-
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Pemrograman Dasar dengan Metode
Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)
(Studi Kasus SMK Negeri 1 Tengaran)
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Peneliti:
Dhana Eriyana (702010033)
Dr. Dharmaputra T. Palekahelu, M.Pd.
Radius Tanone, S.Kom, MCs.
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen SatyaWacana
Salatiga
Januari 2015
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
-
vii
-
1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan
Teknik Informatika dan Komputer,
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2) Staff Pengajar
Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN PEMROGRAMAN DASAR
DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE NHT
(Numbered Head Together)
(Studi Kasus SMK Negeri 1 Tengaran)
1) Dhana Eriyana 2) Dr. Dharmaputra T Palekahelu, M.Pd 2) Radius
Tanone, S.Kom, M.Cs
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1)[email protected] 2)[email protected]
2)[email protected]
Abstract
The problem in this research is student learning difficulties in
basic programming
lessons. Learning methods used are conventional in which the
teacher as lecturer and students in
the audience, with the methods students are less active in the
following study. The students
learning difficulties can be seen by the lower result of the
student. The purpose of the result is to
improve is to improve student achievement by using cooperative
method NHT (Numbered Head
Together) type. This research use a Quasi-experimental
(Nonequivalent Control Group Design).
At NHT learning the teacher acts as a facilitator and students
work in small groups to complete
the assigned task of the teacher. The result finding shows that
by using that method can improve
the student achievement. It can be concluded learning method can
influense student’s way of
learning and the student achivement.
Key words : Learning difficulties, Cooperative Learning NHT
(Numbered Head Together,
Student Achievement.
Abstrak
Masalah yang ada pada penelitian ini adalah kesulitan belajar
siswa pada mata pelajaran
pemrograman dasar. Metode pembelajaran yang biasa digunakan
adalah konvensional dimana
guru sebagai penceramah dan siswa sebagai pendengar, dengan
metode tersebut siswa kurang
aktif dalam mengikuti pembelajaran. Kesulitan belajar siswa
dapat dilihat dari rendahnya hasil
belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dengan
menggunakan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together).
Pada pembelajaran
NHT maka guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa bekerja
dalam kelompok-kelompok
kecil untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dari guru.
Penelitian ini menggunakan kuasi
eksperimen Nonequivalent Control Group Design. Hasil penelitian
yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran tipe
NHT (Numbered Head
Together) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
metode pembejaran yang digunakan dapat mempengaruhi cara belajar
siswa juga hasil belajar
siswa.
Kata kunci : Kesulitan belajar, Metode kooperatif tipe NHT
(Numbered Head Together), hasil
belajar.
mailto:[email protected]:[email protected]
-
2
1. Pendahuluan Mata pelajaran produktif adalah mata pelajaran
keahlian yang khusus
diberikan kepada peserta didik sesuai dengan jurusannya untuk
memberikan
keterampilan teknologi. Tujuan diberikan mata pelajaran
produktif adalah untuk
pembekalan keterampilan agar setelah lulus siswa siap terjun ke
dunia kerja
sebagai tenaga profesional [1]. Di SMK Negeri 1 Tengaran juga
terdapat mata
pelajaran produktif untuk jurusan Rekayasa Perangkat Lunak.
Salah satu mata
pelajaran produktif yang terdapat pada jurusan Rekayasa
Perangkat Lunak
adalah pemrograman dasar. Menurut silabus yang digunakan di SMK
Negeri 1
Tengaran mata pelajaran pemrograman dasar diberikan di kelas X
dan XI.
Dari hasil observasi di SMK Negeri 1 Tengaran yang dilakukan
pada
siswa jurusan Rekayasa Perangkat Lunak kelas XI terdapat masalah
yang
dihadapi oleh siswa adalah rendahnya pemahaman siswa terhadap
mata
pelajaran pemrograman dasar. Siswa kurang memahami materi yang
diberikan
oleh guru dan siswa merasa sulit mempelajari mata pelajaran
tersebut. Kendala
lainnya adalah siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran.
Rendahnya
pemahaman yang dialami oleh siswa dapat dilihat dari hasil
belajar. Terdapat
58% siswa yang nilainya masih di bawah KKM. KKM yang diterapkan
oleh
sekolah adalah nilai bisa mencapai ≥ 75.
Metode pembelajaran yang biasa digunakan adalah metode
konvensional
dimana guru menerangkan materi dan siswa sebagai pendengar.
Dengan metode
konvensional siswa terlihat kurang aktif mengikuti pembelajaran.
Dari
wawancara yang dilakukan dengan siswa, siswa mengemukakan bahwa
dengan
metode konvensional terkadang siswa merasa jenuh dan sulit
menerima materi
yang diberikan.
Dari masalah yang ada dibutuhkan metode pembelajaran dimana
siswa
harus lebih aktif pada saat pembelajaran. Berdasarkan wawancara
dengan guru
pengampu pada mata pelajaran pemrograman dasar siswa harus
memahami
dasar-dasar materi yang dipelajari, dengan penguasaan materi
siswa dapat
mengerjakan projek pada saat praktikum. Upaya yang diberikan
adalah dengan
memberikan metode pembelajaran dimana siswa dituntut aktif pada
saat
pembelajaran. Merode yang dipilih adalah metode kooperatif.
