-
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V MIN II KONAWE
SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah
Oleh :
YANI ALIA 12010104001
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KENDARI (IAIN)
KENDARI 2016
-
ABSTRAK
Yani Alia “Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) Pada siswa Kelas V MIN II Konawe Selatan” (dibimbing oleh
Dra. Hj. St Fatimah Kadir, MA dan Fahmi Gunawan,S.S,M.Hum)
Penelitian ini berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa
Indonesia Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Division (STAD) Pada Siswa Kelas V MIN II Konawe
Selatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hasil
belajar Bahasa Indonesia siswa kelas Va MIN II Konawe Selatan dapat
ditingkatkan melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division (STAD.
Penelitian ini tergolong Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Karakteristik yang khas dari penelitian tindakan kelas yakni adanya
tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar
mengajar di kelas. Penelitian ini dilaksanakan di kelas Va MIN II
Konawe Selatan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Data
yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data observasi guru,
observasi siswa dan data hasil belajar Bahasa indonesia. Data
tersebut dikumpulkan dengan tes evaluasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif
tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat
meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas Va MIN
II Konawe Selatan, pada materi membandingkan dua bacaan. Nilai
ketuntasan belajar siswa pada siklus I mencapai 61,90%, dan siklus
II mencapai 85,71%, dengan nilai rata-rata pada siklus I, 72,61 dan
siklus II, 80,00 dengan demikian peningkatan hasil belajar dari pra
siklus ke siklus I, 14,29%, dan siklus I ke siklus II, 23,81%.
-
KATA PENGANTAR
بسماللهالرحمنالرحيم الحمدللهربالعالمين والصالة والسالم علىاشرف
األنبياءوالمرسلين وعلىاله واصحابهاجمعين
Segala Puji hanya milik Allah SWT. Alhamdulillah atas karunia
ilmu dan
pemahaman serta berkat hidayah dan taufiq-Nyalah, sehingga
penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “Meningkatkan Hasil
Belajar Bahasa
Indonesia Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement
Division (STAD) Pada Siswa Kelas V MIN II Konawe Selatan”. Dan
tak lupa
penulis ucapkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar
Muhammad
S.AW
Penulis menyadari bahwa keterbatasan, kemampuan, dan
pengetahuan,
telah menjauhkan penelitian ini dari kesempurnaan. Untuk itu
sumbang saran
serta kritik yang sifatnya konstruktif dari para pembaca
senantiasa penulis
harapkan. Penulis sangat mengharapkan dan menaruh hormat kepada
semua pihak
yang telah membantu dalam proses penyusunan penelitian ini, maka
dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada
ayahanda tercinta Mursal dan ibunda tersayang Djanun, yang telah
melahirkan,
mendidik dan mengasuh dengan penuh kasih sayang serta
pengorbanannya baik
moril dan materil dengan iringan do’anya sehingga penulis dapat
menyelesaikan
studi di IAIN Kendari.
-
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
........................................................................................
i PERYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
............................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI
...............................................................................
iii KATA PENGANTAR
.....................................................................................
iv DAFTAR ISI
....................................................................................................
v ABSTRAK
.......................................................................................................
vi BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
............................................................. 1 B.
Identifikasi Masalah
....................................................................
6 C. Rumusan Masalah
.......................................................................
7 D. Tujuan Penelitian
........................................................................
7 E. Manfaat Penelitian
......................................................................
8 F. Definisi Operasianal
...................................................................
8 G. Hipotesis
.....................................................................................
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Pembelajaran Kooperatif
............................................... 10 1. Pengertian
Pembelajaran Kooperatif..................................... 10 2.
Unsur-Unsur dalam Pembelajaran Kooperatif .......................
13 3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
........................................... 14 4. Prosedur
Pembelajaran Kooperatif ........................................
15
B. Student Teams Achiavement Division (STAD)
........................... 16 1. Pengertian STAD
...................................................................
16 2. Langkah-langkah STAD
........................................................ 19
C. Hakikat Belajar
...........................................................................
20 1. Pengertian Hasil Belajar
......................................................... 20 2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Helajar .................. 21
3. Indikator, Tingkat dan Penilaian Hasil Belajar
...................... 24
D. Bahasa Indonesia
........................................................................
26 1. Pengertian Bahasa
Indonesia.................................................. 26 2.
Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI/SD ................
27
E. Penelitian Relevan
......................................................................
28 F. Kerangka Pemecahan Masalah
................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
...........................................................................
31 B. Waktu dan Tempat Penelitian
..................................................... 31
-
C. Subjek dan Objek Penelitian
....................................................... 31 D.
Prosedur Penelitian
.....................................................................
31 E. Desain Penelitian
........................................................................
35 F. Teknik Pengumpulan Data
.......................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi
Penelitian.........................................................
38 1. Deskripsi Umum Keadaan Siswa
.......................................... 38 2. Deskripsi Data
Sebelum Tindakan ........................................ 39
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
.................................................. 41 1. Tindakan
Siklus I
..................................................................
41 2. Tindakan Siklus II
.................................................................
50 3. Data Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia
...............................................................................................
58 C. Pembahasan Hasil Penelitian
...................................................... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
..........................................................................................
63 B. Saran
.....................................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................
65 Lampiran-lampiran
...........................................................................................
67
-
DAFTAR TABEL Tabel 1 Daftar jumlah Siswa MIN II Konawe Selatan
................................ 38
Tabel 2 Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan
............................................... 40
Tabel 3 Lembar Observasi Guru Siklus I
..................................................... 44
Tabel 4 Lembar Observasi Siswa Siklus I
.................................................. 46
Tabel 5 Peningkatan Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus I
......................... 48
Tabel 6 Lembar Observasi Guru Siklus II
................................................... 52
Tabel 7 Lembar Observasi Siswa Siklus II
................................................. 54
Tabel 8 Peningkatan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
........................... 56
Tabel 9 Peningkatan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II .......... 58
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan
perkembangan
individu, dan perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu masyarakat
dapat
dilihat dari perkembangan pendidikan. Sebagai upaya untuk
meningkatkan
perkembangan pendidikan tersebut, harus dilakukan pembelajaran
untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu pengembangan
potensi yang dimiliki
masing-masing individu. Hal ini telah jelas dirumuskan pada
Undang-Undang No
20 tahun 2003 tentang Tujuan Pendidikan Nasional yaitu:
Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap
kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab. 1
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, dikatakan bahwa
pendidikan
merupakan usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
menjadikan warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Salah satu warga
negara itu
adalah siswa yang duduk dibangku SD, SMP, dan SMA. Dengan
demikian setiap
siswa berhak untuk mendapatkan pendidikan atau pembelajaran agar
dapat
menjadi individu atau warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang 1945 pasal 31 ayat (3)
dimana tiap-
tiap warga negara mendapatkan pelajaran.
1Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran
(Jakarta: Pernada
media grup 2009), h. 123-124
-
Sekolah dasar merupakan pendidikan formal yang diperoleh anak
pada
awal pembelajaran yang dilakukan secara kontinyu dan terarah
sebelum kejenjang
yang lebih tinggi. Pendidikan yang diberikan di SD bertujuan
untuk memberikan
kemampuan dasar baik itu membaca, menulis, menghitung, maupun
pengetahuan
dan keterampilan dasar lainnya seperti sikap, perilaku dan budi
pekerti.
Agar pendidikan formal dapat mencapai tujuan yang diinginkan,
peran
guru sebagai tenaga pendidik merupakan kunci utama. Oleh karena
itu, guru
dalam menyajikan pembelajaran harus mampu menggunakan
pendekatan-
pendekatan atau model pembelajaran yang cocok dengan materi dan
sesuai
dengan karakteristik peserta didik. Model pembelajaran yang
sesuai dengan
melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar memungkinkan
siswa dapat
memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan
di
sekolah dasar untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam
berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun
tulisan,
serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kasastraan
manusia
Indonesia.2Melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa
diarahkan untuk dapat
mengembangkan sikap, logika dan keterampilan. Keterampilan yang
dimaksud
adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan
menulis.3Oleh karena
itu, diperlukan strategi pembelajaran yang tepat untuk mendukung
hal tersebut.
2BNSP,“Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta:
Depdiknas,”Jurnal Pendidikan
3, No.4,(2014),: 3
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/5490/5663
3Ahmad Susanto, “Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah
Dasar, Jakarta:PT.Kharisma Putra Utama,” Jurnal Pendidikan3,
No.4,(2014),: 2
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/5490/5663
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/5490/5663http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/5490/5663
-
Etin Solihatin menjelaskan bahwa Pembelajaran kooperatif adalah
suatu
sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara
sesama dalam
struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri
dari dua orang atau
lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari anggota
kelompok itu sendiri.4Melalui kerja sama yang dibangun di dalam
kelompok,
setiap peserta didik akan belajar untuk saling bekerjasama,
saling menghargai,
serta mempunyai kepedulian terhadap keberhasilan tim. Sehingga
perbedaan di
dalam kelompok dapat diatasi bersama baik perbedaan intelektual
ataupun
perbedaan sosial untuk memahami materi pelajaran. Pembelajaran
kooperatif
diharapkan peserta didik mampu menggunakan pengetahuan dan
keterampilan
berbahasa Indonesia yang mereka kuasai untuk meningkatkan
kemampuan
berpikir, meningkatkan wawasan, mempertajam kepekaan perasaan
dalam
berbagai peristiwa komunikasi, meningkatkan kemampuan
mengapresiasi nilai-
nilai estetik dalam berbahasa, sesuai dengan harapan
pembelajaran Bahasa
Indonesia karena terbentuk dari kebiasaan saling bekerjasama,
saling menghargai
dan saling toleran di dalam kelompoknya.
