Top Banner
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil buangan tak berharga. Meski setiap hari manusia selalu menghasilkan sampah, manusia pula yang paling menghindari sampah. Orang kebanyakan hanya bisa membuangnya, namun kurang peduli bagaimana barang sisa itu seharusnya diperlakukan. Tidaklah heran, akibat kelalaian dan kekurang pedulian kita terhadap sampah, kita pula yang menuai bencana yang ditimbulkan oleh sampah. Sampah merupakan barang atau benda yang tidak terpakai lagi. Misalnya : tumpukan barang bekas, sisa tanaman atau kotoran hewan. Pada kenyataanya, sampah merupakan masalah yang dapat menimbulkan persoalan. Pada abad ini bentuk, sifat dan jumlah sampah yang dihasilkan diperkirakan meningkat selain itu, pari ahli persampahan akan timbulnya penumpukan sampah di laut. Pada dasarnya limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam dan atau belum mepunyai nilai ekonomi bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Menurut sumber-nya limbah dapat dibagai menjadi tiga yaitu : (a) limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari perumahan, perdagangan, dan rekreasi; (b) limbah industri; dan (c) limbah rembesan dan 1
37

Mengelola Sampah

Jul 24, 2015

Download

Documents

Reny Sukmawani
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Mengelola Sampah

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil buangan tak berharga.

Meski setiap hari manusia selalu menghasilkan sampah, manusia pula yang paling

menghindari sampah. Orang kebanyakan hanya bisa membuangnya, namun

kurang peduli bagaimana barang sisa itu seharusnya diperlakukan. Tidaklah heran,

akibat kelalaian dan kekurang pedulian kita terhadap sampah, kita pula yang

menuai bencana yang ditimbulkan oleh sampah. Sampah merupakan barang atau

benda yang tidak terpakai lagi. Misalnya : tumpukan barang bekas, sisa tanaman

atau kotoran hewan. Pada kenyataanya, sampah merupakan masalah yang dapat

menimbulkan persoalan. Pada abad ini bentuk, sifat dan jumlah sampah yang

dihasilkan diperkirakan meningkat selain itu, pari ahli persampahan akan

timbulnya penumpukan sampah di laut.  

Pada dasarnya limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu

sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam dan atau belum

mepunyai nilai ekonomi bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. 

Menurut sumber-nya limbah dapat dibagai menjadi tiga yaitu : (a) limbah

domestik (rumah tangga) yang berasal dari perumahan, perdagangan, dan rekreasi;

(b) limbah industri; dan (c) limbah rembesan dan limpasan air hujan.  Sesuai

dengan sumbernya maka limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi

bergantung kepada bahan dan proses yang dialami-nya (Sugiharto, 1987).

            Limbah industri sangat beragam, sesuai dengan jenis industri.  Berbagai

jenis industri berpotensi mencemari lingkungan diantaranya adalah industri

tekstil, cat, penyamakan kulit, farmasi, dan industri pangan.  Limbah industri

pangan dapat menim-bulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung

sejumlah besar karbohi-drat, protein, lemak, garam-garam mineral, dan sisa-sisa

bahan kimia yang digunakan di dalam  proses produksi.  Contoh beberapa industri

pangan yang menghasilkan limbah seperti ini adalah produk susu, pengalengan

dan pengawetan buah-buahan dan sayuran, pengalengan dan pengawetan hasil

1

Page 2: Mengelola Sampah

laut, pemurnian gula, permen, produk daging, pengawetan dan pengalengan

daging, serta penggilingan biji-bijian.

            Pada umumnya limbah industri pangan tidak membahayakan kesehatan

masya-rakat, akan tetapi kandungan bahan organiknya yang tinggi dapat bertindak

sebagai sumber bahan makanan untuk pertumbuhan mikroba (Jennie dan Rahayu,

1993).  Limbah yang langsung dibuang ke perairan tanpa pengolahan terlebih

dahulu dapat menyebabkan penurunan kualitas air sungai dengan mekanisme

pertumbuhan mikro-organisme yang berlimpah.  Meningkatnya jumlah

mikroorganisme dapat menyebabkan berkurangnya nilai oksigen terlarut “disulfed

oxygen” (DO), karena sebagian besar oksigen dipakai untuk respirasi

mikroorganisme tersebut.  Dengan menurunnya DO maka akan mempengaruhi

kehidupan ikan dan biota air lainnya.  Selain itu, buangan limbah ke perairan juga

dapat menimbulkan bau yang tidak enak dan terjadinya “eutro-fikasi” (Eiger dan

Smith, 2002).

            Masalah pencemaran karena buangan limbah yang tidak dikelola dengan

baik seringkali tidak hanya disebabkan oleh industri besar, tetapi juga oleh

industri kecil yang seringkali belum mempunyai fasilitas pengolah limbah. 

Mengingat jumlah industri kecil yang sangat banyak dan lokasi yang menyebar,

maka hal ini perlu mendapat perhatian.  Sementara untuk industri besar yang

sudah dilengkapi fasilitas pengolah limbah dan adanya Keputusan Menteri Negara

Kependudukan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor : KEP

03/MENKLH/II/1991 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan yang Sudah

Beroperasi, seharusnya dapat mengelola limbah yang dihasilkan dengan prosedur

yang benar dan bertanggung jawab,  namun dalam pelaksanaannya masih sering

terjadi pelanggaran.

            Secara umum pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan cara

pengurangan sumber (“source reduction”), penggunaan kembali (“reuse”),

pemanfaatan (“recycling”), pengolahan (“treatment”), dan pembuangan

(“disposal”).  Untuk setiap industri pangan, alternatif pengelolaan limbah dapat

disesuaikan dengan karakteristik limbah. 

