JUNI-JULI 2012 I BACKPACKIN Fun | Relax | Low Budget Juni-Juli 2012 Wakatobi akronim nama dari empat pulau utama, yakni WA untuk Wangi-wangi, KA untuk Kaledupa, TO untuk Tomia, dan BI untuk Binongko. MENYELAMI PESONA WAKATOBI BULOK KEHIDUPAN SUKU BAJO KOMUNITAS INDONESIA BERKEBUN PROFIL IWAN SUNTER EDISI 16 Free Magazine
31
Embed
MENYELAMI - geographylovers.files.wordpress.com · DESA WISATA LIYA Kawasan ini terletak di ujung selatan ... Pemerintah Wakatobi pun melibat-kan masyarakat setempat untuk memban-gun
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n
Fu
n |
Re
lax
| L
ow
Bu
dg
et
Ju
ni-
Ju
li 2
012
Wakatobi akronim nama dari empat pulau utama, yakni WA untuk Wangi-wangi, KA untuk Kaledupa, TO untuk Tomia, dan BI untuk Binongko.
MENYELAMIPESONA WAKATOBI
BULOKKEHIDUPAN SUKU BAJO
KOMUNITAS INDONESIA BERKEBUNPROFILIWAN SUNTER
EDISI 16Free Magazine
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n1
CATPER15 SAMPAI JUMPA LAGI WAKATOBI
GALERI25 FOTO WAKATOBI
PENGANAN43 PAPEDA
AKSESORIS46 HAMMOCK
TIPS47 MENCARI DIVE OPERATOR
RESENSI49 LOST IN RAJA AMAPAT & SORONG
JEDA51 VARIAN BECAK SUMATERA
INTERAKSI53 PAK POLISIII !!!
KONTRIBUTOR56 BM EDISI 16
EDISI DEPAN57 WAEREBO
Daftar Isi
KOMUNITAS33 INDONESIA BERKEBUN
PROFIL37 IWAN SUNTER
BULOK27 KEHIDUPAN
SUKU BAJO
3 ORDINATMENYELAMI PESONA WAKATOBIWakatobi akronim dari nama empat pulau yakni WA untuk Wangi-wangi, KA untuk Kaledupa, TO untuk
Tomia, dan BI untuk Binongko.selatannya.
11 PANDUMENUJU WAKATOBIDari Makasar. Naik Pesawat Ekspress Air menuju Bandara Ma-tahora (Wanci).
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n
PANDU
1211 b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n
Dari Makasar
Naik Pesawat Ekspress Air (pesawat
kecil jenis Dornier, kapasitas 30 orang) menuju
Bandara Matahora (Wanci).
Dari Kendari
1. Naik pesawat Ekspress Air (khusus Kendari-
Wanci dapat harga subsidi).
2. Naik KM Aksar Saputra (Ekonomi Rp 130
ribu; Bisnis Rp 180 ribu; 10 jam; Senin, Selasa,
Kamis, dan Sabtu; berangkat pkl 10 WITA).
Jadwal sama untuk rute Wanci-Kendari.
MENUJU WANGI-WANGI
Dari Pelabuhan Wanci, terdapat kapal
kayu atau speedboat ke Pelabuhan Ambeua di
Kaledupa. Setiap hari; pk 10 WITA; Rp 50 ribu;
1-2 jam. Sementara dari Kaledupa ke Wanci,
setiap hari pkl 6 WITA.
Dari Pelabuhan Waha dan Usuku di
Tomia ke Pelabuhan Ambeua. Kapal kayu
Rp 50 ribu; Speedboat Rp 70 ribu; 1-2 jam.
MENUJU KALEDUPA
Tomia ada 2 pelabuhan: Usuku dan
Waha. Dari Wanci, ada kapal tiap hari menuju
2 pelabuhan tersebut; pkl 10 WITA; Rp 100
ribu; 3-4 jam. Dari Tomia ke Wanci, setiap hari;
Rp 100 ribu.
Dari Binongko ada kapal setiap Rabu, Ju-
mat, Minggu; Rp 50 ribu; 1-2 jam. Dari Tomia ke
Binongko; setiap hari; pkl 11 WITA; Rp 30 ribu.
MENUJU TOMIA
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n13
1. Di Wangi-Wangi, survey harga taksi dulu,
karena tidak ada tarif yang tercantum. Pato-
kannya: sewa taksi seharian Rp 250 ribu.
2. Harus diingat, gak boleh nyelam sebelum li-
censed.
3. Pakai Telkomsel! Indosat lemah, yang lain
mati.
4. Perempuan dilarang merokok, bisa ditegur
penduduk lokal.
5. Bikini tidak diperkenankan di pantai-pantai
umum.
6. Hindari tang top dan celana pendek. Adat
dan agama masih kental di Wakatobi, teruta-
ma Binongko.
7. Kalau berencana lama di Kaledupa, mengi-
naplah di Pulau Hoga.
8. Hubungi Muiz Bhojest untuk info up date.
Dia anak Jakarta yang lama di Wakatobi.
TIPS
1. Muiz Bhojest 085298806769
2. Ekspress Air Jakarta 021-65865656
3. Ekspress Air Kendari
0401-3131883/081341862495
4. Ekspress Air Makasar 0411-442021
Ekspress Air Wanci 082193071592
5. Pak Haris (Lan Sali Homestay) 085254954833
6. Pak Hamid (homestay Kaledupa)
081341030950
7. Pak Jufri (all about Hoga) 081524126271
CONTACT PERSON
PANDU
14
1. Penginapan Nita Sari
(Wanci, dekat pasar; Rp 50 ribu)
2. Lan Sali Homestay
(Wanci, 300 m dari kantor Kelurahan)
3. Pak Hamid Homestay
(Kaledupa, tidak jauh dari Pelabuhan Ambeua)
4. Pulau Hoga (tersedia 200 homestay)
PENGINAPAN
Dari Wanci ke Pelabuhan Bente di Binon-
gko; Selasa, Rabu, Minggu; pkl 10 WITA; Rp 100
ribu; 5-6 jam. Sebaliknya, dari Binongko ke Wanci
setiap Senin, Selasa, Jumat; Rp 100 ribu.
