Page 1
PRAKTIKUM BIMBINGAN KONSELING
PRIBADI SOSIAL
“PEMANTAPAN KEMAMPUAN BERTINGKAH LAKU DAN
BERHUBUNGAN SOSIAL”
Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Praktikum Bimbingan Pribadi Sosial
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Gede Sedanayasa, M.Pd.
Anggota Kelompok 10 :
Ida Bagus Mugi Raharja ( 1111011011 )
I Putu Wahyu Budi Kusuma ( 1111011033 )
I Made Andri Suantara ( 1111011036 )
I Made Sumadiyasa ( 1011011103 )
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2013
Page 2
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat beliaulah kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari
pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses
penyusunan dan pembuatan makalah ini. Rasa terima kasih kami sampaikan
kepada pihak-pihak yang turut serta membantu demi terselesaikannya makalah ini
sesuai dengan apa yang telah diharapkan sebelumnya.
Kami sebagai manusia yang banyak memiliki kekurangan menyadari
bahwa apa yang kami sampaikan dalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dalam proses penyampaiannya maupun isi atau hal-hal yang
terkandung di dalamnya. Maka dari itu kami selaku penulis dan penyusun
makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang kami
banggakan yang bersifat membangun sehingga dapat membantu kami untuk dapat
lebih menyempurnakan lagi makalah yang kami buat ini. Kami sangat berharap
apa yang kami sajikan dan apa yang kami sajikan dalam makalah ini dapat
memberikan manfaat-manfaat yang sedianya dapat berguna pagi pembaca pada
umumnya dan para calon konselor pada khususnya sehingga apa yang menjadi
tujuan pendidikan di Indonesia serta tujuan Bangsa Indonesia dapat tercapai
sebagaimana yang diharapkan.
Singaraja, 20 September 2013
Kelompok 10,
ii
Page 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................... 2
1.3. Tujuan..................................................................................... 2
1.4. Manfaat.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 4
2.1. Penjelasan ............................................................................... 4
2.2. Indikator ................................................................................ 8
2.3. Strategi Pelaksanaan ............................................................. 8
2.4. Seting Praktek ....................................................................... 17
BAB III PENUTUP.................................................................................. 24
3.1. Kesimpulan............................................................................. 24
3.2. Komentar................................................................................ 24
3.3. Saran....................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 25
iii
Page 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.
Latar belakang pembuatan makalah ini adalah disebabkan karena
melihat fakta yang terjadi di lapangan bahwa banyak sekali di lapangan
terjadi tindakan yang meresahkan, merugikan dan tentunya membawa
dampak yang buruk bagi si pelaku dan masyarakat pada umumnya. Dilihat
dari pelakunya kebanyakan adalah siswa siswi yang masih mengikuti
pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta, hal
ini menunjukkan bahwa lemahnya pengaruh dari sistem pendidikan yang
dilaksanakan di lingkungan lembaga pendidikan tersebut yang meliputi
kurikulum, model, strategi dan komponen pendidikan lainnya yang
bertanggung jawab terhadap proses pendidikan yang dilaksanakan. Dan
walaupun sebenarnya sistem pendidikan yang telah dirancang bertujuan
untuk mengembangkan tingkah laku dan hubungan sosial yang positif di
kalangan para remaja, namun nampaknya hal tersebut masih kurang efektif
untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu para remaja mampu
bertingkah laku dan berhubungan sosial di lingkungan rumah, sekolah dan
masyarakat sesuai dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, serta
nilai agama, adat istiadat, dan kebiasaan yang berlaku. Oleh sebab itulah
strategi pelaksanaan pendidikan tersebut perlu diubah sesuai dengan seting
tempat pelaksanaan pendidikan tersebut. Dengan tingkat pemahaman
terhadap strategi dan model pendidikan yang akan dilaksanakan diharapkan
dapat semakin mengoptimalkan kemampuan bertingkah laku dan
berhubungan sosial siswa yang positif baik di lingkungan keluarga, sekolah
maupun lingkungan masyarakat.
1
Page 5
1.2. Rumusan Masalah.
Berdasarkan apa yang terdapat di dalam latar belakang masalah,
maka yang menjadi rumusan masalah di sini adalah :
- Bagaimana penjelasan tingkah laku dan cara berhubungan
sosial yang menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, serta
nilai agama, adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku ?
- Apa saja yang menjadi indikatornya ?
- Bagaimanakah strategi yang digunakan ?
- Bagaimana cara pelaksanaan strategi tersebut pada setting
tertentu ?
1.3. Tujuan.
Sesuai dengan penjelasan dalam latar belakang masalah dan
rumusan masalah, tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
- Memenuhi tugas mata kuliah Praktikum BK Pribadi Sosial.
- Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang tingkah laku
dan hubungan sosial yang menjunjung tinggi tata krama, sopan
santun, serta nilai agama, adat istiadat dan kebiasaan yang
berlaku.
- Menjelaskan indikator-indikator prilaku dan berhubungan
sosial yang dimaksud.
- Memberikan gambaran mengenai strategi pelaksanaan dan cara
yang digunakan untuk membentuk tingkah laku dan cara
berhubungan sosial tersebut.
1.4. Manfaat.
Berdasarkan apa yang terdapat di dalam latar belakang masalah,
rumusan masalah dan tujuan, manfaat dari makalah ini adalah :
- Terselesaikannya tugas mata kuliah Praktikum BK Pribadi
Sosial.
- Pembaca dapat memahami tentang tingkah laku dan cara
berhubungan sosial yang dipaparkan.
2
Page 6
- Pembaca dapat mengetahui mengenai indikator prilaku dan
cara berhubungan sosial yang dimaksud tersebut.
- Para pembaca memiliki gambaran tentang strategi dan cara
penerapan strategi guna membentuk prilaku dan cara
berubungan sosial yang dimaksud.
3
Page 7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penjelasan.