Metode kooperatif
adalah metode pembelajaran dimana siswa bekerja kelompok,
membantu satu
sama lain untuk mempelajari materi pelajaran [2].
Metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) adalah
salah
satu model pembelajaran yang identik dengan kerja kelompok.
Dengan begitu
siswa akan belajar aktif dan termotivasi dalam belajar [3]. Tipe
NHT (Numbered
Heads Together) yang dikenal sebagai “Kepala Bernomor” merupakan
suatu
istilah dalam pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk
menunjukkan
adanya penomoran pada anggota kelompok [4]. Metode NHT (Numbered
Heads
Together) dapat mengubah pola belajar siswa selama mengikuti
pembelajaran,
dimana sebelumnya pada saat pembelajaran konvensional siswa
sebagai
pendengar dan pada saat pemebelajaran NHT (Numbered Heads
Together) siswa
harus aktif dalam berdiskusi bersama kelompoknya masing-masing,
aktif
mencari materi dari internet maupun modul, dan aktif pada saat
tanya jawab
dengan guru.
-
3
Tujuan diberikan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head
Together) ini adalah untuk mengubah pola belajar siswa agar pada
saat
pembelajaran siswa aktif dalam mencari materi dan mempelajarinya
bersama
kelompok masing-masing. Diharapkan dengan pola belajar NHT
(Numbered
Head Together) akan berpengaruh pada peningkatkan hasil belajar
siswa.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) juga
tepat
digunakan mengingat pada kurikulum yang berlaku di SMK Negeri 1
Tengaran
adalah kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013 siswa dituntut aktif
dan kreatif
serta peran guru dalam pembelajaran sebagai fasilitator. Dengan
demikian
metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together)
dirasa
tepat digunakan dalam penelitian ini.
-
3
2. Kajian Pustaka
Hasil penelitian terdahulu memaparkan bahwa berdasarkan
hasil
tindakan dan data yang diperoleh dari tes hasil belajar pada
siklus I dan siklus II
dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum bahwa penerapan
Model
Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan
hasil belajar
siswa kelas XA SMA Negeri 1 Beduai, Kabupaten Sanggau, sedangkan
secara
khusus sebagai berikut. Hasil belajar siswa kelas XA sebelum
dilaksanakan
tindakan dengan Model Kooperatif Numbered Heads Together (NHT)
dapat
dikatakan sangat rendah, tidak ada satu siswa yang tuntas
dilihat dari post test
yang diberikan pada saat pratindakan. Nilai minimal yang
diperoleh siswa 20,
dan nilai maksimal yang diperoleh siswa 48 dari KKM yang
ditetapkan, yaitu
70. Hasil belajar siswa kelas XA sesudah dilaksanakan tindakan
dengan Model
Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan
hasil belajar.
Hal ini dapat dilihat dari nilai Post Test siswa setelah
dilaksanakan siklus 1 dan
siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus 2 indikator
keberhasilan
yang ditentukan dapat tercapai, sebanyak 20 siswa (54,82%) sudah
mencapai
ketuntasan dalam belajar, nilai minimal yang diperoleh siswa 64,
dan nilai
maksimal yang diperoleh siswa 90 dari KKM yang ditetapkan, yaitu
75 [5].
Penelian terdahulu yang kedua berjudul Studi Komparasi
Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Make a Match
(MM) Pada
Materi Koloid Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA
Negeri
Kebakkramat Tahun Pelajaran 2011/2012 menyatakan bahwa
menggunakan
metode Numbered Head Together (NHT) lebih baik daripada metode
Make a
Match (MM) pada materi koloid diukur dari aspek kognitif, dengan
nilai rata-
rata prestasi kognitif pada kelas yang menggungunakan metode NHT
adalah
63,33 dan kelas yang menggunakan metode MM adalah 57,78 dan
prestasi
belajar siswa kelas XI SMA Negeri Kebakkramat tahun pelajaran
2011/2012
menggunakan metode Numbered Head Together (NHT) lebih baik
daripada
metode Make a Match (MM) pada materi koloid diukur dari aspek
afektif,
dengan rata-rata nilai prestasi belajar aspek afektif pada kelas
yang
menggunakan metode NHT adalah 80,08 dan kelas yang menggunakan
metode
MM adalah 77,08 [6].
Belajar menurut teori kognitif adalah adanya perubahan persepsi
dan
pemahaman, tidak selalu dalam bentuk tingkah laku yang dapat
diamati dan
diukur. Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan
tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon
[7]. Belajar
adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi
lingkungan,
melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Timbulnya kapabilitas
adalah dari: (1) stimulus yang berasal dari lingkungan dan (2)
proses kognitif
yang dilakukan oleh pebelajar [8].
Hasil belajar adalah hasil yang didapatkan dari proses belajar.
Hasil
belajar merupakan ukuran keberhasil dari proses belajar. Hasil
belajar dapat
dijelaskan yakni menunjukkan suatu perolehan dari suatu
aktifitas atau proses
yang mengakibatkan perubahan input secara fungsional [9]. Dalam
penelitian ini
-
4
hasil belajar dikatakan peningkat apabila nilai siswa mencapai
KKM yakni
sudah mencapai ≥ 75.
