Top Banner
MENGAPA SEMAKIN BANYAK JUMLAH ALUMNI AKUNTANSI TIDAK SEBANDING DENGAN PERTUMBUHAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK (PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP PROFESI AKUNTAN PUBLIK SETELAH UU NO. 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK) Pigo Nauli Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Email: [email protected] Sudrajat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Neny Desriani Fakultas Ekonomi IBI DARMAJAYA Email: [email protected] ABSTRACT The Objective of this study is to examine the perception of undergraduate student majoring in Accounting about UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. It also to know perception of undergraduate student majoring in accounting about public accountant roles in graft prevention and anothers roles. Respondents consist of 283 students of accounting major. For the objectives of the study, a structured questionnaire was utilized. Third different groups of question were asked to the respondent. The format was a type of likert scale for the measurenment of the thought and perceptions of the respondents. All data were processed previously with validity and reliability test. The result of this research indicate that undergraduate students in accounting major have positive perception about UU No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik and public accountant roles in graft prevention and anothers roles. Findings of the study are interesting themselves, and also might be very interesting for particular people to make comparative studies. Keywords: Public accountant, students’ perception, graft prevention I. PENDAHULUAN Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rasa keingintahuan peneliti mengenai mengapa pertumbuhan Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak seiring dengan pertumbuhan industri. Secara logika semakin tumbuhnya dunia industri yang berkewajiban untuk menginformasikan laporan keuangan yang auditabel, maka peran KAP menjadi penting, dan menjadi potensi penghasilan pada sektor usaha jasa seperti KAP. Khususnya di Lampung, tempat domisili peneliti, sepanjang pengetahuan penulis, sejak Tahun 2000 hanya ada 3 KAP yang beroperasi di wilayah Lampung, yaitu: KAP Weddi dan Rekan, Nurdiono dan Rekan, dan Zubaidi Indra dan Rekan. Namun dalam perkembangannya hanya KAP Weddie dan Rekan yang hingga sekarang masih aktif dan eksis diantara KAP lainnya. Demikianpun secara usia personal auditornya, Auditor yang membuka jasa KAP di Lampung pada saat sekarang sudah memasuki rata-rata usia di atas 50 Tahun. Penulis mencoba membayangkan jika tidak ada regenerasi dalam kurun waktu yang lebih pendek pada waktu yang akan datang, maka sudah dapat dipastikan keberadaan KAP akan semakin sedikit.
17

Mengapa Semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak ...

Dec 09, 2016

Download

Documents

NguyenDat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Mengapa Semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak ...

MENGAPA SEMAKIN BANYAK JUMLAH ALUMNI AKUNTANSI

TIDAK SEBANDING DENGAN PERTUMBUHAN KANTOR AKUNTAN

PUBLIK (PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP

PROFESI AKUNTAN PUBLIK SETELAH UU NO. 5 TAHUN 2011

TENTANG AKUNTAN PUBLIK)

Pigo Nauli Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

Email: [email protected]

Sudrajat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

Neny Desriani Fakultas Ekonomi IBI DARMAJAYA

Email: [email protected]

ABSTRACT

The Objective of this study is to examine the perception of undergraduate student majoring in

Accounting about UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. It also to know perception of

undergraduate student majoring in accounting about public accountant roles in graft prevention and

anothers roles. Respondents consist of 283 students of accounting major.

For the objectives of the study, a structured questionnaire was utilized. Third different groups of

question were asked to the respondent. The format was a type of likert scale for the measurenment of

the thought and perceptions of the respondents. All data were processed previously with validity and

reliability test.

The result of this research indicate that undergraduate students in accounting major have positive

perception about UU No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik and public accountant roles in graft

prevention and anothers roles. Findings of the study are interesting themselves, and also might be very

interesting for particular people to make comparative studies.

Keywords: Public accountant, students’ perception, graft prevention

I. PENDAHULUAN

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rasa keingintahuan peneliti mengenai mengapa pertumbuhan

Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak seiring dengan pertumbuhan industri. Secara logika semakin

tumbuhnya dunia industri yang berkewajiban untuk menginformasikan laporan keuangan yang

auditabel, maka peran KAP menjadi penting, dan menjadi potensi penghasilan pada sektor usaha jasa

seperti KAP. Khususnya di Lampung, tempat domisili peneliti, sepanjang pengetahuan penulis, sejak

Tahun 2000 hanya ada 3 KAP yang beroperasi di wilayah Lampung, yaitu: KAP Weddi dan Rekan,

Nurdiono dan Rekan, dan Zubaidi Indra dan Rekan. Namun dalam perkembangannya hanya KAP

Weddie dan Rekan yang hingga sekarang masih aktif dan eksis diantara KAP lainnya. Demikianpun

secara usia personal auditornya, Auditor yang membuka jasa KAP di Lampung pada saat sekarang

sudah memasuki rata-rata usia di atas 50 Tahun. Penulis mencoba membayangkan jika tidak ada

regenerasi dalam kurun waktu yang lebih pendek pada waktu yang akan datang, maka sudah dapat

dipastikan keberadaan KAP akan semakin sedikit.

Page 2: Mengapa Semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak ...

Penulis juga mencoba mengkonfirmasi fenomena ini untuk beberapa daerah lain khususnya di

wilayah Sumatera: Sumatera Selatan, Bengkulu, Sumatera Utara, dan Jambi. Hasilnya menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan dalam jumlah KAP yang masih aktif dan beroperasi di masing-masing

wilayah kerjanya, yaitu memilik jumlah KAP yang relatif sedikit dibandingkan dengan jumlah unit

usaha atau entitas bisnis yang ada. Hal ini pun diperkuat secara nasional mengenai proses penyusunan

RUU Akuntan Publik yang dibahas di forum DPR RI. Salah satu permasalah Akuntan Publik yang

tercantum dalam Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) panja RUU Akuntan Publik disebutkan bahwa

Indonesia mengalami krisis Akuntan Publik (www.iapi.or.id).

Apakah diberlakukannya UU No. 5 Tahun 2011 sebagai salah satu solusi untuk memenuhi

kebutuhan akan kekurangan jumlah profesi akuntan yang semakin tidak diminati oleh sarjana

Akuntansi? Karena ketentuan yang dikembangkan dalam UU tersebut adalah bahwa yang berhak

untuk mendapatkan gelar akuntan adalah siapapun, tidak mesti sarjana S1 Akuntansi, tetapi juga

lulusan non Akuntansi (Teknik, Pertanian, Sosial, Hukum) diperbolehkan untuk mendapatkan gelar

akademik setelah syarat-syarat lainnya dipenuhi.