Deskripsi mengenai tingkah laku dan hubungan sosial yang
menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, adat istiadat, nilai agama,
hukum serta kebiasaan yang berlaku yaitu :
- Menjunjung tinggi berarti sikap menghormati, berpedoman, dan
melaksanakannya secara suka rela dan penuh tanggung jawab.
- Tata krama artinya sopan santun atau tata cara sikap baik yang mengatur
keharmonisan dalam bergaul.
- Sopan santun atau sikap bertata krama adalah menunjuk pada berbudi
pekerti yang baik.
- Nilai agama yaitu sikap dan tindakan yang benar dan baik menurut ajaran
agama.
- Hukum adalah peraturan atau adat resmi yang mengikat dan dikukuhkan
oleh penguasa atau pemerintah; pelanggaran terhadap hukum dikenai
sanksi.
- Adat istiadat menunjuk pada tata kelakuan yang sifatnya turun-temurun
( dari generasi ke generasi ). Dari sinilah ditarik tentang pengertian
warisan.
- Kebiasaan yang berlaku menunjuk pada aturan tingkah laku dan tata cara
sopan santun yang benar di mana kebiasaan tersebut dilaksanakan.
Dari pengertian ini secara singkat dapat dikatakan bahwa mewujudkan nilai
dan norma dalam kehidupan sehari-hari secara sadar dan bertanggung jawab
itulah sikap menghormati dan melaksanakan tata krama, sopan santun, nilai
agama, adat istiadat, hukum dan kebiasaan yang berlaku. Nilai dan norma
ini jika berlaku dalam segi kehidupan sehari-hari dapat menciptakan
kehidupan yang selaras, serasi, seimbang dalam pergaulan kapan pun, di
mana pun dan dengan siapa pun.
Ruang lingkup tata krama meliputi tata krama lokal dan tata krama nasional.
Tata krama lokal yaitu tata krama yang perlu dalam kehidupan sehari-hari
4
Page 8
dalam suat kelompok masyarakat tertentu ( tata krama di rumah, sekolah
dan masyarakat tertentu ). Tata krama nasional yaitu adat istiadat atau sopan
santun yang dianggap benar dan baik secara nasional. Dipandang dari
tingkah laku tata krama dapat dibagi menjadi tata krama berbicara, tata
krama pergaulan dan tata krama penampilan.
Tata krama berbicara.
Dalam berbicara dengan orang lain kita harus memperhatikan dengan
siapa kita berbicara, di mana pembicaraan itu terjadi dan bagaimana
situasinya. Dalam hal inilah sopan santun berbicara diberlakukan. Ada
pepatah yang menyatakan “lidah lebih tajam dari pedang”. Berbicara
dapat mengakibatkan sesuatu entah itu melukai hati, melukai perasaan,
atau yang lainnya. Kata menentukan makna, jadi ketika berbicara dengan
orang lain pikirkan terlebih dahulu perkataan yang akan dilontarkan.
Perkataan dapat membangun seseorang atau merusak orang lain. Dengan
perkataan kita dapat menyakiti orang, mempermalukan orang,
merendahkan orang, dll. Intinya dalam berbicara kita harus
memperhatikan :
• Kejujuran wicara. Jangan berbohong, kebohongan dapat
menumbuhkan ketidakpercayaan.
• Peganglah kepercayaan orang lain dalam diri anda, dan kepercayaan
itu antara lain lewat perkataan. Jangan bersumpah palsu karena itu
dapat meruntuhkan seluruh amal kebaikan yang pernah dilakukan.
• Jangan berkata kotor, memaki; sebab selain dilarang oleh nilai dan
norma itu akan menyebabkan orang lain tidak menyukai dan tidak
menghormati kita.
• Jangan membuka aib orang, karena orang yang demikian tidak dapat
dipercaya dan mengundang kebencian orang.
Ada pepatah yang mengatakan “berjalan peliharalah kaki, berkata
peliharalah lidah”. Artinya peliharalah segala sesuatu yang baik dalam
keadaannya. Dengan hal tersebutlah kita menjunjung tinggi tata krama,
adat istiadat, nilai agama, hukum serta kebiasaan yang berlaku. Hal ini
5
Page 9
juga berlaku ketika berbicara dengan menggunakan media lain seperti
telepon atau surat.
Tata krama pergaulan.
Tata krama pergaulan adalah sopan santun dan etika bergaul dengan
siapa pun ( guru, atasan, teman, keluarga, orang tua ). Tata krama ini
akan menghasilkan hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan
dalam pergaulan. Tata krama pergaulan tetap memberlakukan adat
istiadat, nilai agama, norma hukum dan kebiasaan yang berlaku di
masyarakat. Indonesia adalah negara dengan beragam budaya atau
kebiasaan, oleh karena itu kita harus mengetahui tentang budaya-budaya
tersebut agar dalam pergaulan tidak terjadi kesalahpahaman. Salah satu
bentuk perbedaan paham yaitu ketika orang berkenalan dengan berjabat
tangan merupakan suatu yang lumrah, namun harus disesuaikan dengan
paham orang yang diajak berkenalan karena ada orang yang memiliki
paham bahwa menganggap berjabat tangan ( terutama dengan lawan
jenis ) adalah dosa. Kesan pertama anda ketika melakukan perkenalan
akan mempengaruhi hubungan selanjutnya.
Tata cara bertamu ( berkunjung ke rumah orang lain ) ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan :
• Bertemu pada waktu yang tepat. Jangan bertamu pada saat jam
istirahat ( tidur siang atau malam ).
• Mengucapkan salam.
• Jangan masuk ke kamar tidur tempat kita bertemu.
• Jangan marah, membentak, membanting sesuatu ketika bertamu.
Demikian juga ketika menerima tamu :
• Terimalah tamu dengan senyum keramah-tamahan.
• Bila tamu datang dan anda ketika akan pergi untuk suatu keperluan
yang penting, katakan dengan terus terang tanpa menyinggung
perasaan tamu tersebut.