Keaktifan dalam belajar adalah proses kegiatan belajar mengajar
yang
subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional,
sehingga subjek didik
betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan
kegiatan belajar
[10]. Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar
aktif. Dengan
belajar aktif salah satunya dengan diskusi memungkinkan siswa
memperoleh
pemahamn dan penguasan materi. Lingkungan fisik dalam kelas juga
dapat
mempengaruhi belajar aktif, salah satunya adalah tempat duduk.
[11]. Tempat
duduk yang tepat untuk metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head
Together)
adalah gaya tim, dimana satiap siswa duduk dengan
kelompoknyamasing-
masing.
Metode kooperatif itu sendiri terbagi dalam beberapa jenis,
empat
diantaranya adalah kelompok pembelajaran kooperatif formal,
kelompok
pembelajaran kooperatif informal, kelompok besar kooperatif, dan
gabungan
tiga kelompok kooperatif [12]. Pembelajaran kooperatif mempunyai
berbagai
macam pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil untuk
menyelesaikan tugas. Salah satu pembuatan pembelajaran
kooperatif adalah
untuk meningkatkan pencapaian prestasi pada siswa dan juga
akibat-akibat
positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar
kelompok,
penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah akademik dan
meningkatkan
rasa percaya diri [13]. Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk
mencapai tiga hal penting, yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan sosial [14].
NHT (Numbered Head Together) adalah salah satu model
pembelajaran
kooperatif. Teknis pelaksanaannya hampir sama dengan diskusi
kelompok.
Pertama guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil,
masing-
masing anggota diberi nomor. Setelah diskusi selesai guru
memanggil nomor
secara acak dan memberi pertanyaan. Pemanggilan nomor secara
acak ini
akan memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi
[15].
Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together)
terdiri dari :
(1) Penomoran (numbering) pada tahap ini guru membagi peserta
didik
menjadi beberapa kelompok dan memberi nomor yang berbeda pada
setiap
anggota kelompok, (2) Pengajuan pertanyaan (questioning) tahap
ini guru
mengajukan pertanyaan pada peserta didik, (3) Berpikir bersama
(head
together)pada tahap ini peserta didik berpikir bersama atau
diskusi
menyelesaikan tugas yang diberikan dari guru, (4) Pemberian
jawaban
(Answering) pada tahap ini siswa yang ditunjuk menjawab
pertanyaan yang
diberikan dari guru [16].
-
5
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu berupa
angka-angka
yang datanya akan dianalisis menggunakan statistik. Metode
penelitian yang
digunakan adalah Quasi Experimental Design. Bentuk desain yang
digunakan
adalah Nonequivalent Control Group Design [17]. Bentuk desain
dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 1 Nonequivalent Control Group Design
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 - O4
Keterangan :
O1 : Pretest kelompok eksperimen sebelum diberikan
perlakuan.
O2 : Posttest kelompok eksperimen setelah diberikan
perlakuan.
O3 : Pretest kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan.
O4 : Posttest kelompok kontrol.
X : Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tengaran. Alamat
sekolah
ini adalah di Jl. Darun Na’im Karangduren Kecamatan Tengaran
Kabupaten
Semarang. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa
jurusan Rekayasa
Perangkat Lunak kelas XI di SMK Negeri 1 Tengaran. Yang
dijadikan sampel
sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas XIRPL3 dan XIRPL4.
Penentuan
sampel menggunakan teknik Sampling Purpose yaitu penentuan
sampel dengan
pertimbangan tertentu, kelas ini dijadikan sampel dengan alasan
pada kedua
kelas ini siswa mempunyai kemampuan yang heterogen.
Masing-masing kelas
berjumlah 38 orang siswa.
Dalam penelitian ini terdapat dua variable yang diteliti yang
dibedakan
menjadi dua kategori yaitu variabel independen dan variabel
dependen.
Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai
berikut :
1) Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered
Head Together) sebagai variabel independen dimaksudkan sebagai
upaya-upaya yang diberikan kepada siswa untuk meningkatkan
pemahamannya terhadap mata pelajaran pemrograman dasar (X).
Variabel ini diukur melalui beberapa indikator, diantaranya :
keaktifan
siswa dalam mengikuti pelajaran pemrograman dasar, tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan guru.
2) Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
pemrograman dasar (Y) sebagai variabel dependen dimaksudkan sebagai
seberapa
besar pemahaman siswa terhadap mata pelajaran pemrograman
dasar
setelah menggunakan metode NHT (Numbered Head Together).
Varibel ini dapat diukur melalui nilai tes yang diberikan kepada
siswa
setelah menerima materi
-
6
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan membandingkan antara
kelas
eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe
NHT (Numbered Head Together) dengan kelas kontrol yang hanya
menggunakan model pembelajaran konvensional, kedua kelas
dievaluasi untuk
melihat peningkatan hasil belajar. Penelitian difokuskan pada
mata pelajaran
pemrograman dasar kelas XI dan metode pembelajaran kooperatif
tipe NHT
(Numbered Head Together. Berikut adalah alur penelitian yang
dilakukan:
Gambar 1 Alur Pelaksanaan Penelitian
Pada gambar 1 dijelaskan bahwa tahap awal adalah identifikasi
masalah
dan tujuan penelitian. Identifikasi masalah dapat dilakukan
dengan observasi dan
wawancara. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui proses
pembelajaran yang
selama ini berlangsung. Tahap kedua adalah kajian pustaka, tahap
ini digunakan
untuk mencari solusi yang tepat untuk masalah yang sudah
ditemukan pada
tahap pertama. Tahap ketiga adalah perangkat pembelajaran yang
terdiri dari
Rencana Proses Pembelajaran (RPP) yang digunakan untuk kelas
eksperimen
yang isinya disesuaikan dengan proses pembelajaran kooperatif
tipe NHT
(Numbered Head Together) dan instrument penelitian untuk kedua
kelas. Tahap
keempat adalah pemberian pretest pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Pretest digunakan untuk mengetahui hasil belajar awal sebelum
diberi tindakan.