Berdasarkan rumusan UU No.5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik dalam penjelasan pasal 6

dapat disarikan beberapa ketentuan terbaru yang membedakan dengan peraturan- peraturan

sebelumnya sehingga seseorang dapat diproses menjadi Akuntan Publik, yaitu sebagai berikut:

Sebelum UU AP Sesudah UU AP

S1 Akuntansi PTN dan PTS S1/DIV/Setara Akuntansi dan Non

Akuntansi PTN dan PTS

Mengikuti Program Pendidikan Profesi

Akuntan (PPAk) Pendidkan Profesi Akuntan Publik dari

PTN dan PTS kemudian Ujian Serifikasi

AP (IAPI)

Register Negara Akuntan (Kemenkeu)

Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP)

dari IAPI

Izin Akuntan Publik (Kemenkeu) Izin Akuntan Publik (Kemenkeu)

Fenomena ini menarik untuk diteliti, apakah penyebabnya sehingga pertumbuhan KAP tidak

sebanding dengan pertumbuhan jumlah alumni akuntansi? Fenomena ini semakin menarik, ketika

melihat pertumbuhan lulusan (alumni) Akuntansi semakin besar yang dihasilkan dari pergutuan tinggi

negeri maupun swasta. Idealnya semakin banyak alumni Akuntansi maka pertumbuhan akuntan

eksternal yang berprofesi sebagai auditor mejadi lebih banyak. Atau mungkin kencenderungan

mahasiswa Akuntansi untuk berprofesi sebagai auditor eksternal tidak semenarik profesi akuntan

lainnya seperti bankir, auditor internal, controller, akuntan pemerintah, akuntan pendidik dan beberapa

profesi lainnya. Fenomena ini diperkuat dengan hasil tracer study yang dilaukan oleh Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung hasilnya menunjukkan sebgai berikut.

Tabel 1.

Hasil Tracer Study yang dilakukan oleh Jurusan Akuntansi Universitas Lampung

No Profesi Jumlah Persentase

1 KAP 3 2,6

2 Akuntan Pemerintah (PNS, BPK) 35 30,2

3 Perbankan 19 16,4

4 Akuntan Perusahaan 22 19,2

5 Lainnya 37 31,9

Jumlah 116 100

Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa pilihan profesi alumni Akuntansi cenderung lebih

sedikit untuk berprofesi sebagai auditor yang bekerja pada KAP. Penulis mencoba untuk menulusuri

hasil-hasil penelitian yang secara substansi terkait dengan permasalahan penelitian di atas, hasilnya

Page 3: Mengapa Semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak ...

adalah penelitian yang dilakukan oleh Pakdemir (2011) mengenai persepsi mahasiswa Akuntansi

terhadap profesi-auditor eksternal di Turki. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 64 % dari 588

responden mengungkapkan bahwa profesi akutan dipandang tidak terlalu penting (not important),

mahasiswa Akuntansi memandang Akuntansi sebagai matakuliah yang membosankan (negative and

boring class). Penelitian serupa juga dilakukan oleh beberapa pemerhati Akuntansi meneliti mengenai

persepsi mahasiswa Akuntansi terhadap profesi Akuntansi (Fisher and Murphy, 1995), (Well, 2005),

(Colemen and Kreuze, and Langsam, 2005), (Bymee and Wilis, 2005).

Penelitian-penelitian tesebut menarik untuk diteliti ulang di Indonesia secara lebih mendalam.

Karena Pemerintah Indonesia kemudian megeluarkan UU No. 5 Tahun 2011 tentang profesi Akuntan

Publik. Undang-undang ini mengatur praktik Akuntan Publik dalam menjalankan fungsi dan

tanggungjawabnya, utamanya dalam memberikan jasa assurance. Selain itu UU ini pun memberikan

garis penegas kepada siapapun yang ingin berprofesi sebagai auditor harus memenuhi syarat dan

kriteria yang berlaku. Pasal 6 menyebutkan bahwa untuk mendapatkan ijin menjadi Akuntan Publik

seseorang harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Memiliki sertifikat tanda lulus ujiian profesi Akuntan Publik yang sah

b. Berpengalaman praktik memberikan jasa sebgaimana dimaksud dalam pasal 3

c. Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

d. Memiliki NPWP

Selain undang-undang tersebut pemerintah melalui kementrian keuangan mengatur secara lebih

rinci mengenai aturan terkait. Disahkannya UU No 5 ini tidak terlepas dari beberapa persolan yang

dihadapi profesi akuntan secara umum. Sebelum diterbitkannya UU tersebut, pemerintah telah

melakukan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) oleh panja RUU Akuntan Publik komisi XI DPR RI.

Diantara permasalahan dalam profesi Akuntan Publik adalah semakin krisisnya jumlah kantor

Akuntan Publik (www. iapi.or.id).

Persepsi merupakan suatu proses individu dalam memilih, mengelola, dan menginterpretasikan

suatu rangsangan yang diterimanya ke dalam suatu penilaian terkait apa yang ada disekitarnya

(Schiffman dan Kanuk, 2010). Persepsi akan mendorong seseorang berniat untuk melakukan sesuatu,

termasuk keinginan seseorang untuk memilih pilihan profesi akuntan yang akan diambilnya.

Berdasarkan fenomena-fenomena di atas, penulis ingin menelusuri sejauhmana persepsi

mahasiswa program S1 Akuntansi terhadap profesi Akuntansi saat ini. Salah satu hal yang menarik

adalah ingin melihat kecenderungan pilihan profesi akuntan yang akan dipilih oleh lulusan Akuntansi.

Apakah dengan dikeluarkannya UU No 5 Tahun 2011 akan mempengaruhi persepsi mahasiswa

Akuntansi terhadap profesi akuntan khususnya Akuntan Publik, sehingga menjadi semakin tumbuh

suburnya keinginan alumni Akuntansi untuk berprofesi sebagai auditor ataukah semakin menyurutkan

langkah untuk mengambil profesi akuntan. Berdasarkan latar belakang tersbut judul penelitian adalah

“Mengapa semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak Sebanding dengan Pertumbuhan

KAP (Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Profesi Akuntan Publik Setelah UU No . 5

Tentang Akuntan Publik)”

II. STUDI LITERATUR

Pertumbuhan dan pengembangan Akuntansi semakin tinggi diperkuat dengan semakin globalnya

pertumbuhan dunia bisnis, sehingga semakin mendekatkan pengusaha akan jasa akuntan dalam

menopang struktur keberlangsungan usaha. Pertumbuhan dan perkembangan baik jumlah dan kualitas

akuntan akan sangat bergantung pada institusi pendidikan yang men-create profesi tersebut

(Steadman and Green, 1995). Perguruan tinggi sebagai institusi dengan kewajiban utamanya

memberikan jasa pendidikan (teaching), pengabdian kepada masyarakat dan penelitian (research)

bertanggungjawab penuh untuk menghasilkan akuntan-akuntan yang handal dan mampu menghadapi

tantangan globalisasi.