MENUJU BINONGKO
EKSPRESS AIR MENUJU WANGI-WANGI
NO KEBERANGKATAN HARI PUKUL HARGA(RP)
1 Jakarta Setiap hari 05:00 WIB 2 juta
2 Makasar Setiap hari 10:00 WITA
2 juta
3 Bau-Bau Setiap hari 11:00 WITA
1-2 juta
4 Kendari Setiap hari, kecuali Selasa
& Sabtu
12:30 WITA
300 ribu
5 Yogyakarta Setiap hari 06:00 WIB 2 juta
6 Surabaya Setiap hari 06:00 WIB 2 juta
EKSPRESS AIR DARI WANGI-WANGI
NO TUJUAN HARI PUKUL HARGA(RP)
1 Jakarta Setiap Sabtu 10:30 WITA 2 juta
2 Makasar Setiap hari 13:00 WITA 1,4-1,6 juta
3 Bau-Bau Setiap hari 13:00 WITA 500-850 ribu
4 Kendari Setiap hari, kecuali Se-
lasa & Sabtu
11:30 WITA 300 ribu
5 Yogyakarta Setiap Sabtu 10:30 WITA 2 juta
6 Surabaya Setiap Sabtu 10:30 WITA 2 juta
September hingga November atau Maret hingga
Mei, karena laut lebih tenang.
WAKTU TERBAIK
1. Snorkeling dan diving di mana-mana.
2. Menikmati atraksi lumba-lumba dengan
Dolphin Watching atau melihat sunrise dan
sunset di Hoga.
3. Berkenalan dengan Kampung Bajo di Wanci
dan Kaledupa.
4. Masuk Gua Tee Kasopi dan Gua Kontamale
di Wanci.
5. Hunting kerajinan tenun Wakatobi.
6. Makan Kasuami, Luluta (Nasi Bambu),
terangi (sashimi-nya Wakatobi).
AKTIVITAS TERBAIK
J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i nb a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n
S a m p a i J u m p a L a g i
W A K A T O B IEE MOORI. KANAE kalumangkemo. Huu kami teiri leyama, huu kami te luha. Huu kami
terajakii, huu kami tesalama. Mina kowila sampe apa kamaliyako. Oleh: Arozak Salam | Foto: Arozak Salam dan Muis Bhojest
CATPER
15 16A P R I L - M E I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n
“Ya Tuhan. Kini kami akan berlayar.
Berilah kami angin yang bagus, berilah kami
keteduhan. Berilah kami rezeki, berilah kami
keselamatan. Sejak kami berangkat, hingga
kami kembali.”
Kalimat tersebut mengawali kesiapan
hati saya dalam menyeberangi Laut Banda, dari
Kendari menuju Wakatobi, sepuluh jam den-
gan perahu kayu. Penumpang berbaring dialasi
matras beratapkan papan, kenyamanan pun
terbatasi. Sebuah nilai tukar yang harus ditebus
atas tiket seharga Rp 130 ribu. Di luar, gel-
ombang laut di penghujung Bulan Desember
mendominasi. Laut tengah berpesta, khusus-
18
nya setelah lepasnya senja. Saya pun terdiam,
berdoa dan memejamkan mata.
Kami tiba di pelabuhan Wanci,
Pulau Wangi-Wangi, dengan disambut
pemerintah setempat lewat pengalungan
kain tenun khas Wakatobi. Kedatangan
saya adalah dalam rangkaian Pertukaran
Pemuda Indonesia Australia. Sebuah
program kenegaraan, namun bukan be-
rarti kami dimanja. Menpora memberikan
uang Rp 20 juta kepada peserta PPIA yang
digunakan untuk program pengembangan
masyarakat. Jadi, akan banyak pekerjaan
yang harus kami selesaikan.
Kami dejemput untuk menuju Hotel
Wakatobi bertemu Kontingen Australia yang
sudah tiba sebelumnya karena mereka naik
pesawat. Serasa sudah berpisah lama, begitu
bertemu dengan mereka, kami langsung sal-
ing peluk, seperti merayakan pejuang yang
telah selamat dari medan perang.
“Bagaimana perjalanan tadi? Apa
kamu baik-baik saja? Ini saya belikan
minuman untukmu,” kata Ian, counterpart
saya, sembari menghampiri. “Oh ya, se-
lamat datang di Wakatobi,” dia tersenyum.
Selama 1 bulan saya tinggal di rumah
penduduk, di rumah keluarga La Bauna. Bers-
17
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n19 20
ama divisi pariwisata dalam kegiatan pem-
berdayaan masyarakat, saya bereksplorasi di
kehidupan daratan dan lautannya.
Wangi seperti harumnya cengkeh,
maka orang menyebutnya Pulau Wangi-
Wangi. Pulau tersebut merupakan ibukota
Kabupaten Wakatobi. Di pulau ini saya ting-
gal, di Desa Patuno. Letaknya hanya beber-
apa ratus meter dengan Pantai Moli Sahatu
dan Patuno Resort.
Sore hari biasanya saya pergi ke Pantai
Moli Sahatu. Airnya tenang, lautnya dangkal
dan dikelilingi tebing yang berpepohonan. Tem-
pat yang cocok untuk merentangankan badan,
terapung menatap lembayung. Jika haus, saya
minum di mata air seribu, dan jika lelah saya ber-
baring di satu-satunya bilik kayu yang ada di situ.
Kadang ketika saya bosan, saya pergi
ke dermaga di Patuno Resort. Teman-teman
saya pasti tahu, bahwa secangkir coklat
panas adalah yang saya selalu pesan. Dalam
hitungan sekejap juga, saya bisa tenggelam
untuk kemudian bernapas setelah loncat dari
dermaga. Kadang saya pun menghilang.
Tidak banyak orang tahu bahwa
tepat di belakang rumah yang saya
tinggali, terdapat bangkai kapal laut yang
dalam sejarahnya sudah berlayar hingga
Papua. Nasibnya memang hanya rong-
sok, kecuali jika saya beserta adik angkat
dan kawan dari Australia berada di sana.
