54 TROBOSAqua EDISI 32 l Tahun III l 15 Januari - 14 Februari 2015 AKUATEKNO Meneropong Sistem Kekebalan Tubuh Udang Oleh: Romi Novriadi* Hal ini tentu didasari oleh fakta bahwa kelompok udang umumnya hanya mengandalkan sistem kekebalan tubuh pada sistem imun alamiah dengan kompo- nen utama yang terdiri atas respon selular dan respon humoral dan tidak memiliki sistem imun adaptif. Ketidakhadiran sistem imun adaptif pada kelompok udang menyebabkan tidak adanya sistem im- munological memory yang memungkinkan terbentuknya perlindungan seumur hidup terhadap infeksi patogen yang sama. Keterbatasan ini menjadi sebuah tantangan tersendiri, hingga pada akhirnya Kurtz dan Franz pada 2003, berdasarkan observasi yang dilakukan menyatakan bahwa sistem imun “adaptif” mungkin ada di kelompok avertebrata. Sistem ini dapat dibangkitkan dengan terlebih dahulu melakukan paparan pada udang dengan menggunakan immunostimulan atau se- nyawa pembangkit sistem imun lainnya. Fakta ini sangat menarik, terutama ketika hemosit, yang terdiri atas sel hyaline dan granulocytes, dapat diinisiasi dengan pemberian senyawa immunostimulan, termasuk oleh Glukan, Lipopolisakarida, dan bahkan oleh bakteri. Hemosit, sebagai sistem imun pertama pada kelompok udang dan avertebrata memiliki peranan penting untuk mengeluarkan partikel asing dalam hemocoel malalui proses fagositosis, enkapsulasi dan aggregasi nodular. Peran hemosit kemudian berlanjut dalam proses penyembuhan luka melalui aktivitas cellular clumping serta membawa dan melepaskan prophenoloxidase system (proPO). Namun aktivasi hemosit oleh se- nyawa immunostimulan juga menimbulkan pertanyaan, apakah proses untuk mem- bangkitkan sistem kekebalan tubuh pada kelompok udang dan avertebrata pada umumnya memiliki dampak untuk periode waktu yang lama? Pertanyaan ini penting untuk dike- mukakan, mengingat bahwa penggunaan bahan suplemen tentu berkontribusi terhadap pengeluaran biaya produksi dan tentu saja pembudidaya mengharapkan hasil yang optimal dari penggunaan suple- men ini. Sebuah penelitian yang penulis lakukan dengan menggunakan udang renik Artemia sebagai hewan uji coba mengung- kap fakta bahwa sistem imun alamiah pada kelompok udang dapat dibangkitkan dengan menggunakan immunostimulan, namun peningkatan sistem imun ini hanya bertahan dalam periode waktu yang cukup singkat. Pada grafik menunjukkan, bahwa mekanisme paparan dengan menggunakan b-glukan sebagai immunostimulan mampu S ecara global, munculnya wabah penyakit menjadi salah satu ham- batan utama dalam peningkatan dan keberlanjutan produksi budidaya udang. Tindakan pengendalian penyakit dengan menggunakan antibiotika yang diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan timbulnya wabah penyakit dimaksud, jus- tru menjadi pemicu bagi semakin berkem- bangnya strain bakteri yang resisten terhadap antibiotika tertentu. Selain itu bahkan menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar akibat vonis embargo yang dijatuhkan karena keberadaan residu antibiotika pada komoditas yang dihasil- kan. Kondisi ini mendorong para prak- tisi budidaya untuk menjadikan tag line: pencegahan lebih baik daripada mengo- bati sebagai pilihan utama dalam proses produksi. Beberapa tindakan pencegahan, baik berupa pemberian immunostimulan, vitamin, dan probiotik pada udang diyakini dapat menjadi solusi terhadap maraknya wabah penyakit. Sayangnya sejauh ini belum banyak artikel yang membahas tentang sejauh mana efektivitas pemberian bahan suplemen tersebut terhadap pening- katan sistem imun pada udang. Sistem imun alamiah pada kelompok udang dapat dibangkitkan dengan menggunakan immunostimulan, namun hanya bertahan dalam periode singkat DOK. ROMI NOVRIADI