Menurut psikolog Jean Piaget, anak-anak melalui 4 tahap
perkembangan kognitif yang ditandai dengan pergeseran dalam cara
mereka memahami dunia
Menurut psikolog Jean Piaget, anak-anak melalui 4 tahap
perkembangan kognitif yang ditandai dengan pergeseran dalam cara
mereka memahami dunia. Piaget percaya bahwa anak-anak seperti
"ilmuwan kecil" dan mereka secara aktif mencoba untuk
mengeksplorasi dan memahami dunia di sekitar mereka. Melalui
pengamatannya terhadap anak-anaknya sendiri, Piaget mengembangkan
teori perkembangan intelektual yang mencakup 4 tahap yang berbeda:
tahap sensorimotor, dari lahir sampai usia 2 tahun; tahap
praoperasional, dari usia 2 tahun sampai sekitar usia 7 tahun;
tahap operasional konkrit, usia 7 sampai 11 tahun; dan tahap
operasional formal, yang dimulai pada masa remaja sampai menjadi
dewasa.
Tahapan teori Piaget menjelaskan perkembangan kognitif anak yang
melibatkan perubahan dalam proses dan kemampuan kognitif. Dalam
pandangan Piaget, perkembangan kognitif awal melibatkan proses yang
berdasarkan tindakan dan kemudian berkembang menjadi perubahan
dalam operasi mental.
Tahapan Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap Senorimotor: Selama tahap ini, bayi dan balita memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman sensorik terhadap benda-benda.
Tahap Praoperasional: Pada tahap ini, anak-anak belajar melalui
bermain.
Tahap Operasional Konkrit: Anak pada tahap ini mulai berpikir
lebih logis, namun pemikiran mereka maih sangat kaku. Mereka
cenderung berjuang dengan konsep-konsep abstrak dan hipotetis.
Tahap Operasional Formal: Tahap akhir dari teori Piaget ini
melibatkan peningkatan logika, kemampuan untuk menggunakan
penalaran deduktif dan pemahaman tentang ide-ide abstrak.
Penting untuk dicatat bahwa Piaget tidak melihat perkembangan
intelektual anak-anak pada sebuah proses kuantitatif, yaitu
anak-anak tidak hanya menambahkan informasi lebih lanjut untuk
pengetahuan yang ada saat mereka bertambah dewasa. Sebaliknya,
Piaget menyarankan bahwa ada perubahan kualitatif pada bagaimana
anak-anak berpikir karena mereka secara bertahap melalui proses 4
tahap. Seorang anak pada usia 7 tahun tidak hanya memiliki
informasi lebih banyak tentang dunia dibanding ketika masih berusia
2 tahun, tetapi ada perubahan mendasar pada bagaimana anak-anak
berpikir tentang dunia.
eori Perkembangan pada Masa Pra-Sekolah dan FaseSekolah
Dipublikasi pada 24 Desember 2011 oleh bangkaganteng
Penulis: Erwin
Editor: Indra Trisnajaya
PENDAHULUAN
Perkembangan adalah perubahan kearah kemajuan menuju terwujudnya
hakikat manusia yang bermartabat dan berkualitas. Perkembangan
memiliki sifat yang kompleks yakni terdiri dari berbagai aspek baik
fisik (jasmani) maupun psikis (psikologis), yang terjadi dalam
beberapa tahap (berkesinambungan).
Perkembangan individu memiliki beberapa prinsip yang diantaranya
yaitu never ending process ( perkembangan yang berkelanjutan),
semua aspek perkembangan saling bersinergi baik pada aspek
emosional, aspek agama, aspek sosial, dan aspek-aspek lainnya.
Perkembangan juga mengikuti pola atau arah tertentu kerena dalam
perkembangan individu dapat terjadi perubahan prilaku.
Perkembangan adalah proses yang tidak akan berhenti dan setiap
perkembangan memiliki tahapan-tahapan umum seperti tahap
dikenangkan, tahap kandungan, tahap bayi, tahap anak-anak, tahap
remaja, tahap dewasa, serta tahap lansia.
Sesuai dengan prinsipnya, Perkembangan berlangsung secara
berkesinambungan sejak saat pembuahan hingga kematian, tetapi ia
terjadi dalam berbagai kecepatan, terkadang cepat dan kadang-kadang
secara perlahan. Piechowski telah menekankan bahwa, perkembangan
tidak terjadi dengan kecepatan yang sama[1]Dalam pembahasan
psikologi perkembangan ini, penulis menyodorkan bahasan yang
dikhususkan pada fokus pembahasan perkembangan masa bayi dan masa
anak-anak (pra-sekolah dan fase sekolah) . Dengan bahasan yang
sangat sederhana ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kita
serta dapat mengenal pembelajaran psikologi perkembangan lebih
mendalam.
PEMBAHASAN
1. FASE BAYI DAN ASPEK PERKEMBANGANYAMasa orok merupakan masa
parkembangan terpendek dalam kehidupan manusia. Dimulai sejak lahir
sampai usia dua minggu. Masa orok umumnya dibagi dalam dua masa,
yakni masa pertunate yang berlangsung selama 15-20 menit pertama
sejak lahir sampai tali pusatnya digunting, dan masa neonate, yaitu
sejak pengguntingan sampai watu dua minggu.
Masa bayi dimulai sejak berakhirnya masa orok sampai akhir tahun
kedua dari kehidupannya (usia 2 minggu-2 tahun). Periode bayi telah
dikenal semua orang sebagai suatu masa yang khusus dan diberi nama
khusus pula untuk membedakannya dari tahap kehidupan selanjutnya.
Prilaku dan kemampuan bayi sangat berbeda dari prilaku anak yang
lebih besar.
Masa bayi ini sudah memiliki beberapa aspek perkembangan umum
yang diantaranya adalah;
1. Perkembangan FisikPerkembangan fisik bayi mempunyai
karakteristik seperti berikut;
1. Pada tahun pertama pertumbuhan fisik sangat cepat sedangkan
pada tahun kedua sudah mulai mengendur.
2. Pola perkembangan bayi laki-laki dan bayi perempuan sama.
3. Tinggi badan secara proporsional lebih lambat dari
pertumbuhan berat badan pada tahun pertama dan lebih cepat pada
tahun kedua.
4. Pertumbuhan otak tampak dengan bertambah besarnya ukuran
tengkorak kepala.
5. Organ keindraan berkembang dengan cepat selama masa bayi dan
sanggup berfungsi dengan memuaskan sejak bulan-bulan pertama dari
kehidupan. Alat indra lainnya yang juga berkembang adalah
pendengaran dan penciuman.
6. Fungsi-fungsi fisiologis. Masa bayi merupakan masa dasar
pembinaan pola-pola seperti makan, tidur, dan buang air harus
terbentuk.
7. Perkembangan penguasaan otot-otot. Perkembangan penguasaan
otot-otot mengikti pola yang jelas dan dapat diduga yang ditentukan
oleh hukum arah perkembangan. Menurut hukum ini, penguasaan atau
pengendalian otot-otot bergerak melalui tubuh dari arah kepala
munuju kaki.[2]
2. Perkembangan IntelegensiSejak tahun pertama dari usia bayi,
fungsi intelegensi sudah mulai tampak dalam bertingkah lakunya,
umpamanya dalam bertingkah laku motorik dan berbicara. Anak yang
cerdas menunjukan gerakan-gerakan lancar, serasi, dan berkoordinasi
dan cepat dalam perkembangan bahasanya. Sedangkan anak yang kurang
cerdas, gerakan-gerakannya kaku, dan kurang terkoordinasi.
Dilihat dari perkembangan kognitifnya, menurut Piaget, usia bayi
(tahun pertama) ini berada pada periode sensorimotor. Bayi mengenal
objek-objek yang berada disekelilingnya melalui system pengindraan
(penglihatan dan pendengaran dan indra lainnya) serta gerakan
motoriknya (refleks, seperti mengenyot dan menggerakkan kepala ke
arah rangsangan). Meskipun ketika baru dilahirkan seorang bayi
sangat bergantung dan tidak berdaya, tetapi sebagian alat-alat
indranya sudah langsung bisa berfungsi seperti mengenyot dan
menghisap susu ibu.
3. Perkembangan EmosiPada usia 0-8 minggu kehidupan bayi sangat
dikuasai oleh emosi (impulsif) dan emosinya sangat bertalian dengan
indrawinya (fisik) dengan kualitas perasaan; senang dan tidak
senang. Misalnya bayi senyum atar tidur pulas kalau merasa kenyang,
hangat, dan nyaman. Dan dia menangis kalau lapar, haus, dingin atau
sakit.
Pada usia 8 minggu hingga 1 tahun, perasaan psikis sudah mulai
berkembang. Anak tersenyum (senang) jika melihat mainan yang
didapatinya, atau melihat orang yang telah dikenalnya. Dan
sebaliknya ia akan tidak senang jika melihat orang yang tidak
dikenalnya atau menangis. Pada fase ini terjadi penguraian yaitu
dari perasaan senang dan tidak senang jasmaniah menjadi
perasaan-perasaan marah, jengkel, terkejut, dan takut.
Pada usia 1,0 tahun-3,0 tahun gejala-gejala perkembangan emosi
bayi adalah sebagai berikut; 1. Emosinya sudah mulai terarah pada
sesuatu (orang, benda, dan lainnya), 2. sejajar dengan perkembangan
bahasa yang sudah dimulai pada usia 2 tahun maka ia sudah dapat
menyatakan perasaannya dengan bahasa. 3. sifat-sifat perasaan anak
pada masa ini adalah labil (mudah berubah) terkadang menangis
tetepi segera tertawa dan mudah terpengaruhi.[3]4. Perkembangan
BahasaAda tiga bentuk pra-bahasa yang normal muncul dalam pola
perkembangan bahasa, yakni menangis, mengoceh dan isyarat. Menangis
adalah lebih penting karena merupakan dasar bagi perkembangan
bahasa pada bayi. Isyarat dipakai bayi sebagai pengganti bahasa
sedangkan pada orang dewasa isyarat sebagai pelengkap bahasa. Oleh
karena bahasa dipelajari melalui proses meniru maka bayi perlu
memperolah model atau contoh yang baik supaya dapat meniru
kata-kata yang baik.
Bahasa bayi mengalami perkembangan dalam beberapa tahap seiring
dengan berkembangnya intelegensinya, secara umum tahap-tahap bahasa
itu antara lain; tahap permulaan, Stadium Purwoko (6-12 bulan) atau
masa meraban yakni tahap mengeluarkan bermacam-macam suara yang
tidak berarti, misalnya ba-ba, ma-ma.dsb. selanjutnya adalah tahap
pertama Stadium Kalimat Satu Kata (12-16 bulan), pada masa ini anak
sudah dapat mengucapkan mama, papa, mamam, dsb yang merupakan
sebuah kalimat tetapi tidak lengkap atau single word sentence.
Selanjutnya adalah tahap Kedua Stadium Nama (16-24 bulan), yang
mana anak sudah mulai timbul kesadaran bahwa setiap orang atau
benda mempunyai nama sehingga disebut Stadium Nama.
5. Perkembangan BermainBermain atau setiap kegiatan yang
menimbulkan kesenangan, dimulai dalam bentuk sederhana pada masa
bayi. Bermain pada masa ini terutama terdiri dari gejala-gejala
gerakan motorik yang tidak menentu dan perangsangan organ-organ
keindraan. Permainan pada masa bayi bersifat bebas dan spontan yang
ditandai dengan tidak adanya aturan-aturan dan lebih bersifat
sendiri daripada dengan orang lain.