Untuk tujuan tersebut maka bagaimanakah usaha seharusnya yang dilakukan perguruan tinggi

dalam mempersiapkan alumninya untuk mampu memenuhi standar dalam memenuhi syarat sebagai

Akuntan Publik bersertifikat (Yucel et al, 2012). Beberapa peneliti telah melakukan perubahan dalam

Page 4: Mengapa Semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak ...

proses pembelajaran Akuntansi bagi mahasiswa diantaranya dengan pendekatan menekankan pada

aspek praktek (Haman et al., 2010), pembelajaran studi kasus (Campbell and Lewiss, 1991; Stewart

and Daugherty, 1993), dan berbagai metoda yang kemudian sering diupayakan sebagai teknologi

pendidikan seperti: student center learning (SCL), technology assisted learning, dan beberapa metoda

lainnya.

Persoalan yang terjadi tidak semata-mata dilihat dari proses pembelajaran yang telah diprogram

dalam perguruan tinggi saja, akan tetapi juga harus membangun match and link antara dunia akademis

dan praktisi, bahwa dunia pendidikan harus ditopang dengan kekuatan sosial masyarakat profesi yang

menjadi salah satu pilihan karir setelah lulus, sehingga alumni Akuntansi mampu mengetahui secara

riil dunia profesi mereka (Yucel et al., 2012). Oleh karena itu pendidikan akuntansi harus ditopang

dengan praktikum dan mendekatkan mahasiswa akuntansi dengan tenaga professional, sehingga

pembelajaran dapat lebih interaktif dan mahasiswa lebih awal mengenali profesi akuntan secara jelas.

Progam semacam ini dengan sendirinya akan membentuk persepsi, karakter alumni Akuntansi

terhadap profesi akuntan. Penelitian yang dilakukan oleh Schoellman, 2011 mengungkapkan bahwa

bahwa pendidikan formal mampu menopang 10-20 % tingkat perbedaan masing-maisng tenaga kerja

dalam merespon kerja yang menjadi bagaian pekerjaannya.

Persepsi merupakan proses kognitif yang dipergunakan seseorang untuk menafsirkan dan

memahami dunia sekitarnya, sedangkan menurut Robbin, 1993:

“Perception can be defined as a process by which individual organize and interpret their sensory

impression in order to give meaning to their invorenment”

Proses pembentukan persepsi dipengaruhi oleh:

1. Faktor perhatian dari luar, melalui intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan, dan gerakan

2. Faktor dari dalam (internal set factors), yaitu factor dari dalam diri seseorang yang memiliki

proses persepsi antara lain proses belajar, motivasi dan kepribadian (kiryanto dkk., 2001)

Proses pendidikan akuntansi akan dapat dipersepsikan secara parallel dengan praktik akuntansi,

termasuk di dalamnya profesi akuntan publik. Akuntan publik merupakan seseorang yang diberikan

ijin oleh lembaga berwenang untuk menggunakan gelar akuntan publik dan mempraktekkan akuntansi

publik. Di Indonesia, ijin sebagai akuntan publik dapat diberikan setelah lulus ujian sertifikasi

Akuntan Publik (USAP).

III. METODA PENELITIAN

Penelitian ini ingin megetahui persepsi mahasiswa akuntansi terhadap profesi akuntan setelah

diterapkan kebijakan UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Selanjutnnya juga ingin melihat

secara umum profesi akuntan dimata mahasiswa akuntansi. Untuk mencapai tujuan tersebut instrumen

penelitian berupa kuisioner telah dikembangkan, sebagia n konten diadopsi dari penelitian Pekdemir,

2011. Sebagian lain dikembangkan peneliti untuk mengukur persepsi dan pandangan mahasiswa

terhadap salah satu peraturan yang dipasalkan dalam UU No 5 Tahun 2011. Kuisioner menggunakan 5

(lima) poin skala likert dengan skala sebagai berikut 1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak Setuju, 3. Netral,

4. Setuju, 5 Sangat Tidak Setuju). Bagian pertama dari kuisioner berkaitan dengan data demografi

responden, bagian kedua berkaitan dengan persepsi mahasiswa terhadap profesi Akuntan Publik,

bagian ketiga mengeksplorasi persepsi mahasiswa terhadap peran Akuntan Publik teramsuk juga

melihat keterkaitannya dengan tidakan pencegahan terhadp tindak pidana korupsi, dan bagian bagian

terakhir berkaitan dengan persepsi mahasiswa Akuntansi berkaitan dengan UU No. 5 Tahun 2011

tentang Akuntan Publik.

Pengumpulan Data

Peneliti menyebarkan kuisioner kepada mahasiswa Akuntansi yang berada di Kota

Bandarlampung, dengan sebaran: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, Sekolah Tinggi

Ilmu Ekonomi Lampung (STIE Lampung), dan Fakultas Ekonomi Informatics and Business Institute

(IBI) Darmajaya. Kuisioner yang disebar sebanyak 300, dari total kuesioner yang disebar 291

Page 5: Mengapa Semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak ...

kuisioner dikembalikan. Setelah dilakukan seleksi atas kuesioner, sebanyak 283 kuesioner yang dapat

diolah karena 8 responden tidak menjawab dengan sempurna setiap pertanyaan yang diajukan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan SPSS for windows versi 17. Analisis frekuensi, mean dan deviasi

standar dihitung untuk tiap-tiap variabel yang diukur. Koefisien vaiditas dan reliabilitas menggunakan

analisis faktor dan cronbach alpha. Uji valditas menunjukkan bahwa semua pertanyaan menunjukkan

koefisien factor analysis di atas 0,06, sementara koefisien cronbach alpha untuk menguku reliabilitas

instrumen menunjukkan 0.7.

Hasil survey menunjukkan beberapa ringkasan sebagai berikut: 1). Data demografi responden,

termasuk juga preferensi pilihan karir profesi akuntan, 2). Persepsi mahasiswa terhadap profesi

auditor, 3) Persepsi mahasiswa terhadap peran auditor terutama tanggapan mahasiswa akuntansi

terhadap kompetensi auditor terhadap pencegahan tindak pidana korupsi, dan 4) Persepsi mahasiswa

terhadap Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik.