Kondisi proses belajar mengajar pada siswa kelas V MIN
Konawe
Selatan. Saat ini terdapat dua hal yang perlu dikemukakan yaitu
dari sisi guru dan
siswa. Dari sisi guru, dalam mengelola proses belajar mengajar
belum
dilaksanakan secara maksimal yang ditandai dengan; guru di dalam
proses
pembelajaran masih menggunakan metode konvensional yaitu metode
ceramah,
4Sarifah Nurhasanah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Stad untuk
Meningkatkan Pemahaman Peristiwa Proklamasi Indonesia dalam
Pelajaran Ips pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Pereng
KaranganyarTahun Pelajaran 2009/2010, Skripsi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010.
-
sehingga murid sangat pasif di dalam proses pembelajaran, guru
terkesan biasa
saja melihat aktivitas siswa yang kurang memperhatikan materi
pelajaran yang
dijelaskan, guru jarang melaksanakan pembelajaran kelompok
kepada murid.
Sedangkan dari sisi siswa antara lain; murid bercerita dengan
rekan sebangkunya,
sehingga sebagian murid tidak fokus lagi ketika guru menerangkan
pelajaran. Ada
beberapa murid yang kurang memahami materi yang diajarkan. Murid
kurang
yang mengajukan pertanyaan kepada guru terkait materi yang
diajarkan.5
Proses pembelajaran murid kelas V MIN 2 Konawe Selatan, di atas
tentu
saja tidak dikatakan pembelajaran yang efektif dengan metode
belajar yang
kurang baik. Oleh karena itu, sebagian siswa tidak memahami
materi pelajaran
yang diajarkan, sehingga hasil belajar Bahasa Indonesia cukup
rendah. Rendahnya
hasil belajar Bahasa Indonesia dapat dilihat dari hasil belajar
siswa kelas V pada
bulan Januari tahun ajaran 2015/2016 tidak mencapai KKM, di mana
dari 21
jumlah murid, 10 murid yang mencapai ketuntasan 47,61% dan 11
murid yang
tidak mencapai ketuntasan belajar sebesar 52.38% dengan nilai
rata-rata 59,52,
adapun sistem penilaian yang dilakukan di MIN 2 Konawe Selatan,
nilai
ketuntasan minimal yang dicapai seharusnya 70. Berdasarkan
uraian tersebut,
dianggap perlu untuk melakukan tindakan nyata oleh guru dalam
mewujudkan hal
tersebut dalam proses belajar mengajar dikelas. Tindakan kelas
yang dimaksud
berupa penerapan tindakan pembelajaran yang tepat sesuai dengan
kondisi dan
kebutuhan gaya belajar siswa dan pendekatan dimaksud adalah
pembelajaran
kooperatif model Student Teams Archicvement Division (STAD).
5Andi Nurhaerani, S.PdI guru wali kelas MIN 2 Konawe Selatan,
wawancara oleh penulis
dikelas V MIN 2 Konawe Selatan, 5 februari 2016.
-
Alasan penulis menggunakan metode pembelajaran komperatif
model
STAD pada murid kelas V MIN Konawe Selatan pada mata pelajaran
Bahasa
Indonesia, karena murid kelas V termasuk dalam kategori kelas
tinggi yang mana
mereka mulai mandiri, ada rasa tanggung jawab pribadi, penilaian
terhadap dunia
luar tidak hanya dipandang dari dirinya sendiri tetapi juga
dilihat dari diri orang
lain, sudah mulai menunjukan sikap kritis dan rasional, dan juga
pada
pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa dapat
memperoleh
kemampuan berfikir logis, memiliki ketrampilan berfikir kritis
dan sistematis.
Dari karakter tersebut memiliki hubungan dengan tujuan
Pembelajaran kooperatif
model STAD yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara
siswa
untuk, saling membantu dalam menguasai materi pelajaran yang
sulit serta
menumbuhkan kerjasama, berfikir kritis, mengembangkan sikap
sosial siswa, dan
menghargai pendapat orang lain guna mencapai satu tujuan
bersama. Sehingga
memiliki dampak positif kepada peserta didik yang memiliki
prestasi belajar yang
rendah mampu memberikan peningkatan prestasi belajarnya secara
signifikan.
Terkait dengan uraian tersebut, Ibrahim dkk, menjelaskan bahwa
peserta didik
yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika peserta lainnya
juga mencapai
tujuan tersebut. Untuk itu setiap anggota kelompok bertanggung
jawab atas
keberhasilan kelompoknya. Peserta didik yang telah bekerja dalam
situasi
pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu
tugas bersama
dan mereka harus mengkordinasikan usahanya untuk menyelesaikan
tugasnnya. 6
6Yulia yastin, Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Student Teams Arcihievement Division
(STAD) pada Siswa kelas IV 12 Mandonga Kota Kendari, Skripsi
Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam, Kendari, 2013. h.3
-
Pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki kelebihan antara
lain:
dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah; peserta didik
lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah; peserta didik
lebih aktif
dalam diskusi; peserta didik dapat menghormati, pribadi
temannya, dan
menghargai pendapat orang lain. Oleh karena itu, pembelajaran
kooperatif tipe
STAD sejalan dengan nilai-nilai yang ada dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia,
yaitu, berfikir kritis dengan mengajukan pertanyaan,
menjawab
pertanyaan/menanggapi, menyampaikan ide/pendapat, mendengarkan
secara aktif.
Pentingnya berfikir kritis dengan mengajukan pertanyaan,
menjawab
pertanyaan/menanggapi, menyampaikan ide/pendapat, mendengarkan
secara aktif
harus ditanamkan sejak dini melalui kebiasaan bekerjasama di
dalam kelompok
belajar yang dilakukan sehingga siswa yang rendah hasil
belajarnya dapat
meningkat motivasi belajar, hasil belajar dan menyimpanan materi
pelajaran yang
lebih lama. Oleh karena itu, peneliti mengajukan judul
penelitian“Meningkatkan
Hasil Belajar Bahasa Indonesia Melalui Pembelajaran Kooperatif
Tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) Pada Siswa Kelas V MIN
Konawe
Selatan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas dapat di
identifikasi
masalah sebagai berikut:
-
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di MIN Konawe Selatan kelas V
masih
menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah sehingga
siswa
pasif dalam proses pembelajaran.
2. Siswa cerita bersama temannya dalam kelas
3. Siswa kurang memahami materi yang diajarkan
4. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa
Indonesia.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini
adalah :
1. Bagaimankah hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VMIN
Konawe
Selatan sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams
Achievement Division (STAD)?
2. Apakah hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VMIN Konawe
Selatan
dapat ditingkatkan melalui penerapan pembelajaran kooperatif
tipe Student
Teams Achievement Division (STAD)?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas V
MIN
Konawe Selatan setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe
Student
Teams Achievement Division (STAD)
2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar
Bahasa
Indonesia siswa kelas V MIN Konawe Selatan melalui
pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
-
E. Manfaat Penelitian:
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik
yang
bersifat praktis maupun teoritis.
1. Manfaat teoritis
a) Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat
memberikan sumbangan
kepada pembelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka meningkatkan
hasil
belajar.
b) Hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan bagi peneliti yang
akan datang.
2. Manfaat praktis
a) Bagi siswa : dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia serta
bermanfaat dalam menciptakan kebiasaan-kebiasaan positif seperti
kebiasaan
bekerjasama dalam kelompok dan saling menghargai.
b) Bagi guru : dapat dijadikan pedoman dalam melakukan proses
pembelajaran
kepada siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD
dalam
rangka meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran Bahasa
Indonesia.
c) Bagi sekolah : dapat dijadikan rujukan dalam peningkatan
proses
pembelajaran di kelas khususnya pada pembelajaran Bahasa
Indonesia.
F. Defenisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan persepsi terhadap penggunaan
istilah
dalam penelitian ini, perlu diberikan definisi operasional
sebagai berikut.
1. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD)
yaitu tipe pembelajaran dimana siswa dikelompokan dalam
kelompok
belajar yang heterogen terdiri dari 4-5 orang yang saling
bekerjasama untuk
-
memahami materi pelajaran dan menyelesaikan tugas-tugas belajar
yang
disajikan oleh guru, dan kelompok yang menyelesaikan tugas
dengan nilai
tertinggi diberi penghargaan.