Piaget menjelaskan bahwa, bermain terdiri atas tanggapan yang
diulang sekedar untuk kesenangan fungsional.[4] Pada masa bayi
mencapai usia tiga bulan, umumnya penguasaan tangan telah
sedemikian berkembang dan telah memungkinkan si bayi untuk bermain
dengan boneka atau mainan lainnya. Pada usia dua tahun selanjutnya
permainan sudah mulai teratur dan boneka atau mobil-mobilan dipakai
untuk berbagai macam permainan. Cirri khas nya pada masa ini adalah
permainannya banyak melibatkan berjalan, melempar mainan dan
memungutnya kembali.
6. Perkembangan KepribadianPada masa ini masih berkembang sikap
egosentris (keAkuan). Ini berarti bahwa anak memandang segala
sesuatu dilihat dari sudut pandang sendiri, dan di tujukan untuk
kepentingan dirinya sendiri, tidak menghiraukan kepentingan orang
lain. Ia adalah raja (ratu) yang kebutuhannya harus terpenuhi.
Sikap egosentris ini mempengaruhi sikap sosialnya, seperti, orang
sekitarnya harus melayaninya, permintaannya harus dipenuhi.
Sikap-sikap yang tampaknya tidak baik ini merupakan pilaku wajar
atau normal bagi perkembangan usia bayi karena masa ini masih
sangat rentan dikuasai oleh nalurinya (bersifat inpulsif), dan
kemampuan berpikirnya belum cukup berkembang. Tugas perkembangan
pokok bagi bayi adalah memperoleh atau mengembangkan sikap percaya
dan mengatasi atau menghindari diri dari sikat tidak percaya
tersebut. Ketercapaian sikap tersebut amat dipengaruhi kondisi
lingkungan sekitar. Lingkungan pertama bagi anak adalah orang
tuanya, terutama ibunya. Jika seorang bayi diberi perhatian,
pemeliharaan, pemberian kasih sayang yang cukup seperti senyuman,
belaian, maka cenderung anak akan mengembangkan sikap positif
terhadap ibunya dan lingkungannya. Sikap ini menjadi dasar
perkembangan kepribadian anak secara normal.
7. Perkembangan Moral Seorang anak yang dilahirkan belum
memiliki tentang apa yang baik atau tidak baik. Pada masa ini
tingkah laku anak (bayi) hampir semuanya didominasi oleh dorongan
naluriah belaka (impulsive). Oleh karena itu, tingkah laku anak
belum bisa dinilai sebagai tingkah laku bermoral atau tidak
bermoral. Pada masa ini anak cenderung mengulangi perbuatan yang
menyenangkan, dan tidak mengulangi perbuatan yang tidak
menyenangkan.
Dengan melihat kecenderungan prilaku anak tersebut maka untuk
menanamkan konsep-konsep moral pada anak, ada baiknya dilakukan
beberapa hal seperti memberi pujian, ganjaran, atau dicim, dipeluk,
dan diberi kata-kata pujian apabila ia melakukan sesuatu yang baik.
Sehingga menjadi faktor penguat agar tindakan baiknya dapat
dilakukan kembali. Dan sebaliknya, memberi ia hukuman atau
memberikan sesuatu yang mendatangkan perasaan yang tidak senang
agar ia tidak mengulangi perbuatan itu lagi.
Jika perlakuan pada anak dilakukan secara teratur maka akan
tertanam pada diri anak tentang pengertian atau konsep moral. Anak
akan mengerti bahwa suatu perbuatan yang mendapat pujian adalah
baik dan perbuatan yang mendapat hukuman adalah dilarang.
8. Perkembangan Kesadaran BeragamaMenurut Arnold Gessel, anak
pada usia bayi sudah mempunyai perasaan ketuhanan.[5] Perasaan ini
sangat memegang peranan penting dalam diri pribadi anak. Perasaan
ketuhanan pada masa ini adalah fundamen bagi perkembangan perasaan
ketuhanan pada periode selanjutnya. Seiring dengan perkembangan
kognisi, emosi, dan bahasa anak maka untuk membantu perkembangan
kesadaran beragamanya, orang tua sebagai lingkungan pertama
seyogyanya melakukan hal-hal seperti, mengenalkan konsep-konsep
atau nilai-nilai agama kepada anak melalui bahasa seperti
membacakan bismillaahirrahmaanirrahim pada saat memulai memberi
makan atau mandi dan membacakan alhamdulillahirabbilalamin
sesudahnya. Dan pada saat tidurnya hendaknya membiasakan
mengucapkan kalimah-kalimah toyyibah (zikir).
Memperlakukan anak dengan kasih sayang karena pada usia ini
belum berkembang pemahaman kasih sayang Tuhan. Melalui kasih sayang
orang tua nya ia akan percaya pada apa yang disampaikan kepadanya
dan ia akan yakin bahwa agama itu sesuatu yang menyenangkan.
Kemudian memberikan contoh dalam mengerjakan ajaran agama secara
baik dan kontinuitas seperti mengajak sholat berjamaah berdoa dan
sebagainya.
2. FASE ANAK-ANAK DAN ASPEK PERKEMBANGANNYA Periode anak-anak
dimulai pada usia 2 tahun sampai usia remaja. Pada umumnya periode
ini terdiri atas dua bagian; masa kanak-kanak dini (2-6 tahun) yang
dikenal sebagai usia pra-sekolah, dan masa akhir kanak-kanak (6-13
tahun pada anak perempuan dan 14 tahun pada anak laki-laki).[6]1.
Masa Kanak-Kanak Dini (usia pra-sekolah)
Masa kanak-kanak dini atau anak usia pra-sekolah merupakan fase
perkembangan individu sekitar 2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki
kesadaran tentang dirinya sebagai perempuan atau laki-laki, dapat
mengatur diriya sendiri dan mengenal bebrapa hal yang dianggap
berbahaya. Secara umum, aspek-aspek perkembangan pada usia anak pra
sekolah ini dapat diuraikan sebagai berikut;
1. Perkembangan fisik Perkembangan fisik merupakan dasar bagi
kemajuan perkembangan berikutnya. Seiring meningkatnya pertumbuhan
tubuh, baik menyangkut berat badan dan tinggi, maupun tenaganya,
memungkinkan anak untuk lebih mengembangkan keterampilan fisiknya
dan eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang tua. Pada
usia ini banyak perubahan fisiologis seperti pernapasan yang
menjadi lebih lambat dan dalam serta denyut jantung lebih lama dan
menetap.
Proporsi tubuh juga berubah secara dramatis seperti pada usia 3
tahun, rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm dan beratnya sekitar
10-13 kg, sedangkan pada usia 5 tahun tingginya dapat mencapai
100-110 cm. Tulang kakinya tumbuh dengan cepat dan tulang-tulang
semakin besar dan kuat, pertumbuhan gigi semakin komplit. Untuk
perkembangan fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup seperti
protein, vitamin, dan mineral dsb.
2. Perkembangan Intelektual Menurut Piaget, perkembangan
kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional, yaitu
tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara
logis. Periode ini juga ditandai dengan berkembangnya
representasional atau symbolic function yaitu kemampuan menggunakan
sesuatu untuk mempresentasikan sesuatu yang lain menggunakan
simbol-simbol seperti bahasa, gambar, isyarat, benda, untuk
melambangkan sesuatu atau peristiwa.
Melalui kemampuan diatas, anak mampu berimajinasi atau
berfantasi tentang berbagai hal. Ia dapat menggunakan kata-kata,
benda untuk mengungkapkan lainnya atau suatu peristiwa.
3. Perkembangan Emosional Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai
menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan Aku (orang
lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalaman bahwa
tidak semua keinginannya dapat dipenuhi orang lain. Bersamaan
dengan itu berkembang pula perasaan harga diri. Jika lingkungannya
tidak mengakui harga dirinya seperti memperlakukan anak dengan
keras, atau kurang menyayanginya maka dalam diri anak akan
berkembang sikap-sikap keras kepala, menentang, atau menyerah
dengan terpaksa.
Beberapa emosi umum yang berkembang pada masa anak yaitu, takut
(perasaan terancam), cemas (takut karena khayalan), marah (perasaan
kecewa), cemburu (merasa tersisihkan), kegembiraan (kebutuhan
terpenuhi), kasih sayang (menyenangi lingkungan), phobi (takut yang
abnormal), ingin tahu (ingin mengenal). 4. Perkembangan
BahasaPerkembangan bahasa anak pra-sekolah, dapat diklasifikasikan
kedalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya).
Masa Ketiga (2,0-2,6 tahun) bercirikan;
a) anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang
sempurna.
b) anak sudah mampu memahami memahami tetang perbandingan.
c) Anak banyak menanyakan tempat dan nama; apa, dimana,
darimana, dsb.
d) Anak sudah mulai menggunakan kata-kata berawalan dan
berakhiran.[7]
Tahap Keempat (2,6-6,0 tahun) bercirikan;
a) Anak sudah menggunakan kalimat majemuk beserta anak
kalimatnya.
b) Tingkat berpikir anak sudah lebih maju
c) Anak banyak bertanya tentang waktu, sebab akibat melalui
pertanyaan kapan, mengapa, bagaimana, dsb.
5. Perkembangan SosialPada usia anak pra-sekolah (terutama mulai
usia 4 tahun), perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena
mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya.
Tanda-tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah;
a) Anak mulai mengetahui aturan-aturan (lingkungan
keluarga/lingkungan bermain).
b) Sedikit-sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
c) Anak makin menyadari akan kepentingan diri dan kepentingan
orang lain.
d) Anak sudah bisa bersosialisasi (bermain) dengan anak-anak
yang lain (peer group)
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim
sosio-psikologis keluarga. Anak akan mampu menyesuaikan diri dengan
keharmonisan, kerjasama dan berkomunikasi serta konsisten pada
aturan bila lingkungan keluarga bersuasana kondusif.
6. Perkembangan BermainUsia anak pra-sekolah dapat dikatakan
sebagai masa bermain, karena setiap waktunya diisi dengan kegiatan
bermain. Terdapat beberapa macam permainan anak seperti;
a) Permainan fungsi (permainan gerak),ex: meloncat-loncat,
berlarian dsb.
b) Permainan fiksi, ex: kuda-kudaan, perang-perangan dsb
c) Permainan reseptif atau apresiatif, ex: mendengar cerita,
dongeng dsb
d) Permainan konstruksi, ex: membuat kue dari tanah, membuat
rumah-rumahan dsb
e) Permainan prestasi, ex: sepak bola, basket, dsb.
Secara psikologis dan pedagogis, bermain mempunyai nilai-nilai
yang sangat berharga bagi anak, diantaranya;
a) Anak memperoleh perasaan senang, puas, bangga dsb
b) Anak dapat mengembangkan rasa percaya diri, tanggung
jawab.
c) Anak dapat berimajinasi secara luas dan berkreatifitas.
d) Anak dapat mengenal aturan bermain
e) Anak dapat memahami bahwa dirinya dan orang lain sama-sama
mempunyai kelebihan dan kekurangan.
f) Anak dapat mengembangkan sikap sportif, tenggang rasa atau
toleransi.
7. Perkembangan KepribadianMasa anak-anak awal ini lazim disebut
masa Trotzalter atau periode perlawanan atau masa krisis pertama.
Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang signifikan dalam
dirinya, yaitu dia mulai sadar akan Aku-nya, dia menyadari bahwa
dirinya terpisah dari lingungannya atau orang lain, dia suka
menyebut nama dirinya apabila bericara dengan orang lain. Dengan
kesadaran ini anak menemukan bahwa ada dua pihak yang berhadapan
yaiu Aku-nya dan orang lain (orang tua, saudara, teman). Dia sadar
bahwa tidak semua keinginannya akan dipenuhi orang lain atau
diperhatikan kepentingannya.
Pertentangan didalam diri anak ini dapat menyebabkan ketegangan
sehingga tidak jarang anak meresponsnya dengan sikap membandel atau
keras kepala. Bagi usia anak, sikap membandel ini merupakan suatu
kewajaran, karena perkembangan pribadi mereka sedang bergerak dari
sikap dependen (membutuhkan perawatan) ke independent (bebas). Oleh
karena itu agar tida berkembang sikap membandel anak yang kurang
terkontrol orang tua harus menghadapinya secara bijaksana dan penuh
kasih sayang.
