MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA MELALUI PENERAPAN METODE BERCERITA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS II MI RIADHUSSOLIHIN THOHIR YASIN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh: RENY ROTFIANA NIM.151.139.184 FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH (PGMI) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM 2016/2017
126
Embed
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA MELALUIetheses.uinmataram.ac.id/284/1/Reni Rotfiana151139184.pdf · Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas II MI Riadhussolihin Thohir Yasin Tahun
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA MELALUI
PENERAPAN METODE BERCERITA PADA MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA KELAS II MI RIADHUSSOLIHIN THOHIR
YASIN
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh:
RENY ROTFIANA NIM.151.139.184
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH (PGMI) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2016/2017
ii
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA MELALUI
PENERAPAN METODE BERCERITA PADA MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA KELAS II MI RIADHUSSOLIHIN THOHIR
YASIN
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
RENY ROTFIANA NIM.151.139.184
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH (PGMI)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM 2016/2017
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi RenyRotfiana, NIM 15.1.13.9.184 yang berjudul “Meningkatkan
Keterampilan Menyimak Siswa Melalui Penerapan Metode Bercerita Pada
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas II MI Riadhussolihin Thohir Yasin
Tahun Pelajaran 2016/2017” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk di-
munaqasah-kan.Di setujui pada tanggal, ………….. 2017.
Di BawahBimbingan:
iv
NOTA DINAS
Hal : Munaqasyah
Mataram, 2017
Kepada Yth.RektorUIN Mataram
di- Mataram
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan pembimbing
dan pedoman penulisan skripsi, kami berpendapat bahwa skripsi Reny Rotfiana,
NIM.151.139.184 yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan Menyimak Siswa
Melalui Penerapan Metode Bercerita Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas
II MI Riadhussolihin Thohir Yasin Tahun Pelajaran 2016/2017” telah memenuhi
syarat untuk diajukan dalam siding munaqasyah skripsi FakultasIlmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Mataram.
Demikian, atas perhatian Bapak Rektor disampaikan terima kasih.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Reny Rotfiana
NIM : 151.139.184
Program Studi : S1 PGMI
Fakultas : IlmuTarbiyah dan Pendidikan
Institusi : UIN Mataram
Dengan ini menyatakan bahwa SKRIPSI dengan judul “Meningkatkan
Kemampuan Menyimak Siswa Melalui Penerapan Metode Bercerita Pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas II MI Riadhussolihin Thohir Yasin Tahun
Pelajaran 2016/2017” ini secara keseluruhana dalah hasil penelitian/karya saya
sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Apabila di belakang hari ternyata karya tulis ini tidak asli, saya siap dianulir
gelar kesarjanaan saya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Mataram
.
vi
vii
Motto
“Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan
perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”(QS.Al-A’raf:204)1
1Departemen Agama RI.Al-Jumanatul Ali, Qur’an danTerjemahannya, Al-A’raf: 204
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Ibunda tercinta (Rofi’ah) dan ayahanda tercinta
(Sirojudin) yang selalu menyayangiku,
memberikan dukungan, mendo’akan dan tak
henti-hentinya memberikan nasehat dalam setiap
perjalanan hidupku untuk meraih cita-cita. Hanya
do’a yang bisa kupanjatkan untuk membalas
semua jasa dan kebaikan ibu dan ayah, semoga
Allah SWT membalas semuanya Amin.
2. Buat semua teman-teman kelas E dan teman-
teman seperjuanganku, terimakasih karena telah
menemaniku mengerjakan skripsi ini.
3. Almamaterku tercinta.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT.
Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, proses penulisan skripsi ini yang berjudul
“Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Melalui Penerapan Metode
Bercerita Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas II MI Riadhussolihin
Thohir Yasin Tahun Pelajaran 2016/2017” dapat terselesaikan sesuai dengan
yang diharapkan.
Tidak lupa pula kita haturkan shalawat beserta salam atas junjungan
alam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari jalan berliku-
liku menuju jalan yang lurus. Dalam kesempatan ini, tidak lupa peneliti
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah
banyak membantu dalam memberikan bimbingan, saran dan informasi yang
sangat berharga kepada peneliti, terutama yang terhormat:
1. Ibu Dra. Hj. Rabiatul Adawiyah MA selaku pembimbing I, Bapak Alwan
Mahsul M.Pd, selaku pembimbing II yang penuh keihlasan memberikan
bimbingan, saran dan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. M. Sobry, M.Pd. dan Ibu Jumrah, M.Pd. selaku penguji yang telah
memberikan saran konstruktif bagi penyempurnaan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Hj. Rabiatul Adawiyah MA, selaku ketua jurusan dan Bapak Murzal,
M.Ag, selaku sekertaris jurusan.
x
4. Ibu Dr. Hj. Nurul Yakin, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan beserta staf dan jajaran civitas akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Mataram yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan izin kepada peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi
ini.
5. Bapak Dr. Mutawalli, M.Pd, selaku Rektor UIN Mataram beserta staf dan
jajaran civitas akademik UIN Mataram yang telah memberikan kemudahan
kepada peneliti dari awal penyusunan skripsi ini. Demikian juga kepada
Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan arahan dengan berbagai disiplin
ilmu yang merupakan modal berharga bagi penulis dalam menyusun skripsi
ini.
6. Ahmad Gufron, S.Pd, selaku kepala sekolah MI Riadhussholihin Tohir Yasin
yang telah membantu dalam penelitian sehingga skripsi ini bisa selesai tepat
pada waktunya.
Skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu diharapkan kritik dan
saran yang membangun dalam usaha penyempurnaan dan menjadi pembelajaran
untuk menjadi yang lebih baik.
Akhirnya dengan segala kekurangan dan kelebihan, semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat.Aamiin.
Mataram; 2017
Peneliti
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ..................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
ABSTRAK ...................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Sasaran Tindakan ........................................................................... 4
C. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 7
A. Tinjauan Tentang Keterampilan Menyimak ................................. 7
1. Pengertian dan Tujuan Menyimak ........................................ 7
2. Ragam dan Tahapan Menyimak............................................. 8
3. Klasifikasi Kemampuan Menyimak Anak-anak .................... 11
4. Faktor Yang Mempengaruhi Menyimak ............................... 13
B. Tinjauan Tentang Metode Bercerita .............................................. 17
1. Pengertian Metode Bercerita ................................................... 17
xii
2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita ........................ 18
3. Langkah-langkah Dalam Bercerita dan Teknik Bercerita ....... 18
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 19
A. Setting Penelitian........................................................................... 19
B. Sasaran Penelitian ......................................................................... 18
C. Rencana Tindakan ......................................................................... 21
D. Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya .................................... 23
E. Pelaksanaan Tindakan ................................................................... 25
F. Cara Pengamatan (Monitoring) ..................................................... 26
G. Analisis Data dan Refleksi ............................................................ 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 31
A. Deskripsi Setting Penelitian .......................................................... 31
1. Sejarah Berdirinya MI Riadhussolihin Thohir Yasin ............ 31
2. Letak Geografis MI Riadhussolihin Thohir Yasin ................. 32
3. Visi dan Misi MI Riadhussolihin Thohir Yasin ..................... 33
4. Keadaan Guru dan Pegawai MI Riadhussolihin TY .............. 33
5. Keadaan Siswa MI Riadhussolihin Thohir Yasin .................. 34
6. Keadaan Sarana dan Prasarana MI RTYasin ......................... 34
7. Struktur Organisasi................................................................. 36
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 37
1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I............................................... 38
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ............................................. 47
C. Pembahasan .................................................................................. 54
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 59
A. Simpulan........................................................................................ 59
B. Saran .............................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Uraian Halaman 1. Tabel 1 : Hasil Analisis Observasi Aktivitas Guru SiklusI ....................... 43 2. Tabel 2 : Hasil Analisis Observasi Aktivitas BelajarSiswa Siklus I..…… 44 3. Tabel 3 : Data Hasil Belajar Siswa Siklus I .............................................. 45 4. Tabel 4 : Hasil Analisis Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus II..... 51 5. Tabel 5 : Hasil Analisis Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ...... 52 6. Tabel 6 : Data Hasil Belajar Siswa Siklus II ............................................. 53
xiv
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 : Siklus Penelitian Tindakan ...................................................... 21
2. Gambar 2 : Struktur Organisasi MI Riadhussolihin Thohir Yasin ............. 36
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : RPP siklus I Lampiran 2 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I Lampiran 3 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Lampiran 4 : Nakah Cerita Pertemuan Pertama Siklus I Lampiran 5 : Nakah Cerita Siklus Pertemuan Kedua Siklus I Lampiran 6 : Soal Tes Hasil Belajar dan Kunci Jawaban Siklus I Lampiran 7 : RPP Siklus II Lampiran 8 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II Lampiran 9 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Lampiran 10 : Nakah Cerita pertemuan pertama siklus II Lampiran 11 : Nakah Cerita Pertemuan Kedua Siklus II Lampiran 12 : Soal Tes Hasil Belajar dan Kunci Jawaban Siklus II Lampiran 13 : Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I & II Lampiran 14: Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus I Lampiran 15 : Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus II Lampiran 16 : Dokumentasi Foto Proses Kegiatan Pembelajaran Lampiran 17: Surat-surat Penelitian
xvi
Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Melalui Penerapan Metode Bercerita Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas II MI Riadhussolihin
Thohir Yasin Tahun Pelajaran 2016/2017
Oleh:
Reny Rotfiana Nim 151.139.184
ABSTRAK
Metode bercerita merupakan suatu cara penanaman nilai-nilai kepada siswa
dengan mengungkapkan kepribadian dari tokoh-tokoh dalam cerita melalui hikayat, legenda, dongeng dan sejarah lokal atau ceritar akyat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan menyimak pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas II MI Riadhussolihin Thohir Yasin tahun pelajaran 2016/2017. Peneliti menggunakan metode ini supaya mampu menarik perhatian siswa-siswi untuk lebih fokus, lebih aktif, dan lebih bersemangat dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) subjek penelitian adalah siswa kelas II MI Riadhussolihin Thohir Yasin yang terdiri dari 17 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Instrumen penelitian menggunakan tes hasil belajar dan lembar observasi aktivitas guru dan kemampuan menyimak siswa. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Deskriptif kualitatif digunakan untuk menentukan data hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas belajar siswa dan deskriptif kuantitatif digunakan untuk menentukan hasil belajar siswa.
