Top Banner
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pemrograman Dasar dengan Metode Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) (Studi Kasus SMK Negeri 1 Tengaran) Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer Peneliti: Dhana Eriyana (702010033) Dr. Dharmaputra T. Palekahelu, M.Pd. Radius Tanone, S.Kom, MCs. Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen SatyaWacana Salatiga Januari 2015
26

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran ......Di SMK Negeri 1 Tengaran juga terdapat mata pelajaran produktif untuk jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. Salah satu mata pelajaran

Feb 20, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

    Pada Mata Pelajaran Pemrograman Dasar dengan Metode

    Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)

    (Studi Kasus SMK Negeri 1 Tengaran)

    Artikel Ilmiah

    Diajukan kepada

    Fakultas Teknologi Informasi

    untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer

    Peneliti:

    Dhana Eriyana (702010033)

    Dr. Dharmaputra T. Palekahelu, M.Pd.

    Radius Tanone, S.Kom, MCs.

    Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen SatyaWacana

    Salatiga

    Januari 2015

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

  • 1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer,

    Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

    MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

    PADA MATA PELAJARAN PEMROGRAMAN DASAR

    DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE NHT

    (Numbered Head Together)

    (Studi Kasus SMK Negeri 1 Tengaran)

    1) Dhana Eriyana 2) Dr. Dharmaputra T Palekahelu, M.Pd 2) Radius Tanone, S.Kom, M.Cs

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

    Email: 1)[email protected] 2)[email protected] 2)[email protected]

    Abstract

    The problem in this research is student learning difficulties in basic programming

    lessons. Learning methods used are conventional in which the teacher as lecturer and students in

    the audience, with the methods students are less active in the following study. The students

    learning difficulties can be seen by the lower result of the student. The purpose of the result is to

    improve is to improve student achievement by using cooperative method NHT (Numbered Head

    Together) type. This research use a Quasi-experimental (Nonequivalent Control Group Design).

    At NHT learning the teacher acts as a facilitator and students work in small groups to complete

    the assigned task of the teacher. The result finding shows that by using that method can improve

    the student achievement. It can be concluded learning method can influense student’s way of

    learning and the student achivement.

    Key words : Learning difficulties, Cooperative Learning NHT (Numbered Head Together,

    Student Achievement.

    Abstrak

    Masalah yang ada pada penelitian ini adalah kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran

    pemrograman dasar. Metode pembelajaran yang biasa digunakan adalah konvensional dimana

    guru sebagai penceramah dan siswa sebagai pendengar, dengan metode tersebut siswa kurang

    aktif dalam mengikuti pembelajaran. Kesulitan belajar siswa dapat dilihat dari rendahnya hasil

    belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan

    menggunakan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Pada pembelajaran

    NHT maka guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok

    kecil untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dari guru. Penelitian ini menggunakan kuasi

    eksperimen Nonequivalent Control Group Design. Hasil penelitian yang telah dilakukan

    menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran tipe NHT (Numbered Head

    Together) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

    metode pembejaran yang digunakan dapat mempengaruhi cara belajar siswa juga hasil belajar

    siswa.

    Kata kunci : Kesulitan belajar, Metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together), hasil

    belajar.

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • 2

    1. Pendahuluan Mata pelajaran produktif adalah mata pelajaran keahlian yang khusus

    diberikan kepada peserta didik sesuai dengan jurusannya untuk memberikan

    keterampilan teknologi. Tujuan diberikan mata pelajaran produktif adalah untuk

    pembekalan keterampilan agar setelah lulus siswa siap terjun ke dunia kerja

    sebagai tenaga profesional [1]. Di SMK Negeri 1 Tengaran juga terdapat mata

    pelajaran produktif untuk jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. Salah satu mata

    pelajaran produktif yang terdapat pada jurusan Rekayasa Perangkat Lunak

    adalah pemrograman dasar. Menurut silabus yang digunakan di SMK Negeri 1

    Tengaran mata pelajaran pemrograman dasar diberikan di kelas X dan XI.

    Dari hasil observasi di SMK Negeri 1 Tengaran yang dilakukan pada

    siswa jurusan Rekayasa Perangkat Lunak kelas XI terdapat masalah yang

    dihadapi oleh siswa adalah rendahnya pemahaman siswa terhadap mata

    pelajaran pemrograman dasar. Siswa kurang memahami materi yang diberikan

    oleh guru dan siswa merasa sulit mempelajari mata pelajaran tersebut. Kendala

    lainnya adalah siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran. Rendahnya

    pemahaman yang dialami oleh siswa dapat dilihat dari hasil belajar. Terdapat

    58% siswa yang nilainya masih di bawah KKM. KKM yang diterapkan oleh

    sekolah adalah nilai bisa mencapai ≥ 75.

    Metode pembelajaran yang biasa digunakan adalah metode konvensional

    dimana guru menerangkan materi dan siswa sebagai pendengar. Dengan metode

    konvensional siswa terlihat kurang aktif mengikuti pembelajaran. Dari

    wawancara yang dilakukan dengan siswa, siswa mengemukakan bahwa dengan

    metode konvensional terkadang siswa merasa jenuh dan sulit menerima materi

    yang diberikan.

