MENTER! PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTER! PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2021 TENTANG PUSAT PENYEDIA BAHAN BAKU DAN/ ATAU BAHAN PENOLONG IMPOR UNTUK INDUSTRI KECIL DAN INDUSTRI MENENGAH Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTER! PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perindustrian, perlu me netapkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pusat Penye dia Bahan Baku dan / a tau Bahan Penolon g Impor untuk lndustri Kecil dan Industri Menengah; 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lemb aran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indones ia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Le mbaran Negara Re publik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik In do n esia Nomor 5492); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahu n 2020 te ntang Cipt a Kerja (Lembaran N egara Republik Indonesia Tahun 2020
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MENTER! PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTER! PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2021
TENTANG
PUSAT PENYEDIA BAHAN BAKU DAN/ ATAU BAHAN PENOLONG IMPOR
UNTUK INDUSTRI KECIL DAN INDUSTRI MENENGAH
Menimbang
Mengingat
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTER! PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 ayat (4)
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perindustrian, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pusat Penyedia
Bahan Baku dan/ a tau Bahan Penolong Impor untuk lndustri
Kecil dan Industri Menengah;
1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5492);
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Menetapkan
-2-
Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6573);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi
dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 17,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6619);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perindustrian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 38, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6640);
7. Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2020 tentang
Kementerian Perindustrian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 254);
8. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 7 Tahun 2021
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perindustrian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 170);
MEMUTUSKAN:
PERATURAN MENTER! PERINDUSTRIAN TENTANG PUSAT
PENYED~ BAHAN BAKU DAN/ATAU BAHAN PENOLONG IMPOR UNTUK INDUSTRI KECIL DAN INDUSTRI
MENENGAH.
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasa11
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan baku dan/ atau memanfaatkan sumber
daya industri sehingga menghasilkan barang yang
mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi,
termasuk jasa industri.
2. Bahan Baku adalah bahan mentah, barang setengah
jadi, atau barang jadi yang dapat diolah menjadi barang
http://jdih.kemenperin.go.id/
- 3-
setengah jadi atau barang jadi yang mempunyai nilai
ekonomi yang lebih tinggi.
3. Bahan Penolong adalah bahan yang digunakan sebagai
pelengkap dalam proses produksi untuk menghasilkan
produk yang fungsinya sempurna sesuai parameter
produk yang diharapkan.
4. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam
daerah pabean.
5. Industri Kecil dan lndustri Menengah yang selanjutnya
disebut IKM adalah Perusahaan Industri yang memenuhi
kriteria usaha berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau badan
usaha yang melakukan usaha dan/ atau kegiatan pada
bidang tertentu.
7. Pusat Penyedia Bahan Baku danfatau Bahan Penolong
adalah badan usaha yang menyediakan Bahan Baku
danfatau Bahan Penolong untuk memenuhi kebutuhan
Bahan Baku dan/ a tau Bahan Penolong bagi Industri
Kecil dan Industri Menengah.
8. Neraca Komoditas adalah data dan informasi yang
memuat antara lain situasi konsumsi dan produksi
komoditas tertentu untuk kebutuhan penduduk dan
keperluan Industri dalam kurun waktu tertentu yang
ditetapkan dan berlaku secara nasional.
9. Kontrak Pemesanan adalah suatu peljanjian tertulis
an tara Pusat Penyedia Bahan Baku dan/ atau Bahan
Penolong dengan 1 (satu) pihak atau lebih Industri Kecil
dan Industri Menengah dalam rangka penyediaan Bahan
Baku dan/ atau Bahan Penolong.
10. Sistem Informasi lndustri Nasional yang selanjutnya
disingkat SIINas adalah tatanan prosedur dan
mekanisme kelja yang terintegrasi meliputi unsur
institusi, sumber daya manusia, basis data, perangkat
keras dan lunak, serta jaringan komunikasi data yang
terkait satu sama lain dengan tujuan untuk
penyampaian, pengelolaan, penyajian, pelayanan serta
penyebarluasan data dan/ atau informasi Industri.
http://jdih.kemenperin.go.id/
-4-
11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perindustrian.
12. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Industri
Kecil, Menengah, dan Aneka di lingkungan Kementerian
Perindustrian.
Pasal2
(1) Untuk menjaga keberlangsungan proses produksi
dan/ atau pengembangan lndustri, Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah memberikan kemudahan untuk
mendapatkan Bahan Baku dan/ atau Bahan Penolong.
