PERSPEKTIF Volume XI No.2 Tahun 2006 Edisi MENGGAGAS SINTESA GLOBAL-LOKAL DALAM MEMBANGUN HUKUM EKONOMI Oleh: Tti Budiyono ABSTRACT Business pmadigm has change,Thenewestbusiness paradigm rooted on critical theory andpostmodernism thinking. This condition should be accepted as a prerequisite condition for economiclqw to be developed. In the Jield of corporationlaw, the government has enacted Corporation Act in 1995 (Act No.l, IigS). According to the Corporation Act, there are many doctrines which were transplanted from common law traditions into Indonesian C^orporation Act which applied in o civil law traditions. From this point of view, many problems arose lspeciatly on how thosedictines should be implemented. This articis try io discussthis problem. Keywords : Syntesa Global, Economic Low. PEI\DAHTJLUAI\ Krisis yang mendera duniaperusahaan dalam skala global telah menimbulkan efek domino (Efek Domino alauTeori Domno dikenrbangkanketikaJohn Foster Dulles menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS).Inti teoriini adalah : 'Apabila salah satu negara sekutu AS di AsiaTenggaraj atuh ke tangan komunis, maka negara-negara Asia Tenggara lairmya akanjatuh pula ketangan komruris seperti halnya rangkaian kartu domino." Teori ini kemudian popular juga diluar bidang pertahanan, misalnya sering dikutipdalam kajian ekonomi untuk menganalisis satu peristiwayang menimbulkan akibat ikutan yang beruntun, sebagaisuatu bentuk konskwensi logis.Bandingkan dengan : Pacific Century,TheEmergence of Modern PacificAsia, Mark Borthwick, 1992)terhadap penurunan kepecayaan investor. Pada perusahaan-perusahaan kelas duni4 skandal Enron Co., disusul kasus yang menimpa perusahaan Xerox,WorlCom Inc.,dan akhimya Merek (Perusahaan-perusahaan ini secara mengejutkan mengalami goncangan yangsangat dahsyat, yang mengakibatkan harga saham di bursa "terjunbebas" menjadi hampir tidak berharga sama sekali apabila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Penyebabnya adalahsalah urus perusahaan oleh CEO (chief executive officers) atau terjadinyamanipulasi datakeuangan yang melibatkan Menggagas SintesaGlobal-Lokal dalam Membangun Hukum Ekanoni 101 Tri Budiono
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERSPEKTIF Volume XI No.2 Tahun 2006 Edisi
MENGGAGAS SINTESA GLOBAL-LOKALDALAM MEMBANGUN HUKUM EKONOMI
Oleh:
Tti Budiyono
ABSTRACTBusiness pmadigm has change, The newest business paradigm rooted on critical theory and postmodernismthinking. This condition should be accepted as a prerequisite condition for economic lqw to be developed.In the Jield of corporation law, the government has enacted Corporation Act in 1995 (Act No.l, IigS).According to the Corporation Act, there are many doctrines which were transplanted from common lawtraditions into Indonesian C^orporation Act which applied in o civil law traditions. From this point ofview, many problems arose lspeciatly on how those dictines should be implemented. This articis try iodiscuss this problem.
Keywords : Syntesa Global, Economic Low.
PEI\DAHTJLUAI\
Krisis yang mendera dunia perusahaan dalamskala global telah menimbulkan efek domino (Efek
Domino alauTeori Domno dikenrbangkanketikaJohn
Foster Dulles menjabat sebagai Menteri Luar NegeriAmerika Serikat (AS). Inti teori ini adalah : 'Apabilasalah satu negara sekutu AS di Asia Tenggaraj atuhke tangan komunis, maka negara-negara AsiaTenggara lairmya akanjatuh pula ke tangan komrurisseperti halnya rangkaian kartu domino." Teori inikemudian popular juga diluar bidang pertahanan,
misalnya sering dikutip dalam kajian ekonomi untukmenganalisis satu peristiwayang menimbulkan akibatikutan yang beruntun, sebagai suatu bentuk
konskwensi logis. Bandingkan dengan : PacificCentury, The Emergence of Modern PacificAsia,Mark Borthwick, 1992) terhadap penurunan
kepecayaan investor. Pada perusahaan-perusahaan
kelas duni4 skandal Enron Co., disusul kasus yangmenimpa perusahaan Xerox, WorlCom Inc., danakhimya Merek (Perusahaan-perusahaan ini secaramengejutkan mengalami goncangan yang sangatdahsyat, yang mengakibatkan harga saham di bursa"terjun bebas" menjadi hampir tidak berharga samasekali apabila dibandingkan dengan kondisisebelumnya. Penyebabnya adalah salah urusperusahaan oleh CEO (chief executive officers) atauterjadinyamanipulasi datakeuangan yang melibatkan
Menggagas Sintesa Global-Lokal dalamMembangun Hukum Ekanoni
101 Tri Budiono
akuntan publik) merupakan contoh pembusukan
perusahaan yang dilakukan dengan cara melakukan
konspirasi diantara'brang-orang dalam" pensahaan
atau dengan fihak afiliasinya. Apabila dengan
"kacamata'; yang sama dipergunakan untuk melihat
kasus yang terjadi di Indonesia akan diperoleh daftarpanjang dari perusahaan-perusahaan yang keropos
oleh karena campur tangan 'brang dalam" yang tidakproporsional. Krisis ekonomi yang berkepanjanganselain disebabkan oleh karena faktor ekstemal,diperparah oleh fondasi ekonomi yang keropos dansalah urus perusahaan baik yang melibatkan pemilik
modal (pemegang saham) ataupun direksi dankomisaris perusahaan.
