Top Banner
15 MPA 305 / Februari 2012 Jika benih perselisihan yang muncul sejak tahun 2000-an bisa diantisipasi sedini mungkin, tragedi pembakaran di Sampang akhir tahun lalu sesungguhnya bisa dicegah. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Konflik Sampang pun meluas dan menjurus pada pertikaian yang tak kunjung pa- dam antar sesama anak bangsa. Meski berbeda aliran keagamaan, seharusnya masyarakat Indonesia yang sadar atas kebhinekaannya, mampu mengendalikan diri dari berbuat anarkis. Rendahnya kesa- daran dalam memahami perbedaan inilah, yang sangat dise- salkan oleh Ketua PW Ansor Jawa Timur Ir. H. Alfa Isnaini, M.Si. Me- nurutnya, tragedi Sampang menun- jukkan buruknya kinerja pemerintah dalam memberikan pendidikan kesa- daran akan pentingnya menghargai keragaman di Indonesia. “Saya tidak ingin menanggapi soal benar tidak- nya sebuah keyakinan ajaran. Itu wi- layah MUI. Yang ingin saya tekan- kan di sini, adalah pentingnya kita bicara soal kemanusiaan,” tukas pria yang pernah nyantri di Pesantren PETA Tulungagung ini. Sebagai warga negara Indone- sia, setiap individu memiliki hak yang sama untuk hidup, beragama maupun bermasyarakat dalam melakukan aktivitas ekonomi dan sosial. Dan itu telah diatur dalam undang-undang. Maka bagi siapa yang melakukan pe- langgaran terhadap hak orang lain, haruslah dihukum sesuai dengan perundangan yang ada. Terlepas dari benar atau tidak- nya ajaran yang dibawa oleh Tajul Muluk, tindakan anarkis yang telah dilakukan oleh masyarakat Sunni di Sampang tetaplah tak dapat dibenar- kan. Dan itu semestinya sudah dapat diantisipasi oleh pemerintah. Ketika MUI Kab. Sampang mengeluarkan fatwa sesat terhadap ajaran Tajul, ha- rusnya pemerintah sudah melokalisir kelompok yang dianggap sesat itu untuk kemudian dilakukan pembina- an. Tapi faktanya, Tajul Muluk ma- sih bebas melakukan aktivitas peng- ajaran dan dakwahnya. Pemerintah seperti melakukan pembiaran terha- dap aktivitas kelompok Tajul. Warga yang telah lama merasa resah dan gerah, kian tak bisa membendung lagi emosinya. Amarah warga pun me- ledak. Meledaknya peristiwa Sam- pang, dalam kacamata Alfa Isnaini, lantaran kurang tanggapnya peme- rintah dalam merespon keresahan warga. Lambannya kinerja peme- rintah dalam menyelesaikan kasus tersebut, akhirnya harus dibayar ma- hal dengan meletusnya kasus pemba- karan rumah kelompok Tajul. Buntut dari aksi pembakaran itu, kedua ke- lompok kini semakin bersitegang. Jika saja tak segera diatasi, perselisihan antar aliran keagamaan ini bisa me- luas dan membahayakan keamanan nasional. Lelaki kelahiran Tulungagung 22 Mei 1967 ini pun menyayangkan sikap beberapa tokoh Ulama’ dan ma- syarakat yang mengeluarkan komen- tar tajam terhadap salah satu kelom- pok yang bertikai. “Janganlah meng- eluarkan komentar yang malah bisa menyulut emosi warga. Mari kita se- mua cooling down,” pinta alumnus S1 Unmuh Malang Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian itu. Sebab alumnus S2 Unmer Ma- lang Program Studi Kebijakan Publik ini menilai, bahwa persoalan Sam- Menghargai Perbedaan Jangan Terpancing dengan Isu Sampang Ir. H. Alfa Isnaini, M.Si Prof. Dr. Thohir Luth, MA
3

Menghargai Perbedaan Jangan Terpancing dengan Isu Sampangjatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar305/vbfj1328599210.pdf · Meski berbeda aliran keagamaan, seharusnya masyarakat Indonesia

Mar 30, 2019

Download

Documents

ngokhanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Menghargai Perbedaan Jangan Terpancing dengan Isu Sampangjatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar305/vbfj1328599210.pdf · Meski berbeda aliran keagamaan, seharusnya masyarakat Indonesia

15MPA 305 / Februari 2012

Jika benih perselisihan yangmuncul sejak tahun 2000-an bisadiantisipasi sedini mungkin, tragedipembakaran di Sampang akhir tahunlalu sesungguhnya bisa dicegah. Tapinasi sudah menjadi bubur. KonflikSampang pun meluas dan menjuruspada pertikaian yang tak kunjung pa-dam antar sesama anak bangsa.Meski berbeda aliran keagamaan,seharusnya masyarakat Indonesiayang sadar atas kebhinekaannya,mampu mengendalikan diri dariberbuat anarkis.