2. Hasil belajar Bahasa Indonesia adalah nilai yang diperoleh
siswa setelah
selesai proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif
tipe student Teams Achievement Divisions (STAD) pada pokok
pembahasan
membandingkan dua bacaan yang diukur dengan menggunakan tes
hasil
belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
G. Hipotesis
Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievements
Divison (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran
Bahasa Indonesia.
-
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif dari bahasa Inggris cooperate yang artinya bekerja
bersama-
sama, sedangkan pembelajaran adalah learning yang artinya
belajar atau
mendengar. Wina Sanjaya mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif
merupakan pembelajaran yang mendorong siswa untuk saling
membantu,
memotivasi, serta menguasai keterampilan yang diberikan oleh
guru.
Pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil,
yaitu antara
empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang
kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang heterogen.7
Pembelajaran kooperatif atau Cooperative learning merupakan
strategi
pembelajaran yang menitik beratkan pada pengelompokan siswa
dengan tingkat
kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil.
Siswa
diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja
sama dengan baik
dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman
sekelompoknya,
menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang
pandai
membantu yang lebih lemah, memahami isi materi
7Wina Sanjaya, “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan.Jakarta:
Kencana Prenada Media Group,”Pendidikan Akuntansi Indonesia X,
no. 1, (2012): 139
http://journal.uny.ac.id/index.php/jpakun/article/view/926
http://journal.uny.ac.id/index.php/jpakun/article/view/926
-
pelajaran8 Trianto mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan
salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok, di mana di
dalamnya
terdapat serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik
dalam kelompok
- kelompok tertentu untuk mencapai tujuan belajar yang telah
dirumuskan.9Ibrahim mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran yaitu
hasil belajar akademik, peneriamaan terhadap individu dan
pengembangan
ketrampilan sosial.10Sependapat dengan itu menurut Nurhadi
mengemukakan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran
yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar.11
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan
pengelompokan
peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan
4-5 orang
secara heteogen untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah.
Pembelajaran
kooperatif siswa tidak hanya menjadi objek belajar tetapi
menjadi subjek belajar
karena mereka dapat berkreasi dengan secara maksimal dalam
proses
pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran kooperatif
model alternatif
8Henry Guntur Tarigan, Strategi Pengajaran dan Pembelajaran
Bahasa (Bandung:
Angkasa, 2009), h.159. 9Trianto, “Model -Model Pembelajaran
inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta:
Prestasi Pustaka,” Fakultas Ilmu Pendidikan 3, No. 3 (2015),: 9
http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIP/article/view/8934/8821
10Ibrahim Muslimin, “Pembelajaran Kooperatif, Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya Press,” Pendidikan Fisika Indonesia 4,
No. 2, (2006): 95 http://journal.unnes.ac.id/nju/index.
php/JPFI/article/view/1019/929
11Nurhadi, “Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta:
Grasindo,”Pendidikan Fisika Indonesia 4, No. 2, (2006): 95
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.
php/JPFI/article/view/1019/929
http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIP/issue/view/394http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIP/article/view/8934/8821http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/view/1019/929http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/view/1019/929
-
dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas, berfikir
kritis, mau
membantu teman, meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial,
serta
perolehan percaya diri.
Menurut Nur, dalam pembelajaran peserta didik belajar saling
memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang
menunjang
pencapaian hasil belajar yang tinggi. Pembelajaran kooperatif
lebih
mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran
yaitu dengan
kerjasama.12
Model pembelajaran kooperatif, merupkan model pembelajaran
yang
unggul dalam membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan
kerjasama hal
ini dapat dilihat pada karakteristik kooperatif sebagai
berikut:
a. Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan, maka tim harus mampu
membuat
setiap peserta didik belajar. Anggota tim harus saling membantu
untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, kriteria keberhasilan
pembelajaran
ditentukan oleh keberhasilan tim.
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Manajemen pada umumnya mempunyai empat fungsi pokok, yaitu
fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan dan
fungsi kontrol.
Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif.
12Yulia yastin, Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama
Islam melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Student Teams Arcihievement Division
(STAD) pada Siswa kelas IV 12 Mandonga Kota Kendari, Skripsi
Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam, Kendari, 2013.
h.20
-
c. Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh
keberhasilan
secara kelompok. Prinsip bekerjasama perlu ditekankan dalam
proses
pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja
diatur tugas
dan tanggung jawab masing - masing akan tetapi juga ditanamkan
perlunya
saling membantu.
d. Keterampilan bekerja sama
Kemauan untuk bekerjasama itu kemudian dipraktikkan melalui
aktivasi dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan
bekerjasama.13
2. Unsur- Unsur dalam Pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran Kooperatif juga bertujuan mengajarkan peserta
didik
keterampilan bekerjasama dan berkaloborasi. Pembelajaran
kooperatif memiliki
unsur-unsur yang perlu diperhatikan. Unsur-unsur tersebut
sebagai berikut:
a. Para peserta didik harus memiliki presepsi bahwa mereka
“tenggelam atau
berenang bersama”.
b. Para peserta didik memiliki tanggung jawab terhadap murid
lain dalam
sekelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri, dalam
mempelajari materi yang diberikan.
c. Para peserta didik harus berpandangan bahwa mereka semuanya
memiliki
tujuan yang sama.
13Wina Sanjaya, “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana,” Fakultas Ilmu Pendidikan 3, No. 3 (2015),: 10
http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIP/article/view/8934/8821
http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIP/issue/view/394http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIP/article/view/8934/8821
-
d. Para peserta didik harus membagi tugas dan membagi tanggung
jawab sama
besarnya diantara para anggota kelompok.
e. Para peserta didik akan diberikan satu evaluasi atau
penghargaan yang akan
ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f. Para peserta didik berbagi kepemimpinan sementara mereka
memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar.
g. Para peserta didik akan diminta mempertanggung jawabkan
secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.14
3. Tujuan pembelajaran kooperatif
Ada tiga tujuan pokok dari pembelajaran kooperatif yaitu :
a. Hasil belajar akademik
1) Dalam belajar kooperatif selain tujuan sosial, juga
memperbaiki prestasi
belajar peserta didik atau tugas- tugas akademis lainnya.
2) Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada
peserta didik
kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama
menyelesaikan
tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
1) Penerimaan terhadap orang- orang yang berbeda berdasarkan
ras, budaya,
kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuan.
2) Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi peserta didik
dari berbagai
latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling
bergantung pada
14Made wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontenporer Suatu
Tinjauan Konseptual
Operasional (Jakarta: Bumi Aksara,2009),h.190
-
tugas- tugas akademik dan melalui struktur penghargaan
kooperatif akan
belajar saling menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga adalah mengajarkan kepada peserta
didik
keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan –
keterampilan sosial
penting dimiliki oleh peserta didik, sebab saat ini banyak anak
muda yang masih
kurang dalam keterampilan sosial.15
4. Prosedur pembelajaran kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada dasarnya terdiri atas
empat
prinsip, yaitu :
a. Penjelasan materi.
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-
pokok
materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan
utama dalam
tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap materi pokok
pelajaran.
b. Belajar dalam kelompok
Setelah guru menjelaskan materi umum tentang pokok-pokok
pelajaran,
siswa diminta untuk belajar di kelompoknya masing- masing.
Pengelompokan
bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk berdasarkan
perbedaan baik
perbedaan gender, latar belakang agama, sosial ekonomi, etnik,
serta perbedaan
kemampuan akademik.
15Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar
Berkelompok
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 27-28
-
c. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis
dilakukan baik
secara individual ataupun kelompok.
d. Pengakuan tim
Pengakuan tim adalah penetapan yang dianggap paling menonjol
atau tim
paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau
hadiah. Pengakuan
tersebut diharapkan dapat memotivasi tim atau kelompok belajar
untuk terus
berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih
mampu
meningkatkan presetasi mereka.16
B. Student Teams Achievement Division (STAD)
1. Pengertian STAD
Student Team Achievement Division (STAD) merupakan model
pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan
kawan-kawan dari
universitas John Hompkins. Metode ini merupakan metode
pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana.17Model pembelajaran kooperatif
tipe STAD
adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dimana
siswa belajar
dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-5 orang siswa
secara heterogen
dalam setiap kelompok, Langkahnya diawali dengan penyampaian
tujuan
pembelajaran, penyampaian materi, presentasi kelas, tim, kuis,
dan penghargaan
kelompok.18Secara garis besar Slavin menyebutkan langkah-langkah
pelaksanaan
model pembelajaran kooperatif STAD adalah siswa ditempatkan
dalam tim
16Wina Sanjaya, op. cit., h. 249 17Rusman, Model-Model
Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),h. 213 18Slavin Robert,
“Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik, Bandung: Nusa
Media,” Pendidikan Akuntansi Indonesia X, no. 1, (2012): 139
http://journal.uny.ac.id/index. php/jpakun/article/view/926
http://journal.uny.ac.id/index.php/jpakun/article/view/926
-
belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut
tingkat
prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran,
dan kemudian
siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota
tim telah
menguasai pelajaran tersebut.19Dalam kurun waktu tertentu setiap
satu minggu
atau dua minggu dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui
penguasaan
mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. Tiap siswa
diberikan skor
atas penguasaannya terhadap bahan ajar dan kepada siswa secara
individual atau
kelompok meraih hasil tertinggi atau kemampuan sempurna diberi
penghargaan.20
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah tipe pembelajaran kooperatif dimana
murid
dikelompokkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4- 5 orang
yang heterogen
untuk saling membantu dalam memahami pelajaran dan menyelesaikan
tugas-
tugas belajar, dan kepada kelompok yang meraih hasil sempurna
diberi
penghargaan.