Dari hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menyimak siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran selama dua siklus. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 66,47 dengan ketuntasan belajar klasikal siswa sebesar 59% dan persentase skor aktivitas belajar siswa yaitu 60 % yang di kategorikan cukup baik sedangkan persentase skor aktivitas guru yaitu 61,11% di kategorikan terlaksana cukup baik. Pada siklus II dengan nilai rata-rata siswa yaitu 82,35 dengan ketuntasan belajar klasikal siswa sebesar 88% serta aktivitas belajar siswa mencapai persentase 80% dengan kategori baik, adapun aktivitas mengajar guru dengan menggunakan metode bercerita terlaksana sangat baik dengan persentase skor 94,44%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas II MI Riadhussolihin Thohir Yasin Tahun Pelajaran 2016/2017. Kata kunci: Kemampuan Menyimak, Metode Bercerita, Bahasa Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam mempelajari bahasa ada 4 ruang lingkup yang perlu di ketahui
diantaranya yaitu; menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Sejumlah
penelitian menunjukkan bahwa manusia menggunakan 45% waktunya untuk
menyimak, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca dan 9% untuk
menulis.2 Disini peneliti akan mempokuskan penelitiannya terkait
keterampilan menyimak yang akan diteliti adalah siswa kelas II MI
Riadhussolihin Thohir Yasin.
Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.3
Alasan peneliti melakukan penelitian pada siswa kelas II MI
Riadhussolihin Thohir Yasin, karena sebelumnya peneliti sudah melakukan
observasi dan wawancara kepada Ibu Sri Wahyuningsih S.Hi. Selaku guru
bahasa Indonesia dan wali kelas II, dari hasil observasi dan wawancara
ternyata kemampuan menyimak siswa masih kurang, sebagian siswa juga ada
yang kurang lancar dalam membaca dan sebagian siswa juga tidak
memperhatikan dan mendengarkan guru saat memberikan materi
pembelajaran sehingga proses pembelajaran tidak berjalan optimal. Hal ini
dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian menyimak yang telah di
2Henry Guntur Taringan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:Aksara,1896),hal. 2
3Henry G Taringan, Menyimak……..ibid, hal, 31
2
laksanakan, rata-rata kebanyakan siswa memperoleh nilai 64, nilai ini belum
mencapai standar ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu minimal
70.Dari 17 siswa, 6 siswa yang mendapat nilai di atas KKM dan 11 siswa
yang mendapat nilai dibawah KKM. Permasalahan yang dihadapi juga ketika
saat guru bertanya, siswa malah kebanyakan bingung seputar materi yang
diajarkan, ketika proses belajar mengajar berlangsung siswa juga ada yang
sibuk sendiri. Ketika peneliti menanyakan seputar metode apa saja yang
pernah digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, ternyata guru kebanyakan
menggunakan metode ceramah dan demonstrasi.4
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa kiranya yang menjadi penyebab dominan
rendahnya keterampilan menyimak siswa pada mata pelajaran bahasa
Indonesia di kelas II MI Riadhussolihin Thohir Yasin adalah faktor penerapan
metode, selama ini guru hanya menyampaikan materi dengan ceramah.
Metode pembelajaran sering kali diabaikan oleh guru dalam proses
pembelajaran, padahal penetapan metode pembelajaran sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pembelajaran di kelas.
Dengan mencermati uraian di atas, maka diharapkan guru membantu
siswa untuk lebih menyenangi bahkan bersemangat dalam mengikuti
pelajaran di kelas, sehingga dapat meningkatkan pemahaman tentang materi
yang diberikan khususnya materi kemampuan menyimak pada pelajaran
bahasa Indonesia dengan cara memperbaiki kinerja guru dalam mengelola
4Sri Wahyuningsih, Observasi dan Wawancara, Mataram Monjok Kamasan, 9
februari 2017.
3
pembelajaran sehingga dapat mengatasi masalah rendahnya keterampilan
menyimak siswa. Untuk itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang
dapat membuat siswa tertarik, termotivasi, aktif serta efektif sehingga proses
kegiatan belajar mengajar berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Aktif
disini dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga siswa menjadi aktif bertanya. Apabila
suasana belajar menarik perhatian siswa, maka akan mendorong peserta didik
untuk menyenangi dan termotivasi untuk terus belajar.
Dari beberapa masalah tersebut peneliti tertarik untuk menggunakan
metode bercerita. Metode cerita adalah suatu cara penanaman nilai- nilai
kepada siswa dengan mengungkapkan kepribadian dari tokoh-tokoh dalam
cerita melalui hikayat,legenda, dongeng, dan sejarah lokal atau cerita rakyat.
Metode bercerita adalah suatu cara mengajar dengan cara bercerita.5
Metode bercerita juga merupakan salah satu cara guru untuk
memberikan pengalaman kepada siswa dengan membawakan cerita secara
lisan dan cerita yang dibawakan guru harus menarik supaya siswa tertarik
untuk menyimaknya. Dengan menggunakan metode bercerita dapat
merangsang pemikiran siswa untuk menghayati isi cerita tersebut sehingga
siswa dapat berpikir secara kritis.Dengan metode bercerita juga siswa
memperoleh nilai-nilai serta pesan moral yang berlaku dimasyarakat.Hal ini
terjadi karena metode cerita lebih mudah untuk membawa emosi siswa
kepada suasana cerita sehingga siswa menjadi tertarik dan siswa juga
mungkin terharu sehingga mempermudah pembentukan sikap.Metode
bercerita sangat tepat untuk anak-anak, karena pada masa anak-anak cerita
sangat menarik baginya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengangkat judul dengan
mengadakan penelitian tindakan kelas menggunakan metode bercerita.
Adapun judul dari penelitian ini adalah “Meningkatkan Kemampuan
Menyimak Siswa Melalui Penerapan Metode Bercerita Pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Kelas II MI Riadhussolihin Thohir Yasin Tahun Pelajaran
2016/2017.
B. Sasaran Tindakan
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yang menjadi sasaran tindakan
atau subyek penelitian adalah siswa kelas II MI Riadhussolihin Thohir Yasin
yang berjumlah 17 orang yang terdiri dari 3 perempuan dan 14 laki-laki.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang rumusan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah“ BagaimanaPenerapan Metode Bercerita Dapat
Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas II MI Riadhussolihin Thohir Yasin Tahun Pelajaran
2016/2017?
5
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak
Siswa Melalui Penerapan Metode BerceritaPada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas II MI Riadhussolihin Thohir Yasin Tahun Pelajaran
2016/2017.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan secara
praktis dalam upaya meningkatkan kemampuan menyimak anak sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoretik
Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai
brikut:
a. Dapat di jadikan sebagai acuan bagi guru dan mahasiswa dalam
mengembangkan kemampuan menyimak menggunakan metode
bercerita
b. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya dengan kajian yang
lebih luas.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis kajian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
berikut:
a. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan mengenai pentingnya
menggunakan metode bercerita bagi pengembangan kemampuan
menyimak anak didik.
6
b. Bagi guru, dapat menjadi bahan masukan untuk membantu anak
dalam meningkatkan kemampuan menyimak menggunakn metode
bercerita.
c. Bagi siswa, dapat menjadi motivasi untuk lebih meningkatkan
kemampuan menyimaknya melalui metode bercerita dalam
pembelajaran yang disampaikan guru.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Kemampuan Menyimak
1. Pengertian dan Tujuan Menyimak
a. Pengertian Menyimak
Menyimak mempunyai peranan yang penting sekali bagi
kehidupan manusia, karena dengan menyimak seseorang dapat
mengenal bunyi bahasa untuk itu terlebih dahulu kita mengetahui
pengertian menyimak.
Secara umum, menyimak merupakan suatu kegiatan pikiran, mengaji atau menganalisis suatu objek, baik berupa simbol maupun kenyataan atau situasi. Objek itu mungkin berupa benda, suara, konsep, proses ataupun perbuatan. Dalam menyimak, penyimak bukan saja menerima bunyi, tetapi juga mengolah bunyi bahasa yang di simak, sehingga menjadi pesan yang nantinya akan dikomunikasikan.6 Sedangkan menurut Taringan menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah di sampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.7 Kemampuan menyimak adalah satu bentuk kemampuan berbahasa
yang bersipat reseptif maksudnya mampu untuk menerima bunyi-
bunyi bahasa dari orang lain.8
6Nazarudin, Bahasa Indonesia(Mataram:Seri Buku Ajar IAIN Mataram, 2015), h.137 7 Henry G Taringan, Menyimak……..ibid, hal, 31 8Iskandar wassid, Strategi Pembelajaran Bahasa(Bandung;PT.Remaja Rosdakarya,
2015),hal.227
7
8
Dari beberapa pengertian menyimak tersebut dapat
disimpulkan bahwa menyimak merupakan suatu proses
mendengarkan atau memperhatikan apa yang di katakana oleh
orang lain.
b. Tujuan Menyimak
Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana, yaitu
guna untuk mendapatkan sesuatu, dan tujuan orang menyimak sesuatu
itu beraneka ragam antara lain:
(a) Menyimak untuk belajar, (b) menyimak untuk menikmati, (c) menyimak untuk mengevaluasi,(d) menyimak untuk mengapresiasi,(e) menyimak untuk mengomunikasikan ide-ide, (f) menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, (g) menyimk untuk memecahkan masalah,(h) menyimak untuk meyakinkan.9
2. Ragam dan Tahapan Menyimak
a. Ragam Menyimak
Secara umum menyimak bertujuan untuk memperoleh informasi
menangkap isi, serta memahami makna yang hendak disampaikan
pembicara melalui ujaran, namun di samping tujuan umum juga
terdapat tujuan khusus dan dengan adanya tujuan khusus ini maka
muncul aneka ragam menyimak.Terdapat dua belas ragam menyimak
yang terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu menyimak ekstensif
dan menyimak intensif.