(2) Dalam memberikan kemudahan untuk mendapatkan
Bahan Baku dan/ atau Bahan Penolong sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah:
a. menjamin ketersediaan Bahan Baku danfatau
Bahan Penolong dari dalam negeri atau luar negeri;
dan
b. menjamin penyaluran Bahan Baku dan/ a tau Bahan
Penolong di dalam wilayah negara Republik
Indonesia,
sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Pasal3
(1) Dalam rangka pelaksanaan pemberian kemudahan
untuk mendapatkan Bahan Baku dan/ atau Bahan
Penolong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
Perusahaan Industri harus mengutamakan penggunaan
Bahan Baku dan/ atau Bahan Penolong yang berasal dari
dalam negeri.
(2) Dalam hal Bahan Baku dan/ atau Bahan Penolong:
a. tidak ada ketersediaan pasokan Bahan Baku
dan/ atau Bahan Penolong dari dalam negeri;
danfatau
b. ketersediaan pasokan Bahan Baku dan/ a tau Bahan
Penolong dari dalam negeri belum mencukupi dari
sisijumlah/volume danfatau standar mutu,
http://jdih.kemenperin.go.id/
- 5-
dapat dilakukan Impor Bahan Baku dan/ a tau Bahan
Penolong.
Pasal4
(1) Dalam hal Impor Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)
diperuntukan bagi Industri kecil dan lndustri menengah
yang tidak dapat melaksanakan importasi sendiri, dapat
dilakukan oleh Pusat Penyedia Bahan Baku dan/ atau
Bahan Penolong yang memiliki nomor induk berusaha
yang berlaku sebagai Angka Pengenal Importir Umum
(API-U).
(2) Impor Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang
diperuntukan bagi IKM sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibuktikan dengan Kontrak Pemesanan dari IKM
dimaksud.
PasalS
Pusat Penyedia Bahan Baku dan/ a tau Bahan Penolong
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat ( 1) bertujuan
untuk:
a. menyediakan Bahan Baku dan/ atau Bahan Penolong
bagi IKM; dan
b. menyalurkan Bahan Baku danjatau Bahan Penolong
bagi IKM.
Pasal6
(1) Dalam rangka menyediakan Bahan Baku danjatau
Bahan Penolong bagi IKM sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf a, Pusat Penyedia Bahan Baku danjatau
Bahan Penolong dapat:
a. melakukan Impor Bahan Baku dan/atau Bahan
Penolong yang diperuntukan bagi IKM yang tidak
dapat melakukan importasi sendiri; dan/ atau
b. memperoleh Bahan Baku danfatau Bahan Penolong
sisa yang berasal dari Impor yang dilakukan oleh
Perusahaan Industri.
http://jdih.kemenperin.go.id/
-6-
(2) Impor Bahan Baku dan/ atau Bahan Penolong
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Bahan Baku dan/ a tau Bahan Penolong sisa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berasal
dari penjualan atau pemindahtanganan Bahan Baku
dan/ atau Bahan Penolong sisa oleh Perusahaan Industri
yang melakukan Impor Bahan Baku danfatau Bahan
Penolong.
(4) Penjualan atau pemindahtanganan Bahan Baku
dan/ atau Bahan Penolong sisa sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal7
(1) Bahan Baku danfatau Bahan Penolong yang dapat
diimpor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
oleh Pusat Penyedia Bahan Baku danjatau Bahan
Penolong sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
(2) Impor Bahan Baku dan/ a tau Bahan Penolong yang
diperuntukan bagi IKM tidak dapat diperjualbelikan
kepada pihak lain dan wajib dipergunakan untuk
keperluan produksi IKM sesuai Kontrak Pemesanan
antara Pusat Penyedia Bahan Baku danjatau Bahan
Penolong dengan IKM.
Pasal8
Dalam rangka menyalurkan Bahan Baku dan/ atau Bahan
Penolong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b,
Pusat Penyedia Bahan Baku dan/ a tau Bahan Penolong dapat
bekerja sama dengan Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
http://jdih.kemenperin.go.id/
-7-
BABII
PENETAPAN PUSAT PENYEDIA BAHAN BAKU DAN/ATAU
BAHAN PENOLONG YANG MELAKUKAN IMPOR
Pasa19
(1) Pusat Penyedia Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong
merupakan badan usaha yang berbadan hukum dan
berkedudukan di Indonesia yang melakukan kegiatan
penyediaan Bahan Baku dan/ atau Bahan Penolong.
(2) Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa pusat logistik berikat.
(3) Pusat logistik berikat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasa110
(1) Menteri menetapkan Pusat Penyedia Bahan Baku
dan/ a tau Bahan Penolong yang dapat melakukan Impor
Bahan Baku danfatau Bahan Penolong yang
diperuntukan bagi IKM.
(2) Menteri dalam menetapkan Pusat Penyedia Bahan Baku
dan/atau Bahan Penolong sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat menunjuk Direktur Jenderal.
