BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan, tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntunan proses pencapaian tujuan secara efesien dan efektif. Perencanaan manajerial terdiri dari dua bagian utama yaitu perumusan strategi dan penerapan strategi. Pada bagian perumusan strategi akan ditetapkan tujuan dan kebijaksanaan umum organisasi. Untuk mengembangkan strategi, manajer harus memiliki keterampilan manajerial yang bersifat konseptual. Di bagian penerapan strategi akan ditentukan upaya untuk mencapai tujuan. Pada bagian ini dibutuhkan manajer yang memiliki keterampilan manajerial yang bersifat teknis. Perumusan strategi biasanya dikerjakan oleh pimpinan puncak suatu organisasi sedangkan implementasinya dikerjakan sepenuhnya oleh para manajer operasional dan dikoordinasi oleh manajer menengah. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fungsi perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen karena fungsi ini akan
menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Fungsi perencanaan merupakan landasan dasar
dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan, tidak mungkin fungsi
manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan manajerial akan
memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan,
siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntunan proses
pencapaian tujuan secara efesien dan efektif.
Perencanaan manajerial terdiri dari dua bagian utama yaitu perumusan strategi dan
penerapan strategi. Pada bagian perumusan strategi akan ditetapkan tujuan dan kebijaksanaan
umum organisasi. Untuk mengembangkan strategi, manajer harus memiliki keterampilan
manajerial yang bersifat konseptual. Di bagian penerapan strategi akan ditentukan upaya untuk
mencapai tujuan. Pada bagian ini dibutuhkan manajer yang memiliki keterampilan manajerial
yang bersifat teknis. Perumusan strategi biasanya dikerjakan oleh pimpinan puncak suatu
organisasi sedangkan implementasinya dikerjakan sepenuhnya oleh para manajer operasional
dan dikoordinasi oleh manajer menengah.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari perencanaan ?
2. Apa visi, misi, filosofi, tujuan sasaran dari perencanaan ?
3. Apa pengertian dari SWOT ?
4. Apa saja macam-macam perencanaan dalam manajemen keperawatan ?
5. Bagaimana langkah-langkah membuat perencanaan ?
6. Bagaimana manajemen by objektif ?
7. Bagaimana perencanaan yang efektif ?
1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, diantaranya :
1. Untuk mengetahui pengertian perencanaan.
2. Untuk mengetahui visi, misi, filosofi, tujuan, dan sasaran.
3. Untuk mengetahui analisa SWOT.
4. Untuk mengetahui macam-macam perencanaan dalam manajemen keperawatan.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah membuat perencanaan.
6. Untuk mengetahui manajemen by objektif.
7. Untuk mengetahui perencanaan yang efektif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perencanaan
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang telah diperhitugkan
secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa depan dan oleh suatu organisasi
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 2007).
Perencanaan menurut (Douglas) yaitu, suatu proses kontinu dari pengkajian, membuat
tujuan dan sasaran, dan mengimplementasikan serta mengevaluasi atau mengontrolnya, yang
adalah subjek untuk mengubah sebaru mungkin fakta yang diketahui. Lalu Douglas
menyatakan bahwa, perencanaan mempunyai tujuan khusus atau tujuan yang mengarahkan
program atau metode sebelumnya untuk mencapai tujuan.
Alexander menyatakan bahwa perencanaan adalah memutuskan seberapa luas akan
dilakukan, bagaimana melakukannya, kapan melakukannya, dan siapa yang melakukannya.
Steiner mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses memulai dengan sasaran-
sasaran, batasan strategi, kebijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai
organisasi untuk menerapkan keputusan, dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik
terhadap pengenalan siklus perencanaan baru
2.2 Perumusan visi, misi, filosofi dan tujuan sasaran
a. Perumusan visi
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi merupakan dasar untuk membuat suatu
perencanaan sehingga harus disusun secara singkat, jelas, dan mendasar, serta harus ada
batasa waktu pencapaiannya. Visi merupakan pertanyaan yang berisi tentang mengapa
organisasi pelayanan keperawatan dibentuk. Contoh visi ruang perawatan “menjadi ruang
anak yang mampu menyelanggarakan pelayanan keperawatan secara profesional tahun
2015”.
b. Perumusan misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan operasional guna mencapai visi
yang telah ditetapkan. Contoh misi ruang perawatan: memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif.