Tahap kelima adalah pemberian perlakuan pada kelas eksperimen.
Pada
kelas eksperimen diberi perlakuan yakni dengan menggunakan
metode
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together), untuk
kelas
-
7
kontrol dilakukan proses pembelajaran seperti biasa yakni dengan
pembelajaran
konvensional. Tahap keenam pemberian posttest pada kelas
eksperimen dan
kelas kontrol. Tahap ini berguna untuk mengetahui hasil belajar
siswa setelah
diberi tindakan dan akan dibandingkan antara kelas eksperimen
yang
menggunakan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together)
dengan
kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Tahap
ketujuh adalah
pengolahan data, tahap ini digunakan untuk mengolah data yang
sudah didapat
dan akan dibandingkan. Tahap terakhir adalah pembahasan hasil
penelitian dan
selanjutnya akan ditarik kesimpulan apakah ada peningkatan hasil
belajar
dengan menggunakan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head
Together).
Desain strategi pelaksanaan adalah dengan merancang
Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan alur pembelajarannya untuk
kelas
eksperimen. Berikut adalah alur pelaksanaan NHT (Numbered Head
Together) :
Gambar 2 Alur Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)
Pada gambar 2 dijelaskan bahwa proses pembelajaran kooperatif
tipe
NHT (Numbered Head Together) yang dilakukan pertama adalah
membentuk
siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang
siswa dan
setiap siswa diberi nomor kepala. Tugas guru di sini adalah
memberikan sub
materi dan tugas yang akan didiskusikan setiap kelompok dan
memandu
berjalannya diskusi. Materi yang dibahas meliputi materi operasi
aritmatika dan
operasi logika juga setiap kelompok membuat satu contoh program
C++ yang di
dalamnya terdapat operasi aritmatika dan logika dengan
menggunakan aplikasi
Code Block. Setelah sesi diskusi selesai guru memberikan
pertanyaan dengan
menunjuk nomor siswa dari setiap kelompok secara acak. Siswa
menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sesi yang selanjutnya
adalah presentasi
dari setiap kelompok. Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi
dan juga
menunjukkan satu program yang sudah dibuat. Setelah presentasi
semua
kelompok selesai, guru memberikan kesimpulan dan menutup
pembelajaran.
Pada pembelajaran ini tidak ada pembagian waktu untuk materi
teori dan materi
-
8
praktek. Jadi jam pelajaran yang ada digunakan untuk mengerjakan
tugas
praktek sekaligus membahas teorinya.
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas
eksperimen
juga dibuat sesuai dengan alur pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered
Head Together). Dalam proses pembelajaran dengan metode NHT
(Numbered
Head Together) kegiatan inti pembelajaran lebih banyak untuk
berdiskusi. Siswa
diajarkan aktif dalam belajar dengan mencari dan mengolah materi
dengan
memanfaatkan internet. Siswa juga belajar bersosialisasi dan
juga belajar bekerja
sama dengan baik. Pada sesi pertanyaan, di sini siswa diajarkan
bertanggung
jawab pada tugas yang sudah diberikan, karena guru akan
memberikan
pertanyaan secara acak sesuai nomor kepala yang dipanggil. Yang
terakhir
adalah sesi presentasi, siswa akan belajar bagaimana
menyampaikan informasi
dengan baik dan benar.
Berikut adalah perbedaan pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol
dan pembelajaran kooperatif pada kelas eksperimen. Perbedaan ini
terdapat pada
strategi dan metode yang ada pada Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
Berikut adalah penyajian dalam tabel :
Tabel 2 Perbedaan Pembelajaran Konvensional dan Kooperatif
LANGKAH PEMBELAJARAN
Konvensional Kooperatif
Kegiatan awal
Guru membuka pembelajaran dengan :
doa, presensi dan menyampaikan
tujuan belajar
Kegiatan awal
Guru membuka pembelajaran
dengan: doa, apresepsi dan
motivasi
Kegiatan inti
Guru menjelaskan materi,
memberikan pertanyaan, memberikan
contoh pembuatan program dan
diikuti siswa.
