Page 1
1
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL PADA ANAK MELALAUI
PENDEKATAN EKSPLORASI LINGKUNGAN DENGAN BERCOCOK
TANAM ANAK KELOMPOK B DI TK MUTIARA DESA BUNGAEJAYA
KECAMATAN PALLANGGA KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Serjana
Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH
ZUHRIYATUL FADILAH
105451100917
UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH MAKASSAR
FAKULUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDDIDIKAN ANAK USIA DINI
2022
Page 7
7
Motto
“Jangan pernah menyerah dengan keadaan, ingatlah masih ada arah kiblat untuk
kita bersujud”
Persembahan
Akhir Perjalanan suatu usaha adalah hasil terbaik dari proses perjalanan
dari usaha itu sendiri. keberhasilan yang ditemui diakhir perjalanan.
Usahaku ini merupakan hadiah terindah bagi semua pihak yang
mendukungku dalam proses ini. Dengan penuh rasa syukurku kepada Allah SWT
Kupersembahkan Skripsi ini untuk:
1. Allah SWT yang maha pemberi petunjuk alhamdulillah Allah telah memberi
saya rahma hidayah dan inayahnya.
2. Orang tuaku, Saudaraku, nenek, dan keluargaku yang selama ini memberikan
doa dan dukungan untuk dapat berjuang sejauh ini sehingga saya dapat
menyelesaikan pendidikan S1 di perguruan tinggi.
3. Sahabat dan teman-temanku yang selama ini telah sabar mendengar keluh
kesahku terima kasih telah meyakinkanku untuk menyelesaikanku sampai titik
sekarang ini.
Page 8
8
ABSTRAK
Zuhriyatul Fadilah. Penelitian Tindakan Kelas, 2022. Meningkatkan
Keterampilan Sosial Pada Anak Melalui Pendekatan Eksplorasi Lingkungan
Dengan Bercocok Tanam Anak Kelompok B Di TK Mutiara Desa
Bungaejaya, Kecamatan.Pallangga Kabupaten.Gowa. SKRIPSI. Program
Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Dra.
Hj. Sukmawati,M.Pd. dan Pembimbing II Arie Martuty, S.Si.,M.Pd.
Masalah utama dalam penelitian ini adalah apakah kegiatan bercocok tanam
dapat meningkatkan keterampilan sosial anak usia dini di TK Mutiara Desa
Bungaejaya, Kec.Pallangga Kab.Gowa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah kegiatan bercocok tanam dapat meningkatkan keterampilan
sosial anak usia dini di TK Mutiara Desa Bungaejaya, Kec.Pallangga Kab.Gowa.
Penelitian dilakukan dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model
penelitian ini menggunakan model kurt lewin yang terdiri dari 4 tahap yaitu:
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini
adalah anak usia dini di TK Mutiara Desa Bungaejaya, Kec.Pallangga Kab.Gowa
yang berjumlah 11 orang anak, terdiri dari 7 anak laki-laki dan 4 anak perempuan.
Teknik Pengumpulan data menggunakan wawancara,observasi dan dokumentasi.
Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan keterampilan sosial dengan
bercocok tanam pada saat pelaksanaan siklus 1 mencapai masih ada beberapa
anak dengan kategori MB (Mulai Berkembang) dengan skor 26% dan pada siklus
kedua sudah ada beberapa anak berada dikategori BSH (Berkembang Sesuai
Harapan) dengan skor 75%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kegiatan bercocok tanam dapat meningkatkan keterampilan
sosial anak usia dini di TK Mutiara Desa Bungaejaya, Kec.Pallangga Kab.Gowa.
Kata Kunci : Keterampilan Sosial, Eksplorasi, Bercocok Tanam
Page 9
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
berkat, rahmat, dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
ini dengan baik dan maksimal. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan
guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas keguruan dan ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai
tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung
ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
Kemudian kepada kedua orang tua beserta sahabatku Kiki Qudsia dan teman-
temanku seperjuanganku angkatan 2017 terlebih kelas PGPAUD 17a yang telah
memberikan dukungan serta doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
S1 PGPAUD
Demikian pula penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar, Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag S.E.,
M.M, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., P.h.D., Dekan Fakultas keguruan dan Ilmu
pendidikan universitas muhammadiyah Makassar dosen pembimbing I Ibu Dr.Hj.
Sukmawati.,M.Pd dan dosen pembimbing II Ibu Arie Martuty,S.Si.,M.Pd yang
telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi sejak awal penyusunan
Page 10
10
proposal hingga selesainya skripsi ini. Tidak lupa juga penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian, dan
Tasrif Akib. S..Pd, M,..Pd. ketua program studi pendidikan guru pendidik anak
usia dini serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas
Keguruan. Dan Ilmu Pendidikan, Unversitas Muhammadiyah Makassar yang telah
membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat
bagi penulis. Selaku guru Kelompok B TK Mutiara yang telah memberikan izin
dan bantuan untuk melakukan penelitian Akhirnya, dengan segala kerendahan
hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak,
selama saran dan kritikan. karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan
berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi bahwa
tugas akhir skripsi ini masih jauh bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi
diri pribadi penulis.
Aamiin
Makassar, 01 Maret 2022
Zuhriyatul Fadilah
Page 11
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ………………….................................................... ii
SURAT PERNYATAAN………………………………………………………...ii
SURAT PERJANJIAN ………………………………………………………….ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………………….....….iii
ABSTRAK…………………………………………………...…………………..iv
KATA PENGANTAR………………………………..……………….……….…v
DAFTAR ISI .........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….....x
DAFTAR TABEL…………………………………………………..………..….xi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….……...xii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Masalah Penelitian ........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................6
BAB II PEMBAHASAN……................................................................................8
A. Keterampilan Sosial ....................................................................................... 8
1. Keterampilan Sosial Anak Usia Dini.……………..……….…….. 8
2. Ciri- Ciri Keterampilan Sosial..……………….….……...………..9
3. Faktor Mempengaruhi Keterampilan Sosial………………..……11
Page 12
12
4. Karakteristik Perkembangan Keterampilan..……...…………......12
5. Indikator-Indikator Keterampilan Sosial..………..………………13
B. Eksplorasi lingkungan....................................................................................15
1. Pengertian Eksplorasi…………………...…………..…………...15
2. Tujuan Eksplorasi………………………..……….….…………...16
3. Manfaat Eksplorasi……………………………………...………..17
4. Langkah-Langkah Bermain Eksplorasi…………………..…...….18
5. Bentuk- Bentuk Pembelajaran Eksplorasi………………………..18
6. Metode Eksplorasi………….……………………………...…….19
C. Kegiatan Bercocok Tanam………………………………………….…….20
1. Pengertian bercocok tanam…………………………………….….....20
2. Tujuan bercocok tanam ……………………………………...………21
3. Bentuk-bentuk bercocok……………………………………………..22
4. Manfaat bercocok tanam……………………………………………..23
D. Pendekatan Eksplorasi Lingkungan Dengan Bercocok Tanam.……......25
E. Langkah-Langkah Kegiatan Eksplorasi Lingkungan Dengan Bercocok Tanam………27
F. Penelitian Relevan………………………………………………….………27
G. Kerangka Fikir……………………………………….……..…………...…29
H. Hipotesis Penelitian………………………………….………………...…...31
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................32
A. Jenis Penelitian ...............................................................................32
B. Lokasi dan Subjek Penelitian .........................................................32
C. Faktor Yang Diselidiki……………………………………………33
Page 13
13
D. Prosedur Penelitian .........................................................................33
E. Instrumen Penelitian .......................................................................37
F. Teknik Pengumpulan Data...............................................................38
G. Teknik Analisis Data ......................................................................39
H. Indikator Keberhasilan ...................................................................41
BAB IV HASIL PENELITIAN…………………………………………….…..43
A. Hasil Penelitian…………………………………………………...42
1. Deskripsi Lokasi Penelitian………………………………………42
2. Data Tindakan Siklus I Meningkatkan Keterampilan Sosial Pada
Anak Melalui Pendekatan Eksplorasi Lingkungan Dengan
Bercocok Tanam Anak Kelompok B Di TK Mutiara Desa
Bungaejaya……………………………………………………..42
3. Data Tindakan Siklus II Meningkatkan Keterampilan Sosial Pada
Anak Melalui Pendekatan Eksplorasi Lingkungan Dengan
Bercocok Tanam Anak Kelompok B Di TK Mutiara Desa
Bungaejaya……………………………………………………….48
4. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………….…53
BAB V SIMPULAN DAN SARAN……………………………………...……56
A. Simpulan………………………………………………………...56
B. Saran………………………………………………….…………56
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................58
LAMPIRAN………………..………………………………………………….59
Page 14
14
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Keterangan Skor Hasil Observasi Tiap Siklus…………….…………………42
4.1 Hasil Observasi Dan Evaluasi Keterampilan Sosial Anak Siklus I Pertemuan I,
Pertemuan II, Dan Pertemuan III…………………………...……………….….. 47
4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Sosial Anak Siklus I Pertemuan I,
Pertemuan II, Dan Pertemuan III………………………………………………...48
4.3 Hasil Observasi Dan Evaluasi Keterampilan Sosial Anak Siklus II Pertemuan
I, Pertemuan II, Dan Pertemuan III………………………………………………53
4.4 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Sosial Anak Siklus I Pertemuan I,
Pertemuan II, Dan Pertemuan III………………………………………………...54
Page 15
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir……………………………………………………………32
3.1 Prosedur Penelitian…………………………………………………………...34
4.1 Grafik Siklus I………………………………………………………………..49
4.2 Grafik Siklus II……………………………………………………………….55
Page 16
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lembar Observasi Anak
Lembar Penilaian Guru
Instrumen Hasil Penilaian Lembar Observasi Anak
Instrumen Hasil Penilaian Lembar Penilaian Guru
Dokumentasi
Lampiran Hasil Plagiasi
Surat Keterangan Validasi
Surat Pengantar Penelitian Dari TU
Surat Izin Dari LP3M Unismuh
Surat Izin Penelitian Dari Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Bidang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan
Kartu Kontrol Penelitian
SuratKeterangan Selesai Penelitian
Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi
Page 17
17
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan untuk usia anak
prasekolah yang berada pada rentan usia 0-6 tahun dan dilaksanakan
melalui pemberian berbagai rangsangan untuk mendukung pertumbuhan
dan perkembangan fisik dan mental anak dalam rangka mempersiapkan
diri memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Sepanjang masa kanak-kanak,
diharapkan mampu mengembangkan nilai moral dan agama, keterampilan
fisik dan emosional, sosial, bahasa dan seni. Penguasaan sejumlah
keterampilan yang bergantung pada perkembangan, serta motivasi dan
sikap belajar untuk berkreasi. Pendidikan merupakan bagian integral
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu faktor yang
ditempuh untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia adalah
dengan meningkatkan kualitas pendidikan.
Tujuan pendidikan dalam proses pengembangan adalah
membimbing peserta didik untuk menguasai dan mewujudkan sepenuhnya
potensi, bakat serta minat sehingga mereka mampu untuk berkarya dan
berusaha sesuai perkembangan zaman. Kegiatan pembelajaran cenderung
penuh teori dan tidak memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana
anak berada. Oleh karena itu, anak memiliki kemampuan untuk
Page 18
18
menerapkan apa yang dipelajari disekolah dalam memecahkan berbagai
masalah dalam kehidupan disekitarnya. (Noor Hafidoh, 2021).
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 sistem pendidikan
nasional Bab 1, pasal 1, butir 14 dinyatakan bahwa “Pendidikan anak usia
dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jesmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut”.
Mengenai pendidikan berkelanjutan, pendidikan prasekolah
dengan permendikbud pasal 146 tahun 2014 menegaskan bahwa PAUD
diselenggarakan diatas dasar kelompok enam tahun yang terdiri dari taman
penitipan anak dan unit PAUD (SPS) Sejenis. Usia 2 tahun termaksud usia
6 tahun termaksud TK/RA/Bustanul Athfal (BA). Hal ini sesuai dengan
Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pada dasarnya mengatur bahwa pendidikan
prasekolah dilaksanakan sebelum pendidikan dasar.
Menurut para ahli. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
terencana dan sistematis oleh pendidik atau pengasuh anak sejak usia
delapan tahun agar berkembang secara optimal. (Mursamimlah, 2017)
menjelaskan 5 fungsi PAUD, yaitu mengembangkan potensi, menanamkan
dasar-dasar keyakinan, membentuk dan membiasakan perilaku yang
diharapkan, mengembangkan pengetahuan dasar yang diperlukan dan
Page 19
19
keterampilan dalam mengembangkan motivasi dan sikap positif dalam
belajar.