3
1. Menyediakan perawatan yang efesien dan efektif yang menyumbang kepada
perawatan keseluruhan pasien dan perawatan yang dirancang untuk membantu
pasien mengembalikan dan memelihara tingkat kesehatan maksimum pasien
sekembali kerumahnya dan lingkungannya.
2. Membantu mengembangkan dan mendorong suasana yang mendatangkan balas
kasih pada pasien dan pegawai.
3. Mengajar, mengarahkan dan membantu dalam kegiatan profesional yang
berkaitan dengan keperawatan pasien.
4. Turut serta dan bekerjasama dengan semua anggota tim kesehatan dalam
lembagan kami dan masyarakat kami.
c. Perumusan filosofi
1. Kami percaya setiap pasien dianugrahi tuhan hak hidup dan mati dengan baik dan
sepantasanya.
2. Kami percaya setiap pasien adalah seseorang yang harus dihargai tanpa
memperhatikan kebangsaanya, suku, keyakinan, warna kulit, jenis kelamin, atau
status.
3. Kami percaya perawatan harus bersifat tersendiri bagi masing-masing pasien.
Tujuan tersebut sesuai dengan aktivitas profesional keperawatan yang tergabung
dalam suatu rencana keperawatan itu sendiri, dengan keperawatan khusus dengan
catatan dokumentasi keperawatan.
4. Kami percaya bahwa perawatan merupakan bagian utuh dari perawatan kesehatan
yang direncanakan dan diurus atas kerjasama dengan staf medis, disiplin ilmu lain
yang terkait, pasien dan keluarga pasien.
5. Kami percaya dalam pemanfaatan efektif pegawai profesional dan nonprofesional
bekerjasama sebagai anggota tim kesehatan.
6. Kami percaya dalam pengembangan pendayagunaan pegawai dengan evaluasi
yang terus menerus dan dengan memakai program pendidikan.
Contoh filosofi ruang perawatan : pasien adalah manusia sebagai individu yang
unik bermartabat.
4
d. Tujuan sasaran
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan memberikan arah bagi
organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan, bagaimana cara pencapaiannya,
dan bagaimana cara menilainya. Perumusan tujuan dalam organisasi pelayanan
keperawatan hal yang mutlak untuk dilakukan. Untuk merumuskan suatu tujuan
organisasi pelayanan keperawatan yang baik, ada beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan.
2.3 Analisa SWOT
Analisa SWOT adalah bentuk analisa sitausi dan kondisi yang bersifat deskriptif
(memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai faktor masukan
yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus
diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT bahwa analisa SWOT adalah semata-
mata alat analisis yang ditujukkan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau
yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisis “ajaib” yang
mampu memberikan jalan keluar yang “ajaib” bagi masalah yang dihadapi oleh organisasi
layanan keperawatan. Analisis tersebut terbagi atas empat komponen dasar berikut:
1. Strength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari keperawatan atau
program layanan asuhan keperawatan pada saat ini.
2. Weakness (W) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari keperawatan
atau program layanan asuhan keperawatan pada saat ini.
3. Opportunitty (O) adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar keperawatan
dan memberikan peluang berkembang bagi layanan keperawatan dimasa depan.
4. Threat (T) adalah situasi yang merupakan ancaman bagi keperawatan yang datang dari
luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi layanan keperawatan dimasa depan.
Contoh pasangan kekuatan dan kelemahan dalam analisis situasi :
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
S Perawat diruangan saat ini
memiliki jumlah anggota
yang sangat besar.
W Jumlah anggota yang besar
menurunkan tingkat
efektivitas koordinasi dan
5
komunikasi antar anggota.
Contoh pasangan kesempatan dan ancaman dalam analisis situasi :
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
O Tersedianya pendidikan
keperawatan membuat
makin banyak perawat yang
bersekolah hingga
perguruan tinggi.
T Lulusan perawat yang
dihasilkan tidak sesuai
dengan kompetensi yang
diharapkan dari seorang
perawat
Contoh analisis SWOT model kualitatif.