6
Page 10
Tata krama penampilan.
Penampilan lahiriah seseorang ( cara berbicara, cara bersolek, cara
berjalan, cara makan ) akan memberikan kesan langsung kepada orang
lain tentang siapa diri kita. Karena itu dalam beberapa situasi kita perlu
memperhatikan penampilan kita. Dalam berbusana, perhatikanlah tata
cara berbusana. Pilihan busana hendaknya disesuaikan dengan bentuk
tubuh, warna kulit, warna baju, situasi, waktu dan tempat atau pun acara
yang dihadiri. Jangan menggunakan baju yang norak atau tidak nyaman
untuk dikenakan. Berpakaian dengan sembarangan akan menjadi pusat
perhatian atau keanehan dalam pergaulan. Bagaimana dengan berpakaian
di sekolah hendaknya disesuaikan dengan aturan berpakaian yang ada di
sekolah tersebut. Tata cara bersolek, gunakanlah perhiasan yang sesuai
dengan situasi dan kondisinya. Jangan menggunakan asesoris yang
berlebihan yang tidak mencerminkan kepribadian anda. Tata cara
berjalan, jika seorang pria dan wanita berjalan hendaknya posisi pria
melindungi si wanita yaitu pria pada sisi yang dekat dengan lalu lintas
baik sisi kanan atau pun kiri sesuai dengan arah lalu lintas, jika ada 2 pria
hendaknya si wanita berada di tengah-tengah, dan apabila lalu lintas
sedang ramai sebaiknya berjalan seperti berbaris ( satu di depan, satu di
tengah dan satu di belakang ). Tata cara makan masing-masing suku atau
budaya berbeda. Oleh karena itu kita perlu mempelajari tata cara makan
di daerah kita supaya ketika makan bersama kita tidak menjadi bahan
pergunjingan orang. Tata cara makan yang umum hendak diperhatikan
terutama pada saat acara resmi. Jika hendak duduk hendaknya dari sisi
sebelah kiri dan begitu pula jika hendak keluar, serbet yang terlipat di
buka dan taruh di atas pangkuan untuk menahan makanan yang jatuh.
Ketika makan hendaknya jangan berbicara karena orang yang melihat
makanan dalam mulut akan merasa jijik dan mungkin saja makanan
tersebut akan jatuh. Ketika makan hendaknya jangan memasukkan
makanan terlalu banyak hingga pipi menjadi membesar, hal itu
mengindikasikan bahwa orang tersebut rakus terhadap makanan. Ingatlah
7
Page 11
tata krama makan walau pun tampaknya sepele namun itu menunjukkan
tingkat kepribadian anda.
2.2. Indikator.
Indikator tingkah laku dan hubungan sosial yang menjunjung tinggi
tata krama, sopan santun, adat istiadat, nilai agama, hukum serta kebiasaan
yang berlaku, yaitu :
- Menunjukkan sikap menghormati, berpedoman, dan melaksanakan
secara suka rela dan penuh tanggung jawab tata krama, sopan santun,
adat istiadat, nilai agama dan kebiasaan yang berlaku.
- Menampilkan sikap sopan santun atau tata cara sikap baik yang
mengatur keharmonisan dalam bergaul.
- Menunjukkan sikap yang berbudi pekerti yang baik.
- Memperlihatkan prilaku yang sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
- Mampu berprilaku sesuai dengan norma hukum yang berlaku di mana
pun berada.
- Berprilaku sesuai dengan kebiasaan atau adat yang sudah menjadi
warisan di masyarakat.
2.3. Strategi Pelaksanaan.
Strategi yang digunakan untuk memantapkan prilaku dan
berhubungan sosial yang menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, nilai
agama, adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku baik di rumah, sekolah
maupun di masyarakat adalah dengan menggunakan pendidikan budi pekerti.
Alasan mengapa pendidikan budi pekerti digunakan dikarenakan pendidikan
budi pekerti memiliki visi yaitu mewujudkan pendidikan budi pekerti
sebagai bentuk pendidikan nilai, moral, etika yang berfungsi
menumbuhkembangkan individu warga negara Indonesia yang berakhlak
mulia dalam pikir, sikap, dan perbuatannya sehari-hari, yang secara
kurikuler benar-benar menjiwai dan memaknai semua mata pelajaran yang
relevan serta sistem sosial - kultural dunia pendidikan sehingga dari dalam
8
Page 12
diri setiap lulusan setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan terpancar
akhlak mulia. Dan misi pendidikan budi pekerti yaitu :
- Mengoptimalkan substansi dan praksis mata pelajaran yang relevan
khususnya Pendidikan Agama dan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan ( PPKn ), serta mata pelajaran lainnya yang relevan
sebagai wahana pendidikan budi pekerti sehingga para peserta didik
bukan hanya cerdas secara rasional, tetapi juga cerdas secara emosional,
sosial, dan spiritual.
- Mewujudkan tatanan dan iklim sosial budaya dunia pendidikan yang
sengaja dikembangkan sebagai lingkungan pendidikan yang
memancarkan akhlak/moral luhur sebagai wahana bagi siswa, tenaga
kependidikan, dan manajer pendidikan untuk membangun interaksi
edukatif dan budaya sekolah yang juga memancarkan akhlak mulia.
- Memanfaatkan media massa dan lingkungan masyarakat secara selektif
dan adaptif guna mendukung keseluruhan upaya penumbuhan dan
pengembangan nilai-nilai budi pekerti luhur baik yang melalui mata
pelajaran yang relevan maupun yang melalui pengembangan budaya
pendidikan di sekolah.