Eksplorasi adalah kegiatan mengamati (Heldanita, 2018) ide kreatif
anak seringkali muncul dari eksplorasi pribadi atau penemuan sesuatu.
Eksplorasi dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk melihat,
memahami dan merasakan. Kegiatan seperti ini dilakukan dengan
mengamati dunia sekitar sesuai dengan realitas yangada secara langsung.
Pengamatan tersebut dapat berupa lingkungan, antara lain hutan,
perbukitan, pasir, laut, dan lingkungan alam lainnya. Eksplorasi juga
merupakan jenis kegiatan yangdilakukan dengan menjelajahi atau
mengunjungi suatu tempat untuk mempelajari beberapa hal sambil
mencari kesenangan atau sebagai hiburan dan permainan. Tujuan kegiatan
eksploratif di taman kanak-kanak adalah untuk mempelajari bagaimana
mengembangkan dan menggunakan kemampuan analisis sederhana dalam
mengenali suatu objek. Anak-anak dilatih untuk mengamati objek dengan
cermat, memperhatikan setiap bagian yang unik dan belajar tentang
bagaimana objek hidup dan berfungsi. (Mutiah dan Srikandi, 2021).
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran keterampilan sosial anak
di TK Mutiara Desa Bungaejaya, Kec.Pallangga Kab.Gowa pada tanggal
13 Agustus - 30 Agustus 2021. Diperoleh hasil pengamatan keterampilan
sosial atau social skill masih sangat kurang khususnya dilingkungan
sekitar sekolahnya. Teramati pada saat anak diberi tugas kelompok, masih
ada anak yang tidak ingin bekerja sama dengan teman lainnya dan masih
Page 20
20
memilih-milih dalam pertemanan dan juga masih kurangnya komunikasi
dengan teman yang biasanya menimbulkan pertengkaran hal itu
dikarenakan masih banyak anak yang rasa percaya dirinya kurang, tidak
mau berbaur dengan teman dan masih didampingi oleh orang tua dan juga
kurangnya komunikasi setelah pulang dari sekolah atau hanya bergaul
dilingkungan sekolah saja, setelah mereka pulang dari sekolah kebanyakan
dari mereka hanya bermain gadget dirumah saja dan sebagiannya bermain
diluar lingkungan rumah.
Upaya yang dilakukan guru dalam mengembangkan Keterampilan
sosial anak berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah di TK
Mutiara Desa Bungaejaya Kec.Pallangga Kab.Gowa adalah dengan
metode nasehat sehingga peneliti tertarik memberikan metode yang lebih
menarik dan bermakna bagi anak dalam mengembangkan keterampilan
sosialnya yaitu metode meningkatkan keterampilan sosial melaui
pendekatan eksplorasi lingkungan dengan kegiatan bercocok tanam.
Metode bercocok tanam merupakan kegiatan yang sangat penting
untuk mengetahui jati diri anak, anak memiliki kemampuan untuk
menemukan dan memecahkan masalah serta memberikan solusi akan
masalah tersebut. Dengan kegiatan bercocok tanam, peneliti berharap
keterampilan sosial anak dapat berkembang sesuai dengan yang
diharapkan dan sesuai dengan tahap perkembangannya.
Page 21
21
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul: “Meningkatkan Keterampilan
Sosial Anak Melalui Pendekatan Eksplorasi Lingkungan Dengan
Bercocok Tanam Anak Kelompok B Di TK Mutiara Desa Bungaejaya
Kec.Pallangga Kab.Gowa”.
B. Masalah Penelitian
1. Identitas Masalah
a. Keterampilan Sosial anak yang masih sangat kurang dilihat dari
anak yang belum menanamkan karakter bekerja sama.
b. Metode pembelajaran yang diberikan guru yang sangat monton
sehingga anak kurang mengerti karena tidak adanya pengalaman
yang berkesan.
c. Perbedaan kompotensi dan cara mengajar yang dimiliki oleh guru
TK dikarnakan latar belakang pendidikan yang berbeda.
2. Alternatif Pemecahan Masalah
Mengembangkan Keterampilan Sosial anak di TK Mutiara Desa
Bungaejaya Kec.Palangga Kab.Gowa akan dipecahkan melalui
kegiatan pembelajaran bercocok tanam.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah
penelitian “Bagaimana Meningkatkan Keterampilan Sosial pada anak
melalui pendekatan eksplorasi lingkungan dengan bercocok tanam
Page 22
22
anak kelompok di TK Mutiara Desa Bungaejaya Kec.Pallangga Kab.
Gowa
C. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari peneliti ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan Keterampilan Sosial anak dalam menerapkan bercocok
tanam di TK Mutiara Desa. Bungaejaya Kecamatan. Pallangga
Kabupaten. Gowa.
D. Manfaat Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bidang
pendidikan :
a. Manfaat teoritis
Dapat memberikan referensi sebagai pijakan pada
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan keterampilan
sosial anak usia dini serta menjadi bahan kajian lebih lanjut dalam
penyusunan kurikulum yang sepadan dengan perkembangan
zaman.
b. Manfaat Praktis
1. Sekolah
Manfaat peneliti ini bagi sekolah adalah sebagai informasi
serta menentukan metode dan media pembelajaran yang tepat untuk
mengembangkan kemampuan keterampilan sosial anak.
Page 23
23
2. Guru
Menambah pengetahuan tentang cara mengembangkan
kemampuan keterampilan sosial khususnya melalui metode
bercocok tanam.
3. Anak didik
Agar anak dapat mempeoleh pengalam secara langsung dan
memberikan stimulus dalam mengembangkan aspek sosialnya
melalui kegiatan yang menyenangkan.
4. Bagi penulis
Manfaat penelitian ini bagi penulis dapat menambah
wawasan dan pengalaman langsung tentang cara meningkatkan
keterampilan sosial anak melalui kegiatan bercocok tanam.
Page 24
24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Keterampilan sosial Anak Usia Dini
1. Pengertian Keterampilan Sosial Anak Usia Dini
Keterampilan sosail masa kanak-kanak adalah kemampuan seorang
anak untuk bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain dalam
lingkungan sosial dengan cara yang dapat diterima secara khas untuk
menghindari perilaku yang akan ditolak oleh lingkungan. Oleh karena itu,
keterampilan sosial anak ini perlu dikembangkan secara optimal sebagai
sumber perkembangan lebih lanjut, karena keterampilan sosial ini
mempengaruhi penerimaan siswa dalam kelompok sehingga mereka dapat
berkembang kembali pada perkembangan selanjutnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), keterampilan adalah
kecakapan untuk menyelesaikan suatu tugas. Sedangkan masyarakat
berhubungan dengan masyarakat. Dari pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa keterampilan sosial adalah semacam sikap baik yang
membuat anak menjadi mahir dalam kegiatan sosial. Selain perilaku, sikap
anak juga terbentuk sejak usia dini, dan sikap tersebut dapat
mempengaruhi kemampuan anak dalam bersosialisasi.
Keterampilan sosial yang dikemukakan oleh Fatimah, (2006:94)
berpendapat bahwa keterampilan sosial adalah kemampuan mengatasi
permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.
Page 25
25
Menurut Moeslication (2004), ada empat kelompok pengembangan
keterampilan sosial yang dapat diajarkan kepada anak prasekolah, yaitu :
keterampilan membina hubungan dengan orang dewasa, teman sebaya,
kelompok dan individu.
Menurut Marel (2008), keterampilan sosial adalah perilaku dan
inisiatif khusus yang mengarah pada hasil yang diharapkan secara sosial
sebagai bentuk perilaku. Untuk itu perlu adanya pengawasan dan
bimbingan selama pelatihan.
Menurut Combs dan Slaby (2007), keterampilan sosial adalah
kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial
dengan cara tertentu yang dapat diterima dan bermanfaat secara sosial,
serta berguna bagi diri sendiri dan orang lain.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
semakin tua seseorang maka semakin kompleks pula perkembangan
sosialnya, dalam arti membutuhkan orang lain. Tidak dapat dipungkiri
bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri,
membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya.
2. Ciri-Ciri Keterampilan Sosial Anak Usia Dini
Selama kanak-kanak, minat terhadap kelompok milai tumbuh. Peran
teman sebaya pada tahap ini sangat penting dan mempengaruhi
perkembangan sosial anak, antara lain: membantu anak belajar bersama
oran lain, membantu anak mengembangkan nilai-nilai sosial,
mengembangkan perkembangan kepribadian yang mandiri.
Page 26
26
Menurut Snowman (Seominarti:2003) dalam buku Pendidikan Pra
Sekolah Karangan Patmodewo, mengemukakan cici-ciri sosial anak
sebagai berikut:
1. Pada tahapan ini anak memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat
ini cepat berganti. Merekapun dengan umumnya dapat dengan cepat
menyesuaikan diri dengan sosial. sahabat yang dipilih biasanya yang
sama dengan jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat
dari jenis kelamin yang berbeda.
2. Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisir dengan baik,
sehingga kelompok bermain cepat berubah.
3. Anak yang lebih kecil bermain bersama dengan anak yang lebih besar
4. Kebiasaan bermain dimasa kanak-kanak sangat bervariasi menurut
kelas sosial dan jenis kelamin
5. Kontroversi sering muncul, tetapi setelah beberapa saat mereka
didamaikan. Anak-anak memiliki argumen yan lebih aresif.
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa peran teman sebaya pada tahap
ini sangat penting dan mempengaruhi perkembangan sosial anak. Antar lain
membantu anak belajar dengan orang lain, membantu anak mengembangkan nilai-
nilai sosial, kepribadian mandiri yang dapat dengan cepat beradaptasi dengan
kehidupan sosial teman-teman yang dipilih sering kali berjenis kelamin sama,
tetapi kemudia berkembang menjadi teman lawan jenis.
Page 27
27
3. Faktor-Faktor Mempengaruhi Keterampilan Sosial
Perkembangan keterampilan sosial anak-anak tergantung pada banyak faktor
yang berbeda, faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial antara lain:
1. Banyak kondisi yang mempengaruhi keterampilan sosial, termaksud
tempramen tinggi, regulasi emosi, dan kesadaran sosial anak.
2. Interaksi anak dengan lingkungan keterampilan sosial anak terutama
dipengaruhi oleh sosialisasi dengan orang tua , yang terbntuk semnjak
anak lahir. Melalui proses ini, orang tua memastikan bahwa anak mereka
memiliki standar perilaku, sikap, dan keterampilan motivasi yang mungkin
diinginkan atau sesuai untuk peran mereka dalam masyarakat.
3. Kepribadian secara umum, penampilan sering disamakan dengan defenisi
kepribadian seseorang. Kepribadian tidak dapat dilihat dari penampilan
fisik, sehingga penting bagi individu untuk tidak menilai seseorang
berdasarkan penampilan semata, oleh Karena itu orang yang
berpenampilan tidak menarik cenderunh dikucilkan. Disini, penting bagi
orang tua untuk menanamkan nilai-nilai menghargai orang lain. Disekolah,
anak-naka semakin menemukan kepribadian yang berbeda, itulah
sebabnya guru memiliki peran yang sangat penting untuk dapat
menjelaskan kepada anak-anak dengan bahasa yang mudah dipahami.
(Fajar, 2007).
Dari faktor keterampilan tersebut diatas, dapat disimpulkan
keterampilan sosial anak terutama disebabkan karena proses sosialisasi
bersama orang tua dan terkait. Melalui proses ini, dapat dipastikan bahwa
Page 28
28
anak memiliki standar perilaku, sikap dan keterampilan motivasional dan
cocok dengan apa yang diinginkan dan diharapkan untuk peran mereka
didalam masyarakat. Disekolah, anak-anak semakin menemukan
kepribadian yang berbeda, itulah sebabnya pendidik memiliki peran
penting untuk dapat menjelaskan kepada anak-anak dengan bahasa yang
mudah dipahami.
4. Karakteristik Perkembangan Keterampilan Anak
Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda dalam perkembangan
sosialnya. Ciri-ciri perkembangan sosial pada usia prasekolah adalah sebagai
berikut :
1. Memiliki kontak sosial dengan orang-orang diluar keluarganya
2. Kelompok anak-anak prasekolah tidak dalam pengertian sosialisasi yang
tepat. Mereka mulai beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.
3. Anak selalu ingin dekat dengan orang dewasa dengan orang tua dan
gurunya. Mereka selalu terhubung dan berkomunikasi dengan menarik
perhatian orang dewasa.