Tempat menatap langit dan tempat
berpijak ketika kami akan loncat seting-
gi-tingginya dari puncak kapal menuju
rengkuhan lautan.
Di lain desa, terdapat sebuah pulau
bernama Matahora, jaraknya hanya 20
menit dari Desa Patuno. Saya singgah di
Pantai Sousu yang kini telah dilengkapi pa-
pan nama objek wisata. Nuansanya teduh
di bawah kanopi pepohonan kelapa. Den-
gan dua ribu rupiah, seorang bocah bisa
menawarkan kelapa muda sebagai peleng-
kap suasana.
Hingga tiba di Desa Matahora, sapalah
kepala desanya. Beliau akan menyewakan
perahu mesin seharga seratus ribu rupiah
dengan kapasitas empat penumpang. Pulau
Matahora hanya terpisah lautan 15 menit dari
tempat tersebut.
Bergerak pulalah ke Desa Waha (ma-
sih di Wangi-Wangi), yaitu lokasi yang selalu
dinanti terutama jika ingin melarikan diri dari
terik matahari. Bibir pantainya sedemikian rupa
ditanami bebatuan raksasa sehingga tercipta
kolam renang alam. Lautnya yang membiru
selalu menghasut saya untuk mengintip apa
yang dirahasiakannya.
Mudah bagi saya menemukan gemilang
terumbu karang, namun hanya sekali dalam perun-
tungan saya melihat penyu berenang di kedalaman
untuk menjauh malu. Walau lelah, biasanya saya
tetap terapung ditopang ban udara.
Jika lapar, ketika perut serasa sedang
membangkang, maka saya pergi ke Restaurant
Wisata. Dengan konsep rumah makan terapung,
saya bisa menikmati hidangan sekaligus juga
sentuhan alam. Seringkali saya lebih tergoda
untuk loncat ke laut dari meja makan, daripada
menunggu kapan datangnya sajian yang sudah
saya pesan. Dan sesudah itulah biasanya saya
kedinginan saat naik motor pulang karena tak ada
pakaian cadangan.
ADA BANGKAI KAPAL LAUTYANG DALAM SEJARAHNYA
SUDAH BERLAYAR HINGGA PAPUA
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n
CATPER
21 22
KAU RANGKA, SEBUAH POHONYANG SUDAH MATI, TAPI KOKOHDAN DIANGGAP KERAMAT
Saya pun pernah beradu ombak selama
4 jam dalam kapal dari Wangi-Wangi menuju
pulau terujung di Wakatobi, yaitu Pulau Binon-
gko. Tempat ini adalah alasan kenapa dahulu
Wakatobi dikenal sebagai Pulau Tukang Besi,
karena sebagian besar penduduknya memeras
butiran peluh sebagai pandai besi.
Hasil produksi berupa pisau, parang
dan perkakas lainnya pun biasa dikirimkan ke
Maluku, Papua, dan Jawa. Suara hantaman
besi terdengar menggema. Bunyinya meng-
gaung di sela-sela tebing tinggi yang masih
mendominasi rupa Pulau Binongko. Dikemas
pula oleh hutan mangrove yang letaknya tak
jauh dari jalanan bebatuan di sana sini.
Pulau Binongko itu unik, seperti keha-
diran vegetasi tumbuhan yang hidup di sela
bebatuan tepi jalan. Tersebutlah Kau Rangka,
sebuah pohon yang sudah mati namun ke-
beradaannya tetap kokoh dan dianggap
keramat bagi masyarakat setempat. Namun
sayang, seseorang telah menebangnya walau
sudah mendapat peringatan terlebih dahulu
dari tetua adat di sana.Dari rumor yang beredar,
seminggu kemudian, si penebang pohon Kua
Rangka itu pun meninggal dan kini pengunjung
tidak bisa lagi melihat pohon tersebut.
Coba juga menyentuhkan kaki di Pulau
Tomia, untuk sama-sama telah sepaham
dengan konsep hidup asri. Setiap penduduknya
bergerilia untuk menciptakan rumah surgawi,
teduh di balik pohon di tiap pelataran dan ber-
sih akan jejak-jejak sampah.
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n
CATPER
23 24
Begitulah tiga puluh lima hari kami
lalui. Dengan harapan, sedikit pekerjaan
kami bisa menjadikan Wakatobi lebih baik.
Saatnya untuk meninggalkan Wakatobi,
walau itu bukan yang saya inginkan. Saya
harus berpisah dengan keluarga La Bauna
yang selama ini kami hidup bersama mer-
eka. Di ruang makan, Ibu memeluk saya
tanpa kata, hanya terdengar isak tangisnya
saja. Sebisanya beliau memberikan makan-
an terakhir sebagai bekal kami menuju
Kendari. Begitu pun Bapak yang terus
berucap, “Jangan lupakan kami di sini.”
Untuk beberapa menit, saya kembali ke
kamar. Seorang diri. Saya terisak melihat ke-
nangan tiap harinya di ruangan tersebut. Saya
bersandar di dinding untuk sejenak pasrah bahwa
semuanya telah usai, bahwa semuanya takkan
pernah terulang. Berat sekali langkah untuk me-
ninggalkan rumah La Bauna, yang di depannya
sudah terpasang: La Bauna Homestay, yang ke
depannya akan banyak dihampiri turis.
Di bandara Matahora, ternyata semua
orang tua angkat berkumpul untuk melepas de-
tik-detik terakhir. Saya dan seorang kawan berdiri
di tengah ruang tunggu untuk menyanyikan lagu
Baramo Mulangke, sebuah lagu perpisahan yang
mengharukan. “Baramo nulangke molengo ia.
Baramo nulang….” Suara saya terpatahkan tangis.
Sesaat kemudian, warga yang telah
mengantar kami melanjutkan sisa lirik lagu-
nya dengan sempurna. Seisi ruang tunggu
tersebut menggaungkan lagu perpisahan.
Saya hanya bisa menundukkan pandangan.
Setetes air mata jatuh lagi di bumi Wakatobi.
