bukaan Undang-Undang Dasar 19450 Isi Piagam Jakarta yang menjadi kon~ menarikaQalal:! sila,·pettamayang berbunyi: Ketuhanan dengankewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, Pencaqtuman tujuh kata terakhir ini yang banyak menjadi bahasan, Muhammad Hatta lewat autobiogra.fu1ya Memoir mengisyaratkan bahwa tak diguna- kannya Piagam Jakarta dalam teks prokla- masi hanyalah perkara teknis belaka. Pada malam menjelang 17Agustns itu, dalam ra- pat di rumah Laksamana Maeda, tidak ada satu pun dari keempat orang yang meru- muskan teks proklamasi, yakni Soekarno, Soekarni, Sayuti Melik, dan dirinya sendiri, yang membawa teks proklamasi buatan 22 Juni tersebut. Oehkarena itulab, Soekarno meminta Hatta membuat teks ringkas. Begt- tulah teks dua kalimat itu dibuat. Hatta mengucapkan, Soekarno menulisnya. Sayuti Melik kemudian mengetik teks tersebut. Ka- limat pertama merupakan basil kesepakatan keempat tokoh yang mengacu pada pembu- kaan UUD. Kalimat kedua sepenuhnya me- rupakan sumbangan Hatta. Kejadian dini hari itu teramat biasa untuk sebuah kemerdekaan sebuah bangsa yang diimpikan dan diperjuangkan selama pu- luhan tahun. Soekamo, dalam biografinya Penyambung Lidah Ra1cyat karangan Cindy Adams menggambarkan betapa biasanya peristiwa malam itu dengan amat menarik. "Tidaklah pernyataan itu dituliskan di atas perkamen dari emas. Kalimat-kalimat itu hanya digoreskan pacta secarik kertas. Sese- orang memberikan buku catatan bergaris- garis biru seperti yang dipakai pada buku tulis anak sekolah ..." ungkapnya, Kontroversi pertama terkait penghilangan tujuh kata buatan Panitia Sembilan, muncul sehari setelah proklamasi dalam rapat, Pani- tia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Pp.• KI) untuk membuat UUD. Sebelumnya Hat- ta mendapat informasi dari seorang opsir Angkatan Laut yang bercerita tentang kebe- ratan tokoh-tokoh Katolik dan Protestan atas tujuh kata tersebut. Alasannya, karena, UUD berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia, sebaiknya tidak ada pengecualian, meski untuk pemeluk agama mayoritas. Jika di- paksakan, mereka menilai hal ini sebagai se- buah diskriminasi dan karena itu mereka si- ap berdiri di Iuar republik. Hatta pun sigap dengan menggelar rapat pendahuluan sebelum sidang PPKI dengan beberapa tokoh Islam, seperti Wahid Ha- syim dan Ki Bagus Hadikusumo. Berdialog selama lima belas menit, mereka sepakat, sila pertama diganti menjadi "Kefuhanan . yang Maha Esa". Menurut Hatta.jfka tetap ada aspirasi untJlk mene'tapkan peratunm dalam kerangkaSyariat Islam, pintu tidak pemah tertutup rapat. Ada penyaluran yang tepat yakni dengan mengusulkan reneana UUkeDPR ** SEJARAWAN Universitas Padjadjaran Bandung Sobana Hardjasaputra berpenda- pat, kesepakatan para pemimpin bangsa ke- tika itu untuk menanggalkan tujuh kalimat dalam Piagam Jakarta merupakan sebentuk kebesaran hati para tokoh Islam. "Meski merupakan kalangan mayoritas, mereka mau meletakkan persatuan bangsa Iebih tinggi dari kepentingan golongan," papar- nya. Sudut pandang lain diberikan sejarawan Ahmad Mansur Suryanegara. Menurut dia, Piagam Jakarta"sulit" dijadikan naskah proklamasi karena bermacam pertimbang- an politis. Pertama, isi Piagam Jakarta "Bahwa sesunguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusia- an dan perikeadilan" merupakan kalimat yang luar biasa berani bagi bangsa yang ba- rn lahir. Karena dalam hal ini, Indonesia akan berhadapan dengan negara-negara se- kutu yang lebihkuat. Pertimbangan kedua, denganmenyerah- nya Jepang, Sekutu menghendaki Belanda kembali menjajah Indonesia sebagai dae- rahjajahan lama. Nahasnya, Rusia sebagai kiblat komunis pun mendukung rencana .sekutu itu.Otomatis, Partai Komunis Indo- nesia (PKI) yang saat itu telah berkembang di Indonesia mengerucut kepada tujuan yang saina dengan Rusia. Di sisi lain, mes- kipun Jepang dikabarkan menyerah pada 14Agustus 1945, sebenarnya secara hitam di atas putih belum ada kesepakatan de- ngan sekutu. Rencananya, perjanjian itu akan dilakukan pada 16 September 1945. Jepang pun, yang pada 7 September 1944 menjanjikan kemerdekaan untuk Indone- sia, meski belum jelas waktunya, akhirnya menolak Proklamasi Kemerdekaan Indo- nesia. Dalam keadaan tertekan seperti itu, akhir , nya Soekarno memutuskan untuk melahir- kan naskah proklamasi barn yang ringkas. Teks itulah yang kemudian menggema di Pegangsaan Timur dan yang tersiar ke selu- nth dunia berkat siaran Radio Bandung. (AmaliyafAg· Tri Joko Her Ria- I diI"PR")*** .