4. Anak-anak mulai bermain bersama, mereka juga tampak mengonrol saat
bermain, memilih teman bermain dan mengurangi permusuhan (Yeni
Rachmawati, 2011).
Dari karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa apabila anak
mulai menyesuaikan diri dengan lingkungannya maka anak akan lebih
mudah bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Page 29
29
5. Indikator-Indikator Keterampilan Sosial
Indikator keterampilan sosail anak pransekolah adalah:
1. Percaya diri
Pada dasarnya percaya diri merupakan hal utama yang dibutuhkan dalam
setiap anak untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangannya
menuju kedewasaan dalam hidupnya, dapat dilakukan serta berani tampil
saat anak berada disekolah, didepan kelas, berani mengemukakan pendapat
mengerjakan pekerjaan rumah, berargumentasi dengan tegas untuk
mempertahankan pendapatnya.
2. Kejujuran
Selain percaya diri, kejujuran juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak, perilaku jujur dapat dipraktikkan
secara realistis misalnya tidak meniupu saat menjawab soal
3. Teliti
Selain akurasi itu memabantu dalam membantu system keterampilan saat
mereka tumbuh dan berkembang, sehingga anak dapat merespon dengan
tepat terlepas dari system kerjanya, maka tindakan ini dapat dilakukan
dengan menggunakan semua self-kerjasama dimungkinkan dalam hal
membantu anak-anak untuk menjadi deawa dan mengembangkan
keterampilan sosial dengan bersedia membantu dalam kelompok dan tetap
dengan kelompok.
Page 30
30
4. Kerjasama
Kerja sama dimungkinkan untuk membantu anak-anak untuk menjadi
dewasa dan mengembangkan keterampilan sosial dengan bersedia
membantu didalam kelompok.
5. Kemurahan Hati
Kemurahan hati indikatornya adalah kemurahan hati itu sendiri kemauan
untuk berbagi dengan orang lain, Karen ajika ini meningkat , perilaku
egois berkurang dan dapat mengarahkan pada penerimaan sosial.
6. Simpati
Simpati dapat terjadi jika seorang anak mampu menunjukkan simpati
dengan mencoba membantu satu sama lain atau melalui tindakan lain
seperti menghibur ketika seseorang merasa sedih.
7. Empati
Empati adalah tindakan mampu menmpatkan diri pada posisi orang lain
dan hidup menurut pengalaman orang lain. Dengan demikian, tindakan
sikap ini akan berkembang secar langsung jika anak dapat memahami
ekspresi wajah orang lain atau bermaksud berbicara dengan orang lain.
8. Ramah Tamah
Keramahtamahan seorang anak dapat mewujudkan dalam tindakan
keramahan terhadap orang lain, membantu teman dan menunjukkan rasa
perhatian antar teman.
Page 31
31
9. Mencontoh
Mencontoh atau meniru siapa saja yang diterima dengan baik
sehingga dengan meniru diri sendiri, anak dapat membalas penerimaan
kelompok terhadap dirinya sendiri (Pardi, 2017).
Dari beberapa indikator diatas dapat disimpulan bahwa indikator ini
mencakup Percaya diri, Jujur, Teliti, Kerja sama, Kemurahan hati, Simpati,
Empati, Ramah tamah, dan mencontoh.
B. Eksplorasi Lingkungan
a. Pengertian Eksplorasi
Dalam kehidupan sehari-hari, anak banyak mengeksplorasi lingkungan
dengan benda, binatang, tumbuhan, orang, peristiwa atau ekspresi.
Biarkan anak mencoba hal yang baru.
Menurut Tylor (Masitoh dkk., 2007:718), kegiatan penemuan
memungkinkan anak untuk mengembangkan kegiatan investasi
langsung melalui pendekatan spontan, belajar membuat keputusan
untuk hal yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, dan kapan
melakukannya. Pendekatan eksplorasi seharusnya tidak hanya berfokus
pada bagaimana pengetahuan, pengalaman, dan interpretasi
tersampaikan, tetapi harus diimbangi dengan peningkatan kualitas
bahan ajar. Informasi tidak hanya disusun oleh guru. Keterlibatan siswa
diperlukan untuk memperluas dan memperdalam, dan mengatur
informasi tentang inisiatif mereka. Dalam hal ini, siswa menyusun dan
Page 32
32
memvalidasi informasi sebagai masukan untuk kegiatan pembelajaran
(Adelsberger, 2000).
Dalam konsep yang dikembangkan oleh Laurillard (2002) yang
ditulis oleh Haimo menunjukkan bahwa kompleksitas kegiatam
eksplorasi dalam pembelajaran membutuhkan proses dialog.
a. Aklimatisasi
b. Berinteraksi dan berefleksi
c. Meningkatkan tingkat ketuntasan mata pelajaran
d. Menggambarkan sejauh mana kegiatan yang terlibat dalam
meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan
tugas untuk mendapatkan pengalaman yang berarti (Ernawati,
2013:22-24).
b. Tujuan Eksplorasi
Tujuan dari kegiatan eksplorasi adalah untuk mempelajari
bagaimana mengembangkan dan menggunakan keterampilan analitis
sederhana untuk mengamati objek dengan cermat, memperhatikan
setiap bagian yang unik dan mengetahui cara benda hidup atau
berfungsi.
Kegiatan eksplorasi memberikan kesempatan kepada anak untuk
memahami dan mengambil manfaat dari penemuan berupa:
a) Pemahaman yang lebih luas tentang informasi factual
Page 33
33
b) Menumbuhkan rasa ingin tahu anak tentang sesuatu yang sudah
atau baru diketahuinya
c) Memperjelas konsep dan keterampilan yang sudah dimiliki
d) Untuk mendapatkan pengalaman hidup manusia seutuhnya dengan
berbagai situasi dan kondisi yang ada.
e) Menambah pengetahuan tentang cara memahami lingkungan
sekitar dan cara menggunakannya (Heldanita, 2018).
c. Manfaat Eksplorasi
Berani kotor membiarkan anak bereksplorasi dialam identik
membuat anak kotor karna jenis permainan dan alat bermain yang
dipergunakan dapat mengakibatkan tubuh, pakaian, dan tempat
bermainya kotor dan berantakan. Alat bermainya sendiri mencakup
benda yang secara umum dianggap kotor ataupun tidak kotor, misalnya
dari bedak, tanah, sampai lumpur. Tanah dan lumpur sering
dipermasalahkan karna jorok. Padahal tanah dan sejenisnya merupakan
bagian dari alam yang perlu diperkenalkan pada anak. Mengapa
demikian inilah manfaatnya:
a. Memberikan kesempatan bagi anak untuk menambah wawasan
informasi yang lebih luas dan nyata.
b. Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang sesuatu yang telah lama
diketahui atau pun baru diketahui.
c. Eksplorasi dapat memperjelas konsep dan keterampilan yang
dimilikinya.
Page 34
34
d. Memperoleh pengalaman yang baru dan situasi yang baru
e. Memperoleh bagaimana memanfatkannya. (Asari, 2020)
d. Langkah-Langkah Bermain Eksplorasi
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam tahapan persiapan
untuk melaksanakan kegiatan mengajar dengan menggunakan strategi
eksplorasi, seperti dikemukakan Moeslichateon (200:146) sebagai
berikut:
a) Menentukan tujuan dan topic serta nama kegiatan yang mengajar
permainan menggunakan strategi penemuan.
b) Tentukan konsep dan topil serta nama kegiatan yang akan
diajarkan permainan menggunakan strategi penemuan
c) Tentukan konsep tempat yang akan dikunjungi atau dijelajahi anak
d) Menentukan rancangan subkelompok anak yang melakukan
kegiatan penemuan
e) Mementukan desain penilaian pembelajaran dengan menggunakan
strategi eksploratif. Oenetapan tujuan operasional harus
diperthitungkan ketika merencanakan kegiatan eksploratuf
(Sumarsih, 2019).
e. Bentuk- Bentuk Pembelajaran Eksplorasi
Secara sepintas dapat dikatakan bahwa melalui penemuan,
anak dapat menggunakan lingkungan sebagai wahana melalui tiga
hal, yaitu belajar dilingkungan alam (BALS), belajar melalui
Page 35
35
pengalaman masyarakat dan pelatihan eksternal. Pertama,
pembelajaran lingkungan adalah suatu bentuk pembelajaran
dimana anak dapat mengenal berbagai makhluk hidup, warna,
bentuk, bau, rasa, suara, dan ukuran dialam dan dapat meniru serta
mengaplikasikan alam sesuai dengan imajinasi dan
kemampuannya. Alam berbentuk sesuai kemampuan berpikir anak
(Yeni Rachmawati dan Euis Kuriati, 2017). Kedua, pengalaman
belajar termediasi adalah proses belajar yang menggunakan
lingkungan sebagai media belajarnya. Guru dapat mengamati dan
memilih benda-benda disekitar anak dan kemudian menyelidiki
benda-benda tersebut untuk memberikan pengetahuan baru. Ketiga
Outboond Training, merupakan metode yang cukup efektif untuk
melatih kepemimpinanan, kepercataan diri, kerjasama,
kemandirian dan perkembangan lainnya pada anak (Heldanita,
2018).
f. Metode Eksplorasi
Metode eksplorasi sendiri dibagi menjadi dua bagian yaitu
langsung dan tidak langsung, hal ini dikarenakan dalam operasi
eksplorasi dapat dilakukan dengan atau tanpa pengamatan
langsung terhadap objek, karena kondisi dan bentuk fisik tidak
sama dan lebih lagi keberadaan mereka sangat bervariasi
tergantung pada kandungan mineral.
Page 36
36
1. Metode Eksplorasi Langsung
Metode eksplorasi langsung adalah metode yang
melakukan pengamatan langsung di permukaan bumi mengenai
segala aspek informasi yang berkaitan dengan tujuan kegiatan
eksplorasi.
2. Metode Eksplorasi tidak Langsung
Dilakukan jika tidak memungkinkan untuk melakukan
pengamatan secara kasat mata (superior) dari kondisi alam, lokasi
tambang atau material hasil galian, akibat dari operasi ini adalah
terjadinya sebuah anomaly yang bias diartikan sebagai random
goggle geologi. Eksplorasi langsung dapat menggunakan metode
geofisika dan geokimia. (Nugraha, 2016).
C. Kegiatan Bercocok Tanam
a. Pengertian bercocok tanam
Bercocok tanam memiliki dua arti, kata bercocok berasal dari kata
daasar cocok dan dibudidayakan, bercocok tanam adalah homonym
karena memeiliki ejaan dan pengucapan yang sama dan kata kelas atau
kelas petani, sehingga beroccok tanam dapat mengungkapkan suatu
tindakan, keberadaan, pengalaman, atau makna dinamis lainnya atau
nama lain bercocok tanam dapat mewakili nama seseorang, tempat,
atau apapun dan segala sesuatu yang menonjol.
Page 37
37
Kebudayaan adalah pengertian sempit tentang bercocok tanam,
khususnya pemanfaatan sumber daya hayati oleh manusia untuk
produksi pangan, bahan baku industry atau sumber energy, dan
pengelolaan lingkungan sekolahnya. (Putri: 2020) sebagai berikut. AT.
Monsher berpendapat bahwa bercocok tanam merupakan bentuk khas
dari proses produksi yang didasarkan pada pertumbuhan hewan dan
tumbuhan.
Sri Setyati berpendapat bahwa menumbuhkan sesuatu dibidang
pertanian merupakan upaya untuk mencapai hasil yang maksimal
dengan memperhatikan faktor botani dan lingkungan.
Dwi Handayani (2013 berpendapat bahwa bercocok tanam adalah
pekerjaan manusia di bidang pertanian yang secara umum bercocok
tanam dapat dikatakan budidaya tanaman oleh manusia untuk
memperoleh manfaat atau hasil dari tanaman tersebut. Pada dasarnya
kata agrikultur yang memiliki dua arti, yaitu :
1. Secara homonym artinya teknologi untuk mengelola tanah, produksi
tanaman dan untuk melayani kebutuhan hidup manusia.
2. Dalam kelas linguistic, bercocok tanam mencakup ladang atau
tanaman.
b. Tujuan bercocok tanam
Berikut beberapa tujuan bercocok tanam :
Page 38
38
1. Menumbuhkan kecintaan anak terhadap alam dengan belajar
tentang tumbuhan dan hewan disekitar rumah
2. Buat dia bergerak lebih aktif
3. Belajarlah untuk memahami proses pertumbuhan
4. Anak-anak juga dapat mengalami proses menanam, meerawat
memetik, dan memasak hidangan lezat dimeja.