8. Perkembangan Moral Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar
tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua,
saudara, dan teman sebaya) melalui pengalaman berinteraksi dengan
orang lain. Melalui proses berinteraksi ini anak belajar memahami
tentang kegiatan atau prilaku yang baik, buruk, dilarang,
disetujui, dsb. Maka berdasarkan pemahaman iti, anak harus
senantiasa dilatih dan dibiasakan bagaimana seharusnya bertingkah
laku yang baik.
Pada saat mengenalkan konsep-konsep baik buruk, benar salah,
orang tua hendaknya memberikan penjelasan tentang alasannya,
seperti; mengapa harus gosok gigi sebelum tidur, mengapa harus
mencuci tangan sebelum makan, mengapa tidak boleh membuang sampah
sembarangan. Hal ini diharapkan akan mengembangkan self-control
atau self discipline (kemampuan mengendalikan diri) pada anak. Pada
usia pra-sekolah berkembang kesadaran sosial anak yang meliputi
sikap simpati atau sikap kepedulian terhadap sesama.
9. Perkembangan Kesadaran Beragama Secara umum, kesadaran
beragama pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut
;
a) Sikap keagamaannya masih bersifat reseptif (menerima) meski
banyak bertanya.
b) Pandangan keTuhanannya bersifat anthropormorph
(dipersonifikasikan).c) Penghayatan secara rohaniah masih
superficial (belum mendalam) meski telah ikut berpartisipasi dalam
beribadah.
d) Hal keTuhanan dipandang secara khayalan sesuai taraf
berpikirnya.
Pengetahuan anak tentang agama akan terus berkembang ketika
mendengarkan ucapan-ucapan orang tuanya, melihat sikap dan prilaku
orang tuanya saat beribadah, serta pengalaman dalam mengikuti
ibadah dan meniru ucapan orang tuanya.
B. Masa Anak Sekolah ( usia sekolah dasar)
1. Perkembangan IntelektualPada usia sekolah dasar (6-12 tahun),
anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan
tugas-tugas belajar yang menurut kemampuan intelektual atau
kemampuan kognitifnya (membaca, menulis, menghitung). Pada masa
pra-sekolah pola pikirnya masih bersifat imajinatif (khayalan),
sedangkan pada masa sekolah dasar daya pikirnya sudah merujuk
kepada hal-hal yang bersifat kongkrit dan rasional. Piaget
menamakannya sebagai masa operasi kongkrit, masa berakhirnya
berpikir khayal dan mulai berpikir nyata.
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru
yakni; mengklasifikasikan, menghubungkan angka-angka. Kemampuan
menghitung, menambah, mengurangi. Kemampuan selanjutnya anak sudah
bisa memecahkan masalah yang sederhana.
Kemampuan intelektual anak pada masa ini sudah cukup untuk
menjadikan dasar diberi berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan
daya pikir dan daya nalarnya seperti, membaca, menulis, dan
berhitung seta diberi pengetahuan tentang manusia, hewan, alam
serta lingkungan.
2. Perkembangan BahasaBahasa adalah sarana komunikasi dengan
orang lain. Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya
kemampuan mengenal, dan menguasai vocabulary atau perbendaharaan
kata. Terdapat dua faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa
yaitu;
a) Proses jadi matang, dengan kata lain anak itu menjadi matang
(organ suara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
b) Proses belajar, yang berarti anak telah matang untuk
berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan
mengimitasi atau meniru ucapan yang didengarnya.
Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak,
sehingga pada usia anak memasuki usia sekolah dasar, sudah sampai
pada tingkat dapat membuat kalimat yang lebih sempurna, dapat
membuat kalimat majemuk dan dapat menyusun dan mengajukan
pertanyaan. Disekolah sengaja diberi pelajaran bahasa untuk
menambah menambah perbendaharaan katanya serta mengajar menyusun
struktur kalimat, pribahasa, kesusastraan dan keterampilan
mengarang. Hal ini dilakukan diharapkan pesrta didik dapat
menguasai dan mempergunakan bahasanya dengan baik.
3. Perkembangan SosialMaksud perkembangan sosial ini adalah
pencapaian kematangan dalam hubungan interaksi sosial. Dapat
dikatakan sebagai proses belajar penyesuaian diri terhadap
norma-norma kelompok, tradisi dan moral. Perkembangan sosial anak
sekolah dasar ini ditandai dengan adanya perluasan hubungan, baik
hubungan keluarga, teman sebaya, atau lingkungan sekolah. Pada fase
ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri
(egosentris) kepada sikap kooperatif (kerja sama) atau sosiosentris
(mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak merasa senang jika
ia diterima dalam suatu kelompok dan merasa tidak senang jika ia
ditolak dalam kelompoknya.
Berkat perkembangan sosialnya ini anak dapat menyesuaikan
dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun lingkungan
sekitarnya. Dalam proses belajar disekolah, kematangan perkembangan
sosialnya ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan
tugas-tigas kelompok baik secara fisik maupun tugas yang
membutuhkan pikiran.
4. Perkembangan EmosiMenginjak usia anak sekolah, anak mulai
menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima
dimasyarakat. Oleh karena itu ia mulai belajar untuk mengendalikan
dan mengontrol emosinya. Kemampuan control ini diperoleh melalui
peniruan dan latihan-latihan (pembiasaan). Apa bila anak
dikembangkan dalam lingkungan yang suasananya stabil, maka
perkembangan emosi anak cenderung stabil dan sebaliknya.
Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan
usia sekolah ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih
sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (senang, nikmat, bahagia).
Emosi merupakan faktor dominan yang memengaruhi tingkah laku, dalam
hal ini tingkah laku belajar. Emosi yang positif, akan memengaruhi
individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas
belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca, berdiskusi
dsb. Dan sebaliknya, apabila yang menyertai proses itu emosi yang
negatif, maka proses belajar akan terganggu dalam arti individu
tidak bisa memustkan perhatiannya untuk belajar.[8]5. Perkembangan
MoralAnak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar dan salah)
pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha menanamkan konsep
moral sejak dini adalah keharusan karena informasi yang diterima
anak mengenai benar salah, baik buruk, akan menjadi pedoman pada
tingkah lakunya dihari kemudian. Pada usia sekolah dasar ini anak
sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntunan dari orang tua atau
lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini anak sudah dapat memahami
alasan yang mendasari suatu peraturan.
Dismping itu anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk
prilaku dengan konsep benar salah. Misalnya ia memandang bahwa
perbuatan nakal atau dusta dan tidak hormat pada orang tua adalah
perbuatan yang salah. Sedagkan perbuatan jujur, adil, dan sikap
hormat kepada orang tua dan guru merupakan suatu yang benar.
6. Perkembangan MotorikSeiring dengan perkembangan fisiknya yang
beranjak matang, maka perkembangan motorik anak sudah dapat
terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan
kebutuhannya. Pada fase ini ditandai dengan kelebihan gerak atau
aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan
masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan
motorik ini, seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik,
berenang dsb.
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor
penentu kelancaran proses belajar, baik di bidang pengetahuan
maupun keterampilan. Oleh karena itu perkembangan motorik sangat
menunjang keberhasilan belajar pserta didik. Pada usia sekolah
dasar kematangan perkembangan motorik ini pada umumnya dicapai,
karena mereka sudah siap menerima pelajaran keterampilan.
7. Perkembangan Keagamaan Pada masa ini, perkembangan
penghayatan keagamaannya ditandai dengan ciri-ciri sebagai
berikut;
1. Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan
pengertian
2. Pandangan keagamaannya diperoleh secara rasional berdasarkan
kaidah-kaidah logika pada indikator alam semesta sebagai ciptaan
Tuhan.
3. Penghayatan secara rohaniah mulai mendalam, pelaksanaan
kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses
pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Berkaitan dengan hal
tersebut, pendidikan agama disekolah dasar mempunyai peranan
penting. Oleh karena itu pendidikan agama di sekolah dasar harus
menjadi perhatian semua pihak. Senada dengan paparan tersebut
Zakiah Darajat mengemukakan bahwa pendidikan agama di sekolah dasar
merupakan dasar bagi pembinaan sikap positif terhadap agama dan
membentuk pribadi dan akhlak anak.
KESIMPULAN Ada berbagai kebutuhan anak yang perlu diperhatikan
oleh setiap orang tua. Masing-masing kebutuhan tersebut berbeda
sejalan dengan pertumbuhan anak sejak bayi sampai dewasa. Dengan
demikian, orang tua harus memahami ciri-ciri dari setiap fase
pertumbuhan anak agar dapat memperlakukannya sesuai dengan
kebutuhan mereka.
Secara ringkas akan disimpulkan ciri-ciri dari masing-masing
usia pertumbuhan anak;
1. Masa Bayi
Sikap orang tua pada saat anak dalam kandungan ikut mempengaruhi
jiwa anak. Demikian pula kesehatan ibu saat hamil mempengaruhi
sikapnya terhadap bayi yang akan lahir itu. Andaikata ibu memiliki
sifat yang buruk maka ia tidak akan memberikan perhatian yang baik
pada anaknya. Sikap tersebut menyebabkan si bayi tidak mendapat
kasih sayang. Sehingga bibit kepribadiannya kekurangan satu unsur
penting dalam pertumbuhannya.
2. Masa Kanak- Kanak
Masa ini berkisar antara 2-6 tahun. Pada masa ini anak sangat
sensitif, ia dapat merasakan apa yang terkandung dalam hati bapak
ibunya. Ia sangat membutuhkan kasih sayang ibunya yang
sungguh-sungguh. Ia suka meniru dan melakukan apa yang terlihat. Ia
ingin meniru ibunya menyapu, menggendong atau yang lainnya. Jika ia
laki-laki ia suka meniru apa yang dilakukan oleh ayahnya.
Lingkungan anak pada usia ini lebih meluas meski masih terpusat
pada orang tuanya. Andaikan adiknya lahir maka ia merasa terabaikan
sehingga ia akan melakukan hal-hal yang dapat merebut perhatian
orang tuanya baik dengan menggangu adiknya jika ibu tidak menjaga
perasaannya. Anak akan rewel atau menangis, dan sering melakukan
tindakan negatif. Penderitaan batin si anak akan membawa pengaruh
dalam hidupnya.
3. Anak-Anak Masa Sekolah
Pengalaman pertama yang sangat berat bagi si anak adalah mulai
belajar berdisiplin di sekolah dan harus patuh peraturan. Bagi anak
yang senantiasa mendapat perhatian lebih dirumah maka pengalaman
sekolah bukan hal yang menyenangkan. Apalagi guru yang tidak
memberikan perhatian peralihan maka akan mempengaruhi sikap si anak
seterusnya terhadap sekolah. Orang tua juga hendaknya memberikan
dorongan moril kepada anak untuk bersekolah dan belajar. Hal itu
akan menambahkan sesuatu dalam pertumbuhannya.[9]
DAFTAR PUSTAKABurhanuddin, Yussak. Kesehatan Mental. Bandung: CV
Pustaka Setia. 1999.
Hurlock, Elizabet. Perkembangan Anak. Jakarta : Penerbit
Erlangga. 1978
Mussen, Paul Henry, dkk. Perkembangan dan Kepribadian Anak.
Jakarta: Penerbit Erlangga. 1984.
Setiadi Arif Iman. Dinamika Kepribadian; Gangguan Dan Terapinya.
Bandung : PT Refika Aditama. 2006
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 2006.