Komponen STAD menurut slsvin, adalah sebagai berikut:
a. Tim. Murid dibagi menjadi 4-5 orang dimana mereka mengerjakan
tugas yang
diberikan jika ada kesulitan murid belajar dalam beberapa
kelompok , tiap
kelompok terdiri dari yang mampu membantu murid yang
kesulitan.
b. Presentasi kelas. Presentasi dalam kelas STAD berbeda dari
cara pengajaran
biasa. Masing-masing kelompok mempersentasikan hasil diskusi
mereka.
Murid harus betul-betul memperhatikan presentasi ini karena
dalam persentasi
19Trianto, “Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif,
Jakarta: Kharisma
Putra Utama,” Pelangi Pendidikan 20, no. 1,(2013): 33
http://journal.undiksha.ac.id/index.php/JJPTE/article/view/5113
20Kunandar, Guru Professional (Jakarta: Rajawali Press, 2008),h.
364
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPTE/article/view/5113
-
terdapat materi yang dapat membantu mengerjakan kuis yang
diadakan setelah
pembelajaran.
c. Tes individu. Setelah selesai pembelajaran ada tes individu
(kuis)
d. Skor pengembangan individu. Skor yang didapatkan dari hasil
tes selanjutnya
dicatat oleh guru untuk dibandingkan dengan hasil presentasi
sebelumya. Skor
tim diperoleh dengan menambahkan skor peningkatan semua anggota
dalam 1
tim. Nilai rata-rata yang diperoleh dengan membagi jumlah skor
penambahan
dibagi jumlah anggota tim.
e. Penghargaan tim. Penghargaan tim didasarkan nilai rata-rata
tim dimana dapat
memotivasi mereka.
Kelebihan penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
antara
lain sebagai berikut:1) Siswa dapat menyampaikan ide-ide atau
gagasan, 2) Dapat
melatih keberanian siswa, 3) Dapat melatih kemandirian siswa,
dan 4) Siswa
dapat saling membantu, siswa yang pandai dapat membantu siswa
yang kurang
mampu.
Kelemahan dari model pelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah
sebagai
berikut: 1) Sejumlah murid bingung karena belum terbiasa dengan
model
kooperatif tipe STAD, 2) Guru pada permulaan akan membuat
kesalahan-
kesalahan dalam pengelolahan kelas. Akan tetapi sungguh-sungguh
yang terus
menerus akan dapat terampil menerapkan model Pembelajaran
Kooperatif tipe
STAD.21
21Warsono, “Pembelajaran aktif teori dan asesmen, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,” Ilmu Pendidikan 1, No. 2, (2015): 248
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pip/article/view/7729
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pip/article/view/7729
-
2. Langkah- Langkah dalam STAD
Adapun langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran STAD
diuraikan
a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar.
b. Menyajikan/menyampaikan informasi
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan
atau
lewat bahan bacaan
c. Pembagian Kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap
kelompoknya terdiri
dari 4-5 siswa yang heterogen yang terdiri dari prestasi
akademik gender/jenis
kelamin, rasa atau etnik.
d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Membimbing kelompok – kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan
tugas mereka.
e. Kuis/Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang
materi yang
dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi
hasil kerja masing-
masing kelompok. Siswa di berikan kuis secara individual dan
tidak
dibenarkan bekerjasama ini dilakukan untuk menjamin agar
siswa
secaraindividu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam
memahami bahan
ajar tersebut.
-
f. Memberi penghargaan
Mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar
individu dan
kelompok. Penghargaan dapat berupa hadiah, pujian, tambahan
nilai dan lain-
lain.22
C. Hakikat Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Moedjono dan Dimyanti, hasil belajar adalah interaksi
tindak
belajar murid dan tindak belajar yang dilakukan guru, tindak
mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi, sedang tindak belajar merupakan puncak
dari proses
belajar dengan meningkatnya kemampuan.23Sedangkan menurut
Menurut Oemar
Hamalik mengemukakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang
telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya
dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti24
Menurut Abdurrahman hasil belajar terdapat tiga ranah antara
lain
kognitif, afektif, dan psikomotor. yaitu dapat dijabarka sebagai
berikut: 1).
Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari
enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan
penilain. 2). Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif
memiliki lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau
reaksi,
22Trianto, “Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstrukstivistik,
Jakarta: Prestasi Pustaka,” Pendidikan Teknik Elektroe 2, No.02
( 2013): 495
http://journal.unesa.ac.id/article/3897/44/article.pdf
23Yulia yastin, op. cit.,h.11 24Yania Risdiawati, Implementasi
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Divisions ( Stad) untuk Meningkatkan Motivasi dan
Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Imogiri
Tahun Ajaran 2011/2012, Skripsi Jurusan Pendidikan Akutansi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, 2012 h. 19.
-
menilai, organisasi, dan karakteristik dengan suatu nilai. 3).
Ranah
Psikomotor, meliputi keterampilan motorik, manipulasi
benda-benda,
koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).25
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
suatu
peningkatan kemampuan yang dipeoleh peserta didik melalui
penyampaian
informasi dan pesan oleh guru setelah proses pembelajaran
berlangsung untuk
menyelesaikan tugas-tugas belajar, yang berupa kemampuan
kognitif, afektif dan
psikomotorik yang diukur menggunakan tes ataupun nontes.
2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Untuk mencapai hasil belajar yang baik tidak mudah, banyak
faktor yang
mempengaruhinya, sebagaimana yang dikemukakan Muhibbin Syah,
sebagai berikut:
a. Faktor internal siswa
Faktor internal yakni faktor dari dalam siswa keadaan kondisi
jasmani dan
rohani siswa.
1) Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis yaitu yang bersifat jasmaniah, memperhatikan
kondisi
umum jasmani yang berupa kesehatan sangat penting artinya
seperti kesehatan
dan cacat tubuh.
25Abdurrahman, Mulyono, “Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan
Belajar, Jakarta: Rineka Cipta,” Ilmu Pendidikan 1, No. 2, (2015):
250
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pip/article/view/7729
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pip/article/view/7729
-
2) Aspek Psikologis.
Aspek psikologis yaitu salah satu aspek psikologi yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran
siswa, antara lain
faktor-faktor rohaniyah siswa meliputi:
a) Tingkat kecerdasan/ Intelegensi siswa pada umumnya dapat
diartikan sebagai
kemampuan psiko- fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat.
b) Sikap siswa. Sikap adalah segala internal yang berdemensi
afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang
relatif tetap
dengan terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara
fositif
maupun negatif. Sikap yang fositif dari siswa terhadap guru dan
mata
pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi
proses
belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap negatif siswa terhadap
guru dan mata
pelajaran yang disajikan dapat menimbulkan kesulitan belajar
siswa.
c) Bakat siswa. Secara umum bakat adalah kemampuan potensial
yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang.
d) Minat siswa. Secara sederhana minat adalah kecenderungan dan
kegeirahan
yang tinggi atau ketinggian yang besar terhadap sesuatu. Minat
seperti yang
dipahami orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian
hasil
belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu, umpamanya
seorang siswa
yang meneruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan
perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Kemudian
dengan
pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang
memungkinkan
-
siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai
prestasi yang
diinginkan.
e) Motivasi siswa. Motivasi ialah keadaan internal organisme,
baik menusia atau
hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.26
a. Faktor eksternal siswa
Faktor eksternal yakni Faktor eksternal yaitu faktor dari luar
murid
meliputi kondisi lingkungan yang ada disekitar murid, baik
lingkungan sosial
maupun non sosial.
1) Faktor sosial.
Faktor sosial yaitu faktor manusia (sesama manusia), Lingkungan
sosial
sekolah, seperti guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas
dapat
mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang
selalu
menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan
suri tauladan
yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin
membaca dan
berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang fositif bagi kegiatan
belajar siswa.
Lingkungan sosial juga yang dapat berpengaruh kegiatan belajar
adalah orang tua
dan keluarga murid itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, keadaan
keluarga dapat
memberi dampak baik maupun buruk terhadap kegiatan belajar dan
hasil belajar
yang dicapai oleh murid.
2) Faktor non sosial.
Faktor yang termasuk non sosial adalah diantaranya gedung
sekolah dan
letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat
belajar, keadaan
26Slameto,Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,
(Jakarta: Rineka Cipta,
2012): h 2
-
cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor – faktor
tersebut turut
menentukan hasil belajar murid.