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n
BERPOSEFOTO : MUIS BHOJEST
KUDA LAUTFOTO : MUIS BHOJEST
SNORKLINGFOTO : MUIS BHOJEST
25 26
Kirimkan foto koleksi kamu ke redaksi Backpackin Magazine melalui email kami [email protected]
GALERI
NY
IUR
DI P
AN
TAI
FOT
O : M
UIS
BH
OJE
ST
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n
BULOK
K E H i D U p a n Y a n G T E R a p U n G
PERTEMUAN LAUT BANDA dan Flores di
Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara,
mampu menjadikan kehidupan masyarakat
bahari ini terapung. Dalam tenang, laut
menopang petak bilik rumah penduduknya,
namun dalam sibuk, mereka beraktivitas
bertaruh asa di atas lipatan lautan.
Oleh: Arozak Salam | Foto: Arozak Salam dan Muis Bhojest
27 28
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n29 30
BULOK
Tersebutlah Suku Bajo, se-
buah masyarakat yang sebagian besar
hidupnya dibesarkan lewat asuhan laut.
Tak hanya di Indonesia, keberadaannya
juga tersebar di sudut-sudut perairan du-
nia seperti di Australia, Filipina, Jepang,
Madagaskar, dan Hongkong. Mengacu
pada spirit bahari yang ada, mereka pun
dikenal dengan reputasi sebagai pelaut
ulung yang mampu berkelana dalam
jangka waktu berbulan-bulan, untuk
bertahan di sela-sela dramatisnya ombak
lautan saat mencari tangkapan ikan.
Ketika melaut, mereka hanya men-
genal tiga arah mata angin, yaitu Utara,
Bara (Barat) dan Selatang (Selatan).
Masing-masing arahnya mencakup 120
derajat dan membentuk formasi segi-
tiga, lebih luas dibanding cakupan empat
penjuru mata angin yang masing-masing
mencakup 90 derajat.
Selain pengetahuan navigasi, mer-
eka juga dilengkapi perahu kayu, jaring,
dan panah tradisional. “Bahkan sebelum
James Cook menemukan Benua Aus-
tralia, Suku Bajo sudah terlebih dahulu
menaklukkannya,” ucap Kepala Desa
Mola Samaturu bangga.
Suku Bajo berada di Pulau Wangi-
Wangi dan Kaledupa. Ada yang sudah
terbawa arus zaman, ada pula yang masih
tertahan oleh jangkar kebudayaan. Dapat
dikatakan, Suku Bajo yang berada di Desa
Mola Samaturu, Pulau Wangi-Wangi. seba-
gian besarnya sudah hidup di daratan. Corak
SAAT MELAUT, MEREKA HANYAKENAL TIGA ARAH : UTARA,
BARA (BARAT), SELATANG (SELATAN)
masa kini dapat terlihat dari beberapa rumah
berstruktur beton yang menjadi kontras
karena lokasinya dikelilingi rumah berbilik
kayu. Namun pada tepian desa yang dapat
ditempuh dengan berjalan kaki, ketika jalan
beton terganti dengan jembatan kayu, maka
di situlah masih tersisa rumah terapung.
Wujudnya seperti merdeka dari desakan,
karena menghadap lepas ke lautan.
“Dalam satu rumah, bisa dihuni sam-
pai tiga kepala keluarga,” Kepala Desa Mola
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n
BULOK
31
Samaturu berujar. Maka tak heran, ramai
orang terasa ketika memasuki daerah pemu-
kiman Suku Bajo tersebut.
Lain halnya dengan Suku Bajo di Desa
Sampela dan Mantingola yang terdapat
di Pulau Kaledupa yang kediaman pen-
duduknya masih berada di atas laut. Untuk
akses ke Desa Sampela hanya bisa ditempuh
dengan koli-koli (perahu kecil). Sementara
untuk menuju Desa Mantingola, terdapat
jembatan kayu yang menyambungkan ke-
hidupan dengan daratan.
Antar rumah ke rumahnya terdapat
jalan setapak dari kayu yang di beberapa bagian
telah lapuk. Melintasinya, pengunjung seperti
diminta untuk mengatur langkah supaya tidak
terjerembab ke dalam lubang yang menganga. Di
beberapa sudut persimpangan jalan, bisa ditemu-
kan pemandangan wanita Suku Bajo ketika se-
dang menjaja bergalon-galon air dengan perahu.
Masih di Desa Sampela, tak jauh dari
rumah kepala desa, terdapat pengrajin cindera-
mata yang produksinya dilakukan di rumahnya
sendiri. Cinderamata yang ada adalah berupa
cincin dan gelang dengan bahan utamanya
adalah kulit penyu. Bapak tersebut memberi-
kan penjelasan bahwa dia biasa menangkap
penyu untuk mengambil lapisan kulit teratas-
nya. Setelah itu, penyu akan dibiarkan lepas
bebas. “Kulit penyu kan bisa tumbuh lagi,”
ucapnya dengan nada datar.
Gelang dan cincin tersebut diganjar
dengan kisaran harga Rp 6.000 - Rp 30.000
tergantung ukurannya. Pembuatannya sendiri
terbilang mudah dengan proses awal adalah
pengguntingan untuk akhirnya dilakukan teknik
pengasapan dengan hanya menggunakan rokok
atau lilin, untuk membentuk gelang dan cincin.
KEPERCAYAAN MASYARAKAT,CINCIN TERSEBUT DIJADIKANSEBAGAI ALAT TOLAK BALA
Menurut kepercayaan masyarakat,
cincin tersebut bisa dijadikan sebagai alat tolak
bala. “Jika ada seseorang yang ingin meracuni
lewat minuman, maka ketika memegang gelas,
cincin ini akan pecah sebagai penanda firasat
buruk,” bapak tersebut menuturkan pada saya.
Dari pemaparan Kepala Desa Sampela,
banyak peneliti yang sering singgah ke tem-
patnya. Biasanya peneliti berdatangan di bulan
Juli hingga September, ketika Operasi Wallacea
diadakan tiap tahun. “Ada orang Australia yang
akhirnya menikah dengan orang sini, karena dia
sering melakukan kunjungan penelitian,” dia
tertawa dalam kalimatnya sambil menunjuk-
kan rumah orang yang dimaksud, tak jauh dari
rumah si kepala desa.