HYPERLINK
"http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194412051967101-KOKO_DARKUSNO_A/TEORI_PERKEMBANGAN.pdf"
\l "page=2" \o "Page 2"
HYPERLINK
"http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194412051967101-KOKO_DARKUSNO_A/TEORI_PERKEMBANGAN.pdf"
\l "page=3" \o "Page 3"
HYPERLINK
"http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194412051967101-KOKO_DARKUSNO_A/TEORI_PERKEMBANGAN.pdf"
\l "page=4" \o "Page 4"
HYPERLINK
"http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194412051967101-KOKO_DARKUSNO_A/TEORI_PERKEMBANGAN.pdf"
\l "page=5" \o "Page 5"
TEORI PERKEMBANGAN
1.
PENDEKATAN PERKEMBANGAN KOGNITIF
Pendekatan ini di dasarkan pada asumsi atau keyakinan bahwa
kemampuan
kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing
tingkah laku anak.
Kunci untuk memahami tingkah laku anak terletak pada pemahaman
bagaimana
pengetahuan tersebut terstruktur dalam berbagai aspeknya. Ada
tiga model
perkembangan kognitif ini, yakni:
a.Model dari Piaget
Piaget berpendapat bahwa perkembangan manusia dapat
di gambarkan dalam
konsep fungsi dan struktur.
Fungsi
merupakan mekanisme biologis bawaan yang sama bagi setiap orang
atau kecendrungan-kecendrungan biologis untuk mengorganisasi
pengetahuan kedalam struktur kognisi, dan untuk beradaptasi
kepada berbagai tantangan lingkungan. Tujuan dari fugsi-fungsi itu
adalah menyusun struktur kognitif internal. Sementara struktur
merupakan intereasi (saling berkaitan) system
pengetahuan yang mendasari dan membimbing tingkah laku
inteligen. Struktur
kognitif diistilahkan dengan konsep
skema, yakitu seperangkat keterampilan, pola-pola
kegiatan yang fleksibel yang denganya anak memahami
lingkungan.
Skema memiliki dua elemen, yaitu: (a) objek yang ada dilingkugan
dan (b) reaksi anak sebagai objek.
Menurut Wasty Soemanto (1984), skema ini berhubunga
n dengan (a) refleks:
bernapas, makan, dan minum; dan (b) skema mental: skema
klasifikasi (pola tingkah
aku yang masih sulit diamati).
Dalam membahas fungsi-fugsi, Piaget mengelompokkann
ya sebagai berikut:
1.
Organisasi, yang merujuk pada fakta bahwa semua str
uktur kognitif berinterelasi, dan
berbegai pengetahuan baru harus diselaraskan ke dal
am system yang ada.
2.
Adaptasi, yang merujukkan pada kecendrungan organis
me untuk menyelaraskan dengan
lingkungan. Adaptasi ini terdiri atas dua subproses
: (1) Asimilasi, yaitu kecendrungan
untuk memehami pengalaman baru berdasarkan pengetah
uan yang telah ada; (2)
Akomodasi, yaitu perubahan struktur kognitif krena
pengalaman baru.
Keadaan saling mempengaruhi antara asimilasi dan ak
omodasi melahirkan konsep
konstruktifisme, yaitu bahwa anak secara aktif menc
iptakan pengetahuan, dalam arti anak
tidak hanya menerima pengetahuan secarapasif dari l
ingkungan.
TABEL 1.1
Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
PERIODE USIA DESKRIPSI PERKEMBANGAN
1.Sensorimotor 0-2 tahun Pemgetahuan anak diperoeh me
lalui interaksi
fisik, baik dengan orang atau objek. Skema-
skema baru berbentuk reflek-reflek sederhana,
seperti: menggenggam atau menghisap.
2.Praoperasional 2-6 tahun Anak mulai menggunakan sym
bol-simbol untuk
merepresentasdunia (lingkungan) secara kognitif.
Symbol-simbol itu seperti: kata-kata dan bilangan
yang dapat menggantikan objek, peristiwa dan
kegiatan (tingkah laku yang tampak).
3.
Operasi konkret 6-11 tahun Anak sudah dapat membent
uk operasi-operasi
mental atas pengetahuan yang mereka miliki.
Mereka dapat menambah, mengurangi dan
mengubah. Operasi ini memungkinkannya untuk
dapat memecahkan masalah secara logis.
4.
Operasi Formal 11 tahun
sampai
dewasa
Periode ini merupakan operasi mental tingkat
tinggi. Disini anak (remaja) sudah dapat
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa
hipotesis atau abstrak, todak hanya dengan objek-
objek konkrit. Remaja sudah dapat berfikir
abstrak dan memecahkan maslaah melaui
pengujian semua alternative yang ada.
dunia anak
Selasa, 25 Desember 2012
Teori perkembangan anak menurut para ahli
Perkembangan Anak Menurut Jean Piaget danVigotskyThe National
for the Educational of Young Children (NAEYC) mendefinisikan
pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang melayani anak usia
lahir hingga 8 tahun untuk kegiatan setengah hari maupun penuh baik
di rumah ataupun institusi luar. Asosiasi para pendidik yang
berpusat diAmerika tersebut mendefinisikan rentang usia berdasarkan
perkembangan hasil penelitian di bidang psikologi perkembangan anak
yang mengindikasikan bahwa terdapat pola umum yang dapat diprediksi
menyangkut perkembangan yang terjadi selama 8 tahun pertama
kehidupan anak. NAEYC juga berperan sebagai lembaga yang memberikan
panduan dalam menjaga mutu program pendidikan anak usia dini yang
berkualitas yaitu program yang sesuai dengan tingkat perkembangan
dan keunikan individu.Pembagian rentang usia berdasarkan keunikan
dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangannya di Indonesia,
tercantum dalam buku kurikulum dan hasil belajar anak usia dini
yang terbagi ke dalam rentang tahapan berikut: (1) Masa bayi
berusia lahir 12 bulan; (2) Masa toddler atau balita usia 1-3
tahun; (3) Masa prasekolah usia 3-6 tahun; (4) Masa kelas B TK usia
4-5/6 tahun
Teori perkembangan Piaget dengan konsep kecerdasan seperti
halnya sistem biologi membangun struktur untuk berfungsi,
pertumbuhan kecerdasan ini dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan
sosial, kematangan dan ekuilibrasi. Semua organisme dilahirkan
dengan kecenderungan untuk beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan
lingkungannya. Cara beradaptasi berbeda bagi setiap individu,
begitu juga proses dari tahap yang satu ke tahap yang lain dalam
satu individu. Adaptasi terjadi dalam proses asimilasi dan
akomodasi. Kita merespon dunia dengan menghubungkan pengalaman yang
diterima dengan pengalaman masa lalu kita (asimilasi), sedangkan
setiap pengalaman itu berisi aspek yang mungkin saja baru sama
sekali. Aspek yang baru inilah yang menyebabkan terjadinya dalam
struktur kognitif (akomodasi).Asimilasi adalah proses merespon pada
lingkungan yang sesuai dengan struktur kognitif seseorang. Tetapi
proses pertumbuhan intelektual tidak akan ada apabila pengalaman
yang ditangkap tidak berbeda dengan skemata yang ada oleh sebab itu
diperlukan proses akomodasi, yaitu proses yang merubah struktur
kognitif. Bagi Piaget proses akomodasi tersebut dapat disamakan
dengan belajar. Konsep ini mejelaskan tentang perlunya guru memilih
dan menyesuaikan materi berpijak dari ide dasar yang diketahui
anak, untuk kemudian dikembangkan dengan stimulasi lebih luas
misalnyadalam bentuk pertanyaan sehingga kemampuan anak meningkat
dalam menghadapi pengalaman yang lebih kompleks.
Piaget selain meneliti tentang proses berpikir di dalam diri
seseorang ia juga dikenal dengan konsep bahwa pembangunan struktur
berfikir melalui beberapa tahapan. Piaget membagi tahap
perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap: (1) Tahap sensori
motor (lahir-2 tahun); (2) Tahap praoperasi (usia 2-7 tahun); (3)
Tahap operasi konkrit (usia 7-11 tahun); (4) Tahap operasi formal
(usia 11-15 tahun). Tahapan-tahapan ini sudah baku dan saling
berkaitan. Urutan tahapan Tidak dapat ditukar atau dibalik karena
tahap sesudahnya melandasi Terbentuknya tahap sebelumnya. Akan
tetapi terbentuknya tahap tersebut dapat berubah-ubah menurut
situasi sesorang. Perbedaaan antara tahap sangat besar. Karena ada
perbedaan kualitas pemikiran yang lain. Meskipun demikian unsur
dari perkembangan sebelumnya tetap tidak dibuang. Jadi ada
kesinambungan dari tahap ke tahap, walaupun ada juga perbedaan yang
sangat mencolok.
Vigotsky memandang bahwa sistem sosial sangat penting dalam
perkembangan kognitif anak. Orangtua, guru dan teman berinteraksi
dengan anak dan berkolaborasi untuk mengembangkan suatu pengertian.
Jadi belajar terjadi dalam konteks sosial, dan muncul suatu istilah
zona Perkembangan Proksimal (ZPD). ZPD diartikan sebagai daerah
potensial seorang anak untuk belajar, atau suatu tahap dimana
kemampuan anak dapat ditingkatkan dengan bantuan orang yang lebih
ahli. Daerah ini merupakan jarak antara tahap perkembanan aktual
anak yaitu ditandai dengan kemampuan mengatasi permasalahan sendiri
batas tahap perkembangan potensial dimana kemampuan pemecahan
masalah harus melalui bantuan orang lain yang mampu.Sebagi contoh
anak usia 5 tahun belajar menggambar dengan bantuan pengarahan dari
Orang tua atau guru bagimana caranya secara bertahap, sedikit demi
sedikit bantuan akan berkurang sampai ZPD berubah menjadi tahap
perkembangan aktual saat anak dapat menggambar sendiri. Oleh karena
itu dalam mengembangkan setiap kemampuan anak diperlukan
scaffolding atau bantuan arahan agar anak pada akhirnya menguasai
keterampilan tersebut secara independen. Dalam mengajar guru perlu
menjadi mediator atau fasilitator di mana pendidik berada disana
ketika anak-anak membutuhkan bantuan mereka. Mediatoring ini
merupakan bagian dari scaffolding. Jadi walaupun anak sebagai
pebelajar yang aktif dan ingin tahu hampir segala hal, tetapi
dengan bantuan yang tepat untuk belajar lebih banyak perlu terus
distimuluasi sehingga proses belajar menjadi lebih efektif.
Vigotsky meyakini bahwa pikiran anak berkembang melalui: (1)
Mengambil bagian dalam dialog yang kooperatif dengan lawan yang
terampil dalam tugas di luar zone proximal Development; (2)
Menggunakan apa yang dikatakan pendidik yang ahli dengan apa Yang
dilakukan. Berbeda dengan Piaget yang memfokuskan pada perkembangan
berfikir dalam diri anak (intrinsik), Vigotsky menekankan bahwa
perkembangan kognitif seorang anak sangat dipengaruhi oleh sosial
dan budaya anak tersebut tinggal. Setiap budaya memberikan pengaruh
pada pembentukan keyakinan, nilai, norma kesopanan serta metode
dalam memecahkan masalah sebagai alat dalam beradaptasi secara
intelektual. Budayalah yang mengajari anak untuk berfikir dan apa
yang seharusnya dilakukan.
Riwayat Maria MontessoriMaria Montessori lahir tahun 1870 di
kota Chiara Valle, Italia dimana ia menghabiskan masa kecilnya.
