluruh siswa oleh kepala

sekolah atau wakil kepala sekolah. Demikian juga komunikasi

antara guru dan siswa, dapat pula dilakukan dengan guru pembina

kegiatan ekstrakurikuler dalam berbagai kesempatan.

Keterbukaan, dialog ataupun komunikasi yang dilakukan harus

terbuka, para siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan

pendapatnya.

Situasi kondusif antara lain dapat tercermin dengan adanya suasana

damai, sejuk, penuh kekeluargaan, dan kebersamaan.

• Mengoptimalkan pendidikan Budi Pekerti pada mata pelajaran agama

dan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

( PPKn ) terutama yang bertujuan untuk membentuk tingkah laku dan

hubungan sosial yang positif pada siswa. Guru agama diharapkan

mampu memilih materi pendidikan agama yang mengandung materi

yang berkaitan dengan budi pekerti. Contohnya adalah :

Materi yang berkaitan dengan akhlak mulia berkaitan pula dengan

materi budi pekerti luhur. Misalnya pendidikan untuk membentuk

siswa ikhlas dalam membantu sesama. Keikhlasan sendiri termasuk ke

dalam unsur budi pekerti dan termasuk dalam prilaku yang berakhlak

mulia. Seperti tercantum dalam Bhagavad-Gita :

11

Page 15: Merged

Terjemahan :

Wahai Dhananjaya, jauhkanlah perbuatan-perbuatan rendah

melalui kesadaran keseimbangan seperti itu. Berlindunglah pada

kesadaran seperti itu, oleh karena orang menginginkan pahala dari

perbuatan-perbuatannya sesungguhnya adalah orang yang pelit.

( Bhagavad-Gita, 2012 : 254 )

Terjemahan :

Orang-orang suci membebaskan dirinya dari pahala-pahala yang

lahir dari perbuatan dengan menekuni Bhakti kepada Tuhan Yang

Maha Esa dalam kesadaran suci. Mereka terbebaskan dari

perputaran kelahiran dan kematian dan mencapai alam kekekalan.

Dan dalam Saramuscaya yang membahas tentang pergaulan

dinyatakan sebagai berikut :

“Meskipun sedikit kepandaian/kebijaksanaan seseorang, apabila

bertempat tinggal dengan orang yang pandai/bijaksana dan selalu

bertanya ilmu pengetahuan dengannya, maka akan semakin

bertambah pandai/bijaksanalah hasilnya, bagaikan zat warna yang

jatuh pada air, akan menyebar dan akhirnya mewarnai air itu.”

Sloka 302.

“Mereka yang utama budi tidak memikirkan cacat dan dosa orang

lain, pun tidak akan mengeluarkan kata-kata kasar dalam

menanggapi celaan dan hinaan orang. Dalam hatinya yang dilihat

hanyalah kebajikan dan perbuatan baik orang dan selalu

berpikiran positif. Tidak ada kemungkinan apapun yang dapat

membuatnya menyimpang dari kebajikan dan kebijaksanaan, ia

12

Page 16: Merged

selalu berkeadaan teguh pada susila, etika, dan sopan santun.

Orang baik dan bijaksana disebut juga sebagai manusia utama.”

Sloka 307.

Materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ) yang

mengandung materi budi pekerti luhur harus dikaitkan antara

keduanya. Semua pokok bahasan PPKn mengandung materi budi

pekerti. Hanya saja dalam penyampaiannya guru PPKn harus dengan

cermat melihat materi PPKn untuk menyampaikan materi tersebut

kepada para siswa. Misalnya membahas tentang kebhinekaan bangsa

Indonesia yang dikaitkan dengan bagaimana bertingkah laku dan

berhubungan sosial sesuai dengan adat atau budaya masing-masing

daerah.

• Peningkatan kerja sama dengan orang tua murid dan masyarakat. Pada

dasarnya tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab tri

pusat pendidikan, yaitu

• Orang tua.

• Sekolah/pemerintah.

• Masyarakat.

Peran orang tua dalam menyukseskan pendidikan budi pekerti sangat

besar. Hal ini dikarenakan pada dasarnya sikap, perilaku, dan budi

pekerti anak itu dimulai dari keluarga ( orang tua ). Orang tualah yang

mengajarkan kepada anak tentang budi pekerti melalui keteladanan

dari orang tua, dan penerapan aturan yang berlaku di lingkungan

keluarga. Namun demikian, adakalanya tidak semua keluarga

mempunyai anak yang memiliki budi pekerti luhur, bahkan sekarang

banyak anak yang mempunyai budi pekerti kurang baik. Terhadap

anak yang mempunyai budi pekerti kurang baik, diharapkan orang tua

memberitahu pihak sekolah agar dapat diberikan pembinaan.

