MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DALAM MERAWAT DIRI PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR FEMUR 1/3 PROKSIMAL DEKTRA POST ORIF HARI KE-2 DI RSOP.DR. R SOEHARSO SURAKARTA Disusun Sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : ADE CAHYA LESMANA J200120054 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
20
Embed
MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DALAM MERAWAT DIRI …eprints.ums.ac.id/51976/3/NASKAH PUBLIKASI FEMUR AA.pdf · adalah membantu mengakses ke kamar mandi, ... interventions in the form of
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DALAM MERAWAT DIRI PADA
PASIEN DENGAN FRAKTUR FEMUR 1/3 PROKSIMAL DEKTRA POST
ORIF HARI KE-2 DI RSOP.DR. R SOEHARSO SURAKARTA
Disusun Sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III
pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh :
ADE CAHYA LESMANA
J200120054
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
i
ii
iii
1
MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DALAM MERAWAT DIRI PADA PASIEN
DENGAN FRAKTUR FEMUR 1/3 PROKSIMAL DEKTRA POST ORIF HARI KE-2
DI RSOP.DR.R.SOEHARSO SURAKARTA
Abstrak
Pasien setelah operasi ORIF mengalami keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari –hari
berhubungan dengan menurunnya tonus otot. Adanya keterbatasan gerak menyebabkan
menurunnya kekuatan otot, sehingga pasien kehilangan kemandirian dalam merawat dirinya.
Perawatan diri merupakan kegiatan sehari – hari dalam mengurus dirinya, baik digunakan
tanpa alat maupun menggunakan alat bantu.Tujuan dari penulisan naskah publikasi ilmiah ini
yaitu untuk menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan keterbatasan gerak dalam
meningkatkan kemandirian dalam merawat dirinya, meliputi pengkajian, intervensi,
implementasi, evaluasi. Metode yang digunakan dalam penulisan publikasi ilmiah ini yaiu
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang menjelaskan dan
melakukan proses keperawatan. Proses keperawatan tersebut dilakukan dari pengkajian
sampai evaluasi keperawatan. Tindakan keperawatan3 x 24 jam pada pasiaen post opearasi
dalam meningkatkan kemandirian dalam merawat diri, tindakan keperawatan yang dilakukan
adalah membantu mengakses ke kamar mandi, menyediakan peralatan mandi dan memberi
penjelasan tentang cara mandi diatas tempat tidur dengan maupun tanpamenggunakan sabun,
memberi motivasi kepada pasien tentang kemampuan pasien, melatih pasien untuk mandi
sendiri dengan pantauan keluarga sebagai bekal mandiri setelah kembali ke rumah
meminimalkan ketergantungan pada orang lain, melatih berjalan menggunakan alat bantu
seperti krak, melakukan tindakan ROM (Range Of Motion). Program latihan tersebut dapat
memperkuat otot dan meningkatkan kemandirian, Pasienmampu beraktifitas dibantu dengan
alat, kepercayaan diri pasien kembali, kemandirian pasien dalam merawat dirinya meningkat.
Hasil yang di dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan intervensi keperawatan berupa
latihan aktivitas seperti,makan, perawatan diri, mandi, penggunaan toileting dengan
mengintegrasikan manajemen nyeri pada fase rehabilitasi post ORIF fraktur ekstremitas
bawah.
Kata kunci : Post ORIF, Kemandirian, Merawat diri, Asuhan Keperawatan, Fraktur.
IMPROVING THE INDEPENDENCE IN TREATING PATIENTS WITH SELF 1/3
PROXIMAL FEMUR FRACTURES EKTRA ORIF POST DAY 2 IN
RSOP.DR.R.SOEHARSO SURAKARTA
Abstracts
ORIF surgery patients after experiencing limitations in performing daily activities -day
associated with reduced muscle tone. That the lack of motion causes decreased muscle
strength, so that the patient's loss of independence in caring for him. Self-care is a daily
activity - the day in taking care of himself, either used no tools or using tools. The purpose of
this scientific publication manuscript is to describe nursing care in patients with reduced
mobility in enhancing self-reliance in caring for him, including assessment, intervention,
implementation, evaluation. The method used in the writing of this scientific publication yaiu
using descriptive method with case study approach that explain and perform the nursing
process. The nursing process of assessment to the evaluation done nursing. Nursing action 3 x
24 hours at pasiaen post opearasi in improving independence in self-care, nursing actions do
is help you access to the bathroom, with toiletries and give an explanation of how the shower
on the bed with or without the use of soap, motivate patients about the ability of the patient,
to train the patient's own bathroom with the family as a provision for independent monitoring
after returning home to minimize dependence on others, trains run using tools such as crack,
2
act ROM (Range of Motion). The exercise program can strengthen muscles and increase the
independence, Patient able to indulge aided by tools, patient confidence back, independence
in caring for her patients increased.The results can be used as a basis for nursing
interventions in the form of activities such as exercise, eating, personal care, bathing,
toileting use by integrating the management of pain in post rehabilitation phase ORIF lower
limbfractures.