5. Dengan menanam dikebun sendiri, otomatis orang tua juga bias
belajar cara berkebun yang benar agar tanaman bias tumbuh
subur (Putri, 2020).
c. Bentuk-bentuk bercocok tanam
Bentuk-bentuk kegiatan bercocok tanam pertanian yang
dilakukan oleh penduduk: a. berladang ialah bentuk kegiatan
pertanian dengan memanfaatkan ladang disekitar hutan, penduduk
membakar hutan untuk dijadikan lahan pertanian b. bercocok
tanam ditanah kering dengan mengendalikan air hujan tapi
pengelolaan sudah menetap. c. berkebun atau menanam tanaman
dalam wadah telah menjadi tren selama 5 tahun dan masih popular
hingga saat ini. D. berkebun container dapat menghemat ruang,
membantu mengendalikan hama, mengatasi kendala lahan, dan
menghasilkan produk segar dari kenyamanan rumah sendiri
(Mita:2021).
Page 39
39
d. Manfaat bercocok tanam
Manfaat bercocok tanam tentu memiliki banyak manfaat
bagi anak-anak dari bercocok tanam dapat memperoleh manfaat:
a. Menumbuhkan minat pada makanan sehat , kebiasaan makan
sehat harus dimulai sejak dini, berkebun untuk mengenalkan
dan menumbuhkan minat anak pada makanan-makanan sehat.
Dengan adanya kegiatan bercocok tanam ini dapat menarik
perhatian anak terhadap apa yang mereka tanam sendiri oleh
karena itu berkebun bisa menjadi salah satu solusi jika anak
suka pemilih pemilih atau sulit makan buah dan sayur.
b. Dengan kegiatan ini dapat menarik perhatian anak terhadap apa
yang mereka tanam sendiri, sehingga berkebun bias menjadi
solusi jika anak rewel atau sulit makan buah dan sayur. Anak
yang jarang bermain diluar rumah cenderung rentan terhadap
penyakit yang melemahkan system kekebalan tubuh seperti
asma, alergi, dll.
c. Mengajak anak bekerja dikebun atau peternakan bisa menjadi
cara yang menyenangkan utnuk melatih daya tahan tubuh anak
menjadi lebih kuat. Teori ini konsisten dengan hipotesis
keberhasilan bahwa paparan berbagai mikroorganisme selama
bertahun-tahun pertama kehidupan seorang anak memperkuat
system kekebalan tubuh anak untuk membiasakan diri
Page 40
40
mendeteksi bakteri mana yang baik dan jahat serta dapat
melawan infeksi.
d. Keterampilan motorik halus untuk berkebun adalah aktivitas
fisik yang bagus untuk anak untuk terlibat dalam aktivitas yang
melibatkan koordinasi otot dan tubuh. Menggali dengan sekop,
menuangkan air dan memindahkan pot adalah contoh keci; dari
tindakan yang dapat merangsang keterampilan motoriknya
terus terangsang menjadi anak yang aktif dengan cara ini,
sirkulasi darah, pernapasan dan postur tubuh meningkatkan
kreativitas dan kecerdasan anak secara umum
e. Tanggung jawab mengajar berkebun mengajarkan anak
pentingnya tanggung jawan dengan mengajarkan secara
langsung karena berkebun adalah kegiatan yang berkelanjutan,
anak-anak akan belajar bahwa setelah menanam tanaman atau
benih, mereka harus dirawat dengan baik dan tidak boleh
diabaikan.
f. Meningkatkan memori dan konsentrasi manfaat lain dari
berkebun untuk anak-anak adalah meningkatkan daya ingat dan
konsentrasi. Anak-anak yang cenderung mencintai alam bias
lebih focus ketika berada ditaman hijau atau diluar ruangan.
Selain itu, berkebun juga dapat meningkatkan kewaspadaan
dan kemampuan kognitif anak, karena berkebun adalah
Page 41
41
aktivitas yang cukup kompleks yang memabntu anak tetap
tenang dan fokus. (Mita, 2021).
D. Pendekatan Eksplorasi Lingkungan dengan Bercocok tanam
Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang memberikan
perhatian, perawatan dan pelayanan kepada anak dibawah usia 6 tahun,
yang dicapai melalui pemberian rangsangan pendidikan yang mendukung
tumbuh kembang anak, fisik dan mental untuk mempersiapkan anak
memasuki sekekolah dasar. Sifat anak berkaitan dengan masa neonates.
Anak-anak adalah manusia kecil dengan potensi yang belum berkembang.
Dia memiliki ciri-ciri khusus dan tidak seperti orang dewasa dan akan
menjadi orang dewasa. Mesikipun anak-anak pada umunya memiliki pola
pertumbuhan yang sama, namun tingkat perkembangannya berbeda-beda
karena anak-anak pada dasarnya adalah individu. Pada usia ini
perkembangan anak dapat dioptimalkan dan merupakan kesempatan yang
baik bagi anak untuk belajar termaksud anak dapat belajar mengenai
lingkungan sekitarnya. Secara mental, anak-anak juga tidak diperbolehkan
mengutarakan pendapatnya tentang susunan kelompok daun. Masalah
yang kerap kali dihadapi adalah anak yang tidak percaya diri untuk
menyebutkan kelompok daun, pembelajaran guru yang masih monoton
sehingga siswa mudah bosan dan tidak mengerti cara belajar IPA.
Sains adalah produk atau hasil penyelidikan ilmiah yang
didasarkan pada sikap dan nilai tertentu. Sebagai produk sains adalah
kumpulan pengetahuan yang terorganisir dengan baik tentang dunia fisik
Page 42
42
dan alam. Sebagai suatu proses ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan
kegiatan memantau, mengamati dan melakukan percobaan. Pembelajaran
seperti itu dapat membantu anak dalam berpikir logis dan sistematis sejak
usia dini melalui mengamati objek, gambar, dan angka tertentu
disekitarnya. Mampu beradaptasi dan berpartisipasi dalam kehidupan
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, membutuhkan keterampilan.
Memperkenalkan sains pada anak PAUD, jika dilakukan dengan benar,
lambatlaun akan mengembangkan kemampuan berpikir logis yang belum
dimiliki anak.
Sesuai dengan tujuan umum pendidikan luar biasa, termaksud
pendidikan tunagrahita, khususnya dalam undang-undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang system pendidikan Nasional.
Bercocok tanam merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional, yaitu
pembangunan manusia Indonesia yang mandiri. Tujuan khusus bercocok
tanam adalah:1) mampu mewujudkan potensi diri sepenuhnya, 2) menjadi
mandiri dan berguna bagi masyarakat, dan 3) memiliki ruang dalam dan
luar ruangan yang lengkap .
Atas dasar ini, kemerdekaan berarti kemerdekaan ekonomi dan
kemerdekaan moral. Mandiri secara ekonomi, yaitu memiliki pendapatan
sendiri seperti bertani, berjualan, bekerja di pabrik dan lain-lainnya.
Menurut Mainord (Astati, 2001, 16), tujuan pendidikan keterampilan ini
untuk mengembangkan keterampilan dan beradaptasi dengan lingkungan
alam.
Page 43
43
Hubungan antara eksplorasi lingkungan dengan bercocok tanam
sangat erat kaitanya antara satu sama lain, karena hal tersebut dapat
menampilkan bakat tersendiri dari semua siswa dan siswi, oleh karena itu
harus diberikan apresiasi bagi para pengajar atau guru dalam
meningkatkan kreativitas siswanya.
E. Langkah-Langkah Kegiatan Eksplorasi Lingkungan Dengan
Bercocok Tanam
Adapun langkah-langkah dalam metode eksplorasi lingkungan dengan
bercocok tanam sebagai berikut:
a. pengenalan, guru terlebih dahulu memperkenalkan media yang akan
digunakan dalam permainan bercocok tanam , anak diajak keluar kelas dan
memperkenalkan benda-benda yang ada disekitar lingkungan sekolah dan
anak merabah dan memegangnya. b. permainan, guru menjelaskan cara
bermainnya yaitu guru memperhatikan bentuk-bentukbiji-bijian kepada
anak. kemudian biji tersebut dimasukkan kedalam tanah yang sudah yang
sudah diberi lobang yang diberi angka kemudian anak disuruh untuk
memegang tanah tersebut dan merabah tanah dan menyebutkan tekstur
tanah itu. Sri Hidayati (2021)
F. Penelitian Relevan
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian ini yang dapat dijadikan rujukan, sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Putri Melinda NIM:1516250020 yang
meneliti tentang “Implementasi Kegiatan Bercocok Tanam Dalam
Page 44
44
Meningkatkan Kecerdasan Naturalis Pada Anak Usia 5-6 Tahun
Kelompok B Di TK Dharma Bakti Kota Bengkulu” tulisan ini
merupakan peneliti skripsi pada Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini pada Fakultas Tarbiah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Bengkulu tahun 2020. Penelitian ini berfokus pada
implementasi kegaiatan bercocok tanam dapat meningkatkan
kecerdasan naturalis anak usia 5-6 tahun kelompok B di TK Dharma
Bakti Kota Bengkulu, untuk mengungkapkan hal tersebut peneliti
menggunakan metode eksperimen desain pre-eksperimental yang
dapat memberikan informasi, fakta dan data.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sonnia NPM:1711070208 yang
meneliti tentang “Meningkatkan Aktivitas Sains Anak Usia
DiniMelalui Metode Berkebun”. Tulisan ini merupakan skripsi pada
Fakultas Tarbiah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung tahun 2021. Penelitian ini menekankan pada peningkatkan
aktivitas sains anak usia dini melalui metode berkebun di TK Negeri 2
Bandar Lampung. Aktivitas sains dalam penelitian meliputi observasi
(mengamati), klasifikasi (mengelompokkan), prediksi (meramalkan),
dan mengkomunikasikan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Puji Lestari Npm:1111070014 yang
meneliti tentang “Evektifitas Metode Bermain Peran Dalam
Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Usia 5-6 Tahun Taman
Kanak-Kanak Assalam 2 Sukarame Bandar Lampung” tulisan ini
Page 45
45
merupakan penelitian skripsi pada jurusan Pendidikan Islam Anak
Usia Dini Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universita Islam Negeri
Raden Intan Lampung 2018. Penelitian ini berfokus pada
keterampilan sosial anak dalam proses belajar mengajar. Untuk
mengungkap hal tersebut peneliti menggunakan Penelitian Tindakan
Kelas / PTK Model Kurt Lewin yang dilaksanakan dalam dua siklus.
Berdasarkan kajian relevan diatas, penulis menyimpulkan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dengan penelitian
sebelumnya, penulis berfokus pada peningkatan keterampilan hidup
pada anak melalui pendekatan eksplorasi lingkungan dengan bercocok
tanam sedangkan penelitian terdahulu berfokus pada implementasi
kegaiatan bercocok tanam dapat meningkatkan kecerdasan naturalis
anak usia 5-6 tahun kelompok B di TK Dharma Bakti Kota Bengkulu
dan menekankan pada peningkatkan aktivitas sains anak usia dini
melalui metode berkebun di TK Negeri 2 Bandar Lampung.
sedangkan peneliti selanjutnya berfokus pada evektifitas metode
bermain peran dalam mengembangkan keterampilan sosial anak usia
5-6 tahun Taman Kanak-Kanak Assalam 2 Sukarame Bandar
Lampung.
G. Kerangka Pikir
Keterampilan sosail dapat disebut sebagai kemampuan untuk
mengembangkan keterampilan yang memfasilitasi interaksi dan komuniasi
dengan orang lain dimana aturan dan hubungan sosial dan komunikasi
Page 46
46
diperbaiki secara verbal dan non-verbal. Hasil perencanaan sumber belajar
pendidik akan memberikan manfaat jika pendidik dapat mempersiapkan dan
memilih sumber belajar yang sesuai dengan karakteristik anak. Minat dan
tujuan belajar anak harus terpenuhi. Dalam hal ini, melalui pendekatan
eksplorasi lingkungan, lebih meningkatkan keterampilan sosial karena anak
dapat berinteraksi dengan tanaman dan lingkungan sekitarnya.
Tahapan yang digunakan guru meningkatkan keterampilan sosail anak
meliputi aspek keterampilan berpikir dan manajemen karena emosi melibatkan
keterampilan sosial dengan pendekatan eksploratif terhadap lingkungan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka fikir :
Sintaks Ekplorasi lingkungan
a) Wawasan informasi yang lebih luas lebih nyata
b) Menumbuhkan rasa keingintahuan anak tentang sesuatu telah ataupun baru diketahuinya.
c) Memperjelas konsep dan keterampilan yang telah dimilikinya.
d) Memperoleh pengalaman penuh tentang kehidupan manusia dengan berbagai situasi dan
kondisi yang ada.
e) Memperoleh pengetahuan tentang bagaimana memahami lingkungan yang ada disekitar
serta bagaimana memanfaatkannya.