Dalam sejarah kehidupan perusahaan, tedadipergeseran yzulg signifikan pada motivasi pencarian
(baca penumpukan) keuntungan. Kalau semulapemilik modal (s hareholders) yangberusaha untuk
melakukan penumpukan keuntungan, kini bergeserke pengurus perusahaan (kaum eksekutifperusahaan). Pengurus penrsahaan adalah pihak yang
menanggung beban dan tanggung jawab untuk
mengoptimalkan keuntungan atas investasi yang
dilakukan oleh para pemilik modal. Pemikiran sepertiini, tercermin dal arn The Nexus ofContract Theoryyang cenderung mendistorsi peran pemegang sahamyangtidak lagi sebagai pemilikpenrsahaan, tetapi lebih
sebagai penyedia modal, sama seperti halnya kediturperusahaan. Robert W. Hamilton (1991 : l-5) danbandingkan dengan Prasetyantoko (Kompas; 25 Juli
2002) mengemukakan dominannya pengurusperusahaan yang menggeser dominasi pemegang
saham, dalam ungkapan sebagai berikut :"The economist has developed another theoryof corporation that permits the creation ofan economic model to study corporate issues.This theory is usually called The Nexus ofContract Theory. It views the corporationas a legal Jiction that embodies a web or nexusof contractual relationship amongindividuals. In this theory the manager oftheJirm are the principal actors blendingthe mixofresources being supplied in order to reachoptimal (most profitable) performance.Shareholders are not viewed as owner of theenterprise but rather as providers of capitalalong with bondholder(s) and other creditor(s)in anticipation ofreceiving a returnfrom theinvestment. "
Menurut Jansen dan macling (Hamilton Robert
W.; l99l : l-5; Bandingkan dengan pemikiran
Prasetyantoko A,; Kompas, 25 Juli 2002), sebagaipenggagas Acency Theory serta Williamson(ttumilton RobertW.; l99l : l-5; Bandinglan denganpemikiran Prasetyantoko A,; Kompas, 25 Juli 2002)
sebagai penggagas Transaction Cost Theory,keterhubungan antara pemilik modal dan eksekutifpensahaan selalu ditandai oleh konflik kepentinganyang sifatnya permanen. Penyebabnya adalah para
eksekutif perusahaan (sebagai pengelola modal)memilki sifat oportunis. Kondisi ini kemudian
melahirkan kontol sikap yang ketat dari pemilik modal(s hareholders). Akibatnya, antara pemilik modal
Menggagas Sintesa Global-Lokal dalamMembangun Hukum Ekonomi
102 Tl,i Budiyono
PERSPEKTIF Yolume XI No.2 Takm 2006 Misi
(s hareholders) dan pengelola modal (eksekutifperusahaan) terbentuk pola keterhubungan yang
sifatnya konfl iktual (asymmetrtc). Pada eksekutif
berorientasi untuk meluaskancakupan bisnisnya (kebij akan ekspansif) sehinggaperlu ada sebagian keuntungan yang ditalrltt(retain
earning), sedang pemegang saham cenderungberorientasi untuk mendapatkan keuntungan(deviden) secepat mungkin dan tidak perlu adakeuntungan yang ditahan. Ii:rtudap pemegang mham(yang tergabung dalam Rapat Umum PemegangSaham / RIIPS) para eksekutifselalu berusaha untukmemberikan informasi yang positif dari perusahaanyang dikelolanya agar mereka mau tenrs menanamkanmodal, dengan begitu eksekutif akan leluasamengembangkan perusahaan dengan dana segar(fresh money) itu. Filosofi inilah yang melatarbelakangi (sering) munculnya konspirasi eksekutifperusahaan dengan ahmtan publik, sehingga terj adiproses pengeroposan perusahaan dari dalam.
Asymmetric relationship tersebut dalampe*embanganryatidakhanyamerugikan fihak-fihakyang secara langsung memiliki hubungan denganperusahaan tetapi juga terhadap fihak lain yang
memiliki kepentingan yang sifatnya tidak langsungterhadap perusahaan. Ini berarti terabaikannya
tanggugjawab sosial perusahaan (co4po rate socialrc spo ru ib ili ty). Dalam konteks ke-Indonesiaan, perludlakukan antisipasi terhadap pengembanganperusahaan agar tanggung jawab sosial perusahaan
(bahkan dalam konsep yang lebih luas: corporategovernance) bisa menjadi bagian yangmenseimbangkan pola pengembangan perusahaan.Permasalahan ini pada tataran berikutnya perlu
diakomodir dalam produk hukum yang mampumemberikan rambu-rambu dalam pengelolaanperusahaan. Oleh karenanya, UU No. I tahun 1995tentang Perseroan Terbatas perlu dikitisi. Thesisperlmya sintesa unsur global-global dalam mempolabangun hukum ekonomi, tetaah kritis terhadapundang-undang tentang Perseroan Terbatasmerupakan arah dasar dari tulisan ini.