Sedangkan peran masyarakat dalam pendidikan budi pekerti juga tidak

kalah penting. Kehidupan sekolah tidak lepas dari kehidupan

masyarakat di sekitarnya. Dalam banyak kasus, banyak pula para

siswa yang berbudi pekerti kurang baik mengganggu ketenangan

13

Page 17: Merged

hidup masyarakat, dengan melakukan hal-hal yang tidak terpuji,

misalnya mencuri, berkelahi, menyalahgunakan obat-obatan terlarang,

suka minum-minuman keras, narkoba, tawuran, dll. Kepada anggota

masyarakat yang melihat siswa melakukan perbuatan negatif tersebut,

agar segera melapor ke pihak sekolah atau yang berwajib untuk

pembinaan selanjutnya. Kepedulian masyarakat terhadap pelaksanaan

penanaman budi pekerti atau perannya sebagai Social Control sangat

diharapkan.

Sifat Pembinaan.

Untuk mengetahui apakah seorang anak didik telah berbudi pekerti

terutama dalam hal bertingkah laku dan berhubungan sosial yang sesuai

dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, nilai agama adat

istiadat dan kebiasaan yang berlaku dapat dinilai dari kecenderungan

tingkah laku atau perilaku yang ditunjukkannya dalam kehidupan sehari-

hari. Sifat-sifat yang mengandung budi pekerti luhur antara lain sebagai

berikut :

• Tingkah laku.

- Bekerja keras.

Sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak

suka berpangku tangan, sela lu gigih dan sungguh-sungguh dalam

melakukan suatu pekerjaan, suka bekerja keras, tekun, dan pantang

menyerah.

- Berdisiplin.

Seseorang dikatakan disiplin apabila melakukan pekerjaan dengan

tertib dan teratur sesuai dengan waktu dan tempatnya, serta

dikerjakan dengan :

a. penuh kesadaran;

b. ketekunan;

c. tanpa paksaan dari siapa pun atau ikhlas.

- Beriman.

Sikap dan perilaku yang menunjukkan keyakinan akan adanya

Tuhan Yang Maha Esa ini diwujudkan dengan. kepatuhan dan

14

Page 18: Merged

ketaatan dalam melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi segala

larangan-Nya.

- Bersyukur.

Sikap dan perilaku yang pandai berterima kasih atas rahmat dan

nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai manusia yang beriman

kita harus senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh

Tuhan Yang Maha Esa kepada kita, nikmat yang kita peroleh dari

Tuhan tidak terbatas jumlahnya.

- Bertanggung jawab.

Sikap dan perilaku yang berani menanggung segala akibat dari

perbuatan yang telah dilakukannya.

- Bertenggang rasa.

Sikap dan perilaku yang mampu mengekang keinginan dan

kepentingan diri dengan ikut memerhatikan kepentingan orang lain.

- Cermat.

Sikap dan perilaku yang menunjukkan ketelitian dan kehati-hatian.

- Hemat.

Sikap dan perilaku yang menghargai dan memanfaatkan waktu,

dana, dan pikiran sesuai dengan kebutuhan dan tidak menggunakan

sesuatu secara berlebihan.

- Jujur.

Sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang,

berkata apa adanya, dan berani mengakui kesalahan.

- Menghargai karya orang lain.

Sikap dan perilaku yang menunjukkan bahwa orang harus bekerja

untuk memperoleh nafkah sehingga kita harus menghargai upaya

orang lain.

- Menghargai waktu.

Sikap dan perilaku yang mampu memanfaatkan waktu yang

tersedia secara efisien dan efektif.

- Pengendalian diri.

15

Page 19: Merged

Sikap dan perilaku yang mempertimbangkan keseimbangan antara

dorongan dari dalam diri ( berupa dorongan nafsu ) dan dari luar

diri ( berupa aturan-aturan yang mengekang ).

- Rela berkorban.

Sikap dan perilaku yang tindakannya dilakukan dengan ikhlas hati

dan kehendak sendiri.

- Rendah hati.

Sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan diri.

- Sabar.

Sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam

mengendalikan gejolak diri.

- Setia.

Sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian

atas perjanjian yang telah dibuat.

- Tertib.