9 Henry G Taringan, Menyimak Sebagai ,,,,Ibid, h.62
9
Taringan lebih rinci menjelaskan tentang ragam menyimak tersebut
yakni:
1) menyimak ekstensif : kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak di bawah bimbingan langsung guru, digunakan untuk menangkap atau mengingat kembali bahan yang telah di ketahui.
2) menyimak intensif; kegitan menyimak yang diawasi, dikontrol terhadap suatu hal tertentu.10
Taringan memberikan batasan tentang batasan-batasan tentang
jenis menyimak tersebut sebagai berikut:
1) Menyimak sosial adalah berlangsung dalam situasi sosial tempat orang mengobrol mengenai hal-hal yang menarik perhatian banyak orang dan mereka saling mendengarkan satu sama lain.
2) Menyimak sekunder adalah menyimak secara kebetulan, seperti mendengarkan musik dengan ritme-ritme, mendengarkan radio yang terdengar sayup-sayup ketika kita sedang menulis surat.
3) Menyimak estetik adalah menyimak secara kebetulan, misalnya menikmati musik, puisi, drama atau lakon-lakon yang di ceritakan oleh guru
4) Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu bahasa.
5) Menyimak kritis adalah menyimak berupa mencari kesalahan atau kekeliruan dari ujaran seorang pembicara dengan alasan yang kuat dan dapat di terima oleh akal sehat.
10Henry G Taringan, Menyimak sebagai,,,,Ibid, h.37-44.
10
6) Menyimak konsentratif adalah sejenis telaah yang meliputi mengikuti petunjuk, mencari hubungan-hubungan, memperoleh informasi, memperoleh ide-ide dan mencatat fakta-fakta penting.
7) Menyimak kreatif adalah menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestik yang di simaknya
8) Menyimak eksplorasif adalah menyimak yang bertujuan untuk menyelidiki sesuatu lebih terarah untuk menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian, menemukan informasi tambahan mengenai suatu topik, menemukan isu.
9) Menyimak interogatif adalah menyimak yang menuntut lebih banyak untuk berkonsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian pada pemerolehan informasi dengan cara bertanya kepada pembicara.
10) Menyimak selektif adalah menyimak yang lebih menekankan pada nada suara, bunyi-bunyi asing, bunyi-bunyi yang bersamaan, kata/frasa dan bentuk ketatabahasaan.11
Dan penting untuk di ketahui ragam menyimak di atas. Dengan
adanya pemahaman ragam menyimak dapat diidentifikasi jenis
kegiatan menyimak seperti apa yang sedang dilakukan. Sehingga
media atau metode yang dijadikan sebagai pendukung dapat lebih awal
disiapkan sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan
efektif.
b. Tahapan Menyimak
Proses menyimak akan disebut berhasil jika pesan yang di
maksud oleh pembicara sampai pada penyimak. Oleh karena itu
pentingnya untuk memahami tahap-tahap dalam menyimak. Ada
beberapa tahapan yang perlu di lalui oleh si penyimak antara lain:
11Henry G Taringan, Menyimak sebagai,,,,Ibid, hal.40-53
11
1) Tahap mendengar (hearing) Dalam tahap ini penyimak baru mendengar segala
sesuatu yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya.
2) Tahap memahami (understanding) Setelah mendengar, ada keinginan penyimak untuk
mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang di sampaikan oleh si pembicara.
3) Tahap menginterpretasi Penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum
merasa puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan atau menginterpretasi isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu.
4) Tahap menilai Setelah memahami serta dapat menafsirkan atau
menginterpretasikan isi pembicaraan, sang penyimak mulai menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan sang pembicara, tentang keunggulan dan kelemahan, kebaikan dan kekurangan sang pembicara.
5) Tahap menanggapi Tahap ini merupakan kegiatan akhir dalam kegiatan
menyimak. Sang penyimak menyambut, mengecamkan, menyerap serta menerima gagasan atau ide yang di kemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya.12
3. Klasifikasi Kemampuan Menyimak Anak-Anak
Penelitian tindakan kelas peningkatan keterampilan menyimak
dilaksanakan pada tingkat sekolah dasar maka perlu dipahami
kemampuan menyimak untuk siswa sekolah dasar. Di bawah ini
dikemukakan klasifikasi kemampuan menyimak siswa berdasarkan kelas
dan usia anak.
a. Taman kanak-kanak (41/2 – 6 tahun); kegiatan meliputi menyimak
teman sebaya dalam kelompok-kelompok bermain, mengembangkan waktu perhatian yang amat panjang terhadap drama atau dongeng.
b. Kelas satu (51/2 – 7 tahun); menyimak untuk menjelaskan atau
menjernihkan pikiran untuk mndapatkan jawaban dari pertanyaan,
12Nazarudin, Bahasa,,,,,Ibid,h. 137
12
dapat mngulangi secara tepat apa yang telah didengarnya, mnyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata dan lingkunganya.
c. Kelas dua (61/2 – 8 tahun); menyimak dengan kemampuan memilih yang meningkat, membuat saran-saran dan mengemukakan pertanyaan untuk mengecek perhatiannya, sadar akan situasi bila sebaiknya menyimak.
d. Kelas tiga dan empat (71/2 – 10 tahun); sadar akan nilai menyimak
sebagai suatu sumber informasi dan kesenagan, menyimak pada laporan orang lain, pita rekaman laporan mereka sendiri serta dapat menjawab pertanyaan yang bersangkutan, memperlihatkan keangkuhan dengan kata-kata atau ekspresi yang merka pahami.
e. Kelas lima dan enam (91/2 – 12 tahun); menyimak secara kritis
segala kekeliruan, kesalahan, propaganda, petunjuk yang keliru; menyimak aneka ragam drama puisi, rima kata-kata, dan memeperoleh kesenagan dalam menemui tipe-tipe baru.13 Selanjutnya dikemukakan bahwa di antara semua yang telah di
kemukakan diatas terdapat hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan
berbahsa khususnya mengenai kemampuan menyimak antara lain:
(a) Anak-anak akan mampu menyimak dengan baik apabila suatu drama dibacakan dengan nyaring, (b) anak-anak akan senang dan mampu menyimak dengan baik bila seseorang pembicara mendramakan suatu pengalaman sejati, (c) anak dapat menyimak bunyi-bunyi dan nada yang berbeda apalagi jika intonasi ujaran pembicara jelas dan baik, (d) anak dapat menyimak dan menuruti petunjuk-petunjuk lisan yang disampaikan dengan jelas, (e) anak mampu menyimak persamaan dan perbedaan dalam ujaran, (f) anak mampu dan senang menyimak ritme-ritme dan rima-rima dalam suatu pembacaan puisi atau drama, (g) anak mampu menyimak dan menangkap ide yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan.14
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa kemampuan menyimak
siswa di pengaruhi oleh tingkat kelas dan usia. Di samping itu teknik
menyampaikan juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan
menyimak.Ada yang menyimak dengan baik jika dibacakan dengan
13Henry G Taringan,Menyimak Sebagai,,,,,ibid,h.64-65 14 Henry G Taringan,Menyimak Sebagai,,,,,ibid,h.64-66
13
nyaring, melalui drama, mengikuti petunjuk, dan lain-lain.Sebagai guru
dan orang tua perlu memahami hal tersebut.
Dengan adanya pemahaman dasar tentang kemampuan menyimak
anak MI/SD maka peran guru dan orang tua sebagai pembimbing kegiatan
dapat menerapkan kebijakan sesuai dengan tingkatannya sehingga tidak
menimbulkan ketidak bersambungan materi dengan tingkat kemampuan
anak. Para guru dan orang tua akan sepakat bahwa kegiatan menyimak
perlu ditingkatkan, dan dikembangkan sedini mungkin sehingga siswa
dapat lebih cepat mendapatkan informasi tentang berbagai hal.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Menyimak
Dalam kegiatatan menyimak tentu akan ada faktor-faktor yang
dapat mempengaruhinya. Untuk itu penyimak perlu mengetahui faktor-
faktor tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi menyimak
seperti yang di katakana oleh Hunt,Webb dan logan dalam Henry G.
Taringan, yang pertama menurut Hunt ada 5 faktor yang mempengaruhi
Selanjutnya Webb, mengemukakan hal-hal yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak yaitu, (a) pengalaman, (b) pembawaan, (c) sikap atau pendirian, (d) motivasi, (e) perbedaan jenis kelamin.