Demografi responden terdiri dari 100 responden adalah mahasiswa Universitas Lampung

(35,3%), 94 mahasiswa berasal dari Fakultas Ekonomi Informatics and Business Institute Darmajaya

Lampung (33,2%), dan 89 responden berasal dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lampung (31,4%)

dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2

Kampus Responden

Kampus Frekuensi %

Universitas Lampung 100 35,3

IBI Darmajaya 94 33,2

STIE Lampung 89 31,4

Total 283 100

63,6% responden atau sebanyak 180 mahasiswa akuntansi adalah perempuan, sisanya adalah

laki-laki (tabel2). Hasil ini memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya bahwa perempuan

cenderung lebih berminat untuk melanjutkan jenjang pendidikan tinggi pada program S1 Akuntansi

(Nauli, 2011; Pekdemir and Pekdemir, 2011)

Tabel 3

Jenis Kelamin Responden

Kampus Frekuensi %

Laki-Laki 103 36,3

Perempuan 180 63,6

Total 283 100

148 responden adalah mahasiswa akuntansi yang berusia di bawah 20 tahun (51,9%), 122

responden berusia antara 20 sampai dengan 24 tahun (43,1%), sedangkan sisanya (4,6) berusia di atas

24 tahun (tabel 4)

Tabel 4

Usia Responden

Usia Frekuensi %

-20 Tahun 148 52,3

20-24 Tahun 122 43,1

20+ Tahun 13 4,6

Tahun 283 100

Page 6: Mengapa Semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak ...

98 responden (34,6%) mahasiwa akuntansi adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada

program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), 116 responden (41%) adalah lulusan SMA pada Program IPS,

67 responden (23,7%) adalah lulusan Sekolah Mnenengah Kejuruan (SMK), sisanya adalah lulusan

dari program lainnya (tabel 5). Hasil ini menunjukkan bahwa program S1 Akuntansi menjadi pilihan

favorit bagi siswa-siswi SMA, karena bukan hanya pelajar dari program IPS saja, sebagai jurusan yang

linier dengan Akuntansi, namun juga pelajar IPA dan SMK. Khusus SMK, peneliti menduga 27%

mahasiswa yang berasal dari program SMK menunjukkan bahwa target pendidikan SMK kurang tepat

sasaran, karena tujuan untuk menjadi tenaga teknis (clerk) pada dunia kerja tidak tercapai, karena

dapat dilihat dari data bahwa mahasiswa akuntansi sebanyak hampir 24 persen berasal dari siswa-siswi

SMK.

Tabel 5

Jurusan Pada Jenjang SMA

Jurusan SMA Frekuensi %

IPA 98 34,6

IPS 116 41

SMK 67 23,7

Lainnya 2 0,7

Jumlah 283 100

Intensi atas pilihan karir dari keseluruan responden dapat dilihat pada tabel 6 dan tabel 7. Tabel 6

menunjukkan intensi awal mahasiswa atas pilihan karir akuntan setelah mereka lulus pada program S1

Akuntansi di semester awal (semester 2 dan 4), hasilnya menunjukkan sebagai berikut:

Tabel 6

Pilihn Profesi Akuntan di Semester Awal

Pilihan Profesi Frekuensi %

Auditor (KAP) 68 24

PNS 78 27,6

Analisis Sistem Informasi 20 7,1

Banker 59 20,8

Pialang 11 3,9

Forensik 20 7,1

Lain 16 5,7

Belum Memilih 4 1,4

Jumlah 283 100

Data menunjukkan bahwa keinginan mahasiswa akuntansi untuk menjadi akuntan pemerintah

sangat tinggi, mengalahkan intensi untuk menjadi auditor yang bekerja di KAP atau menjadi banker.

Fenomena ini harus ditangkap sebagi suatu hal yang harus diperhatikan oleh dunia praktisi dan

akademisi, mengapa? Karena, persoalan yang dihadapi bangsa ini adalah kasus-kasus korupsi yang

kebanyakan dilakukan pada sektor pemerintahan. Dengan menyediakan SDM akuntan yang

berkompetensi diharapkan mampu menekan laju tindak pidana korupsi. Selanjutnya adalah bahwa

intensi Auditor berada pada urutan kedua, hasil ini memang sangat berbeda dengan fakta di lapangan.

Hasil tacer study yang dilakukan oleh Universitas Lampung pada Tahun 2012 terhadap alumni

akuntansi, menunjukkan bahwa hanya 2% dari 100 alumni Unila yang bekerja pada KAP. Hal ini

menjadi menarik untuk dikaji, mungkinkah proses pembelajaran mempengaruhi pilihan mahasiswa

terhadap profesi akuntan, karena fakta-fakta tersebut menjadi suatu bahan evaluasi bagi proses

pembelajaran akuntansi.

Yang sangat menarik adalah preferensi responden terhadap pilihan karir akuntan sebagai akuntan

forensik. Pilihan ini berada pada pilihan favorit ketiga, penulis menduga bahwa ini pilihan profesi

Page 7: Mengapa Semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak ...

terbaru yang sedang menjadi isu menarik dalam perkembangan akuntansi (Sanchez, 2012; Carpenter et

al., 2011; Elitas et al., 2011)

Tabel 7 menunjukkan pilihan profesi di semester akhir. Tabel ini hanya menyajikan mahasiswa

yang duduk di semester akhir, yaitu responden di semester 6 dan semester 8. Responden diminta untuk

mengisi 2 pilihan profesi akuntan saat mereka masuk di program S1 Akuntansi dan juga mengisi

pilihan profesi akuntan ketika mereka duduk di semester akhir.

Tabel 7

Pilihn Profesi Akuntan di Semester Awal dan Semester Ahir

Pilihan Profesi Frekuensi

Semester Awal Semester Akhir

Auditor (KAP) 9 12

PNS 24 26

Akuntansi Manajemen 4 6

Banker 18 11

Pialang 1 1

Forensik 2 4

Lain 3 1

Jumlah 61 61

Kedua pertanyaan ini sengaja diajukan untuk melihat adakah perbedaan pilihan profesi di

semester awal dan semester akhir. Dengan mengunakan uji paired sample t test didapat hasil bahwa

tidak ada perbedaan pilihan profesi antara mahasiswa semester awal dan semester akhir. Analisis

dilakukan dengan membandingkan responden yang berada di semester akhir sebanyak 61 responden

dari 283 responden. Hasil ini dapat dianalisis pada tabel 8 bahwa preferensi mahasiwa terhadap pilihan

profesi karir akuntan tidak berbeda antara saat diawal perkuliahan dengan diakhir perkuliahan,

beberapa kemungkinan yang diduga oleh penulis diantaranya adalah bahwa proses perkuliahan tidak

berdampak besar terahadap pilihan profesi mahasiswa, pengajar bukan dari kalangan praktisi

langsung, belum atau jarangnya diadakan seminar-seminar terkait dengan profesi akuntan di

lingkungan kasmpus, dan pembeljaran yang masih mengedapakan aspek teoritis dibandingkan praktik.