Pasal11
(1) Untuk dapat ditetapkan sebagai Pusat Penyedia Bahan
Baku dan/ atau Bahan Penolong yang dapat melakukan
Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pusat
Penyedia Bahan Baku dan/ atau Bahan Penolong harus
memenuhi kriteria dan persyaratan.
(2) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. merupakan badan usaha yang melakukan importasi
dan menyalurkan Bahan Baku dan/atau Bahan
Penolong yang diperuntukan bagi IKM;
b. memiliki kegiatan usaha paling sedikit sebagaimana
dimaksud pada huruf a;
http://jdih.kemenperin.go.id/
-8-
c. memiliki dan/ atau menguasai suatu tempat,
bangunan, atau area penyimpanan dengan luas
paling sedikit 500 (lima ratus) meter persegi di satu
lokasi; dan
d. memiliki paling sedikit 5 (lima) IKM yang dilayani.
(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)
berupa:
a. memiliki nomor induk berusaha yang berlaku
sebagai Angka Pengenal Importir Umum (API-U);
b. telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dan bukti telah menyampaikan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT
Tahunan PPh) tahun pajak terakhir bagi yang sudah
wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan;
c. memiliki bukti kepemilikan atau penguasaan suatu
tempat, bangunan, atau area penyimpanan untuk
Bahan Baku dan/ a tau Bahan Penolong hasil
importasi;
d. memiliki sistem pengendalian internal yang baik
dan mendayagunakan sistem informasi persediaan
dan penyaluran Bahan Baku danjatau Bahan
Penolong berbasis komputer serta sistem
penelusuran barang (traceability) dalam pengelolaan
barang pada Pusat Penyedia Bahan Baku dan/atau
Bahan Penolong;
e. memiliki profil perusahaan; dan
f. data IKM yang dilayani, yang terdiri atas nama,
alamat, dan nomor induk berusaha.
(4) Dalam hal badan usaha merupakan badan usaha baru,
dikecualikan dari kewajiban menyampaikan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT
Tahunan PPh).
Pasal12
(1) Untuk mendapatkan penetapan sebagai Pusat Penyedia
Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang dapat
http://jdih.kemenperin.go.id/
-9-
melakukan Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10, Pelaku Usaha mengajukan permohonan kepada
Menteri c.q. Direktur Jenderal.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan mengunggah:
a. dokumen nomor induk berusaha yang berlaku
sebagai Angka Pengenal Importir Umum (API-U);
b. bukti penetapan Pengusaha Kena Pajak dan bukti
telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan (SPf Tahunan PPh) tahun pajak
terakhir bagi yang sudah wajib menyampaikan
Surat Pemberitahuan Tahunan;
c. dokumen kepemilikan atau penguasaan suatu
tempat, bangunan, atau area penyimpanan untuk
Bahan Baku dan/ atau Bahan Penolong hasil
importasi;
d. bukti sistem pengendalian internal yang baik dan
mendayagunakan sistem informasi persediaan dan
penyaluran Bahan Baku dan/ atau Bahan Penolong
berbasis komputer serta sistem penelusuran barang
(traceability) dalam pengelolaan barang pada Pusat
Penyedia Bahan Baku dan/ atau Bahan Penolong;
e. profil perusahaan sebagaimana format tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; dan
f. data IKM yang dilayani, yang terdiri atas nama,
alamat, dan nomor induk berusaha.
(3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Direktur Jenderal melakukan pemeriksaan
paling lama 5 (lima) hari kerja sejak permohonan
diterima secara lengkap.
(4) Dalam melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), Direktur Jenderal membentuk tim
pemeriksa.
(5) Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
berasal dari:
http://jdih.kemenperin.go.id/
- 10-
a. unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian
yang mempunyai tugas melakukan pembinaan
terhadap industri kecil dan industri menengah;
dan/atau
b. perangkat daerah yang menangani bidang
perindustrian.
(6) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(7) Dalam hal diperlukan, untuk menilai kesesuaian dan
kebenaran dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), tim pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan
lapangan.
(8) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dan ayat (7) dituangkan dalam berita acara pemeriksaan
dengan menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal13
(1) Berdasarkan berita acara pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (8), Direktur Jenderal
memberikan persetujuan atau penolakan terhadap
permohonan penetapan dilakukan paling lama 1 (satu)
hari kerja sejak selesai dilakukannya pemeriksaan.
(2) Dalam hal permohonan disetujui, Menteri atau Direktur
Jenderal atas nama Menteri menetapkan Pusat Penyedia
Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang dapat
melakukan Impor Bahan Baku dan/ a tau Bahan
Penolong.
(3) Dalam hal permohonan ditolak, Direktur Jenderal
menyampaikan surat penolakan sesuai dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
http://jdih.kemenperin.go.id/
- 11 -
Pasal14
Seluruh rangkaian proses penetapan Pusat Penyedia Bahan
Baku dan/ atau Bahan Penolong dilakukan secara elektronik
melalui SIINas.