Rendahnya kesa-daran dalam memahami

perbedaan inilah, yang sangat dise-salkan oleh Ketua PW Ansor JawaTimur Ir. H. Alfa Isnaini, M.Si. Me-nurutnya, tragedi Sampang menun-jukkan buruknya kinerja pemerintahdalam memberikan pendidikan kesa-daran akan pentingnya menghargaikeragaman di Indonesia. “Saya tidakingin menanggapi soal benar tidak-nya sebuah keyakinan ajaran. Itu wi-layah MUI. Yang ingin saya tekan-kan di sini, adalah pentingnya kitabicara soal kemanusiaan,” tukas priayang pernah nyantri di PesantrenPETA Tulungagung ini.

Sebagai warga negara Indone-

sia, setiap individu memiliki hak yangsama untuk hidup, beragama maupunbermasyarakat dalam melakukanaktivitas ekonomi dan sosial. Dan itutelah diatur dalam undang-undang.Maka bagi siapa yang melakukan pe-langgaran terhadap hak orang lain,haruslah dihukum sesuai denganperundangan yang ada.

Terlepas dari benar atau tidak-nya ajaran yang dibawa oleh TajulMuluk, tindakan anarkis yang telahdilakukan oleh masyarakat Sunni di

Sampang tetaplah tak dapat dibenar-kan. Dan itu semestinya sudah dapatdiantisipasi oleh pemerintah. KetikaMUI Kab. Sampang mengeluarkanfatwa sesat terhadap ajaran Tajul, ha-rusnya pemerintah sudah melokalisirkelompok yang dianggap sesat ituuntuk kemudian dilakukan pembina-an.

Tapi faktanya, Tajul Muluk ma-sih bebas melakukan aktivitas peng-ajaran dan dakwahnya. Pemerintahseperti melakukan pembiaran terha-dap aktivitas kelompok Tajul. Wargayang telah lama merasa resah dangerah, kian tak bisa membendung lagi

emosinya. Amarah warga pun me-ledak.

Meledaknya peristiwa Sam-pang, dalam kacamata Alfa Isnaini,lantaran kurang tanggapnya peme-rintah dalam merespon keresahanwarga. Lambannya kinerja peme-rintah dalam menyelesaikan kasustersebut, akhirnya harus dibayar ma-hal dengan meletusnya kasus pemba-karan rumah kelompok Tajul. Buntutdari aksi pembakaran itu, kedua ke-lompok kini semakin bersitegang. Jika

saja tak segera diatasi,perselisihan antar alirankeagamaan ini bisa me-

luas dan membahayakan keamanannasional.

Lelaki kelahiran Tulungagung22 Mei 1967 ini pun menyayangkansikap beberapa tokoh Ulama’ dan ma-syarakat yang mengeluarkan komen-tar tajam terhadap salah satu kelom-pok yang bertikai. “Janganlah meng-eluarkan komentar yang malah bisamenyulut emosi warga. Mari kita se-mua cooling down,” pinta alumnusS1 Unmuh Malang Jurusan SosialEkonomi Pertanian itu.

Sebab alumnus S2 Unmer Ma-lang Program Studi Kebijakan Publikini menilai, bahwa persoalan Sam-

Menghargai PerbedaanJangan Terpancing dengan Isu Sampang

Ir. H. Alfa Isnaini, M.Si Prof. Dr. Thohir Luth, MA

Page 2: Menghargai Perbedaan Jangan Terpancing dengan Isu Sampangjatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar305/vbfj1328599210.pdf · Meski berbeda aliran keagamaan, seharusnya masyarakat Indonesia

16 MPA 305 / Februari 2012

pang tidak hanya merupakan per-soalan beda aliran keagamaan. Timyang dikirim PW Ansor Jawa Timurke Sampang menemukan kesenjang-an ekonomi yang luar biasa antar war-ga di Sampang. Mereka masih banyakyang hidup di bawah garis kemiskin-an. Padahal masyarakat yang laparakan lebih mudah diprovo-kasi. Hal inilah yang menu-rutnya harus segera menda-pat perhatian lebih dari peme-rintah.

Perselisihan antar umatSunni dan Syi’ah di Sampangyang berbuntut pembakaranitu, juga sangat disesalkanoleh Prof. Dr. Thohir Luth,MA. Ketua PW Muhammad-iyah Jatim ini menilai, tindakananarkis yang dilakukan salahsatu kelompok massa terse-but telah mencederai sema-ngat berbangsa dan bernega-ra dalam kebhinekaan.