PERMASALAHAN
Dalam sejarah perkembangannya modemisasibisnis lahir bersamaan dengan pe*anbangan rwohsiindustri. Ciri dominannya adalah penekanan padaproduktivitas dan keuntungan produksi. Perusahaansebagai bentuk usaha dari kegiatan bisnis tersebutdikelola secara rasional. Beberapa nama besar yangmeletalikan dasr perkembangan bisnis modem dapatdicatat antara lain adalah Marx Weber (Weber
dengan paradigmanya tentang rasional formalmerumuskan 4 (empat) keuntungan yang kemudianmenjadi dimensi dasar rasionalisasi, yaitu (a) Webermenilai birokrasi merupakan stuktur paling efisiendalam melaksanakan sejumlah besar tugas yangmemerlukan kerja tulis menulis, (b) birokrasimenekankan pada daya hitung atau pembilangan
sebanyak mungkiq (c) karena begitu kuatrya hokum
Menggagas Sintesa Global-Lokal dalamMembangun Huktm Ekonomi
103 Tli Budiyono
PERSPEKTIF Volume XI No.2 Tahun 2006 Edisi
dan ahrarl birokrasi beroperasi dalam cara-cara yang
lebih bias diprediksi, dan (d) birokrasi menekankan
konhol terhadap orang melalui penggantian manusiadengan teknologi nonmanusia" Bandingkan lebih la4jutRitzer, George, The McDonaldization of Sociaty,di-Indonesiakan oleh Solichin dan Didik P. Yuwono,Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 34-36) yang
berangkat dari teori rasionalisme formal dalam biangbirokrasi, kemudian prinsipprirsipnya berkembangdan merambah pada dunia bisnis, Frederick Tayloryang kemudian terkenal dengan faham Taylorisme(Iaylorism) (Taylorisme merujuk pada suatu benhrkmanajemen sistematik yang bertujuan menghaprskankekuasaan organisasi dari tangan para pekerj a. Intipemikiran Taylorisme adalah pemisahan antarapengelolaan sebuah tindakan dengan pelakmnaannya
yang pada awal abad ke-20 merupakan sebuahinovasi yang radikal. Dengan demikian manajemenmenjadi sebuah aktivitas tersendiri (terpisah darikepemilikan) yang fi:ngsinyamerupakan seperangkatstandar kerj4 dan memilih tenaga kerja yang paling
sesuai untuk menjalankarmya" Bandingkan lebih laqiut
: Kuper, Adam and Kuper, Jessica, The SocialSciences Encyclopedia, di-Indonesiakan oleh HarisMunandar, et all. PT Raja Grafindo Persad4 Jakart42000, hal 1084), Henry Ford mengembangkan
rasionalisme dalam indusfi otomotif yang kemudianterkenal dengan faham fordism (Istilah Fordismpertama kali dipergunakan oleh Antonio Gramscietika ia mempelajari nilai-nilai budayayang
dalam cara hidup Amerika di tahun 1930-an. Bagibanyak ilmuwan, Fordisme (dari nama pengusaha
Amerika, Henry Ford) merupakan symbol hadimyakaum pekerj a massal baru, yang memiliki gaya hidup,kesejahteraan dan cini*irinya sendiri. Dengan kalimatlain Fordisme merupakan metafora kapitalismemodenL Frodisme memiliki 4 (empat) unsure, yaitu :(a) berkembangnya system produksi massal, (b)meningkatnya peran ekonomi industri-industriproduksi massal daam perekonomian massal secarakeseluruhan, (c) berkembangnya peran hegemonidalam perekonomian, dan (d) Fordisme diartikansebagai suaru mode regulasi yang dimaksudkan unnrkmemacu pertumbuhan ekonomi. Bandingkan lebihlanjut, Kuper and Kuper, Ibid. hal. 370-371), danjuga Henri Fayol yang meluncurkan teori tentangprinsipprinsip umurn adrninisfasi perusahaan.
Pada dekade 1990-an George Ritzer membuatanalisis bahwaperkembangan perusahaan denganprinsipprinsip rasionalitas telah sampai pada bentukyang hampir seragam, yang kemudian dia namakanMcDonaldisasi . Bahkan proses McDonaldisasi ini
telah merambah hampir pada semua aspek kehidupan
masyarakat, atau dalam istilah Ritzer sebagaiMcDonaldi"qtion of Society (McDonaldisasi memilikimakna yang jauh lebih luas ketimbang fenomenaekonomi, tetapi telah menjadi icon yang
melambangkan penyerapan (hampir) semuahetetoginitas ketridupan ke dalam homoginitas bentr:k
kehidupan, sebagai puncak serangkaian proses
Menggagas Sintesa Global-Lokal dalanMembangun Hukum Ekonomi
lu Tri Budiyono
PERSPEKTIF Volume XI No.2 Tahun 2006 Misi
rasionalisasi yang terjadi di sepanjang p€dalanar abad
ke-20. Ntzer, Op.Cit. hal.55).
Dalam perusahaan, perkembangan pemisahan
antara pengelola perusahaan dengan pemilik
perusabaan telahmelahfukanpolakeefiubnngan yang
di dalarilrls menglcit dimensi yuridis. Kaertubrngan
te$ebut d@t dielaborasi dalam uraian berikut ini.
Harry G. Henn dan John R. Alexander
menggambarkan dasar struktur manajemenperusahaan (baca: PT) dalam bagan sebagai
berikut : (Henn, Harry G and Alexander, John R.,
1983 :467)
Dalam kedudukannya sebagai organ yangmempunyai tugas untuk melakukan pengelolaan
terhadap perusahaan, direksi - sebagai puncak
manajemen - akan melakukan proses pengambilan
keputusan dalam perusahaan, dalam kerangkamewujudkan tujuan perusahaan. Pada sisi yang lain,PT sebagai perusahaan tidak dipandang sebagai" single-goal s ingle4ecis ion unif ' melainkan sebagai"multi-goal, multidecision organisationa!coalition" .lnhrvruti. dalam PT terdapat kelompok-kelompok yang "berkoalisi" membentuk PT sebagaiorganisasi. Dantara kelompok-kelompok pembennrk
Menggagas Sintesa Global-Lokal dalanMembangun Hukum Ekonomi
105 Tri Budiyono
PERSPEKTIF XI No.2 Tahun 2006 Edisi
"koalisi" yang paling penting adalah manajer (yang
tediri dari board ofdirectors dan officers), karyawan
dan pemegang saham (Koutsoyiannis; 1985 : 387).
Untt*dapatmemahamibagaimanadireksi dapat
mengambil keputusan dalam kerangka mewujudkan
tujuan perusahaan, dapat dijelaskan melalui Teori
Perilaku Perusahaan (Behavioral Theory of the
Firz). Teori ini mulai dikembangkan pada tahun
1950-an sebagaimana dikemukakan dalam artikel
H.A. Simon yang dimuat di Quarterly Joumal of
Economics tahun I 955 . Dalam perkembanganny4
teori ini kemudian dielaborasi oleh Cyert dan March
melalui penelitian ada 4 (empat) studi kasus dan 2
(dua) studi eksperimental laboratorium
(Koutsoyiannis; 1985 : 386. Hasil dari elaborasi Cyert
dmMal$ini kernrdianmenglrasilkanmodelperilaku
yang terkenal dengan nama The Behavioral Model
ofcyert and March (Koutsoyiannis; 1 985 : 386.