Sikap dan perilaku yang teratur, taat asas, dan konsisten.

- Sopan santun.

Sikap dan perilaku yang tertib sesuai dengan adat istiadat atau

menurut norma yang berlaku di masyarakat.

- Sportif.

Sikap dan perilaku kesatria, adil, dan jujur, baik terhadap kawan

maupun lawan.

- Susila.

Sikap dan perilaku yang sesuai dengan harapan masyarakat, yang

dikendalikan oleh nurani dalam tatanan kehidupan yang

menyangkut pengendalian nafsu manusia.

- Tegas.

Sikap dan perilaku yang tidak ragu-ragu dan dalam keadaan sulit

berani mengambil keputusan yang pasti.

16

Page 20: Merged

- Tekun.

Sikap dan perilaku yang menunjukkan kesungguhan yang penuh

daya tahan dan terus-menerus serta tetap semangat dalam

melakukan sesuatu.

- Tangguh.

Sikap dan perilaku yang sukar dikalahkan dan tidak mudah

menyerah dalam mewujudkan suatu tujuan dan cita-cita tertentu.

- Tepat janji.

Sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan yang

bertanggung jawab terhadap apa yang telah disetujui, baik pada diri

sendiri maupun bersama orang lain.

- Ulet.

Sikap dan perilaku yang tetap bertahan meskipun menghadapi

hambatan yang sangat besar atau sulit, tidak mudah putus asa.

2.4. Setting Praktek.

• Di rumah.

- Carilah segi positifnya.

Bagaimanapun tidak sepantasnya bentuk tingkah laku anak Anda,

cobalah untuk menemukan sesuatu yang positif untuk dipuji. Ini

tampaknya tidak mungkin, maka berikut ini ada beberapa contoh.

- Jika anak Anda mengaku tidak mematuhi sebuah perintah,

berarti dia adalah anak yang jujur.

- Jika anak Anda memulai perkelahian di sekolah, berarti dia

adalah anak yang kuat dan berani.

- Jika anak Anda berbohong, berarti dia memiliki imajinasi yang

baik.

Cara ini meniru teori belajar Operant Conditioning yaitu dengan

memberikan reward ( memuji dengan melihat sisi positif dari

tingkah laku negatif anak ) kemudian diikuti dengan menyebutkan

sisi negatif dari tingkah lakunya. Dengan begitu anak akan sadar

bahwa tingkah lakunya ternyata salah dan anak akan cenderung

17

Page 21: Merged

untuk memperbaiknya, cara ini cukup efektif dibandingkan hanya

dengan memberikan punisment kepada anak terhadap prilaku buruk

yang ia tunjukkan yang cenderung membuat anak tersebut semakin

berbuat ke arah negatif. Pemberian hukuman ( terutama hukuman

yang berat ) jika terpaksa sebaiknya hanya dilakukan kepada anak

yang telah berusia 14 tahun ke atas dan untuk anak yang belum

mencapai umur tersebut sebaiknya tidak diberikan hukuman ( Rai

Partia, dalam Meyorot Aneka Masalah Umat Hindu, 1996 ).

- Memberi contoh perilaku yang sepantasnya.

Anak-anak sering kali melakukan hal yang menurut kita tidak

pantas, kadang-kadang mereka memerlukan orang dewasa untuk

menghentikan dan memperlihatkan kepada mereka jalan yang lebih

baik. Sebagai orang tua, Anda adalah orang yang akan ditirukan

oleh anak Anda lebih dari orang lain. Karena itu, memberi contoh

adalah cara terbaik dan termudah untuk mendidik anak Anda

Memberi contoh adalah hal yang mudah dipelajari dengan

pengamatan. Dengan kata lain, anak Anda akan mempelajari apa

tingkah laku yang pantas dengan melihat dan menirukan Anda.

Istilah percontohan ( modeling ), belajar dengan mengamati

( observation learning ), menirukan ( imitation ), belajar sosial

( social learning ), dan belajar mengalami dipergunakan saling

bergantian. Melalui proses belajar mengamati, klien dapat belajar

melaksanakan perbuatan-perbuatan yang diinginkan tanpa belajar

trial and error. Bandura ( 1969 , 1971a, 1971b, 1977 ) menekankan

pentingnya peranan percontohan dalam pengembangan dan

perubahan tingkah laku manusia. Tingkah laku yang orang tua

tampilkan di sini tentu tingkah laku yang sesuai dengan nilai agama,

adat istiadat, tata krama yang berlaku. Seperti misalnya,

mengucapkan panganjali umat ketika baru masuk ke dalam rumah.