    Dari masalah yang ada dibutuhkan metode pembelajaran dimana siswa

    harus lebih aktif pada saat pembelajaran. Berdasarkan wawancara dengan guru

    pengampu pada mata pelajaran pemrograman dasar siswa harus memahami

    dasar-dasar materi yang dipelajari, dengan penguasaan materi siswa dapat

    mengerjakan projek pada saat praktikum. Upaya yang diberikan adalah dengan

    memberikan metode pembelajaran dimana siswa dituntut aktif pada saat

    pembelajaran. Merode yang dipilih adalah metode kooperatif. Metode kooperatif

    adalah metode pembelajaran dimana siswa bekerja kelompok, membantu satu

    sama lain untuk mempelajari materi pelajaran [2].

    Metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) adalah salah

    satu model pembelajaran yang identik dengan kerja kelompok. Dengan begitu

    siswa akan belajar aktif dan termotivasi dalam belajar [3]. Tipe NHT (Numbered

    Heads Together) yang dikenal sebagai “Kepala Bernomor” merupakan suatu

    istilah dalam pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk menunjukkan

    adanya penomoran pada anggota kelompok [4]. Metode NHT (Numbered Heads

    Together) dapat mengubah pola belajar siswa selama mengikuti pembelajaran,

    dimana sebelumnya pada saat pembelajaran konvensional siswa sebagai

    pendengar dan pada saat pemebelajaran NHT (Numbered Heads Together) siswa

    harus aktif dalam berdiskusi bersama kelompoknya masing-masing, aktif

    mencari materi dari internet maupun modul, dan aktif pada saat tanya jawab

    dengan guru.

  • 3

    Tujuan diberikan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head

    Together) ini adalah untuk mengubah pola belajar siswa agar pada saat

    pembelajaran siswa aktif dalam mencari materi dan mempelajarinya bersama

    kelompok masing-masing. Diharapkan dengan pola belajar NHT (Numbered

    Head Together) akan berpengaruh pada peningkatkan hasil belajar siswa.

    Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) juga tepat

    digunakan mengingat pada kurikulum yang berlaku di SMK Negeri 1 Tengaran

    adalah kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013 siswa dituntut aktif dan kreatif

    serta peran guru dalam pembelajaran sebagai fasilitator. Dengan demikian

    metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dirasa

    tepat digunakan dalam penelitian ini.

  • 3

    2. Kajian Pustaka

    Hasil penelitian terdahulu memaparkan bahwa berdasarkan hasil

    tindakan dan data yang diperoleh dari tes hasil belajar pada siklus I dan siklus II

    dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum bahwa penerapan Model

    Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar

    siswa kelas XA SMA Negeri 1 Beduai, Kabupaten Sanggau, sedangkan secara

    khusus sebagai berikut. Hasil belajar siswa kelas XA sebelum dilaksanakan

    tindakan dengan Model Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dapat

    dikatakan sangat rendah, tidak ada satu siswa yang tuntas dilihat dari post test

    yang diberikan pada saat pratindakan. Nilai minimal yang diperoleh siswa 20,

    dan nilai maksimal yang diperoleh siswa 48 dari KKM yang ditetapkan, yaitu

    70. Hasil belajar siswa kelas XA sesudah dilaksanakan tindakan dengan Model

    Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar.

    Hal ini dapat dilihat dari nilai Post Test siswa setelah dilaksanakan siklus 1 dan

    siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus 2 indikator keberhasilan

    yang ditentukan dapat tercapai, sebanyak 20 siswa (54,82%) sudah mencapai

    ketuntasan dalam belajar, nilai minimal yang diperoleh siswa 64, dan nilai

    maksimal yang diperoleh siswa 90 dari KKM yang ditetapkan, yaitu 75 [5].

    Penelian terdahulu yang kedua berjudul Studi Komparasi Pembelajaran

    Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Make a Match (MM) Pada

    Materi Koloid Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri

    Kebakkramat Tahun Pelajaran 2011/2012 menyatakan bahwa menggunakan

    metode Numbered Head Together (NHT) lebih baik daripada metode Make a

    Match (MM) pada materi koloid diukur dari aspek kognitif, dengan nilai rata-

    rata prestasi kognitif pada kelas yang menggungunakan metode NHT adalah

    63,33 dan kelas yang menggunakan metode MM adalah 57,78 dan prestasi

    belajar siswa kelas XI SMA Negeri Kebakkramat tahun pelajaran 2011/2012

    menggunakan metode Numbered Head Together (NHT) lebih baik daripada

    metode Make a Match (MM) pada materi koloid diukur dari aspek afektif,

    dengan rata-rata nilai prestasi belajar aspek afektif pada kelas yang

    menggunakan metode NHT adalah 80,08 dan kelas yang menggunakan metode

    MM adalah 77,08 [6].

    Belajar menurut teori kognitif adalah adanya perubahan persepsi dan

    pemahaman, tidak selalu dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan

    diukur. Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku

    sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon [7]. Belajar

    adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan,

    melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Timbulnya kapabilitas

    adalah dari: (1) stimulus yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kognitif

    yang dilakukan oleh pebelajar [8].

    Hasil belajar adalah hasil yang didapatkan dari proses belajar. Hasil

    belajar merupakan ukuran keberhasil dari proses belajar. Hasil belajar dapat

    dijelaskan yakni menunjukkan suatu perolehan dari suatu aktifitas atau proses

    yang mengakibatkan perubahan input secara fungsional [9]. Dalam penelitian ini

  • 4

    hasil belajar dikatakan peningkat apabila nilai siswa mencapai KKM yakni

    sudah mencapai ≥ 75.