Pembelajaran di Taman kanak-Kanak
Hasil dan Temuan
Guru:
Guru kurang aktif dalam
memberikan pembelajaran
Anak:
Peningkatan keterampilan sosial anak belum terlihat.
Indikator peningkatan keterampilan sosial sebagai
berikut:
1. Bermain dengan teman sebaya
2. Bekerjasama dalam kelompok
3. Bangga terhadap hasil karyanya Sendiri
Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian
Page 47
47
H. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika menerapkan
metode eksplorasi lingkungan dapat meningkatkan keterampilan sosial di
TK Mutiara Desa Bungaejaya Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
Page 48
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode penelitian tindakan
kelas atau PTK. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan meningkatkan
prestasinya agar hasil belajar anak lebih meningkat (Aqib, dkk, 2009:3).
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode pembelajaran yang
lebih efektif , untuk mengurangi biaya produksi dalam meningkatkan
produktivitas suatu organisasi, penelitian tindakan kelas juga dianggap sebagai
proses dimana individu atau kelompok ingin melakukan perubahan dalam situasi
tertentu untuk meneliti proses yangakan membawa perubahan tersebut, dan
kemudian setelah sampai pada tahap kesimpulan yang bertanggung jawab
mengimplementasikan proses tersebut (Sugiono, 2010:9).
B. Lokasi Dan Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memilih melakukan penelitian di TK Mutiara
Desa Bungaejaya kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. karena peneliti tertarik
untuk melihat bagaimana upaya guru dalam meningkatkan keterampilan sosial
dengan pendekatan eksplorasi lingkungan dengan bercocok tanam di TK Mutiara
Desa Bungaejaya kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
Subjek penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak usia dini
di TK Mutiara Desa Bungaejaya kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
berjumlah 11 orang anak, terdiri dari 7 anak laki-laki dan 4 anak perempuan.
Page 49
49
C. Faktor Yang Diselidiki
1. Upaya guru dalam meningkatkan keterampilan sosial anak melalui pendekatan
eksplorasi lingkungan dengan bercocok tanam.
2. Apakah ada interaksi antara guru dan anak didik dan antara anak didik dengan
anak didik dalam proses kegiatan belajar mengajar.
3. Pengunaan Metode eksplorasi lingkungan di TK Mutiara Desa Bungaejaya
kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
D. Prosedur Penelitian
Sesuai untuk jenis penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas, penelitian
ini dilakukan dalam 2 tahap yaitu siklus I dan Siklus II yang memiliki empat
tahap yaitu perencanaan, pelaksanaantindakan, pengamatan, dan refleksi.
SIKLUS I
SIKLUS II
Perencanaa
n Refleksi
Tindakan
Pegamatan
Pengamatan
Tindakan
Perencanaan
Refleksi
Page 50
50
1. Perencanaan
Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang diperlukan
untuk memperbaiki apa yang terjadi. Meliputi RPP, lembar observasi anak
dan lembar penilaian.
2. Tindakan
Tindakan adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkontrol,
variasi dari amalan yang cermat dab bijak.
3. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengumpulan data sebagai proses modifikasi
kinerja belajar mengajar (PMB).
4. Refleksi
Refleksi adalah mengingat dan merungkan suatu tindakan persis seperti
yang diceritakan dan dicatat dalam observasi (Suharsimi dan Sypardi,
2012:16).
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan (planning)
Pada tahap perencanaan penelitian ini, peneliti harus menyiapkan : (1) Rencana
Pelaksaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) bertema buah dan sayuran. (2)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) dengan subtema sayuran
(3) menyediakan bahan ajar seperti tanah, kantong atau wadah dan benih yang
akan ditanam (4) mengembangkan instrument observasi dan penilaian.
Page 51
51
b. Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti mengimplemtasikan tindakan yang
telah dikembangkan dalam RPPH, meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
dan kegiatan penutup. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Siklus I.
Langkah-langkah dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut : Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian Siklus I adalah :
Pada tahap pelaksanaan tindakan peneliti melakukan tindakan yang telah
dirumuskan dalam RPPH yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup.Rencana pelaksanaan pembelajaran harian pada siklus I yaitu:
1) Pinjakan Sebelum Bermain
a) Guru memberikan salam dan berdoa.
b) Guru menanyakan kabar peserta didik dan melakukan apersepsi.
c) Guru menjelaskan tema dan sub tema hari ini.
2) Pinjakan Selama Bermain
a) Guru menyampaikan materi menggunakan media agar menarik perhatian
anak.
b) Guru bertanya tentang tanaman.
c) Guru mengenalkan nama-nama tanaman.
d) Guru meminta anak membedakan tanaman yang baik dan tidak baik.
3) Pinjakan Setelah Bermain
1) Membersihkan peralatan yang sudah digunakan.
2) Guru menanyakan tentang kegiatan dan perasaan anak hari ini.
3) Guru memberikan motivasi pada anak.
Page 52
52
4) Berdoa sebelum pulang.
c. Pengamatan (Observing)
Dalam proses melaksanakan kegiatan belajar mengajar peneliti juga
melakukan observasi yaitu mengamati kegiatan dan proses pembelajan serta
menilai kepakaan anak terhadap tumbuhan (Anak sangat tertarik pada
tumbuhan, menanyai tumbuhan, mengamati tumbuhan, dan merawat
tumbuhan) dan keahlian dalam membedakan tanaman (mengidentifikasi
tanaman percobaan, analisis pemupukan, karateristik tanaman sebelum
percobaan, analisis karakteristik tanaman setelah ditanam, dan analisis
perbedaan antara tanaman).
d. Refleksi (Reflecting)
Pada pada tahap refleksi ini, peneliti mengelolah dan menganalisis data
yang diperoleh dari observasi yang dilakukan. Refleksi ini dipimpin oleh
peneliti dengan bantuan seorang teman. Dari hasil pengelolaan dan analisis
data, peneliti dapat mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan yang ada
dalam melaksanakan proses peneltian. Dengan demikian peneliti dapat
membuat rekomendasi berdasarkan GAP yang ada . Hasil refleksi ini dapat
menjadi acuan untuk menentukan langkah selanjutnya. Selain itu, peneliti
dapat menemukan kelemahan pada anak dan guru yang jika tidak tercapai
maka akan dilanjutkan pada siklus II.
2. Siklus Kedua
Siklus II dilakukan jika hal yang dipelajari belum mencapai tingkat kinerja
yang ditentukan. Siklus kedua dilaksanakan dengan melakukan perubahaan
Page 53
53
proses pembelajaran yang dilakukan atas dasar refleksi pada siklus pertama.
Langkah-langkah pelaksanaan dilakukan sesuai siklus pertama seperti 1)
perencanaan, 2) tindakan, 3) mengamati, dan 4) refleksi. Silus tersebut
dilakukan untuk mengetahui tingkat kecerdasan bawaan yang dimiliki anak.
Tahap refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis yang telah
diinterpretasikan oleh peneliti berdasarkan observasi yang dilakukan. Jika
ada kekurangan, peneneliti memberikan masukan dan saran sebagai bahan
perbaikan penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi pustaka
dan kerja lapangan. Tinjauan pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data
sebagai landasan teori dengan meriview buku-buku yang berkaitan dengan
metode eksplorasi lingkungan. Sedangkan kerja lapangan dilakukan dennan cara
terjun langsung ke area yang telah ditentukan yaitu di TK Mutiara, Desa
Bungaejaya, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Alat-alat yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain:
1. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan catatan observasi yang diamati oleh peneliti
sebagai pengamat. Lembar observasi ini berisi catatan pembelajaran yang diamati
berdasarkan apa yang terjadi selama tindakan, termasuk aktivitas guru, aktivitas
siswa, dan kondisi lingkungan dikelas.
Page 54
54
2. Dokumentasi
Dokumentasi dapat berupa foto-foto saat pembelajaran berlangsung, nama-
nama anak yang akan diteliti dan data pendukung lainnya yang akan dianalisis
pada tahap awal (Dariyo:56).
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam penelitian
untuk memperoleh data, seorang peneliti tidak akan memperoleh data yang
memenuhi standar data yang telah ditetapkan.
Pengumpulan data adalah pencatatan fakta atau deskripsi atau ciri-ciri dari
beberapa dan semua elemen populasi yang akan mendukung penelitian atau
metode yang mungkin peneliti gunakan untuk mengumpulkan data pengumpulan
data (Sugiyono, 2013:88). Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang memenuhi standar data
yang telah ditetapkan, antara lain:
1. Observasi
Observasi menurut (Suharsimi, Arikunto, 2016:156) mengungkapkan bahwa
mengamati adalahsuatu kegiatan yanf sempit, yaitu memperhatikan sesuatu
dengan mata, sedangkan dalam pengertian psikologis pengamatan atau observasi
termaksud juga memperhatikan. Lembar observasi berfungsi sebagai pedoman
dalam melakukan observasi untuk memperoleh data yang diinginkan. Lembar
observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi untuk
Page 55
55
mengamati perkembangan dalam hal sejauh mana kemampuan keterampilan
sosial anak dengan metode eksplorasi lingkungan.
2. Dokumentasi
Mengumpulkan data dengan melihat atau menyimpan laporan yang ada. Teknik
pengumpulan data lainnya. Dimana pada saat pengumpulan data dengan metode
pendokumentasian data tersebut merupakan benda mati, bukan makhluk hidup.
Peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk mengumpulkan data-data yang
diperlukan seperti catatan administrasi dan foto-foto kegiatan.
Bahan-bahan yang dikumpulkan oleh peneliti juga dirincikan dari berbagai
sumber data seperti sarana dan prasarana, sarana dan fakta lain yang perlu penulis
gunakan untuk mencari informasi tentang catatan sekolah, kelayakan guru, dan
data lain yang berhubungan dengan penelitian. Kegiatan yang dilakukan sebagai
bagian dari observasi partisipatif.
G. Teknik Analisis Data
Data merupakan catatan penilaian, baik berupa fakta maupun angka. Data
yang diperoleh dan dikumpulkan terlebih dahulu dianalisis dengan tujuan untuk
menunjukkan apakah ada perbaikan yang telah dilakukan setelah dilakukan
tindakan. Dengan analisis data ini, seseorang dapat melihat peningkatan
keterampilan sosial dengan eksplorasi agro-lingkungan.
Jenis data yang dapat digunakan dalam melakukan penelitian tindakan kelas
adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang dapat dianalisis secara
deskriptif dengan menggunakan analisis statistic deskriptif (Menghitung rata-rata
Page 56
56
pertumbuhan anak berdasarkan skor yang diperoleh dari lembar observasi).
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yaitu mencoba menggambarkan
keadaan yang sebenarnya dan dideskripsikan dalam bentuk narasi sesuai hasil
pengamatan. Data juga dianalisis menggunakan deskriptif kuntitatif yang
bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan sosial. Tujuannya yaitu
untuk mengetahui peningkatan keterampilan sosial dengan pendekatan eksplorasi
anak dengan kegiatan bercocok tanam. Rumus yang digunakan dalam analisis
data deskriptif kuantitatif sederhana untuk mencari persentase, mengacu pada
pendapat (Aqib,dkk, 2009:1), yaitu sebagai berikut :
P =
x 100
Keterangan :
P = Angka Persentasi
f = Jumlah Anak
N = jumlah seluruh anak
100% = Bilangan konstan
Tabel 1.1 Keterangan Skor Hasil Observasi Tiap Siklus
Interval Kriteria
76%-100% BSB (Berkembang Sangat Baik)
51%-75% BSH (Berkembang Sesuai Harapan)
26%-50% MB (Mulai Berkembang)
0%-25% BB (Belum Berkembang
Page 57
57
Hasil analisis dijadikan sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki
rancangan pembelajaran, serta dijadikan sebagaibahan pertimbangan dalam
penentuan model pembelajaran yang tepat (Aqib, dkk. 2009:14)
H. Indikator Keberhasilan
Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, penelitian ini dinyatakan
berhasil apabila ada perubahan atau peningkatan keterampilan sosial yang
diperoleh anak setelah bercocok tanam dengan pendekatan ek splorasi lingkungan.
Penelitian ini dianggap berhasil apabila 75% anak berada pada tingkat
perkembangan yang diharapakan. Anak dapat menguasai indicator peningkatan
keterampilan sosial dengan pendekatan eksploratif terhadap lingkungan.