Menurut pendapat Cahyoto ( 2002 : 18-22 ), ruang lingkup atau scope
pembahasan nilai budi pekerti yang bersumberkan pada etika atau filsafat
moral menekankan unsur utama kepribadian, yaitu kesadaran dan
berperannya hati nurani dan kebajikan bagi kehidupan yang baik
berdasarkan sistem dan hukum nilai-nilai moral masyarakat. Hati nurani
( ada yang menyebutnya kata hati, suara hati, dan suara batin ) adalah
kesadaran untuk mengendalikan atau mengarahkan perilaku seseorang
dalam hal-hal yang baik dan menghindari tindakan yang buruk. Kebajikan
atau kebaikan merupakan watak unggulan yang berguna dan menyenangkan
bagi diri sendiri dan orang lain sesuai dengan pesan moral ( Solomon, 1984:
100 ). Mengingat budi pekerti merupakan etika praktis atau terapan yang
bersumber dari masyarakat ( kesusilaan atau moralitas, agama, hukum, adat
istiadat setempat ), maka konsep budi pekerti menjadi lebih luas lagi dengan
menyerap aspek budi pekerti dari lingkungan yang makin meluas
9
Page 13
( environmental development approach ). Dari lingkungan yang makin
meluas inilah budi pekerti mengandung nilai moral lokal ( aturan keluarga,
kerabat dan tatanan lingkungan setempat ), nasional ( tatanan demokrasi,
loyalitas, nasionalisme, undang-undang, hukum, hak asasi manusia, dan
lain-lain ), dan internasional ( hukum internasional, hubungan dan kerja
sama antar bangsa, perdamaian dan keamanan ) dan masih banyak konsep
lain yang menjadi norma dan berlaku bagi kesejahteraan lingkungan.
Pendidikan budi pekerti yang khusus berkaitan dengan pendidikan agama
dipelajari tersendiri oleh siswa melalui pendidikan agama.
Pendekatan yang digunakan dalam pendidikan budi pekerti secara
umum yaitu sebagai berikut :
- Penyisipan ( plug in ).
- Perbaikan ( improvement ) dengan cara mengoptimalkan isi, proses,
dan pengelolaan pendidikan saat ini guna mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Strategi pelaksanaan pendidikan budi pekerti dilaksanakan sebagai
berikut :
Upaya Pembinaan.
Untuk menjadikan seorang anak didik memiliki budi pekerti luhur atau
akhlak mulia diperlukan pembinaan terus-menerus dan
berkesinambungan di sekolah. Pembinaan akan berhasil hanya dengan
usaha keras dan penuh kesabaran dari para guru, selain itu harus
didukung oleh peran serta dari orang tua murid dan masyarakat. Dalam
pembinaan atau penanaman budi pekerti luhur terhadap para siswa di
sekolah diperlukan upaya keras dari semua guru secara bersama-sama
secara konsisten dan berkesinambungan dengan pendekatan yang tepat,
yaitu sebagai berikut :
• Dengan menciptakan situasi yang kondusif atau yang mendukung
terwujudnya budi pekerti luhur pada diri siswa. Situasi yang kondusif
tersebut dapat terwujud dengan pendekatan :
10
Page 14
Dialogis, antara guru dengan siswa, antara orang tua dan guru,
dialog dapat dilakukan secara pribadi, kelompok, atau dengan
seluruh siswa dalam kegiatan upacara bendera.
Komunikatif, apa saja yang ingin kita laksanakan, dan kalau ada
hal-hal penting yang perlu disampaikan, maka sampaikanlah
kepada para siswa secara pribadi dengan guru BP, dengan
kelompok kelas oleh wali kelas, dan seluruh siswa oleh kepala
sekolah atau wakil kepala sekolah. Demikian juga komunikasi
antara guru dan siswa, dapat pula dilakukan dengan guru pembina
kegiatan ekstrakurikuler dalam berbagai kesempatan.
Keterbukaan, dialog ataupun komunikasi yang dilakukan harus
terbuka, para siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan
pendapatnya.
Situasi kondusif antara lain dapat tercermin dengan adanya suasana
damai, sejuk, penuh kekeluargaan, dan kebersamaan.
• Mengoptimalkan pendidikan Budi Pekerti pada mata pelajaran agama
dan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
( PPKn ) terutama yang bertujuan untuk membentuk tingkah laku dan
hubungan sosial yang positif pada siswa. Guru agama diharapkan
mampu memilih materi pendidikan agama yang mengandung materi
yang berkaitan dengan budi pekerti. Contohnya adalah :
Materi yang berkaitan dengan akhlak mulia berkaitan pula dengan
materi budi pekerti luhur. Misalnya pendidikan untuk membentuk
siswa ikhlas dalam membantu sesama. Keikhlasan sendiri termasuk ke
dalam unsur budi pekerti dan termasuk dalam prilaku yang berakhlak
mulia. Seperti tercantum dalam Bhagavad-Gita :
11
Page 15
Terjemahan :
Wahai Dhananjaya, jauhkanlah perbuatan-perbuatan rendah
melalui kesadaran keseimbangan seperti itu. Berlindunglah pada
kesadaran seperti itu, oleh karena orang menginginkan pahala dari
perbuatan-perbuatannya sesungguhnya adalah orang yang pelit.
( Bhagavad-Gita, 2012 : 254 )
Terjemahan :
Orang-orang suci membebaskan dirinya dari pahala-pahala yang
lahir dari perbuatan dengan menekuni Bhakti kepada Tuhan Yang
Maha Esa dalam kesadaran suci. Mereka terbebaskan dari
perputaran kelahiran dan kematian dan mencapai alam kekekalan.
Dan dalam Saramuscaya yang membahas tentang pergaulan
dinyatakan sebagai berikut :
“Meskipun sedikit kepandaian/kebijaksanaan seseorang, apabila
bertempat tinggal dengan orang yang pandai/bijaksana dan selalu
bertanya ilmu pengetahuan dengannya, maka akan semakin
bertambah pandai/bijaksanalah hasilnya, bagaikan zat warna yang
jatuh pada air, akan menyebar dan akhirnya mewarnai air itu.”
Sloka 302.