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
S 1. Organisasi memiliki
anggota yang banyak
2. Organisasi memiliki
cadangan dana yang
besar
3. Organisasi memiliki
peraturan yang lengkap
4. Organisasi memiliki
sekretariat yang
representatif
W 1. Budaya
organisasi
adalah budaya
tradisional yang
menghambat
tercapainya
kondisi kerja
yang efisien
2. Keinginan
anggota untuk
belajar dari
kesalahan
sangat rendah.
Selain empat komponen dasar analisis SWOT ini, berkembang pula beberapa
subkomponen hasil proses analisis yang jumlahnya bergantung pada kondisi organisasi.
Sebenarnya masing-masing subkomponen seperti komponen strenght memiliki 12 subkomponen,
komponen weakness memiliki 8 subkomponen dsb. Terdapat 2 model analisis SWOT yang
umum digunakan dalam melakukan analisis situasi antara lain model kuantitatif dan model
kualitatif.
1. Model kuantitatif adalah suatu asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang
berpasangan antara S dan W serta O dan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena
6
diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan, selalu ada kelemahan yang tersembunyi dan
dari setiap kesempatan yang terbuka, selalu ada ancaman yang harus diwaspadai. Ini
berarti bahwa setiap satu rumusan streght (S), harus selalu memiliki satu pasangan
weakness (W), dan setiap satu rumusan opportunity (O) harus memilki satu pasangan satu
threat (T).
2. Model kualitatif urutan-urutan dalam membuat analisis SWOT kualitatif, tidak berbeda jauh
dengan urutan-urutan kuantitatif. Perbedaaan besar diantara keduanya adalah pada saat
pembuatan subkomponen dari masing-masing komponen. Apabila model kuantitatif, setiap
subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W dan satu subkomponen O memiliki
pasangan satu subkomponen T. akan tetapi, dalam model kualitatif hal tersebut tidak terjadi.
Selain itu, subkomponen pada masing-masing komponen (S-W-O-T) adalah berdiri bebas dan
tidak memiliki hubungan satu sama lain. Sebagai alat analisis, SWOT berfungsi sebagai
panduan pembuatan peta. Ketika telah berhasil membuat peta langkah tidak boleh berhenti
karena petatidak menunjukkan kemana harus pergi, tetapi peta dapat menggambarkan banyak
jalan yang dapat ditempuh jika ingin mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan berguna jika
tujuan telah ditetapkan.tujuan dapat ditetapkan dengan memangun visi-misi atau program
dalam layanan dalam keperawatan yang akan dibahas.
Matriks analisis TOWS :
Matriks TOWS Strenghts
Susun daftar kekuatan
Weaknesses
Susun daftar kelemahan
Opportunities
Susun daftar peluang
Strategi SO
Gunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi WO
Tanggulangi kelemahan
dengan memanfaatkan
peluang
Threats
Susun daftar ancaman
Strategi ST
Gunakan kekuatan untuk
menghindari ancaman
Startegi WT
Perkecil kelemahan dan
hindari ancaman
Analisa TOWS
7
Model ini dikembangkan oleh david (1989) yang tidak menggunakan singkatan SWOT
seperti yang lazimnya, namun menggunakan TOWS. David mendahulukan analisa ancaman
dan peluang, untuk kemudian melihat sejauh mana kapabilitas internal sesuai dan cocok
dengan faktor-faktor eksternal tersebut. Terdapat empat strategi yang tampil dari hasil analisis
TWOS tersebut Strategi SO digunakan untuk menarik keuntungan dari epluang yang tersedia
dalam lingkungan eksternal. Para manajer tidak akan meninggalkan kesempatan untuk
memanfaatkan kekuatannya mengejar peluang yang dimaksud. Strategi WO bertujuan
memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan luar. Sering
dijumpai dilemma bahwa ada peluang terlihat, namun organisasi tidak mampu mengejarnya.
Strategi ST akan digunakan orgsnisasi untuk menghindari, setidaknya memperkecil dampak
ancaman yang datang dari luar. Strategi WT adalah taktik pertahanan yang diarahkan pada
usaha memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Dalam hal ini,
aktivitas organisasi mungkin harus menghentikan sementara dan membubarkannya, lalu
mendirikan organisasi yang baru atau melebur masuk ke organisasi sejenis yang lain,
mengadakan rasional, dan lain-lain.