Kegiatan inti
Guru membentuk kelompok,
memberikan sub materi, siswa
berdiskusi dan membuat satu contoh
program, guru memberi pertanyaan dan
siswa menjawab
Kegiatan Akhir
Guru memberi umpan balik menutup
pembelajaran
Kegiatan akhir
Guru memberi umpan balik dan
menutup pembelajaran
Dari tabel 2 dapat dilihat perbedaan yang terdapat pada dua
Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Perbedaan pertama pada strategi
dan metode,
pada kelas konvensional menggunakan strategi konvensional dengan
metode
ceramah dan praktek, sedangkan untuk kelas kooperatif
menggunakan strategi
kooperatif dengan metode diskusi dan praktek. Perbedaan yang
kedua adalah
pada kegiatan pembelajaran. Pada pembelajaran konvensional
kegiatan awal
guru hanya memberikan tujuan pembelajarannya, sedangkan pada
pembelajaran
kooperatif guru memberikan apresepsi dan motivasi untuk
berdiskusi dengan
baik dan benar. Pada pembelajaran konvensional pembelajaran inti
guru
berceramah menjelaskan materi dan memberikan contoh program,
sedangkan
pada pembelajaran kooperatif guru menjadi fasilitator selama
berjalannya
-
9
pembelajaran. Yang terakhir pada penutup untuk kedua
pembelajaran ini sama,
guru memberikan umpan balik dan menutup pembelajaran. Perbedaan
juga
terdapat pada pembagian waktu untuk materi teori dan materi
praktek. Mata
pelajaran pemrograman dasar mempunyai waktu dua jam pelajaran,
pada
pembelajaran konvensional jam pertama digunakan untuk materi
teori dan jam
kedua digunakan untuk materi praktek.
Instrumen yang digunakan adalah observasi, soal tes
pretest-posttest
buatan guru, dokumentasi dan wawancara. Observasi digunakan
untuk
mengetahui mengamati pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran
yang
dilakukan oleh siswa siswa selama proses pembelajaran di kelas,
wawancara
digunakan untuk mengetahui pembelajaran yang berlangsung dari
guru dan
siswa, soal pretest-posttest digunakan untuk mengetahui
perbandingan hasil
belajar siswa, dokumentasi digunakan untuk mengambil data
seperti silabus,
RPP, soal buatan guru, daftar siswa dan daftar nilai siswa.
Pengolahan nilai tes dilakukan dengan cara perhitungan
dengan
menggunakan aplikasi SPSS 16.0 untuk mengetahui uji beda antara
kelas
eksperimen dengan kelas kontrol. Pada perhitungan
Independent-Samples t test
langkah pertama adalah menentukan H0: tidak ada peningkatan
hasil belajar
siswa pada mata pelajaran pemrograman dasar setelah menggunakan
metode
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). H1:
adanya
peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pemrograman
dasar setelah
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered
Head
Together).
-
9
4. Hasil Pembahasan
Langkah pertama dalam penelitian ini adalah pengambilan nilai
pretest.
Pretest diberikan pada kedua kelas. Tujuan pretest adalah untuk
mengetahui
hasil awal siswa sebelum diberikan treatmen. Berikut adalah
hasil pretest dari
kedua kelas :
Tabel 3 Hasil Nilai Pretest
Kelas Jumlah siswa
tuntas Persentase
kelulusan Rata-rata
Nilai Keterangan
XIRPL3 6 15,9% 66,55 Tidak tercapai
XIRPL4 4 10,5% 63,05 Tidak tercapai
Dari tabel 3 dapat disimpulkan pada kelas XIRPL3 dan XIRPL4
belum
mencapai ketuntasan. Dari XIRPL3 ada enam siswa atau 15,9%
dengan rata-rata
nilai 66,55 dan XIRPL4 hanya ada empat siswa atau 10,5% dengan
rata0rata
nilai 63,05 dari 38 siswa yang nilainya diatas KKM. Dari kedua
kelas tersebut
dipilih kelas XIRPL4 sebagai kelas eksperimen dengan alasan
siswa yang nilai
di bawah KKM lebih tinggi dan rata-rata nilai lebih rendah
dibanding dengan
XIRPL3.
Selanjutnya pada pertemuan pertama di kelas eksperimen siswa
dijelaskan mengenai metode NHT (Numbered Head Together) dan
materi
pemrograman dasar menggunakan C++ dan aplikasi yang digunakan
adalah code
block. Pertemuan kedua yakni pada kelas eksperimen. Pada
pertemuan kedua
diberikan tindakan pada kelas eksperimen yakni proses
pembelajaran
menggunakan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together).
Berikut
adalah gambaran posisi pembelajaran kelas XIRPL4 (kelas
eksperimen) sebelum
diberikan metode koperatif tipe NHT (Numbered Head
Together):
Gambar 3 Posisi kelas kontrol (konvensional)
-
10
Pada gambar 3 pembelajaran sebelumnnya posisi guru berada di
depan
dan semua siswa duduk pada bangku masing-masing. Guru
menjelaskan materi
dengan metode ceramah, dan siswa sebagai pendengar. Siswa yang
ingin
bertanya diberikan kesempatan dengan tunjuk tangan terlebih
dahulu. Berikut
adalah gambaran untuk pembelajaran dengan menggunakan metode
kooperatif
tipe NHT (Numbered Head Together):
Gambar 4 Posisi kelas eksperimen (kooperatif tipe NHT)
Pada gambar 4 proses belajar pada kelas eksperimen adalah
sebagai
berikut: (1) Pembagian kelompok. Dalam satu kelas dibagi menjadi
delapan
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa dan
setiap siswa dalam
satu kelompok mempunyai nomor kepala. Pembagian kelompok ini
diatur oleh
guru agar terbentuk kelompok yang heterogen sesuai dengan hasil
prestest
sebelumnya. (2) Pemberian materi atau tema tugas yang akan
dikerjakan oleh
setiap kelompok. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok,
siswa mencari
materi dan membuat satu program C++ dari internet yang sudah
disediakan oleh
sekolah. (3) Pemberian pertanyaan. Setelah semua siswa
menyelesaikan tugas
dengan waktu yang sudah diberikan maka selanjutnya adalah
pemberian
pertanyaan dari guru. Guru memanggil nomor siswa dari setiap
kelompok dan
siswa yang dipanggil nomornya menjawab pertanyaan yang diberikan
guru. (4)
Presentasi hasil program. Setiap kelompok mempresentasikan
program yang
sudah dibuat. (5) Penutup, guru membahas tugas yang sudah
diberikan dan
memberikan jawaban yang benar.