Sebelwn penulis menguraikan teorinya Clert dan
Msdlterlebihdatrulupenulis akanmelihatteori dasar
(gr and the o ry) y angmenj adi dasar pengembangan
The Behavioral Model of Cyert and Mach.
The Behavioral Model of Cyert and March
dikernbangkan dari Teori Rasional (R ational Tluory)
(Waters, Malcolm, Modem Sociological Theory
Sage Publications, tnndon, 1 994, p.56). Yang pada
intinyamemandangbahwamanusia secara individual
memiliki kepentingan material, dimana kepentingan
ini lebihdiuurnakanketimbangnilai-nilaiyangsifrrrya
umum seperti halnya keadilan dan juga lebih
diutannkan ketimbang kebutuhan-kebutuhan yang
sifatnya non material (Waters, Malcolm, Modem
Sociological Theory Sage Publications, London,
1994, p.56). Dengan demikian, tujuan dari teori
rasional itas adalah memaksimalkan pemenuhan
kepentingan individu (the maximization of
individual interest).
Dari sudut pandang yang lain, hubunganperdagangan merupakan paradigma pada teori
sosiologi formal yang memberikan penekanan pada
rasionalitas sebagai ciri utama dari masyarakat
manusia. Itulah sebabnya, sifat rasionalitas ini juga
menjadi dasar pengembangan dari teori pertukaran
sebagaimana dikembangkan oleh George C. Homans
dan Peter M.Blau (George C. Homans dan Peter M.
Blau dalam Poloma, Margaret M.; 2000 : 5l -103)Emest Gellner (Ernest Gellner dalam Uppeq
Adam, dan Kuper, Jessic4 Ensiklopedi Ilmullmu
Sosial, di Indonesiakan oleh Haris Munandar, et all.;
2000 : 901) mengemukakan beberapaciri utama dari
teori rasionalitas, yaitu :
l Suatu tendensi mtuk bertindak banya setelah
melakukan pengembangan atau
penghitungan, sebagai kebalikan dari
tindakan karena dorongan (fihak lain) atau
karena kepatuhan kepada tinan-tiruan yang
tidak diperiksa secara cermat.
2. Suatu tendensi untuk bertindak sesuai
dengan rencanaj angka panjang.
Menggagas Sintesa Global-Lokal dalamMembangun Hukum Ekonomi
108 'lli Budiyono
PERAPEKTIF Volume XI No.2 Tahun 2006 Edisi
3. Suatu pengendalian terhadap perbuatan
melalui aturan-aturan yang bersifat abstrak
danumum.
4. Efisiensi instrumental, yaifu seleksi sarana-
sarana secaramurni dengan efektivitas dalam
rangka memperoleh yang ditentukan secarajelas.
5. Suatukecendennganuntukmemilihbabagai
tindakan, lembga, dsb dalam pengertian
sumbangannya kepada kriteria tunggal danyang secara jelas ditentukan.
6. Suatu kecenderungan untuk
mensistematisasikan keyakinan-keyakinan
dar/atau nilai-nilai densan sistem koheren
tunggal.
7. Suatu kecenderungan untuk menemukanpemenuhan duniawi dalam melaksanakan
atau pemuasan kemampuan-kemampuan
intelektual, bukan dengan emosi atausensualitas.
Waters Malcolm, menyimpulkan bahwa Teori
Rasionalitas mengikuti salah satu dari tiga arus, yaitu
(l) Teori Pertukaran Sosiologis (The Exchange
Sociology Theory) yang dikembangkan olehHamons, kemudian Peter Blau dan terakhir olehEmerson, (2) Teori Pilihan Publik (Public-Choice
Theory), atav (3) Teori Pilihan Rasional (Rational-
Choice Theory).Tari yang terakhir ini dikenal pula
dengan nama Teori Permainan Marxisme (Game-
Theoritic Marxism) atau analisis Marx isme (AnalyticMarxism).
Kalau ditelusur lebih jauh, Teori Rasionalitasmerupakan cabang dari hasil pengembangan
Utilitarian Theory yang dikembangkan oleh parapernikir ekonomi ketimbang pemikir sosial. Diantarapemikir tersebut yang sangat berpengaruh adalahManhall (l 842-1924), Vilfredo Pareto (l 848-1 923)dan BF Skinner (b.1904). Para pemikir TeoriUtilitarian berpendapat bahwa :"that social life isboth subjective and insnumental or materialcharacter" (Waters Malcolm; p. 59).
Dari apa yang telah diuraikan pada bagianterdahulu, dapat disimpulkan bahwa Model PerilakuCyert dan March (The Behavioral Model ofCyertand Much) d*embangkan dari Teori Perilaku DaamPerusahaan (Bel avioral Theory ofthe Firm) .Teoiperilaku Dalam Pensahaan dikembangkan dari TeoriRasionalitas (Rationality Theory) dan TeoriRasionalitas dikembangkan Teori Pertukaran(Exchange Theory) dan Teori Pertukarandikembangkan dari Teori Utilitarian (Utilitarian
T he o ry\ Kalau T eori Utilitarian diletakkan sebagaigrand theory, maka Teori Perilaku DalamPerusahaan merupakan lower level theory,dimanamodel pengambilan keputusan direksi dianalisisdengan Model Perilaku Cyert dan march. Secaraskematis, uraian ini dapat digambarkan sebagaiberikut :
Menggagas Sintesa Global-Lokal dalamMembangun Hukum Ekonomi
107 Tli Budiyono
PENJPEKUF Volune XI No.2 Tahn 2006 Edisi
Exchange Theory
Behavioral Theory of the Fim
Sehavioral lvlodel of Cye]t and ilarch
Kcmbali pada bagsimana Teori Pctiatu Dalam
Pcnuabaan yang kernudian dikembangkm maliadi
Nlodcl P€silahCl,€rtdatl\,Incb padauraimb€rihtt
ini akan diuraikan dengan mengikuti sekuensi
sebagaimana dikemukakan oleh Koutsoyiannis,
rin:l. Penrsahaanrnenaakan'toalisi"kclontpok-
kelompok dengan kepentingan yang
bqteda-beda
Proses penentuan demand-goals dari
kelompok-kelompok yang berbeda dalamperusahsan.