Maria Montessori pindah ke Roma pada usia 3 tahun dan tumbuh di
lingkungan yang di dominasiprestasi akademis. Maria Montessori
belajar matematika dan teknik dijurusan teknik, kemudian
melanjutkan kuliah di universitas Roma. Iamenjadi wanita pertama
yang memperoleh gelar dokter. Selanjutnyamenekuni karier dokter di
State Orthophenis School di Roma, danbekerja menangani anak-anak
cacat. Keberhasilan Maria Montessori menangani anak cacat,
meyakinkan dirinya untuk meninggalkan profesi dokter dan
memfokuskan diri pada pendidikan. Untuk mempelajarifungsi pikiran
manusia, ia kembali ke kampus untuk mempelajaripsikologi dan
antropologi. Bahkan akhirnya Maria Montessori menjadidekan jurusan
antropologi pendidikan.Maria Montessori melanjutkan bekerja dengan
anak-anak dariberbagai budaya dan latar belakang, tidak hanya anak
cacat, tetapi jugaanak normal dari keluarga kaya dan miskin. Ia
menyimpulkan bahwaanak perlu lebih dari sekedar perawatan fisik dan
medis gunamenunjang pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan raganya,
anakmemerlukan lebih dari sekedar pelajaran yang diajarkan di
sekolahumum. Ia memperkenalkan strategi pendidikan yang mencakup
melatihpanca indera dan ketrampilan motorik anak. Dengan alat
peraga khususdan di lingkungan yang tepat, anak cenderung bisa
mengerjakanaktivitas secara spontan, dan , lewat aktivitas anak
mendapatkanpengetahuan dan ketrampilan. Anak akan belajar sekuat
keinginanpribadi dan mengatasi ketidakmampuannya tanpa bantuan dan
campurtangan orang tua.Pengalaman kerja pertama Maria Montessori
adalah mendidikanak cacat. Selanjutnya hasil observasi Maria
Montessori juga berlaku untuk anak normal. Eksperimen awal Maria
Montessori mengajarkanbahwa guru perlu mengajarkan dasar-dasar
hidup. Misalnya melatihpanca indera dan sistem urat saraf.
Setelah berhasil mengajar anak cacat. Kesempatan menguji metode
Maria Montessori untuk anaknormal datang ketika diminta menguji 60
anak di kawasan kumuh SanLorenzo, Roma. Anak-anak ini berusia 3-7
tahun. Berasal dari keluargamiskin. Sebagian orang tua mereka
bahkan buta huruf. Karena danakurangia membuat sendiri furnitur dan
perlengkapan mengajar.Usaha untuk menumbuh-kembangkan anak
dilakukan MariaMontessori dengan mendirikan Casa Dei Bambini atau
rumah anak. Disini, Maria Montessori menelaah respon terhadap
metode mengajaranak prasekolah. Metode mengajar Maria Montessori
mulai terkenaldan membuka jalan untuk membuat proyek serupa bagi
MariaMontessori dan pengikutnya. Maria Montessori mendirikan
sekolahuntuk anak normal dan anak orang kaya. Maria Montessori
mengatakananak normal mempunyai kemampuan yang sama untuk
melakukanaktifitas anak cacat. Maria Montessori telah menemukan
metodemengajar yang tepat dan menyadari perlu adanya revolusi
pendidikan.Untuk menyebarluaskan penemuannya, ia berkenan mengajar
hingga keAmerika, Inggris, Australia, dan Asia. Tidak mengherankan
jika MariaMontessori didominasikan 3 kali untuk menerima hadiah
nobel dibidang perdamaian.Maria Montessori meninggal di Belanda
tahun 1952, sebelumulang tahunnya yang ke-82. dia bekerja setiap
hari untuk mengajarkansistem pendidikan ke seluruh dunia. Selain
buku dan program pelatihan guru, banyak asosiasi dan sekolah di
Eropa, Amerika, dan Asia yangmengabdikan nama Maria Montessori
a. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode Maria
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode Maria Montessori adalah
metode Student Centered Learning. Maria Montessori mengajarkan anak
untuk lebih aktif berperan serta dalam pembelajaran. Dia menerapkan
belajar sambil bermain agar anak-anak lebih dapat mengerti bahan
yang dibahas. Secara garis besar Montessori juga membantu para
orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang sesuai bagi
anaknya.b. Metode Maria Montessori terhadap perkembangan kognitif,
afektif, dan psikomotorikSetiap manusia terdiri atas 3 kemampuan,
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, oleh karena itu penulis
akan membahas mengenai kelebihan dengan metode Maria Montessori
dari 3 segi.1. Kognitif2. Afektif (emosi)- Tidak boleh dipaksa-
Proses pendidikan harus dengan kemauan anak sendiri- Anak harus
merasa senang dalam belajarSKEMA dan CERITAMelalui alat yang
digunakan tanpa dipaksaMembuat anak melakukan sesuatu2. Anak
menjadi senang cerita :Pada hari Ibu, anak-anak diminta menggambar
atau membuat sesuatu untuk ibu. Anak diberi pengertian bahwa apa
yang akan mereka buat adalah tanda rasa sayang mereka pada ibu,
sehingga anak akan membuat sesuatu untuk ibunya tanpa dipaksa.3.
PsikomotorCerita: Saat bermain, anak-anak diminta untuk membuat
kelompok kecil bersama temantemannya. Kemudian disediakan alat-alat
seperti sekop kecil, pasir, batu-batuan, gerobak kecil. Tiap
kelompok diminta untuk membuat suatu bangunan sederhana, dari
permainan tersebut anak-anak dapat belajar bekerja sama untuk
membangun bangunan sederhana tersebutc. Tujuan Metode Maria
MontessoriTujuan penggunaan metode Maria Montessori adalah membantu
para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang efektif bagi
anak mereka. Penerapan metode belajar yang baik sangat berperan
penting dalam pembentukan kemampuan intelektual, kepribadian, dan
dalam hubungan sosial dan emosional. Hal ini dikarenakan umur lima
tahun merupakan umur emas. Dikatakan umur emas karena pada saat ini
kemampuan intelektual anak sedang meningkat sampai taraf optimal.
Jadi orang tua harus menerapkan metode pengajaran yang baik kepada
anak mereka. Sebelum membina perlu menentukan seperangkat nilai
yang mau ditanamkan.1.Watak kepribadian macam apa yang ingin
dilatihkan dan dikembangkan?2. Sikap sosial macam apa yang hendak
kita bangun?3. Kegiatan atau pengalaman apa yang hendak kita
berikan untuk membangun etika dan moral yang baik sesuai dengan
usia? Namun yang paling penting adalah nilai, etika dan moral dari
sikap dan perilaku orang tuanya sendiri. Nilai apa yang hendak kita
transferkan kepada anak-anak? Kita dapat mencari "potret" orang tua
yang positif dalam menanamkan nilai-nilai. Pendekatan macam apa
yang hendak kita gunakan secara positif.adapun tujuan dari metode
Maria Montessori adalah:1. Membantu para orang tua dalam menerapkan
pola pengajaran yang efektif bagi anak mereka2. Membantu anak-anak
didik dalam mengembangkan tingkat intelektual, psikomotor, dan
afektif yang ada pada diri mereka.3. Membuat anak dituntut untuk
dapat berkembang sesuai dengan periode perkembangannya saat mereka
mulai peka terhadap tugas-tugasnya.4. Mengajarkan pada anak cara
belajar yang efektif dan optimal melalui permainan.5. Mengembangkan
keterampilan yang menekankan pada pentingnya anak bekerja bebas dan
dalam pengawasan terbatas.6. Anak diajarkan untuk dapat
berkonsenterasi dan berkreasi.7. Guru hanya sebagai pengamat dan
pembimbing, karena anak dibiasakan untuk memilih sesuai dengan
keinginan sendiri.d. Alat Permainan Edukatif ciptaan
MontessoriMontessori menciptakan alat permainan yang memudahkan
anak untuk mengingat dan mengenal konsep-konsep tanpa perlu
dibimbing. Alat dirancang dengan sedemikian rupa agar anak dapat
bekerja secara mandiri. Beberapa alat permainan tersebut antara
lain:a. Alat timbanganb. Silinder dengan ukuran serial sepuluh
ukuranc. Tongkat-tongkat desimeter, meterd. Gambar-gambar untuk
dicontoh, bahan untuk mengembangkan motorik haluse. Bentuk-bentuk
segitiga, segi empat, segi enam yang dipecah-pecahf. Bentuk-bentuk
tiga dimensi, kerucut, kubus, prisma, bolag. Bujur telur, limas,
dan sebagainyae. Landasan TeoriMaria Montessori merupakan seorang
pendidik yang menggunakan metode pendidikan yang menekankan pada
pentingnya anak bekerja bebas dan dalam pengawasan terbatas. Metode
Maria Montessori merupakan metode belajar pada zaman dahulu.
Sekarang, Maria Montessori lebih di kenal dengan nama Problem Based
Learning (PBL). PBL ini mempunyai nama lain yaitu Project Based
Learning (pembelajaran berdasarkan proyek), Experience Based
Education (belajar berdasarkan pengalaman), Authentic Learning
(pembelajaran otentik), dan Anchored Instruction (berakar pada
kehidupan nyata).Maria Montessori ini merupakan gabungan dari
berbagai macam pembelajaran yang disebut dengan kolaboratif
learning. Kolaboratif learning terdiri dari PBL, PQ4R, SQ3R. Metode
Maria Montessori membuat anak dituntut untuk dapat berkembang
sesuai dengan periode perkembangannya saat mereka mulai peka
terhadap tugastugasnya. Maria Montessori berpusat pada peserta
didik. Oleh sebab itu, disebut dengan Student Centered
Learning.Pada metode ini guru hanya bersifat sebagai fasilitator
dan mediator saja selebihnya menjadi tanggung jawab peserta didik.
Student Centered Learning ini lebih menekankan pada
pembelajaran-pembelajaran kasus. Peserta didik di bagi menjadi
kelompok-kelompok, lalu peserta didik belajar cara untuk mengkaji
masalah, menganalisa dan mencari solusi masalah yang dikaji.
Setelah itu, peserta didik mengajukan pertanyaan atau masalah, lalu
terintegrasi dengan disiplin ilmu lain.Setelah itu, penyelidikan
otentik pun dapat dilakukan dan akan menghasilkan produk atau karya
yang menggangumkan. Cara inilah yang akan menghasilkan sumber daya
manusia yang potensial. Belajar dengan kasus-kasus dapat
mempengaruhi kognitif dan metakognitif peserta didik itu sendiri.
Peserta didik dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan
metakognitif pada saat mereka belajar. Tujuan yang ingin dicapai
adalah dengan cara mengkonstruksikan pengetahuan yang telah mereka
dapat sebelumnya. Selain itu, Faktor sosial dan faktor individu itu
sendiri berpengaruh dalam metode ini. Metode ini mengajarkan agar
peserta didik aktif dalam bertanya dan menjawab
pertanyaanpertanyaan.Cara pembelajaran lainnya adalah Teori
Scaffolding, dimana guru memberikan materi, lalu peserta didik
menangkapnya dan berjalan terus hingga akhirnya peserta didik sudah
mendapat banyak materi dan guru sedikit memberikan materi. Pada
saat ini peserta didik dituntut untuk berkonsentrasi agar dapat
menangkap apa yang telah diberikan oleh guru. Kita seharusnya
membantu anak untuk menjadikan fantasi sebagai suatu hal yang
nyata. Setiap orang berimijanasi, namun kita harus mengetahui cara
mengembangkan imajinasi tersebut.Teori Piaget tentang Perkembangan
KognitifTahapan dalam perkembangan intelektual (kognitif) yang
dirumuskan oleh piaget berhubungan dengan pertumbuhan otak. Menurut
Piaget, otak manusia tidak berkembang sepenuhnya hingga masa
adolesen, bahkan otak laki-laki kadang tidak berkembang sepenuhnya
hingga masa dewasa awal. Menurut Piaget, intelegensi adalah dasar
fungsi hidup yang membantu organism beradaptasi dengan lingkungan.
Piaget juga mengemukakan bahwa intelegensi adalah suatu bentuk
keseimbangan yang menjedi kecenderungan semua struktur kognitif.