Selama kegiatan pembelajaran dilakukan observasi. Observasi
bertujuan
untuk mengetahui proses pembelajaran yang berlangsung. Observasi
dilakukan
di kelas XIRPL4 sebagai kelas eksperimen. Observasi dilakukan
dengan cara
mengisi lembar observasi yang sudah disediakan. Lembar observasi
diisi oleh
guru sesuai dengan keadaan saat pembelajaran berlangsung.
Berikut adalah hasil
observasi yang dilakukan di kelas eksperimen selama pembelajaran
berlangsung:
-
11
Tabel 4 Indikator Pelaksanaan Metode NHT
No Indikator Perlaksanaan
1
Numbering
Apersepsi tentang materi pemrograman
dasar Ya
2 Penyampaian model pembelajaran NHT
dan umpan balik serta cara penilaiannya Ya
3 Motivasi yaitu mengingatkan siswa untuk
bersungguh-sungguh untuk berdiskusi Ya
4
Membagi siswa menjadi 8 kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa,
masing-masing siswa diberi nomor kepala
Ya
5 Head together Memberikan tugas pada masing-masing
kelompok Ya
6 Questioning
Memanggil salah satu nomor untuk
menjawab pertanyaan sebagai laporan hasil
diskusi
Ya
7 Answering Memberikan umpan balik dengan cara
memberikan jawaban yang benar Ya
Sumber : Nanik (2008) [18]
Dari tabel 4 dapat dilihat dari tujuh indikator pelaksanaan
pembelajaran
NHT (Numbered Head Together) telah dilaksanakan tujuh indikator.
Pada
indikator numbering yang pertama dilaksanakan yaitu apersepsi
materi
pemrograman dasar, yang dimaksud apersepsi disini adalah guru
menyampaikan
tujuan pembelajaran yang bertujuan untuk memotifasi peserta
didik dengan
memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi
pemrograman dasar.
Yang kedua adalah menyampaikan model pembelajaran, guru
menjelaskan
langka-langkah pembelajaran metode NHT (Numbered Head Together),
umpan
balik dan penilainnya. Ketiga adalah motivasi, disini guru
memberikan motivasi
kepada peserta didik agar bersungguh-sungguh dalam bekerja
kelompok.
Keempat pembagian kelompok, guru membagi 38 siswa menjadi 8
kelompok,
satu kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa, setiap siswa dalam
kelompok
tersebut diberi nomor kepala. Pada indikator head together yakni
indikator
kelima adalah pemberian tugas, guru memberikan tugas pada setiap
kelompok
untuk dikerjakan secara diskusi. Indikator questioning adalah
memanggil nomor
siswa, setelah diskusi selesai guru memanggil nomor siswa dari
setiap kelompok
untuk diberi pertanyaan dan siswa menjawab. Indikator terakhir
adalah
answering yakni setelah siswa menjawab pertanyaan, guru
memberikan umpan
balik dengan memberikan jawaban yang benar. Dengan melakukan
observasi
dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan metode NHT (Numbered
Head
Together) dapat berjalan dengan baik.
Dari metode NHT (Numbered Head Together) yang diberikan di
kelas
XIRPL4 diharapkan siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.
Untuk
mengetahui keaktifan siswa guru mengamati berlangsungnya
pembelajaran
dengan mengisi lembar observasi yang sudah disediakan. Observasi
dilakukan di
kelas eksperimen (XIRPL4). Observasi terdiri dari indikator
keaktifan siswa
-
12
yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered
Head
Together). Berikut hasil observasi keaktifan siswa di kelas
eksperimen :
Tabel 5 Indikator Keaktifan Siswa
No Indikator Persentase
1 Numbering
Siswa memperhatikan guru saat memberikan apersepsi
tentang materi pemrograman dasar 86,6%
Siswa mengikuti arahan guru dalam membentuk
kelompok 100%
Siswa mengatur tempat duduk yang sesuai untuk
pembelajaran NHT 100%
Siswa mendapat nomor sebagai identitasnya 100%
2 Head
together
Setiap siswa dari masing-masing kelompok mencari
materi operasi aritmatika dan logika dari internet 89,4%
Setiap siswa dari masing-masing kelompok mencari
materi operasi aritmatika dan logika dari modul 78,9%
Setiap siswa dari masing-masing kelompok membuat
projek yang mengandung operasi aritmatika atau
logika
94,7%
3 Questioning
Siswa mempersiapkan jawaban yang benar untuk
pertanyaan yang diberikan dari guru 100%
Setiap kelompok meyakinkan anggota kelompoknya
memahami materi dan tugas yang sudah dibuat 100%
4 Answering
Siswa yang ditunjuk menjawab pertanyaan dari guru 97,3%
Anggota kelompok menambahkan jawaban dari
temannya setelah ditunjuk guru 81,5%
Rata-rata persentase 93,5%
Tabel 5 merupakan hasil observasi yang dilakukan selama
pembelajaran
kooperatif NHT berlangsung. Penilaian diambil oleh guru dengan
memberi cek
list pada setiap indikator dan pada semua siswa. Indikator
pertama adalah
numbering, pada indikator ini terbagi menjadi empat indikator
lagi untuk
mengetahui keaktifan yakni yang pertama adalah siswa
memperhatikan guru saat
memberikan apersepsi, 86,6% siswa sudah memperhatikan guru.