Pentakrifan tujuan dari perusatnan oleh
direksi sebagai puncak manajenen" yaitu
perilaku yang memberikan kepuasan dariperusahaan (satlsfylng behmtor of the
dimanaparelitian ini dilakukan melakukan pemisahan
antara pemilik (pemegang saham) dengan direksi
sebagai pengelolaperusahaan @ireksi merupakan
organ PTyang dipililL diangkat dan diberhentikan olehpemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) dengan prinsip suara mayoritas,
Dengan demikian, dapat saja direksi PT adalahpemegang saham mayoritas atau pemegang saham
yang didukung oleh suaramayoritas. Namun demikian
yang dimaksud dengan pemisahan antara direksi
dengan pemilik adalah kondisi dimana direksi
bukanlah pemegang saham, melainkan "orang lain"
yang dipekerjakan oleh PT). Asumsi dasar pada
perusahaan ini adalah perusahaan dipandang sebagai
organisasi yang memiliki tujuan ganda, memiliki
"mult idecit ion organisational coal i t ion".
Perusahaan merupakan "koalisi" kelompok-
kelompok yang berbeda, yang dihubungkan oleh
bqbagai aktivitas. Masing-masing kelompok tersebut
memiliki kepentingan yang berbed4 bahkan kadangbertolak belakang satu dengan yang lain. Namundemikian diantarakelompok-kelompok tasebut yangpaling dominan adalah direksi, pemegang saham dan
karyawan. (Koutsoyiannis, A.; 1985 : 386)Menurut Teori P eilaku (Behavioral Theory),
pada perusahaan terdapat dikotomi antara anggotakelompok yang membennrk koalisi perusahaan pada
satu sisi dan perusahaan sebagai organisation-
coalition pada sisi yang lain. Konsekuensi daridikotomi ini adalah munculnya perbedaan tujuan.Anggoa kelompok mempruryai tujuan yang berbeda
dengan perusahaan, Cyert dan march berpendapat
bahwa tujuan perusahaan dipengaruhi oleh keinginan
dari anggota kelompok koalisi perusahaan, sedang
keinginan anggota kelompok koalisi dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang sifatrya variatif (Koutsoyiannis,
A.; 1985 : 3 87). Sementara itq keinginan dari anggotakelompok koalisi selalu mengalami perubahan dariwaktu ke waktu Dengan demikian dalam perusahaan
akan tajadi proses tawar menawar keinginan diantara
angota kelompok koalisi dan munculnya konflik
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan(Koutsoyiannis, A.; 1 985 : 387).
Tujuanperusalnan padaakhimyaditetapkanoleh
direksi (Dalam aras praksis, apa yang menjadi
kewenangan direksi dalam banyak hal didelegasikan
kepada pemimpin perusahaan (officers), yang
sekalipun kelompok ini bukan merupakanpersonifkasi dari PT tetapi memegang peranan pen:ting
Menggagas Sintesa Global-Lokal dalamMembangun Hukum Ekonomi
109 Tri BudAono
PEkSPEKUF Volume XI No.2 Tahun 2006 Edisi April
dalam proses pengambilan keputusan perusahaffl
yang sifatrya strategis. Direksi benama-sama dengan
officers sering disebut sebagai manajemen
perusahaan). Dalam proses penetapan tujuan
perusahaan, manajemen berusaha untuk sedapat
mungkin memuaskan keinginan-keinginan yang
membentuk tujuan perusahaan tersebut. Menurut
teori perilakq tr{uan dai perusatraan tidaklah semata-
Norton. Konsep yang terakhir ini memahami kinerj a
organisasi perusahaan tidak hanya menurut ukwan
finarsial saja (rangiDle assefs) tetapijuga dari kinerja
kultur dan ideologi (intangible assefs). Menurut
beberapa kalangan konsep yang diintrodusir oleh
Kaplan dan Norton merupakan bentuk pengenalan
paradigma bisnis baruyang sedikit banyak dipengarutri
oleh cara pikir post modemisme (Prasetyantoko;
Kompas;25 Juli 2002).
Sekalipun paradigma post modemisme belumsepenuhnya diterima sebagai paradigma baru yang
menggatikanpamdigmabisnis moderrL namm faktor
kultur dan ideologi telah mu.lai dipikirkanuntuk bahkanmulai dit€rapkan dikalargan prahisi bisnis. Kultur danideologi pada tataran berikutrya akan terjabar dalam
konsep tanggungjawab sosial pensahaan
social responsibility) maupun pada konsep
corporate gove nnce. Namun demikian bagaimana
tanggung jawab sosial perusahaan diterapkan atau
bagaimana (good) corporate governance
dikernbangkan, masih belum menemukan sosok yangjelas. Bahkan Friedman, M (dalam Cannon, Tom,
Corporate Responsibility, di-Indonesiakan oleh
Felicia Gerda Naj oan, PT Elex Media Komputindo,
Jakarta hal. 39) meragukannyamelalui rmgkapan :"bila praktisi bisnis memiliki tanggung j awabsosial, selain memaksimumkan keutungan bagipemegang sahamny4 bagaimana mereka dapatmengetahui apa yang dimaksud dengan tanggungjawab sosial? Dapatkah individu swasta memilihsendiri apa tugas sosial yang menarik bagimereka?"