Tabel 9 menunjukkan pihak yang paling mempengaruhi pilihan profesi akuntan bagi responden.

Keluarga paling dominan mempengaruhi pilihan profesi responden sebesar 56,2 %, selanjutnya

pengalaman bekerja (31%), lingkungan masyarakat/sosial (8,1%), dan lingkungan kampus atau

sekolah (7,1%). Hasil ini memberikan bukti bahwa peran kampus tidak signifikan dalam memberikann

dukungan kuat kepada mahasiswa dalam menentukan pilihan profesi, mungkinkah kampus tidak

memberikan gambaran peluang, tantangan dari masing-masing profesi akuntan sehingga mahasiswa

tidak mampu mengeksplorasi lebih jauh tentang profesi akuntan dan masih mengandalkan informasi

dari keluaraga (orang tua, kakak, paman) dalam menentukan pilihan profesi akuntan. Organisasi

akuntan (IAI, IAPI) hanya mempengaruhi 0,4% dari responden terhadap pilihan profesi akuntan, hasil

Tabel 8

Uji Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Dev Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of

Lower Upper

Pair pro 1-2 .328 2.039 .261 -.194 .850 1.256 60 .214

Page 8: Mengapa Semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak ...

ini menjadi masukan bahwa lembaga profesi atau organisasi akuntan belum banyak melakukan

sosialisasi kepada mahasiswa mengenai profesi akuntan secara keseluruhan.

Tabel 9

Pihak yang paling berpengaruh terhadap pilihan profesi

Lingkungan Frekuensi %

Keluarga 158 56,2

Kampus atau sekolah 20 7,1

Masyarakat/Sosial 23 8,1

Media Pemberitaan 16 5,7

Organisasis akuntansi 1 0,4

Pengalaman Akademis 23 8,1

Pengalaman Bekerja 31 11

Lainnya 10 3,5

Persepsi Dan Pendapat Responden Tehadap Profesi Akuntan Untuk mengeksplorasi persepsi dan pendapat responden mengenai profesi Akuntan Publik, 16

pertanyaan ditanyakan kepada responden. Seluruh pertanyaan dibagi kedalam 3 kelompok pertanyaan.

Grup pertanyaan pertama mengeksplorasi persepsi dan pandangan responden mengenai prilaku

Akuntan Publik adalah profesi yang dekat dengan aktivitas yang cenderung membosankan. Pertanyaan

pertama dari grup petama adalah mengenai profesi Akuntan Publik adalah profesi yang lekat dengan

aktivitas membaca buku. Aktivitas ini sebagai personifikasi bahwa pekerjaan Akuntan Publik adalah

pekerjaan yang membosankan.

Tabel 10

Pertanyaan 1

Pesepsi Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 23 8.1

Tidak Setuju 125 44.2

Netral 83 29.3

Setuju 42 14.8

Sangat Setuju 10 3.5

Total 283 100.0

Pertanyaan kedua mengenai pekerjaan Akuntan Publik selalu membosankan sehingga membuat

mereka tidak nyaman. 60 % responden menjawab tidak setuju, 33% netral, dan 7 % responden

menjawab profesi Akuntan Publik adalah profesi yang membosankan

Tabel 11

Pertanyaan 2

Persepsi Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 34 12.0

Tidak Setuju 136 48.1

Netral 93 32.9

Setuju 17 6.0

Sangat Setuju 3 1.1

Page 9: Mengapa Semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak ...

Tabel 11

Pertanyaan 2

Persepsi Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 34 12.0

Tidak Setuju 136 48.1

Netral 93 32.9

Setuju 17 6.0

Sangat Setuju 3 1.1

Total 283 100.0

Mean 2,36

Deviasi Standar 0,810

Pertanyaan ketiga mengenai pekerjaan Akuntan Publik akan selalu berhubungan dengan angka-

angka dan hitung-menghitung. Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 71% responden menjawab

bahwa profesi akuntan sangat dekat dengan dunia hitung-menghitung yang menunjukkan bahwa

aktivitas ini adalah aktivitas yang perlu keseriusasan, ketelitian dan kecermatan.

Tabel 12

Pertanyaan 3

Persepsi Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 9 3.2

Tidak Setuju 26 9.2

Netral 47 16.6

Setuju 152 53.7

Sangat Setuju 49 17.3

Total 283 100.0

Mean 3,73

Deviasi Standar 0,960

Pertanyaan keempat mengenai orang-orang yang bekerja di sekitar Akuntan Publik adalah juga

orang-orang yang membosankan. Hasil menunjukkan bahwa 66% responden mepersepsi bahwa orang-

orang yang bekerja pada lingkungan Akuntan Publik tidak menyetujui bahwa mereka bagian dari

orang-orang yang membosankan, dan hanya 7,8 % yang mempersepsi bahwa orang-orang yang

bekerja di lingkungan Akuntan Publik adalah orang-orang yang membosankan

Page 10: Mengapa Semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak ...

Tabel 13

Pertanyaan ke-4

Persepsi Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 51 18.0

Tidak Setuju 137 48.4

Netral 73 25.8

Setuju 13 4.6

Sangat Setujju 9 3.2

Total 283 100.0

Mean 2,27

Deviasi Standar 0,917

Pertanyaan kelima pada tabel 14 mengenai Akuntan Publik bekerja secara legal untuk klien dalam

hal mendapatkan uang yang lebih. Hasil pada tabel menunjukkan bahwa 37 % responden tidak setuju

bahwa Akuntan Publik bekerja secara legal untuk klien dalam hal mendapatkan uang yang lebih. 37,5

% responden menjawab netral, dan 32,5% menjawab setuju bahwa Akuntan Publik bekerja secara

legal untuk mendapatkan uang yang lebih.

Tabel 14

Pertanyaan ke-5

Persepsi Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 19 6.7

Tidak Setuju 68 24.0

Netral 104 36.7

Setuju 69 24.4

Sangat Setuju 23 8.1

Total 283 100.0

Mean 3,03

Deviasi Standar 1,039

Pertanyaan keenam mengenai Akuntan Publik secara umum bekerja pada tempat kerja yang sempit,

aksesnya dibatasi, dan berada lingkungan yang menjenuhkan. 61 % responden menyatkan tidak

menyetujui pernyataan ini, 26 % menyatakn netral, dan 12,2 % menyatakan setuju.