Di samping itu, selain Hunt dan Webb ada juga Logan yang yang mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak antara lain:(1) faktor lingkungan, yang terdiri atas lingkungan fisik dan lingkungan social, (2) faktor fisik, (3) faktor psikologis, (4) faktor pengalaman.15
15 Henry G Taringan,Menyimak Sebagai,,,,,Ibid,h.104
14
Melihat persamaan dan perbedaan yang di sampaikan oleh para
pakar tentang faktor yang mempengaruhi menyimak maka dapat di
simpulkan, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi menyimak menjadi
delapan faktor yaitu;
a. Fisik, merupakan suatu modal penting yang turut menentukan bagi
setiap penyimak, karena faktor fisik ini tidak hanya menyangkut
keadaan fisik penyimak saja akan tetapi menyangkut tempat atau
keadaan lingkungan juga.
b. Psikologis, mencakup masalah-masalah prasangka, kurang simpati,
kebosanan, dan sikap yang tidak layak.
c. Pengalaman, baik buruknya pengalaman atau sikap seseorang akan
mempengaruhi ia menyimak
d. Sikap, sikap penyimak akan cendrung menyimak secara seksama pada
topik-topik atau pokok pembicaraan yang dapat dia setujui dari pada
yang tidak dia setujui, ini merupakan sikap yang wajar dalam
kehidupan. Justru itu menjadi tugas pembicara untuk mencari topik
atau materi yang menarik untuk di simak.
e. Motivasi, merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang.
Orang yang mempunyai motivasi yang kuat, orang itu akan berhasil
mencapai tujuannya.
f. Jenis kelamin, beberapa pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan
wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara
mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda pula.
15
g. Faktor lingkungan, mencakup lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
h. Peranan dalam masyarakat.
5. Indikator Menyimak
Dalam penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa dalam menyimak, maka peneliti menggunakan indikator tes hasil
belajar siswa.Tes hasil belajar merupakan tes penguasaan, karena tes ini
mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau
dipelajari oleh siswa.16
MenurutBenjamin S, Bloom dalam Warni menyatakan bahwa ada tiga ranah hasil belajar yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotorik.Domain kognitif merupakan domain yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual.Domain afektif adalah domain yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi, sedangkan domain psikomotorik berkaitan dengan kegiatan keterampilan motorik.17
Dalam penelitian ini menggunakan domain kognitip untuk
mengukur hasil belajar siswa dalam menyimak.
Domain kognitif ini berorientasi kepada kemampuan berpikir, mencakup kemampuan intelektual, lebih sederhana, yakni mengingat sampai kepada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari. Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu: a. Pengetahuan (knowledge) yaitu, menuntut peserta didik untuk
mengenali,mengetahui atau mengingat adanya konsep,prinsip,rumus,fakta,atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata-kata operasional yang dapat digunakan diantaranya: mendefinisikan, mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar, mengurutkan, menyebutkan, menyatakan kembali.
b. Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat dimanfaatkannya tanpa harus mengubungkannya dengan hal-hal lain kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya: mengubah, mempertahankan, membedakan, memperkirakan, menjelaskan.
c. Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode. Kata operasional yang dapat digunaknan diantaranya: mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mengungkapkan, menunjukkan.
d. Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu kedalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kata kerja operasonal yang digunakan diantaranya: mengurai, membuat diagram, menggambarkan kesimpulan, menghubungkan.
e. Sintesi (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu, hsil yang diperoleh dapat berupa tulisan. Kata kerja operasinal yang dapat digunakan diantaranya: mengolongkan, menggabungkan, memodifikasi, menghimpun, menciptakan dan lain-lain.
f. Evaluasi(evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya: menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengeritik dan lain-lain.18
Dari ke enam jenjang kognitip di atas, peneliti menggunakan
jenjangpengetahuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyimak,
karna dapat dilihat dari kata kerja operasionalnya, maka siswa di katakana
mampu dalam menyimak jika siswa mampu untuk:
1) Mengidentifikasi
2) Menyebutkan
3) Menyatakan kembali.
18Warni Djuwita, Evaluasi,,,,,ibid.h.50-52
17
B. Tinjauan Tentang Metode Bercerita
1. Pengertian Metode Bercerita
Adapun pengertian metode bercerita menurut beberapa para ahli di
kemukakan sebagai berikut.
Bercerita adalah cara bertutur dan menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan secara lisan. Bercerita juga merupakan cara untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.19
Bercerita merupakan cara mendidik yang bertumpu pada bahasa, baik lisan maupun tertulis. Cerita pada dasarnya bersipat penyampaian pesan (message/ informasi) dari sumbernya kepada pihak yang dipandang memerlukannya.20
Menurut Abdul Aziz Abdul Majid, bercerita merupakan salah satu bentuk dari seni sastra yang bisa dibaca atau didengar. Sebagai salah satu bentuk kesenian, maka cerita memiliki keindahan dan dapat dinikmati.Pada umumnya cerita bisa menimbulkan kesenagan pada anak-anak maupun orang dewasa.21
Metode cerita adalah suatu cara penanaman nilai-nilai kepada siswa dengan mengungkapkan kepribadian tokoh-tokoh melalui penuturan hikayat, legenda, dongeng, dan sejarah lokal. Metode ini dapat digunakan untuk membantu penghayatan nilai dan moral serta pembentukan sikap. Hal ini terjadi karena metode ini lebih mudah untuk membawa emosi siswa kepada suasana cerita sehingga siswa menjadi tertarik dan mungkin terharu sehingga akan mempermudah pembentukan sikap.22
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
metode bercerita adalah cara yang dipergunakan oleh guru untuk mengajar
yang pada hakikatnya metode bercerita ini sama dengan metode ceramah.
Karena memberikan informasi, pengajaran dan pesan-pesan moral kepada
peserta didik melalui dongeng atau cerita secara lisan.
19 Mukhtar Latif,dkk, Pendidikan Anak Usia Dini(Jakarta:Kencana,2013),h.111 20 Ramayulis, ilmu pendidikan Islam,(JakartaKalam mulia,2010),h.288 21Abdul Aziz Abdul Majid,Mendidik Dengan Cerita(Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, 2001), h.8 22 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar(Bandung:CV Pusataka Setia,2011),h.281
18
2. Kelebihan dan Kekurangan metode cerita:
Adapun kelebihan dan kekurangan metode cerita antara lain:
a. Kelebihan Metode Cerita 1) Guru mudah menguasai kelas 2) Guru dapat meningkatkan konsentrasi siswa dalam waktu yang
relatif lama. 3) Mudah menyiapkannya. 4) Mudah melaksanakannya 5) Dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah banyak.
b. Kekurangan metode cerita: 1) Siswa terkadang terbuai dengan jalannya cerita sehingga tidak
dapat mengambil intisarinya. 2) Hanya guru yang pandai bermain kata-kata atau kalimat. 3) Siswa pasif karena guru aktif. 4) Siswa lebih cendrung hapal isi cerita dari pada sari cerita yang
dituturkan.23
3. Langkah-langkah Dalam Bercerita dan Teknik Bercerita
a. Langkah-langkah Bercerita
Sebelum memulai untuk menerapkan metode bercerita ada
beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh guru supaya proses
pembelajaran menggunakan metode bercerita dapat berjalan dengan
lancar. Adapun langkah dalam bercerita yaitu:
1) Mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan bercerita kepada anak
2) Mengatur tempat duduk anak 3) Membuka kegiatan awal untuk bercerita 4) Pengembangan cerita 5) Menetapkan rancangan cara-cara menyampaikan cerita yang
dapat menggetarkan perasaan anak sehingga anak-anak bisa menghayati cerita yang disampaikan.
6) Menutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita yang telah disampaikan.24
23 Hamdani,Strategi Belajar Mengajar,,,,,ibid,h.282 24 Moeslichatoen, Metode pengajaran di Taman Kanak-kanak(Jakarta:Rineka Cipta,
2004),h.179-180
19
b. Teknik Bercerita
Untuk menjadi seorang pencerita yang baik.Hendaknya guru
memperhatikan beberapa teknik dalam bercerita. Terdapat beberapa
teknik dalam bercerita yaitu:
1) Membaca langsung dari buku cerita. Guru memilih buku-buku yang menarik untuk
diceritakan, dengan tulisan yang besar dan kalimat yang tidak terlalu panjang.
2) Menceritakan Dongeng Mendongeng merupakan cara bercerita yang meneruskan
budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. 3) Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku.
Disini guru dapat membuat ilustrasi sendiri dari gambar yang ada dibuku.
4) Bercerita menggunakan papan flannel. Guru dapat membuat papan flannel dengan melapisi
papan dengan kain yang netral dan meletakkan watak tokoh pada papan tersebut
5) Bercerita dengan menggunakan media boneka25 Berdasarkan uraian diatas, maka teknik bercerita dalam penelitian
ini adalah teknik bercerita menggunakan ilustrasi gambar dari
buku.Penggunaan ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan untuk
memperjelas pesan-pesan yang disampaikan guru, dan juga untuk
mengikat perhatian anak pada jalannya cerita, sehingga kemampuan
menyimak pada anak diharapkan terjadi peningkatan
25
Mukhtar dkk.Pendidikan anak, ibid, h.111-112
20
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode peneliian
tindakan kelas (PTK), yang biasa disebut Clasroom Action Research. Yang di
sebut penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan pada sebuah
kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada subyek
penelitian di kelas tersebut.26
Penelitian tindakan kelas juga merupakan penelitian reflektif yang
dilaksanakan secara siklis(berdaur) oleh guru atau calon guru di dalam kelas
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran27
A. Setting Penelitian
Setting penelitian ini adalah di MI Riadhussolihin Thohir Yasin, yaitu
di kelas II yang jumlah siswanya 17 orang, yang terdiri dari 3 perempuan dan
14 laki-laki. Lokasi ini diambil karena dapat bekerja sama dengan guru
Bahasa ndonesia di MI Riadhussolihin Thohir Yasin, sehingga memudahkan
peneliti dalam mendapatkan data yang diperlukan oleh peneliti.