Terkait sesat atau tidak-nya faham Syi’ah, PW Mu-hammadiyah Jatim masih me-

nunggu pernyataan resmi dari PPMuhammadiyah. Sebab untuk memu-tuskan aliran Syi’ah termasuk sesatatau tidak, butuh kajian yang lebihdetil dan mendalam. “PersoalanSyi’ah sangat berbeda dengan Ahma-diyah,” tutur pria kelahiran Flores 7Agustus 1954 ini.

Soal Ahmadiyah, Muhammadi-yah telah bersependapat dengan or-mas Islam yang lain dalam menjatuh-kan fatwa sesat terhadap ajaran Ah-madiyah. Sebab faktanya, Ahmadi-yah meyakini ada nabi setelah NabiMuhammad dan tidak memakai al-Qur’an sebagai kitab suci. Hal ini ber-

beda dengan Syi’ah, yang ma-sih meyakini Nabi Muhamm-ad sebagai Nabi terakhir danmemakai al-Qur’an yang samadengan yang dipakai umatIslam yang lain.

Oleh karena itu, Muham-madiyah tidak akan gegabahdalam menilai Syi’ah. Sepan-jang aliran kelompok keaga-maan tersebut tidak keluardari koridor Islam, Muhamma-diyah tetap akan menghargaiperbedaan tersebut. PrinsipMuhammadiyah sudah jelas,yaitu memperbanyak kawandan mengamalkan ukhuwah.

Mengenai konflik diSampang, Guru Besar HukumIslam UNIBRAW itu pun me-DR. H. Fatchul Arief, M.Pd

Menuju Rumah. Para jamaah Tajul Muluk bergegas pulang dari tempat pengungsian ke kampung halaman

Page 3: Menghargai Perbedaan Jangan Terpancing dengan Isu Sampangjatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar305/vbfj1328599210.pdf · Meski berbeda aliran keagamaan, seharusnya masyarakat Indonesia

17MPA 305 / Februari 2012

ngingatkan agar umat Islam lebih bisamengendalikan diri. Sebab dirinyamelihat, ada indikasi kuat jika konflikini telah ditunggangi pihak ketiga.Suami Nunik Sugianti ini pun menun-jukkan sejumlah kejanggalan darikasus tersebut.

Konflik yang melibatkan TajulMuluk dan Rois yang merupakan ka-kak beradik itu, awalnya diyakini ha-nyalah persoalan keluarga. Tapi takdisangka, keduanya dengan sertamerta melibatkan banyak massa. “Ji-ka cuma persoalan keluarga, mengapaharus melibatkan ribuan massa,” ki-lah alumnus S1 PAI Fakultas Tarbi-yah IAIN Sunan Ampel Surabaya ini.

Pria yang menyelesaikan S2 danS3 di UIN Syarif Hidayatullah JakartaProgram Studi Pemikiran Hukum Is-lam itu pun menduga, ada pihak ter-tentu yang dengan sengaja meng-atasnamakan agama untuk membuatkekacauan di Sampang. KarenanyaThohir Luth meminta, agar tokohUlama’ dapat meredam emosi umat-nya. Dirinya pun menghimbau, agarumat Islam tidak terpancing denganisu yang ada.

Thohir pun mengajak umat Is-lam untuk memandang sebuah per-bedaan sebagai suatu kewajaran da-lam kehidupan. Kita perlu untuk sa-ling terbiasa hidup berdampingandan menghargai dalam setiap keper-bedaan itu. Jika tidak senang, kita ti-dak perlu melakukan tindakan yanganarkis. “Jangan sampai umat Islammenjadi objek pembantaian atas namaagama,” tukasnya.

Agar hal mengerikan itu taksampai terjadi, kata DR. H. FatchulArief, M.Pd, diperlukan telaah petakonflik di Jatim. Wilayah konflik JawaTimur itu terbagi menjadi enam zonawilayah konflik; wilayah Osing, TapalKuda, Arek, Pesisir, Madura dan Ma-taraman. Dari keenam daerah tersebutyang rawan konflik adalah daerah ta-pal kuda. Sebab daerah ini merupa-kan pertemuan antara beberapa etnis– seperti Jawa dan Madura.

Untungnya, dari keenam zonaitu bisa dikendalikan. Untuk daerahselain Mataraman, peran Ulama’ be-gitu dominan dalam meredam konflik.Sedangkan di daerah Mataramanyang merupakan basis Islam abang-an, pendekatan pemerintah cukup

efisien. Mengenai pemicu utama kon-flik di Jatim, kerapkali berujung padamasalah sosial-ekonomi dan pahamkeagamaan. “Nah, dengan menge-tahui peta dan sumber konflik inilah,potensi konflik itu bisa diredam sedinimungkin,” tuturnya bernada harap.