Hazel Hendersen (Henderson, Hazel, Building a
Win-Win World, di-Indonesiakan oleh Heri Suminto,
Interaksara, Jakarta, hal. 60), seorang futurolog,
memprediksikan bahwa pada masa mendatang
Menggagas Sintesa Global-Lokal dalamMembangun Hukum Ekonomi
I t3 hi Budiyono
PERSPEKTIF Volume XI No.2 Tahun 2006 Edisi April
paradigma bisnis pasca modern akan menjadi
paradigma dominan. Hal ini didasarkan pada
fenomena terjadinya proses rekonstruksi
perekonomianindustiyangcendaungmeninggalkan
sektor-sektor usang yang bersifat tidak sinambung
dan berenfiopis, dan mulai bermunculannya sektor-
sektor baru yang bersifat berkesinambungan dan
berentopi rurdah. Dengan meminj am istilah Thomas
Kuhn, dalam bidang bisnis, pada saat ini telah terjadi
krisis paradigna yang kernudian akan diikuti dengan
lompatan paradigna (Kulrr, Thomas S. The sh,tctue
of Scientific Revolution, di-Indonesiakan oleh Tjun
Surjaman, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000).
Mempola Bangun Hukum Ekonomi: Kritik UU
PT
Eksistensi Peneroan Terbatas @T) dalam sistern
hukum Indonesi4 semula diatur melalui Pasal 35-56
KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KIJHD) adalah istilah yang dipergunakan untuk
menterjemahkan Wetboek van Koophandel (WvK)
sebagaimana diundangkan dalam Staatblad 1847 :
23). Kotentuan ini berlaku sejak KUHD diberlakukan
berdasarkan Ordonansi Maskapai Andil Indonesia(Ordonantie op de Indonesische Maatschappij k op
Andelen), Staatsblad 1939 : 569jo. 717). Namun
dalam perkembanganny4 Maskapai Andil Indonesia
kurang atau bahkan tidak berkembang menjadi bentuk
usaha yang populer ketimbang PT. @enyediaan dua
sumber hukum yang berbeda untuk suafu bentuk
usaha yang mirip antara Perseroan Terbatas (PT)
dengan Maskapai Andil Indonesia (MIA) apakah
didasarkan pada kesadaran bahwa hukum memiliki
dimensi yangja:h lebih luas ketimbangperanran (rule)
ataukah tidak, penulis belum menemukan sumber
informasi. Namun demikian, pemberlakuan KUHD
maupun Ordonansi Maskapai Andil Indonesia
keduanya dapat dipandang sebagai bentuk
transplanusi hukum secara unrh. Melalui ransplantasi
hukum ini diperkenankan institusi ekonomi bant yang
sebelumnya tidak dikenal di Indonesia).
Pada tahun 1995. Pemerintah Indonesia
melakr:kan perubahan terhadap landasan yuridis Pl
mnggagat Sintes a Clobal- Lokal dqlanMembangun Huhtm Ekonomi
114 Tri Budiyono
PERSPEKTIF Volume XI No.2 Tahun 2006 Edisi Awil
termasuk didalamnya Maskapai Andil Indonesiadengan memberlakukan UU No. I Tahun 1995t€ntang PerseroanTerbatas. Dengan diberlakukaruryaW Pl Pasal-pasal KUHD sepanjang mengatur PTdanOdonansi MaskapaiAndil Indonesiadihapuskan.
Dua ciri yang menonjol dalam UU No. I tahun1995 ini adalah tetap dipertahankannya sebagianbesar doktrin-doktrin yang melatarbelakangipengaturan PT dalam KUHD dan dimasukkannyadokhin-doktrin baru yang dikembangkan dalamtradisi Common Law Dengan demikianUU PTmerupakan sosok peraturan yang memadukan tadisiCivil Law dan tradisi Common Law. Kalautransplanhsi hukurnyang mengatur PT dari tradisi CiviLaw dipandang seagai hukum tentang PT yang telahmapan, maka pemberlakuan doktrin-dokhin baruyang dikembangkan dalam tradisi Common Lawmerupakan bentuk tansplantasi hukum baru.
Dengan bertitik tolak dari pemikiran tersebut,transplantasi doktrin-doktrin yang dikembangkandalamtadisi Commonlawke dalam UUNo. I tahrur1995 dapatdiidentifikasi sebagai berikut :l. Doktrin Tanggungiawab Fidusir (Fiduciary
Duty Doctrine).
Doktrin ini pada dasamya mengajarkan bahwaantara direktur dan komisaris PT terikat pada
hubungan fiducia (Gamer, Bryan A (Editor inChiefl; 1999 : 640) dengan PT. Konstruksiyuridis dari dokrin ini meletakkan direktur dankomisaris sebagai seorang trustee atau agent,
yang mempunyai kewajiban untuk mengabdisepenuhnya terhadap PT Dalam UU PT, dokhinini tidak secara eksplisit disebut tetapi tersiratdalam pengaturan Pasal 82 dan 98 UU No. Itahun 1995 (Munir Fuady. lebih melihatpengaturan Pasal 82 dan 98 UU No. I tahun1995 sebagai bentuk semi fiduciary duty. Lihatlebih lanjut Fuady, Munir, Hukum PerusahaanDalam Paradigna Hukum Bisnis, Citra Adity4Bandung, 1999, hal. 4)Doktrin Peluang Perusahaan (CorporateOpp or tunity D o c tr i ne).Doktin ini sebenamya merupakan konsekwensilogis dari pemberlakuan doktin-doknin fiduciaryduty. Dokhin ini mengajarkan bahwa seorangdireksi (termasuk didalamnya komisaris) haruslebih mengutamakan kepentingan perseroan daripada kepentingan pribadi terhadap hansaksi-tansaksi yang menimbulkan confl ict of interest.Pasal 82, 84, 85, 87, 88 dan 89 UUNo. I tahun1 995 mengindikasikannya diintroduksikannya
dokrin ini ke dalam UU PT.
Self Dealing Dontrine.