B. SasaranPenelitian
Yang menjadi sasaran pada penelitian ini adalah:
1. Guru, mampu melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode
bercerita untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa
26 Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas(Jakarta:prestasi pustaka,
2011),h.13 27 Herawati susilo,dkk, penelitian tindakan kelas( Malang: Bayumedia Publishing,
2008),h.2
20
21
2. Siswa, meningkatnya kemampuan menyimak melaui penerapan
metode bercerita.
3. Prosespembelajaran yang menarik dengan menerapkan metode
bercerita
C. Rencana Tindakan
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut
Suyanto dalam Mahmud menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas(PTK)
merupakan suatu penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik-
praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional.28PTK berupaya
meningkatkan dan mengembangkan profesionalisme guru dalam menunaikan
tugasnya.Pada penelitian ini menggunakan siklus-siklus, adapun tindakan
yang dilakukan terdiri dari 4 tahap yaitu, (1).Perencanaan, (2).Pelaksanaan
dan observasi, (3).Evaluasi, dan (4).Refleksi.Adapun bentuk spiral kerja
tindakan dari siklus ke siklus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Gambar 1
Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas.29
28 Mahmud, Metode Penelitian Tindakan(Bandung:Pustaka setia;2011),h.199 29 Suharsimi Arikunto,dkk, Penelitian Tindakan Kelas(Jakarta:Bumi Aksara,
2006),h.16
22
1. Siklus 1
a. Tahapan perencanaan tindakan
Dalam tahapan ini hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
1) Menyiapkan skenario (rencana) pembelajaran dengan Metode
Pembelajaran Bercerita
2) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan
guru.
3) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) sebagai alat evaluasi
pembelajaran.
4) Membuat evaluasi yakni, berupa tes tertulis untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman siswa dalam pembelajaran.
b. Tahap pelaksanaan tindakan dan observasi
Pada tahap ini, peneliti mengimplementasikan atau menerapkan
apa yang telah disusun pada tahap perencanaan, yaitu melaksanakan
tindakan di kelas. Observasi atau pengamatan dilaksanakan bersamaan
atau saat proses pembelajaran sesuai dengan format pembelajaran yang
telah disusun, semua aktivitas siswa dan guru yang tampak dicatat di
lembar observasi.
c. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini peneliti dan guru memberikan tes evaluasi berupa
tes tulis kepada siswa pada setiap akhir siklus. Tes ini dikerjakan
23
secara individual untuk mengetahui pemahaman siswa setelah belajar
mata pelajaran bahasa Indonesia menggunakan metode bercerita.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah observasi dan evaluasi dilakukan
sebagai acuan.Pada tahap ini guru dan siswa mengkaji hasil yang
diproleh dan pemberian tindakan pada siklus awal.Hasil refleksi ini
dijadikan sebagai dasar untuk menyempurnakan serta memperbaiki
perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada tahap berikutnya.
2. Siklus II
Hasil refleksi analisis data pada siklus I digunakan sebagai acuan
untuk merencanakan siklus II, dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan
pada siklus I.
D. Jenis Instrumen dan Cara penggunaannya
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya untuk mengumpulkan data agar kegiatan atau
pekerjaannya menjadi sistematis dan lebih mudah. Adapun jenis instrument
yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Lembar Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara
mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya
dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti.30
30 Wina sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas( Jakarta: Kencana, 2011),h.86
24
Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk
mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran. Lembar observasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas guru dan
kemampuan siswa dalam menyimak melalui penerapan metode
bercerita.Lembar observasi akan diberikan kepada seorang observer
sebelum proses belajar berlangsung. Kemudian observer mengisi lembar
observasi tersebut pada saat proses belajar berlangsung.
a. Lembar observasi kegiatan guru
Lembar observasi kegiatan guru dipergunakan untuk
mengamati aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam mengelola proses
pembelajaran.Lembar ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan
guru.Adapun indikator aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran
1) Perencanaan dan persiapan kegiatan belajar mengajar
2) Apersepsi dan Motivasi
3) Penyampaian materi
4) Memulai kegiatan bercerita
5) Pemberian umpan balik terhadap hasil diskusi
6) Kegiatan menutup atau mengakhiri pelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa
Lembar observasi aktivitas siswa dipergunakan untuk
mengamati aktivitas siswa dalam proses menyimak cerita. Lembar ini
berisi tentang langkah-langkah yang harus dilakukan siswa atau
kegiatan yang dilakukan siswa pada proses pembelajaran.
25
2. Tes Hasil belajar
Tes hasil belajar merupakan tes penguasaan, karena tes ini
mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru
atau dipelajari oleh siswa.31Tes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes formatif berbentuk pilihan ganda ( multiple choice). Tes yang
diberikan pada setiap siklus berjumlah 10 soal dengan skor 1 jika jawaban
benar dan skor 0 jika jawaban salah.
3. Pedoman Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan tertulis yang isinya merupakan
pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk
keperluan pengujian seperti buku-buku arsip-arsip dll.32Metode
dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah digunakan untuk
mengumpulkan data tentang keadaan lokasi atau gambaran umum
mengenai keadaan siswa, guru, sarana dan prasarana dan struktur
organisasi lain.
E. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan ini akan dilaksanakan di kelas II MI Riadhussolihin
Thohir Yasin Jalan R.A Kartini Lingkungan Kamasan Monjok Kec.
Selaparang Kabupaten Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017.“Penelitian
tindakan kelas (PTK) dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang-ulang sesuai
dengan rencana tindakan yang telah dibuat pada gambar spiral tindakan kelas
31Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar(Yogyakarta; pustaka pelajar,2010), h.66 32Mahmud, Metode penelitian Tindakan, h.183
26
sebelumnya, yang didalamnya terdapat 4 tahapan utama yaitu: perencanaan,
pelaksanaan dan observasi, evaluasi danterakhir refleksi.
Skenario tindakan yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam
situasi yang aktual, dan pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga disertai
dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan
refleksi.Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan serta
perbaikan dalam hambatan tersebut pada siklus I maka dapat menentukan
rancangan untuk siklus II, demikian seterusnya.
F. Cara Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Pengamatan dilakukan secara kolaborasi dengan guru menggunkan lembar
observasi yang telah disiapkan. Adapun yang diamati adalah bagaimana
pelaksanaan tindakan, bagaimana guru menyajikan pelajaran, dan bagaimana
sikap siswa dalam belajar, dan apakah proses pembelajaran sudah sesuai
dengan skenario yang dibuat.
G. Analisis Data dan Refleksi
1. Analisis Data
Analisis dalam penelitian merupakan bagian penting dalam proses
penelitian karena dengan analisis, data yang ada akan tampak manfaatnya,
terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan
akhir penelitian33
33Mahmud, Metode penelitian, …h.189
27
a. Data kualitatif
1) Aktivitas Guru
Untuk mencari analisis hasil lembar observasi aktivitas guru
menggunakan analisis deskriftif kualitatif dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
P = 100 %
Keterangan:
P = Persentase aktivitas guru
∑A = Jumlah aspek yang teramati
∑N = Jumlah keseluruhan aspek yang teramati
Pesrsentase keterlaksanaan fase menggunakan kriteria
sebagai berikut:
P = 0% - 24% : Tidak terlaksana baik
P = 25% - 49% : Terlakasana kurang baik
P = 50% - 74% : Terlaksana cukup baik
P = 75% - 100% : Terlaksana sangat baik 34
2) Kemampuanmenyimak siswa
Data kemampuan menyimak siswa dianalisis dengan
menggunakan rumus:
P= 100 %
Selanjutnya hasil persentase yang diperoleh ditentukan
dengan kategori penilaiannya yaitu:
34Dian Nurmalasari, “ Penerapan Model Pembelajaran Problem Basic Learning”
(Skripsi IAIN Mataram, 2015), hal. 28.
28
P = 0% - 24% : Sangat kurang baik
P = 25%- 49% : Kurang baik
P= 50%- 74% : Cukup baik
P = 75%- 100%: Baik35
Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan
menyimak siswa.Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
data observasi berisikan deskriptor dan diamati selama proses
belajar mengajar berlangsung.
b. Data kuantitatif (Data Tes Hasil Belajar Siswa )
Setelah memperoleh data tes hasil belajar, maka data tersebut
dianalisis dengan mencari ketuntasan belajar dan daya serap, kemudian
dianalisis secara kuantitatif.
1) Ketuntasan Individu
KB= x 100
Keterangan:
KB = Ketuntasan belajar
T = Jumlah skor yang diperoleh siswa
Tt = Jumlah skor total36
Setiap siswa dalam proses belajar dikatakan tuntas secara
individu terhadap materi pelajaran yang diberikan apabila
5) Menyiapkan pedoman lembar aktivitas kemampuan menyimak
siswa
6) Menyiapkan kisi-kisi soal dan evaluasi atau tes hasil belajar untuk
dibagikan kepada masing-masing siswa.