2.4 Jenis-jenis perencanaan dalam manajemen keperawatan
1. Rencana harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang dibuat
setiap hari sesuai perannya. Rencana harian ini dibuat oleh kepala ruang, ketua tim atau
perawat primer,dan perawat pelaksana.
2. Rencana bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan.rencana bulanan ini
harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana bulanan dibuat oleh kepala ruang dan
ketua tim atau perawat primer
3. Rencana tahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap setahun sekali. Rencana tahunan
disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahunan sebelumnya. Rencana tahunan dibuat
oelh kepala ruang.
2.5 Langkah-langkah Perencanaan
8
Langkah untuk awal untuk menyusun perencanaan dapat dimulai dengan sebuah
gagasan atau cita-cita yang berfokus pada situasi tertentu. Misalnya, kematian bayi dan ibu di
Indonesia, selama beberapa belas tahun masih tetap lebih tinggi dibandingkan negara tetangga
ASEAN. Perencanaan kesehatan dapat disusun besar atau kecil tergantung besar kecilnya
wilayah dan tanggung jawab organisasi. Misalnya perencanaan untuk menurunkan kematian
bayi secara nasional adalah perencanaan dengan skala besar. Perencanaan dengan sasaran
kelompok yang sama juga dapat dilakukan dalam skala kecil yaitu posyandu di satu desa di
wilayah kerja Puskesmas. Sebagai suatu proses, perencanaan kesehatan mempunyai beberapa
langkah. Ada lima langkah yang perlu dilakukan pada proses penyusunan sebuah
perencanaan.
1. Analisis situasi
Langkah ini bertujuan untuk mencari data atau fakta yang setelah diolah dan dianalisis
akan menjadi informasi yang dibutuhkan untuk penyusunan rencana sebuah program
kesehatan. Jenis informasi yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan adalah :
a) Penyakit dan kejadian sakit (diseases and illnesess) yang berkembang disuatu
wilayah kerja. Untuk puskesmas perlu difokuskan untuk merumuskan masalah
kesehatan yang potensial berkembang di wilayah kerjanya dengan melakukan
analisis data penyakit yang ada di pencatatan program pengobatan.
b) Data kependudukan. Yang termasuk dalam data ini adalah jumlah dan distribusi
penduduk, kelompok, umur, jumlah kelahiran, jumlah kematian, perpindahan
penduduk, keadaan perumahan pendudduk dan lingkungannya, lingkungan sekolah,
tokoh-tokoh formal dan informal, jumlah dan jenis organisasi kemasyarakatan,
keadaan sosial ekonomi masyarakat (jenis pekerjaan), sistem kepercayaan
masyarakat dsb. Termasuk dalam hal ini adalah persepsi masyarakat tentang
penyakit.
c) Jenis dan organisasi pelayanan kesehatan yang tersedia disuatu wilayah. Termasuk
jumlah dan kualifikasi staf yang tersedia yang bisa diajak bekerjasama dalam
pengembangan program kesehatan masyarakat.
d) Keadaan lingkungan dan aspek geografisnya. Data ini erat kaitannya dengan
perkembangan jenis penyakit dan masalah gizi masyarakat.
9
e) Sarana dan sumber daya penunjang lainnya. Analisis kemampuan daya dukung
organisasi khususnya SDM yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan
program kesehatan yang akan direncanakan.
Langkah analisis situasi sebenarnya juga menganalisis semua potensi dan kendala
yang dimiliki dan dihadapi oleh organisasi dalam rangka pengembangan kegiatan
program. Manfaatkan semaksimal mungkin potensi yang ada dan waspadai kendala yang
mungkin akan mengganggu pelaksanaan kegiatan program.