Pasal15
(1) Penetapan Pusat Penyedia Bahan Baku danjatau Bahan
Penolong yang dapat melakukan Impor Bahan Baku
dan/ atau Bahan Penolong sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (2) berlaku selama Pusat Penyedia Bahan
Baku dan/ a tau Bahan Penolong masih beroperasi.
(2) Penetapan Pusat Penyedia Bahan Baku dan/ atau Bahan
Penolong yang dapat melakukan Impor Bahan Baku
dan/ atau Bahan Penolong dapat dicabut apabila:
a. perizinan berusaha sudah tidak berlaku lagi;
b. Pusat Penyedia Bahan Baku dan/ a tau Bahan
Penolong tidak menyampaikan laporan penyaluran
Bahan Baku danjatau Bahan Penolong kepada IKM;
danjatau
c. bukti kepemilikan atau penguasaan suatu tempat,
bangunan, atau area penyimpanan sudah tidak
berlaku lagi.
BABIII
USULAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DAN/ATAU BAHAN
PENOLONG
Pasal16
(1) Pusat Penyedia Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong
mengajukan usulan kebutuhan Bahan Baku dan/ atau
Bahan Penolong kepada Direktur Jenderal untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun.
(2) Pengajuan usulan kebutuhan Bahan Baku danjatau
Bahan Penolong sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit memuat data sebagai berikut:
a. nomor induk berusaha Pusat Penyedia Bahan Baku
dan/ a tau Bahan Penolong;
http://jdih.kemenperin.go.id/
- 12-
b. Kontrak Pemesanan IKM yang memuat informasi
paling sedikit berupa:
1. identitas IKM yang terdiri atas nama, alamat,
dan nomor induk berusaha;
2. jenis Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong
berdasarkan pos tarif;
3. jumlah/volume Bahan Baku dan/ atau Bahan
Penolong;
4. nilai Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong;
dan
5. spesiflkasi Bahan Baku dan/ a tau Bahan
Penolong;
c. rencanalmpor;dan
d. realisasi Impor tahun sebelumnya, dikecualikan
bagi Pusat Penyedia Bahan Baku dan/ atau Bahan
Penolong yang melakukan importasi untuk pertama
kali.
(3) Kontrak Pemesanan IKM sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b memperhitungkan sisa Bahan Baku
dan/ atau Bahan Penolong impor yang ada.
(4) Rencana Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c memuat keterangan paling sedikit:
a. nomor pos tarif/kode HS;
b. jenisfspesiflkasi teknis;
c. uraian barang;
d. standar mutu;
e. jumlahfvolume; dan
f. waktu pemasukan.
(5) Usulan kebutuhan Bahan Baku dan/ atau Bahan
Penolong sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
Bahan Baku danfatau Bahan Penolong tahun
berikutnya.
(6) Usulan kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
paling lambat disampaikan pada bulan September tahun
berjalan.
http://jdih.kemenperin.go.id/
- 13-
(7) Penyampaian usulan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) disampaikan secara elektronik kepada SIINas melalui
sistem nasional Neraca Komoditas.
Pasal17
( 1) Direktur Jenderal melakukan verifikasi atas usulan
kebutuhan Bahan Baku dan/ atau Bahan Penolong
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) paling
lama 7 (tujuh) hari kerja.
(2) Verifikasi usulan kebutuhan Bahan Baku danjatau
Bahan Penolong sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk:
a. menilai kesesuaian antara usulan kebutuhan Bahan
Baku dan/ atau Bahan Penolong dengan kapasitas
terpasang IKM yang dilayani;
b. menilai kelengkapan administrasi usulan
kebutuhan Bahan Baku dan/ atau Bahan Penolong;
dan
c. mengevaluasi realisasi produksi IKM tahun
sebelumnya dan realisasi impor Pusat Penyedia
Bahan Baku danjatau Bahan Penolong tahun
sebelumnya.
(3) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan oleh lembaga pelaksana verifikasi yang
ditunjuk oleh Menteri.
(4) Pelaksanaan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
(5) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. verifikasi dokumen; dan
b. verifikasi lapangan.
(6) Verifikasi dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
huruf a dilakukan dengan memeriksa kelengkapan dan
kebenaran dokumen usulan kebutuhan.
http://jdih.kemenperin.go.id/
- 14-
(7) Berdasarkan usulan kebutuhan yang telah dilakukan
veriflkasi, Direktur Jenderal menyampaikan usulan
kebutuhan kepada Menteri.
Pasal18
(1) Berdasarkan usulan kebutuhan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (7), Menteri menetapkan rencana