Self Dealing Dontrine adalah transaksi yangdilakukan antara direknr perusahaan dengan PTitu sendiri. Cakupan dari doktrin ini meliputitransaksi langsung maupun transaksi tidaklangsung. Titik krusial doktrin ini adalahterbukanya peluang conJlict of interest arrtaradirektur PT (sebagai personifikasi PT) dengan
Menggagas Sintesa GIobal-Lokal dalamMembangun Hukum Ekonom i
PERSPEKTIF l/olume XI No.2 Tahun 2006 Edisi April
dirinya sendiri rmtuk kepentingan pribadi diluarPT (Dalam sejarah mula-mulanegara anglo Saxson melarang sama sekalidoknin ini dengan akibat tansaksi menjadi bataldemi hukum (null and void) dan direktur yang
bersangkutan harus bertanggungjawab secarapribadi. Namun dalam perkembanganny4 selfdealing ini diperboletrkan sepanjang direkturyangbersangkutan dapat membuktikan bahwahansaksi tersebut bersifat fair and non froud.Dengan demikiarq akibat hukum dari selfdealingdoctrine berevolusi dari null and void menj adivoidable. Lihat lebih lanjut Hamiltoq Robert W.,The Law of Corporation, in a nut shell. WestPublising Co.St.Paul, Minn P.399-404).
4. Bussines Judment Rule.
Dokbin ini mengajarkan bahwa seorang direkturtidak dapat dimintakan pertanggung-j awabansecara pribadi atas tindakan yang dilakukan dalamkedudukannya sebagai direktur, yang diyakini
sebagai tindakan yang terbaik bagi perseroan,
dilakukan secarajujur, beritikad baik dan tidakbertentangan dengan hukumyang berlalnr DalamUU No. I tahun 1995 tidak terdapat indikasiyang jelas diberlakukan dokhin ini, namun
demikian prinsip distribusi kekuasaan diantaraorgan PT memberikan tempat organ tersebutuntuk dapat mengambil keputusan tanpa harustakut untuk secara pribadi menanggung akibathukum dari keputusan yang diambilnya. Doktin
ini dikembangkan atas prinsip bahwa direkturmerupakan seorang profesional yang didalamdirinya melekat tanggung jawab profesional(P rofes s i onal Liabi I ity).
5. Piercing The Corporate Veil Doctrine (PCV)Doktrin ini pada asasnya menerobosi prinsippemisahan tanggunglawab dan harta kekayaanPT sebagai badan hukum (legal entity) daritanggungjawab dan kekayaan pemegang saham.Doktin ini bertujuan untuk menghindari hal-halyang tidak adil tenrtama bagi fihak luar persemandari tindakan sewenang-wenang yang dilakr-rkandengan mengatasnamakan Pl baik yang terbitdari suatu transaksi dengan fihak ketiga mauprmdari perbuatan yang rnenyesatkan atau perbuatan
melawan hukum (Dalam sej arahperkembanganya, mula-mula negara angloSaxson melarang sama sekali doktrin ini denganakibat hansaksi menjadi batal demi hukum (null
and void) dan direktur yang bersangkutan harusbertanggungiawab secara pribadi. Namun dalam
self dealing ini diperboletrkansepanjang direktur yang bersangkutan dapatmembuktikan bahwa transaksi tersebut bersifatfair and non froud. Dengan demikian, akibathukum dari selfdealing doctine berevolusi darinull and void menjadi voidable. Lihat lebih lanjutHamilton, Robert W., The Law of Corporation,in a nut shell. West Publising Co.St.Paul, MinnP.98-133).
PEP"SPEKTIF Yolume XI No.2 Tahun 2006 Edisi Aoril
1
Derivative Action Doctrine
Doktin ini mengajarkan bahwa sekalipun yang
menjadi personifikasi PT adalah direksi, namun
dalam keadaan tertentu dan dalam batas-batas
erlentu pemegang saham dapat mengambil alihperan personifikasi PT tersebut untuk
mengdukan gugatandenganmengatasnamakan
PT UU No. I tahun 1995 memungkinkanpemegang saham untuk melakukan derivative suit
ryabilamewakili minimal 10% saha dengan haksuara yang sah Pasal 85 ayat (3), 98 ayat (2),
lebih jauh terhadap hal ini dapat dikaji dariponikiran Foucoult danAlthusser. Lihat lebihjauhBeilharz, Peter, Social Theory : AGuide to CentralThinkers. Di Indonesiakan oleh Sigit Jatmiko,
Doktrin ini mengajarkan bahwa direktur(termasuk didalamnya komisaris) PT tidak dapat
melakukan perbuatan hukum diluar bataskewenangan yang diberikan kepadanya.
Pennasalahanakan mwrcul manakaladirckhrtrtmelakukan perbuatan hukum diluar bataskewenangan yang diberikan kepad anya (ultra
vlres), siapakah yang harus memikul akibat
hukum yang ditimbulkan ? Dalam tradisiCommon Law,al<tbat hukum dari tindakan ultavires berevolusi dui null and void menjadivoidable, Q-ilntlebih lanjut Wolfe. Arthur D andNafiziger, Frederick J. The Law ofAmericanBussines Organization : An EnvironmentalAppoach. John Mley and Sons, New York,1984, p.309).
8. Corporate Ratification DoctrineDoktin ini mengajarkan bahwa peneroan dapatmenerima tindakan hukum yang dilakukan olehorgan lain dalam perseroan tersebut, sekaligusmagambil alih tanggungjawab dari akiba hukurnyang muncul untuk kemudian meniaditanggungiawab PT. Pasal 11 UU No.l tahrur1995 merupakan contoh dari pemberlakuan
doktr in ini (Alexander dan Hennmengkonstruksikan peralihan tanggungiawabdari pendiri atas perbuatan yang dilakukannyasebelum PT memperoleh status sebagai badanhukum menjadi tanggungiawab PT setelah PTmemperoleh stanrs sebagai badan hukum dengan
beberapa teori misalnya ratification theory.Adoption theory Nocation Theory dl. Lihat lebihlanjut Alexander, John R., and Henn, Harry GLaws of Corporation, 3nd Editon, WestPublishing, Minnesot4 USA, I 983.P.253).