Terdapat bangunan kayu yang
terlihat bersahaja dengan corak dinding
32
segar hijau, bertuliskan madrasah ibtidai-
yah. Masih satu kawasan, di seberangnya
berdiri gagah pula bangunan pendidikan
tingkat SD dan SMP. “Jika pagi hari, anak-
anak sering memarkirkan perahu kecilnya
di depan pintu kelas ini,” Pak Hamid Kepala
Sekolah SD Bajo Sampela menjelaskan.
Beberapa dari mereka ternyata ten-
gah berenang di depan rumah, sungguh riang
menantang siang. Ada pula yang bermain
bersama anak penyu, bercakap dalam bahasa
imaji lalu berenang lagi. Menenggelamkan diri
lewat bantuan kaca mata kayu, untuk melihat
kedalaman lautan. Setelah beberapa menit
penyelaman, barulah mereka terapung me-
rentangkan badan, untuk sesaat menikmati
kehidupan. Kehidupan yang terapung.
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n
PENGANAN
Papeda,Kuliner Khas Timur
Cobalah googling picture dengan
keyword ‘papeda’. Dengan melihat gam-
barnya saja, sudah terbayang seperti apa
papeda itu, bagaimana cara makannya,
dan biasanya dimakan bareng apa. Dilihat
sekilas, papeda seperti lem atau bubur
sumsum, tapi sejatinya papeda adalah
tepung sagu yang dicampur dengan air
panas sambil diaduk.
Cara makan papeda adalah dengan
sumpit. Sepasang sumpit ditusukkan ke
DILIHAT SEKILAS SEPERTI LEMTAPI SEJATINYA PAPEDAADALAH TEPUNG SAGU
A P R I L - M E I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n 34b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 233
SERING SEKALI MASYARAKAT daerah meman-
faatkan sumber alam di daerahnya sebagai sum-
ber pangan. Banyak padi, ya makan beras. Banyak
keladi, ya makan keladi. Begitu juga ketika banyak
sagu, ya jadinya makan sagu. Itu yang terjadi di
banyak daerah di Indonesia Timur. Salah satu
yang khas adalah papeda.
Oleh : Muhammad Iqbal | Foto: Istimewa
sepiring papeda, lalu angkat sambil diputar
membuat gulungan. Tapi sebagian orang
(yang sudah biasa) memakannya dengan
diseruput. Biasanya ‘bubur’ papeda dimakan
dengan ikan kuah kuning dan ikan. Lazimnya,
ikan kuah kuning dibuat dari ikan tongkol
yang dibumbui dengan kunyit dan jahe.
Segar dan sedap.
Papeda paling mudah ditemukan
di Papua dan Maluku. Seorang sahabat
di Makassar (kota terbesar di Sulawesi)
mengaku kesulitan menemukan papeda.
“Kalau kapurung banyak,” katanya.
Kapurung adalah makanan yang
masih sebangsa dengan papeda, sama-sa-
ma berbahan sagu. Bedanya, kalau papeda
biasanya hanya dicampur dengan ikan
kuah kuning, sementara kapurung cam-
purannya adalah sayur, ikan, dan daging.
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n
I PROFIL
36
IWAN SUNTER
b E R T U a L a n G U n T U K R E n O V a S i H a T i
Jadilah saya ke Sunter dan menemukan
Iwan sedang bantu-bantu mengangkut barang
dari truk ke pasar. Hidup Iwan terbilang seder-
hana, tapi tidak dengan pengalaman hidupnya.
Bang, abang kan tiap tahun ada aja rencana
jalan, anak istri gak ngomel bang?
Enggak, biasa aja. Ditinggal kan juga
gak ditinggal gitu aja, udah disiapin lah. Kita
punya siasat. Kalau lagi gak jalan, ada tabun-
gan mati, uang itu yang saya tinggalin buat
anak. Itu udah dari saya masih bujangan. Dia
(istri) sudah tahu.
Kalau lagi jalan yang biasanya sampai
berbulan-bulan, isi tas abang apa aja sih?
Kalo kayak pas jalan kaki Jakarta-
Semeru (2011), Itu pake daypack. Gak bisa isi
banyak. Bukannya saya belagu. Minim banget.
Saya gak bawa jaket, gak bawa sleeping bag,
gak bawa tenda. Jadi modalnya cuma sarung,
kaos kaki, sama fly sheet, kain lebar yang bisa
jadi bivak. Kalo orang yang gak ngerti gunung,
bilang belagu banget Iwan. Tim SAR juga
bilang, nyusahin. Tapi kan saya sudah pelajari
karakter Semeru. Kalo jalan kaki itu kan bagus-
nya enteng, jadi gak perlu bawa banyak.
Kalo yang sepedaan dari Ho Chi Minh
(Vietnam) ke Jakarta (2012) itu pake pamier, yang
kayak tukang pos, ada di kanan kiri. Isinya ya pasti
baju, perlengkapan masak, perlengkapan mandi,
sama logistik.
PERTAMA KALI SAYA kenal Iwan Sunter setelah mem-
baca sebuah majalah di tahun 2007. Dari tulisan itu,
Iwan pernah bersepeda sampai Sabang PP. Saya pikir,
Sunter gak jauh-jauh amat, sambang lah sebentar.
Dia pasti punya banyak cerita seru.
Oleh : Muhammad Iqbal | Foto: Iwan Sunter.doc
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n 38b a c K p a c K i n I F E B R U A R I _ M A R E T 2 0 1 237
HIDUP TANPAPETUALANGANADALAH NOL
PROFILPengalaman pertama itu kapan ke mana?
2005 naik sepeda ke Rinjani, Lombok.
Sepeda bawa ke puncak Rinjani. Sepeda di-
goes terus, gak boleh naik truk. Waktu itu niat
utamanya Rinjani, tapi dapat bonus: Gunung
Agung, Argopuro, Lamongan, sama Gunung
Sumbing. Di empat bonus itu sepeda taro di
kaki gunung, terus mendaki pake kaki.
Nginap dan makan biasanya gimana?