3) Faktor pendekatan belajar.
Faktor pendekatan adalah segala cara atau strategi yang
digunakan murid
untuk menunjang keefektifan dan efisiensi dalam proses
pembelajaran materi
tertentu. Karena itu faktor pendekatan belajar juga turut
berpengaruh terhadap
hasil belajar murid.27
3. Indikator, Tingkat, dan Penilaian Hasil Belajar
a. Indikator Hasil Belajar
Indikator yang dijadikan tolak ukur dalam menyatakan bahwa
suatu
proses belajar mengajar dikatakan berhasil, berdasarkan
ketentuan kurikulum
yang disempurnakan, dan saat ini digunakan adalah:
1) Daya serap terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan
mencapai prestasi
tinggi, baik secara individu maupun kelompok.
2) Prilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau
intruksional khusus
(TIK) telah dicapai murid baik secara individu maupun
kelompok.28
b. Tingkat Keberhasilan Belajar
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil
belajar, masalah
27Slameto, “Belajar dan Factor Faktor yang Mempengaruhinya,
Jakarta: Rineka
Cipta,” Pelita Pendidikan 4 No. 1, (2016):172
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/pelita/article/view/3694
28Sartini, Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
Melalui Metode Ceramah Plus pada Kelas V SD Negeri 3 Popalia
Kecamatan Togo Binongko Kebupaten Wakatobi, Skripsi Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Kendari,
2015. h.18
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/pelita/article/view/3694
-
yang dihadapi ialah sampai ditingkat mana prestasi (hasil)
belajar yang dicapai,
sehubungan dengan hal inilah keberhasilan dibagi menjadi
beberapa tingkatan
atau taraf, antara lain sebagai berikut:
1) Istimewa/maksimal yaitu apabila seluruh bahan pelajaran yang
telah diajarkan dapat dikuasai murid.
2) Baik sekali/optimal yaitu apabila sebagian besar (76% sd 90%)
bahan pelajaran yang telah dipelajari dapat dikuasai murid
3) Baik/minimal yaitu apabila bahan pelajaran yang telah
diajarkan hanya (60% sd 75% ) dikuasai murid.
4) Kurang yaitu apabila bahan pelajaran yang telah diajarkan
kurang dari 60% yang dikuasai murid.
c. Penilaian
Penilaian merupakan suatu proses kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil
belajar murid,
kegiatan penilaian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan belajar
murid setiap waktu. Sebagaimana yang dikatakan Farida rahim
“Penilaian harus
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga
menjadi informasi
yang bermakna dalam pengambilan keputusan”.
Berkaitan dengan penilaian ada beberapa kriteria atau hal-hal
yang perlu
diperhatikan, antara lain:
1) Penilaian harus mencapai tiga aspek kemampuan, yaitu aspek
pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
2) Penilaian menggunakan berbagai cara, misalnya: observasi,
wawancara,
konferensi (pertemuan), partofolio, tes dan mengajukan
pertanyaan.
3) Tujuan penilaian terutama dimaksudkan untuk memberikan umpan
balik
-
kepada murid, memberikan informasi kepada murid tentang
tingkat
kemajuan (keberhasilan) belajarnya, dan memberikan laporan
kepada orang
tuanya.
4) Alat penilaian harus mendorong murid untuk menggunakan
penalaran dan
membangkitkan keaktifan murid.
5) Penilaian harus bersifat adil, murid mendapatkan kesempatan
yang sama
untuk meningkatkan kemampuannya.29
D. Bahasa Indonesia
1. Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan
di
sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai kependidikan
atas. Mata
pelajaran Bahasa Indonesia adalah pengembangan program untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap
positif terhadap
Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa di Sekolah Dasar pada
hakekatnya
adalah untuk membiasakan dan mengembangkan kemampuan anak
didik
sedini mungkin bisa berkomunikasi dengan baik dan benar. Dalam
hal ini
berarti setiap peserta didik dituntut mampu menguasai bahasa
baik sebagai
materi pelajaran maupun sebagai sarana berkomunikasi di dalam
kegiatan
belajar mengajar. Bahasa kunci keberhasilan dalam mempelajari
bidang studi.
30 Bahasa indonesia memungkinkan manusia untuk saling
berhubungan,
saling berbagi pengalaman, saling belajar, memahami orang lain,
menyatakan diri,
29Sartini, Op.Cit, h. 21 30 Depdiknas, “Pedoman Khusus
Pengembangan Silabus dan Penilaian Bahasa dan
Sastra Indonesia, Jakarta : Depdiknas,” Pendidikan Dasar 5, No.
1, (2015): 4
http://journal/index.php/jurnal_pendas/article/view/1493
http://journal/index.php/jurnal_pendas/article/view/1493
-
dan meningkatkan kemampuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa
Indonesia
adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, mempertinggi
kemampuan
berbahasa, dan menumbuhkan sikap positif terhadap Bahasa
Indonesia.
Wina sanjaya mengatakan keterampilan berbahasa dalam
kurikulum
sekolah biasanya mencangkup empat segi, yaitu keterampilan
menyimak/
mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan
keterampilan
menulis.31
2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD bertujuan agar siswa
mampu
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan
pengetahuan
dan kemampuan berbahasa.32
Adapun tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia MI sesuai
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:
a. Peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif
dan efisien
sesuai dengan etika yang berlaku, baik lisan maupun
tertulis.
b. Peserta didik menghargai dan bangga menggunakan bahasa
Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara.
c. Peserta didik memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya
dengan
tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
31Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Beroreantasi Standar
Pendidikan (Jakarta:
Kencana, 2011), h 3 32 Susanto, “Teori Belajar Pembelajaran di
Sekolah Dasar, Jakarta: Prenada media
Group,” Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD 4, No.1 (2016),: 2
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/7471
-
d. Peserta didik menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan
intelektual, serta kematangan esmosional dan sosial.
e. Peserta didik menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan
kemampuan berbahasa.
f. Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Indonesia
sebagai
khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia33
E. Penelitian Relevan
Penelitian yang berkenaan dengan penggunaan model kooperatif
tipe
STAD dalam proses belajar mengajar telah banyak sekali dilakukan
sebagai
acuan untuk penelitian ini. Penelitian relevan yang dimaksudkan
adalah:
1. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Mewin T. Zain yang
berjudul
“Meningkatkan Kemampuan Siswa Menentukan Kata Sukar Dalam
Teks
Bacaan Melalui Model Stad Di Kelas Iv SDN 2 Molopatodu
Kabupaten
Gorontalo” Tahun 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
rata-rata
siswa setelah siklusI meningkat dibandingkan menjadi 66.67%pada
siklus II
nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 94.44%.
Berdasarkan hasil penelitian diatas penulis dapat analisia
memiliki titik
perbedaan diantaranya adalah dari faktor yang diteliti, dimana
pada penelitian
yang dilakukan oleh Mewin T. Zain lebih bersifat khusus pada
mata pelajaran
bahasa indonesia yakni untuk meningkatkan kemampuan siswa
menentukan kata
33Sumaryanta, “Menjadi Guru yang Baik, Bandung: Pustaka
Putra,”Pendidikan
Universitas Garut 4, No. 1, (2010), h: 27
http://journal.uniga.ac.id/index.php/JP/article/view/27
http://journal.uniga.ac.id/index.php/JP/article/view/27
-
sukar dalam teks bacaan, sedangkan pada penelitian ini lebih
bersifat umum
dimana pada penelitian ini adalah upaya meningkatkan hasil
belajar siswa pada
mata pelajaran bahasa indonesia. Adapun persamaan dalam
penelitian adalah
model yang digunakan.
2. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Meilan Masuna yang
berjudul
“Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Karangan
Sederhana
Melalui Model Kooperatif Tipe Stad Di Kelas Iv Sdn 22
Limboto
Kab.Gorontalo”Tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pada
observasi awal siswa yang mampu menulis karangan sederhana hanya
6
orang (30%). Nilai rata-rata setelah dilakukan siklus I
meningkat 9 orang
(45%) dengan presentase ,sedangkan pada siklus II meningkat
menjadi 16
orang (80%).
Berdasarkan hasil penelitian diatas penulis dapat analisia
memiliki titik
perbedaan diantaranya adalah dari faktor yang diteliti, dimana
pada penelitian
yang dilakukan oleh Meilan Masuna lebih bersifat khusus pada
mata pelajaran
bahasa indonesia yakni untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam
Menulis
Karangan Sederhana, sedangkan pada penelitian ini lebih bersifat
umum dimana
pada penelitian ini adalah upaya meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata
pelajaran bahasa indonesia. Adapun persamaan dalam penelitian
adalah model
yang digunakan.
F. Kerangka Pemecahan Masalah
Proses pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan kelas
untuk
tercapainnya tujuan pembelajaran yang merupakan indikator dari
keberhasilan
-
proses pembelajaran. Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang ada di
SD/MI.