Indikator kedua
yakni siswa mengikuti arahan guru untuk membentuk kelompok, pada
indikator
ini seluruh siswa sudah mengikuti arahan guru untuk membentuk
kelompok.
Indikator ketiga adalah siswa mengatur tempat duduk yang sesuai
dengan
pembelajaran kooperatif NHT, seluruh siswa antusias untuk
mengatur tempat
duduk mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Indikator
keempat
yakni siswa mendapat nomor sebagai identitas, seluruh siswa pada
pembelajaran
NHT diberi nomor kepala dari guru.
Indikator yang kedua adalah head together, pada indikator ini
terbagi
menjadi tiga indikator untuk mengetahui keaktifan siswa pada
saat
pembelajaran. Indikator yang pertama dari head together adalah
setiap siswa
mencari materi dari internet, pada indikator ini terdapat 89,4%
siswa yang
mencari materi dari internet. Indikator kedua adalah setiap
siswa mencari materi
dari modul, pada indikator initerdapat 78,9% siswa yang mencari
materi dari
-
13
modul. Indikator ketiga adalah setiap siswa membuat projek yang
sudah
diberikan guru dengan masing-masing kelompoknya, pada indikator
ini terdapat
94,7% siswa yang mengerjakan projeknya dengan baik.
Indikator ketiga adalah questioning, pada indikator questioning
ini
terdapat dua indikator untuk mengetahui keaktifan siswa yakni
siswa
mempersiapkan jawaban yang benar untuk pertanyaan yang diberikan
dari guru
dan setiap kelompok meyakinkan anggota kelompoknya memahami
materi dan
tugas yang sudah dibuat. Pada indikator questioning seluruh
siswa
mempersiapkan jawaban yang benar dan meyakinkan anggota
kelompoknya
untuk memahami materi dan projek yang sudah dikerjakan.
Indikator keempat adalah answering pada indikator ini terdapt
dua
indikator untuk mengeahui keaktifan siswa yakni yang pertama
Siswa yang
ditunjuk menjawab pertanyaan dari guru, pada indikator ini
terdapat 97,3%
siswa yang dapat menjawab pertanyaan dari guru. Indikator yang
kedua pada
answering adalah anggota kelompok menambahkan jawaban dari
temannya
setelah ditunjuk guru, pada indikator ini terdapat 81,5% siswa
yang
menambahkan jawaban pada saat guru memberikan pertanyaan.
Total persentase keaktifan siswa pada kelas eksperimen sebesar
93,5%
masuk dalam kategori sangat baik. Hal ini disebabkan karena,
pada kelas
eksperimen yang diterapkan metode kooperatif tipe NHT (Numbered
Head
Together) membuat siswa lebih bersemangat mengikuti pembelajaran
karena ini
merupakan metode baru yang diterapkan. Metode ini juga dapat
memotivasi
siswa agar lebih bersungguh-sungguh dalam mempelajari materi
dengan cara
siswa diberi tugas untuk mencari materi sendiri dan membuat satu
contoh
program. Tugas yang diberikan juga tidak terlalu berat bagi
siswa karena tugas
tersebut diselesaikan bersama atau dipikirkan bersama. Metode
ini juga
memudahkan guru dalam memantau aktifitas siswa, karena siswa
dibentuk
dalam kelompok-kelompok kecil jadi guru dapat fokus pada
masing-masing
kelompok.
Tahap terakhir penelitian adalah pengadaan posttest. Guru
mengawali
pembelajaran dengan berdoa, memberi salam dan presensi siswa
untuk
mengecek kehadiran siswa. Setelah pertemuan sebelumnya
diterapkan
pembelajaran dengan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head
Together)
maka pertemuan ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa
yaitu dengan
memberikan posttest. Posttest dilakukan pada kelas eksperimen
(XIRPL4) dan
juga kelas kontrol (XIRPL3). Soal terdiri dari 15 butir soal
pilihan ganda. Guru
membagikan lembar soal dan lembar jawaban pada siswa. Siswa
diberi waktu
selama satu jam pelajaran untuk mengerjakan soal. Berikut adalah
hasil belajar
siswa dari nilai posttest :
Tabel 6 Hasil Nilai Posttest
Kelas Jumlah siswa
tuntas Persentase
kelulusan Rata-rata
Nilai Keterangan
XIRPL3 6 15,9% 70,11 Tidak tercapai
XIRPL4 32 84,2% 80,21 Tercapai
-
14
Dari tabel 6 dapat dijelaskan bahwa terdapat peningkatan hasil
belajar
yang signifikan pada kelas eksperimen (XIRPL4). Jumlah siswa
yang tuntas di
atas KKM terdapat 32 siswa, sedangkan pada kelas kontrol hanya
terdapat 6
siswa. Persentase kelulusan pada kelas eksperimen terdapat 84,2%
dengan rata-
rata nilai 80,21. Pada kelas kontrol persentase kelulusan 15,9%
dengan rata-rata
nilai 70,11.