    Keaktifan dalam belajar adalah proses kegiatan belajar mengajar yang

    subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga subjek didik

    betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar

    [10]. Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Dengan

    belajar aktif salah satunya dengan diskusi memungkinkan siswa memperoleh

    pemahamn dan penguasan materi. Lingkungan fisik dalam kelas juga dapat

    mempengaruhi belajar aktif, salah satunya adalah tempat duduk. [11]. Tempat

    duduk yang tepat untuk metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together)

    adalah gaya tim, dimana satiap siswa duduk dengan kelompoknyamasing-

    masing.

    Metode kooperatif itu sendiri terbagi dalam beberapa jenis, empat

    diantaranya adalah kelompok pembelajaran kooperatif formal, kelompok

    pembelajaran kooperatif informal, kelompok besar kooperatif, dan gabungan

    tiga kelompok kooperatif [12]. Pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai

    macam pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

    menyelesaikan tugas. Salah satu pembuatan pembelajaran kooperatif adalah

    untuk meningkatkan pencapaian prestasi pada siswa dan juga akibat-akibat

    positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok,

    penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah akademik dan meningkatkan

    rasa percaya diri [13]. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

    mencapai tiga hal penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap

    keragaman, dan pengembangan sosial [14].

    NHT (Numbered Head Together) adalah salah satu model pembelajaran

    kooperatif. Teknis pelaksanaannya hampir sama dengan diskusi kelompok.

    Pertama guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil, masing-

    masing anggota diberi nomor. Setelah diskusi selesai guru memanggil nomor

    secara acak dan memberi pertanyaan. Pemanggilan nomor secara acak ini

    akan memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi [15].

    Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) terdiri dari :

    (1) Penomoran (numbering) pada tahap ini guru membagi peserta didik

    menjadi beberapa kelompok dan memberi nomor yang berbeda pada setiap

    anggota kelompok, (2) Pengajuan pertanyaan (questioning) tahap ini guru

    mengajukan pertanyaan pada peserta didik, (3) Berpikir bersama (head

    together)pada tahap ini peserta didik berpikir bersama atau diskusi

    menyelesaikan tugas yang diberikan dari guru, (4) Pemberian jawaban

    (Answering) pada tahap ini siswa yang ditunjuk menjawab pertanyaan yang

    diberikan dari guru [16].

  • 5

    3. Metode Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu berupa angka-angka

    yang datanya akan dianalisis menggunakan statistik. Metode penelitian yang

    digunakan adalah Quasi Experimental Design. Bentuk desain yang digunakan

    adalah Nonequivalent Control Group Design [17]. Bentuk desain dapat dilihat

    pada tabel berikut :

    Tabel 1 Nonequivalent Control Group Design

    Kelas Pretest Perlakuan Posttest

    Eksperimen O1 X O2

    Kontrol O3 - O4

    Keterangan :

    O1 : Pretest kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan.

    O2 : Posttest kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan.

    O3 : Pretest kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan.

    O4 : Posttest kelompok kontrol.

    X : Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen

    Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tengaran. Alamat sekolah

    ini adalah di Jl. Darun Na’im Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten

    Semarang. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa jurusan Rekayasa

    Perangkat Lunak kelas XI di SMK Negeri 1 Tengaran. Yang dijadikan sampel

    sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas XIRPL3 dan XIRPL4. Penentuan

    sampel menggunakan teknik Sampling Purpose yaitu penentuan sampel dengan

    pertimbangan tertentu, kelas ini dijadikan sampel dengan alasan pada kedua

    kelas ini siswa mempunyai kemampuan yang heterogen. Masing-masing kelas

    berjumlah 38 orang siswa.

    Dalam penelitian ini terdapat dua variable yang diteliti yang dibedakan

    menjadi dua kategori yaitu variabel independen dan variabel dependen.

    Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

    1) Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) sebagai variabel independen dimaksudkan sebagai

    upaya-upaya yang diberikan kepada siswa untuk meningkatkan

    pemahamannya terhadap mata pelajaran pemrograman dasar (X).

    Variabel ini diukur melalui beberapa indikator, diantaranya : keaktifan

    siswa dalam mengikuti pelajaran pemrograman dasar, tingkat

    pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan guru.

    2) Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pemrograman dasar (Y) sebagai variabel dependen dimaksudkan sebagai seberapa

    besar pemahaman siswa terhadap mata pelajaran pemrograman dasar

    setelah menggunakan metode NHT (Numbered Head Together).

    Varibel ini dapat diukur melalui nilai tes yang diberikan kepada siswa

    setelah menerima materi

  • 6

    Penelitian ini dilakukan dengan tujuan membandingkan antara kelas

    eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

    NHT (Numbered Head Together) dengan kelas kontrol yang hanya

    menggunakan model pembelajaran konvensional, kedua kelas dievaluasi untuk

    melihat peningkatan hasil belajar. Penelitian difokuskan pada mata pelajaran

    pemrograman dasar kelas XI dan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT

    (Numbered Head Together. Berikut adalah alur penelitian yang dilakukan:

    Gambar 1 Alur Pelaksanaan Penelitian

    Pada gambar 1 dijelaskan bahwa tahap awal adalah identifikasi masalah

    dan tujuan penelitian. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan observasi dan

    wawancara. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran yang

    selama ini berlangsung. Tahap kedua adalah kajian pustaka, tahap ini digunakan

    untuk mencari solusi yang tepat untuk masalah yang sudah ditemukan pada

    tahap pertama. Tahap ketiga adalah perangkat pembelajaran yang terdiri dari

    Rencana Proses Pembelajaran (RPP) yang digunakan untuk kelas eksperimen

    yang isinya disesuaikan dengan proses pembelajaran kooperatif tipe NHT

    (Numbered Head Together) dan instrument penelitian untuk kedua kelas. Tahap

    keempat adalah pemberian pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

    Pretest digunakan untuk mengetahui hasil belajar awal sebelum diberi tindakan.