2

Page 3: Mengelola Sampah

Jumlah rata-rata per penduduk terhadap sampah yang dihasilkan,

memperlihatkan angka yang bervariasi di tiap tempat, daerah ataupun negara.

Data yang dikumpulkan di lingkungan ITB sejak 1963, memperlihatkan jumlah

rata-rata sampah yang dihasilkan penduduk perhari, yaitu :

1. Sekitar 150-350 gram sampah berbentuk sisa-sisa tanaman ataupun

hewan (berasal dari rumah).

2. Sekitar 350-575 gram sampah berbentuk gugran daun, ketas, dan

sebagainya (berasal dari keramaian kota, jalan gudang, dan sebagainya).

3. Sekitar 125-300 gram berbentuk tinja (kotoran manusia) dan 0,75 –

1,25 liter berbetntuk air seni (urine).

Jumlah tersebut belum termasuk sampah yang berasal dari hewan ternak,

sisa pertanian ataupun sumber lainnya. Adapun yang sangat menonjol dalam

persentase komposisi sampah rata-rata yang dihasilkan setiap hari adalah sisa

tanaman (umumnya berupa bekas sayuran < 60%) (Unus Suriawaria, 2002).

Sekian lama pengelolaan sampah dengan konsep buang begitu saja (open

dumping), buang bakar (dengan incenerator atau dibakar begitu saja), gali tutup

(sanitary landfill) ternyata membuahkan hasil yang jelek. Antara lain dengan

timbulnya korban jiwa, bau busuk menebar ke mana-mana, dan kondisi

lingkungan yang tidak sehat seperti banyaknya lalat dan tercemarnya air

bersih/sumur oleh air lindi dst. Tidaklah mengherankan di kota yang penduduknya

padat, warga menolak kehadiran TPA (tempat pembuangan akhir sampah).

Dampak sosial yang timbul akibat pembuangan sampah/penimbunan

sampah sampai saat ini kelihatannya belum banyak mengubah pandangan para

pengambil kebijakan dan para operatornya.

Pengomposan merupakan proses penguraian aerobik - thermophilic dari

konstituen organik (misalnya dari sampah / buangan organik alami dan excess

sludge dari biological wastewater treatment) menjadi produk akhir yang relatif

stabil, menyerupai humus. Ada 3 group mikroorganisme yang berperan, yaitu:

bakteria, actinomycetes dan fungi.

Fungsi bakteria akan mengurai senyawa golongan protein lipid dan lemak

pada kondisi thermophilic serta menghasilkan energi panas. Actinomycetes dan

3

Page 4: Mengelola Sampah

fungi yang selama proses pengomposan berada pada kondisi mesophilic dan

thermophilic berfungsi untuk mengurai senyawa-senyawa organik yang kompleks

dan selulosa dari bahan organik atau dari bulking agent. Faktor kondisi

lingkungan selama operasional sangat berpengaruh terhadap aktivitas

mikroorganisme dalam proses oksidasi - dekomposisi tersebut dan pada akhirnya

berpengaruh terhadap kecepatan dan siklus proses pengomposan serta kualitas

kompos yang dihasilkan.

Selama proses pengomposan ada 3 tahapan berbeda dalam kaitannya

dengan temperatur yang diamati, yaitu: mesophilic, thermophilic dan cooling

(tahap pendinginan). Pada tahap awal mesophilic temperatur proses akan naik dari

suhu lingkungan ke ~ 40 oC dengan adanya fungi & bacteria pembentuk asam.

Temperatur proses akan terus meningkat ke tahap thermophilic antara 40 - 70 oC,

dimana mikroorganisme akan digantikan oleh bakteria thermopilic, actinomycetes

dan thermophilic fungi.

Pada range thermopilic temperatur, proses degradasi dan stabilisasi akan

berlangsung secara maksimal. Tahap pendinginan ditandai dengan penurunan

aktivitas mikroba dan penggantian dari mikroorganisme thermophilic dengan

bacteria & fungi mesophilic. Selama tahap cooling, proses penguapan air dari

material yang telah dikomposkan akan masih terus berlangsung, demikian pula

stabilisasi pH dan penyempurnaan pembentukan humic acid.

  Pengomposan didefinisikan sebagai suatu proses dekomposisi

(penguraian) secara biologis dari senyawa-senyawa organik yang terjadi karena

adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu. Pengomposan

merupakan salah satu metoda pengelolaan sampah organik menjadi material baru

seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan dengan

bahan baku sampah domestik merupakan teknologi yang ramah lingkungan,

sederhana dan menghasilkan produk akhir yang sangat berguna bagi kesuburan

tanah atau tanah penutup bagi landfill . Dalam usaha untuk mengatasi masalah

sampah rumah tangga yang semakin meningkat jumlahnya dan cara-cara

penanganan serta pembuangan akhir yang lebih tepat untuk masa mendatang,

yang dapat dipertimbangkan, yaitu:

4

Page 5: Mengelola Sampah

Land-filling, masalah dengan keterbatasan kapasitas, tempat yang cocok

dan aman, biaya dlsb.

Incineration/ pembakaran, ada berbagai masalah berdasarkan pada

pengalaman sebelumnya akibat dari pembakaran sampah/ limbah padat.

Pengomposan, dipandang sebagai alternatif terbaik dengan pertimbangan

sbb:

o Biaya investasi relatif lebih murah

o Pengoperasiannya dapat digabung dengan operasional pengolahan

wastewater

o Penjualan produk akhir kompos dapat mengurangi biaya

operasional

o Mengembalikan produk kompos ke dalam tanah dengan biaya yang

lebih kompetitif dibanding cara land-filling ataupun incineration.