Tabel 15

Pertanyaan ke-6

Persepsi Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 48 17.0

Tidak Setuju 124 43.8

Netral 73 25.8

Setuju 29 10.2

Sangat Setuju 8 2.8

Total 282 99.6

Page 11: Mengapa Semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak ...

Secara keseluruhan analisis pada grup pertama pertanyaan mengungkapkan bahwa profesi

Akuntan Publik, bukanlah profesi yang membosankan dan menjenuhkan dimata mahasiswa. Persepsi

responden mengenai bahwa profesi akuntan publik bukanlah profesi yang membosankan merupakan

modal dasar bagi intitusi profesi ataupun institusi akademik untuk mendorong pertumbuhan jumlah

akuntan publik.

Grup pertanyaan kedua mengeksplorasi persepsi dan pandangan responden mengenai peran

Akuntan Publik adalah sebagai profesi yang diangga penting. 5 pertanyaan yang harus dijawab

responden dengan melihat peran Akuntan Publik dalam hal: pengambilan keputusan ekonomi,

memperkuat kualitas informasi, mewujudkan stabilitas keuangan, dan pencegahan pada tindak pidana

korupsi.

Pertanyaan ketujuh pada grup pertanyaan kedua mengenai jasa Akuntan Publik digunakan oleh

stakeholders dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Tabel 16

Pertanyaan ke-7

Persepsi Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 7 2.5

Tidak Setuju 16 5.7

Netral 83 29.3

Setuju 142 50.2

Sangat Setuju 35 12.4

Total 283 100.0

Mean 3,64

Deviasi Standar 0,861

Pertanyaan kedelapan pada grup pertanyaan kedua mengenai Akuntan Publik beperan dalam

peningkatan kualitas dan kredibilitas informasi keuangan atau laporan keuangan perusahaan (entitas

bisnis). Hasil pada tabel 17 menunjukkan bahwa 80% responden menyetujui bahwa akuntan publik

dapat berperan dalam peningkatan kualitas dan kredibilitas informasi keuangan.

Tabel 17

Pertanyaan ke-8

Persepsi Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 8 2.8

Tidak Setuju 13 4.6

Netral 33 11.7

Setuju 161 56.9

Sangat Setuju 68 24.0

Total 283 100.0

Mean 3,95

Deviasi Standar 0,892

Pertanyaan kesembilan pada grup pertanyaan kedua mengenai Akuntan Publik merupakan salah

satu profesi penunjang dalam mewujudkan stabilitas sistem keuangan yang merupakan salah satu

syarat terwujudnya pasar yang efesien. Hasil pada tabel 18 menunjukkan bahwa 72% responden

Page 12: Mengapa Semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak ...

menyetuji bahwa akuntan publik sebagai profesi yang dapat menunjang dalam mewujudkan stabilitas

sistem keuangan yang merupakan salah satu syarat terwujudnya pasar yang efesien.

Tabel 18

Pertanyaan ke-9

Persepsi Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 4 1.4

Tidak Setuju 7 2.5

Netrral 64 22.6

Setuju 155 54.8

Sangat Setuju 53 18.7

Total 283 100.0

Pertanyaan kesepuluh pada grup pertanyaan kedua mengenai Akuntan Publik sangat berperan

dalam mengurangi atau menghambat tindak pidana korupsi. 17% responden menjawab tidak setuju,

29% menjawab netral, dan 54% menjawab setuju bahwa profesi akuntan dapat berperan dalam

mengurangi atau menghambat tidak pidana korupsi.

Tabel 19

Pertanyaan ke-10

Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 10 3.5

Tidak Setuju 38 13.4

Netral 82 29.0

Setuju 96 33.9

Sangat Setuju 57 20.1

Total 283 100

Secara keseluruhan persepsi mahasiswa mengenai peran Akuntan Publik secara relatif masih

memandang profesi akuntan sebagai profesi yang berperan baik dan positif. Persepsi ini membuktikan

bahwa mahasiswa akuntansi masih memiliki nilai keyakinan pribadi bahwa profesi akuntan sangat

relevan pada kebutuhan industri usaha.

Grup pertanyaan ketiga mengeksplorasi persepsi dan pandangan responden mengenai UU No.5

tentang Akuntan Publik. Sebagai undang-undang baru mengenai profesi Akuntan Publik yang dibuat

sebagai pengganti atau penyempurna aturan-aturan sebelumnya, UU ini perlu untuk disosialisasikan

kepada seluruh lapisan masyarakat. Mahasiswa dipandang penting untuk memahami isi dan aturan

yang tercantum dalam UU tersebut, karena mahasiswa akuntansi adalah generasi penerus utama

profesi Akuntan Publik. Dalam penjelasan pasal 6 mengenai perizinan Akuntan Publik bahwa yang

berhak menyandang gelar Akuntan Publik bukan hanya dari alumni akuntansi saja tetapi juga seluruh

jenjang strata 1 pada seluruh jurusan dengan syarat dan kreteria yang harus terpenuhi. Hal ini diduga

mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap profesi akuntan.

Pertanyaan kesebelas pada grup pertanyaan ketiga ingin mengukur persepsi dan opini mahasiswa

akuntansi mengenai minat mahasiswa akuntansi untuk menjadi Akuntan Publik setelah UU No.5

Tahun 2011. Tabel menunjukkan bahwa niat mahasiswa setelah UU No.5 Tahun 2011, sebanyak 62 %

tidak menyetujui bahwa mereka semakin tidak berniat untuk menjadi Akuntan Publik, 33, 6 % netral,

3,6 % menyetujui bahwa dengan terbitnya UU No. 5 Tahun 2011 akan menyurutkan mereka untuk

menjadi Akuntan Publik karena semakin bertarung di pasar tenaga kerja.

Page 13: Mengapa Semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak ...

Tabel 20

Pertanyaan 11

Persepsi Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 61 21.6

Tidak Setuju 115 40.6

Netral 95 33.6

Setuju 7 2.5

Sangat Setuju 5 2

Total 281 100

Pertanyaan keduabelas pada grup pertanyaan ketiga untuk mengukur persepsi atau opini

responden mengenai kesempatan responden untuk menjadi Akuntan Publik setelah UU No. 5 Tahun

2011. 28% responden menjawab menyetujui bahwa penerapan UU No. 5 Tahun 2011 akan

mempersempit peluang mereka untuk berprofesi sebagai Akuntan Publik, sementara 41 %

menganggap bahwa penerapan UU No. 5 Tahun 2011 tidak akan mempengaruhi kesempatan mereka

untuk menjadi Akuntan Publik.