Kasubbag Hukmas dan KUBKanwil Kemenag Prov. Jatim ini jugamenjelaskan, bahwa penyebaran su-atu agama dituntut agar mematuhidan menjalankan prinsip-prinsip ke-rukunan. Baik kerukunan intern umatbergama dan kerukunan antar umatberagama, maupun kerukunan antarumat beragama dan pemerintah.

Yang harus dihindari dalam pe-nyebaran faham keagamaan, adalahterjadinya pertentangan dengan kul-tur yang ada. Ini agar tidak meng-ganggu bangunan kerukunan yangtelah ada. Hal semacam itulah yangharus dipahami bersama oleh semuaunsur umat beragama. “Makanya ke-tika ada penolakan oleh masyarakatterhadap penyebaran suatu agama,tentu kegiatan penyebaran itu harusdievaluasi,” jelasnya.

Ketika tata aturan semacam itutak dihiraukan, maka bangunan keru-kunan yang ada akan segera runtuh.Seperti yang terjadi di dusun Nang-kernang, Karang Gayam, OmbenSampang yang masuk zona Madura.Kasus Sampang telah mencederai ba-ngunan persaudaraan dan ukhuwahyang selama ini terbangun. Agar ka-sus tersebut tak sampai meluas kewilayah Jawa Timur lainnya, pihakKemenag Jatim berusaha melakukanupaya pendekatan dengan berbagaikomponen.

Dari dialog Kemenag bersamapara Ulama di Madura, terang pria ke-lahiran Magetan 10 Desember 1966ini, inti persoalannya ada pada TajulMuluk sebagai tokoh Syiah di sana.Dan solusi paling riil, sebaiknya TajulMuluk beserta keluarganya segerameninggalkan bumi Madura. Denganbegitu tak akan timbul lagi amuk mas-sa. Meskipun sampai saat ini Pemkabbelum berhasil membujuk mereka.“Tapi itu merupakan solusi satu-satu-nya saat ini. Kita ingin menjaga aspekkerukunannya,” imbuhnya.

Sebab jika sampai kerusuhanSampang terus berlanjut, yang dikha-watirkan kalau kasus itu meluas men-

jadi isu internasional. Tentu dampak-nya citra Indonesia – khususnya Ja-wa Timur – akan buruk di mata luarnegeri. Dengan begitu yang mengam-bil alih kasus Sampang tersebut ada-lah pihak internasional. “Tentu kitatidak berharap intervensi pihak inter-nasional terhadap kasus Sampang,”tutur pria yang menyelesaikan S1nyadi Fak. Ushuluddin IAIN Sunan Am-pel Surabaya ini.

Kini Kanwil Kemenag Prov.Jatim masih menunggu fatwa MUIPusat terkait kasus tersebut. Dan se-andainya nanti MUI Pusat menge-luarkan fatwa sesat terhadap ajaranSyiah, Kemenag akan berbuat maksi-mal untuk mengimplementasikanfatwa tersebut. “Kemenag akan me-ngajak duduk bersama seluruh pihakyang berkepentingan. Mulai dari apa-rat keamaan, kepolisian, kejaksaan,hingga pemerintah daerah dalam me-nyikapi masalah tersebut,” tegasnya.

Kemenag berharap agar kasusSyiah tersebut diperlakukan sama de-ngan kasus Ahmadiyah. Jadi Syiahmasih diizinkan untuk menjalankanritual keagamannya. Hanya saja, me-reka dilarang untuk menunjukkan atri-but apalagi mengembangkannya. Se-hingga tidak mengganggu ketertibandan keamanan, serta menimbulkanpertikaian yang berkelanjutan. “Jadi..kita mencoba melokalisir Syiah itu se-perti halnya Ahmadiyah. Jika itu di-langgar, maka pihak berwajiblah yangmenanganinya,” tandasnya. “Sekalilagi, itu jika ada fatwa sesat dari MUIPusat,” tukasnya.

Namun demikian, Kemenag Ja-tim menghimbau kepada masyarakatagar tetap menghormati hak-hak dasarmasing-masing individu untuk melak-sankan ibadah sesuai keyakinannya.Jangan menjadikan perbedaan ideo-logi sebagai kekuatan yang meng-hancurkan. Pemahaman yang ber-beda-beda hendaklah dijadikan seba-gai potensi untuk membangun bang-sa. Sebab dalam kehidupan berbang-sa dan bernegara, tidak ada kompon-en yang tidak memiliki peran. “Sekecilapapun komponen yang ada, meru-pakan penentu keberhasilan pemba-ngunan nasional,” tandas lelaki yangmenyelesaiakan S2 dan S3nya di UNPPadang ini. Laporan: Dedy Kurnia-wan, Ahmad Suprianto (Surabaya).