“Mereka yang utama budi tidak memikirkan cacat dan dosa orang
lain, pun tidak akan mengeluarkan kata-kata kasar dalam
menanggapi celaan dan hinaan orang. Dalam hatinya yang dilihat
hanyalah kebajikan dan perbuatan baik orang dan selalu
berpikiran positif. Tidak ada kemungkinan apapun yang dapat
membuatnya menyimpang dari kebajikan dan kebijaksanaan, ia
12
Page 16
selalu berkeadaan teguh pada susila, etika, dan sopan santun.
Orang baik dan bijaksana disebut juga sebagai manusia utama.”
Sloka 307.
Materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ) yang
mengandung materi budi pekerti luhur harus dikaitkan antara
keduanya. Semua pokok bahasan PPKn mengandung materi budi
pekerti. Hanya saja dalam penyampaiannya guru PPKn harus dengan
cermat melihat materi PPKn untuk menyampaikan materi tersebut
kepada para siswa. Misalnya membahas tentang kebhinekaan bangsa
Indonesia yang dikaitkan dengan bagaimana bertingkah laku dan
berhubungan sosial sesuai dengan adat atau budaya masing-masing
daerah.
• Peningkatan kerja sama dengan orang tua murid dan masyarakat. Pada
dasarnya tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab tri
pusat pendidikan, yaitu
• Orang tua.
• Sekolah/pemerintah.
• Masyarakat.
Peran orang tua dalam menyukseskan pendidikan budi pekerti sangat
besar. Hal ini dikarenakan pada dasarnya sikap, perilaku, dan budi
pekerti anak itu dimulai dari keluarga ( orang tua ). Orang tualah yang
mengajarkan kepada anak tentang budi pekerti melalui keteladanan
dari orang tua, dan penerapan aturan yang berlaku di lingkungan
keluarga. Namun demikian, adakalanya tidak semua keluarga
mempunyai anak yang memiliki budi pekerti luhur, bahkan sekarang
banyak anak yang mempunyai budi pekerti kurang baik. Terhadap
anak yang mempunyai budi pekerti kurang baik, diharapkan orang tua
memberitahu pihak sekolah agar dapat diberikan pembinaan.
Sedangkan peran masyarakat dalam pendidikan budi pekerti juga tidak
kalah penting. Kehidupan sekolah tidak lepas dari kehidupan
masyarakat di sekitarnya. Dalam banyak kasus, banyak pula para
siswa yang berbudi pekerti kurang baik mengganggu ketenangan
13
Page 17
hidup masyarakat, dengan melakukan hal-hal yang tidak terpuji,
misalnya mencuri, berkelahi, menyalahgunakan obat-obatan terlarang,
suka minum-minuman keras, narkoba, tawuran, dll. Kepada anggota
masyarakat yang melihat siswa melakukan perbuatan negatif tersebut,
agar segera melapor ke pihak sekolah atau yang berwajib untuk
pembinaan selanjutnya. Kepedulian masyarakat terhadap pelaksanaan
penanaman budi pekerti atau perannya sebagai Social Control sangat
diharapkan.
Sifat Pembinaan.
Untuk mengetahui apakah seorang anak didik telah berbudi pekerti
terutama dalam hal bertingkah laku dan berhubungan sosial yang sesuai
dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, nilai agama adat
istiadat dan kebiasaan yang berlaku dapat dinilai dari kecenderungan
tingkah laku atau perilaku yang ditunjukkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Sifat-sifat yang mengandung budi pekerti luhur antara lain sebagai
berikut :
• Tingkah laku.
- Bekerja keras.
Sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak
suka berpangku tangan, sela lu gigih dan sungguh-sungguh dalam
melakukan suatu pekerjaan, suka bekerja keras, tekun, dan pantang
menyerah.
- Berdisiplin.
Seseorang dikatakan disiplin apabila melakukan pekerjaan dengan
tertib dan teratur sesuai dengan waktu dan tempatnya, serta
dikerjakan dengan :
a. penuh kesadaran;
b. ketekunan;
c. tanpa paksaan dari siapa pun atau ikhlas.
- Beriman.
Sikap dan perilaku yang menunjukkan keyakinan akan adanya
Tuhan Yang Maha Esa ini diwujudkan dengan. kepatuhan dan
14
Page 18
ketaatan dalam melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi segala
larangan-Nya.
- Bersyukur.
Sikap dan perilaku yang pandai berterima kasih atas rahmat dan
nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai manusia yang beriman
kita harus senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh
Tuhan Yang Maha Esa kepada kita, nikmat yang kita peroleh dari
Tuhan tidak terbatas jumlahnya.
- Bertanggung jawab.
Sikap dan perilaku yang berani menanggung segala akibat dari
perbuatan yang telah dilakukannya.
- Bertenggang rasa.
Sikap dan perilaku yang mampu mengekang keinginan dan
kepentingan diri dengan ikut memerhatikan kepentingan orang lain.
- Cermat.
Sikap dan perilaku yang menunjukkan ketelitian dan kehati-hatian.
- Hemat.
Sikap dan perilaku yang menghargai dan memanfaatkan waktu,
dana, dan pikiran sesuai dengan kebutuhan dan tidak menggunakan
sesuatu secara berlebihan.
- Jujur.
Sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang,
berkata apa adanya, dan berani mengakui kesalahan.
- Menghargai karya orang lain.
Sikap dan perilaku yang menunjukkan bahwa orang harus bekerja
untuk memperoleh nafkah sehingga kita harus menghargai upaya
orang lain.
- Menghargai waktu.
Sikap dan perilaku yang mampu memanfaatkan waktu yang
tersedia secara efisien dan efektif.
- Pengendalian diri.
15
Page 19
Sikap dan perilaku yang mempertimbangkan keseimbangan antara
dorongan dari dalam diri ( berupa dorongan nafsu ) dan dari luar
diri ( berupa aturan-aturan yang mengekang ).
- Rela berkorban.
Sikap dan perilaku yang tindakannya dilakukan dengan ikhlas hati
dan kehendak sendiri.
- Rendah hati.
Sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan diri.
- Sabar.
Sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam
mengendalikan gejolak diri.
- Setia.
Sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian
atas perjanjian yang telah dibuat.
- Tertib.
Sikap dan perilaku yang teratur, taat asas, dan konsisten.
- Sopan santun.
Sikap dan perilaku yang tertib sesuai dengan adat istiadat atau
menurut norma yang berlaku di masyarakat.
- Sportif.
Sikap dan perilaku kesatria, adil, dan jujur, baik terhadap kawan
maupun lawan.
- Susila.
Sikap dan perilaku yang sesuai dengan harapan masyarakat, yang
dikendalikan oleh nurani dalam tatanan kehidupan yang
menyangkut pengendalian nafsu manusia.
- Tegas.
Sikap dan perilaku yang tidak ragu-ragu dan dalam keadaan sulit
berani mengambil keputusan yang pasti.
16
Page 20
- Tekun.
Sikap dan perilaku yang menunjukkan kesungguhan yang penuh
daya tahan dan terus-menerus serta tetap semangat dalam
melakukan sesuatu.
- Tangguh.
Sikap dan perilaku yang sukar dikalahkan dan tidak mudah
menyerah dalam mewujudkan suatu tujuan dan cita-cita tertentu.
- Tepat janji.
Sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan yang
bertanggung jawab terhadap apa yang telah disetujui, baik pada diri
sendiri maupun bersama orang lain.
- Ulet.
Sikap dan perilaku yang tetap bertahan meskipun menghadapi
hambatan yang sangat besar atau sulit, tidak mudah putus asa.
2.4. Setting Praktek.
• Di rumah.
- Carilah segi positifnya.
Bagaimanapun tidak sepantasnya bentuk tingkah laku anak Anda,
cobalah untuk menemukan sesuatu yang positif untuk dipuji. Ini
tampaknya tidak mungkin, maka berikut ini ada beberapa contoh.
- Jika anak Anda mengaku tidak mematuhi sebuah perintah,
berarti dia adalah anak yang jujur.
- Jika anak Anda memulai perkelahian di sekolah, berarti dia
adalah anak yang kuat dan berani.
- Jika anak Anda berbohong, berarti dia memiliki imajinasi yang
baik.
Cara ini meniru teori belajar Operant Conditioning yaitu dengan
memberikan reward ( memuji dengan melihat sisi positif dari
tingkah laku negatif anak ) kemudian diikuti dengan menyebutkan
sisi negatif dari tingkah lakunya. Dengan begitu anak akan sadar
bahwa tingkah lakunya ternyata salah dan anak akan cenderung
17
Page 21
untuk memperbaiknya, cara ini cukup efektif dibandingkan hanya
dengan memberikan punisment kepada anak terhadap prilaku buruk
yang ia tunjukkan yang cenderung membuat anak tersebut semakin
berbuat ke arah negatif. Pemberian hukuman ( terutama hukuman
yang berat ) jika terpaksa sebaiknya hanya dilakukan kepada anak
yang telah berusia 14 tahun ke atas dan untuk anak yang belum
mencapai umur tersebut sebaiknya tidak diberikan hukuman ( Rai
Partia, dalam Meyorot Aneka Masalah Umat Hindu, 1996 ).
- Memberi contoh perilaku yang sepantasnya.
Anak-anak sering kali melakukan hal yang menurut kita tidak
pantas, kadang-kadang mereka memerlukan orang dewasa untuk
menghentikan dan memperlihatkan kepada mereka jalan yang lebih
baik. Sebagai orang tua, Anda adalah orang yang akan ditirukan
oleh anak Anda lebih dari orang lain. Karena itu, memberi contoh
adalah cara terbaik dan termudah untuk mendidik anak Anda
Memberi contoh adalah hal yang mudah dipelajari dengan
pengamatan. Dengan kata lain, anak Anda akan mempelajari apa
tingkah laku yang pantas dengan melihat dan menirukan Anda.
Istilah percontohan ( modeling ), belajar dengan mengamati
( observation learning ), menirukan ( imitation ), belajar sosial
( social learning ), dan belajar mengalami dipergunakan saling
bergantian. Melalui proses belajar mengamati, klien dapat belajar
melaksanakan perbuatan-perbuatan yang diinginkan tanpa belajar
trial and error. Bandura ( 1969 , 1971a, 1971b, 1977 ) menekankan
pentingnya peranan percontohan dalam pengembangan dan
perubahan tingkah laku manusia. Tingkah laku yang orang tua
tampilkan di sini tentu tingkah laku yang sesuai dengan nilai agama,
adat istiadat, tata krama yang berlaku. Seperti misalnya,
mengucapkan panganjali umat ketika baru masuk ke dalam rumah.
- Katakan “Tidak”.
Mengatakan “tidak” di sini bertujuan untuk mengontrol tingkah
laku anak di rumah untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak
18
Page 22
sesuai atau bertentangan dengan tata krama, sopan santun, nilai
agama, adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku. Ketika
menyatakan kalimat penolakan dengan kata “tidak” tersebut agar
lebih efektif sebaiknya dikatakan dengan tegas dan jelas serta dapat
diperkuat dengan menggunakan bahasa tubuh agar si anak merasa
bahwa hal tersebut benar-benar tidak boleh untuk dilakukan
misalnya mengatakan tidak untuk menolak keinginan anak untuk
ikut keluar bersama temannya hingga larut malam dengan diikuti
menggunakan jari tangan yang digerakkan ke samping kanan dan
kiri.
- Tentukan batasan yang jelas.
Rumah adalah pengenalan pertama pada cara kerja di dunia.