2. Mengidentifikasi masalah dan prioritas
Melalui langkah analisis situasi dihasilkan berbagai jenis data. Data kemudian di
proses dan dianalisis lebih lanjut untuk menjadi informasi yaitu informasi tentang jenis
dan besarnya masalah setelah digunakan pendekatan epidemiologi dan sistem; informasi
tentang pentingnya masalah tersebut dipecahkan dan kegiatan pengembangan program
intervensi yang terkait dengan masalah kesehatan. Jadi informasi sangat dibutuhkan
untuk mengambil keputusan tentang jenis intervensi program yang akan dikembangkan.
Apa kriteria untuk menetapkan prioritas masalah? Semua aktifitas tersebut diatas bagian
dari proses identifikasi masalah, mulai dari langkah awal untuk mengkaji berbagai
masalah kesehatan dan masalah program yang berkembang di jajaran organisasi
pelayanan kesehatan (Puskemas, RS, atau kantor Dinas Kesehatan TK I dan II).
Apa batasan tentang suatu masalah ? masalah adalah kesenjangan yang dapat diamati
antara situasi yang saat ini terjadi dengan situasi yang diinginkan, atau kesenjangan yang
dapat diukur antara hasil yang mampu dicapai dengan tujuan yang ingin dicapai. Masalah
juga dapat dirumuskan dalam bentuk hambatan, dan kendala yang dihadapi oleh program.
Berbagai jenis masalah yang dihadapi perlu dirumuskan dengan jelas dan dikelompokkan
kedalam tiga kategori masalah yaitu masalah tentang penyakit, masalah manajemen
pelayanan kesehatan (masalah program), dan masalah tentang perilaku, sikap dan
pengetahuan masyarakat tentang kegiatan pelayanan kesehatan. Contoh pengelompokkan
ketiga kategori masalah tersebut adalah:
1) Jumlah anak yang menderita diare cukup tinggi,
2) Sebagian sumber air minum penduduk telah terkontaminasi linbah pabrik,
3) Masyarakat membutuhkan penyuluhan kesehatan,
4) Banyak tumpukan sampah disepanjang jalan umum,
10
5) Pemilikan jamban keluarga masih rendah,
6) Kurangnya persediaan oralit di posyandu.
Staf yang mampu melakukan deteksi dini diare sangat terbatas. Dengan
menggunakan model identifikasimasalah tersebut diatas akan sangat membantu para
penanggung jawab (manjer) program kesehatan dilapangan menganalisis suatu
masalah. Yang pertama perlu dibedakan adalah mana masalah program (in-
put,proses,out-put dan efek) mana masalah kesehatan (out-come atau dampak dari
sebuah sistem). Berikut ini diberikan contoh enam langkah untuk mengidentifikasi
masalah.
Enam langkah (pertanyaan) penting untuk identifikasi masalah kesehatan
masyarakat
1) Apa masalah kesehatan yang sedang dihadapi (what kind of health problems)
2) Apa faktor-faktor penyebabnya (why the problem exist)
3) Kapan masalah tersebut timbul (when the problem is happen)
4) Siapa atau kelompok masyarakat yang paling banyak menderita dimana
kejadiannya yang terbenyak ( who is most affected by the problem and where)
5) Apa kemungkinan dampak (akibat) yang muncul apabila masalah kesehatan
tersebut tidak terpecahkan (what kinds of impact will be happen).
6) Apa upaya program untuk mengatasi masalah tersebut (what is the plan of action
should be done)
Setelah masalah kesehatan dipilih prioritasnya, selanjutnya perlu ditetapkan tujuan
program untuk memecahkannya. Kejelasan rumusan tujuan juga juga akan tercermin
dari kejelasan tumusan masalahnya. Dalam situasi nyata, petugas kesehatan akan
menghadapi berbagai macam masalah. Atas dasar itu, mereka tidak mungkin
memecahkan semua masalah yang sedang dihadapi karena terbatasnya sumber daya
(waktu, SDM ,dana, peralatan, teknologi, dsb) yang tersedia. Oleh karena itu semua
permasalahan yang dihadapi perlu dikaji dan dipilih yang terpenting untuk menjadi
prioritas.
Kriteria penetapan prioritas masalah kesehatan
Untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan, ada beberapa pertanyaan yang
dapat diajukan:
11
1) Apakah masalah tersebut menimpa sebagian penduduk?
2) Apakah masalah tersebut potensial sebagai penyebab tingginya kematian bayi?