Keywords: Post ORIF, self-reliance, self Caring, Nursing, Fracture.
1. PENDAHULUAN
Fraktur adalah hilangnya kontiunitas tulang rawan baik bersifat total maupun
sebagian, penyebab utama dapat disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik tulang itu
sendiri dan jaringan lunak disekitarnya. Tulang akan menentukan apakah fraktur yang
terjadi lengkap atau tidak lengkap (Helmi, 2012).
Badan kesehatan WHO tahun 2010 menyebutkan bahwa terdapat lebih dari 7
jutaorang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan, dan sekitar 2 juta orang
mengalami cacat fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi yang
cukup tinggi adalah insiden fraktur ektermitas bawah, yaitu sebanyak 46,2 % didapat
dari kecelakaan (Lukman, 2011).
Fraktur di Indonesia menjadi penyebab kematian terbesar ketiga di bawah
penyakit jantung koroner dan tuberculosis. Menurut hasil data Riset Kesehatan Dasar
tahun 2011, di Indonesia terjadi fraktur yang disebabkan oleh cidera seperti terjatuh,
kecelakaan lalu lintas dan trauma tajam/tumpul. Riset Kesehatan Dasar 2011
menemukan ada sebanyak 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak
1.775 orang (3,8 %). Kasus kecelakaan lalu lintas sebanyak 20.829 kasus, dan yang
mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5 %), dari 14.127 trauma benda
tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %) (Nurcahiriah,
2014).
Data dari rekam medik di bangsal Ceplok Sriwedari Rumah Sakit Ortopedi Dr.
R. Soeharso Surakarta untuk satu bulan terakhir dari tanggal 31 Maret 2016 tercatat
sebanyak 20 kasus yang mengakibatkan fraktur pada ekstermitas bawah.
Salah satu masalah yang sering berhubungan dengan pasien dalam masalah ortopedi
adalah kehilangan kemandirian, termasuk diantaranya pasien post operasi fraktur
femur.
Pasien ini mengalami keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari – hari,
berhubungan dengan menurunnya tonus otot. Sehingga mengalami kehilangan
kemandirian. Tujuan keperawatan utama untuk pasien dengan masalah tersebut agar
3
pasien dapat melakukan perawatan diri secara total sejauh kemampuan yang bisa
dilakukan dengan mandiri (Ropyanto, 2011).
Fungsi kemandirian akan menurun pada kegiatan yang memerlukan perubahan
posisi yang dominan, seperti berpakaian, mandi, makan, dan penggunaan urinal.
Walaupun dilakukan diatas tempat tidur, aktivitas yang menggunakan ekstermitas atas
seperti makan, perawatan diri terutama mandi, semua dilakukan diatas tempat tidur.
Sehingga kemampuan ekstermitas atas sangat berperan penting dalam aktifitas
tersebut.
Perbedaan terjadi saat melakukan aktivitas yang memerlukan perubahan posisi
diatas tempat tidur, baik bergeser maupun duduk yang mengakibatkan peningkatan
nyeri pada area fraktur. Kemampuan ekstremitas bawah berperan penting untuk
mencapai keseimbangan. Maka perlu dilatih untuk keseimbangan dengan melatih kaki
yang tidak sakit agar tidak mengalami kekakuan otot. Penurunan fungsi ekstremitas
bawah memberikan dampak terhadap stabilitas keseimbangan. Keseimbangan terdiri
dari keadaan statis, dinamis dan komponen fungsional yang berfokus pada
keseimbangan dan kesembuhannya (Ropyanto, 2011).
Proses kesembuhan ketidakadekuatan bantuan, memberikan bantuan untuk
melakukan aktivitas yang sebenarnya mampu untuk melakukannya tetapi memberikan
bantuan. Bantuan yang berlebihan tersebut dapat mengurangi perkembangan
kemampuan klien untuk mandiri. Sehingga berpengaruh terhadap fungsi kemandirian.
Bantuan diberikan berlebihan akan mengurangi kesempatan yang berulang - ulang.
Latihan terbaik untuk memperbaiki kinerja pasien atau meningkatkan kemandirian
adalah melakukan nya secara berulang ulang dengan aktivitas mandiri (Hoppenfield,
2011).
Pasien post operasi selama di bangsal sebelum mendapatkan terapi latihan dari
fisioterapi masih tergantung pada perawat dan keluarga, karena pasien takut
menggerakan ekstermitas bawahnya dan takut merasa sakit, terkadang sudah diberi
latihan, pasien masih malas untuk latihan mobilitas. Terlihat dari diri pasien untuk
merawat diri pun tampak malas malasan, sebenarnya pasien mampu untuk melakukan
aktivitas, tetapi selalu menunggu keluarga untuk membantu melakukan kebutuhan
sehari – hari. Hal ini kemungkinan karena ketidaktahuan pasien untuk melakukan
pergerakan karena kurang imformasi dan pengetahuan pasien tentang keadaannya.