Bahasa Indonesia di sekolah dasar bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan
berfikir, kematangan emosional dan sosial peserta didik sebagai
bekal untuk
kehidupannya. Pembelajaran yang hanya menggunakan metode
ceramah
cenderung membosankan bagi siswa sehingga siswa tidak memiliki
minat didalam
proses pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru sebagai
fasilitator harus
mengupayakan tindakan di dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan hasil
belajar tersebut sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran
yang
mengelompokkan siswa ke dalam tim belajar yang beranggotakan 4-
5 orang
yang heterogen untuk saling membantu dalam memahami pelajaran
dan
menyelesaikan tugas- tugas belajar dan kepada kelompok yang
meraih hasil
sempurna diberi penghargaan. Kerjasama didalam kelompok akan
melatih siswa
untuk saling membantu dan saling menghargai, selain itu melalui
pembelajaran
kooperatif ini siswa akan belajar untuk mengemukakan pendapat
dan
mendengarkan pendapat dari orang lain. Sehingga dengan
pendekatan ini siswa
dapat memahami materi pelajaran melalui penyajian materi oleh
guru dan di
permantap pada saat belajar kelompok agar hasil belajar siswa
dapat meningkat.
-
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (class
room action research)
atau PTK. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan
menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student team
Achievement Division) untuk
mengetahui sejauh mana peningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia siswa Kelas VMIN 2
Konawe Selatan
B. Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganap tahun ajaran
2015/2016 di Kelas V
MIN 2 Konawe Selatan selama dua bulan.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas MIN 2 Konawe
Selatan. Sedangkan
objek dalam penelitian ini adalah keseluruhan pelaksanaan proses
dan hasil yang diperoleh
dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran
Bahasa Indonesia siswa
kelas MIN 2 Konawe Selatan pada tahun ajaran 2015/2016.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus,
dimana setiap
siklus terdiri dari tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan atau
observasi serta analisis dan refleksi. Adapun prosedur
penelitian tersebut dapat diuraikan
seperti berikut ini:
-
32
1. Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan pada tahap ini adalah menyusun skenario pembelajaran
rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif STAD mata
pelajaran Bahasa Indonesia, menyiapkan lembar observasi,
menyiapkan media pembelajaran
membuat evaluasi berupa tes evaluasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah melaksanakan rencana
pembelajran yang telah
dibuat dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
c. Observasi
Pada bagian ini meliputi pengamatan yang dilakukan selama
kegiatan tindakan
berlangsung yaitu dengan mengamati aktivitas guru dan murid
sesui dengan lembar observasi
yang telah disediakan sebelummya, selain itu dilengkapi dengan
catatan lapangan untuk
melengkapi data.
d. Evaluasi
Evaluasi dilakasanakan pada setiap akhir siklus pelaksanaan
tindakan. Evaluasi
tersebut digunakan untuk mengetahui ada tidak adanya peningkatan
hasil belajar Bahasa
Indonesia pada pokok pembahasan yang diajarkan. Evaluasi yang
digunakan adalah tes hasil
belajar yang disusun oleh peneliti. Bila secara klasikal minimal
75% murid telah mencapai
nilai paling rendah 70 maka tindakan dianggap telah
berhasil.
e. Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi
dikumpulkan dan dianalisis.
Kemudian hasil tersebut akan dilihat hal-hal yang memenuhi
target yang telah ditetapkan
pada indikator kinerja. Jika belum memenuhi target, maka
penelitian akan dilanjutkan pada
siklus berikutnya. Selanjunya dilakukan
pertimbangan-pertimbangan tentang kelemahan dan
-
33
keunggulan dari pendekatan pembelajaran yang dilakukan.
Kelemahan dan kekurangan yang
terjadi pada setiap siklus akan dikurangi sedangkan keunggulan
akan dioptimalkan pada
siklus berikutnya.
2. Siklus II
Siklus II dilaksanakan bila minimal indikator kinerja pada
siklus 1 belum tercapai
dengan prosedur pada siklus 1
a. Perencanaan
Kegiatan pada tahap ini adalah menyusun skenario pembelajaran
rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif STAD mata
pelajaran Bahasa Indonesia, menyiapkan lembar observasi,
menyiapkan media pembelajaran
membuat evaluasi berupa tes evaluasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah melaksanakan rencana
pembelajran yang telah
dibuat dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
c. Observasi
Pada bagian ini meliputi pengamatan yang dilakukan selama
kegiatan tindakan
berlangsung yaitu dengan mengamati aktivitas guru dan murid
sesui dengan lembar observasi
yang telah disediakan sebelumya, selain itu dilengkapi dengan
catatan lapangan untuk
melengkapi data.
d. Evaluasi
Evaluasi dilakasanakan pada setiap akhir siklus pelaksanaan
tindakan. Evaluasi
tersebut digunakan untuk mengetahui ada tidak adanya peningkatan
hasil belajar Bahasa
Indonesia pada pokok pembahasan yang diajarkan. Evaluasi yang
digunakan adalah tes hasil
belajar yang disusun oleh peneliti. Bila secara klasikal minimal
75% murid telah mencapai
nilai paling rendah 70 maka tindakan dianggap telah
berhasil.
-
34
e. Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi
dikumpulkan dan dianalisis
pada siklus 1. Kemudian hasil tersebut akan dilihat hal-hal yang
memenuhi target yang telah
ditetapkan pada indikator kinerja. Jika belum memenuhi target,
maka penelitian akan
dilanjutkan pada siklus berikutnya. Selanjunya dilakukan
pertimbangan-pertimbangan
tentang kelemahan dan keunggulan dari pendekatan pembelajaran
yang dilakukan.
Kelemahan dan kekurangan yang terjadi pada setiap siklus akan
dikurangi sedangkan
keunggulan akan dioptimalkan pada siklus berikutnya.
E. Desain Penelitian
Adapun rancangan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dilihat
pada gambar berikut
ini34
34 Supardi, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Askara,
2006), h. 74
Permasalahan
Refleksi I
Alternatif Pemecahan Rencana Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Alternatif Pemecahan Rencana Tindakan II
Permasalahan
Belum Terselesaikan
Observasi I (Monitoring)
Analisis Data I Evaluasi
Refleksi II
Pelaksanaan Tindakan II
Observasi II (Monitoring)
Analisis Data II Evaluasi
Terselesaikan
-
35
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap aktifitas guru
dan siswa dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe
STAD. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas
guru dan siswa kelas
MIN 2 Konawe Selatan dengan menggunakan pedoman observasi yang
telah disusun.
Pada penelitian ini peneliti akan dibantu oleh seorang
observer.
2. Tes hasil belajar yaitu seperangkat instrument yang disusun
berdasarkan kompetensi
dasar materi ajar Bahasa Indonesia setelah menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Tes hasil belajar digunakan untuk mendapatkan data hasil
belajar Bahasa
Indonesia siswa kelas MIN 2 Konawe Selatan dengan menggunakan
pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
3. Dokumentasi yaitu pengambilan data-data penting yang
berhubungan dengan kegiatan
penelitian. Dokumentasi bertujuan untuk mengungkap fakta selama
kegiatan penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan berupa analisis deskriptif
yang dimaksudkan
untuk memberikan gambaran hasil belajar Bahasa Indonesia yang
diajar dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif STAD.
1. Menentukan nilai rata- rata hasil belajar Bahasa
Indonesia:
X=∑𝑥𝑁
Keterangan : Ʃx = Jumlah nilai yang diperoleh siswa N = Jumlah
seluruh siswa dalam kelas 2. Menentukan persentase ketuntasan
belajar siswa:
% ketuntasan =∑𝑥𝑁
× 100 % Keterangan : Ʃx= jumlah siswa yang tuntas belajar N =
jumlah seluruh siswa
-
36
3. Menentukan peningkatan hasil belajar
P= 𝑃𝑜𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑒−𝐵𝑎𝑠𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒𝐵𝑎𝑠𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒
x100% P = Peningkatan hasil belajar Post rate = Nilai sesudah
diberikan tindakan Baserate = Nilai sebelum diberikan tindakan
H. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah
hasil belajar Bahasa
Indonesia. Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil
apabila 70 % hasil belajar siswa
kelas V A telah mencapai nilai ≥70 yaitu nilai KKM yang
ditentukan sekolah pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
-
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Konawe Selatan sebelumnya adalah
Madrasah Ibtidaiyah
Swasta Fastabiqul Khairot yang berdiri pada tanggal 1 Juli 1974
dengan Piagam Pendirian Madrasah
Nomor : D12/II-2/007/75/1993 dan beralih status menjadi Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Lambusa
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama RI No. 107 tahun 1997
tanggal 17 Maret 1997.
Sekolah ini berubah nama menjadi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2
Konawe Selatan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Agama RI No. 184 tahun 2014.