    Tahap kelima adalah pemberian perlakuan pada kelas eksperimen. Pada

    kelas eksperimen diberi perlakuan yakni dengan menggunakan metode

    pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together), untuk kelas

  • 7

    kontrol dilakukan proses pembelajaran seperti biasa yakni dengan pembelajaran

    konvensional. Tahap keenam pemberian posttest pada kelas eksperimen dan

    kelas kontrol. Tahap ini berguna untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah

    diberi tindakan dan akan dibandingkan antara kelas eksperimen yang

    menggunakan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dengan

    kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Tahap ketujuh adalah

    pengolahan data, tahap ini digunakan untuk mengolah data yang sudah didapat

    dan akan dibandingkan. Tahap terakhir adalah pembahasan hasil penelitian dan

    selanjutnya akan ditarik kesimpulan apakah ada peningkatan hasil belajar

    dengan menggunakan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together).

    Desain strategi pelaksanaan adalah dengan merancang Rancangan

    Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan alur pembelajarannya untuk kelas

    eksperimen. Berikut adalah alur pelaksanaan NHT (Numbered Head Together) :

    Gambar 2 Alur Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)

    Pada gambar 2 dijelaskan bahwa proses pembelajaran kooperatif tipe

    NHT (Numbered Head Together) yang dilakukan pertama adalah membentuk

    siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa dan

    setiap siswa diberi nomor kepala. Tugas guru di sini adalah memberikan sub

    materi dan tugas yang akan didiskusikan setiap kelompok dan memandu

    berjalannya diskusi. Materi yang dibahas meliputi materi operasi aritmatika dan

    operasi logika juga setiap kelompok membuat satu contoh program C++ yang di

    dalamnya terdapat operasi aritmatika dan logika dengan menggunakan aplikasi

    Code Block. Setelah sesi diskusi selesai guru memberikan pertanyaan dengan

    menunjuk nomor siswa dari setiap kelompok secara acak. Siswa menjawab

    pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sesi yang selanjutnya adalah presentasi

    dari setiap kelompok. Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi dan juga

    menunjukkan satu program yang sudah dibuat. Setelah presentasi semua

    kelompok selesai, guru memberikan kesimpulan dan menutup pembelajaran.

    Pada pembelajaran ini tidak ada pembagian waktu untuk materi teori dan materi

  • 8

    praktek. Jadi jam pelajaran yang ada digunakan untuk mengerjakan tugas

    praktek sekaligus membahas teorinya.

    Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen

    juga dibuat sesuai dengan alur pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

    Head Together). Dalam proses pembelajaran dengan metode NHT (Numbered

    Head Together) kegiatan inti pembelajaran lebih banyak untuk berdiskusi. Siswa

    diajarkan aktif dalam belajar dengan mencari dan mengolah materi dengan

    memanfaatkan internet. Siswa juga belajar bersosialisasi dan juga belajar bekerja

    sama dengan baik. Pada sesi pertanyaan, di sini siswa diajarkan bertanggung

    jawab pada tugas yang sudah diberikan, karena guru akan memberikan

    pertanyaan secara acak sesuai nomor kepala yang dipanggil. Yang terakhir

    adalah sesi presentasi, siswa akan belajar bagaimana menyampaikan informasi

    dengan baik dan benar.

    Berikut adalah perbedaan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol

    dan pembelajaran kooperatif pada kelas eksperimen. Perbedaan ini terdapat pada

    strategi dan metode yang ada pada Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

    Berikut adalah penyajian dalam tabel :

    Tabel 2 Perbedaan Pembelajaran Konvensional dan Kooperatif

    LANGKAH PEMBELAJARAN

    Konvensional Kooperatif

    Kegiatan awal

    Guru membuka pembelajaran dengan :

    doa, presensi dan menyampaikan

    tujuan belajar

    Kegiatan awal

    Guru membuka pembelajaran

    dengan: doa, apresepsi dan

    motivasi

    Kegiatan inti

    Guru menjelaskan materi,

    memberikan pertanyaan, memberikan

    contoh pembuatan program dan

    diikuti siswa.