Page 58
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di TK Mutiata, Desa Bungaejaya, Kecamatan
Pallangga, Kabupaten Gowa, TK ini berada didaerah pedesaan yang penduduknya
mayoritas berprofesi Wiraswasta, Guru, PNS, Pedagang dan buruh. Sarana dan
Prasarana sekolah ini cukup memadai dilengkapi dengan berbagai fasilitas
outdoor dan indoor, memiliki tenaga pengajar sebanyak 8 orang dan kepala
sekolah yang merangkap sebagai guru dan beberapa diantaranya sudah menempuh
sarjana pendidikan. Jumlah peserta didik yang akan diteliti yaitu 11 orang anak
dan 1 orang guru dikelas.
2. Deskripsi Siklus I Meningkatlan Keterampilan Sosial Anak Melalui
Pendeketan Eksplorasi Lingkungan dengan Bercocok Tanam
Berdasarkan hasil penelitian, pada siklus I yang dilaksanakan sebanyak 3 kali
pertemuan yaitu 21, 23 dan 25 Desember 2021.
a. Perencanaan
Tahap perencanaan yang dilakukan pada penelitian ini terbagi menjadi dua
siklus yaitu Siklus I dan Siklus II dan masing-masing dilaksanakan dengan tiga
kali pertemuan. Adapun kegiatan tersebut yaitu:
1) Berkolaborasi dengan wali kelas untuk melakukan kegiatan peningkatan
keterampilan sosial anak
Page 59
59
2) Menyusun rencana pembelajaran harian (RPPH) yang akan digunakan
guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.
3) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan
pertanian seperti wadah, benih, dan tanah.
4) Menyiapkam format penilaian observasi anak dalam melakukan kegiatan
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pada siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan yaitu Siklus I,
Pertemuan pertama pada Selasa, 21 Desember 2021 mulai pukul 08:00-10:30
dengan Tema Tanaman subtema Tauge, pertemuan kedua dilaksanakan pada
Kamis, 23 Desember 2021 dengan subtema tanaman cabai, pertemuan ke 3
dilaksanakan pada sabtu, 25 Desember 2021 dengan tema Tanaman
Mentimun. Saat melakukan kegiatan dibagi menjadi tiga bagian yaitu kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dan berlaku untuk siklus I dan siklus
II. Kegiatan tersebut dapat dirincikan sebagai berikut :
1. Kegiatan Awal
Kegiatan awal dimulai dengan menginstruksikan anak-anak untuk berbaris rapi
diluar kelas, kemudian masuk kekelas, guru mengucapkan salam dan anak
menjawabnya, kemudian membaca doa sebelum melakukan kegiatan belajar,
bernyanyi, kemudian guru menanyakan hari, tanggal, dan tahun kepada anak.
Selanjutnya guru mengenalkan sayuran yaitu tauge, cabai, dan mentimun yang
akan diajarkan dengan memperlihatkan kepada anak yang mana biji tauge, biji
cabai, dan biji mentimun. Kemudian guru menjelaskan tahapan-tahapan cara
menanamam dari memasukkan tanah kedalam wadah hingga proses melakukan
Page 60
60
penanaman biji-biji yang telah diperlihatkan sehingga anak mampu memahami
bagaimana cara melakukan penanaman pada tanaman tauge, cabai, dan
menitmun.
2. Kegiatan Inti
Guru memegang peranan yang sangat penting dalam memulai proses
pembelajaran. Dimana peneliti membimbing anak melalui kegiatan belajar.
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru dibagi
menjadi tiga kelompok, guru melakukan kegiatan Tanya jawab tentang
kegiatan yang telah dilakukan, kemudian guru menyampaikan dan menjelaskan
kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan yaitu kegiatan bercocok tanam
sehingga dalam kesempatan tersebut anak akan bermain sambil belajar melalui
metode kegiatan belajar diluar kelas atau Outdoor Learning dan peneliti
bertugas mengamati sekaligus mengawasi anak dalam kegiatan. Setelah
kegiatan tersebut selesai, anak-anak bergiliran mencuci tangan dan lalu makan
bersama didalam kelas setelah anak membaca doa sebelum makan.
3. Kegiatan Penutup
Guru melakukan Tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakukan yaitu
kegiatan bercocok tanam. Guru kemudian menyampaikan kegiatan yang akan
dilakukan keesokan harinya, pesan dan kesan, bernyanyi, membaca doa,
mengucapkan salam serta memberitahukan anak untuk langsung pulang
kerumah.
Page 61
61
c. Observasi
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti dan
wali kelas berkeliling untuk mengamati anak-anak yang sedang melakukan
kegiatan bercocok tanam (Toge, Cabai, dan Mentimun). Obervasi ini digunakan
untuk mengumpulkan data untuk dianalisis dalam kegiatan pembelajaran, evaluasi
kegiatan dilakukan dengan menunjukkan kepada anak hasil karyanya dan
memberikan pujian atas kerja keras semua anak-anak.
d. Refleksi
Hasil refleksi berupa evaluasi tindakan yang dilakukan untuk mengetahui
kekurangan dalam melakukan kegiatan pada Siklus I, walaupun terdapat
peningkatan namun nilainya masih kurang dari 75% dari jumlah anak.
Berdasarkan hasil reflesi dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Kurangnya akomodasi siswa sehingga kegiatan menjadi sedikit kurang
terkontrol
2) Siswa masih ragu dalam melakukan kegiatan tersebut
3) Waktu harus dikelola dengan baik, seperti membagi anak-anak kedalam
kelompok-kelompok
4) Harus kreatif serta menciptakan kesenangan bagi siswa sehingga mereka lebih
tertarik dan antusias dalam belajar.
Page 62
62
Tabel 4.1 Hasil Observasi dan Evaluasi Keterampilan
Soaial Anak Siklus l Pertemuan l,ll dan lll
Keterangan :
BB : Belum Berkembang
MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembang Sesuai Harapan
BSB : Berkembang Sangat Baik
Kondisi awal kemampuan anak dalam keterampilan sosial dengan
persentase yang dicapai oleh anak sebelum kegiatan bercocok tanam yang sesuai
indikator yang ditentukan untuk mengetahui pencapaian belum berkembang,
mulai berkembang, berkembang sesuai harapan, dan berkembang sangat baik
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
N0. Nama INDIKATOR
Bermain dengan
teman sebaya
Bekerjasama dalam
kelompok
Bangga terhadap hasil
karyanya sendiri
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 RN
2 UA
3 AF
4 AD
5 RT
6 FA
7 LA
8 AH
9 FI
10 RA
11 AA
Page 63
63
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Sosial Pada
Anak Siklus l Pertemuan l,ll dan lll
No Keterampilan Yang
Dicapai
Jumlah Anak Jumlah
% BB MB BSH BSB
1. Bermain dengan teman
sebaya
6 4 1 0 11
54% 36% 10% 0% 100%
2. Bekerjasama dalam
kelompok
6 4 0 1 11
54% 36% 0% 10% 100%
3. Bangga terhadap hasil
karyanya sendiri
5 5 0 1 11
45% 45% 0% 10% 100%
Berdasarkan keterampilan sosial anak dalam bercocok tanam dapat
diketahui bahwa:
1. Indikator I
Bermain dengan teman sebaya di TK Mutiara Desa Bungaejaya
Kec.Pallangga Kab.Gowa, diperoleh 6 anak atau 54,5% yang berada dikategori
Belum Berkembang, 4 anak atau 36,3% yang berada dikategori Mulai
Berkembang, dan 1 anak atau 9,0% yang berada dikategori berkembang sesuai
harapan.
2. Indikator II
Bekerja Sama Dalam Kelompok di TK Mutiara Desa Bungaejaya
Kec.Pallangga Kab.Gowa, diperoleh 6 anak atau 54,5% yang berada dikategori
Belum Berkembang, 4 anak atau 36,3% yang berada dikategori Mulai
Page 64
64
Berkembang, dan 1 anak atau 9,0% yang berada dikategori berkembang sangat
baik.
3. Indikator III
Bangga Terhadap Hasil Karyanya Sendiri di TK Mutiara Desa Bungaejaya
Kec.Pallangga Kab.Gowa, diperoleh 5 anak atau 45,4% yang berada dikategori
Belum Berkembang, 5 anak atau 45,4% yang berada dikategori Mulai
Berkembang, dan 1 anak atau 9,0% yang berada dikategori berkembang sangat
baik.
3. Deskripsi Tindakan Siklus ll Meningkatkan Keterampilan Sosial Pada
Anak Melalui Pendekatan Eksplorasi Lingkungan Dengan Bercocok Tanam
Anak Kelompok B Di TK Mutiara Desa Bungaejaya Kec.Pallangga
Kab.Gowa
Berdasarkan hasil analisis siklus I keterampilan sosial melalui kegiatan
bercocok tanam belum sepenuhnya berkembang, maka perlu dilakukan Siklus II
untuk memperoleh aspek sosial yang lebih optimal pada masa prasekolah. Dalam
pelaksaan penelitian tindakan kelas Siklus II yang terdiri dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dengan jumlah pertemuan ke 3 pertemuan
pertama berlangsung pada hari selasa 27 Desember 2021, pertemua kedua pada
Kamis, 29 Desember 2021, pertemuan ke 3 pada sabtu, 1 Januari 2021.
a. Perencanaan
Tahap perencanaan Siklus 1 meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Berkolaborasi dengan guru kelas tentang kegiatan yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan keterampilan sosial anak.
2) Memberikan contoh kegiatan bercocok tanam
3) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan
Page 65
65
4) Membagi anak kedalam beberapa kelompok
5) Menyiapkan lembar obeservasi untuk mempermudah kegiatan analisis data
b. Pelaksanaan
pelaksanaan pada siklus I yang terdiri dari 3 kali pertemuan pada selasa,
27 Desember 2021dengan tema sayur sub tema sayur Tomat, pertemuan kedua
pada kamis, 29 Desember 2021 dengan subtema bayam, pertemuan ketiga
dilaksanakan pada sabtu, 1 januari 2021. Materi pembelajaran yang dilakukan
adalah tomat, jeruk dan bayam. Saat melakukan penelitian, kegiatan dibagi
menjadi tiga bagian yaitu kegiatan awal, inti dan penutup dan guru bertindak
sebagai pelaksana tindakan dan peneliti sebagai pengamat dengan pelaksanaan
sebagai berikut :
1. Kegiatan Awal
Pada saat guru akan dimulai dengan guru membimbing anak berbaris di
luar kelas dengan rapi, masuk kedalam kelas, guru menyapa dan memberikan
salam kemudian berdo’a bersama sebelum belajar, bernyanyi, pengenalan hari,
tanggal, bulan dan tahun, melakukan kegiatan motorik. Kemudian guru
mengenalkan sayur-sayuran yaitu (tomat, bayam dan jeruk) yang akan diajarkan
dengan memperlihatkan berbagai macam biji-bijian (tomat, bayam dan jeruk)
beserta tanaman. Guru menjelaskan langkah-langkah menanam dimulai dari,
memasukan tanah kedalam wadah, sampai pada akhirnya menanam biji-bijian
sehingga mereka mengerti tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Page 66
66
2. Kegiatan Inti
Guru berperan sangat penting dalam memulai proses pembelajaran.
Dimana peneliti membimbing anak dalam melakukan kegiatan pembelajaran
menanam biji-bijian. Sebelum kegiatan ini dimulai, terlebih dahulu guru
menjelaskan secara rinci tentang kegiatan yang akan dilakukan yaitu pengenalan
tanaman dan memberikan contoh cara menanam biji-bijian seperti
mempraktekkan cara memasukkkan tanah dan biji-bijian kedalam wadah. Setelah
guru memberikan contoh cara melakukan percobaan, guru membagi anak menjadi
3 kelompok. Pada setiap pertemuan tanaman yang diberikan berbeda-beda. Pada
kegiatan ini anak diberi kesempatan untuk bermain diluar ruang kelas dan peneliti
mengamati serta mengawasi anak-anak yang sedang bermain. Selesai melakukan
kegiatan bermain anak diperintahkan untuk mencuci tangan mereka secara
bergantian, kemudian masuk kedalam kelas untuk makan bersama. Sebelum
makan, guru membimbing anak-anak membaca do’a sebelum dan sesudah makan
3. Kegiatan Penutup
Guru mengajak anak-anak untuk melakukan tanya jawab dari hasil
pembelajaran yang telah dilakukan yaitu melakukan kegiatan menanam biji tomat,
bayam dan jeruk yang telah dilaksanakan anak. Setelah itu guru menyampaikan
kegiatan untuk hari esok, pesan dan kesan, bernyanyi, membaca do’a pulang,
salam, dan pulang.
c. Observasi
Pengamatan dilakukan selama operasi berlangsung. Peneliti dan wali kelas
berkeliling dan mengamati anak-anak yang sedang melakukan kegiatan bercocok
Page 67
67
tanam (Tomat, Bayam dan jeruk). Obervasi ini dilakukan untuk mengumpulkan
data untuk dianalisis dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian kegiatan dilakukan
dengan cara menunjukkan kepada anak hasil karyanya dan guru memuji hasil
karya anak.
d. Refleksi
berdasarkan hasil observasi hasil belajar Siklus II melalui kegiatan berocok
tanam untuk meningkatkan keterampilan sosial anak di TK Mutiara terdapat
peningkatan yang sangat baik. Diketahui Siklus II dapat meningkatkan persentase
hasil observasi sehingga tidak perlu dilakukan Siklus tambahan.