Kalo naik sepeda, kalo belum masuk
kota besar, nginep di kantor polis atau pom
bensin. Masjid jarang. Tapi kalo udah masuk
kota besar, saya masuk mapala. Tapi karena
udah sering jalan kan banyak kenal, jadi ke
tempat teman.
Pom bensin cari yang 24 jam, yang ramai
terus. Kalo di kantor polisi banyak pertanyaan.
Ditanyaain ngalor ngidul. Kadang polisi kan rese.
Makannya kadang masak sendiri
kadang beli. Kalo lagi gak ada duit masak
melulu, belanja jarang. Bawa nesting. Masak
mie biasa aja, kadang pake masako, telor.
Dalam perjalanan, siapa yang biasanya pal-
ing abang kangenin?
Anak. Kadang naik sepeda kebawa
pikiran. Lihat anak kecil di jalan, kepikiran anak
lagi ngapain ya. Tapi yang pasti di jalan saya
termasuk petualang yang cengeng. Denger
lagu bisa nangis di jalan. Nginget tentang ke-
hidupan, kesunyian, kadang tentang kematian.
Pernah dapat pemberian yang wah gak dari
orang yang gak dikenal di jalan?
Wah, gak pernah ada. Kadang kalo
orang simpati ada kasih uang, tapi gak banyak.
Saya anti mampir ke Bupati. Jadi gini, dalam
dunia sepeda, banyak orang yang ngakunya
keliling Indonesia, bagi saya pengemis karena
dia cari uang, ke kantor Bupati, kantor Wa-
likota, kantor Pangdam. Kadang ada yang nekat
berangkat bawa 200 ribu, tapi pulangnya bisa
beli dua motor bebek.
Bohong kalau ada orang yang bilang
udah sepedaan keliling Indonesia. Satu orang
pun gak ada yang keliling Indonesia, karena
Papua gak nyambung dari Sorong ke Merauke.
Dari sisi psikologi, apa efek positif perjala-
nan yang abang lakukan?
Setiap perjalanan yang saya lakukan
adalah renovasi hati. Semua perjalanan
untuk mengubah kebijakan diri kita. Kita
harus bisa merubah diri kita. Terus per-
baiki. Dulu saya sama orang gak peduli,
sekarang mendingan.
Sampai kapan abang akan terus jalan begini?
Perjalanan bagi saya gak akan per-
nah selesai, karena hidup tanpa petualangan
adalah nol. Gak akan pernah pensiun.
Rencana berikutnya mau ke mana?
Enam tahun ke depan udah ada ren-
cana. 2013 mau lari Jakarta-Surabaya. 2014
mau pendakian 5 gunung naik sepeda, di Jawa
dulu. 2015 mau naik sepeda dari Makassar-
Mamuju-Palu, terus nyeberang ke Kalimantan
Timur, susur sampai Pontianak. 2016 naik
sepeda dari Pontianak ke Kinabalu. 2017 main
roller blade Jakarta Surabaya PP. Tapi urut-uru-
tannya bisa dibalik. Dari dulu saya mau main
roller blade, tapi belum mampu beli.
Cita-cita abang yang belum kesampaian?
Saya pengen ndaki gunung es di
luar negeri. Minimal Kilimanjaro di Tanzania
sama Mount Cook di Selandia Baru. Penasa-
ran, karena pengen rasain juga gunung es.
Begitulan Iwan. Ia mengajari kita
bahwa hidup sederhana bukan selalu men-
jadi batas untuk bertualang. Bertualang
untuk merenovasi hati.
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n39 b a c K p a c K i n I M A R E T - A P R I L 2 0 1 1 F E B R U A R I - M A R E T 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n 40
AdventureFACEBOOK.TWITTER.ISSUU
LiveLoveAdventure
J O I N U S .
LET’S CLICK THE BUTTON
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n43 b a c K p a c K i n I F E B R U A R I - M A R E T 2 0 1 2 F E B R U A R I - M A R E T 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n 44
inDOnESiabERKEbUn
KOMUNITAS
JIHAN, SEORANG MAHASISWI di Bogor,
mendapat kabar bahwa Minggu depan Bogor
Berkebun, komunitas yang diikutinya, akan ‘meng-
garap’ kebun kosong di daerah Cijeruk (sekitar
sejam dari Kota Bogor). Bogor Berkebun adalah
semacam cabang Indonesia Berkebun, sebuah
komunitas yang berkeinginan kuat untuk men-
ciptakan lahan hijau di tengah kota.
Oleh : Muhammad Iqbal | Foto: IndonesiaBerkebun.doc
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n
KOMUNITAS
Seperti biasa, Jihan dan teman-temannya
akan membersihkan ilalang, tapi yang ini banyak
dilakukan ‘mamang-mamang’ bayaran. Waktu di
Cijeruk, sayuran yang ditanam adalah kangkung.
“Tadinya mau nanam bayam tapi gagal karena
bibitnya kabur keseret hujan,” kata Jihan, “Dita-
nam di mana tumbuh di mana.”
Ya begitulah. Jangan sangka semua
anggota ngerti cara menanam. Sambil nanam
sambil belajar. Lagipula, lebih diutamakan
adalah para anggota tertular untuk senang
berkebun dan matanya gatal kalau lihat lahan
kosong. Jadi penekanannya bukan ke bisnis.
Namun memang ada juga yang su-
dah mendulang rupiah dari kegiatan berke-
bun tersebut. Jakarta Berkebun misalnya. Ia
sudah bisa menjual hasil kebunnya kepada
pihak ketiga, seperti hotel dan restoran. Tapi
tetap tujuan utamanya bukan mencari uang.
Kebun yang baru ditanam butuh
perhatian ekstra. Makanya, setiap project ada
yang namanya wali kebun. Dia yang bertang-
gung jawab setelah kebun tertanam. Kalau
diperlukan semacam penjaga kebun, dia
yang mencarikan. Pengadaan pupuk (kalau
perlu), persiapan panen, itu menjadi tang-
gung jawab wali kebun.
Setelah ditanam, dirawat, lalu yang paling
ditunggu-tunggu adalah panen. Karena dalam
panen biasanya ada makan-makan, termasuk
makan hasil panen. Ada yang membawa kompor.