39
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Penelitian untuk siklus I ini berlangsung 2 kali pertemuan yaitu,
pada tanggal 3 dan 10 Mei 2017. Dimana setiap pertemuan
berlangsung 4x35 menit untuk pertemuan pertama 2x35 menit dan
2x35 menit untuk pertemuan kedua. Pembelajaran di lakukan oleh
guru dan peneliti sebagai observer. Adapun proses pembelajaran
mengacu sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Siklus 1 yang disusun sebagai berikut:
1) Pertemuaan pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada minggu pertama hari
rabo tanggal 03 mei 2017 dengan materi; “Mendengarkan Cerita
Anak” yang berjudul “ Akibat Terlalu Rakus” yang berlangsung
selama 2x35 menit. Pertemuan pertama juga dilakukan kegiatan
observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa. Tindakan yang
dilakukan pada tahap ini adalah melakukan tindakan pembelajaran
dikelas sesuai rencana/ scenario yang telah dibuat seperti:
a) Tahap Pendahuluan
Pada tahap pendahuluan ini terlebih dahulu guru
membuat skenario pembelajaran, namun sebelum itu guru
membagi siswa kedalam kelompok yang masing-masing
kelompok beranggotakan 4-5 orang. Setelah itu guru mengajak
siswa berdoa untuk mengawali pembelajaran, kemudian guru
40
menyampaikan tujuan pembelajaran terkait dengan materi
yang telah ditentukan.
b) Tahap Penerapan
Pada tahap penerapan, guru menyampaikan materi
tentang” mendengarkan cerita anak”.Setelah menjelaskan
materi guru tidak melakukan tanya jawab dengan siswa seputar
materi yang telah di jelaskan dan guru juga tidak menjelaskan
langkah-langkah dalam bercerita kepada siswa. Setelah itu guru
meminta siswa untuk mendengarkan cerita dengan
baik.Adapun judul cerita yang dibacakan pada pertemuan
pertama ini yaitu “Akibat terlalu rakus”.Setelah itu guru dan
siswa melakukan tanya jawab dan guru meminta setiap
kelompok untuk mendiskusikan isi dari cerita yang di bacakan
oleh guru untuk mengetes apakah siswa fokus dalam menyimak
cerita yang di bacakan guru.
c) Tahap Penutup
Dalam tahap penutup, guru tidak memberikan
penguatan atau umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran. Guru langsung menutup pelajaran dengan
membimbing siswa untuk berdoa. Setelah mengakhiri proes
belajar mengajar, kegiatan selanjutnya adalah peneliti dan
observer menganalisis kembali permsalahan-permasalahan
yang terjadi pada proses pembelajaran berlangsung seperti guru
41
tidak mengecek kehadiran siswa, kelengkapan pembelajaran
belum lengkap, tidak memberikan apersepsi kepada siswa,
tidak memberikan motivasi kepada siswa dan tidak
memberikan penguatan kepada siswa. Dan setelah menganalisis
permasalahan, selanjutnya melaksanakan evaluasi pada
pertemuan kedua dan sebagai bahan pertimbangan pada siklus
berikutnya.
2) Pertemuan kedua
Pertemuan kedua ini dilakukan pada hari rabu tanggal 10
mei 2017 dengan melanjutkan materi yang sama namun beda judul
cerita yang akan di bacakan, adapun judul cerita pada pertemuan
kedua ini yaitu” Kancil dan Harimau”yang berlangsung selama
2x35 menit. Pelaksanaan tindakannya sama seperti pertemuan
pertama namun ada hal pokok yang harus diperbaiki seperti yang
di sarankan oleh observer pada pertemuan pertama.
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini semua permasalahan-permasalahan yang
ada pada pertemuan pertama sama seperti yang berkaitan
dengan perencanaan pembelajaran materi dan sebagainya telah
diperbaiki agar proses pembelajaran selanjutnya dapat berjalan
dengan baik sesuai dengan yang diharapkan agar proses
pembelajaran dapat tercapai.
42
b) Tahap Penerapan
Dalam tahap ini, guru menjelaskan kembali materi
pembelajaran yang telah disesuaikan dengan tujuan agar siswa
dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan,
kemudian setelah menjelaskan materi guru meminta siswa
untuk berkumpul dengan teman kelompok yang telah
ditentukan pada pertemuan sebelumnya, setelah itu guru
memberikan siswa LKS dan menjelaskan langkah-langkah
kerja pada LKS. Setelah itu guru meminta siswa untuk
mendengarkan cerita dengan baik, kemudian guru membacakan
cerita yang kedua dengan judul” Kancil dan Harimau”.Setelah
itu guru mengawasi siswa mengerjakan soal atau evaluasi yang
diberikan.Setelah siswa selesai mengerjakan soal, guru
meminta siswa untuk mengumpulkan LKS yang di berikan.
c) Tahap penutup
Pada tahap ini guru memberikan penguatan tentang
materi yang telah disampaikan dan menutup pelajaran dengan
berdoa bersama-sama.
c. Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan
tindakan siklus I, yaitu kegiatan observasi aktivitas mengajar guru dan
aktivitas belajar siswa sebagaiberikut:
43
1) Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Adapun hasil observasi aktivitas mengajar guru dapat di
lihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1 Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Gurusiklus I
No Indikator Skor 1. Pra kegiatan/ Perencanaan dan persiapan
kegiatan belajar mengajar 3
2. Apersepsi dan Motivasi (kegiatan awal) 1 3. Tahap penyampaian (kegiatan inti) 2 4. Memulai kegiatan bercerita 3 5. Pemberian umpan balik terhadap hasil diskusi 1 6. Kegiatan menutup/ mengakhiri pembelajaran 1 Jumlah Skor 11
Persentase 61,11%
Kategori Terlaksana Cukup baik
Berdasarkan hasil observasi aktivitas mengajar guru pada
tabel 4.5 diatas, menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
oleh guru belum mencapai indikator kategori yang telah di
tentukan.Pada siklus I ini ada 11 deskriptor yang muncul dengan
skor 11 dari 18 deskriptor yang skornya 18. Dengan begitu
persentasenya sebesar 61,11% atau berkategori terlaksana cukup
baik. Sedangkan yang belum muncul ada 7 deskriptor, data
aktivitas mengajar guru dapat dilihat pada( lampiran2).Sementara
aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
44
2) Hasil Observasi aktivitas belajar Siswa
Adapun hasil observasi aktivitas belajar siswa dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel2 Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Belajar SiswaSiklus I
No Indikator Skor 1. Kesiapan siswa menerima materi
pelajaran 1
2. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
0
3. Interaksi siswa engan guru 3 4. Aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran 2
5. Kesiapan dalam menerima soal 3 Jumlah skor 9 Persentase 60% Katagori Cukup baik
Berdasarkan data pada tabel 4.6 diatas, bahwa pelaksanaan
pembelajaran oleh siswa menunjukkan belum mencapai indikator
berkategori baik.Pada siklus satu ini ada 9 deskriptor yang muncul
dengan skor 9 dari 15 deskriptor yang skornya 15. Dengan begitu
persentasenya sebesar 60% atau berkategori cukup baik.Sedangkan
yang belum muncul ada 6 deskriftor, data observasi aktivitas
belajar siswa dapat dilihat pada (lampiran3).
Dari hasil observasi aktivitas mengajar guru dan aktivitas
belajar siswa yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa
masih belum tercapainya target yang ditentukan yaitu berkategori
sangat baik. Oleh sebab itu perlu dilakukan perbaikan pada siklus
berikutnya.
45
3) Hasil Belajar Siswa (siklus I)
Data tes hasil belajar siswa dilaksanakan pada pertemuan
kedua dengan cara memberikan lembar soal kepada seluruh siswa
yang berjumlah 17 orang. Sedangkan pertanyaannya berjumlah 10
soal pilihan ganda. Materinya mengenai apa yang sudah di
sampaikan pada pertemuan kedua yaitu cerita tentang” Kancil dan
Harimau” dengan penerapan metode bercerita, dimana untuk
menjawab pertanyaan tersebut dengan cara memimilih soal-soal
yang telah disediakan. Data lengkap mengenai tes hasil belajar
siswa siklus I ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini dan (
lampiran14).
Tabel 3 Data Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I dikelas II MI Riadhussolihin
Thohir Yasin
No. Keterangan Jumlah
1. Jumlah Siswa Seleuruhnya 17
2 Jumlah siswa yang ikut tes 17
3 Jumlah siswa yang tuntas 10
4 Jumlah siswa yang tidak tuntas 7
5 Skor Total 1130
6 Nilai rata – rata siswa 66,47
7 Persentase ketuntasan klasikal 59%
46
Berdasarkan analisis tes hasil belajar siswa siklus I yang
terlihat pada tabel diatas bahwa jumlah siswa yang mengikuti tes
sebanyak 17 orang, skor total yang diperoleh semua siswa
sebanyak 1130 kemudian dibagi dengan jumlah seluruh siswa
yang mengikuti tes maka nilai rata-rata yang diperoleh yaitu
66,47 dengan persentase ketuntasan klasikal yaitu 59%. Jadi pada
siklus I banyak siswa yang tuntas berjumlah 10 orang sedangkan
siswa yang belum tuntas sebanyak 7 orang dari 17 siswa yang
mengikuti tes.Presentase ketuntasan siswa juga belum mencapai
standar yang telah ditentukan dan penggolongan aktifitas belajar
siswa masih berkategori cukup baik.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh selama pelaksanaan
penelitian pada siklus I masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan
yang perlu diperbaiki, diantaranya:
No. Refleksi Solusi
1. Perencanaan yang dilakukan
guru kurang maksimal
terlihat dari tidak
efektifnya waktu yang
digunakan ketika proses
pembelajaran
berlangsung.
Hendaknya guru mengacu pada
rencana persiapan
pembelajaran dengan
memberikan batasan waktu
untuk tiap-tiap tahap
pembelajaran yang dilakukan
supaya proses pembelajaran
47
menjadi efektif.
2. Interaksi siswa dengan guru
masih kurang karena
dalam proses
pembelajaran siswa
masih malu untuk
mengemukakan
pendapatnya, ketika ada
sesen tanya jawab dalam
proses pembelajaran.
Guru juga perlu menjadi sahabat
bagi siswa, karena dengan
menjadi sahabat, siswa tidak
akan malu ataupun sungkan
untuk mengemukakan
pendapatnya. Selain itu guru
juga perlu mengetahui
karakteristik dari siswa-
siswanya supaya guru mudah
untuk membimbingnya.