1. Deskripsi Umum Keadaan Siswa
Penelitian ini adalah siswa kelas Va MIN II Konawe Selatan tahun
ajaran 2015/2016 terdiri
dari 21 siswa dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1
Jumlah Siswa Kelas Va MIN II Konawe Selatan Tahun Ajaran
2015/2016
No Jenis Kelamin F
1 Laki-laki 12
2 Perempuan 9
Jumlah siswa 21
Sumber data: Buku Daftar Hadir siswa Pegangan Guru Kelas Va MIN
II Konawe Selatan
(A.Nurhaerani S.Pd.I)
Siswa kelas Va MIN II Konawe selatan terdiri dari siswa yang
memiliki kemampuan
akademik yang beragam, diantaranya ada siswa yang memiliki
kemampuan akademik tinggi, sedang,
dan rendah, tetapi sebagian besar memiliki kemampuan akademik
sedang. Berdasarkan hal tersebut,
siswa kelas Va dipilih sebagai subyek penelitian ini karena
sesuai dengan model pembelajaran yang
-
38
akan diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student team Achievement
Division.)
2. Deskripsi Data Sebelum Tindakan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan tanggal 5 Januari
2015 pada siswa kelas Va
MIN II Konawe Selatan, bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia
siswa masih banyak siswa yang
memiliki nilai di bawah 70, hal ini berdasarkan wawancara
terhadap guru dan data yang diperoleh
dari absen evaluasi yang dimiliki oleh wali kelas V, sedangkan
KKM yang ditetapkan di MIN II
Konawe Selatan adalah ≤ 70. Faktor yang menyebabkan rendahnya
hasil belajar tersebut adalah guru
masih menggunakan metode konvisional, sehingga hanya beberapa
siswa yang aktif ketika
pembelajaran berlangsung, siswa kurang memperhatikan materi yang
disampaikan oleh guru, siswa
jarang bertanya kepada guru mengenai materi yang sedang
dipelajari.
Adapun data hasil belajar Bahasa Indonesia siswa sebelum diberi
tindakan adalah sebagai
berikut:
Tabel 2
Hasil Belajar Siswa Pra Siklus
No Nama siswa Jenis kelamin Nilai Keterangan
1 Hengki Ade pernama L 75 Tuntas
2 Ayu Naila Sari P 75 Tuntas
3 Agung Wahyu Saputra L 80 Tuntas
4 Andika dwi sanjaya P 65 Tidak tuntas
5 Aulia Ramadhani P 70 Tuntas
6 Ditriyanti P 40 Tidak tuntas
7 Davina Wahyu winata P 70 Tuntas
8 Fabian Sandi L 70 Tiuntas
9 Fitri P 40 Tidak tuntas
10 Gita Marzan Cahyani P 70 Tuntas
11 Gea Arianti P 40 Tidak tuntas
12 M.Fikri L 60 Tidak tuntas
-
39
13 M.Ramadhan L 45 Tidak tuntas
14 M.Latif Sukran Naeni L 45 Tidak tuntas
15 M.Aditia Bakti P L 85 Tuntas
16 M.Supriyadi L 45 Tidak tuntas
17 Panji Nurhadi L 40 Tidak tuntas
18 Raden Fian Wicaksono L 70 Tuntas
19 Rika Dewi Puspita Sari P 40 Tidak tuntas
20 Wd. Aulia Rahma B P 70 Tuntas
21 Dwi saputra L 40 Tidak tuntas
Jumlah 1250
Rata-rata 59,52
Ketuntasan belajar 47,61%
(Sumber data : Hasil pengolahan data sebelum tindakan PTK
2016)
Data diatas dapat diketahui bahwa dari 21 siswa, hanya 10 siswa
yang berhasil mencapai
KKM, sedangkan 11 siswa belum mencapai KKM sehingga persentase
ketuntasan yang diperoleh
sebesar 47,61%, dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa
yaitu 59,52, hal tersebut belum mencapai
KKM yang ditentukan oleh sekolah. Nilai rata-rata tersebut harus
mencapai 70 jika dapat dikatakan
berhasil atau tuntas. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student team Achievement
Division), sehingga diharapkan hasil belajar siswa dapat
meningkat.
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri
dua kali pertemuan. Penelitian ini
dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan. Aspek
yang akan ditingkatkan pada
penelitian ini adalah hasil belajar bahasa indonesia pada siswa
kelas Va di MIN II Konawe Selatan.
1. Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan
mengikuti kurikulum yang
digunakan sekolah yakni KTSP, dan menetapkan standar
komperetensi dan kompetensi dasar pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi pokok yang digunakan
yaitu membandingkan dua bacaan.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan
adalah:
-
40
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia
menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student team Achievement
Division(STAD).
2) Mempersiapkan lembar observasi guru untuk mengamati aktifitas
guru dan lembar observasi
siswa untuk mengamati aktivitas belajar siswa serta pelaksanaan
pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student team
Achievement Division)
3) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
4) Membagi kelompok secara heterogen dan sesuai dengan hasil
belajar siswa pada saat Ujian
Akhir Semester (UAS).
5) Mempersiapkan media pembelajaran dan perlengkapan yang
digunakan saat proses
pembelajaran.
6) Mempersiapkan soal kuis.
7) Mempersiapkan soal evaluasi untuk siswa
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada hari rabu
tanggal 27 April 2016 di
kelas V MIN II Konawe Selatan pada jam pelajaran pertama.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh peneliti adalah melakukan pembelajaran sesuai dengan
perangkat pembelajaran.
Tahap pendahuluan guru membuka pertemuan dengan mengucap salam
dan menanyakan
kabar siswa. Selanjutnya guru memberikan apersepsi kepada siswa
tentang materi membandingkan
dua bacaan. Apersepsi yang digunakan untuk menggali kemampuan
awal siswa mengenai
pembelajaran yang akan dipelajari dengan cara guru memberikan
beberapa pertanyaan yang berkaitan
dengan materi membandingkan dua bacaan, untuk membangkitkan
semangat siswa di awal pelajaran,
guru memberikan motivasi. Kemudian guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
pada materi yang akan dipelajari. Siswa memperhatikan tujuan
pembelajaran yang disampaikan oleh
guru.
Langkah selanjutnya guru menyampaikan model pembelajaran yang
akan digunakan yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe STAD, namun sebelum
menerapkan model tersebut guru
menjelaskan kepada siswa langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif STAD. Kemudian guru
-
41
mengelompokkan siswa ke dalam 5 kelompok yang terdiri dari 4-6
orang, selanjutnya guru
membagikan bacaan dan LKS dan menjelaskan aturan dalam
mengerjakan.
Guru membimbing setiap kelompok dalam mengerjakan tugas
kelompoknya, agar saling
membantu dan berdiskusi menyelesaikan tugas tersebut. Setelah
diskusi selesai dilaksanakan, guru
memanggil perwakilan tiap kelompok untuk mempersentasikan hasil
diskusinya di depan kelas dan
mempersilahkan kelompok lain memeberikan tanggapan kepada
kelompok presentase. Guru
kemudian mengarahkan siswa kejawaban yang benar lalu memberikan
penghargaan kepada kelompok
dengan nilai terbaik selama proses belajar berlangsung.
c. Observasi
1) Observasi guru pada siklus I
Peran dan kedudukan guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran
dengan model
kooperatif tipe STAD sangatlah penting. Oleh karena itu,
keberhasilan guru dalam mengelola
pembelajaran menjadi salah satu kunci keberhasilan pembelajaran.
Lembar observasi guru dalam
mengelolah pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dilakukan oleh guru
observer. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 3
Lembar Observasi Guru Siklus I
No
Kegiatan Ya Tidak
Nilai Perolehan
1 2 3 4
1 Guru menarik perhatian siswa
2 Guru memotivasi siswa
3 Guru mengadakan apresiasi
4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran
5 Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan
6 Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok dimana setiap
kelompok terdiri dari 5 orang yang heterogen
7 Guru memberikan dua teks bacaan kepada setiap kelompok
-
42
untuk dibandingkan isi dari dua teks melalui membaca
sekilas.
8 Guru membagikan soal-soal LKS
9 Guru Mementau dan membimbing siswa dalam kelompoknya.
10 Guru menunjuk perwakilan setiap kelompok untuk
mempersentasikan hasil kerja kelompoknya dan mengarahkan siswa
kearah jawaban yang benar.
11 Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk
menanggapinya dan memotivasi kepada kelompok yang bekerja dengan
baik.
12 Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara
individual.
13 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang hasil
diskusinya terbaik.
14 Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah
dipelajari
15 Guru Mengadakan evaluasi
Nilai perolehan 33
Nilai maksimum 60
Presentase (%) 55 %
(Sumber Data: Lembar Observasi Penelitian, 2016
Keterangan:
1. Sangat baik (4) = bila seluruh (100%) deskiptor terlaksana
peneliti jelas dan mudah di pahami
2. Baik (3) = bila 75% deskiptor terlaksana peneliti jelas dan
mudah di pahami
3. Kurang (2) = bila 50% deskiptor terlaksana peneliti jelas dan
mudah di pahami
4. Sangat kurang = bila 50% deskiptor terlaksana peneliti tidak
jelas dan tidak mudah di paham
Berdasarkan tabel 3 tersebut, dapat diketahui bahwa proses
kegiatan mengajar yang
dilakukan guru dalam mengelolah pembelajaran melalui model
kooperatif tipe STAD pada siklus I
termasuk dalam kategori kurang yatu dengan presentase 55%. Hal
ini dapat dilihat masih terdapat
beberapa aspek pembelajaran model kooperatif tipe STAD yang
belum dilaksanakan secara
-
43
maksimal, seperti guru belum maksimal dalam melakukan apresiasi
dalam upayah menumbuhkan
semangat yang optimal dalam proses KBM, dan guru belum maksimal
membagi kelompok secara
heterogen.