- Katakan “Tidak”.

Mengatakan “tidak” di sini bertujuan untuk mengontrol tingkah

laku anak di rumah untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak

18

Page 22: Merged

sesuai atau bertentangan dengan tata krama, sopan santun, nilai

agama, adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku. Ketika

menyatakan kalimat penolakan dengan kata “tidak” tersebut agar

lebih efektif sebaiknya dikatakan dengan tegas dan jelas serta dapat

diperkuat dengan menggunakan bahasa tubuh agar si anak merasa

bahwa hal tersebut benar-benar tidak boleh untuk dilakukan

misalnya mengatakan tidak untuk menolak keinginan anak untuk

ikut keluar bersama temannya hingga larut malam dengan diikuti

menggunakan jari tangan yang digerakkan ke samping kanan dan

kiri.

- Tentukan batasan yang jelas.

Rumah adalah pengenalan pertama pada cara kerja di dunia.

Rumah merupakan suatu dunia dalam bentuk kecil, suatu

masyarakat kecil. Dengan memberikan batas kepada anak di rumah,

berarti kita telah mengajarkan bahwa aturan, hukum, dan larangan

berlaku di mana pun. Jika anak belajar menghargai aturan pada usia

yang masih muda, mereka akan diselamatkan dari penderitaan di

masa mendatang. Aturan seharusnya ditetapkan dengan jelas dan

sesingkat mungkin sehingga anak dapat mengerti dan

mengingatnya. Anak harus mengetahui di mana aturan digariskan

dan bahwa konsekuensi negatif akan berlaku, seperti dalam dunia

sebenarnya, jika mereka memilih melanggar aturan. Konsekuensi

negatif, atau hukuman, diartikan di sini sebagai cara yang

digunakan untuk mengurangi tingkah laku buruk pada anak.

Sebaliknya, adalah penting untuk memberikan kepada anak

konsekuensi positif, jika dia tetap mematuhi aturan. Konsekuensi

positif adalah berbagai cara atau imbalan yang Anda lakukan untuk

mendorong tingkah laku anak Anda yang baik, misalnya memuji,

memberi afeksi, dalam bentuk barang, atau meluangkan waktu

untuknya. Contoh pemberian batasan yang jelas kepada anak

adalah dengan membatasi bagaimana ia berpakaian agar tidak

19

Page 23: Merged

melanggar tata krama berpenampilan di lingkungan keluarga dan

masyarakat tentunya.

• Di sekolah.

Pengintegrasian dalam kehidupan sehari-hari.

- Keteladanan atau Contoh

Kegiatan pemberian contoh atau teladan di sini maksudnya adalah

suatu kegiatan yang dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, staf

administrasi di sekolah yang dapat dijadikan sebagai model bagi

peserta didik. Dalam hal ini guru berperan langsung sebagai contoh

bagi peserta didik. Segala sikap dan tingkah laku guru, baik di

sekolah, di rumah, maupun di masyarakat hendaknya selalu

menunjukkan sikap dan tingkah laku yang baik, misalnya

berpakaian dengan sopan dan rapi, bertutur kata dengan baik, tidak

makan sambil berjalan, tidak membuang sampah di sembarang

tempat, mengucapkan salam apabila bertemu orang, tidak merokok

di lingkungan sekolah. Belajar meniru disebut belajar observasi

( observation learning ), yang meliputi aktivitas menguasai respon

baru atau mengubah respon lama sebagai hasil dari mengamati

perilaku model.

- Kegiatan Spontan

Kegiatan spontan yang dimaksud di sini adalah kegiatan yang

dilaksanakan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini

biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui adanya sikap atau

perilaku peserta didik yang kurang baik, seperti meminta sesuatu

dengan berteriak-teriak, mencoret-coret dinding, dan sebagainya.

Apabila guru mengetahui sikap atau perilaku peserta didik yang

demikian, hendaknya secara spontan diberikan pengertian dan

diberitahu bagaimana sikap atau perilaku yang baik, misalnya kalau

meminta sesuatu dilakukan dengan sopan dan tidak berteriak-teriak.

Kegiatan spontanitas tidak saja berkaitan dengan perilaku peserta

didik yang negatif, tetapi pada sikap atau perilaku yang positif juga

perlu ditanggapi oleh guru. Hasil ini dilakukan sebagai penguatan

20

Page 24: Merged

bahwa sikap atau perilaku tersebut sudah baik dan perlu

dipertahankan sehingga dapat dijadikan teladan bagi teman-teman.