Rumah merupakan suatu dunia dalam bentuk kecil, suatu
masyarakat kecil. Dengan memberikan batas kepada anak di rumah,
berarti kita telah mengajarkan bahwa aturan, hukum, dan larangan
berlaku di mana pun. Jika anak belajar menghargai aturan pada usia
yang masih muda, mereka akan diselamatkan dari penderitaan di
masa mendatang. Aturan seharusnya ditetapkan dengan jelas dan
sesingkat mungkin sehingga anak dapat mengerti dan
mengingatnya. Anak harus mengetahui di mana aturan digariskan
dan bahwa konsekuensi negatif akan berlaku, seperti dalam dunia
sebenarnya, jika mereka memilih melanggar aturan. Konsekuensi
negatif, atau hukuman, diartikan di sini sebagai cara yang
digunakan untuk mengurangi tingkah laku buruk pada anak.
Sebaliknya, adalah penting untuk memberikan kepada anak
konsekuensi positif, jika dia tetap mematuhi aturan. Konsekuensi
positif adalah berbagai cara atau imbalan yang Anda lakukan untuk
mendorong tingkah laku anak Anda yang baik, misalnya memuji,
memberi afeksi, dalam bentuk barang, atau meluangkan waktu
untuknya. Contoh pemberian batasan yang jelas kepada anak
adalah dengan membatasi bagaimana ia berpakaian agar tidak
19
Page 23
melanggar tata krama berpenampilan di lingkungan keluarga dan
masyarakat tentunya.
• Di sekolah.
Pengintegrasian dalam kehidupan sehari-hari.
- Keteladanan atau Contoh
Kegiatan pemberian contoh atau teladan di sini maksudnya adalah
suatu kegiatan yang dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, staf
administrasi di sekolah yang dapat dijadikan sebagai model bagi
peserta didik. Dalam hal ini guru berperan langsung sebagai contoh
bagi peserta didik. Segala sikap dan tingkah laku guru, baik di
sekolah, di rumah, maupun di masyarakat hendaknya selalu
menunjukkan sikap dan tingkah laku yang baik, misalnya
berpakaian dengan sopan dan rapi, bertutur kata dengan baik, tidak
makan sambil berjalan, tidak membuang sampah di sembarang
tempat, mengucapkan salam apabila bertemu orang, tidak merokok
di lingkungan sekolah. Belajar meniru disebut belajar observasi
( observation learning ), yang meliputi aktivitas menguasai respon
baru atau mengubah respon lama sebagai hasil dari mengamati
perilaku model.
- Kegiatan Spontan
Kegiatan spontan yang dimaksud di sini adalah kegiatan yang
dilaksanakan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini
biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui adanya sikap atau
perilaku peserta didik yang kurang baik, seperti meminta sesuatu
dengan berteriak-teriak, mencoret-coret dinding, dan sebagainya.
Apabila guru mengetahui sikap atau perilaku peserta didik yang
demikian, hendaknya secara spontan diberikan pengertian dan
diberitahu bagaimana sikap atau perilaku yang baik, misalnya kalau
meminta sesuatu dilakukan dengan sopan dan tidak berteriak-teriak.
Kegiatan spontanitas tidak saja berkaitan dengan perilaku peserta
didik yang negatif, tetapi pada sikap atau perilaku yang positif juga
perlu ditanggapi oleh guru. Hasil ini dilakukan sebagai penguatan
20
Page 24
bahwa sikap atau perilaku tersebut sudah baik dan perlu
dipertahankan sehingga dapat dijadikan teladan bagi teman-teman.
- Teguran.
Guru perlu menegur peserta didik yang melakukan perilaku buruk
dan mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik
sehingga guru dapat membantu mengubah tingkah laku mereka.
- Pengkondisian lingkungan.
Suasana sekolah perlu dikondisikan sedemikian rupa, dengan
penyediaan sarana fisik. Contohnya dengan penyediaan tempat
sampah, jam dinding, slogan mengenai budi pekerti yang mudah
dibaca oleh peserta didik, aturan tata tertib sekolah yang
ditempelkan pada tempat yang strategis sehingga setiap peserta
didik mudah membacanya.
- Kegiatan rutin.
Kegiatan rutinitas merupakan kegiatan yang dilakukan peserta
didik secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Contoh
kegiatan ini adalah berbaris masuk ruang kelas, berdoa sebelum
dan sesudah kegiatan, mengucapkan salam apabila bertemu dengan
orang lain, dan membersihkan kelas serta belajar secara rutin dan
rajin.
Pengintegrasian dalam kegiatan yang telah diprogramkan.
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang jika akan dilaksanakan
terlebih dahulu dibuat perencanaannya atau diprogramkan oleh
guru. Hal ini dilakukan jika guru menganggap perlu memberikan
pemahaman atau prinsip-prinsip moral yang diperlukan. Berikut
contoh kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengintegrasikan
perilaku minimal dalam program kegiatan yang direncanakan oleh
sekolah.
Perilaku Minimal Perilaku Minimal
Taat kepada ajaran agama Diintegrasikan pada kegiatan peringatan hari-hari besar keagamaan.
Toleransi Diintegrasikan pada saat kegiatan yang menggunakan metode tanya jawab, diskusi kelompok.
Disiplin Diintegrasikan pada saat kegiatan olahraga, upacara
21
Page 25
bendera, dan menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Tanggung jawab Diintegrasikan pada saat tugas piket kebersihan kelas dan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Kasih sayang Diintegrasikan pada saat melakukan kegiatan sosial dan kegiatan melestarikan lingkungan.
Gotong royong Diintegrasikan pada saat kegiatan bercerita atau berdiskusi tentang gotong royong menyelesaikan tugas-tugas keterampilan.
Kesetiakawanan Diintegrasikan pada saat kegiatan bercerita, berdiskusi, misalnya mengenai kegiatan koperasi, pemberian sumbangan.
Hormat-menghormati Diintegrasikan pada saat menyanyikan lagu-lagu tentang hormat-menghormati, saat kegiatan bermain drama, dan sebagainya.
Sopan santun Diintegrasikan pada kegiatan bermain drama dan berlatih membuat surat.
Jujur Diintegrasikan pada saat melakukan percobaan, menghitung, bermain, dan bertanding.
• Di masyarakat.