Piaget menekankan bahwa anak-anak bersifat aktif dan merupakan
penjelajah yang selalu ingin tahu. Piaget meyakini bahwa
ketidakseimbangan antara bentuk berpikir anak dan kejadian dalam
lingkungan, memaksa anak membuat penyesuaian mental yang membuatnya
dapat menyelesaikan pengalaman baru yang membingungkan dan kemudian
menghasilkan keseimbangan kognitif.Piaget mendeskripsikan anak
sebagai seorang kontruktivis dimana jika mereka ingin mengetahui
sesuatu, mereka harus membangun pengetahuan tersebut sendiri.
Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut PiagetPiaget
mengidentifikasi empat periode utama dalam perkembangan kognitif,
yaitu tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7
tahun), tahap operasi konkrit (7-11 tahun), dan tahap operasi
formal (11 tahun keatas). Tahap pertumbuhan intelektual akan
menunjukkan tingkat kualitas yang berbeda dari fungsi dan bentuk
kognitif yang disebut tahap perkembangan Invarian, yaitu semua anak
mengalami kemajuan melalui tahap dalam urutan yang persis sama
tanpa melewati suatu tahap. Menurut Piaget, urutan tahap-tahap
intelektual adalah tetap, namun dia menemukan bahwa ada perbedaan
individual yang besar pada tahun dimana anak masuk dari suatu tahap
tertentu. Rentangan pertumbuhan intelektual anak dipengaruhi oleh
factor budaya dan pengaruh lingkungan.Tahap perkembangan anak usia
dini menurut Piaget hanya berada pada tahap Sensorimotor dan
Praoperasional.1) Tahap Sensorimotor ( 0-2 tahun)Tahap sensorimotor
yaitu tahap dimana anak berumur sejak lahir hingga sekitar dua
tahun. Pada tahap ini merupakan periode dimana bayi dapat
mengkoordinasikan input sensor dan kemampuan geraknya untuk
membentuk skema perilaku yang memungkinkannya bergerak dalam
lingkungan dan mengetahui lingkungannya. Pada dua tahun pertama,
bayi berkembang dari makhluk yang berkembang dengan reflek dan
dengan pengetahuan yang sangat terbatas. Piaget membagi periode
sensorimotor menjadi 6 sub tahap yang menggambarkan transisi
bertahap dari organism yang menggunakan reflek menjadi organism
yang bercermin pada diri sendiri.2) Perkembangan Ketrampilan
Memecahkan MasalahPiaget memberi ciri pertama dalam hidup bayi
sebagai tahap kegiatan reflek, yaitu suatu periode dimana perilaku
bayo terbatas pada latihan reflek yang alami, menambahkan obyek
baru ke dalam skema refleksif, dan menghantarkan reflek kepada
benda nyata. Pada tahap ini merupakan permulaan dari perkembangan
kognitif.3) Perkembangan Imitasi (Peniruan)Piaget menemukan adanya
adaptasi peniruan yang bermakna dimana bayi tidak mampu meniru
respon asli yang ditunjukkan oleh orang dewasa hingga usia 8-12
bulan. Pada usia 18-12 bulan terdapat peniruan yang tertunda, yaitu
kemampuan melakukan kembali perilaku yang telah lama dicontohkan
karena mereka sedang membangun mental simbolis, atau imajinasi dari
perilaku contoh yang tersimpan dan dimunculkan di lain waktu.
Tetapi, menurut pendapat para ahli lainnya menyatakan bahwa
kapasitas untuk penundaan peniruan yang memungkinkan bayi untuk
menyusun, menyimpan, dan kemudian memunculkan kembali mental
simbolis ditunjukkan jauh lebih awal dari yang telah dikemukakan
Piaget.4) Perkembangan Ketetapan BendaPada tahap ini merupakan
suatu pemikiran bahwa benda tetap ada ketika benda tersebut tidak
lagi dapat terlihat oleh indera lainnya, tetapi karena pada bayi
usia 4-8 bulan sangat tergantung pada panca indera dan kemampuan
motorik untuk memahami suatu benda, maka ia akan berpikir bahwa
suatu benda ada apabila dapat diinderai.Pada bayi usia 12-18 bulan,
konsep ketetapan benda meningkat meskipun belum lengkap, karena
anak tidak dapat membuat kesimpulan secara mental yang diperlukan
untuk memahami pemindahan benda dengan cara yang tidak telihat.
Selanjutnya pada usia ini bayi mampu secara mental menggambarkan
pemindahan benda secara tak terlihat dan menggunakan kesimpulan
mental untuk memandu pencariannya terhadap benda yang telah lama
menghilang.5) Tahap praoperasional (2-7 tahun)Pada saat anak
memasuki tahap ini, anak telah mengalami peningkatan drastic dalam
perkembangan intelektualnya pada penggunaan symbol (kata dan
imajinasi) untuk menggambarkan benda, situasi, dan kejadian. Symbol
merupakan sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain.Piaget
mendeskripsikan bahwa intelejensi praoperasional berfokus pada
keterbatasan anak dalam berpikir. Anak usia dini masih belum
menguasai operasi kognitif yang memungkinkan mereka untuk berpikir
logis. Pada tahap ini terdapat periode prakonseptual yang ditandai
dengan munculnya fungi simbolis, yaitu kemampuan membuat suatu hal
mewakili sesuatu yang lain. Pada periode ini terjadi pergeseran
dari keingintahuan segala sesuatu melalui tangan menuju kepada
perenungan. Teori perkembangan anak menurut LavengeveldLavengeveld
menyatakan bahwa tahap-tahap perkembangan anak meliputi:
1. 3 -5 tahunMasa pendidikan pendahuluan (menuruti dan meniru
orang tua).2. 3 - 6 tahunTahap Taman Kanak-kanak, yang hendaknya
dicapai adalaha. Berbahasa lisan (berbicara, bercerita)b. Mengenal
pola hidup keluarga (saya, keluarga, dan sekolah)c. Menguasai
keterampilan untuk kebutuhan sehari-hari (mandi, menggosok gigi,
berganti pakaian, makan, dll).d. Mengenal diri, keinginannya dan
kehendaknya.e. Mulai berkhayal (tidak dapat membedakan khayalan dan
kenyataan).3. Kelas I dan II SDMembaca buku cerita yang ada
ekspresi seninya. Mengumpulkan benda-benda kecil, dan bermain
dengan teman sebaya
Diposkan oleh nurzubaini di 03.31 Kirimkan Ini lewat Email
HYPERLINK
"http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=2358623245173298348&postID=7447446838237128022&target=blog"
\o "BlogThis!" \t "_blank" BlogThis!
HYPERLINK
"http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=2358623245173298348&postID=7447446838237128022&target=twitter"
\o "Berbagi ke Twitter" \t "_blank" Berbagi ke Twitter
HYPERLINK
"http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=2358623245173298348&postID=7447446838237128022&target=facebook"
\o "Berbagi ke Facebook" \t "_blank" Berbagi ke Facebook
HYPERLINK
"http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=2358623245173298348&postID=7447446838237128022&target=pinterest"
\o "Bagikan ke Pinterest" \t "_blank" Bagikan ke Pinterest1
komentar:
1. Rendy Vixio30 Mei 2013 17.03nilai anak menurut DAVID B ada
ngak??
BalasMuat yang lain...
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
HYPERLINK
"http://nurzubaini.blogspot.com/search?updated-min=2013-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2014-01-01T00:00:00-08:00&max-results=4"
2013 (4)
HYPERLINK
"http://nurzubaini.blogspot.com/search?updated-min=2012-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2013-01-01T00:00:00-08:00&max-results=2"
2012 (2)
HYPERLINK
"http://nurzubaini.blogspot.com/2012_12_01_archive.html" Desember
(2)
Teori perkembangan anak menurut para ahli Teori Erik
EriksonMengenai Saya
nurzubaini Lihat profil lengkapku
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.
Citra Persona Psikologi Untuk Kita...
Home About Thursday, October 3, 2013
Tahap Perkembangan Psikomotor, Kognitif dan Emosi Pada Masa
Lahir Sampai Remaja
Perkembangan individu terdiri dari tiga aspek yang penting,
yaitu perkembangan psikomotor yang berkaitan dengan kondisi fisik,
kognitif yang berhubungan dengan perkembangan otak dan perkembangan
emosi secara psikologis. Ketiga hal tersebut menjadi landasan utama
dalam melihat apakah seorang individu terutama dalam rentang usia
sejak lahir hingga masa remaja termasuk normal ataukah abnormal
(tidak normal). Berikut ini akan penulis uraikan ketiga aspek
perkembangan tersebut.
TAHAP PERKEMBANGAN PSIKOMOTOR SEJAK LAHIR HINGGA REMAJA
Perkembangan motorik anak berkembang sejak dalam kandungan ibu.
Kemudian semakin pesat berkembang setelah janin dilahirkan.
Perkembangan motor (motor development) menurut Muhibin Syah
(2008;60) merupakan proses perkembangan yang progresif dan
berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak
(motor skills).
Tahap perkembangan psikomotor menurut pandangan hotistik dalam
tabel perkembangan yang terdapat pada buku Human Development
(Papalia, Old dan Feldman, 2009) sejak masa lahir hingga dewasa
adalah :
Usia lahir sampai 1 bulan (Neonatal)Bayi pada usia ini tidur
sepanjang hari; membangun siklus tidur-bangun. Seluruh indra
berkembang secara sangat cepat.
Usia 1-6 bulanPada usia tersebut bayi mulai meraih dan
menggenggam berbagai objek, mengangkat dan menolehkan kepalanya,
bisa berguling-guling serta merangkak atau merayap.
Usia 6-12 bulanBayi mulai duduk tanpa adanya penopang, berdiri
sambil dipegangi, kemudian bisa berdiri sendiri. Kemudian
selanjutnya bisa melangkah untuk pertama kalinya.
Usia 12-18 bulanAnak sudah bisa berjalan dengan baik. Selain itu
pada usia ini anak mampu mendirikan menara dari balok.
Usia 18-30 bulanSaat usia 18-30 bulan anak dapat berjalan tegak
dan mulai mencorat-coret tanpa arti.
Usia 30-36 bulanBiasanya pada usia ini anak dapat melompat.
Usia 3-4 tahunAnak dapat menyalin bentuk-bentuk dan menggambar
desain. Selain itu anak dapat menuangkan cairan, makan dengan
perangkat makan dan menggunakan toilet sendiri. Meskipun belum
mandiri anak biasanya dapat menggunakan baju dengan bantuan.
Usia 5-6 tahunPada usia tersebut anak dapat turun
tangga,melompat, berjingkrak dan mengubah arah. Selain itu anak
dapat mengenakan pakaian tanpa dibantu.
Usia 7-8 tahunKeseimbangan dan control tubuh pada usia ini
meningkat. Selain itu kecepatan dan kemampuan melempar
meningkat.
Usia 9-11 tahunKetika anak mencapai usia ini, rata-rata anak
perempuan mulai menunjukkan perubahan pubertas kemudian pertumbuhan
masa remaja mulai terjadi secara pesat.
Usia 12-15 tahunRata-rata anak laki-laki pada usia ini mulai
menunjukkan perubahan pubertas kemudian pertumbuhan masa remaja
mulai terjadi secara pesat.
Usia 16-20 tahunPada usia ini mengiringi masa pubertas, sistem
penentu sirkadian dan ritme biologis beralih, mempengaruhi siklus
tidur-bangun.
Tahap perkembangan psikomotor dari lahir hingga 16 bulan menurut
Santrock (2007:128) dalam Life Span Development dapat dilihat dari
diagram berikut ini :
TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF SEJAK LAHIR HINGGA REMAJAPada saat
seorang bayi terlahir di dunia, ia sudah diciptakan dengan
milliaran jaringan sel otak yang sangat luar biasa. Hal ini menjadi
pondasi penting bagi perkembangan kognitifnya kelak. Perkembangan
kognitif (cognitive development) dalam buku Human Development
(Papalia, Old dan Feldman, 2009;12) didefinisikan sebagai suatu
pola perubahan dalam kemampuan-kemampuan mental, seperti; belajar,
perhatian, ingatan, bahasa, berpikir, penalaran dan
kreativitas.