Tabel 21

Pertanyaan ke-12

Persepsi Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 23 8.1

Tidak Setuju 93 32.9

Netral 87 30.7

Setuju 67 23.7

Sangat Setuju 13 4.6

Total 283 100

Pertanyaan ketigabelas pada grup pertanyaan ketiga mengenai kompetensi profesi Akuntan

Publik alumni S1 akuntansi sama dengan S1 non akuntansi. Tabel menunjukkan bahwa 58,6 %

responden menyatakan tidak setuju bahwa kompetensi yang dimiliki alumni akuntansi sama dengan

non akuntansi ketika berpraktek sebagai Akuntan Publik. Sementara 15% responden menyatakan

setuju bahwa kompetensi Akuntan Publik lulusan S1Akuntansi sama dengan lulusan non Akuntansi.

Tabel 22

Pertanyaan ke-13

Persepsi Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 59 20.9

Tidak Setuju 108 38.2

Netral 73 25.8

Setuju 36 12.7

Sangat Setuju 7 2.5

Total 283 100

Pertanyaan keempatbelas pada grup pertanyaan ketiga mengenai persespsi responden mengenai

kompetensi alumni akuntansi sebagai Akuntan Publik lebih baik dibandingkan dengan alumni non

Akuntansi. Tabel ini menunjukkan bahwa 16 % tidak menyetujui bahwa kompetensi lulusan

Page 14: Mengapa Semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak ...

Akuntansi lebih baik dibandingkan dengan lulusan non Akuntansi jika berpraktik sebagai Akuntan

Publik. Sementara 60,5 % menyetujui kompetensi Akuntan Publik lulusan S1 Akuntansi lebih baik

dibandingkan dengan lulusan non akuntansi

Tabel 23

Pertanyaan Ke-14

Persepsi Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 8 2.8

Tidak Setuju 31 11.0

Netral 73 25.8

Setuju 108 38.2

Sangat Setuju 63 22.3

Total 283 100.0

Pertanyaan kelimabelas pada grup pertanyaan ketiga mengenai Praktik Akuntan Publik akan

semakin baik jika UU No. 5 diterapkan. 27 % responden menyatakan tidak setuju dengan penerapan

UU N0. 5 Tahun 2011 akan berdampak semakin baiknya praktik Akuntan Publik, sementara 36,5 %

menyetujui bahwa UU No. 5 Tahun 2011

Tabel 24

Pertanyaan ke-15

Persepsi Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 29 10.2

Tidak Setuju 47 16.6

Netral 103 36.4

Setuju 86 30.4

Sangat Setuju 18 6.4

Total 282 100

Pertanyaan keenambelas pada grup pertanyaan ketiga mengenai praktik Akuntan Publik yang

bersertifikat CPA lebih baik dibandingkan Akuntan Publik yang tidak bersertifikat CPA. Hasilnya

menunjukkan bahwa 51% meyetujui, 16% responden tidak menyetujui, sementara 34% menjawab

netral.

Tabel 25

Pertanyaan ke-16

Persepsi Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 8 2.8

Tidak Setuju 39 13.8

Netral 91 32.2

Setuju 90 31.8

Sangat Setuju 55 19.4

Total 283 100.0

Page 15: Mengapa Semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak ...

V. SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

Hasil penelitian ini menjadi hal penting bagi pemerhati akuntansi bahwa persepsi mahasiswa

akuntantasi terhadap profesi akuntan khususnya auditor eksternal dalam banyak pertanyaan memiliki

persepsi positif, mahasiswa akuntansi masih berpersepsi bahwa jasa auditor masih digunakan dalam

proses pengembalian keputusan ekonomi, jasa auditor masih dipercaya dalam peningkatan kredibilitas

informasi keuangan atau laporan keungan, termasuk juga dalam hal mewujudkan stabilitas sistem

keuangan yang dipercaya sebagai syarat terwujudnya pasar yang efesien.

Persepsi mahasiswa akuntansi mengenai profesi auditor dapat mengurangi atau mencegah tindak

pidana korupsi masih dipandang sangat baik yaitu sebanyak 54 % mahasiwa akuntansi memandang

bahwa profesi akuntan mampu untuk mengurangi tindak pidana korupsi. Hasil ini memberikan

masukan bagi pemerhati akuntansi bahwa pandangan ini sebagai modal besar bangsa Indonesia,

ditengah-tengah banyak kasus korupsi yang melanda bangsa ini, Auditor sebagai profesi yang dapat

diharapkan memberikan konstribusi bagi penyelesaian kasuss korupsi. Kualitas lulusan program S1

diharapkan menjadi modal sumber daya manusia (SDM) untuk menjadi auditor yang memiliki

kompetensi sehingga setiap lini bangsa memiliki peran dalam mengentaskan atau mencegah tindak

pidana korupsi

UU No.5 Tahun 2011 tentan Akuntan Pubik, sebagai UU baru hadir dalam rangka memberikan

pedoman bagi pelasananan profesi auditor. UU ini diharapkan mampu mnejadi pegangan,

mengokokohkan eksistensi auditor dalam hal operasional pengelolaan kantor akuntan publik mulai

dari perijinan hingga penutupan kantor akuntan publik (KAP). Sebelum disahkannya UU No 5 Tahun

2011, peraturan tertinggi yang yang ada baru selevel keputusan menteri baik yang dikeluarkan oleh

menteri keuangan maupun kementrian lain yang terkait. Salah satu poin yang berbeda berdasarkan

ketentuan dalam UU No 5 Tahun 2011mengenai perizinan Akuntan Publik, dalam penejelasan pasal 6

adalah bahwa yang dapat berprofesi sebgai auditor tidak harus dari lulusan pada program S1

Akuntansi tetapi juga dari seluruh program S1 yang ada di perguruan tinggi, setelah syarat dan

ketentuan lain dipenuhi. Perbedaan ini secara langsung akan berdampak pada persepsi mahasiswa

terhadap pilihan profesi akuntan. Hasil survey menunjukkan bahwa responden (62 %) tidak

menyetujui semakin tidak berniat berprofesi sebagai auditor. Hasil ini memberikan informasi positif

bahwa semakin luasnya resapan kesempatan kerja menjadi Akuntan Publik, karena dimungkinkannya

program non akuntansi untuk berprofesi sebagai akuntan publik, tidak menyurutkan mahasiswa

akuntansi untuk berprofesi sebagai akuntan publik. Fenomena ini akan memperkaya ruang selektif

calon akuntan publik sehingga input-input Akuntan Publik akan lebih baik. Pernyataan ini diperkuat

dengan hasil pertanyaan ke 12 yang mengunkgapkan bahwa 41 % persepsi responden untuk menjadi

Akuntan Publik tidak dipengaruhi oleh UU No 5 tahun 2011.