2) Observasi kegiatan siswa pada siklus I
Kegiatan observasi siswa pada siklus 1 siswa dilakukan untuk
mengetahui tingkat
kekurangan dalam proses pembelajaran serta untuk memperbaiki
pada siklus berikutnya. Peneliti
membagi 21 siswa kedalam 5 kelompok. Hasil pengamatan dari
kegiatan kelompok siswa pada
pembelajaran Bahasa Indonesia melalui model kooperatif tipeSTAD
adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Lembar Observasi kegiatan Siswa siklus I
(Sumber Data: Lembar Observasi Penelitian, 2016)
D
ari
tabe
l 4
di
atas, menggambarkan bahwa aktivitas siswa tergolong kategori
kurang dengan presentase 50%,
karena masih ada beberapa indikator yang belum terlaksana,
diantaranya adalah siswa tidak aktif
dalam proses diskusi dalam menyelesaikan tugas dan siswa tidak
memahami akan tugas masing-
masing anggota kelompok. Faktor penyebab kurang masksimal
aktivitas dalam kelompok adalah
terdapat 6 siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, 12
siswa yang belum mampu menjawab
No Kegiatan yang diamati Ya Tidak
Nilai Perolehan 1 2 3 4
1 Siswa menanggapi apresepsi yang diberikan oleh guru
2 Siswa aktif dalam proses diskusi dalam menyelesaikan tugas
3 Siswa menghargai pendapat teman yang lain
4 Siswa memahami akan Tugas masing-masing anggota kelompok
5 Siswa mampu mengemukakan pemikirannya terhadap materi yang
diajarkan
6 Siawa mampu mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas
7 Siswa mencoba menjawab pertanyaan teman atau menanggapi
pendapat teman
8 Siswa dapat menyimpulkan materi pelajaran dengan bimbingan
guru
Nilai perolehan 16
Nilai maksimum 32
Presentase (%) 50 %
-
44
pertanyaan dengan benar yang diajukan dari kelompok lainnya,
terdapat satu kelompok yang
mendominasi dalam menjawab soal tanya jawab dari guru, ada
beberapa siswa yang belum lancar
dalam membaca, dan siswa masih merasa malu-malu dengan teman
kelompoknya.
Hasil observasi siswa pada siklus I ini tentu akan ditelah
kekurangan dan kelemahan untuk
diperbaiki pada siklus berikutnya.
d. Evaluasi
Evaluasi merupakan alat ukur yang dilakukan untuk tercapainya
indikator dalam proses
pembelajaran, artinya bahwa dengan evaluasi tersebut menjadi
pedoman untuk melanjutkan siklus
apabila diperlukan. Presentase ketuntasan belajar siswa siklus I
berdasarkan hasil evaluasi dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas Va MIN II
konawe Selatan Pra Siklus
dan Siklus 1
Klp Nama Siswa Pra Siklus Siklus I Ket
I
Gita marzani Cahyani 70 85 Tuntas
Fitri 40 55 Tidak tuntas
Davina Wahyu winata 70 80 Tuntas
Ayu naisila sari 75 85 Tuntas
II
Rika dewi puspita 40 60 Tidak tuntas
WD.Aulia Rahma R 70 85 Tuntas
Gea Arianti 60 75 Tuntas
Aulia ramadhani 70 75 Tuntas
Ditriyanti 40 60 Tidak tuntas
III
M. ramadhan 45 65 Tidak tuntas
Agung wahyu saputra 70 80 Tuntas
Andika dwi sanjaya 65 75 Tuntas
M.Aditia Bakti P 85 90 Tuntas
Raden Fian Wicaksono 80 90 Tuntas
Panji Nurhadi 40 60 Tidak tuntas
-
45
IV M.Supriyadi 45 60 Tidak tuntas
Hengki ade pernama 70 80 Tuntas
V
Febian sandi 70 75 Tuntas
M. latif sukran naeni 45 60 Tidak tuntas
M. rifki 60 70 Tuntas
Dwi saputra 40 60 Tidak tuntas
Jumlah 1250 1525 Rata-rata 59,52 72,61 Presentase ketuntasan
47,61% 61,90%
(Sumber Data: Hasil pengolahan data PTK 2016)
Dari tabel hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar siswa bervariatif.
Hasil belajar siklus I terdapat 13 siswa yang memperoleh nilai
ketuntasan belajar yaitu≥70,
sedangkan 8 siswa tidak memperoleh ketuntasan belajarnya karena
memperoleh nilai ≤ 70. Hasil
analisis menunjukkan ada peningkatan dari pra siklus ke siklus
I, hal ini diketahui bahwa nilai
ketuntasan belajar siswa pada siklus I mencapai 61,90%, dengan
nilai rata-rata hasil belajar juga
mengalami peningkatan dari pra siklus 59,52, meningkat pada
siklus I menjadi 72,61. Sehingga
ketuntasan belajar pra siklus ke siklus I memperoleh peningkatan
hasil belajar sebesar 14,29%.
e. Refleksi
Refleksi bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan. Hasil
evaluasi pelaksanaan tindakan
siklus I belum mencapai indikator kerja, hal ini berarti masih
ada kekurangan. Kekurangan yang ada
pada siklus I peneliti bersama guru mata pelajaran bahasa
indonesia kelas Va MIN II Konawe
Selatan, akan diperbaiki pada perencanaan siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti
ditemukan permasalahan sebagai
berikut.
1) Siswa belum terbiasa berdiskusi sehingga siswa masih terlihat
kaku dalam proses pembelajaran
kooperatif tipe STAD, sehingga diskusi dalam kelompok belum
berjalan sempurna.
2) Guru juga belum maksimal memberikan motivasi dan apresiasi
kepada siswa sehingga siswa
kurang bersemangat.
Berdasarkan masalah di atas, maka perlu dilakukan perbaikan
tindakan sebagai berikut.
-
46
1) Guru lebih giat lagi dalam memberikan bimbingan dan arahan
dalam proses pembelajaran
kooperatif tipe STAD, sehingga siswa tidak kaku lagi didalam
penerapan model kooperatif tipe
STAD
2) Guru memberikan motivasi kepada siswa seperti acung jempol,
tepuk tangan, kata-kata
pembangkit motivasi “Pintar”, “Bagus sekali ”, dan
sebagainya.
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus I
menunjukan bahwa hasil belajar
Bahasa Indonesia terdapat 13 siswa sudah mencapai nilai
ketuntasan dan 8 siswa belum mencapai
ketuntasan belajar dengan nilai ketuntasan belajar mencapai
61,90%, dan nilai rata-rata 72,61.
Presentase hasil belajar siswa belum mencapai kriteria
keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 70%.
Penelitian ini akan berlanjut pada siklus II mengingat adanya
perbaikan-perbaikan yang harus
dilakukan, serta hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang belum
mencapai kriteria keberhasilan yang
telah ditetapkan.
2. Tindakan Siklus II
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi siklus I dan telah didiskusikan
bersama guru observer, maka
agar proses pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa
dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II berjalan dengan
baik. Peneliti kembali melakukan
perencanaan tindakan sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia
menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe (Student team Achievement Division
(STAD).
2) Mempersiapkan media pembelajaran dan perlengkapan yang
digunakan saat proses
pembelajaran.
3) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)
4) Mempersiapkan lembar observasi guru untuk mengamati aktifitas
guru dan lembar observasi
siswa untuk mengamati aktivitas belajar siswa dan pelaksanaan
pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student team
Achievement Division)
5) Mempersiapkan soal evaluasi untuk siswa.
-
47
6) Guru lebih giat lagi dalam memberikan motivsi, bimbingan dan
arahan dalam proses
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 11 Mei
2016. Guru melaksanakan
pembelajaran dikelas dan siswa berada di kelompoknya
masing-masing sebagaimana pembagian
kelompok pada siklus I. Materi yang diajarkan masih pada
pembahasan yang sama yaitu
membandingkan dua bacaan, tetapi pada bacaan yang berbeda.
Proses pembelajaran dilaksanakan
sesuai dengan sekenario yang dibuat sebelumnya yang mengacu pada
pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
c. Observasi
1) Observasi kegiatan guru siklus II
Peran dan kedudukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
model kooperatif tipe
STAD pada siklus II mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada pengamatan
siklus II yang disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 6
Lembar Observasi Guru siklus II
No
Kegiatan Ya Tidak
Nilai Perolehan
1 2