Sedangkan menurut Muhibin Syah (2008;60) dalam bukunya Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru perkembangan Konitif (cognitive
development) adalah perkembangan fungsi intelektual atau proses
perkembangan kemampuan/kecerdasan otak anak.
Selain itu menurut Desmita (2009), perkembangan kognitif adalah
salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan
pengetahuan, yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Sehingga kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak
untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran
dan pemecahan masalah.
Menurut Piaget berbagai perubahan kualitatif pada pikiran muncul
antara masa bayi dan masa remaja (dalam Papalia, Old dan Feldman,
2009;42). Berikut ini beberapa teori tahap-tahap perkembangan
kognitif sejak lahir hingga remaja menurut tokoh-tokoh, yaitu
antara lain ;
I. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget1. Masa
Sensori Motor (0-2 tahun)Masa ketika bayi mempergunakan sistem
pengindraan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya.
Bayi memberikan reaksi motorik atas rangsangan-rangsangan yang
diterimanya dalam bentuk refleks misalnya refleks menangis, dan
lain-lain. Refleks ini kemudian berkembang lagi menjadi
gerakan-gerakan yang lebih canggih, misalnya berjalan (Sunarto,
2008:24)
Piaget membagi tahap sensori motor dalam enam periode, yaitu
:
a. Refleks (umur 0-1 bulan)Tingkah laku bayi kebanyakan bersifat
refleks, spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan.
Contoh: refleks menangis, mengisap, menggerakkan tangan dan
kepala, mengisap benda didekatnya, dan lain-lain.
b. Kebiasaan (umur 1-4 bulan)Kebiasaan dibuat dengan dengan
mencoba-coba dan mengulang-ulang suatu tindakan.
Contoh: seorang bayi mengembangkan kebiasaan mengisap jari.
Awalnya ia tidak dapat mengangkat tangannya ke mulut, lalu
pelan-pelan mencoba dan akhirnya bisa. Setelah itu menjadi lebih
cepat melkukan kembali. Maka itu, terjadilah suatu kebiasaan
mengisap ibu jari.
c. Reproduksi kejadian yang menarik (4-8 bulan)Pada periode ini,
seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada
di sekitarnya.
Misalnya seorang bayi diletakkan diatas ranjang dan diberi
mainan yang akan berbunyi jika talinya dipegang. Suatu saat ia
main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi yang bagus dan
ia senang. Maka, ia akan menarik tali itu agar muncul bunyi yang
sama.
d. Koordinasi skemata (8-12 bulan)Seorang bayi mulai membedakan
antara sarana dan hasil tindakannya.
Contoh: seorang bayi diberi mainan tetapi letaknya jauh. Di
dekatnya terdapat tongkat kecil dan dia akan menggunakannya untuk
menggapai mainan tersebut.
e. Eksperimen (12-18 bulan)Masa anak mulai mengembangkan
cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan eksperimen.
Contoh: anak diberi makanan yang diletakkan di meja. Ia akan
mencoba menjatuhkan makanan itu dan memakannya.
f. Representasi (18-24 bulan)Seorang anak sudah mulai menemukan
cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan
eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal dalam
gambarannya.
Misal: Lauren mencoba membuka pintu kebun. Ia tidak berhasil
karena pintu disangga oleh sebuah kursi diseberangnya. Ia pergi di
sisi lain dan memindahkan kursi yang menghambat tersebut, padahal
ia tidak melihat. Dari kejadian tersebut, tampak jelas bahwa lauren
dapat mengerti apabila penyebab pintu itu adalah sesuatu yang
berada dibelakang pintu tersebut, meskipun ia tidak melihat.
Berikut ini table sub tahapan sensorimotor menurut Piaget dalam
buku Life Span Development (Santrock, 2007 ; 149 ) :
2. Masa Pra-Operasional (2-7 tahun)Ciri khas masa ini adalah
kemampuan anak menggunakan simbol yang mewakili suatu konsep.
Misal, seseorang anak yang pernah melihat dokter berpraktek, akan
dapat bermain dokter-dokteran (Sunarto, 2008:24).
Piaget membagi perkembangan kognitif tahap praoperasional dalam
dua bagian:
1. Umur 2-4 tahun, dicirikan oleh perkembangan pemikiran
logisPiaget membedakan antara simbol dan tanda dengan indeks dan
sinyal.dalam pengertian simbol dan tanda (sign) dibedakan antara
objek yang ditandakan dengan tandanya sendiri misalnya anak bermain
pasar pasaran dengan uang dari daun.daundi sini sebagai tanda
,sedangkan uangadalah yang di tanda kan.dalam kenyataan daun dan
uang tidak sama.dalam pengertianindeks dan sinyal tidak di bedakan
antara tanda dan objek yang di tandakan.
Piaget juga membedakan antara simbol dan tanda. Simbol adalah
suatu hal yang lebih menyamai dengan yang di simbolkan seperti
gambaran dan bayangan . tanda lebih merupakan sembarang benda yang
di guna kan tanpa ada kesamaan dengan yang ditandakan.
2. Umur 4-7 tahun, dicirikan oleh perkembangan pemikiran
intuitifMenurut piaget (1981) pemikiran anak pada umur 4 -7 tahun
berkembang pesat secara bertahap ke arah konsep tualisasi. Ia
berkembang dari tahap simbolis dan prakonseptual ke permulaan
oprasional . tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak masih
mengalami oprasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran
yang semi simbolis atau penalaran intuitif yang tidak logis. Dalam
hal ini seseorang anak masih mengambil keputusan hanya dengan
aturan-aturan intuitif yang masih mirif dengan tahap
sensorimotor
Pemikiran intuitif adalah persepsi langsung akan dunia luar
tetapi tanpa di nalar terlebih dahulu. kelemahan pemikiran ini
adalah bahwa pemikiran nya searah
(centred) dimana anak hanya dapat melihat dari satu segi
saja.dalam pemikiran ini anak belum dapat melihat pluralitas
gagasan tetapi hanya satu persatu. apabila beberapa gagasan di
gabungkan pemikiran anak menjadi kacau. Pada tahap ini anak belum
dapat berpikir decentred yaitu melihat berbagai segi dalam satu
kesatuan.
3. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)Tahap ini dicirikan
dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada
aturan-aturan tertentu yang logis. Tahap operasi konkret tetap
ditandai dengan asanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang
kelihatan nyata/konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada
barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi
hipotesis.4. Tahap Operasional Formal (11 tahun-dewasa)Menurut
Piaget ketika tahap ini remaja memasuki level tertinggi
perkembangan kognitif. Tidak lagi terbatas oleh disini dan
sekarang, mereka sudah dapat memahami waktu historis dan ruang luar
angkasa (dalam Human Development, Papalia, Old, Feldman,
2008;554).
Selain itu pada tahap ini individu dapat berpikir secara
abstrak, menangani situasi-situasi perumpamaan dan berpikir
mengenai berbagai kemungkinan (dalam Human Development, Papalia,
Old, Feldman, 2009 ; 46). Sehingga ketika masa ini individu sudah
dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoretis formal
berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil
kesimpulan lepas dari apa yang diamati saat itu.
II. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut VygotskyVygotsky
memberikan pandangan berbeda dengan Piaget terutama pandangannya
tentang pentingnya faktor sosial dalam perkembangan anak. Vygotsky
memandang pentingnya bahasa dan orang lain dalam dunia
anak-anak.
Vigostsky mengajukan teori yang dikenal dengan istilah Zone of
Proximal Development (ZPD) yang merupakan dimensi sosio-kultural
yang penting sebagai dimensi psikologis. ZPD adalah jarak antara
tingkat perkembangan aktual dengan tingkat perkembangan potensial.
Tingkat perkembangan yang dimaksud terdiri atas empat tahap, yaitu
:
1. More dependence to others stage, yaitu tahapan kinerja anak
mendapat banyak bantuan dari pihak lain seperti teman-teman
sebayanya, orang tua, guru, masyarakat, ahli, dan lain-lain. Dari
sinilah muncul model pembelajaran kooperatif atau kolaboratif dalam
mengembangkan kognisi anak secara konstruktif.
2. Less dependence external assistence stage, pada tahapan ini
kinerja anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan bantuan dari
pihak lain, tetapi lebih kepada self assistance, lebih banyak anak
membantu dirinya sendiri.
3. Internalization and automatization stage, tahap ini
menunjukkan kinerja anak sudah lebih terinternalisasi secara
otomatis. Kasadaran akan pentingnya pengembangan diri dapat muncul
dengan sendirinya tanpa paksaan dan arahan yang lebih besar dari
pihak lain. Walaupun demikian, anak pada tahap ini belum
mencapai
kematangan yang sesungguhnya dan masih mencari identitas diri
dalam upaya mencapai kapasitas diri yang matang.
4. De-automatization stage, ketika anak memasuki tahap ini maka
mereka akan mampu mengeluarkan perasaan dari kalbu, jiwa, dan
emosinya yang dilakukan secara berulang-ulang, bolak-balik,
recursion. Pada tahap ini, keluarlah apa yang disebut dengan de
automatisation sebagai puncak dari kinerja sesungguhnya.
Berikut alur tahap perkembangan menurut Vygotsky untuk
mendeskripsikan bagaimana anak berkembang dari tahap kapasitasnya
mulai berfungsi hingga masa perkembangan lanjutan :
III. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Pandangan
HolistikBeberapa tahap perkembangan kognitif sejak lahir sampai
remaja dari pandangan holistik dalam buku Human Development
(Papalia, Old, Feldman, 2009) adalah :
* Neonatal (lahir sampai 1 bulan)Tahapan sensorimotorik dimulai.
Bayi dapat belajar sesuai pengkodisian atau pembiasaan. lebih
banyak memperhatikan rangsangan baru daripada yang sudah
dikenal.
* Usia 1-6 bulanBayi mengulang berbagai perilaku yang
menghasilkan kesenangan, mengoordinasikan informasi sensoris dan
dapat mengulag sebuah tindakan yang telah dipelajari jika
diingatkan konteks yang asli.
* Usia 6-12 bulanMulai melibatkan dirinya pada perilaku-perilaku
yang bertujuan, dapat membedakan seperangkat objek kecil dan
memperlihatkan penundaan untuk meniru dan mencoba perilaku yang
telah dipelajari.
* Usia 12-18 bulanBayi mulai memahami hubungan sebab akibat,
melibatkan diri dalam permainan yang bersifat membangun serta
mecari objek-objek yang terakhir dilihat pada tempat yang
tersembunyi.
* Usia 18-30 bulanBatita menggunakan representasi mental dan
symbol-simbol, dapat mencapai kepermanenan objek, dapat membentuk
konsep dan pengelompokan, ingatan episodic muncul serta dimulainya
tahap praoperasional.
* Usia 30-36 bulanPada usia ini anak dapat menghitung,
mengetahui kata-kata warna dasar, memahami perumpamaan mengenai
benda-benda yang dikenal serta dapat menjelaskan hubungan sebab
akibat yang dikenali.
* Usia 3-4 tahunAnak memahami simbol, dimulainya ingatan
otografikal (ingatan mengenai sejarah seseorang), melibatkan diri
dalam permainan pura-pura, dapat menghitung menggunakan seluruh
angka dan memahami kualitas yang terpecah-pecah. * Usia 5-6
tahunTeori pikiran telah matang, anak bisa membedakan antara
khayalan dan kenyataan, serta mulai lebih efisien dalam mengode,
menggeneralisasi dan membangun strategi.