Fungsi latihan tersebut untuk menguatkan otot dan memandirikan pasien agar
tidak tergantung kepada orang lain,dan untuk kesiapan pasien kembali ke rumah agar
4
tidak tergantung pada orang lain dalam perawatan dirinya. Latihan tersebut dilakukan
oleh pasien dengan bantuan dan pantauan keluargadan perawat.
Pentingnya peningkatan kemandirian adalah untuk meningkatkan kemampuan
merawat diri pasien, diharapkan mencapai ideal diri. Peningkatan kemandirian juga
berdasarkan pada perubahan sistem tubuh dan gangguan fisiknya melalui proses
pemulihan dengan program latihan, pasien dapat hidup mandiri tanpa ketergantungan
penuh keluarga, dalam tahap pemulihan maupun setelah keluar dari rumah sakit
melakukan aktifitas di rumah. Dari data diatas mendorong penulis untuk melakukan
studi kasus tentang upaya kemandirian dalam merawat diri
1. METODE PENELITIAN
Metode penyusunan karya tulis ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus yang menjelaskan dan melakukan proses keperawatan. Proses
keperawatan tersebut dilakukan dari pengkajian sampai evaluasi keperawatan. Penulis
memberikan asuhan keperawatan dan melakukan tidakan keperawatan dari salah satu
pasien yang dirawat di RSOP. Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dibangsal Ceplok
Sriwedari pada tanggal 29 Maret – 2 April 2016.
Cara yang digunakan dengan anamnesa, pengkajian fisik, disertai data
penunjang dan masalah keperawatan untuk menegakkan diagnosa dan intervensi
keperawatan. Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan perencanaan yang
mengacu pada diagnosa dan intervensi keperawatan. Melakukan evaluasi sesuai
dengan rencana tindakan yang diberikan. Jika belum atau tidak teratasi maka perlu
disusun rencana atau melanjutkan rencana tindakan yang sebelumnya (Debora,
2011).
Promosi latihan fisik mempasilitasi aktivitas fisik yang rutin untuk
mempertahankan dan meningkatkan kekuatan otot dan menyeimbangkan aktivitas dan
istirahat (Wilkinson, 2015). Program latihan tersebut berguna untuk kesiapan pasien
kembali ke lingkungan rumah dengan program tersebut pasien mencapai ideal diri
dalam melakukan aktivitasnya secara mandiri.
5
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
Komponen kunci dan pondasi proses keperawatan adalah pengkajian. Suatu
pengkajian yang mendalam memungkinkan perawat kritikan untuk mendeteksi
perubahan cepat, melakukan intervensi dini dan melakukan asuhan (Talbot, A, Laura
2007).
1.1. Pengkajian dan Pemeriksaan Penunjang.
Setelah pembedahan ortopedi, perawat tetap melanjutkan rencana perawatan
preoperatif, melakukan penyesuaian terhadap status pascaoperatif terbaru.
Perawat mengkaji ulang kebutuhan pasien berkaitan dengan nyeri, perfusi
jaringan, promosi kesehatan, mobilitas, dan konsep diri. Selain itu, perawat harus
memperhatikan mengenai pengkajian dan 6 pemantauan pasien mengenai
potensial masalah yang berkaitan dengan pembedahan. Pengkajian tanda vital,
derajat kesadaran, cairan yang keluar dari luka, suara nafas,suara usus,
keseimbangan cairan, dan yang mungkin menunjukkan akan terjadinya
kemungkinan komplikasi. Temuan abnormal harus segera dilaporkan ke dokter
(Smeltzer. C Suzanne 2013).
Hasil pengkajian pada asuhan keperawatan dengan pasien post operasi fraktur
femur di RSOP. Dr. R. Soeharso Surakarta. Pengkajian dilakukan pada tanggal 29
Maret 2016 pukul 15.00 WIB. Keluhan Utama nyeri pada paha kanan,
selanjutnya pasien menjelaskan kronologi kejadiannya. Pasien mengatakan
sedang mengepel lantai dirumah, pasien terpeleset dan jatuh dengan bagian paha
kanan yang pertama menyentuh lantai.
Keluarga membawa pasien ke klinik pengobatan, mendapatkan perawatan
selama satu minggu, selanjutnya pasien dibawa keluarga ke RSOP. Dr. R
Soeharso Surakarta.
Pengkajian fisik dilakukan setelah operasi ORIF hari ke 2, Paha kanan dibalut
dari pangkal paha sampai lutut 25 cm, dipergelangan kaki kanan kaki yang sakiit
terdapat pembengkakan. Kekuatan otot pada kaki yang satunya dengan kekuatan
otot level 3 (mampu mengangkat ditekan lemah tidak jatuh) tidak terjadi
kekaukann otot, kaki kiri dapat digerakan.
Pengkajian fisik waktu dikaji dengan data yang diperoleh dari pemeriksaan
umum dan pemeriksaan sistematis. Pemeriksaan umum terdiri dari kesadaran
pasien, tanda – tanda vital pada saat dikaji. Data yang didapat dari pengkajian