3) Apakah masalah tersebut mempengaruhi kesehatan dan kematian anak balita ?
4) Apakah masalah tersebut mengganggu kondisi kesehatan dan mengakibatkan
kematian ibu hamil?
5) Apakah masalah kesehatan tersebut bersifat kronis,menimbulkan kecacatan dan
mengganggu produktifitas kerja masyarakat disuatu wilayah?
6) Apakah masalah tersebut menyebabkan masalah kepanikan masyarakat secara
luas?
Untuk menetapkan prioritas suatu masalah kesehatan, para tim perencana
sebaiknya duduk bersama. Anggota tim perencana harus terdiri dari staf yang mengetahui
dengan jelas perekembangan semua masalah tersebut dilapangan dan juga mempunyai
data penunjangnya. Keenam kriteria tersebut diatas kemudian diberikan skor (1-10,
atau1-5). Tinggi-rendahnya skor yang diberikan tergantung tinggi-rendanhya kejadian
tersebut di masayarakat,kemudahan masalah tersebut untuk ditanggulangi. Semakin
tinggi skornya,semakin penting masalah tersebut untuk dipecahkan. Masalah yang
mendapat skor tertinggi dipilih untuk mendapat prioritas utama untuk ditanggulangi.
Untuk dapat memecahkan masalah tersebut, rencana kerja operasional (RKO) terpadu
perlu disusun oleh tim rencana sesuai dengan potensi sumber daya yang ada di wilayah
kerjanya masing-masing dan kebijakan depkes. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan
kriteria kedua untuk menetapan prioritas masalah kesehatan yang akan ditanggulangi.
Kriterianya lebih bersifat fisibilitas (potensi dan kendala) dalam pelaksanaannya
dilapangan dan sesuai tidaknya dengan kebijakan nasional.
1) Apakah daerah itu mudah dicapai ?
2) Bagaimana partisipasi masyarakat setempat?
3) Berapa cakupan kegiatan progam yang telah mampu dicapai selama ini?
4) Apakah masalah kesehatan tersebut adalah salah satu prioritas program kesehatan
yang berskala nasional atau regional?
5) Apakah masalah tersebut dapat dipecahkan dengan menggunakan potensi yang
ada di masyarakat dan yang dapat disediakan oleh organisasi kesehatan setempat
(dana, SDM, teknologi, prasana lain yang diperlukan)?
12
Setiap kriteris tersebut diatas juga perlu diberikan skor 1-5 atau 1-10 jika semakin
mudah (fisibel) masalah tersebut diintervensi, dan semakin relevan dengan kebijakan
nasional, semakin tinggi skornya diberikan pada masalah kesehatan tersebut. Ini berarti
semakin tinggi prioritasnya untuk dipecahkan. Dengan menggunakan kedua kelompok
kriteria tersebut diatas, masalah kesehatan dapat dipilih prioritasnya. Kriteria pertama
menggunakan pendekatan kebutuhan masyarakat (aspek epidemiologis) dan kriteria
kedua menggunakan pendekatan fisibilitas. Untuk kejadian luar biasa, apalagi
menimbulkan kepanikan masyarakat, konsep kriteria pertama yang lebih diutamakan
untuk menetapkan prioritas masalah yang akan diintervensi.
3. Menentukan tujuan program
Setelah prioritasnya masalah kesehatan ditetapkan, manajer program menetapkan
tujuan pemecahannya yang akan dijadikan dasar penyusunan tujuan rencana program.
Sebelum menyusun rencana kerja operasional, ada beberapa peertnyaan yang perlu
dijawab:
1) Berapa besar sumber daya yang dimiliki oleh organisasi (potensi organisasi)?
2) Sejauh mana masalah yang telah diprioritaskan akan dipecahkan (target program)?
3) Kapan target program tersebut akan dicapai?
Merumuskan tujuan program operasional berasarkan jawaban atas ketiga pertanyaan
tersebut akan bermanfaat untuk:
1) Menetapkan langkah-langkah kegiatan program untuk mencapai tujuan tersebut.
2) Memudahkan untuk evaluasi hasil yang dicapai.
Kriteria penentuan sebuah tujuan dapat dilakukan sebagai berikut: tujuan harus