* Usia 7-8 tahunPada usia ini tahap operasi konkret dimulai,
anak memahami sebab akibat, seriasi, penyimpulan transitif, inklusi
kelas, penalaran induktif dan konservasi. Selain itu pemrosesan
lebih dari satu tugas pada saat yang sama jadi lebih mudah.
* Usia 9-11 tahunKemampuan untuk mempertimbangkan banyak sudut
pandang meningkat dan berbagai strategi ingatan meningkat.
* Usia 12-15 tahunRemaja bisa mencapai tahap operasi formal;
penggunaan abstraksi dan penalaran deduktif-hipotetis, rintangan
ingatan meluas menjadi enam digit.
* Usia 16-20 tahunKemampuan menggunakan penalaran
deduktif-hipotetis meningkat dan basis pengetahuan terus
tumbuh.
TAHAP PERKEMBANGAN EMOSI SEJAK LAHIR HINGGA REMAJA Bagaimana
kondisi ibu saat hamil sangat mempengaruhi perkembangan emosi anak
yang akan dilahirkan. Kemudian ketika lahir hal itu berkembang dan
dipengaruhi oleh bagaimana kondisi lingkungannya. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh John Locke, seorang filsuf Inggris bahwa anak
kecil seperti sebuah tabula rasa, seperti sebuah batu tulis yang
kosong dimana masyarakat menulisnya (dalam Human Development,
Papalia, Old dan Feldman, 2009;41). Setiap individu memang memiliki
sifat bawaan serta kontrol pribadi yang menjadi kekuatan untuk
mengendalikan emosi, namun dalam perkembangannya emosi cukup
signifikan dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu lingkungan. Hal
ini juga sejalan dengan teori Albert Bandura yang mengedepankan
terbentuknya perilaku berdasarkan proses modeling.
Definisi perkembangan emosi dalam buku Life Span Development
(Santrock, 2007 ; 179) dikatakan sebagai berikut :
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosi
didiskripsikan sebagai suatu perasaan atau suasana hati yang
terjadi ketika seseorang berada di suatu tempat atau sebuah
interaksi yang penting, terutama yang mempengaruhi kebahagiaannya.
Dalam berbagai bentuk emosi sangat mempengaruhi bagaimana individu
berkomunikasi dengan dunianya. Meskipun emosi tidak hanya termasuk
dalam suatu komunikasi, di masa anak-anak komunikasi merupakan hal
penting yang mendahului munculnya emosi (Campos, 2009).
Ahli psikologi mengklasifikasikan emosi dalam beberapa cara,
namun hampir semua klasifikasinya dikategorikan dalam emosi positif
dan negative (Izard, 2009). Emosi positif termasuk
semangat/antusiasme, kebahagiaan dan cinta. Sedangkan emosi
negative mencakup kecemasan, kemarahan, rasa bersalah dan
kesedihan.
Beberapa pendapat tahap perkembangan emosi antara lain adalah
:
Tahap Perkembangan Emosi Menurut Erick EriksonMenurut Erikson
tahap perkembangan emosi lebih bersifat psikososial. Erikson
membagi tahap perkembangannya dalam delapan tahap sepanjang rentang
kehidupan. Adapun tahap-tahap perkembangan sejak lahir sampai
remaja hanya terdiri atas lima tahap (dalam Human Development,
Papalia, Old, Feldman, 2009 ; 46) yaitu :
Basic trust versus Mistrust (dari lahir sampai 12-18 bulan)Bayi
mengembangkan kesadaran apakah dunia merupakan tempat yang baik dan
aman. Kekuatan : harapan.
Autonomy versus shame and doubt (12-18 bulan sampai 3 tahun)Anak
mengembangkan keseimbangan antara kemandirian serta kemampuan
mencukupi kebutuhan diri dengan rasa malu dan ragu. Kekuatannya
adalah kehendak.
Initiative versus guilt (3 sampai 6 tahun)Anak mengembangkan
inisiatif ketika mencoba berbagai kegiatan baru dan tidak diliputi
rasa bersalah. Kekuatan : tujuan.
Industry versus inferiority (6 tahun sampai pubertas)Anak harus
belajar berbagai keterampilan budaya atau menghadapi berbagai
perasaan tidak mampu. Kekuatan: keterampilan.
Identity versus identity confusion (pubertas sampai dewasa
muda)Remaja harus menentukan kediriannya sendiri (Siapakah saya?)
atau mengalami kebingungan mengenai beberapa peran. Kebajikan :
kekuatan.
Tahap Perkembangan Emosi Menurut Pandangan Holistik Psikologi
PerkembanganSebuah pandangan holistik dalam buku Human Development
(Papalia, Old dan Feldman, 2009) mendiskripsikan tahap-tahap
perkembangan emosi sejak lahir hingga remaja sebagai berikut :
Neonatal (lahir sampai 1 bulan)Ketika baru lahir, menangis
menjadi tanda emosi-emosi negative, sedangkan emosi-emosi positif
lebih sulit untuk diketahui.
Usia 1-6 bulanBayi mulai tersenyum dan tertawa ketika berespon
terhadap orang dan penglihatan atau suara yang tidak terduga.
Kepuasan, minat dan kesedihan adalah pertanda dari emosi-emosi yang
lebh terdiferensiasi.
Usia 6-12 bulanPada saat usia ini, emosi-emosi dasar mulai
muncul seperti; gembira, terkejut, sedih, jijik dan marah.
Usia 12-18 bulanSaat usia ini, emosi berdiferensiasi dan
referensi sosial muncul. Selain itu mulai adanya tahapan dini untuk
berempati.
Usia 18-30 bulanEmosi-emosi mengevaluasi diri sendiri (malu,
iri, empati) serta tanda-tanda rasa dan bersalah muncul. Selain itu
pada usia tersebut juga mulai muncul negativism dan emosi-emosi
mengevaluasi diri sendiri.
Usia 30-36 bulanAnak menunjukkan kemampuan yang meningkat dalam
membaca emosi, keadaan mental dan maksud orang lain.
Usia 3-4 tahunPada usia tersebut, negativism mencapai puncaknya,
temper tantrum biasanya mulai muncul. Selain itu anak sedikit
terlihat adanya kesadaran akan kebanggaan dan rasa malu.
Usia 5-6 tahunNegativisme mulai menurun dan anak mengenali rasa
bangga dan malu kepada orang lain, tetapi tidak pada diri
sendiri.
Usia 7-8 tahunKetika usia 7-8 tahun ini, anak mulai menyadari
rasa bangga dan malu mereka.
Usia 9-11 tahunPada usia ini pemahaman dan pengaturan emosi
meningkat. Anak memahami perbedaan rasa bersalah dan malu dengan
baik.
Usia 12-15 tahunMood menjadi semakin sering berubah; bisa
meliputi perasaan malu, kesadaran diri, kesepian dan depresi.
Usia 16-20 tahunPerubahan mood semakin berkurang dan intens.
Selain itu individu makin mampu mengungkapkan emosinya sendiri dan
memahami perasaan orang lain.
Jika Anda menemukan hal yang tidak normal atau mendapatkan
kesulitan / hambatan pada tumbuh kembang seseorang...sebaiknya
konsultasikan pada dokter tumbuh kembang anak atau psikolog supaya
mendapatkan bantuan sejak dini. Deteksi sejak awal dan pertolongan
yang tepat akan dapat membantu tumbuh kembang yang lebih baik.
"Setiap individu adalah makhluk spesial yang berhak mendapatkan
perlakuan istimewa...dan sudah seharusnya kita semua
peduli..."*Semoga Bermanfaat....*REFERENSI Papalia, Diane E. Old,
Sally Wendkos. Feldman, Ruth Duskin. 2009. Human
Development/Perkembangan Manusia. Buku 1. Edisi 10. Jakarta.
Penerbit Salemba Humanika.
Papalia, Diane E. Old, Sally Wendkos. Feldman, Ruth Duskin.
2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). Bagian V s/d IX.
Edisi 9. Jakarta. Penerbit Kencana Prenada Media Group.
Santrock, John W. Life Span Development. 2007. 13th edition. New
York. Publised by Mc.Graw Hill Companies. Inc.
Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget.
Yogyakarta. Penerbit Kanisius.
Sunarto. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Syah, Muhibin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru. Cetakan Keempatbelas. Bandung. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya
Offset.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Alamat sumber dari blogger :
http://teoribelajar.blogspot.com/2008/10/vygotsky-pandangan-dan-kontribusinya.html
Posted by Citra Persona at 11:44 AM
Email This
HYPERLINK
"http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1773585626537256494&postID=635967131998550947&target=blog"
\o "BlogThis!" \t "_blank" BlogThis!
HYPERLINK
"http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1773585626537256494&postID=635967131998550947&target=twitter"
\o "Share to Twitter" \t "_blank" Share to Twitter
HYPERLINK
"http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1773585626537256494&postID=635967131998550947&target=facebook"
\o "Share to Facebook" \t "_blank" Share to Facebook
HYPERLINK
"http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1773585626537256494&postID=635967131998550947&target=pinterest"
\o "Share to Pinterest" \t "_blank" Share to PinterestLabels: Kamus
Psikologi, Psikologi Perkembangan No comments:
Post a Comment
Links to this post
Create a Link
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Pencarian
Top of Form
Bottom of Form
Selamat Datang
Assalamualaikum Wr.Wb.
Selamat datang di blog "Citra persona".Blog ini sebagai dedikasi
penulis terhadap Ilmu Psikologi yang selama ini telah memberikan
banyak pengetahuan dan pengalaman, baik dalam bidang keilmuan,
pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari.Semoga blog ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi semua pembaca yang telah
berkenan berkunjung.
"Tak ada kata terlambat untuk berubah menjadi pribadi yang lebih
baik....karena hidup itu anugerah... dan...menggapai kebahagiaan
adalah sebuah pilihan yang harus diperjuangkan dengan jalan
kebaikan....".
Terima kasih atas kunjungan Anda.
Wassalam.
Kategori
Cerita Kamus Psikologi kecemasan kepercayaan diri Kesehatan
Materi Homeschooling Psikologi Psikologi Islam Psikologi Klinis
Anak Psikologi Klinis Dewasa Psikologi Pendidikan Psikologi
Perkembangan Psikotes Renungan Popular Posts
Tahap Perkembangan Psikomotor, Kognitif dan Emosi Pada Masa
Lahir Sampai RemajaPerkembangan individu terdiri dari tiga aspek
yang penting, yaitu perkembangan psikomotor yang berkaitan dengan
kondisi fisik, kognitif yan...
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Sekarang ini kita mulai sering
mendengar istilah "Anak Berkebutuhan Khusus". Sebenarnya apakah
yang disebut dengan Anak Berkeb...
Berbagi Materi HomeschoolingSangat menyenangkan ketika melihat
anak saya berbinar belajar dengan materi yang kami siapkan. Rasa
lelah seolah sirna seketika ketika meli...
Subhanallah...Perkembangan Janin dalam Rahim Sungguh
MenakjubkanJanin usia Delapan Minggu Seluruh organ tubuh utama bayi
telah terbentuk meskipun belum berkembang sempurna. Mata dan
telinga mulai terb...
Bullying di SekolahBullying akhir-akhir ini mulai banyak terjadi
di sekolah, banyak berita di media cetak maupun elektronik yang
menceritakannya, seperti kasu...
Artikel
Berbagai Link Bermanfaat
Ayah Bunda Informasi Psikologi Online News Parents Guide
Searching Storyteller - Kak Awam Wikipedia IndonesiaTotal
Pageviews
11,679
Daftar Untuk Mengikuti Artikel Terbaru
Top of Form
Bottom of Form
Wikipedia
Top of Form
Bottom of Form
MyCitraPersona. Awesome Inc. template. Template images by -ASI-.
Powered by Blogger.
_1462455069.unknown
_1462455070.unknown
_1462455067.unknown