Ada yang modalin nasi. Tidak sedikit juga yang
hanya modal perut. Saat panen adalah saat ketika
hawa komunitas begitu terasa.
AKAR IDE Ridwan Kamil waktu itu, Oktober 2010,
memulainya lewat jejaring sosial. Sekelompok
orang kemudian berkumpul menyusun kon-
sep urban farming untuk Kota Jakarta. Urban
farming adalah berkebun atau bertani dengan
memanfaatkan lahan yang menganggur.
Media dan banyak lembaga mencium ses-
uatu yang baru dan unik dalam ide urban farming-
nya Indonesia Berkebun. Maka dengan cepat
komunitas ini ‘membuka cabang’ di banyak kota di
Indonesia. Google Inc lantas memberi penghargaan
kepada Indonesia Berkebun sebagai “Web Heroes”.
Walau sudah melangit, Indonesia
Berkebun dan cabang-cabangnya tetap wel-
come dengan orang-orang baru yang punya
semangat sama, yang suka berkebun, yang
suka memulai perubahan dari diri sendiri dan
dari lingkungan terdekat.
Karena sudah mengakar, maka bisa jadi
kota yang ingin kita singgahi untuk jalan-jalan
adalah salah satu kota yang ada dalam lingkup
Indonesia Berkebun. Siapa tahu jadwalnya pas
dengan kegiatan berkebun mereka. Jalan-jalan
tentu bisa berasa lebih dari biasanya.
Indonesia Berkebun bisa dideteksi ke-
giatannya lewat www.indonesiaberkebun.org
atau twitternya @idberkebun. Mau langsung
ke cabang-cabangnya juga boleh: Jakarta
(@JktBerkebun), Universitas Indonesia (@
CampUIBerkebun), Sukabumi (@SmiBerke-
bun), Batam (@BatamBerkebun), Pekanbaru
(@PkuBerkebun), Banjarmasin (@BjmBerke-
bun), Kebumen (@KebumenBerkebun),
Samarinda (@SmdBerkebun), Madiun (@
MadiunBerkebun), Bekasi (@BekasiBerke-
bun), Makasar (@MksrBerkebun).
Selamat berkebun...
JANGAN SANGKA SEMUA ANGGOTANGERTI CARA MENANAMSAMBIL NANAM SAMBIL BELAJAR
43 44
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n45 b a c K p a c K i n I A P R I L - M E I 2 0 1 2
AKSESORIS
gelayutandi Hammock
MENIKMATI PANTAI PALING asik salah satunya
sambil tiduran. Kalau tiduran di atas pasir, pasti
kotor. Mau bawa tikar, backpack ga cukup. Paling
ringkas mending bawa Hammock.
Hammock adalah tempat tidur gantung
yang biasanya terbuat dari kain panjang, atau jaring-
jaring tali yang kedua ujungnya diikatkan ke pohon
hingga menggantung dan cukup kuat untuk mena-
han beban satu orang di atasnya.
Membawa hammock sama sekali tidak
merepotkan karena dapat dilipat, sama halnya seperti
membawa baju. Praktis dan tidak berat. Sekarang su-
dah bisa kita beli dengan mudah secara online, baik di
forum jual beli, maupun toko online. Harga hammock
beragam tergantung bahan, namun umumnya tidak
lebih dari Rp 200.000.
Jenis hammock berbahan kain memberikan
kenyamanan lebih ketimbang hammock dengan
bahan tali. Selain itu, kalau kita tertidur di hammock
dengan bahan jaring-jaring tali, siap-siaplah diter-
tawakan karena jaring-jaringnya akan terjiplak di
wajah dan badan kita.
Setelah ada di atas hammock, aktivitas
apapun yang kamu lakukan di sana akan terasa
keren. Misalnya baca buku, minum es kelapa, seke-
dar tiduran, atau beneran tidur. Sampai ketiduran lalu
ngilerpun, tetap akan terlihat keren di atas hammock!
Apalagi ditambah aksesori kacamata hitam. Lengkap
sudah. Yuk, mulai selipkan hammock di ranselmu.
F O T O : I S T I M E W A
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n47 48
TIPS & TRIK
WAKATOBI, ATAU TEMPAT wisata berbasis
bawah laut lainnya, biasanya memiliki banyak sekali
dive operator yang kadang membingungkan, ter-
utama bagi pemula. Kelihatannya sama-sama ba-
gus, tapi ternyata mengecewakan. Mudah-mudah-
an tips-tips di bawah ini bisa membantu:
1. CARI DIVE OPERATOR BERALAT LENGKAP
Alat-alatnya lengkap seperti wetsuit, alat
dasar selam, compressor dan ada pemandu yang
bersertifikat dive master/instruktur dive, supaya
gak perlu ke beberapa dive operator.
2. PUNYA KAPAL/BOAT
Kalau bisa, pilih dive operator yang me-
miliki kapal/boat khusus diving supaya kegiatan
penyelaman lebih mudah.
3. CEK MASKER
Kebersihannya, kejernihannya, dan voging
(berembun) atau tidak, karena mempengaruhi ke-
nyamanan menikmati keindahan bawah laut.
4. CEK REGULATOR DAN BCD
Cek regulator dan BCD (Bouyancy
Compensators), bocor atau tidak. Harus cari BCD
yang pas atau nyaman pada tubuh kita agar nya-
man saat melakukan penyelaman dan menjadi
lebih mudah dalam menyeimbangkan tubuh.
5. CEK OKSIGEN DALAM TABUNG SELAM
Oksigen yang benar itu tidak berbau,
tidak berwarna, dan tidak berasa pedas pada saat
di hisap.
6. GUNAKAN PEMBERAT SESUAI
UKURAN BERAT BADAN
Kalau berat badannya di bawah 50kg,
berarti cukup menggunakan dua pemberat saja.
Kalau di atas 60kg, berarti harus menggunakan
tiga pemberat atau lebih. Intinya sesuaikan de-
ngan berat badan kita, jangan terlalu kurang dan
jangan terlalu banyak, harus pas.