    Kegiatan inti

    Guru membentuk kelompok,

    memberikan sub materi, siswa

    berdiskusi dan membuat satu contoh

    program, guru memberi pertanyaan dan

    siswa menjawab

    Kegiatan Akhir

    Guru memberi umpan balik menutup

    pembelajaran

    Kegiatan akhir

    Guru memberi umpan balik dan

    menutup pembelajaran

    Dari tabel 2 dapat dilihat perbedaan yang terdapat pada dua Rancangan

    Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Perbedaan pertama pada strategi dan metode,

    pada kelas konvensional menggunakan strategi konvensional dengan metode

    ceramah dan praktek, sedangkan untuk kelas kooperatif menggunakan strategi

    kooperatif dengan metode diskusi dan praktek. Perbedaan yang kedua adalah

    pada kegiatan pembelajaran. Pada pembelajaran konvensional kegiatan awal

    guru hanya memberikan tujuan pembelajarannya, sedangkan pada pembelajaran

    kooperatif guru memberikan apresepsi dan motivasi untuk berdiskusi dengan

    baik dan benar. Pada pembelajaran konvensional pembelajaran inti guru

    berceramah menjelaskan materi dan memberikan contoh program, sedangkan

    pada pembelajaran kooperatif guru menjadi fasilitator selama berjalannya

  • 9

    pembelajaran. Yang terakhir pada penutup untuk kedua pembelajaran ini sama,

    guru memberikan umpan balik dan menutup pembelajaran. Perbedaan juga

    terdapat pada pembagian waktu untuk materi teori dan materi praktek. Mata

    pelajaran pemrograman dasar mempunyai waktu dua jam pelajaran, pada

    pembelajaran konvensional jam pertama digunakan untuk materi teori dan jam

    kedua digunakan untuk materi praktek.

    Instrumen yang digunakan adalah observasi, soal tes pretest-posttest

    buatan guru, dokumentasi dan wawancara. Observasi digunakan untuk

    mengetahui mengamati pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran yang

    dilakukan oleh siswa siswa selama proses pembelajaran di kelas, wawancara

    digunakan untuk mengetahui pembelajaran yang berlangsung dari guru dan

    siswa, soal pretest-posttest digunakan untuk mengetahui perbandingan hasil

    belajar siswa, dokumentasi digunakan untuk mengambil data seperti silabus,

    RPP, soal buatan guru, daftar siswa dan daftar nilai siswa.

    Pengolahan nilai tes dilakukan dengan cara perhitungan dengan

    menggunakan aplikasi SPSS 16.0 untuk mengetahui uji beda antara kelas

    eksperimen dengan kelas kontrol. Pada perhitungan Independent-Samples t test

    langkah pertama adalah menentukan H0: tidak ada peningkatan hasil belajar

    siswa pada mata pelajaran pemrograman dasar setelah menggunakan metode

    pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). H1: adanya

    peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pemrograman dasar setelah

    menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head

    Together).

  • 9

    4. Hasil Pembahasan

    Langkah pertama dalam penelitian ini adalah pengambilan nilai pretest.

    Pretest diberikan pada kedua kelas. Tujuan pretest adalah untuk mengetahui

    hasil awal siswa sebelum diberikan treatmen. Berikut adalah hasil pretest dari

    kedua kelas :

    Tabel 3 Hasil Nilai Pretest

    Kelas Jumlah siswa

    tuntas Persentase

    kelulusan Rata-rata

    Nilai Keterangan

    XIRPL3 6 15,9% 66,55 Tidak tercapai

    XIRPL4 4 10,5% 63,05 Tidak tercapai

    Dari tabel 3 dapat disimpulkan pada kelas XIRPL3 dan XIRPL4 belum

    mencapai ketuntasan. Dari XIRPL3 ada enam siswa atau 15,9% dengan rata-rata

    nilai 66,55 dan XIRPL4 hanya ada empat siswa atau 10,5% dengan rata0rata

    nilai 63,05 dari 38 siswa yang nilainya diatas KKM. Dari kedua kelas tersebut

    dipilih kelas XIRPL4 sebagai kelas eksperimen dengan alasan siswa yang nilai

    di bawah KKM lebih tinggi dan rata-rata nilai lebih rendah dibanding dengan

    XIRPL3.

    Selanjutnya pada pertemuan pertama di kelas eksperimen siswa

    dijelaskan mengenai metode NHT (Numbered Head Together) dan materi

    pemrograman dasar menggunakan C++ dan aplikasi yang digunakan adalah code

    block. Pertemuan kedua yakni pada kelas eksperimen. Pada pertemuan kedua

    diberikan tindakan pada kelas eksperimen yakni proses pembelajaran

    menggunakan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Berikut

    adalah gambaran posisi pembelajaran kelas XIRPL4 (kelas eksperimen) sebelum

    diberikan metode koperatif tipe NHT (Numbered Head Together):

    Gambar 3 Posisi kelas kontrol (konvensional)

  • 10

    Pada gambar 3 pembelajaran sebelumnnya posisi guru berada di depan

    dan semua siswa duduk pada bangku masing-masing. Guru menjelaskan materi

    dengan metode ceramah, dan siswa sebagai pendengar. Siswa yang ingin

    bertanya diberikan kesempatan dengan tunjuk tangan terlebih dahulu. Berikut

    adalah gambaran untuk pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif

    tipe NHT (Numbered Head Together):

    Gambar 4 Posisi kelas eksperimen (kooperatif tipe NHT)

    Pada gambar 4 proses belajar pada kelas eksperimen adalah sebagai

    berikut: (1) Pembagian kelompok. Dalam satu kelas dibagi menjadi delapan

    kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa dan setiap siswa dalam

    satu kelompok mempunyai nomor kepala. Pembagian kelompok ini diatur oleh

    guru agar terbentuk kelompok yang heterogen sesuai dengan hasil prestest

    sebelumnya. (2) Pemberian materi atau tema tugas yang akan dikerjakan oleh

    setiap kelompok. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok, siswa mencari

    materi dan membuat satu program C++ dari internet yang sudah disediakan oleh

    sekolah. (3) Pemberian pertanyaan. Setelah semua siswa menyelesaikan tugas

    dengan waktu yang sudah diberikan maka selanjutnya adalah pemberian

    pertanyaan dari guru. Guru memanggil nomor siswa dari setiap kelompok dan

    siswa yang dipanggil nomornya menjawab pertanyaan yang diberikan guru. (4)

    Presentasi hasil program. Setiap kelompok mempresentasikan program yang

    sudah dibuat. (5) Penutup, guru membahas tugas yang sudah diberikan dan

    memberikan jawaban yang benar.