- Teguran.

Guru perlu menegur peserta didik yang melakukan perilaku buruk

dan mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik

sehingga guru dapat membantu mengubah tingkah laku mereka.

- Pengkondisian lingkungan.

Suasana sekolah perlu dikondisikan sedemikian rupa, dengan

penyediaan sarana fisik. Contohnya dengan penyediaan tempat

sampah, jam dinding, slogan mengenai budi pekerti yang mudah

dibaca oleh peserta didik, aturan tata tertib sekolah yang

ditempelkan pada tempat yang strategis sehingga setiap peserta

didik mudah membacanya.

- Kegiatan rutin.

Kegiatan rutinitas merupakan kegiatan yang dilakukan peserta

didik secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Contoh

kegiatan ini adalah berbaris masuk ruang kelas, berdoa sebelum

dan sesudah kegiatan, mengucapkan salam apabila bertemu dengan

orang lain, dan membersihkan kelas serta belajar secara rutin dan

rajin.

Pengintegrasian dalam kegiatan yang telah diprogramkan.

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang jika akan dilaksanakan

terlebih dahulu dibuat perencanaannya atau diprogramkan oleh

guru. Hal ini dilakukan jika guru menganggap perlu memberikan

pemahaman atau prinsip-prinsip moral yang diperlukan. Berikut

contoh kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengintegrasikan

perilaku minimal dalam program kegiatan yang direncanakan oleh

sekolah.

Perilaku Minimal Perilaku Minimal

Taat kepada ajaran agama Diintegrasikan pada kegiatan peringatan hari-hari besar keagamaan.

Toleransi Diintegrasikan pada saat kegiatan yang menggunakan metode tanya jawab, diskusi kelompok.

Disiplin Diintegrasikan pada saat kegiatan olahraga, upacara

21

Page 25: Merged

bendera, dan menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

Tanggung jawab Diintegrasikan pada saat tugas piket kebersihan kelas dan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

Kasih sayang Diintegrasikan pada saat melakukan kegiatan sosial dan kegiatan melestarikan lingkungan.

Gotong royong Diintegrasikan pada saat kegiatan bercerita atau berdiskusi tentang gotong royong menyelesaikan tugas-tugas keterampilan.

Kesetiakawanan Diintegrasikan pada saat kegiatan bercerita, berdiskusi, misalnya mengenai kegiatan koperasi, pemberian sumbangan.

Hormat-menghormati Diintegrasikan pada saat menyanyikan lagu-lagu tentang hormat-menghormati, saat kegiatan bermain drama, dan sebagainya.

Sopan santun Diintegrasikan pada kegiatan bermain drama dan berlatih membuat surat.

Jujur Diintegrasikan pada saat melakukan percobaan, menghitung, bermain, dan bertanding.

• Di masyarakat.

Pada setting di masyarakat menggunakan cara social control. Dalam hal

ini masyarakat bertindak sebagai pengawas terhadap tingkah laku yang

dilakukan oleh anak didik, dan apabila terjadi suatu bentuk tindakan

yang melanggar nilai agama, adat istiadat, sopan santun, tata krama

yang berlaku di masyarakat, maka anggota masyarakat diharapkan

melaporkannya kepada sekolah atau keluarga siswa yang bersangkutan.

Misalnya seorang remaja yang masuk seka truna truni namun tidak

hadir dalam acara rapat seka tersebut karena alasan yang tidak diketahui

dapat dilaporkan kepada anggota keluarganya. Dan selain pengawasan

kepada peserta didik, pengawasan juga ditujukan kepada setiap

anggota masyarakat di lingkungan tersebut guna menciptakan

kehidupan masyarakat yang “adil”.

• Mempertahankan sikap yang baik pada anak didik.

Cara yang dapat digunakan adalah dengan memberikan reward pada

anak didik yaitu seperti berikut :

- Pujian berupa kata-kata atau kalimat yang diucapkan guru setelah

melihat sikap atau perilaku peserta didik yang baik. Seperti kata

''bagus", contohnya "bagus, kamu telah dapat mengubah tingkah

22

Page 26: Merged

lakumu menjadi lebih baik" atau "Ucapan Selamat", atau yang

lainnya.

- Pujian dalam bentuk mimik atau gerakan anggota badan yang

memberikan kesan pada peserta didik, misalnya anggukan kepala,

memberikan acungan jempol, senyuman, dan lain-lain.