Oleh : Muis Bhojest
F O T O : I S T I M E W A
Mencaridive operatorhandal
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n 5050
RESENSI
TRAVEL WRITER ADALAH pahlawan pro-
mosi tempat wisata. Belitong yang tadinya
sepi sekarang tiap weekend orang ramai ke
sana. Andrea Hirata punya andil besar me-
majukan pariwisata Belitong.
Cara begini juga dilakukan kakak beradik
Cayi dan Gelbo untuk Raja Ampat dan Sorong.
Mereka hanya enam hari di Sorong tapi dalam
bukunya seperti tidak ada yang terlewat. Semua
informasi yang diperlukan orang untuk ke Raja
Ampat dan Sorong, ada di sini. Komplit, plit, plit!
Mulai dari karakteristik Raja Ampat dan
Sorong, cara ke sananya gimana, waktu yang
paling pas, para operator diver, spot-spot yang
recommended buat diving, makanan khas, dan
segala tempat penginapan lengkap dengan con-
tact person-nya.
Kita dikasih tahu bahwa masuk Raja
Ampat itu bayar, yaitu Rp 250 ribu untuk wi-
satawan lokal dan Rp 500 ribu untuk wisa-
tawan mancanegara. Nanti dikasih semacam
pin pengenal yang itu berlaku setahun. Kita
juga dikasih tahu bahwa malaria itu sangat
riskan di sana, jadi lebih baik minum obat
anti malaria sebelum berangkat.
Raja Ampat terkenal dengan pan-
orama bawah lautnya. Cayi sempat tertipu
melihat koloni ikan, dia kira rumput laut, eh
ternyata ikan. Gelbo, waktu di Wayag, tiba-
tiba mengurungkan niatnya untuk snorkeling
karena melihat sirip-sirip ikan hiu. Hiii....
Cayi punya cerita sendiri di Wayag.
Ia berhasil mendaki sampai puncak karang
Wayag setelah mendaki, merayap, atau apa-
pun namanya, semacam pulau karang yang
curam dan tajam. High risk high gain.
Sampai di puncak pandangan meluas
seantero Raja Ampat. Gradasi air laut yang begitu
memukau dan pulau-pulau karang yang berteba-
ran, seakan membuat letih dan goresan-goresan
karang yang memenuhi tubuhnya tidak ada
apa-apanya dibanding pemandangan dari bukit
Wayag. Alhamdulillah, Cayi masih mau turun
dan menulis buku ini bersama Gelbo.
ONE STOP INFORMATIONke Raja Ampat dan Sorong
Judul:Lost in Raja Ampat & Sorong
Penulis:Cayi & Gelbo
Jumlah Halaman:146 Halaman
Penerbit:Gramedia Pustaka Utama
Harga:Rp 45.000,-
Oleh : MUHAMMAD IQBAL
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n51 52
JEDA
J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n 52
becakKereta Tak Berkuda
BAGI MASYARAKAT DI Pulau Jawa, definisi becak adalah
sepeda tak bermesin yang bagian depannya ditempel den-
gan semacam tempat duduk yang bisa diisi oleh dua orang
dewasa. Pengemudinya ada di belakang. Tapi becak di
Jawa, berbeda dengan di Sumatera, terutama pengemudi-
nya yang berada di samping.Oleh: Muhammad Iqbal | Foto: Muhammad Iqbal
Becak punya definisi yang berbeda bagi
masyarakat Sumatera Utara. Kota Medan men-
genal yang namanya betor (becak motor), yaitu
sepeda motor yang bagian sampingnya ditempeli
dengan semacam tempat duduk seperti tempat
duduk yang ada pada becak Jakarta. Ini adalah
becak mainstream yang ada di Sumatera Utara.
Tapi saya menemukan varian-varian unik
yang sangat asing buat saya. Waktu di pasar
Belawan, saya ketemu puluhan becak berupa
sepeda ontel yang ditempeli tempat duduk.
Semuanya sepeda ontel dan mayoritas dari me-
reka mengecatnya dengan warna-warna meriah.
Saya temui model serupa di Gunung
Sitoli (Pulau Nias). Sepeda ontel yang
ditempel dengan semacam gan-
dengan masih banyak ditemui, tapi
lebih berfungsi sebagai angkutan
barang (termasuk babi).
Becak motor
terkadang digu-
nakan untuk
muatan yang
berlebihan,
seperti yang
saya lihat di
Rantau Per-
apat. Sekitar
sepuluh siswa SD
naik ke atas sebuah
betor. Sadar difoto, mereka langsung tersenyum,
dan melambaikan tangan.
Menanggapi “pasar” yang meng-
inginkan muatan besar, betor di Samosir (pulau
di tengah Danau Toba) merenovasi gandengan
motornya dengan tempat duduk dua baris.
Yang tadinya muat dua orang dewasa, cling...
sekarang jadi muat empat orang dewasa.
Betor di Sibolga adalah yang paling khas
buat saya. Mereka membuat gandengan khusus
yang tertutup seperti kapsul isolasi. Seakan-akan
si tukang betor membawa tamu khusus. Kalau
diibaratkan taksi, ya silver bird lah, hehe.
F O T O : I S T I M E W A
F O T O : I S T I M E W A
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2
b a c K p a c K i n I J U N I - J U L I 2 0 1 2 J U N I - J U L I 2 0 1 2 I b a c K p a c K i n53
INTERAKSI
Pak Polis i i i!Bajunya coklat, celananya coklat, kulitnya coklat. Siapa lagi kalo bukan Pak Polisi.
Travelling memang kadang gak lepas dari apes, seperti teman-teman kita di bawah
ini yang harus berurusan dengan bapak berbaju coklat itu
PERNAH KETANGKEP DI penyebrangan
Gilimanuk gara-gara bawa KTP expired waktu
mau masuk Bali. Disuruh balik lagi ke Jawa.
Akhirnya kita akalin petugasnya kabur pas
pergantian shift jaga. Wkwkwkwkwkwkw.
Bharoto Rochwiars iJOGJA. SOK TAHU bawa peta dari toko souve-
nir! Pas di sebelah Mall Galeria, PD tingkat tinggi,