Menggagas Sintesa Global-Lokal dalamMembangun Hukum Ekonomi
117 Tri Budiyono
PERSPEKTIF Volume XI No.2 Tahun 2006 Edisi April
9. Doktrin Perlindungan Pemegang SahamMinoritas
Salah satu ciri yang kentara dari pembahanran
UU PT adalah diberlakukannya doktrinperindungan terhadap pemegang sahamminoritas. Dokrin ini sebenamya telah menjadiperdebatan panj ang di negara yang menganuttradisi hukum Common Law. Salah satu titikpangkal perdebatannya adalah "demokrasi"kapitalis cenderung berwatak totalitarian.Implementasinya dalam druria korporasi adalahpengambilan keputusan yang didasarkan padapitnsip"one share one vote" .Denganprinsip inisuara satu orang (yang menjadi pemegang sahammayoritas) dapat mengalahkan sejumlah besarorang (yang menjadi pemegang saham mihoritas).Kondisi demikian berpeluang menimbulkanketidak adilan, oleh karenanya negara denganotoritas menetapkan peraturan (rule) yangmunungkinkan dilakr:kan penerobosanterhadap
"demokrasi" yang berakhir pada totalitarian
tersebut. Denok Wahyudi mempolakan bentukperlindungan hukum terhadap pemegang sahamminoritas ini ke dalam dua pola dasar, yaitupersonal right dan derivative right.
10. Doktrin Kewenangan PengadilanDoktrin ini bertitik tolak dari pemikiran bahwauntukmemberikankeseimbanganterhadap fihak-fihak yang memiliki kepentingan terhadap Plperlu melibatkan fihak yang netral, yaitu
pengadilan. UU No. I tahun 1995 pada dasamyamemformulasikan kewenangan pengadilanmenjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu kewenanganbiasa, kewenangan yang didasarkan padagugatan perseroan dan kewenangan yangdidasarkan pada permohonan penetapanpengadilan
Apabila W PT dicermati, nampak sekali bahwaUU ini hanya mengatur hal-hal yang secara langsungmemiliki kete*aitan dengan PT sebagai b€ntuk usahadan badan usaha. Semelltara iht" bagaimana tanggungjawab sosial perusahaan hendak dibangun danbagaimana (good) corporate govemance hendakdikembangkan belum dicakup pada UU PT ini.
Dimensi global telah diakomodir pada UU PTnamundemikiandimensi lokalyangdiharapkandapatmengakomodir faktor kultur dan idiologi sebagai basispengembangan perusahaan yang menuju paradigmapasca modem perlu dilakukan. Dengan demikianhukum ekonomi, khususnya yang mengatur tentangperusahaan (baca : PT) pada masa yang akan datangharus dilalokan dengan mensintesakan aspek global
dan unsur lokal (kultru dan idiologi). Dengan demikianpada hukum ekonomi, khususnya yang mengatureksistensi PT terjadi proses globalisasi dan pada saatyang bersamaan terjadi proses lokalisasi. Denganmeminjam istilah dari Hilanat Budiman" terjadi prosesglobalisasi (Budiman, Hikmat, Lubang HitamKebudayaan, Kanisius;2002 : 35).
Menggagas Sintesa Global-Lokal dalqm 118 mMembangun Hukum Ekonomi
PERSPEKTIF Volume XI No.2 Tahun 2006 Edisi April
DAFTARPUSTAKA, Pacific Century, The Emergance of
Modern Facific Asia, Mar Borthwick,1992.
Hamilton, Robert W . , The Law of Corporution (lna Nutshell), West Publishing Company,Miruresota, 1991.
Ritzer, George, Tlr e McDonaldization of Sociaty ,di-Indonesiakan oleh Haris Mrmandar. et all.PT Raja Grafindo Persad4 Jakart4 2000.
HeffL HarryG and Alexandu, John R Corporution,West Publishing Co. Minnesot4 1983.
Koutsoyiannis, A. Modern Macroeconomics,Second Edition, English Language BookSociety, Macmillaq I 985.
Waters, Malcolm, Modern Sociological Theory,Sage Publications, London, 1994.
Polom4 Margaret M, Contemporary SociologyTft eory, dilndonesiakanolehYasogam4 PTRaja Gralindo Persad4 Jakarta, 2000.
Cannon, Tom, Corporute Responsibility, di-Indonesiakan oleh Delicia fua Najoa4 PTElex Media Computindo, jakarta 1995.
Henderson, Hazel, B aiWing a Mn-llin Workl, di-Indonesiakan oleh Heri Suminto, Interaksara"Jakafia^2002.
Kuhn, Thomas 5., The Structure of ScientiJicRevolution, di-Indonesiakan oleh'IjunSurjaman, Remaja Rosdakarya, Bandung,2000.
Menggagas Sintesa Global-Lokal dalam 1i9Membangun Hukum Ekonomi
Wignjosoebroto, Soetandyo, Dari HuhumKolonial ke Hukum Nasional, SuatuTblaah Mengenai Transplantasi Hukumke Negara-Negaru yang TengahB er kembang, Kh us usnya Indones ia,Pidato Pengukuhan Guru Besar UniversitasAirlangga, 4 Maret 1989.
Gamer, Bryan A., Black's Law Diaionary, SeventhEdition, West Group, St. Paul, Minn, 1999.
Fuady Munir, Hukum Perusahaan DalamParadigma Huhum Bisnis, Citra Aditya,Bandung, 1999.
Beilharz, Peter, Social Theory : A Guide to CenralThinken, di-Indonesiakan oleh Sigit Jatniko,Pustaka Pelajar, Yo gyakarta20O2.
Wolfe,Arthur D. and Naffziger, Frederick J., IfteLaw ofAmcrican Business Organization: An Envhonmental Appmach, J olm\,llleyand Sons, New York, 1984.
Prasetyantoko, A ., Bisnk Pascamodern,Kompas251u1i2002.