Pada setting di masyarakat menggunakan cara social control. Dalam hal
ini masyarakat bertindak sebagai pengawas terhadap tingkah laku yang
dilakukan oleh anak didik, dan apabila terjadi suatu bentuk tindakan
yang melanggar nilai agama, adat istiadat, sopan santun, tata krama
yang berlaku di masyarakat, maka anggota masyarakat diharapkan
melaporkannya kepada sekolah atau keluarga siswa yang bersangkutan.
Misalnya seorang remaja yang masuk seka truna truni namun tidak
hadir dalam acara rapat seka tersebut karena alasan yang tidak diketahui
dapat dilaporkan kepada anggota keluarganya. Dan selain pengawasan
kepada peserta didik, pengawasan juga ditujukan kepada setiap
anggota masyarakat di lingkungan tersebut guna menciptakan
kehidupan masyarakat yang “adil”.
• Mempertahankan sikap yang baik pada anak didik.
Cara yang dapat digunakan adalah dengan memberikan reward pada
anak didik yaitu seperti berikut :
- Pujian berupa kata-kata atau kalimat yang diucapkan guru setelah
melihat sikap atau perilaku peserta didik yang baik. Seperti kata
''bagus", contohnya "bagus, kamu telah dapat mengubah tingkah
22
Page 26
lakumu menjadi lebih baik" atau "Ucapan Selamat", atau yang
lainnya.
- Pujian dalam bentuk mimik atau gerakan anggota badan yang
memberikan kesan pada peserta didik, misalnya anggukan kepala,
memberikan acungan jempol, senyuman, dan lain-lain.
- Memberikan benda sederhana seperti permen, pensil, buku, atau
lainnya yang bermanfaat.
• Mencegah prilaku yang tidak baik.
Berikut beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah prilaku
yang tidak diharapkan dari peserta didik :
- Memberikan perhatian atau pelayanan yang adil sesuai dengan
kebutuhan kepada setiap peserta didik agar tidak timbul rasa iri
atau cemburu.
- Memberikan sanksi pada anak yang melanggar aturan di rumah,
sekolah dan masyarakat.
- Memberikan pengertian mengenai nilai-nilai budi pekerti melalui
cerita.
- Menghindari penggunaan respons negatif.
- Memperdengarkan nilai-nilai budi pekerti kepada peserta didik
setiap saat atau memasang slogan-slogan di tempat-tempat terbuka,
seperti "Bersih itu sehat", "Sehat itu Nikmat", "Kebersihan Cermin
Kepribadian", "Sudah Rapikah Saya", dan sebagainya.
23
Page 27
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.
Berdasarkan apa yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa untuk dapat memantapkan tingkah laku dan hubungan
sosial anak di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat serta di tempat
kerja yang tidak melanggar tata krama, nilai agama, adat istiadat, sopan
santun dan kebudayaan yang berlaku, dapat diwujudkan melalui pendidikan
budi pekerti yang dilakukan pada setting lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat, serta pelaksanaannya sesuai dengan strategi yang telah di
sebutkan. Dengan strategi dan setting yang tepat akan dapat membentuk
tingkah laku dan cara berhubungan sosial anak sesuai dengan indikator
prilaku yang ingin dibentuk.
3.2. Komentar.
Menurut kami strategi dan setting yang telah dijelaskan tersebut hanya
akan efektif jika semua pihak terlibat dan memberikan kontribusi dalam
pelaksanaannya. Pihak-pihak yang dimaksud adalah mulai dari lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat dan tentunya anak didik yang ingin
dimantapkan prilaku dan cara berhubungan sosialnya sesuai dengan tata
krama, adat istiadat, sopan santun dan kebiasaan yang berlaku yang
kesemuanya tersebut terangkum dalam nilai-nilai budi pekerti.
3.3. Saran.
Saran kami untuk efektivitas dari apa yang telah kami paparkan pada
bab sebelumnya, semua pihak yang terlibat dalam pembentukan dan
pemantapan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti ini
diharapkan aktif dalam menjalankan tugasnya. Karena jika tidak, maka
harapan untuk membentuk tingkah laku dan cara berhubungan sosial
tersebut tidak akan tercapai sebagai mana yang kita harapkan.
24
Page 28
DAFTAR PUSTAKA
Lighter, Dawn. 1999. Gentle Discipline 50 Cara Efektif Menanamkan Tingkah
Laku Positif pada Anak. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Jensen, G. D. & Suryani, Luh Ketut. 1996. Orang Bali Penelitian Ulang Tentang
Karakter. Bandung : Penerbit ITB.
Sedanayasa, Gede. 2009. Keterampilan Komunikasi. Singaraja : Jurusan
Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan
Ganesha.
Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung : PT.
Refika Aditama.
Zuriah, Nurul. 2011. Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Partia, I Gusti Rai. 1996. Menyorot Aneka Masalah Umat Hindu. Denpasar :
Yayasan Dharma Naradha.
Habsari, Sri. 2010. Bimbingan dan Konseling SMA untuk Kelas X. Jakarta : PT.
Grasindo.
----------. 2013. Buku Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta :
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Darmayasa. 2012. Bhagavad Gita. Denpasar : Yayasan Dharma Sthapanam.
Anonimous. 2010. Perilaku Menyimpang dan Pengendalian Sosial ( Kontrol
Sosial ). Diakses pada 25 September 2013 dari http://wartawarga.
gunadarma.ac.id/2010/04/perilaku-menyimpang-dan-pengendalian-sosial-
kontrol-sosial/
Mustofa, Muhammad. 2000. Memahami Kerusuhan Sosial, Suatu Kendala
Menuju Masyarakat Madani. Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No. I
September 2000 : 10 - 19.
Sadnyari, Dayu. 2012. Sloka 300-351 Sarasamuscaya. Diakses pada 24
September 2013 dari http://yadnya-banten.blogspot.com/2012/06/sloka-300-
351-sarasamuscaya-pergaulan.html.
25