Tujuan diterapkannya metode kooperatif tipe NHT (Numbered
Head
Together) pada kelas eksperimen adalah untuk meningkat hasil
belajar siswa.
Meningkatnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari penelitian
yang sudah
dilakukan. Berikut adalah perbedaan peningkatan hasil belajar
pada kelas
eksperimen dengan kelas kontrol:
Gambar 5 Perbedaan hasil belajar pretest-posttest pada kelas
kontrol dan eksperimen
Dari gambar 5 dapat dilihat peningkatan hasil belajar pada
kelas
eksperimen dan dibandingkan dengan kelas kontrol. Terdapat
peningkatan hasil
belajar yang signifikan pada kelas eksperimen. Peningkatan hasil
belajar siswa
pada kelas eksperimen dipengaruhi dari pola belajar siswa yang
lebih aktif atau
belajar aktif dalam mencari materi, mempelajari materi dan aktif
pada saat
mengerjakan projek yang diberikan dari guru.
-
15
5. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered
Head
Together) berpengaruh positif dan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan cara belajar siswa
yang lebih aktif.
Perubahan cara belajar siswa dapat dilihat dari hasil observasi
yang terdiri
dari beberapa indikator.
Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu kelas
eksperimen
84,2% > kelas kontrol 15,9%. Perhitungan rata-rata hasil
belajar siswa di
kelas kontrol meningkat dari hasil pretest dari 66,55 menjadi
70,11 akan
tetapi kenaikan lebih tinggi dan signifikan pada kelas
eksperimen dari nilai
pretest 63,05 meningkat pada hasil posttest menjadi 80,21.
Peningkatan hasil
belajar siswa dipengaruhi dari pola belajar siswa yang lebih
aktif, dapat
dilihat dari beberapa indikator yang dilakukan pada saat
obeservasi yakni
persentase keaktifan siswa pada kelas eksperimen adalah
93,5%.
Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
disarankan
penelitian selanjutnya dapat melaksanakan penelitian yang lebih
baik dengan
memperbaiki beberapa kekurangan yang ada. Penelitian selanjutnya
dapt
menambahkan media belajar agar pembelajran semakin inovatif.
-
16
5. Daftar Pustaka
[1] Atmoko, Beni, Tri. 2013. Pengaruh Prestasi Belajar Mata
Pelajaran Adaptif Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Prestasi Belajar Mata Pelajaran Produktif Siswa Jurusan TITL
Smk Negeri 1 Magelang
[2] Slavin, Robert, E. 2005. Cooperative Learning: theory,
research and practice,Terj. Narulita Yusron, Bandung: Nusa
Media
[3] Nanik Wijayati, Ika Kusumawati dan Titik Kushandayani.
2008.
Penggunaan Model Pembelajaran Numbered Heads Together
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia. Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 2, hlm 281-286
[4] Ersanghono Kusuma, Nanik Wijayati dan Langgeng Setyo
Wibowo. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht Berbasis
Savi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan
Laju Reaksi. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1,
hlm 216-223
[5] Jamalong, Ahmad. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Melalui Model Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) di
Kelas X SMA Negeri 1 Beduai Kabupaten Sanggau. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4
[6] Mustika Purnamasari, J.S Sukardjo, Agung Nugroho C.S.
2013.
Studi Komparasi Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Numbered Head Together) dan Make A Match (MM) Pada
Materi koloid Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA
Negeri Kebakkramat. Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 1
[7] Budiningsih. G.Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta:
Rineka Cipta
[8] Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta
[9] Komara, Sakinah. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Pair Checks Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa
[10] Sudjana, Nana. 2000. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam
proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
[11] Siberman, Melvin L. 2011. Active Learning 101 Cara
Belajar
Siswa Aktif, Terj. Raisul Muttaqien, Bandung: Nuansa
[12] Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
[13] Slavin. Robert, E. 2005. Cooperative Learning: theory,
research and practice,Terj. Narulita Yusron, Bandung: Nusa
Media
[14] Setiyawan, Candra, Alim dan A.H, Budihrdjo. 2014.
Penerapan
Permainan Bingo Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
-
17
NHT (Numbered Head Together) Pada Mata Pelajaran Alat
Ukur di SMK Antartika 1 Sidoarjo. JPTM, Vol 3 Nomor, 1 – 9
[15] Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
[16] Kawuwung, Femmy. 2011. Profil Guru, Pemahaman
Kooperatif Nht, Dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Di
Smp Kabupaten Minahasa Utara. El-Hayah Vol. 1, No.4
[17] Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed
Methods). Bandung: Alfabeta
[18] Nanik Wijayati, Ika Kusumawati dan Titik Kushandayani.
2008.
Penggunaan Model Pembelajaran Numbered Heads Together
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia. Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 2, hlm 281-286