    Selama kegiatan pembelajaran dilakukan observasi. Observasi bertujuan

    untuk mengetahui proses pembelajaran yang berlangsung. Observasi dilakukan

    di kelas XIRPL4 sebagai kelas eksperimen. Observasi dilakukan dengan cara

    mengisi lembar observasi yang sudah disediakan. Lembar observasi diisi oleh

    guru sesuai dengan keadaan saat pembelajaran berlangsung. Berikut adalah hasil

    observasi yang dilakukan di kelas eksperimen selama pembelajaran berlangsung:

  • 11

    Tabel 4 Indikator Pelaksanaan Metode NHT

    No Indikator Perlaksanaan

    1

    Numbering

    Apersepsi tentang materi pemrograman

    dasar Ya

    2 Penyampaian model pembelajaran NHT

    dan umpan balik serta cara penilaiannya Ya

    3 Motivasi yaitu mengingatkan siswa untuk

    bersungguh-sungguh untuk berdiskusi Ya

    4

    Membagi siswa menjadi 8 kelompok,

    setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa,

    masing-masing siswa diberi nomor kepala

    Ya

    5 Head together Memberikan tugas pada masing-masing

    kelompok Ya

    6 Questioning

    Memanggil salah satu nomor untuk

    menjawab pertanyaan sebagai laporan hasil

    diskusi

    Ya

    7 Answering Memberikan umpan balik dengan cara

    memberikan jawaban yang benar Ya

    Sumber : Nanik (2008) [18]

    Dari tabel 4 dapat dilihat dari tujuh indikator pelaksanaan pembelajaran

    NHT (Numbered Head Together) telah dilaksanakan tujuh indikator. Pada

    indikator numbering yang pertama dilaksanakan yaitu apersepsi materi

    pemrograman dasar, yang dimaksud apersepsi disini adalah guru menyampaikan

    tujuan pembelajaran yang bertujuan untuk memotifasi peserta didik dengan

    memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi pemrograman dasar.

    Yang kedua adalah menyampaikan model pembelajaran, guru menjelaskan

    langka-langkah pembelajaran metode NHT (Numbered Head Together), umpan

    balik dan penilainnya. Ketiga adalah motivasi, disini guru memberikan motivasi

    kepada peserta didik agar bersungguh-sungguh dalam bekerja kelompok.

    Keempat pembagian kelompok, guru membagi 38 siswa menjadi 8 kelompok,

    satu kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa, setiap siswa dalam kelompok

    tersebut diberi nomor kepala. Pada indikator head together yakni indikator

    kelima adalah pemberian tugas, guru memberikan tugas pada setiap kelompok

    untuk dikerjakan secara diskusi. Indikator questioning adalah memanggil nomor

    siswa, setelah diskusi selesai guru memanggil nomor siswa dari setiap kelompok

    untuk diberi pertanyaan dan siswa menjawab. Indikator terakhir adalah

    answering yakni setelah siswa menjawab pertanyaan, guru memberikan umpan

    balik dengan memberikan jawaban yang benar. Dengan melakukan observasi

    dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan metode NHT (Numbered Head

    Together) dapat berjalan dengan baik.

    Dari metode NHT (Numbered Head Together) yang diberikan di kelas

    XIRPL4 diharapkan siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Untuk

    mengetahui keaktifan siswa guru mengamati berlangsungnya pembelajaran

    dengan mengisi lembar observasi yang sudah disediakan. Observasi dilakukan di

    kelas eksperimen (XIRPL4). Observasi terdiri dari indikator keaktifan siswa

  • 12

    yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head

    Together). Berikut hasil observasi keaktifan siswa di kelas eksperimen :