Secara ekosistem, cara ini lebih alami dalam mengikuti siklus

kehidupan dan daur ulang.

Untuk itu dengan adanya peranan mikrorganisme pada pembuatan kompos

kita tidak perlu menggunakan EM4 lagi, dimana kita hanya tinggal memanfaatkan

dari sampah rumah tangga. Pada umumnya, dari sekian banyak pengujian

tehnologi pengomposan sampah rumah tangga sangat bergantung pada

“keajaiban” bakteri baik bakteri aerob pun bakteri anaerob yang membantu proses

fermentasi atau dekomposisi. Secara ilmiah berbagai hasil ekperimen tersebut

sangat signifikan membantu mereduksi timbunan dan tingkat pencemaran

kandungan toxid sampah rumah tangga.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat diambil perumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai bakteri pengurai

pada pembuatan kompos.

5

Page 6: Mengelola Sampah

2. Bagaimana tehnik pembuatan kompos dengan menggunakan

mikroorganisme lokal.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. Pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai pembentuk bakteri pengurai

pada pembuatan kompos.

2. Tekhnik pembuatan kompos dengan menggunakan mikrorganisme lokal.

6

Page 7: Mengelola Sampah

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Peranan Mikroorganisme

Di dalam tanah akan kita jumpai adanya kehidupan berupa

mikrorganisme yang sangat banyak dan bervariasi, seperti : bakteri, aktinomisetes,

fungi, algae, dan protozoa. Di samping itu, dijumpai juga fauna tanah seperti ;

nematoda, cacing tanah dan bermacam-macam mikro dan makro anthropoda.

Peranan makrofauna terhadap kesuburan tanah adalah kemampuannya untuk

memotong-motong bahan organik menjadi ukuran yang lebih kecil dan kemudian

mencampurnya dengan bahan tanah. Peranana makrofauna terhadap proses

dekomposisi yang terjadi di tanah-tanah tropika di teliti secara intensif pada

dekade terakhir ini.

Mikrobia tanah mempunyai dua peranan kunci dalam kesuiburan tanah

yaitu sebagai berikut :

1. Sebagai mesin pengatur daur hara secara simultan sehingga membuat hara

tersedia bagi tanaman, dan menyimpan hara yang belum dimanfaatkan

tanaman.

2. Melaksanakan sintesis terhadap sebagian besar bahan organik yang bersifat

stabil, seperti humus yang berfungsi sebagai penyimpan hara dan berperanan

dalam memperbaiki struktur tanah.

Diantara sekian banyak kelompok mikrorganisme, bakteri merupakan

kelompok yang paling dominan yang berperan dalam proses dekomposisi.

Menurut Rachman Sutanto (2001), Actinomisetes merupakan mikrobia

heterotropik yang mampu mendekomposisi sisa pertanaman, baik di dalam tanah

maupun bahan kompos. Meskipun selalu dijumpai didalam tanah tetapi lebih

banyak hidup pada kondisi lingukungan yang aerob dan relatif panas.

Meskipun proses pengomposan dapat berlangsung dalam kondisi aerobik

maupun anaerobik, proses aerobik lebih cocok diaplikasikan pada pengomposan

limbah rumah tangga. Proses pengomposan aerobik lebih mempercepat proses

penguraian dan berlangsung pada temperatur yang relatif tinggi sehingga

sekaligus berguna untuk menghilangkan bakteri pathogen yang berasal dari

7

Page 8: Mengelola Sampah

kotoran manusia. Disamping itu pengomposan aerobik juga meminimalkan

potensi bau yang ditimbulkan.

Aktinomisetes suatu saat jumlahnya berlebihan, terutama pada saat

berlangsung proses dekomposisi bahan organik, populasinya dapat mencapai 200

juta untuk setiap gram tanah (Allison, 1973). Aktinomisetes berperanan penting

dalam karena mampu mengurai beberapa jenis senyawa yang tahan terhadap

dekomposisi bakteri, seperti : selulose, hemiselulose, kerati, kitin, dan asam

oksalat (Allison, 1973). Aktinomisetes tumbuh baik pada tanah-tanah yang

bereaksi netral atau alkalin dan kurang berkembang di tanah yang bereaksi asam.

Fungi bersifat saprofit dan sangat aktif dalam proses dekomposisi residu

tanaman dan mendekomposisikan semua komponen yang berasal dari tanaman.

Bakteri yang termasuk Basidiomisetes mampu mengurai lignin dan selulose

sebagai senyawa yang paling dominan pada tanaman tingkat tinggi. Penambahan

bahan organik dan pertanian berkelanjutan dengan tekhnologi masukan rendah

secara nyata meningkatkan populasi VAM, sedangkan aras pemupukan N dan P

serta pemakaian pestisida menurunkan populasi VAM.

Jenis ganggang dijumpai dalam bentuk koloni dan cenderung

terkonsentrasi pada permukaan tanah yang lembap. Lumut, ganggang hijau, dan

sianobakteri merupakan jenis ganggang yang bertanggung jawab dalam mengikat

N-udara. Hampir disetiap tanah mengandung ganggang tetapi tidak sebanyak

bakteri, aktinomisetes maupun fungi. Jenis ini tidak banyak berperanan dalam

menentukan kesuburan tanah. Peranan algae yang dapat dicatat adalah dalam

meningkatakan kesuburan tanah, misalkan pada tanah sawah.

Semua mikroorganisme ini potensi dan populasinya dapat ditingkatkan

dengan peranannya sebagai dekomposer. Salah satu caranya yaitu dengan

memanfaatkan limbah rumah tangga. Disamping kita dapat menghemat dalam

biaya produksi suatu usaha tani, kita juga dapat memanfaatkan suatu hal yang

sudah dianggap tidak berharga, namun dapat menimbulkan dampak sosial.

8

Page 9: Mengelola Sampah

II.2. Kompos

Berbagai pupuk telah sejak lama digunakan di dalam pertanian.

Bergantung kepada cara dan senyawa yang terkandung di dalamnya, dikenal ada

pupuk buatan atau pupuk pabrik, yaitu jenis pupuk yang dibuat dari bahan-bahan

berupa senyawa kimia. Oleh karena itu senyawa yang terkandung di dalamnya

berbentuk senyawa an-organik seperti N, P, K, S, dan sebagainya, jenis pupuk ini

disebut pula sebagai pupuk anorganik.

Jenis pupuk lain yang di dalamnya mengandung senyawa organik disebut

pupuk organik atau pupuk alami. Ini berhubungan dengan cara pembuatannya

(pada umumnya) masih secara alami, juga senyawa yang terkandung di dalamnya

sebagian besar tersusun oleh senyawa organik.

Ada persamaan dan perbedaan antara pupuk anorganik dengan pupuk

organik. Persamaannya dalah dua-duanya pupuk, yaitu bahan yang mengandung

unsur (hara) yang sangat dibutuhkan sebagai sumber nutrien (bahan makanan)

oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Adapun perbedaanya

adalah pupuk anorganik mengandung unsur-unsur, misalnya N, P, dan K, dalam

jumlah yang banyak atau mencukupi, sedangkan pada pupuk organik kandungan

unsur-unsur tersebut sangat terbatas dan sedikit sekali.

Pupuk organik walau hanya sedikit mempunyai kandungan unsur,

terutama unsur N, P, dan K, ternyata mempunyai peranan lain yang sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan tanaman.

Karena itu, tidaklah mengherankan kalau kehadiran pupuk organik di dalam tanah

pertanian, sama pentingnya seperti pupuk anorganik

Di bidang pertanian, khususnya yang menyangkut tanah untuk

kepentingan pertanian, peranan dan kehadiran pupuk organik adalah di dalam :

a. mempertahankan atau meningkatkan sifat fisik tanah;

b. mempertahanakan atau meningkatkan sifat biologis tanah;

c. walau secara terbatas, juga mempertahankan atau meningkatkan

sifat kimia tanah.

9

Page 10: Mengelola Sampah

Singkatnya kalau kandungan organik tanah mencukupi, tanah akan dapat diatur

dan dipertahankan kesuburannya, serta akan terbebas dari bahaya longsor atau

erosi.

Pengomposan didefinisikan sebagai suatu proses dekomposisi

(penguraian) secara biologis dari senyawa-senyawa organik yang terjadi karena

adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu. Pengomposan

merupakan salah satu metoda pengelolaan sampah organik menjadi material baru

seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan dengan

bahan baku sampah domestik merupakan teknologi yang ramah lingkungan,

sederhana dan menghasilkan produk akhir yang sangat berguna bagi kesuburan

tanah atau tanah penutup bagi landfill .

Pengomposan bukanlah suatu ide atau hal yang baru. Pengomposan

merupakan suatu proses penguraian mikrobiologis alami dari bahan buangan

organik misalnya limbah rumah tangga. Saat ini proses pengomposan dari bahan

buangan tersebut menjadi suatu produk akhir yang lebih, terutama oleh mereka

yang lebih peduli terhadap pelestarian lingkungan, karena proses ini dipandang

sebagai alternatif terbaik dalam management pengelolaan sampah padat.

Berdasarkan komposisi dasar dari bahan buangan organik atau limbah

rumah tangga, dimana pemanfaatan jenis bahan tersebut merupakan synergi yang

saling melengkapi. Bahan buangan organik seperti limbah rumah tangga belum

digunakan secara optimal umumnya masih dibuang percuma dan belum

menemukan bentuk penyelesaian masalah secara tuntas.

Dalam usaha untuk mengatasi masalah limbah rumah tangga yang

semakin meningkat jumlahnya dan cara-cara penanganan serta pembuangan akhir

yang lebih tepat untuk masa mendatang, ada beberapa alternatif utilisasi dan

pembuangan akhir dari limbah rumah tangga tersebut yang dapat

dipertimbangkan, yaitu:

Land-filling, masalah dengan keterbatasan kapasitas, tempat yang cocok

dan aman, biaya dlsb.

Incineration/ pembakaran, ada berbagai masalah berdasarkan pada

pengalaman sebelumnya akibat dari pembakaran sampah/ limbah padat.

10

Page 11: Mengelola Sampah

Pengomposan, dipandang sebagai alternatif terbaik dengan pertimbangan

sbb:

Biaya investasi relatif lebih murah

Pengoperasiannya dapat digabung dengan operasional pengolahan

wastewater

Penjualan produk akhir kompos dapat mengurangi biaya operasional

Mengembalikan produk kompos ke dalam tanah dengan biaya yang lebih

kompetitif dibanding cara land-filling ataupun incineration. Secara

ekosistem, cara ini lebih alami dalam mengikuti siklus kehidupan dan daur

ulang.

Sejak awal dekade 1970-an, pengomposan mulai mendapat perhatian

sebagai alternatif yang cost-effective dan environmentally sound untuk proses

stabilisasi dan pembuangan akhir dari limbah rumah tangga. Proses pengomposan

itu sendiri merupakan biodegradasi dari bahan organik menjadi suatu produk yang

stabil. Proses pengomposan yang sempurna akan menghasilkan produk yang

tidak mengganggu baik selama penyimpanan maupun aplikasinya, seperti bau

busuk, bakteri pathogen. Selama proses pengomposan, temperatur akan mencapai

range pasteurization dari 50 - 70 oC, sehingga bakteri pathogen dari limbah rumah

tangga (jika dari pengolahan limbah domestic atau municipal) akan mati.

Meskipun proses pengomposan dapat berlangsung dalam kondisi aerobik

maupun anaerobik, proses aerobik lebih cocok diaplikasikan pada pengomposan

dari limbah rumah tangga. Proses pengomposan aerobic lebih mempercepat

proses penguraian dan berlangsung pada temperatur yang relatif tinggi sehingga

sekaligus berguna untuk menghilangkan bakteri pathogen yang berasal dari

kotoran manusia. Disamping itu pengomposan aerobik juga meminimalkan

potensi bau yang ditimbulkan.

Secara umum kompos sangat bermanfaat sebagai soil conditioner dengan

adanya kandungan bahan organik yang tinggi, karena sifat kestabilannya maka

bahan organik dalam kompos akan terdegradasi secara perlahan dan tertahan

secara efektif untuk waktu yang lebih lama dibandingkan bahan organik dari

limbah yang belum dikomposkan. Kandungan makro dan mikro nutrisi yang

11

Page 12: Mengelola Sampah

berasal dari limbah rumah tangga sangat bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman,

baik perkebunan, pertanian maupun hortikultura dan hobbies. Disamping itu

produk kompos juga akan meningkatkan kualitas tanah yang berpasir, tanah liat

maupun kondisi tanah yang telah jenuh (more balance soils). Sedangkan dari sisi

mikrobanya, aplikasi kompos sangat bermanfaat untuk reklamasi dari tanah yang

telah kehilangan atau rusak top soilnya, seperti akibat cutting-filling pada

pembukaan lahan untuk industri dan real-estate, akibat aktivitas pertambangan

terbuka atau pada tanah yang sebelumnya terlalu banyak menggunakan pupuk

kimia karena akan meningkatkan populasi mikroba tanah yang berfungsi untuk

penyediaan nutrisi yang siap diserap oleh akar tanaman.

Peningkatan sifat-sifat tanah dari penggunaan kompos antara lain:

1. Meningkatkan kandungan air dan retensi air untuk kondisi tanah berpasir.

2. Meningkatkan sifat agregasi.

3. Meningkatkan aerasi, permeability dan sifat infiltrasi air untuk kondisi

tanah liat.

4. Meningkatkan daya tembus akar.

5. Meningkatkan populasi mikroba tanah.

6. Menurunkan tingkat kekerasan lapisan permukaan tanah.

Proses pembuatan pengurai dalam membuat kompos dari limbah rumah

tangga sedikit berbeda dibandingkan proses pengomposan secara biasanya tanpa

menggunakan mikroorganisme lokal. Secara prinsip ada beberapa keuntungan dari

pengurai dalam pembuatan kompos dari limbah rumah tangga dibandingkan

dengan cara lain pada umumnya, yaitu:

1. Tidak membutuhkan material management yang kompleks

2. Tidak memerlukan teknik pemisahan yang rumit

3. Lebih seragam dalam komposisi

4. Proses operasionalnya lebih mudah

5. Tidak terkontaminasi oleh bahan buangan lain, seperti: plastik, logam,

kaca, dan lain-lain.

6. Hasil komposnya lebih cocok untuk dipasarkan.

12

Page 13: Mengelola Sampah

Manfaat lain dari proses pengomposan dengan adanya pembuatan

pengurai dengan menggunakan limbah rumah tangga adalah sebagai berikut :

1. Di bidang kebersihan : sampah atau sisa dan kotoran yang biasanya

berserakan dipekarangan rumah tanpa diurus akan menyebabkan gangguan

kebersihan.

2. Di bidang kesehatan : akibat bau-bau yang tidak sedap atau serakan

sampah membusuk di mana-,ama, tidak mustahil juga lalat dan nyamuk akan

banyak berkeliaran. Lalat dan nyamuk adalah pembawa jenis bibit penyakit

yang membahayakan sehingga kalau kemudian timbul wabah penyakit sudah

dapat diperkirakan sejak awalnya.

3. Di bidang sanitasi : hal ini menyangkut kasus yang sangat merugikan serta

sering terjadi kalau masalah sampah tidak di kelola sebagai mestinya, seperti

terjadi keracunan pada bahan makanan.

4. Di bidang lainnya : kayu atau bambu yang disimpan di tempat yang kotor,

terutama karena banyak sampahnya, akan cepat melapuk dan rusak.

Oleh karena jika limbah rumah tangga di buar sebagai pengurai dalam

pembuatan kompos akan lebih aman dan lebih baik keadaannya kalau

dibandingkan dengan sampah yang dibiarkan menumpuk tanpa pengelolaan.

Selama proses pengomposan berjalan, di dalam timbunan bahan baku yang terdiri

dari sampah, suhun atau temperaturnya atau panasnya akan lebih dari 700C. Pada

panas seperti itu tidak ada mikroba penyebab penyakit, penyebab keracunan,

ataupun penyebab karat yang dapat hidup.

13

Page 14: Mengelola Sampah

III. PEMBAHASAN

III. 1. Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga sebagai Bakteri Pengurai dalam

Pembuatan Kompos

Pengomposan merupakan proses penguraian aerobik - thermophilic dari

konstituen organik (misalnya dari sampah / buangan organik alami dan excess

sludge dari biological wastewater treatment) menjadi produk akhir yang relatif

stabil, menyerupai humus. Ada 3 group mikroorganisme yang berperan, yaitu:

bakteria, actinomycetes dan fungi.

Fungsi bakteria akan mengurai senyawa golongan protein lipid dan lemak

pada kondisi thermophilic serta menghasilkan energi panas. Actinomycetes dan

fungi yang selama proses pengomposan berada pada kondisi mesophilic dan

thermophilic berfungsi untuk mengurai senyawa-senyawa organik yang kompleks

dan selulosa dari bahan organik atau dari bulking agent. Faktor kondisi

lingkungan selama operasional sangat berpengaruh terhadap aktivitas

mikroorganisme dalam proses oksidasi - dekomposisi tersebut dan pada akhirnya

berpengaruh terhadap kecepatan dan siklus proses pengomposan serta kualitas

kompos yang dihasilkan.

Pengomposan merupakan proses penguraian aerobik - thermophilic dari

konstituen organik (misalnya dari sampah / buangan organik alami dan excess

sludge dari biological wastewater treatment) menjadi produk akhir yang relatif

stabil, menyerupai humus. Ada 3 group mikroorganisme yang berperan, yaitu:

bakteria, actinomycetes dan fungi.

Fungsi bakteria akan mengurai senyawa golongan protein lipid dan lemak

pada kondisi thermophilic serta menghasilkan energi panas. Actinomycetes dan

fungi yang selama proses pengomposan berada pada kondisi mesophilic dan

thermophilic berfungsi untuk mengurai senyawa-senyawa organik yang kompleks

dan selulosa dari bahan organik atau dari bulking agent. Faktor kondisi

lingkungan selama operasional sangat berpengaruh terhadap aktivitas

mikroorganisme dalam proses oksidasi - dekomposisi tersebut dan pada akhirnya

14

Page 15: Mengelola Sampah

berpengaruh terhadap kecepatan dan siklus proses pengomposan serta kualitas

kompos yang dihasilkan.

Dalam pembuatan mikrorganisme local yang terbuat dari limbah rumah

tangga ada alat dan bahan yang harus disediakan terlebih dahulu sebelum

membuat pengurai untuk pembuatan kompos. Adapun alat-alat yang diperlukan

dalam pembuatan pengurai untuk membuat kompos adalah sebagai berikut :

1. Baskom atau wadah lainnya yang sejenis.

2. Alat penghancur (bisa menggunakan penghancur tradisional).

3. Pisau.

4. Alat pengaduk atau sejenisnya.

Sedangkan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan pengurai

untuk membuat kompos adalah sebagai berikut :

1. Buah-buahan busuk.

2. Air taji atau air kelapa atau air lahang.

3. Gula.

4. Terasi.

5. Ikan asin bubuk atau keong.

6. Air kencing hewan.

Sedangkan proses pembuatan pengurai untuk membuat kompos adalah

sebagai berikut yakni : langkah pertama adalah mengumpulkan buah-buahan

ynag telah busuk untuk kemudian dihancurkan menggunakan alat penghancur

yang telah tersedia. Setelah itu langkah berikutnya yakni kita harus

mencampurkan kesemua bahan seperti : buah-buahan yang telah dihancurka, air

taji atau air kelapa atau air lahang ditambahkan dengan gula, terasi, dan ikan asin

bubuk ataupun keong serta yang terakhir kita tambahkan air kencing hewan,

edalam wadah yang telah tersedia.

Setelah itu wadah ditutup dengan menggunakan bahan ynag kedap udara,

boleh menggunakan kain ataupun Koran dan yang sejenisnya. Langkah

berikutnya setiap tiga hari sekali sampai hari batas akhir hari ke lima belas dibuka

dan diaduk dengan menggunakan pengaduk. Dan langkah terakhir pada hari ke

lima belas yakni campuran tersbut disaring dan dipergunakan sebagai biang

15

Page 16: Mengelola Sampah

bakteri pembuatan kompos. Adapun bagan skematis pembuatan pengurai dari

limbah rumah tangga adalah sebagai berikut :

Bagan 1 Cara Membuat Mol

Konversi

biologi bahan

organik dilakukan oleh bermacam-macam kelompok mikroorganisme heterotrpoik

sperti baktero, fungi, aktinomistes, dan protozoa. Organisme tersbut mewakili

jenis tanaman dan hewan (Biddlestone dan Gray, 1985). Selama proses

16

Semua Bahan Dihancurkan

Semua Bahan Digabung Menjadi Satu

Bahan Ditutup denganMenggunakan Bahan Kedap

Hari ke-15 di Saring & Dapat Digunakan

sebagai Biang Bakteri Bagi Pembuatan

Kompos

3 Hari Sekali Dibuka & Diaduk

Page 17: Mengelola Sampah

pengomposan berlangsung, perubahan secara kualitatif dan kuantitaif terjadi, pada

tahap awal akibat perubahan lingkungan beberapa spesies flora menjadi aktif,

makin berkembang dalam waktu yang cepat dan kemudian hilang untuk

memberikan kesempatan kepada populasi lain untuk menggantikan.

Pada umumnya peranan mikrorganisme local tersebut sebagai pengurai

yakni akan mempercepat proses pengomposan, jika dibandingkan pengomposan

tanpa menggunakan pengurai. Adapun kelebihan mikrorganisme atau pengurai

yang digunakan dari limbah rumah tangga ini dapat menggantikan

mikroorganisme buatan pabrik sejeni EM4. kelebihan yang diperoleh jika

menggunakan pengurai dalam pembuatan kompos dari limbah rumah tangga

adalah disamping menghemat biaya produksi juga bisa mengoptimalkan limbah

rumah tangga yang bermanfaat menjadi lebih bernilai tinggi.

III.2. Tekhnik Pembuatan Kompos dengan Menggunakan Mikroorganisme

Lokal

Produksi kompos dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok. Pertama,

kompos murni. Pupuk ini ditujukan untuk lahan tanaman organik, namun juga

dapat digunakan untuk lahan pertanian nonorganik. Kedua, kompos plus mikroba

(pengikat N dan pelepas P). Pupuk yang telah diperkaya ini juga diperuntukkan

untuk lahan pertanian organik, namun juga dapat digunakan untuk lahan pertanian

nonorganik (biasa). Ketiga, kompos plus pupuk buatan. Pupuk ini hanya dapat

digunakan untuk lahan pertanian nonorganik

Pada dasarnya kompos dapat meningkatkan kesuburan kimia dan fiisik

tanah yang selanjutnya akan meningkatkan produksi tanaman. Pada tanaman

hortikultura (buah-buahan, tanaman hias, dan sayuran) atau tanaman yang sifatnya

perishable ini hampir tidak mungkin ditanam tanpa kompos. Demikian juga di

bidang perkebunan, penggunaan kompos terbukti dapat meningkatkan produksi

tanaman. Di bidang kehutanan, tanaman akan tumbuh lebih baik dengan kompos.

Sementara itu, pada perikanan, umur pemeliharaan ikan berkurang dan pada

tambak, umur pemeliharaan 7 bulan menjadi 5-6 bulan.

17

Page 18: Mengelola Sampah

Selain itu, kompos membuat rasa buah-buahan dan sayuran lebih enak,

lebih harum dan lebih masif. Hal inilah yang mendorong perkembangan tanaman

organik, selain lebih sehat dan aman karena tidak menggunakan pestisida dan

pupuk kimia rasanya lebih baik, lebih getas, dan harum. Penggunaan kompos

sebagai pupuk organik saja akan menghasilkan produktivitas yang terbatas.

Penggunaan pupuk buatan saja (urea, SP, MOP, NPK) juga akan memberikan

produktivitas yang terbatas. Namun, jika keduanya digunakan saling melengkapi,

akan terjadi sinergi positif. Produktivitas jauh lebih tinggi dari pada penggunaan

jenis pupuk tersebut secara masing-masing.

Agar sampah bisa dijadikan sebagai bahan baku kompos, langkah pertama

yang harus dilakukan adalah melakukan pemilahan sampah sesuai jenis. Saat ini

memang masih terasa sulit memilah-milah sampah. Namun, bila sejak awal sudah

dibiasakan, pemilahan akan lebih mudah dilakukan. Pemilahan sebaiknya sudah

dilaksanakan sejak tingkat rumah tangga, pasar, atau komunitas lain. Sampah

organik dipisah dari sampah non-organik. Caranya, dengan menempatkan masing-

masing jenis ke dalam kantong plastik yang berbeda warna. Misalnya kantong

plastik bening untuk sampah organik, kantong plastik putih untuk sampah

kertas/karton, dan kantong warna hitam untuk jenis sampah lainnya.

Bahan Baku Kompos

Yang dimaksud dengan bahan baku kompos adalah bahan yang akan

dipergunakan dalam pembuatan sesuatu abarang. Dalam hal ini yakni limbah

rumah tangga. Proses pengomposan atau membuat kompos adalah proses

biologis karena selama proses biologis karena selama proses tersebut berlangsung,

sejumlah jasad hidup yang disebut mikroba, seperti bakteri dan jamur, berperan

aktif. Agar peranan mikroba di dalam pengolahan bahan baku menjadi kompos

berjalan secara baik, persyaratan-persyaratan berikut harus dipenuhi :

1. Kadar air bahan baku : daun-daun yang masih segar atau tidak kering,

kadar airnya memenuhi syarat sebagai bahan baku. Dengan begitu, daun yang

sudah kering, yang kadar airnya juga akan berkurang, tidak memenuhi syarat.

Seandainya sudah kering, bahan baku tersebut harus diberi air secukupnya

agar menjadi lembap.

18

Page 19: Mengelola Sampah

2. Bandingan sumber C (karbon) dengan N (zat lemas) bahan; bandingan

ini umumnya disebut rasio atau bandingan C/N. dengan bandingan tersebut

proses pengomposan berjalan baik dengan menghasilkan kompos bernilai baik

pula, paling tinggi 30. artinya kandungan sumber C berbanding dengan

kandungan sumber N = 30 : 1.

Tempat Pengomposan

Tempat pengomposan tergantung kondisi serta luas lahan (pekarangan

rumah) yang dapat disiapkan untuk pembuatan kompos. Dengan demikian,

bentuk tempat pengomposan dapat bermacam-macam, sebagai berikut :

1. Berbentuk lubang dengan ukuran 100 x 75 x 50 cm (panjang, lebar,

tinggi), bisa lebih, bisa juga kurang dari ukuran tersebut tergantung kepada

lahan yang digunakan sebagai tempat pengomposan, serta bahan baku yang

akan dibuat atau diproses.

2. Bebentuk bak, baik dengan dinding yang terbuat dari batu-batu

(tembok), dari bambu, dari kayu ataupun dari bahan lainnya (drum).

Kebaikan dari tempat ini adalah mudah untuk mencampur bahan, tidak

tergenang air di musim hujan.

3. Pada permukaan tanah saja, artinya timbunan bahan baku langsung

ditempatkan pada permukaan tanah tanpa lubang atau dinding.

Sedangkan proses pembuatan kompos dengan menggunakan pengurai

yang dibuat dari limbah rumah tangga adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan setiap sampah, dalam hal ini jelas yakni sampah rumah

tangga, misalnya saja sampah dapur seperti sisa sayuran.

2. memotong-motong sampah tersebut bila dirasa ukurannya terlalu besar,

sehingga dapat dipotong kecil-kecil disesuaikan dengan ukuran bahan baku

agar dapat mempercepat proses pengomposan.

3. Menyiapkan tempat pembuatan kompos, apakah berbentuk lubang, bak,

ataupun bentuk lainnya tidak menjadi masalah, misalnya saja drum. Yang

terpernting adalah sesuaikan tempat tersebut dengan kondisi tanah pekarangan

19

Page 20: Mengelola Sampah

yang ada. Akan tetapi, jika memungkinkan, lebih baik berbentuk bak atau

sejenisnya karena hasilnya akan lebih baik.

4. Mencampurkan hingga rata bahan baku kompos dan sesuai dengan ketentuan.

Jika ingin mempercepat pengomposan gunakan mikroorgaisme local untuk

mepercepat proses pengomposan dengan menngunakan pengurai yang telah di

buat dari limbah rumah tangga. Serta perhatikan hal-hal yang menyangkut

nilai rasio C/N dan kandungan air di dalam bahan. Kemudia bahan-bahan

yang sudah tercampur masukan kedalam tempat pembuatan kompos, berikan

pelapis atau pelindung di atasnya.

5. Seandainya pencampuran akan dilakukan bersamaan dengan proses

pengomposan dapat pula dilakukan dengan menggunakan sistem bertahap,

yaitu sistem tahapan bahan yang terdiri dari sampah saja, satu tahapan terdiri

atas kotoran kandang atau Lumpur selokan, satu tahapan terdiri atas kapur

(kalau diperlukan), satu tahapan terdiri atas daun kacang-kacangan dan

seterusnya. Setelah empat atau lima hari, timbunan tahapan ini diadukl dan

dicampurkan hingga rata, kemudian ditimbunkan lagi dan seterusnya seperti

yang lain.

6. Bahan baku serta campurannya setelah mengalami proses beberapa minggu

siap dianggap menjadi kompos, antara lain kalau bahan-bahan tersebut sudah

berwarna coklat tua, coklat kehitam-hitaman, dan kalau dipegang tidak panas

lagi dan bentuknya akan lebih mengecil.

Adapun bagan secara skematis pembuatan kompos dengan menggunakan

pengurai dari limbah rumah tangga adalah sebagai berikut :

1. Siapkan Reaktor Kompos (Komposter)

20

Page 21: Mengelola Sampah

Gambar 1. Menyiapkan Reaktor Kompos

2. Persiapan Bahan Organik

Gambar 2. Menyiapkan Bahan Organik

Menyiapkan bahan (atau sampah) organik yang akan dikomposkan.

Sampah organik yang disiapkan bisa berasal apa saja, misalnya dari sisa sayuran,

nasi, atau potongan-potongan tanaman dari kebun. Agar kompos tidak berbau,

hindari memasukkan daging, tulang dan minyak. Sebelum dimasukkan ke dalam

reaktor kompos, bahan-bahan tadi sebaiknya dipotogan kecil-kecil agar proses

dekomposisinya menjadi lebih cepat dan lebih sempurna

Proses pembusukan atau dekomposisi memerlukan bakteri pengurai. Jadi,

alangkah baiknya jika bahan-bahan tadi dicampur terlebih dahulu dengan sumber

bakteri pengurai sebelum dimasukkan ke dalam reaktor kompos. Sumber bakteri

21

Page 22: Mengelola Sampah

pengurai yang digunakan adalah pengurai yang dibuat dari limbah rumah tangga

yang digunakan untuk menggantikan pengurai sejenis yaitu EM4.

3. Siram dan Aduk

Gambar 2. Menyiapkan Bahan Organik

Gambar 3. Penyiraman dan Pengadukan

Agar proses pengomposan berjalan dengan sempurna, media harus

mengandung kira-kira 50% air. Jadi jangan lupa untuk selalu menyiram media

kompos ini setiap hari dengan air secukupnya. Bila perlu, bolak-balik media

kompos setiap hari agar proses aerasi berjalan sempurna. Selama proses

pengomposan, sering kali lalat menjadi masalah yang menjengkelkan. Oleh sebab

itu, kuusahakan agar setiap lubang di reaktor komposku kututup dengan kawat

kasa. Bila bau tak sedap keluar, tambahkan air dan pengurai dari limbah rumah

tangga dan bau segera menghilang. Jika proses ini berjalan dengan baik, setelah 5

hari volume sampah yang dimasukkan akan menyusut kira-kira menjadi hanya

25% dari volume awalnya.

4. Panen

Gambar 4. Panen

22

Page 23: Mengelola Sampah

Kompos siap dipanen setelah diproses kira-kira 2-3 minggu, bergantung

pada tahap pemrosesnya. Pada reaktor komposku, sengaja kubuat sebuah sistem

sederhana sehingga proses pemanenan kompos dilakukan dari dasar reaktor.

Kompos yang diperoleh adalah lumpur hitam yang mengandung air kira-kira

50%. Sehingga, untuk mendapatkan kompos kering, lumpur tadi harus dijemur.

23

Page 24: Mengelola Sampah

DAFTAR PUSTAKA

R. Sudradjat. 2006. Mengelola Sampah Kita. Penebar Swadaya. Jakarta.

Gugun Gunawan. 2007. Mengolah Sampah jadi Uang. Trans Media Pustaka.

Jakarta.

Setyo Purwendro dan Nurhidayat. 2007. Penebar Swadaya. Jakarta.

24

Page 25: Mengelola Sampah

emateri pada kegiatan Training Peduli Lingkungan Hidup dengan tema:

Pengelolaan Sampah

Pemateri pada kegiatan Training Peduli Lingkungan Hidup dengan tema:

Pengelolaan Sampah

Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga sebagai Bahan Pembuat Kompos

Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga sebagai Bahan Pembuat Kompos

25