- Memberikan benda sederhana seperti permen, pensil, buku, atau

lainnya yang bermanfaat.

• Mencegah prilaku yang tidak baik.

Berikut beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah prilaku

yang tidak diharapkan dari peserta didik :

- Memberikan perhatian atau pelayanan yang adil sesuai dengan

kebutuhan kepada setiap peserta didik agar tidak timbul rasa iri

atau cemburu.

- Memberikan sanksi pada anak yang melanggar aturan di rumah,

sekolah dan masyarakat.

- Memberikan pengertian mengenai nilai-nilai budi pekerti melalui

cerita.

- Menghindari penggunaan respons negatif.

- Memperdengarkan nilai-nilai budi pekerti kepada peserta didik

setiap saat atau memasang slogan-slogan di tempat-tempat terbuka,

seperti "Bersih itu sehat", "Sehat itu Nikmat", "Kebersihan Cermin

Kepribadian", "Sudah Rapikah Saya", dan sebagainya.

23

Page 27: Merged

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan.

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa untuk dapat memantapkan tingkah laku dan hubungan

sosial anak di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat serta di tempat

kerja yang tidak melanggar tata krama, nilai agama, adat istiadat, sopan

santun dan kebudayaan yang berlaku, dapat diwujudkan melalui pendidikan

budi pekerti yang dilakukan pada setting lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat, serta pelaksanaannya sesuai dengan strategi yang telah di

sebutkan. Dengan strategi dan setting yang tepat akan dapat membentuk

tingkah laku dan cara berhubungan sosial anak sesuai dengan indikator

prilaku yang ingin dibentuk.

3.2. Komentar.

Menurut kami strategi dan setting yang telah dijelaskan tersebut hanya

akan efektif jika semua pihak terlibat dan memberikan kontribusi dalam

pelaksanaannya. Pihak-pihak yang dimaksud adalah mulai dari lingkungan

keluarga, sekolah, masyarakat dan tentunya anak didik yang ingin

dimantapkan prilaku dan cara berhubungan sosialnya sesuai dengan tata

krama, adat istiadat, sopan santun dan kebiasaan yang berlaku yang

kesemuanya tersebut terangkum dalam nilai-nilai budi pekerti.

3.3. Saran.

Saran kami untuk efektivitas dari apa yang telah kami paparkan pada

bab sebelumnya, semua pihak yang terlibat dalam pembentukan dan

pemantapan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti ini

diharapkan aktif dalam menjalankan tugasnya. Karena jika tidak, maka

harapan untuk membentuk tingkah laku dan cara berhubungan sosial

tersebut tidak akan tercapai sebagai mana yang kita harapkan.

24

Page 28: Merged

DAFTAR PUSTAKA

Lighter, Dawn. 1999. Gentle Discipline 50 Cara Efektif Menanamkan Tingkah

Laku Positif pada Anak. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Jensen, G. D. & Suryani, Luh Ketut. 1996. Orang Bali Penelitian Ulang Tentang

Karakter. Bandung : Penerbit ITB.

Sedanayasa, Gede. 2009. Keterampilan Komunikasi. Singaraja : Jurusan

Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan

Ganesha.

Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung : PT.

Refika Aditama.

Zuriah, Nurul. 2011. Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif

Perubahan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Partia, I Gusti Rai. 1996. Menyorot Aneka Masalah Umat Hindu. Denpasar :

Yayasan Dharma Naradha.

Habsari, Sri. 2010. Bimbingan dan Konseling SMA untuk Kelas X. Jakarta : PT.

Grasindo.

----------. 2013. Buku Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta :

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Darmayasa. 2012. Bhagavad Gita. Denpasar : Yayasan Dharma Sthapanam.

Anonimous. 2010. Perilaku Menyimpang dan Pengendalian Sosial ( Kontrol

Sosial ). Diakses pada 25 September 2013 dari http://wartawarga.

gunadarma.ac.id/2010/04/perilaku-menyimpang-dan-pengendalian-sosial-

kontrol-sosial/

Mustofa, Muhammad. 2000. Memahami Kerusuhan Sosial, Suatu Kendala

Menuju Masyarakat Madani. Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No. I

September 2000 : 10 - 19.

Sadnyari, Dayu. 2012. Sloka 300-351 Sarasamuscaya. Diakses pada 24

September 2013 dari http://yadnya-banten.blogspot.com/2012/06/sloka-300-

351-sarasamuscaya-pergaulan.html.

25