Pertanyaan ke-13 dan ke-14 mengungkapkan bahwa Responden tidak menyetujui bahwa

kompetensi akuntan lulusan non akuntansi sama atau jauh lebih baik dibandingkan dengan lulusan

akuntansi. Hail ini menunjukkan bahwa persepsi responden memiliki tingkat percaya diri bahwa

kompetensi yang dimiliki oleh lulusan akuntansi akan lebih baik dibandingkan dengan lulusan non

akuntansi. Sementara responden mengungkapkan bahwa akuntan publik yang mendapatkan sertifikat

CPA akan berpraktik lebih baik dibandingkan dengan dengan Akuntan Publik yang tidak bersertifikat

CPA.

Penelitian ini memberikan data dan bukti empiris bahwa proses pendidikan akuntan yang

bermuara pada program pendidikan S1 Akuntansi harus dikelola dengan baik, agar jangan sampai

mahasiswa yang mengambil progam tersebut tidak memahami akan profesi akuntan. Proses

pendidikan harus melibatkan akademisi dan praktisioner supaya lebih mendekatkan proses pendidikan

dengan praktik ril profesi akuntan. Selanjutnya, seyogiyanya lingkungan pendidikan yang dilalui oleh

mahasiswa akuntansi mempengaruhi pilihan profesi mahasiswa setelah lulus nanti, bukan keluarga,

karena kemungkinan informasi yang diberikan oleh pihak yang tidak secara langsung terlibat pada

lingkungan profesi ini tidak selengkap yang terlibat langsung dengan lingkungan profesi akuntan

Data demografi responden menunjukkan bahwa sebagian besar pilihan profesi responden adalah

sebagai akuntan pemerintah baik yang bekerja pada pemerintahan daerah, departemen, maupun

lembaga pemerintah. Fenomena ini sebaiknya menjadi acuan dalam penguatan kurikulum akuntan

Page 16: Mengapa Semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak ...

sektor publik, alumni akuntansi yang bekerja pada sektor publik diharapkan mampu meningkatkan

kinerja untuk meningkatkan kualitas informasi keuangan yang diterbitkan oleh institusi tempat mereka

bekerja, dan diharapakan menekan kasus-kasus korupsi yang dominan terjadi pada sektor publik.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa persespsi mahasiswa akuntansi terhadap profesi

akuntansi tidaklah negatif, namun fakta di lapangan pertumbuhan kantor akuntan publik tidak

sebandingkan dengan pertumbuhan dunia usaha, hal ini patut untuk dicari melalui penelitian

selanjutnya faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi pilihan akhir mahhasiswa sehingga

diharapkan dapat mencari solusi atas kemungkinan-kemungkinan negatif yang menyurutkan alumni

akuntansi untuk berprofesi sebagai akuntan publik. Penulis menduga faktor yang sangat dominan

mempengaruhi alumni akuntansi untuk berprofesi menajadi akuntan publik adalah regulasi pemerintah

yang memberikan syarat yang terlalu memberatkan calon akuntan publik, terutama persyaratan untuk

mengikuti program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA) yang dinilai terlalu mahal. Namun faktor ini

perlu unutk diuji dalam penelitian-penelitan selanjutnya.

Hasil penelitian membuktikan bahwa persepsi responden terhadap UU No 5 Tahun 2011 positif,

bahwa mahasiswa akuntansi tidak melihat UU ini sebagai penghambat pilihan profesi mereka sebagai

calon akuntan publik, walaupun semakin diperluasnya kesempatan menjadi akuntan publik untuk

jurusan non akuntansi

DAFTAR PUSTAKA

Bymee, M. and Wilis, P. (2005), Irish Secondary Students’ Perception of The Work and Acountant

and The Accounting Profession, “?” Accounting Education: an International Journal: Vol. 14

(4) Desember 2005

Campbell, J. and Lewis, W. (1991) Using cases in accounting classes, Issues in Accounting Education,

6(2), 276–823

Carpenter, T.D., Cindy Durtschi, and Lisa Milici Gaynor. 2011. The Incremental Benefits of a

Forensic Accounting Course on Skepticm and Froud-Related Judgment. Issues in Accounting

Education. Vol. 26 (1): 1-21.

Colemen, M., Kreuze, J., and Langsam, S. (2004). The New Scarlet Letter: Student Perception of The

Accounting Profession after Enron: Journal of Education For Business: Vol 79 (3), Januari-

Febuari 2004

Elitas, C., Mehtap Karakoc, and M. Emre Gorgulu. Stance of Accounting Instructors to Forensic

Accountancy Profession: Example of Turkey. International Journal of Business and Social

Science. Vol. 2 (10): 224-241

Fisher, R. and Murphy, V. (1995). A Pariah Profession? Some student Perception of Accounting and

Accountancy. The CPA Journal online.

Haman, J, Donald, J. and Birt, J (2010). Expectations and Perceptions Of Overseas Students İn A Post-

Graduate Corporate Accounting Subject: A Research Note. Accounting Education: an

International Journal, 19(6), 619-631.

Kiryanto, dkk. 2001. Pengaru Persepsi manager atas Informasi Akuntansi Keuangan terhadap

Keberhasilan Perusahaan Kecil. Journal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.4 No. 2

Nauli, P., and Sony Warsono bin Hardono. 2011 Prosiding 4A. Bali Indonesia

Pekdemir, I. and Recep P. (2011). "Business School students' Perception and Opinions on The

Proffessional Accountancy of Turkey." Prosiding 4A. Bali Indonesia

Robbins, Stephen, P.1993. Organizational Behaviour. Sixth Edition. Prentice-Hall International Inc

Page 17: Mengapa Semakin Banyak Jumlah Alumni Akuntansi Tidak ...

Sanchez, M. 2012. The Role of The Forensic Accountant in a Medicare Froud Identity Theft Case.

Global Journal of Business Research. Vol. 2(3):85-92

Steadman, M.E. & Green, R.F., (1995). Implementing Accounting Education Change Managerial

Auditing Journal, 10(3), 3 – 7

Stewart, J. and Dougherty, T. (1993). Using Case Studies In Teaching Accounting: A

Quasiexperimental Study, Accounting Education: An International Journal, Vol. 2 (1), 1–10.

UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik Republik Indonesia

Well, P and Fieger P. (2005). High Schoo Teacher, Perception of Accounting ; An International Study.

AFAANZ Conference, Melbourne, July 2005

www.iapi.com.

Yucel, E., Mehlica S., and Adam C. (2012). Accounting Education in Turkey and Professional

Accountant Candidates Expectations from Accounting Education: Uludag University

Application." Business & Economics Research Journal 3(1): 91-108.