    Tabel 5 Indikator Keaktifan Siswa

    No Indikator Persentase

    1 Numbering

    Siswa memperhatikan guru saat memberikan apersepsi

    tentang materi pemrograman dasar 86,6%

    Siswa mengikuti arahan guru dalam membentuk

    kelompok 100%

    Siswa mengatur tempat duduk yang sesuai untuk

    pembelajaran NHT 100%

    Siswa mendapat nomor sebagai identitasnya 100%

    2 Head

    together

    Setiap siswa dari masing-masing kelompok mencari

    materi operasi aritmatika dan logika dari internet 89,4%

    Setiap siswa dari masing-masing kelompok mencari

    materi operasi aritmatika dan logika dari modul 78,9%

    Setiap siswa dari masing-masing kelompok membuat

    projek yang mengandung operasi aritmatika atau

    logika

    94,7%

    3 Questioning

    Siswa mempersiapkan jawaban yang benar untuk

    pertanyaan yang diberikan dari guru 100%

    Setiap kelompok meyakinkan anggota kelompoknya

    memahami materi dan tugas yang sudah dibuat 100%

    4 Answering

    Siswa yang ditunjuk menjawab pertanyaan dari guru 97,3%

    Anggota kelompok menambahkan jawaban dari

    temannya setelah ditunjuk guru 81,5%

    Rata-rata persentase 93,5%

    Tabel 5 merupakan hasil observasi yang dilakukan selama pembelajaran

    kooperatif NHT berlangsung. Penilaian diambil oleh guru dengan memberi cek

    list pada setiap indikator dan pada semua siswa. Indikator pertama adalah

    numbering, pada indikator ini terbagi menjadi empat indikator lagi untuk

    mengetahui keaktifan yakni yang pertama adalah siswa memperhatikan guru saat

    memberikan apersepsi, 86,6% siswa sudah memperhatikan guru. Indikator kedua

    yakni siswa mengikuti arahan guru untuk membentuk kelompok, pada indikator

    ini seluruh siswa sudah mengikuti arahan guru untuk membentuk kelompok.

    Indikator ketiga adalah siswa mengatur tempat duduk yang sesuai dengan

    pembelajaran kooperatif NHT, seluruh siswa antusias untuk mengatur tempat

    duduk mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Indikator keempat

    yakni siswa mendapat nomor sebagai identitas, seluruh siswa pada pembelajaran

    NHT diberi nomor kepala dari guru.

    Indikator yang kedua adalah head together, pada indikator ini terbagi

    menjadi tiga indikator untuk mengetahui keaktifan siswa pada saat

    pembelajaran. Indikator yang pertama dari head together adalah setiap siswa

    mencari materi dari internet, pada indikator ini terdapat 89,4% siswa yang

    mencari materi dari internet. Indikator kedua adalah setiap siswa mencari materi

    dari modul, pada indikator initerdapat 78,9% siswa yang mencari materi dari

  • 13

    modul. Indikator ketiga adalah setiap siswa membuat projek yang sudah

    diberikan guru dengan masing-masing kelompoknya, pada indikator ini terdapat

    94,7% siswa yang mengerjakan projeknya dengan baik.

    Indikator ketiga adalah questioning, pada indikator questioning ini

    terdapat dua indikator untuk mengetahui keaktifan siswa yakni siswa

    mempersiapkan jawaban yang benar untuk pertanyaan yang diberikan dari guru

    dan setiap kelompok meyakinkan anggota kelompoknya memahami materi dan

    tugas yang sudah dibuat. Pada indikator questioning seluruh siswa

    mempersiapkan jawaban yang benar dan meyakinkan anggota kelompoknya

    untuk memahami materi dan projek yang sudah dikerjakan.

    Indikator keempat adalah answering pada indikator ini terdapt dua

    indikator untuk mengeahui keaktifan siswa yakni yang pertama Siswa yang

    ditunjuk menjawab pertanyaan dari guru, pada indikator ini terdapat 97,3%

    siswa yang dapat menjawab pertanyaan dari guru. Indikator yang kedua pada

    answering adalah anggota kelompok menambahkan jawaban dari temannya

    setelah ditunjuk guru, pada indikator ini terdapat 81,5% siswa yang

    menambahkan jawaban pada saat guru memberikan pertanyaan.

    Total persentase keaktifan siswa pada kelas eksperimen sebesar 93,5%

    masuk dalam kategori sangat baik. Hal ini disebabkan karena, pada kelas

    eksperimen yang diterapkan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head

    Together) membuat siswa lebih bersemangat mengikuti pembelajaran karena ini

    merupakan metode baru yang diterapkan. Metode ini juga dapat memotivasi

    siswa agar lebih bersungguh-sungguh dalam mempelajari materi dengan cara

    siswa diberi tugas untuk mencari materi sendiri dan membuat satu contoh

    program. Tugas yang diberikan juga tidak terlalu berat bagi siswa karena tugas

    tersebut diselesaikan bersama atau dipikirkan bersama. Metode ini juga

    memudahkan guru dalam memantau aktifitas siswa, karena siswa dibentuk

    dalam kelompok-kelompok kecil jadi guru dapat fokus pada masing-masing

    kelompok.

    Tahap terakhir penelitian adalah pengadaan posttest. Guru mengawali

    pembelajaran dengan berdoa, memberi salam dan presensi siswa untuk

    mengecek kehadiran siswa. Setelah pertemuan sebelumnya diterapkan

    pembelajaran dengan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together)

    maka pertemuan ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa yaitu dengan

    memberikan posttest. Posttest dilakukan pada kelas eksperimen (XIRPL4) dan

    juga kelas kontrol (XIRPL3). Soal terdiri dari 15 butir soal pilihan ganda. Guru

    membagikan lembar soal dan lembar jawaban pada siswa. Siswa diberi waktu

    selama satu jam pelajaran untuk mengerjakan soal. Berikut adalah hasil belajar

    siswa dari nilai posttest :

    Tabel 6 Hasil Nilai Posttest

    Kelas Jumlah siswa

    tuntas Persentase

    kelulusan Rata-rata

    Nilai Keterangan

    XIRPL3 6 15,9% 70,11 Tidak tercapai

    XIRPL4 32 84,2% 80,21 Tercapai

  • 14

    Dari tabel 6 dapat dijelaskan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar

    yang signifikan pada kelas eksperimen (XIRPL4). Jumlah siswa yang tuntas di

    atas KKM terdapat 32 siswa, sedangkan pada kelas kontrol hanya terdapat 6

    siswa. Persentase kelulusan pada kelas eksperimen terdapat 84,2% dengan rata-

    rata nilai 80,21. Pada kelas kontrol persentase kelulusan 15,9% dengan rata-rata

    nilai 70,11.