Tabel 4.3 Hasil Observasi dan Evaluasi Keterampilan Sosial Anak
Siklus ll Pertemuan l,ll dan lll
N0. Nama Bermain dengan
teman sebaya
Bekerjasama dalam
kelompok
Bangga terhadap hasil
karyanya sendiri
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 RN
2 UA
3 AF
4 AD
5 RT
6 FA
7 LA
8 AH
9 FI
10 RA
11 AA
Keterangan :
BB : Belum Berkembang
MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembang Sesuai Harapan
BSB : Berkembang Sangat Baik
Kondisi awal kemampuan anak dalam keterampilan sosial dengan
persentase yang dicapai oleh anak sebelum kegiatan bercocok tanam yang sesuai
Page 68
68
indikator yang ditentukan untuk mengetahui pencapaian belum berkembang,
mulai berkembang, berkembang sesuai harapan, dan berkembang sangat baik
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Sosial Pada
Anak Siklus II Pertemuan l,ll dan lll
No Keterampilan Yang
Dicapai
Jumlah Anak Jumlah
% BB MB BSH BSB
1. Bermain dengan teman
sebaya
1 5 4 1 11
10% 45% 36% 10% 100%
2. Bekerjasama dalam
kelompok
0 5 5 1 11
0% 45% 45% 10% 100%
3. Bangga terhadap hasil
karyanya sendiri
0 5 5 1 11
0% 45% 45% 10% 100%
Berdasarkan keterampilan sosial anak dalam bercocok tanam dapat
diketahui bahwa:
1. Indikator I
Bermain dengan teman sebaya di TK Mutiara Desa Bungaejaya
Kec.Pallangga Kab.Gowa, diperoleh 1 anak atau 9,0% yang berada dikategori
Belum Berkembang 5 anak atau 45,4% yang berada dikategori Mulai
Berkembang, 4 anak atau 36,3% yang berada dikategori Berkembang Sesuai
Harapan, dan 1 anak atau 9,0% yang berada dikategori berkembang Sangat Baik.
2. Indikator II
Bekerja Sama Dalam Kelompok di TK Mutiara Desa Bungaejaya
Kec.Pallangga Kab.Gowa, diperoleh 5 anak atau 45,4% yang berada dikategori
Page 69
69
Mulai Berkembang, 5 anak atau 45,4% yang berada dikategori Berkembang
Sesuai Harapan, dan 1 anak atau 9,0% yang berada dikategori berkembang Sangat
Baik.
3. Indikator III
Bangga Terhadap Hasil Karyanya Sendiri di TK Mutiara Desa Bungaejaya
Kec.Pallangga Kab.Gowa, diperoleh 5 anak atau 45,4% yang berada dikategori
Mulai Berkembang, 5 anak atau 45,4% yang berada dikategori Berkembang
Sesuai Harapan, dan 1 anak atau 9,0% yang berada dikategori berkembang Sangat
Baik.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berkolaborasi bersama guru kelompok B di TK Mutiara Kec. pallangga
Kab. Gowa dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 4
tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang dilakukan 6
kali pertemuan yang terbagi menjadi dua siklus, yaitu siklus 1 dilaksanakan
dengan 3 kali pertemuan dan siklus ll yang dilaksanakan 3 kali pertemuan.
Kegiatan bercocok tanam merupakan salah satu kegiatan yang dapat
mengembangkan keterampilan sosial karna interaksi sosial dalam lingkungannya
memiliki konstribusi besar dalam meraih kegahagiaan hidupnya. Apalagi bagi
seorang anak, keberhasilan dalam menjalin interaksi dengan lingkungan sosialnya
khususnya dengan teman sebaya akan sangat berpengaruh pada proses
perkembangan selanjutnya. Sebagaimna diungkap Hartup (1992) bahwa hubungan
antar teman sebaya pada masa kanak-kanak berkontribusi terhadap keefektifan
fungsi individu sebagai orang dewasa. Keberhasilan penelitian ini telah
Page 70
70
menunjukkan adanya kesesuaian teori dengan hasil penelitian yang membuktikan
bahwa kegiatan bercocok tanam dapat meningkatkan keterampilan sosial anak.
Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan anak dari siklus l masih
belum memenuhi indikator keberhasilan. Berdasarkan pada indikator I Bermain
dengan teman sebaya diperoleh 6 anak atau 54,5% yang berada dikategori Belum
Berkembang, 4 anak atau 36,3% yang berada dikategori Mulai Berkembang, dan
1 anak atau 9,0% yang berada dikategori berkembang sesuai harapan. Indikator II
Bekerja Sama Dalam Kelompok, diperoleh 6 anak atau 54,5% yang berada
dikategori Belum Berkembang, 4 anak atau 36,3% yang berada dikategori Mulai
Berkembang, dan 1 anak atau 9,0% yang berada dikategori berkembang sangat
baik. Indikator III Bangga Terhadap Hasil Karyanya Sendiri, diperoleh 5 anak
atau 45,4% yang berada dikategori Belum Berkembang, 5 anak atau 45,4% yang
berada dikategori Mulai Berkembang, dan 1 anak atau 9,0% yang berada
dikategori berkembang sangat baik.
Pada siklus II Indikator I Bermain dengan teman sebaya, diperoleh 1 anak
atau 9,0% yang berada dikategori Belum Berkembang 5 anak atau 45,4% yang
berada dikategori Mulai Berkembang, 4 anak atau 36,3% yang berada dikategori
Berkembang Sesuai Harapan, dan 1 anak atau 9,0% yang berada dikategori
berkembang Sangat Baik. Indikator II Bekerja Sama Dalam Kelompok, diperoleh
5 anak atau 45,4% yang berada dikategori Mulai Berkembang, 5 anak atau 45,4%
yang berada dikategori Berkembang Sesuai Harapan, dan 1 anak atau 9,0% yang
berada dikategori berkembang Sangat Baik. Indikator III Bangga Terhadap Hasil
Karyanya Sendiri, diperoleh 5 anak atau 45,4% yang berada dikategori Mulai
Page 71
71
Berkembang, 5 anak atau 45,4% yang berada dikategori Berkembang Sesuai
Harapan, dan 1 anak atau 9,0% yang berada dikategori berkembang Sangat Baik.
Hal ini didukung oleh teori dari Pruett ( Puji Lestari: 2018) menjelaskan bahwa
anak dapat belajar sejumlah keterampilan sosial melalui kegiatan bermain
bersama anak-anak yang lain. Bermain dengan teman sebaya pada tahap ini sangat
penting dan berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak, diantara pengaruh
yang ditimbulkannya pada keterampilan sosialisasi anak diantaranya sebagai
berikut: a. Membantu anak untuk belajar bersama dengan orang lain dan
bertingkah laku yang dapat diterima oleh kelompok. b. Membantu anak
mengembangkan nilai-nilai sosial lain diluar nilai orang tua. c. Membantu
mengembangkan kepribadian yang mandiri dengan mendapatkan kepuasan
emosional dari rasa berkawan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka,
dapat disimpulkan bahwa meningkatkan keterampilan sosial pada anak melalui
pendekatan eksplorasi ligkungan dapat meningkat dengan kegiatan bercocok
tanam.
Page 72
72
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Hasil penelitian menggunakan metode penelitian PTK (Penelitian
Tindakan Kelas) di TK Mutiara Desa Bungaejaya, Kec. Pallangga Kab. Gowa
dapat diketahui bahwa melalui kegiatan bercocok tanam mampu meningkatkan
keterampilan sosial anak dengan penerapan secara berulang-ulang sehingga dapat
meningkatkan keterampilan sosial sesuai dengan indikator Bermain dengan teman
sebaya,bekerjasama dalam kelompok dan bangga terhadap hasil karyanya sendiri.
Dapat dibuktikan dengan adanya perkembangan keterampilan sosial dengan
bercocok tanam pada saat pelaksanaan siklus 1 mencapai masih ada beberapa
anak dengan kategori MB (Mulai Berkembang) dengan skor 26% dan pada siklus
kedua sudah ada beberapa anak berada dikategori BSH (Berkembang Sesuai
Harapan) dengan skor 75% . Maka dapat disimpulkan bahwa bercocok tanam
dapat memberikan pengaruh pada perkembangan keterampilan sosial anak usia
dini di TK Mutiara Desa bungaejaya, Kec.Pallangga Kab.Gowa.
B. Saran
1. Saran untuk Guru, sebaiknya sebagai seorang guru bisa lebih memahami
pentingnya keterampilan sosial anak agar mampu mengatasi masalah serta
menyediakan proses pembelajaran yang disukai oleh anak-anak dan lebih menarik
perhatian anak dalam belajar.
2. Saran untuk orang tua agar memberikan pembiasaan kepada anak dalam
bersosialisasi dilingkungan sekitarnya.
Page 73
73
DAFTAR PUSTAKA
Adelsberger, Heimo, H. 2000. Konsep Pembelajaran Kreatif. Yogyakarta: Gava
Medias
Arini, Asari. Implementasi Pendekatan Eksplorasi Lingkungan Untuk
Mengembangkan Pengetahuan Sains Anak Usia Dini Usia 5-6 Tahun Di
Tk Dharma Wanita Sukarame Bandar Lampung. Diss. UIN Raden Intan
Lampung, 2020.
Combs and Slaby, Effective Skill For Child, Boys Town, Town Dowd,, 2007, h
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Dwi I.M., Haryani, & Widiyatmoko. (2013). Penegembangan Alat Peraga IPA
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains. Unnes Science Education
Journal, USEJ 4 (2).
Fajar. 2007. Keterampilan Sosial Pada Anak Menengah Akhir. Jurnal. (dalam
Ipah Saripah Dan Lia Mulyani. 2015. Profil Keterampilan Sosial Siswa
Sekolah Dasar Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Prasekolah TK
Dan Non TK. Bandung: Jurnal Volume 2 no.2)
Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik.
Bandung. CV. Pustaka Setia
Heldanita, H. (2018). Pengembangan Kreativitas Melalui Eksplorasi. Golden Age:
Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, 3(1), 53–64. Jakarta:
Balai Pustaka.
Hidayati, Sri (2021) Strategi pembelajaran anak usia dini. Kanaka Media,
Surabaya.
Laurillard, (2002). Eksplorasi, elaborasi, Konfirmasi
Http://rif6.blogspot.com/20011/08/eksprolasi-elaborasi-konfirmasi.
Marel, Peningkatan Ketrampilan Sosial, Bandung, Alfabeta, 2008, h.1
Masitoh. 2007. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka.
Mita, A. (2021). Upaya Meningkatkan Kecerdasan Naturalistik Anak Usia Dini 5-
6 Tahun Melalui Kegiatan Bercocok Tanam Di Tk Pgri Bandar Lampung
[PhD Thesis]. UIN Raden Intan Lampung.
Page 74
74
Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Rineka Cipta.
Mursyamimlah, S. (2017). Upaya guru pendidikan agama islam dalam
internalisasi nilai-nilai akhlak mulia siswa di SD Negeri 0803 Papaso
Kabupaten Padang Lawas [PhD Thesis]. IAIN Padangsidimpuan
Mutiah, E., & Srikandi, S. (2021). Konsep Pengembangan Kreativitas AUD.
BUHUTS AL-ATHFAL: Jurnal Pendidikan Dan Anak Usia Dini, 1(1), 1–
15.
Nugraha, G. (2016). Estimasi Sumberdaya Endapan Zirkon Di Desa Popai,
Kecamatan Ella Hilir Kabupaten Melawi Propinsi Kalimantan
Barat (Doctoral dissertation, Fakultas Teknik (UNISBA)).