3 Masih ada beberapa siswa
yang kurang serius dalam
mengikuti proses belajar
mengajar hal ini terlihat
ketika saat guru mengajar
siswa ada yang main-
main.
Hendaknya guru memberikan
nasehat atau arahan kepada
siswa yang sedang main-
main, supaya tidak main-
main lagi ketika sedang
belajar, agar tidak
mengganggu dalam kegiatan
proses belajar mengajar.
48
Mengingat masih ada kekurangan yang terjadi dan masih
adanya kesempatan untuk memperbaiki dalam upaya meningkatkan
pemahaman siswa, maka penelitian dilanjutkan kesiklus 2.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Seperti halnya pada tahap perencanaan siklus I, pada tahap ini
peneliti mempersiapkan skenario atau rencana pelaksanaan
pembelajaran yang akan menjadi pedoman pembelajaran untuk siklus
II. Pada siklus ini tahap perencanaan yang dilakukan peneliti
merupakan perbaikan-perbaikan dari semua kegiatan yang telah
dilakukan pada siklus I. perbaikan tersebut meliputi peningkatan
proses belajar agar berjalan dengan maksimal, karena kekurangan pada
siklus I ini tidak boleh muncul lagi pada siklus berikutnya sehingga
terjadi peningkatan peningkatan hasil belajar siswa.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan siklus II berlangsung 2 kali
pertemuan yaitu, pada tanggal 24 dan 31 Mei 2017. Dimana setiap
pertemuan berlangsung 2x35 menit untuk pertemuan pertama dan 2x35
menit untuk pertemuan kedua. Pembelajaran dilakukan oleh peneliti
dan guru sebagai pelaksana. Adapun proses pembelajaran mengacu
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus II yang
disusun sebagai berikut:
49
1) Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari rabu tanggal 24
Mei 2017 dengan topik yang sama, yang berlangsung selama 2x35
menit. Pertemuan pertama juga dilakukan kegiatan observasi
aktifitas guru dan aktifitas menyimak siswa. Tindakan yang
dilakukan pada tahap ini adalah melakukan tindakan pembelajaran
dikelas sesuai rencana/skenario yang telah dibuat seperti:
a) Tahap Pendahuluan
Pada tahap pendahuluan ini, sebelumnya guru membuat
skenario pembelajaran dengan mengkondisikan suasana kelas,
guru mengajak semua siswa berdoa, mengecek kehadiran
siswa.Selain itu memberikan apersepsi dan motivasi lalu
menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Tahap Penerapan
Dalam tahap ini, guru menyampaikan materi
pembelajaran yang telah ditentukan, yaitu cerita tentang
“Gagak yang sombong” sebelum memulai untuk bercerita guru
kembali menyampaikan langkah-langkah dalam bercerita
kemudian guru mengarahkan siswa untuk mendengarkan cerita
dengan baik supaya siswa bisa menjawab pertanyaan yang akan
diberikan. Setelah itu baru guru memulai pembelajaran dengan
penerapan metode bercerita, setelah melakukan kegiatan
bercerita guru melakukan tanya jawab dengan siswa terkait
50
cerita yang sudah di bacakan. Guru menunjuk satu perwakilan
kelompok untuk menceritakan kembali cerita tentang gagak
yang sombong, bagi siswa yang berani maju kedepan untuk
bercerita akan mendapatkan reward dari guru.
c) Tahap Penutup
Dalam tahap penutup, guru memberikan penguatan/
simpulan pelajaran kemudian guru memberikan pesan dan
kesan kepada siswa dan menutup proses pembelajaran dengan
berdoa bersama-sama.
2) Pertemuan kedua
Pelaksanaan tindakan pertemuan kedua siklus II
dilaksanakan pada pada minggu terakhir hari rabu tanggal 31 Mei
2017.Pada pertemuan kedua ini akan membahas materi
mendengarkan cerita anak dengan judul” Menjenguk teman yang
sakit” dalam waktu selama 2x35 menit.
a) Tahap Pendahuluan
Pada tahap ini, guru membuka pembelajaran dan
mengajak siswa untuk bedoa bersama, kemudian guru
mengecek kehadiran siswa dan memberikan motivasi agar
siswa lebih bersemangat dalam belajar.
b) Tahap Penerapan
Dalam pertemuan kedua pada siklus II ini, guru
mengingatkan kembali materi yang sudah di pelajari pada
51
minggu lalu dan menanyakan hal-hal yang masih belum di
pahami siswa.Pada pertemuan kali ini guru memberikan siswa
LKS dengan 10 soal pilihan ganda untuk mengevaluasi sejauh
mana siswa memperhatikan guru pada saat proses pembelajaran
menggunakan penerapan metode bercerita. Adapun cerita yang
akan di sampaikan yaitu cerita dengan judul menjenguk teman
yang sakit”sebelum guru memulai bercerita guru kembali
mengarahkan siswa mendengarkan cerita dengan baik supaya
bisa menjawab soal dengan baik dan benar.Guru memulai
bercerita dan setelah selesai bercerita guru melakukan tanya
jawab dengan siswa terkait cerita tersebut. Guru memberikan
bimbingan kepada siswa pada saat proses mengerjakan soal
evaluasi, kemudian meminta siswa untuk mengumpulkan
jawaban dari soal yang telah dibagikan dan sama-sama
membahas dan mendiskusikan hasil kerja serta memperbaiki
jawaban yang kurang tepat dari pengisian LKS tersebut.
c) Tahap Penutup
Dalam tahap ini, guru memberikan siswa pesan dan
kesan dan berdoa bersama-sama.
c. Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan
tindakan siklus II, yaitu kegiatan observasi aktivitas mengajar guru dan
52
aktivitas menyimak siswa.Dan hasil observasi dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
1) Hasil Observasi Aktivitas Guru
Adapun hasil observasi aktivitas guru dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 4 Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus II
No Indikator Skor 1. Pra kegiatan/ Perencanaan dan persiapan
kegiatan belajar mengajar 3
2. Apersepsi dan Motivasi (kegiatan awal) 3 3. Tahap penyampaian (kegiatan inti) 3 4. Memulai kegiatan bercerita 3 5. Pemberian umpan balik terhadap hasil diskusi 2 6. Kegiatan menutup/ mengakhiri pembelajaran 3 Jumlah Skor 17
Persentase 94,44%
Kategori Terlaksana Sangat baik
Berdasarkan hasil observasi aktivitas mengajar guru pada
tabel 4.8 diatas, menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
oleh guru sudah mencapai target berkategori sangat baik. Pada
siklus II ini ada 17 deskriptor yang muncul dengan skor 17 dari 18
deskriptor yang telah ditentukan oleh peneliti.Lebih lengkapnya
data hasil observasi aktivitas guru dapat dilihat pada
(lampiran8).Sementara untuk aktivitas belajar siswa dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
53
2) Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Tabel 5 Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No Indikator Skor 1. Kesiapan siswa menerima materi
pelajaran 1
2. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
2
3. Interaksi siswa dengan guru 3 4. Aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran 2
5. Kesiapan dalam menerima soal 3 Jumlah skor 12 Persentase 80% Katagori Baik
Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
tabel 4.9 diatas, dapat terlihat bahwa pelaksanaan pembelajaran
oleh siswa sudah mencapai target berkategori baik. Pada siklus II
ada 12 deskriptor yang muncul dengan skor 12 dari 15 deskriptor
yang telah di tentukan peneliti. Namun masih terdapat 3 deskriptor
yang belum muncul, data hasil observasi aktivitas belajar siswa
dapat dilihat pada (lampiran 9).
Dari kedua hasil observasi terhadap aktivitas mengajar guru
dan aktivitas belajar siswa, oleh peneliti dapat diketahui bahwa
aktivitas belajar siswa sudah mencapai target yaitu berkategori baik
dan itu artinya ada peningkatan dari setiap siklus.
3) Hasil Belajar Siswa
Data tes hasil belajar siswa dilaksanakan pada pertemuan
kedua dengan cara memberikan lembar soal kepada seluruh siswa
54
yang berjumlah 17 orang. Sedangkan pertanyaan berjumlah 10 soal
pilihan ganda. Materinya yaitu mendengarkan cerita anak dengan
penerapan metode bercerita, judul cerita yang disampaikan yaitu
menjenguk teman yang sakit, dimana untuk menjawab pertanyaan
tersebut dengan cara memilih salah satu jawaban yang tepat dari
soal-soal yang telah tersedia. Tes ini memiliki skor yang telah di
tentukan.Data lengkap mengenai tes hasil belajar siswa siklus II ini
dapat dilihat pada tabel dibawah ini (lampiran 15).
Tabel 6 Data Tes Hasil belajar Siswa Siklus II dikelas II MI Riadhussolihin
Thohir Yasin
No. Keterangan Jumlah
1 Jumlah Siswa Seluruhnya 17
2 Jumlah siswa yang ikut tes 17
3 Jumlah siswa yang tuntas 15
4 Jumlah siswa yang tidak tuntas 2
5 Skor total 1400
6 Nilai rata – rata siswa 82,35%
7 Persentase ketuntasan klasikal 88%
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa dari 17 siswa,
terdapat 15 siswa yang telah mencapai KKM , dengan nilai rata –
rata siswa 82,35 Sedangkan persentase ketuntasan siswa secara
klasikal berjumlah 88%.Berdasarkan indikator ketuntasan yang
55
digunakan yaitu ≥ 85%, maka hasil evaluasi pada siklus II sudah
mencapai standar ketuntasan klasikal yang digunakan sebagai
indikator keberhasilan penelitian.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan analisis data siklus II menunjukkan bahwa
keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar sudah bisa tercapai secara
maksimal dengan nilai rata-rata 82,35 dan ketuntasan klasikal
mencapai 88%. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II
tersebut, ternyata sudah mencapai hasil yang diharapkan pada
penelitian ini, bahkan mencapai hasil yang memuaskan.Hal ini
membuktikan semua rencana perbaikan yang telah diterapkan berhasil
memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I. Namun guru harus
tetap berupaya meningkatkan lagi hasil belajar siswa sehingga
mencapai kriteria maksimal atau sekurang-kuranganyadapat
mempertahankan kriteria yang sudah di capai ini.