    Tujuan diterapkannya metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head

    Together) pada kelas eksperimen adalah untuk meningkat hasil belajar siswa.

    Meningkatnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari penelitian yang sudah

    dilakukan. Berikut adalah perbedaan peningkatan hasil belajar pada kelas

    eksperimen dengan kelas kontrol:

    Gambar 5 Perbedaan hasil belajar pretest-posttest pada kelas kontrol dan eksperimen

    Dari gambar 5 dapat dilihat peningkatan hasil belajar pada kelas

    eksperimen dan dibandingkan dengan kelas kontrol. Terdapat peningkatan hasil

    belajar yang signifikan pada kelas eksperimen. Peningkatan hasil belajar siswa

    pada kelas eksperimen dipengaruhi dari pola belajar siswa yang lebih aktif atau

    belajar aktif dalam mencari materi, mempelajari materi dan aktif pada saat

    mengerjakan projek yang diberikan dari guru.

  • 15

    5. Kesimpulan

    Berdasarkan uraian pembahasan, dapat disimpulkan bahwa

    menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head

    Together) berpengaruh positif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

    Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan cara belajar siswa yang lebih aktif.

    Perubahan cara belajar siswa dapat dilihat dari hasil observasi yang terdiri

    dari beberapa indikator.

    Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa pada kelas

    eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu kelas eksperimen

    84,2% > kelas kontrol 15,9%. Perhitungan rata-rata hasil belajar siswa di

    kelas kontrol meningkat dari hasil pretest dari 66,55 menjadi 70,11 akan

    tetapi kenaikan lebih tinggi dan signifikan pada kelas eksperimen dari nilai

    pretest 63,05 meningkat pada hasil posttest menjadi 80,21. Peningkatan hasil

    belajar siswa dipengaruhi dari pola belajar siswa yang lebih aktif, dapat

    dilihat dari beberapa indikator yang dilakukan pada saat obeservasi yakni

    persentase keaktifan siswa pada kelas eksperimen adalah 93,5%.

    Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka disarankan

    penelitian selanjutnya dapat melaksanakan penelitian yang lebih baik dengan

    memperbaiki beberapa kekurangan yang ada. Penelitian selanjutnya dapt

    menambahkan media belajar agar pembelajran semakin inovatif.

  • 16

    5. Daftar Pustaka

    [1] Atmoko, Beni, Tri. 2013. Pengaruh Prestasi Belajar Mata

    Pelajaran Adaptif Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap

    Prestasi Belajar Mata Pelajaran Produktif Siswa Jurusan TITL

    Smk Negeri 1 Magelang

    [2] Slavin, Robert, E. 2005. Cooperative Learning: theory,

    research and practice,Terj. Narulita Yusron, Bandung: Nusa

    Media

    [3] Nanik Wijayati, Ika Kusumawati dan Titik Kushandayani. 2008.

    Penggunaan Model Pembelajaran Numbered Heads Together

    untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia. Jurnal Inovasi

    Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 2, hlm 281-286

    [4] Ersanghono Kusuma, Nanik Wijayati dan Langgeng Setyo

    Wibowo. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht Berbasis

    Savi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan

    Laju Reaksi. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1,

    hlm 216-223

    [5] Jamalong, Ahmad. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

    Melalui Model Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) di

    Kelas X SMA Negeri 1 Beduai Kabupaten Sanggau. Jurnal

    Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4

    [6] Mustika Purnamasari, J.S Sukardjo, Agung Nugroho C.S. 2013.

    Studi Komparasi Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

    (Numbered Head Together) dan Make A Match (MM) Pada

    Materi koloid Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA

    Negeri Kebakkramat. Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 1

    [7] Budiningsih. G.Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:

    Rineka Cipta

    [8] Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran.

    Jakarta: Rineka Cipta

    [9] Komara, Sakinah. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran

    Kooperatif Tipe Pair Checks Terhadap Hasil Belajar

    Matematika Siswa

    [10] Sudjana, Nana. 2000. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam proses

    Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

    [11] Siberman, Melvin L. 2011. Active Learning 101 Cara Belajar

    Siswa Aktif, Terj. Raisul Muttaqien, Bandung: Nuansa

    [12] Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta:

    Pustaka Pelajar

    [13] Slavin. Robert, E. 2005. Cooperative Learning: theory,

    research and practice,Terj. Narulita Yusron, Bandung: Nusa

    Media

    [14] Setiyawan, Candra, Alim dan A.H, Budihrdjo. 2014. Penerapan

    Permainan Bingo Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

  • 17

    NHT (Numbered Head Together) Pada Mata Pelajaran Alat

    Ukur di SMK Antartika 1 Sidoarjo. JPTM, Vol 3 Nomor, 1 – 9

    [15] Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta:

    Pustaka Pelajar

    [16] Kawuwung, Femmy. 2011. Profil Guru, Pemahaman

    Kooperatif Nht, Dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Di

    Smp Kabupaten Minahasa Utara. El-Hayah Vol. 1, No.4

    [17] Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed

    Methods). Bandung: Alfabeta

    [18] Nanik Wijayati, Ika Kusumawati dan Titik Kushandayani. 2008.

    Penggunaan Model Pembelajaran Numbered Heads Together

    untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia. Jurnal Inovasi

    Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 2, hlm 281-286