Noor Hafidhoh, M. P. I. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Tematik
Terpadu Di Sekolah Dasar. At-Tahdzib: Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Dasar, 6(01), 50–58.
Perdani, Putri A, 2017, Peningkatan Keterampilan Sosial Melalui Metode
Bermain Permainan Tradisional Pada Anak TK B, Pendidikan Usia Dini,
Vol. 7, No. 2.
Putri, M. (2020a). Implementasi kegiatan bercocok tanam dalam meningkatkan
kecerdasan naturalis pada anak usia 5-6 tahun kelompok b di tk dharma
bakti kota bengkulu [phd thesis]. Iain bengkulu.
Racmawati Yeni dan Kurniati, Euis. 2011. Strategi Pengembangan Kreativitas
Pada Anak. Jakarta : Kencana Prenada Group.
Soemiarti Patmodewo, Pendidkan Pra Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.
33
Sumarsih, D. (2019). Implementasi Bermain Eksplorasi Dalam Mengembangkan
Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Tunas Harapan Kecamatam
Merbau Mataram Lampung Selatan (Doctoral dissertation, UIN Raden
Intan Lampung).
Page 75
75
Lampiran 1
Instrumen Kisi-Kisi Lembar Observasi Anak
No Indikator Kriteria
Skor
1.
Bermain
dengan teman
sebaya
Jika anak mampu langsung bermain dengan teman
sebaya tanpa arahan dari guru
BSB 4
Jika anak mampu bermain dengan teman sebaya
dengan arahan guru
BSH 3
Jika anak mampu bermain dengan teman sebaya
jika diajak dan diawasi oleh guru
MB 2
Jika anak belum mampu bermain dengan teman
sebayanya walau sudah diarahkan dan diajak oleh
guru
BB 1
2.
Bekerjasama
dalam
kelompok
Anak Mampu bekerjasama dalam kelompok tanpa
arahan guru
BSB 4
Anak mampu bekerjasama dalam kelompok
dengan bantuan
BSH 3
Anak mampu bekerjasama dalam kelompok
dengan lancar
MB 2
Anak belum mampu bekerjasama dalam kelompok BB 1
3.
Bangga
terhadap hasil
karyanya
sendiri
Anak mampu banga terhadap hasil karyanya tanpa
dampingan guru
BSB 4
Anak mampu bangga terhadap hasil karyanya
sendiri dengan bantuan
BSH 3
Anak mampu bangga terhadap hasil karyanya
sendiri dengan lancar
MB 2
Anak belum mampu bangga terhadap hasil
karyanya sendiri
BB 1
Keterangan
BSB : Berkembang Sangat Baik
BSH : Berkembang Sesuai Harapan
MB : Mulai Berkembang
BB : Belum Berkembang
Page 76
76
Hasil kegiatan observasi guru Siklus l Pertemuan l, ll, dan lll
Beri tanda ( ) pada kolom sesuai dengan kegiatan yang diamati
Nama Guru : Salma
Hari/Tanggal : Selasa, 21 Desember 2021 (Pertemuan I)
Kamis, 23 Desember 2021 (Pertemuan II)
Sabtu, 25 Desember 2021 (Pertemuan III)
No Langkah-Langkah
Kegiatan
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Menyiapkan ruang, alat
dan media pembelajaran
2. Memeriksa kesiapan
anak
3. Menyampaikan tujuan
pembelajaran
4. Melaksanakan
pembelajaran sesuai
dengan RPPH
5. Melibatkan anak dalam
mempersiapkan media
dan sumber belajar
6. Mengarahkan anak
dalam melakukan
percobaan
7. Memantau kemajuan
belajar
8. Melakukan penilaian
akhir
9. Menanyakan kembali
apa yang dilakukan
Jumlah 7 2 9 9
Page 77
77
Hasil kegiatan observasi guru Siklus l Pertemuan l, ll, dan lll
Beri tanda ( ) pada kolom sesuai dengan kegiatan yang diamati
Nama Guru : Salma
Hari/Tanggal : Selasa, 27 Desember 2021
Kamis, 29 Desember 2021
Sabtu, 01 Januari 2022
No Langkah-Langkah
Kegiatan
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Menyiapkan ruang, alat
dan media pembelajaran
2. Memeriksa kesiapan
anak
3. Menyampaikan tujuan
pembelajaran
4. Melaksanakan
pembelajaran sesuai
dengan RPPH
5. Melibatkan anak dalam
mempersiapkan media
dan sumber belajar
6. Mengarahkan anak
dalam melakukan
percobaan
7. Memantau kemajuan
belajar
8. Melakukan penilaian
akhir
9. Menanyakan kembali
apa yang dilakukan
Jumlah 9 9 9
Page 78
78
LAMPIRAN ANAK
Anak diberi arahan oleh guru
Anak diberi contoh cara bercocok Tanam
Page 79
79
LAMPIRAN ANAK
Anak mengambil tanah dan memasukkan kewadah
Anak menanam biji yang telah diberikan
Page 80
1
Lampiran
Instrumen Lembar Observasi Anak Keterampilan Sosial Dalam Kegiatan Bercocok Tanam
Siklus I Pertemuan Ke-1
Ket:
BB : Belum Berkembang (25%) : 1 BSH : Berkembang Sesuai Harapan (51%-75%) :3
MB : Mulai Berkembang (26%-50%) : 2 BSB : Berkembang Sangat Baik (76%-100%) :4
N0. Nama Bermain dengan
teman sebaya
Bekerjasama dalam
kelompok
Bangga terhadap hasil
karyanya sendiri
Skor presentasi Kriteria
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 REHAN 3 25 BB
2 ULFA 3 25 BB
3 ALIF 5 41,6 MB
4 AHMAD 3 25 BB
5 RADIT 4 33,3 MB
6 FILDZA 5 41,6 MB
7 LIZA 4 33,3 MB
8 AFIFAH 3 25 BB
9 FADLI 3 25 BB
10 RAFA 4 33,3 MB
11 ARYA 5 41,6 MB
JUMLAH 349,7
PRESENTASI 38,4
Page 81
2
Instrumen Lembar Observasi Anak Keterampilan Sosial Dalam Kegiatan Bercocok Tanam
Siklus I Pertemuan Ke-2
N0. Nama Bermain dengan
teman sebaya
Bekerjasama dalam
kelompok
Bangga terhadap hasil
karyanya sendiri
Skor Presentasi Kriteria
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 REHAN 3 25 BB
2 ULFA 4 33,3 MB
3 ALIF 6 50 MB
4 AHMAD 3 25 BB
5 RADIT 4 33,3 MB
6 FILDZA 5 41,6 MB
7 LIZA 4 33,3 MB
8 AFIFAH 5 41,6 MB
9 FADLI 3 25 BB
10 RAFA 4 33,3 MB
11 ARYA 5 41,6 MB
JUMLAH 383
PRESENTASI 42,1
Ket:
BB : Belum Berkembang (25%) : 1 BSH : Berkembang Sesuai Harapan (51%-75%) :3
MB : Mulai Berkembang (26%-50%) : 2 BSB : Berkembang Sangat Baik (76%-100%) :4
Page 82
3
Instrumen Lembar Observasi Anak Keterampilan Sosial Dalam Kegiatan Bercocok Tanam
Siklus I Pertemuan Ke-3
N0. Nama Bermain dengan
teman sebaya
Bekerjasama dalam
kelompok
Bangga terhadap hasil
karyanya sendiri
Skor Presentasi Kriteria
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 REHAN 4 33,3 MB
2 ULFA 4 33,3 MB
3 ALIF 7 58,3 BSH
4 AHMAD 4 33,3 MB
5 RADIT 4 33,3 MB
6 FILDZA 7 58,3 BSH
7 LIZA 4 33,3 MB
8 AFIFAH 6 50 MB
9 FADLI 4 33,3 MB
10 RAFA 4 33,3 MB
11 ARYA 6 50 MB
JUMLAH 449,7
PRESENTASI 49,4
Ket:
BB : Belum Berkembang (25%) : 1 BSH : Berkembang Sesuai Harapan (51%-75%) :3
MB : Mulai Berkembang (26%-50%) : 2 BSB : Berkembang Sangat Baik (76%-100%) :4
Page 83
4
Instrumen Lembar Observasi Anak Keterampilan Sosial Dalam Kegiatan Bercocok Tanam
Siklus II Pertemuan Ke-1
N0. Nama Bermain dengan
teman sebaya
Bekerjasama dalam
kelompok
Bangga terhadap hasil
karyanya sendiri
Skor Presentasi Kriteria
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 REHAN 6 50 MB
2 ULFA 7 58,33 BSH
3 ALIF 9 75 BSH
4 AHMAD 5 41,6 MB
5 RADIT 6 50 MB
6 FILDZA 8 66,6 BSH
7 LIZA 4 33,3 BB
8 AFIFAH 7 58,3 BSH
9 FADLI 6 50 MB
10 RAFA 4 33,3 BB
11 ARYA 6 50 MB
JUMLAH 566,4
PRESENTASI 62,3
Ket:
BB : Belum Berkembang (25%) : 1 BSH : Berkembang Sesuai Harapan (51%-75%) :3
MB : Mulai Berkembang (26%-50%) : 2 BSB : Berkembang Sangat Baik (76%-100%) :4
Page 84
5
Instrumen Lembar Observasi Anak Keterampilan Sosial Dalam Kegiatan Bercocok Tanam
Siklus II Pertemuan Ke-2
N0. nama Bermain dengan
teman sebaya
Bekerjasama dalam
kelompok
Bangga terhadap hasil
karyanya sendiri
Skor Presentasi Kriteria
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 REHAN 7 58,3 BSH
2 ULFA 9 75 BSH
3 ALIF 11 91,6 BSB
4 AHMAD 6 50 MB
5 RADIT 6 50 MB
6 FILDZA 8 66,6 BSH
7 LIZA 5 41,6 MB
8 AFIFAH 8 66,6 BSH
9 FADLI 8 66,6 BSH
10 RAFA 5 41,6 MB
11 ARYA 7 58,3 BSH
JUMLAH 666,2
PRESENTASI 73,2
Ket:
BB : Belum Berkembang (25%) : 1 BSH : Berkembang Sesuai Harapan (51%-75%) :3
MB : Mulai Berkembang (26%-50%) : 2 BSB : Berkembang Sangat Baik (76%-100%) :4
Page 85
6
Instrumen Lembar Observasi Anak Keterampilan Sosial Dalam Kegiatan Bercocok Tanam
Siklus II Pertemuan Ke-3
N0. Nama Bermain dengan
teman sebaya
Bekerjasama dalam
kelompok
Bangga terhadap hasil
karyanya sendiri
Skor Presentasi Kriteria
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 REHAN 8 66,6 BSH
2 ULFA 9 75 BSH
3 ALIF 12 100 BSB
4 AHMAD 6 50 MB
5 RADIT 6 50 MB
6 FILDZA 8 66,6 BSH
7 LIZA 6 41,6 MB
8 AFIFAH 8 66,6 BSH
9 FADLI 8 66,6 BSH
10 RAFA 6 50 MB
11 ARYA 7 58,3 BSH
JUMLAH 691,3
PRESENTASI 76,0
Ket:
BB : Belum Berkembang (25%) : 1 BSH : Berkembang Sesuai Harapan (51%-75%) :3
MB : Mulai Berkembang (26%-50%) : 2 BSB : Berkembang Sangat Baik (76%-100%) :4
Page 100
15
RIWAYAT HIDUP
ZUHRIYATUL FADILAH, Lahir pada tanggal 13 Agustus
1999. Jalan Pramuka Coring Kecamatan Bajeng Kabupaten
Gowa. Penulis merupakan anak kedua dari tiga orang
bersaudara. Anak dari pasangan Muhammad Syahriar dan
Satriani. Penulis pertama kali menempuh pendidikan TK
(Taman Kanak-kanak) pada tahun 2003 Di Tk Piveri dan tamat tahun 2004, SD
(Sekolah Dasar) pada tahun 2005 SD Limbung Puteri selama 6 tahun. Pada tahun
2011 Penulis melanjutkan pendidikan tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama)
Di Smp Muhammadiyah Limbung selama 3 tahun dan tamat pada tahun 2013.
Dan kemudian melanjutkan pendidikan jenjang SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) Di SMK 1 Gowa pada tahun 2014 selama 3 tahun dan tamat pada tahun
2016. Dan pada tahun 2017 tepat di usia ke 18 tahun penulis menempuh
pendidikan di Universitas Muhammadiyyah Makassar, program studi atau (S1).
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan.