I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil buangan tak berharga. Meski setiap hari manusia selalu menghasilkan sampah, manusia pula yang paling menghindari sampah. Orang kebanyakan hanya bisa membuangnya, namun kurang peduli bagaimana barang sisa itu seharusnya diperlakukan. Tidaklah heran, akibat kelalaian dan kekurang pedulian kita terhadap sampah, kita pula yang menuai bencana yang ditimbulkan oleh sampah. Sampah merupakan barang atau benda yang tidak terpakai lagi. Misalnya : tumpukan barang bekas, sisa tanaman atau kotoran hewan. Pada kenyataanya, sampah merupakan masalah yang dapat menimbulkan persoalan. Pada abad ini bentuk, sifat dan jumlah sampah yang dihasilkan diperkirakan meningkat selain itu, pari ahli persampahan akan timbulnya penumpukan sampah di laut. Pada dasarnya limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam dan atau belum mepunyai nilai ekonomi bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Menurut sumber-nya limbah dapat dibagai menjadi tiga yaitu : (a) limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari perumahan, perdagangan, dan rekreasi; (b) limbah industri; dan (c) limbah rembesan dan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil buangan tak berharga.
Meski setiap hari manusia selalu menghasilkan sampah, manusia pula yang paling
menghindari sampah. Orang kebanyakan hanya bisa membuangnya, namun
kurang peduli bagaimana barang sisa itu seharusnya diperlakukan. Tidaklah heran,
akibat kelalaian dan kekurang pedulian kita terhadap sampah, kita pula yang
menuai bencana yang ditimbulkan oleh sampah. Sampah merupakan barang atau
benda yang tidak terpakai lagi. Misalnya : tumpukan barang bekas, sisa tanaman
atau kotoran hewan. Pada kenyataanya, sampah merupakan masalah yang dapat
menimbulkan persoalan. Pada abad ini bentuk, sifat dan jumlah sampah yang
dihasilkan diperkirakan meningkat selain itu, pari ahli persampahan akan
timbulnya penumpukan sampah di laut.
Pada dasarnya limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu
sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam dan atau belum
mepunyai nilai ekonomi bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif.
Menurut sumber-nya limbah dapat dibagai menjadi tiga yaitu : (a) limbah
domestik (rumah tangga) yang berasal dari perumahan, perdagangan, dan rekreasi;
(b) limbah industri; dan (c) limbah rembesan dan limpasan air hujan. Sesuai
dengan sumbernya maka limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi
bergantung kepada bahan dan proses yang dialami-nya (Sugiharto, 1987).
Limbah industri sangat beragam, sesuai dengan jenis industri. Berbagai
jenis industri berpotensi mencemari lingkungan diantaranya adalah industri
tekstil, cat, penyamakan kulit, farmasi, dan industri pangan. Limbah industri
pangan dapat menim-bulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung
sejumlah besar karbohi-drat, protein, lemak, garam-garam mineral, dan sisa-sisa
bahan kimia yang digunakan di dalam proses produksi. Contoh beberapa industri
pangan yang menghasilkan limbah seperti ini adalah produk susu, pengalengan
dan pengawetan buah-buahan dan sayuran, pengalengan dan pengawetan hasil
1
laut, pemurnian gula, permen, produk daging, pengawetan dan pengalengan
daging, serta penggilingan biji-bijian.
Pada umumnya limbah industri pangan tidak membahayakan kesehatan
masya-rakat, akan tetapi kandungan bahan organiknya yang tinggi dapat bertindak
sebagai sumber bahan makanan untuk pertumbuhan mikroba (Jennie dan Rahayu,
1993). Limbah yang langsung dibuang ke perairan tanpa pengolahan terlebih
dahulu dapat menyebabkan penurunan kualitas air sungai dengan mekanisme
pertumbuhan mikro-organisme yang berlimpah. Meningkatnya jumlah
mikroorganisme dapat menyebabkan berkurangnya nilai oksigen terlarut “disulfed
oxygen” (DO), karena sebagian besar oksigen dipakai untuk respirasi
mikroorganisme tersebut. Dengan menurunnya DO maka akan mempengaruhi
kehidupan ikan dan biota air lainnya. Selain itu, buangan limbah ke perairan juga
dapat menimbulkan bau yang tidak enak dan terjadinya “eutro-fikasi” (Eiger dan
Smith, 2002).
Masalah pencemaran karena buangan limbah yang tidak dikelola dengan
baik seringkali tidak hanya disebabkan oleh industri besar, tetapi juga oleh
industri kecil yang seringkali belum mempunyai fasilitas pengolah limbah.
Mengingat jumlah industri kecil yang sangat banyak dan lokasi yang menyebar,
maka hal ini perlu mendapat perhatian. Sementara untuk industri besar yang
sudah dilengkapi fasilitas pengolah limbah dan adanya Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor : KEP
03/MENKLH/II/1991 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan yang Sudah
Beroperasi, seharusnya dapat mengelola limbah yang dihasilkan dengan prosedur
yang benar dan bertanggung jawab, namun dalam pelaksanaannya masih sering
terjadi pelanggaran.
Secara umum pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan cara
pengurangan sumber (“source reduction”), penggunaan kembali (“reuse”),
pemanfaatan (“recycling”), pengolahan (“treatment”), dan pembuangan
(“disposal”). Untuk setiap industri pangan, alternatif pengelolaan limbah dapat
disesuaikan dengan karakteristik limbah.
2
Jumlah rata-rata per penduduk terhadap sampah yang dihasilkan,
memperlihatkan angka yang bervariasi di tiap tempat, daerah ataupun negara.
Data yang dikumpulkan di lingkungan ITB sejak 1963, memperlihatkan jumlah
rata-rata sampah yang dihasilkan penduduk perhari, yaitu :
1. Sekitar 150-350 gram sampah berbentuk sisa-sisa tanaman ataupun
hewan (berasal dari rumah).
2. Sekitar 350-575 gram sampah berbentuk gugran daun, ketas, dan
sebagainya (berasal dari keramaian kota, jalan gudang, dan sebagainya).
3. Sekitar 125-300 gram berbentuk tinja (kotoran manusia) dan 0,75 –
1,25 liter berbetntuk air seni (urine).
Jumlah tersebut belum termasuk sampah yang berasal dari hewan ternak,
sisa pertanian ataupun sumber lainnya. Adapun yang sangat menonjol dalam
persentase komposisi sampah rata-rata yang dihasilkan setiap hari adalah sisa
tanaman (umumnya berupa bekas sayuran < 60%) (Unus Suriawaria, 2002).
Sekian lama pengelolaan sampah dengan konsep buang begitu saja (open
dumping), buang bakar (dengan incenerator atau dibakar begitu saja), gali tutup
(sanitary landfill) ternyata membuahkan hasil yang jelek. Antara lain dengan
timbulnya korban jiwa, bau busuk menebar ke mana-mana, dan kondisi
lingkungan yang tidak sehat seperti banyaknya lalat dan tercemarnya air
bersih/sumur oleh air lindi dst. Tidaklah mengherankan di kota yang penduduknya
padat, warga menolak kehadiran TPA (tempat pembuangan akhir sampah).
Dampak sosial yang timbul akibat pembuangan sampah/penimbunan
sampah sampai saat ini kelihatannya belum banyak mengubah pandangan para
pengambil kebijakan dan para operatornya.
Pengomposan merupakan proses penguraian aerobik - thermophilic dari
konstituen organik (misalnya dari sampah / buangan organik alami dan excess
sludge dari biological wastewater treatment) menjadi produk akhir yang relatif
stabil, menyerupai humus. Ada 3 group mikroorganisme yang berperan, yaitu:
bakteria, actinomycetes dan fungi.
Fungsi bakteria akan mengurai senyawa golongan protein lipid dan lemak
pada kondisi thermophilic serta menghasilkan energi panas. Actinomycetes dan
3
fungi yang selama proses pengomposan berada pada kondisi mesophilic dan
thermophilic berfungsi untuk mengurai senyawa-senyawa organik yang kompleks
dan selulosa dari bahan organik atau dari bulking agent. Faktor kondisi
lingkungan selama operasional sangat berpengaruh terhadap aktivitas
mikroorganisme dalam proses oksidasi - dekomposisi tersebut dan pada akhirnya
berpengaruh terhadap kecepatan dan siklus proses pengomposan serta kualitas
kompos yang dihasilkan.
Selama proses pengomposan ada 3 tahapan berbeda dalam kaitannya
dengan temperatur yang diamati, yaitu: mesophilic, thermophilic dan cooling
(tahap pendinginan). Pada tahap awal mesophilic temperatur proses akan naik dari
suhu lingkungan ke ~ 40 oC dengan adanya fungi & bacteria pembentuk asam.
Temperatur proses akan terus meningkat ke tahap thermophilic antara 40 - 70 oC,
dimana mikroorganisme akan digantikan oleh bakteria thermopilic, actinomycetes
dan thermophilic fungi.
Pada range thermopilic temperatur, proses degradasi dan stabilisasi akan
berlangsung secara maksimal. Tahap pendinginan ditandai dengan penurunan
aktivitas mikroba dan penggantian dari mikroorganisme thermophilic dengan
bacteria & fungi mesophilic. Selama tahap cooling, proses penguapan air dari
material yang telah dikomposkan akan masih terus berlangsung, demikian pula
stabilisasi pH dan penyempurnaan pembentukan humic acid.
Pengomposan didefinisikan sebagai suatu proses dekomposisi
(penguraian) secara biologis dari senyawa-senyawa organik yang terjadi karena
adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu. Pengomposan
merupakan salah satu metoda pengelolaan sampah organik menjadi material baru
seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan dengan
bahan baku sampah domestik merupakan teknologi yang ramah lingkungan,
sederhana dan menghasilkan produk akhir yang sangat berguna bagi kesuburan
tanah atau tanah penutup bagi landfill . Dalam usaha untuk mengatasi masalah
sampah rumah tangga yang semakin meningkat jumlahnya dan cara-cara
penanganan serta pembuangan akhir yang lebih tepat untuk masa mendatang,
yang dapat dipertimbangkan, yaitu:
4
Land-filling, masalah dengan keterbatasan kapasitas, tempat yang cocok
dan aman, biaya dlsb.
Incineration/ pembakaran, ada berbagai masalah berdasarkan pada
pengalaman sebelumnya akibat dari pembakaran sampah/ limbah padat.
Pengomposan, dipandang sebagai alternatif terbaik dengan pertimbangan
sbb:
o Biaya investasi relatif lebih murah
o Pengoperasiannya dapat digabung dengan operasional pengolahan
wastewater
o Penjualan produk akhir kompos dapat mengurangi biaya
operasional
o Mengembalikan produk kompos ke dalam tanah dengan biaya yang
lebih kompetitif dibanding cara land-filling ataupun incineration.
Secara ekosistem, cara ini lebih alami dalam mengikuti siklus
kehidupan dan daur ulang.
Untuk itu dengan adanya peranan mikrorganisme pada pembuatan kompos
kita tidak perlu menggunakan EM4 lagi, dimana kita hanya tinggal memanfaatkan
dari sampah rumah tangga. Pada umumnya, dari sekian banyak pengujian
tehnologi pengomposan sampah rumah tangga sangat bergantung pada
“keajaiban” bakteri baik bakteri aerob pun bakteri anaerob yang membantu proses
fermentasi atau dekomposisi. Secara ilmiah berbagai hasil ekperimen tersebut
sangat signifikan membantu mereduksi timbunan dan tingkat pencemaran
kandungan toxid sampah rumah tangga.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat diambil perumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai bakteri pengurai
pada pembuatan kompos.
5
2. Bagaimana tehnik pembuatan kompos dengan menggunakan
mikroorganisme lokal.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai pembentuk bakteri pengurai
pada pembuatan kompos.
2. Tekhnik pembuatan kompos dengan menggunakan mikrorganisme lokal.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Peranan Mikroorganisme
Di dalam tanah akan kita jumpai adanya kehidupan berupa
mikrorganisme yang sangat banyak dan bervariasi, seperti : bakteri, aktinomisetes,
fungi, algae, dan protozoa. Di samping itu, dijumpai juga fauna tanah seperti ;
nematoda, cacing tanah dan bermacam-macam mikro dan makro anthropoda.
Peranan makrofauna terhadap kesuburan tanah adalah kemampuannya untuk
memotong-motong bahan organik menjadi ukuran yang lebih kecil dan kemudian
mencampurnya dengan bahan tanah. Peranana makrofauna terhadap proses
dekomposisi yang terjadi di tanah-tanah tropika di teliti secara intensif pada
dekade terakhir ini.
Mikrobia tanah mempunyai dua peranan kunci dalam kesuiburan tanah
yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai mesin pengatur daur hara secara simultan sehingga membuat hara
tersedia bagi tanaman, dan menyimpan hara yang belum dimanfaatkan
tanaman.
2. Melaksanakan sintesis terhadap sebagian besar bahan organik yang bersifat
stabil, seperti humus yang berfungsi sebagai penyimpan hara dan berperanan
dalam memperbaiki struktur tanah.
Diantara sekian banyak kelompok mikrorganisme, bakteri merupakan
kelompok yang paling dominan yang berperan dalam proses dekomposisi.
Menurut Rachman Sutanto (2001), Actinomisetes merupakan mikrobia
heterotropik yang mampu mendekomposisi sisa pertanaman, baik di dalam tanah
maupun bahan kompos. Meskipun selalu dijumpai didalam tanah tetapi lebih
banyak hidup pada kondisi lingukungan yang aerob dan relatif panas.
Meskipun proses pengomposan dapat berlangsung dalam kondisi aerobik
maupun anaerobik, proses aerobik lebih cocok diaplikasikan pada pengomposan
limbah rumah tangga. Proses pengomposan aerobik lebih mempercepat proses
penguraian dan berlangsung pada temperatur yang relatif tinggi sehingga
sekaligus berguna untuk menghilangkan bakteri pathogen yang berasal dari
7
kotoran manusia. Disamping itu pengomposan aerobik juga meminimalkan
potensi bau yang ditimbulkan.
Aktinomisetes suatu saat jumlahnya berlebihan, terutama pada saat
berlangsung proses dekomposisi bahan organik, populasinya dapat mencapai 200
juta untuk setiap gram tanah (Allison, 1973). Aktinomisetes berperanan penting
dalam karena mampu mengurai beberapa jenis senyawa yang tahan terhadap
dekomposisi bakteri, seperti : selulose, hemiselulose, kerati, kitin, dan asam
oksalat (Allison, 1973). Aktinomisetes tumbuh baik pada tanah-tanah yang
bereaksi netral atau alkalin dan kurang berkembang di tanah yang bereaksi asam.
Fungi bersifat saprofit dan sangat aktif dalam proses dekomposisi residu
tanaman dan mendekomposisikan semua komponen yang berasal dari tanaman.
Bakteri yang termasuk Basidiomisetes mampu mengurai lignin dan selulose
sebagai senyawa yang paling dominan pada tanaman tingkat tinggi. Penambahan
bahan organik dan pertanian berkelanjutan dengan tekhnologi masukan rendah
secara nyata meningkatkan populasi VAM, sedangkan aras pemupukan N dan P
serta pemakaian pestisida menurunkan populasi VAM.
Jenis ganggang dijumpai dalam bentuk koloni dan cenderung
terkonsentrasi pada permukaan tanah yang lembap. Lumut, ganggang hijau, dan
sianobakteri merupakan jenis ganggang yang bertanggung jawab dalam mengikat
N-udara. Hampir disetiap tanah mengandung ganggang tetapi tidak sebanyak
bakteri, aktinomisetes maupun fungi. Jenis ini tidak banyak berperanan dalam
menentukan kesuburan tanah. Peranan algae yang dapat dicatat adalah dalam
meningkatakan kesuburan tanah, misalkan pada tanah sawah.
Semua mikroorganisme ini potensi dan populasinya dapat ditingkatkan
dengan peranannya sebagai dekomposer. Salah satu caranya yaitu dengan
memanfaatkan limbah rumah tangga. Disamping kita dapat menghemat dalam
biaya produksi suatu usaha tani, kita juga dapat memanfaatkan suatu hal yang
sudah dianggap tidak berharga, namun dapat menimbulkan dampak sosial.
8
II.2. Kompos
Berbagai pupuk telah sejak lama digunakan di dalam pertanian.
Bergantung kepada cara dan senyawa yang terkandung di dalamnya, dikenal ada
pupuk buatan atau pupuk pabrik, yaitu jenis pupuk yang dibuat dari bahan-bahan
berupa senyawa kimia. Oleh karena itu senyawa yang terkandung di dalamnya
berbentuk senyawa an-organik seperti N, P, K, S, dan sebagainya, jenis pupuk ini
disebut pula sebagai pupuk anorganik.
Jenis pupuk lain yang di dalamnya mengandung senyawa organik disebut
pupuk organik atau pupuk alami. Ini berhubungan dengan cara pembuatannya
(pada umumnya) masih secara alami, juga senyawa yang terkandung di dalamnya
sebagian besar tersusun oleh senyawa organik.
Ada persamaan dan perbedaan antara pupuk anorganik dengan pupuk
organik. Persamaannya dalah dua-duanya pupuk, yaitu bahan yang mengandung
unsur (hara) yang sangat dibutuhkan sebagai sumber nutrien (bahan makanan)
oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Adapun perbedaanya
adalah pupuk anorganik mengandung unsur-unsur, misalnya N, P, dan K, dalam
jumlah yang banyak atau mencukupi, sedangkan pada pupuk organik kandungan
unsur-unsur tersebut sangat terbatas dan sedikit sekali.
Pupuk organik walau hanya sedikit mempunyai kandungan unsur,
terutama unsur N, P, dan K, ternyata mempunyai peranan lain yang sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan tanaman.
Karena itu, tidaklah mengherankan kalau kehadiran pupuk organik di dalam tanah
pertanian, sama pentingnya seperti pupuk anorganik
Di bidang pertanian, khususnya yang menyangkut tanah untuk
kepentingan pertanian, peranan dan kehadiran pupuk organik adalah di dalam :
a. mempertahankan atau meningkatkan sifat fisik tanah;
b. mempertahanakan atau meningkatkan sifat biologis tanah;
c. walau secara terbatas, juga mempertahankan atau meningkatkan
sifat kimia tanah.
9
Singkatnya kalau kandungan organik tanah mencukupi, tanah akan dapat diatur
dan dipertahankan kesuburannya, serta akan terbebas dari bahaya longsor atau
erosi.
Pengomposan didefinisikan sebagai suatu proses dekomposisi
(penguraian) secara biologis dari senyawa-senyawa organik yang terjadi karena
adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu. Pengomposan
merupakan salah satu metoda pengelolaan sampah organik menjadi material baru
seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan dengan
bahan baku sampah domestik merupakan teknologi yang ramah lingkungan,
sederhana dan menghasilkan produk akhir yang sangat berguna bagi kesuburan
tanah atau tanah penutup bagi landfill .
Pengomposan bukanlah suatu ide atau hal yang baru. Pengomposan
merupakan suatu proses penguraian mikrobiologis alami dari bahan buangan
organik misalnya limbah rumah tangga. Saat ini proses pengomposan dari bahan
buangan tersebut menjadi suatu produk akhir yang lebih, terutama oleh mereka
yang lebih peduli terhadap pelestarian lingkungan, karena proses ini dipandang
sebagai alternatif terbaik dalam management pengelolaan sampah padat.
Berdasarkan komposisi dasar dari bahan buangan organik atau limbah
rumah tangga, dimana pemanfaatan jenis bahan tersebut merupakan synergi yang
saling melengkapi. Bahan buangan organik seperti limbah rumah tangga belum
digunakan secara optimal umumnya masih dibuang percuma dan belum
menemukan bentuk penyelesaian masalah secara tuntas.
Dalam usaha untuk mengatasi masalah limbah rumah tangga yang
semakin meningkat jumlahnya dan cara-cara penanganan serta pembuangan akhir
yang lebih tepat untuk masa mendatang, ada beberapa alternatif utilisasi dan
pembuangan akhir dari limbah rumah tangga tersebut yang dapat
dipertimbangkan, yaitu:
Land-filling, masalah dengan keterbatasan kapasitas, tempat yang cocok
dan aman, biaya dlsb.
Incineration/ pembakaran, ada berbagai masalah berdasarkan pada
pengalaman sebelumnya akibat dari pembakaran sampah/ limbah padat.
10
Pengomposan, dipandang sebagai alternatif terbaik dengan pertimbangan
sbb:
Biaya investasi relatif lebih murah
Pengoperasiannya dapat digabung dengan operasional pengolahan
wastewater
Penjualan produk akhir kompos dapat mengurangi biaya operasional
Mengembalikan produk kompos ke dalam tanah dengan biaya yang lebih
kompetitif dibanding cara land-filling ataupun incineration. Secara
ekosistem, cara ini lebih alami dalam mengikuti siklus kehidupan dan daur
ulang.
Sejak awal dekade 1970-an, pengomposan mulai mendapat perhatian
sebagai alternatif yang cost-effective dan environmentally sound untuk proses
stabilisasi dan pembuangan akhir dari limbah rumah tangga. Proses pengomposan
itu sendiri merupakan biodegradasi dari bahan organik menjadi suatu produk yang
stabil. Proses pengomposan yang sempurna akan menghasilkan produk yang
tidak mengganggu baik selama penyimpanan maupun aplikasinya, seperti bau
busuk, bakteri pathogen. Selama proses pengomposan, temperatur akan mencapai
range pasteurization dari 50 - 70 oC, sehingga bakteri pathogen dari limbah rumah
tangga (jika dari pengolahan limbah domestic atau municipal) akan mati.
Meskipun proses pengomposan dapat berlangsung dalam kondisi aerobik
maupun anaerobik, proses aerobik lebih cocok diaplikasikan pada pengomposan
dari limbah rumah tangga. Proses pengomposan aerobic lebih mempercepat
proses penguraian dan berlangsung pada temperatur yang relatif tinggi sehingga
sekaligus berguna untuk menghilangkan bakteri pathogen yang berasal dari
kotoran manusia. Disamping itu pengomposan aerobik juga meminimalkan
potensi bau yang ditimbulkan.
Secara umum kompos sangat bermanfaat sebagai soil conditioner dengan
adanya kandungan bahan organik yang tinggi, karena sifat kestabilannya maka
bahan organik dalam kompos akan terdegradasi secara perlahan dan tertahan
secara efektif untuk waktu yang lebih lama dibandingkan bahan organik dari
limbah yang belum dikomposkan. Kandungan makro dan mikro nutrisi yang
11
berasal dari limbah rumah tangga sangat bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman,
baik perkebunan, pertanian maupun hortikultura dan hobbies. Disamping itu
produk kompos juga akan meningkatkan kualitas tanah yang berpasir, tanah liat
maupun kondisi tanah yang telah jenuh (more balance soils). Sedangkan dari sisi
mikrobanya, aplikasi kompos sangat bermanfaat untuk reklamasi dari tanah yang
telah kehilangan atau rusak top soilnya, seperti akibat cutting-filling pada
pembukaan lahan untuk industri dan real-estate, akibat aktivitas pertambangan
terbuka atau pada tanah yang sebelumnya terlalu banyak menggunakan pupuk
kimia karena akan meningkatkan populasi mikroba tanah yang berfungsi untuk
penyediaan nutrisi yang siap diserap oleh akar tanaman.
Peningkatan sifat-sifat tanah dari penggunaan kompos antara lain:
1. Meningkatkan kandungan air dan retensi air untuk kondisi tanah berpasir.
2. Meningkatkan sifat agregasi.
3. Meningkatkan aerasi, permeability dan sifat infiltrasi air untuk kondisi
tanah liat.
4. Meningkatkan daya tembus akar.
5. Meningkatkan populasi mikroba tanah.
6. Menurunkan tingkat kekerasan lapisan permukaan tanah.
Proses pembuatan pengurai dalam membuat kompos dari limbah rumah
tangga sedikit berbeda dibandingkan proses pengomposan secara biasanya tanpa
menggunakan mikroorganisme lokal. Secara prinsip ada beberapa keuntungan dari
pengurai dalam pembuatan kompos dari limbah rumah tangga dibandingkan
dengan cara lain pada umumnya, yaitu:
1. Tidak membutuhkan material management yang kompleks
2. Tidak memerlukan teknik pemisahan yang rumit
3. Lebih seragam dalam komposisi
4. Proses operasionalnya lebih mudah
5. Tidak terkontaminasi oleh bahan buangan lain, seperti: plastik, logam,
kaca, dan lain-lain.
6. Hasil komposnya lebih cocok untuk dipasarkan.
12
Manfaat lain dari proses pengomposan dengan adanya pembuatan
pengurai dengan menggunakan limbah rumah tangga adalah sebagai berikut :
1. Di bidang kebersihan : sampah atau sisa dan kotoran yang biasanya
berserakan dipekarangan rumah tanpa diurus akan menyebabkan gangguan
kebersihan.
2. Di bidang kesehatan : akibat bau-bau yang tidak sedap atau serakan
sampah membusuk di mana-,ama, tidak mustahil juga lalat dan nyamuk akan
banyak berkeliaran. Lalat dan nyamuk adalah pembawa jenis bibit penyakit
yang membahayakan sehingga kalau kemudian timbul wabah penyakit sudah
dapat diperkirakan sejak awalnya.
3. Di bidang sanitasi : hal ini menyangkut kasus yang sangat merugikan serta
sering terjadi kalau masalah sampah tidak di kelola sebagai mestinya, seperti
terjadi keracunan pada bahan makanan.
4. Di bidang lainnya : kayu atau bambu yang disimpan di tempat yang kotor,
terutama karena banyak sampahnya, akan cepat melapuk dan rusak.
Oleh karena jika limbah rumah tangga di buar sebagai pengurai dalam
pembuatan kompos akan lebih aman dan lebih baik keadaannya kalau
dibandingkan dengan sampah yang dibiarkan menumpuk tanpa pengelolaan.
Selama proses pengomposan berjalan, di dalam timbunan bahan baku yang terdiri
dari sampah, suhun atau temperaturnya atau panasnya akan lebih dari 700C. Pada
panas seperti itu tidak ada mikroba penyebab penyakit, penyebab keracunan,
ataupun penyebab karat yang dapat hidup.
13
III. PEMBAHASAN
III. 1. Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga sebagai Bakteri Pengurai dalam
Pembuatan Kompos
Pengomposan merupakan proses penguraian aerobik - thermophilic dari
konstituen organik (misalnya dari sampah / buangan organik alami dan excess
sludge dari biological wastewater treatment) menjadi produk akhir yang relatif
stabil, menyerupai humus. Ada 3 group mikroorganisme yang berperan, yaitu:
bakteria, actinomycetes dan fungi.
Fungsi bakteria akan mengurai senyawa golongan protein lipid dan lemak
pada kondisi thermophilic serta menghasilkan energi panas. Actinomycetes dan
fungi yang selama proses pengomposan berada pada kondisi mesophilic dan
thermophilic berfungsi untuk mengurai senyawa-senyawa organik yang kompleks
dan selulosa dari bahan organik atau dari bulking agent. Faktor kondisi
lingkungan selama operasional sangat berpengaruh terhadap aktivitas
mikroorganisme dalam proses oksidasi - dekomposisi tersebut dan pada akhirnya
berpengaruh terhadap kecepatan dan siklus proses pengomposan serta kualitas
kompos yang dihasilkan.
Pengomposan merupakan proses penguraian aerobik - thermophilic dari
konstituen organik (misalnya dari sampah / buangan organik alami dan excess
sludge dari biological wastewater treatment) menjadi produk akhir yang relatif
stabil, menyerupai humus. Ada 3 group mikroorganisme yang berperan, yaitu:
bakteria, actinomycetes dan fungi.
Fungsi bakteria akan mengurai senyawa golongan protein lipid dan lemak
pada kondisi thermophilic serta menghasilkan energi panas. Actinomycetes dan
fungi yang selama proses pengomposan berada pada kondisi mesophilic dan
thermophilic berfungsi untuk mengurai senyawa-senyawa organik yang kompleks
dan selulosa dari bahan organik atau dari bulking agent. Faktor kondisi
lingkungan selama operasional sangat berpengaruh terhadap aktivitas
mikroorganisme dalam proses oksidasi - dekomposisi tersebut dan pada akhirnya
14
berpengaruh terhadap kecepatan dan siklus proses pengomposan serta kualitas
kompos yang dihasilkan.
Dalam pembuatan mikrorganisme local yang terbuat dari limbah rumah
tangga ada alat dan bahan yang harus disediakan terlebih dahulu sebelum
membuat pengurai untuk pembuatan kompos. Adapun alat-alat yang diperlukan
dalam pembuatan pengurai untuk membuat kompos adalah sebagai berikut :
1. Baskom atau wadah lainnya yang sejenis.
2. Alat penghancur (bisa menggunakan penghancur tradisional).
3. Pisau.
4. Alat pengaduk atau sejenisnya.
Sedangkan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan pengurai
untuk membuat kompos adalah sebagai berikut :
1. Buah-buahan busuk.
2. Air taji atau air kelapa atau air lahang.
3. Gula.
4. Terasi.
5. Ikan asin bubuk atau keong.
6. Air kencing hewan.
Sedangkan proses pembuatan pengurai untuk membuat kompos adalah
sebagai berikut yakni : langkah pertama adalah mengumpulkan buah-buahan
ynag telah busuk untuk kemudian dihancurkan menggunakan alat penghancur
yang telah tersedia. Setelah itu langkah berikutnya yakni kita harus
mencampurkan kesemua bahan seperti : buah-buahan yang telah dihancurka, air
taji atau air kelapa atau air lahang ditambahkan dengan gula, terasi, dan ikan asin
bubuk ataupun keong serta yang terakhir kita tambahkan air kencing hewan,
edalam wadah yang telah tersedia.
Setelah itu wadah ditutup dengan menggunakan bahan ynag kedap udara,
boleh menggunakan kain ataupun Koran dan yang sejenisnya. Langkah
berikutnya setiap tiga hari sekali sampai hari batas akhir hari ke lima belas dibuka
dan diaduk dengan menggunakan pengaduk. Dan langkah terakhir pada hari ke
lima belas yakni campuran tersbut disaring dan dipergunakan sebagai biang
15
bakteri pembuatan kompos. Adapun bagan skematis pembuatan pengurai dari
limbah rumah tangga adalah sebagai berikut :
Bagan 1 Cara Membuat Mol
Konversi
biologi bahan
organik dilakukan oleh bermacam-macam kelompok mikroorganisme heterotrpoik
sperti baktero, fungi, aktinomistes, dan protozoa. Organisme tersbut mewakili
jenis tanaman dan hewan (Biddlestone dan Gray, 1985). Selama proses
16
Semua Bahan Dihancurkan
Semua Bahan Digabung Menjadi Satu
Bahan Ditutup denganMenggunakan Bahan Kedap
Hari ke-15 di Saring & Dapat Digunakan
sebagai Biang Bakteri Bagi Pembuatan
Kompos
3 Hari Sekali Dibuka & Diaduk
pengomposan berlangsung, perubahan secara kualitatif dan kuantitaif terjadi, pada
tahap awal akibat perubahan lingkungan beberapa spesies flora menjadi aktif,
makin berkembang dalam waktu yang cepat dan kemudian hilang untuk
memberikan kesempatan kepada populasi lain untuk menggantikan.
Pada umumnya peranan mikrorganisme local tersebut sebagai pengurai
yakni akan mempercepat proses pengomposan, jika dibandingkan pengomposan
tanpa menggunakan pengurai. Adapun kelebihan mikrorganisme atau pengurai
yang digunakan dari limbah rumah tangga ini dapat menggantikan
mikroorganisme buatan pabrik sejeni EM4. kelebihan yang diperoleh jika
menggunakan pengurai dalam pembuatan kompos dari limbah rumah tangga
adalah disamping menghemat biaya produksi juga bisa mengoptimalkan limbah
rumah tangga yang bermanfaat menjadi lebih bernilai tinggi.
III.2. Tekhnik Pembuatan Kompos dengan Menggunakan Mikroorganisme
Lokal
Produksi kompos dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok. Pertama,
kompos murni. Pupuk ini ditujukan untuk lahan tanaman organik, namun juga
dapat digunakan untuk lahan pertanian nonorganik. Kedua, kompos plus mikroba
(pengikat N dan pelepas P). Pupuk yang telah diperkaya ini juga diperuntukkan
untuk lahan pertanian organik, namun juga dapat digunakan untuk lahan pertanian
nonorganik (biasa). Ketiga, kompos plus pupuk buatan. Pupuk ini hanya dapat
digunakan untuk lahan pertanian nonorganik
Pada dasarnya kompos dapat meningkatkan kesuburan kimia dan fiisik
tanah yang selanjutnya akan meningkatkan produksi tanaman. Pada tanaman
hortikultura (buah-buahan, tanaman hias, dan sayuran) atau tanaman yang sifatnya
perishable ini hampir tidak mungkin ditanam tanpa kompos. Demikian juga di
bidang perkebunan, penggunaan kompos terbukti dapat meningkatkan produksi
tanaman. Di bidang kehutanan, tanaman akan tumbuh lebih baik dengan kompos.
Sementara itu, pada perikanan, umur pemeliharaan ikan berkurang dan pada
tambak, umur pemeliharaan 7 bulan menjadi 5-6 bulan.
17
Selain itu, kompos membuat rasa buah-buahan dan sayuran lebih enak,
lebih harum dan lebih masif. Hal inilah yang mendorong perkembangan tanaman
organik, selain lebih sehat dan aman karena tidak menggunakan pestisida dan
pupuk kimia rasanya lebih baik, lebih getas, dan harum. Penggunaan kompos
sebagai pupuk organik saja akan menghasilkan produktivitas yang terbatas.
Penggunaan pupuk buatan saja (urea, SP, MOP, NPK) juga akan memberikan
produktivitas yang terbatas. Namun, jika keduanya digunakan saling melengkapi,
akan terjadi sinergi positif. Produktivitas jauh lebih tinggi dari pada penggunaan
jenis pupuk tersebut secara masing-masing.
Agar sampah bisa dijadikan sebagai bahan baku kompos, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah melakukan pemilahan sampah sesuai jenis. Saat ini
memang masih terasa sulit memilah-milah sampah. Namun, bila sejak awal sudah
dibiasakan, pemilahan akan lebih mudah dilakukan. Pemilahan sebaiknya sudah
dilaksanakan sejak tingkat rumah tangga, pasar, atau komunitas lain. Sampah
organik dipisah dari sampah non-organik. Caranya, dengan menempatkan masing-
masing jenis ke dalam kantong plastik yang berbeda warna. Misalnya kantong
plastik bening untuk sampah organik, kantong plastik putih untuk sampah
kertas/karton, dan kantong warna hitam untuk jenis sampah lainnya.
Bahan Baku Kompos
Yang dimaksud dengan bahan baku kompos adalah bahan yang akan
dipergunakan dalam pembuatan sesuatu abarang. Dalam hal ini yakni limbah
rumah tangga. Proses pengomposan atau membuat kompos adalah proses
biologis karena selama proses biologis karena selama proses tersebut berlangsung,
sejumlah jasad hidup yang disebut mikroba, seperti bakteri dan jamur, berperan
aktif. Agar peranan mikroba di dalam pengolahan bahan baku menjadi kompos
berjalan secara baik, persyaratan-persyaratan berikut harus dipenuhi :
1. Kadar air bahan baku : daun-daun yang masih segar atau tidak kering,
kadar airnya memenuhi syarat sebagai bahan baku. Dengan begitu, daun yang
sudah kering, yang kadar airnya juga akan berkurang, tidak memenuhi syarat.
Seandainya sudah kering, bahan baku tersebut harus diberi air secukupnya
agar menjadi lembap.
18
2. Bandingan sumber C (karbon) dengan N (zat lemas) bahan; bandingan
ini umumnya disebut rasio atau bandingan C/N. dengan bandingan tersebut
proses pengomposan berjalan baik dengan menghasilkan kompos bernilai baik
pula, paling tinggi 30. artinya kandungan sumber C berbanding dengan
kandungan sumber N = 30 : 1.
Tempat Pengomposan
Tempat pengomposan tergantung kondisi serta luas lahan (pekarangan
rumah) yang dapat disiapkan untuk pembuatan kompos. Dengan demikian,
bentuk tempat pengomposan dapat bermacam-macam, sebagai berikut :
1. Berbentuk lubang dengan ukuran 100 x 75 x 50 cm (panjang, lebar,
tinggi), bisa lebih, bisa juga kurang dari ukuran tersebut tergantung kepada
lahan yang digunakan sebagai tempat pengomposan, serta bahan baku yang
akan dibuat atau diproses.
2. Bebentuk bak, baik dengan dinding yang terbuat dari batu-batu
(tembok), dari bambu, dari kayu ataupun dari bahan lainnya (drum).
Kebaikan dari tempat ini adalah mudah untuk mencampur bahan, tidak
tergenang air di musim hujan.
3. Pada permukaan tanah saja, artinya timbunan bahan baku langsung
ditempatkan pada permukaan tanah tanpa lubang atau dinding.
Sedangkan proses pembuatan kompos dengan menggunakan pengurai
yang dibuat dari limbah rumah tangga adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan setiap sampah, dalam hal ini jelas yakni sampah rumah
tangga, misalnya saja sampah dapur seperti sisa sayuran.
2. memotong-motong sampah tersebut bila dirasa ukurannya terlalu besar,
sehingga dapat dipotong kecil-kecil disesuaikan dengan ukuran bahan baku
agar dapat mempercepat proses pengomposan.
3. Menyiapkan tempat pembuatan kompos, apakah berbentuk lubang, bak,
ataupun bentuk lainnya tidak menjadi masalah, misalnya saja drum. Yang
terpernting adalah sesuaikan tempat tersebut dengan kondisi tanah pekarangan
19
yang ada. Akan tetapi, jika memungkinkan, lebih baik berbentuk bak atau
sejenisnya karena hasilnya akan lebih baik.
4. Mencampurkan hingga rata bahan baku kompos dan sesuai dengan ketentuan.
Jika ingin mempercepat pengomposan gunakan mikroorgaisme local untuk
mepercepat proses pengomposan dengan menngunakan pengurai yang telah di
buat dari limbah rumah tangga. Serta perhatikan hal-hal yang menyangkut
nilai rasio C/N dan kandungan air di dalam bahan. Kemudia bahan-bahan
yang sudah tercampur masukan kedalam tempat pembuatan kompos, berikan
pelapis atau pelindung di atasnya.
5. Seandainya pencampuran akan dilakukan bersamaan dengan proses
pengomposan dapat pula dilakukan dengan menggunakan sistem bertahap,
yaitu sistem tahapan bahan yang terdiri dari sampah saja, satu tahapan terdiri
atas kotoran kandang atau Lumpur selokan, satu tahapan terdiri atas kapur
(kalau diperlukan), satu tahapan terdiri atas daun kacang-kacangan dan
seterusnya. Setelah empat atau lima hari, timbunan tahapan ini diadukl dan
dicampurkan hingga rata, kemudian ditimbunkan lagi dan seterusnya seperti
yang lain.
6. Bahan baku serta campurannya setelah mengalami proses beberapa minggu
siap dianggap menjadi kompos, antara lain kalau bahan-bahan tersebut sudah
berwarna coklat tua, coklat kehitam-hitaman, dan kalau dipegang tidak panas
lagi dan bentuknya akan lebih mengecil.
Adapun bagan secara skematis pembuatan kompos dengan menggunakan
pengurai dari limbah rumah tangga adalah sebagai berikut :
1. Siapkan Reaktor Kompos (Komposter)
20
Gambar 1. Menyiapkan Reaktor Kompos
2. Persiapan Bahan Organik
Gambar 2. Menyiapkan Bahan Organik
Menyiapkan bahan (atau sampah) organik yang akan dikomposkan.
Sampah organik yang disiapkan bisa berasal apa saja, misalnya dari sisa sayuran,
nasi, atau potongan-potongan tanaman dari kebun. Agar kompos tidak berbau,
hindari memasukkan daging, tulang dan minyak. Sebelum dimasukkan ke dalam
reaktor kompos, bahan-bahan tadi sebaiknya dipotogan kecil-kecil agar proses
dekomposisinya menjadi lebih cepat dan lebih sempurna
Proses pembusukan atau dekomposisi memerlukan bakteri pengurai. Jadi,
alangkah baiknya jika bahan-bahan tadi dicampur terlebih dahulu dengan sumber
bakteri pengurai sebelum dimasukkan ke dalam reaktor kompos. Sumber bakteri