C. Pembahasan
Kegiatan bercerita memberikan nilai pembelajaran yang banyak bagi
proses belajar dan perkembangan anak. Selain itu kegiatan bercerita
merupakan salah satu dari bentuk kesenian, untuk itu cerita memiliki
keindahan dan dapat dinikmati serta menimbulkan kesenangan pada anak-
56
anak maupun orang dewasa.44Jadi dalam kegiatan bercerita, anak bisa
memperoleh nilai pembelajaran dan tidak hanya itu ketika anak sudah
menikmati sebuah cerita anak merasa senang, dengan itu anak bisa menyimak
dengan baik cerita yang di sampaikan.
Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian tindakan
kelas yang telah ditetapkan yaitu diawali dengan perencanaan, pelaksanaan,
tindakan, observasi dan refleksi seperti yang telah di jelaskan pada penelitian
diatas.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai upaya untuk
mencapai pemahaman tentang penerapan metode bercerita dapat
meningkatkan keterampilan menyimak bagi siswa khususnya bagi siswa kelas
II MI Riadhussolihin Thohir Yasin.Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus
yang terdiri masing-masing dua kali pertemuan.
Proses belajar mengajar pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan, pada pertemuan pertama guru membagi siswa menjadi 4 kelompok
untuk memudahkan pengontrolan dan memudahkan guru untuk melihat sejauh
mana keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Namun proses
pembelajaran pada siklus I masih terdapat masalah yang menyebabkan
kurangnya aktif, situasi yang tidak tenang disebabkan ada beberapa siswa
yang bermain dengan teman duduknya sehingga tidak memperhatikan materi
yang dijelaskan oleh guru di dalam kelas.Namun demikian, penggunaan
variasi dalam pembelajaran dapat menarik perhatian siswa dan melibatkan
44Abdul Aziz Abdul Majid,Mendidik Dengan Cerita(Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, 2001), hal.8
57
mereka dalam pembelajaran. Sedangkan pada pertemuan kedua, guru mulai
berhasil berinteraksi dengan siswa disebabkan karena penerapan metode yang
disertai dengan variasi gayabelajar yang lebih menarik lagi sehingga siswa
semangat dan aktif mengikuti pembelajaran. Seperti yang telah dikutip dari
Marno dan M.Idris bahwa penggunaan variasi dalam mengajar merupakan
suatu yang harus dikuasai oleh guru supaya dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang lebih menyenangkan45
Berdasarkan analisis data yang diperoleh pada siklus I, persentase
ketuntasan yang diperoleh siswa sebesar 59 %, dengan nilai rata-rata 66,47,
dimana hasil persentase pada siklus I belum mencapai ketuntasan belajar
klasikal yang diharapkan yaitu 85 %.
Menurut hasil diskusi peneliti dengan guru dan dilakukan refleksi, hal
ini disebabkan beberapa faktor diantaranya guru tidak mengaitkan materi yang
akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari sehingga minat siswa untuk
belajar menjadi kurang, guru kurang mampu dalam menguasai kelas, hal ini
masih terlihat dari masih adanya siswa yang tidak serius dalam
memperhatikan pelajaran dan berbincang-bincang dengan temannya,
kurangnya pemberian penghargaan setelah siswa mengerjakan atau menjawab
soal didepan kelas. Untuk itu guru hendaknya lebih inisiatif dan kreatif dalam
mengajar seperti yang telah dikutip dari zainal “bahwa peran guru sangat besar
dalam pengelolaan kelas karena guru sebagai penanggung jawab kegiatan
belajar mengajar, guru harus penuh inisiatif dan kreatif dalam mengelola kelas
45 Marno & M.Idris, Strategi,Meode dan Teknik Mengajar,( Yogyakarta;Ar-Ruzz
Media, 2014).hal.139
58
karena gurulah yang mengetahui secara pasti situasi dan kondisi kelas
terutama kedaan siswa dengan segala latar belakangnya.”46
Jika diperhatikan masalah-masalah di atas, maka perlu diadakan
perbaikan-perbaikan pada siklus selanjutnya, guna mencapai ketuntasan
belajar yang diharapkan.Maka rencana perbaikan yang akan dilakukan pada
siklus II adalah guru harus lebih menguasai kelas dan siswa, agar tidak ada
lagi siswa yang tidak serius dalam mengikuti proses pembelajaran. Sebelum
melakukan proses pembelajaran guru harus mempersiapkan scenario atau
rencana pembelajaran yang bagus, seperti mempersiapkan ringkasan materi,
alat, permainan dan lain-lain. Guru perlu memberikan semangat terhadap
siswa yang masih kurang siap maupun aktif untuk mengikuti pelajaran dan
pemberian penghargaan terhadap siswa yang mampu menjawab soal dengan
baik maupun siswa yang berani maju untuk menceritakan kembali cerita anak,
dan khususnya kepada siswa yang belum tuntas guru lebih memperhatikan
maupun membimbingnya supaya lebih fokus dan mengerti tentang soal-soal
evaluasi yang diberikan.
Karena persentase ketuntasan belajar yang diperoleh pada siklus I
belum tercapai standar ketuntasan belajar yaitu 85 %, maka pelaksanaan
tindakan dilanjutkan ke siklus II dengan perbaikan-perbaikan seperti yang
disarankan oleh observer pada siklus I. Serta melakukan bimbingan khusus
kapada siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar pada siklus I.
46Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran,(Surabaya; Insan
Cendekia,2002), hal.82
59
Dalam kegiatan proses pembelajaran siklus II, kendala dan
kekurangan yang dihadapi pada siklus I diperbaiki pada siklus II. Pada siklus
II ini siswa mulai memperhatikan materi yang sedang dijelaskan oleh guru
didepan kelas, dan pada pembelajran siklus II ini, sebagian besar siswa sudah
mulai berani untuk maju menceritak kembali cerita anak tersebut, siswa juga
sudah mulai mendengarkan penjelasan guru dengan baik.
Pada proses siklus II ini, siswa sudah lebih baik dan mengalami
peningkatan dalam memahami materi pembelajaran walaupun masih ada
sebagian siswa yang memang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran,
akan tetapi guru lebih aktif membimbing siswa agar bisa mengikuti teman-
teman yang lain yang sudah mengerti.
Proses kegiatan pembelajaran pada siklus II ini kekurangan-
kekurangan yang ditemukan dalam kelas harus ditindak lanjuti oleh guru
adalah guru perlu memberi perhatian kepada seluruh siswa secara merata, guru
harus membangkitkan rasa ingin tahu siswa, dalam menarik kesimpulan guru
juga harus melibatkan siswa, dan guru juga harus melibatkan seluruh siswa
untuk melakukan kegiatan yang telah ditentukan yang ada dalam proses
pembelajaran agar prestasi belajar siswa memuaskan.
Dari hasil evaluasi siklus II diperoleh persentase ketuntasan klasikal
sebesar 88 % dengan nilai rata-rata 82,35 dari 17 siswa. Hasil observasi pada
siklus II secara umum menunjukkan bahwa aktivitas mengajar guru dan
aktivitas belajar siswa sudah baik, terlihat dari guru dan siswa telah
melakukan tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
60
dan saran-saran yang diberikan pad siklus I sehingga siswa dapat memahami
pelajaran yang telah dipelajari.
Berdasarkan hasil ini, maka ketuntasan belajar secara klasikal telah
tercapai. Walaupun hasil yang diperoleh sudah mencapai ketuntasan belajar
yang diharapkan, penelitian akan terus dilakukan demi terwujudnya
peningkatan kualitas pembelajaran.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak
siswa kelas II MI Riadhussolihin Thohir Yasin tahun pelajaran 2016/2017.Hal
ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan dari siklus I kesiklus II. Dengan
hasil yang diperoleh yaitu pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa yaitu
66,47dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 59%. Sedangkan hasil belajar
siswa pada siklus II nilai rata-rata siswa sebesar 82,35 dengan ketuntasan
belajar klasikal sebesar 88%. Dan persentase skor aktivitas guru pada siklus
Isebesar 61,11% dengan kategori terlaksana cukup baik sedangkan persentase
skor aktivitas belajarsiswa sebesar 60% dengan kategori cukup baik. Pada
siklus IIpersentase skor aktivitas guru sebesar 94,44% dengan kategori
terlaksana sangat baik dan persentase skor aktivitas belajar siswa sebesar 80
% dengan kategori baik.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti dari hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi sekolah, agar mampu menyediakan sarana dan prasarana untuk
menunjang proses pembelajaran dalam kegiatan bercerita.
2. Bagi Guru, disarankan agar mengoptimalkan kegiatan pembelajaran
seperti bercerita dengan menggunakan gambar-gamabar yang menarik
61
62
sehingga anak akan lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan bercerita.
Selain itu materi dalam kegiatan bercerita hendaknya sesuai dengan
kehidupan anak menggunakan kata-kata yang sederhana.
3. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk mengadakan penelitian lebih
lanjut sebagai penyempurnaan dari kemampuan menyimak dengan
penerapan metode bercerita.
63
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid&Abdul Aziz,Mendidik Dengan Cerita, Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, 2001. Dian Nurmalasari, “ Penerapan Model Pembelajaran Problem Basic Learning.”