BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Geografi adalah suatu cabang ilmu yang memiliki cakupan yang sangat luas dan di dalamnya terdapat sub bagian cabang ilmu, salah satunya adalah geografi sosial. Geografi sosial mempelajari tentang alam geografi serta hubungannya dengan aktivitas manusia. Karena alam mempengaruhi aktivitas manusia. Segala proses yang terjadi di alam, akan memiliki dampak terhadap kehidupan manusia. Salah satu aktivitas alam yang berpengaruh terhadap aktivitas manusia adalah meletusnya Gunung Sinabung. Di dalam memenuhi tugas akhir mata kuliah Geografi Sosial, kami membahas tentang “Aktivitas Penduduk Yang Berkaitan Dengan Karakteritik”. Sampai saat ini masalah sosial merupakan salah satu masalah yang sering mendapat perhatian khusus, terutama mengenai kesejahteraan masyarakat di berbagai daerah. Daerah selalu berkaitan dengan konsep wilayah dalam pemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan dalam mencapai kesejahteraan, dan salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan fisik wilayah untuk mencapai kesejahteraan hidup adalah faktor geografis. Faktor geografis yang dimaksud pasti berujung pada segi geografis, baik itu geografi fisik maupun geografi sosial yang tidak akan pernah lepas dari segala bentuk kehidupan dan kegiatan manusia. Apalagi dalam melakukan kegiatan, manusia selalu berinteraksi dengan manusia
47
Embed
Meneliti Aktivitas Ekonomi Karakteristik Fisik Dan Non Fisik Desa Mbarung Datuk Saudane, Aceh Tenggara
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Geografi adalah suatu cabang ilmu yang memiliki cakupan yang sangat luas dan
di dalamnya terdapat sub bagian cabang ilmu, salah satunya adalah geografi sosial.
Geografi sosial mempelajari tentang alam geografi serta hubungannya dengan aktivitas
manusia. Karena alam mempengaruhi aktivitas manusia. Segala proses yang terjadi di
alam, akan memiliki dampak terhadap kehidupan manusia. Salah satu aktivitas alam
yang berpengaruh terhadap aktivitas manusia adalah meletusnya Gunung Sinabung.
Di dalam memenuhi tugas akhir mata kuliah Geografi Sosial, kami membahas
tentang “Aktivitas Penduduk Yang Berkaitan Dengan Karakteritik”.
Sampai saat ini masalah sosial merupakan salah satu masalah yang sering mendapat
perhatian khusus, terutama mengenai kesejahteraan masyarakat di berbagai daerah.
Daerah selalu berkaitan dengan konsep wilayah dalam pemanfaatannya untuk
memenuhi kebutuhan dalam mencapai kesejahteraan, dan salah satu faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan fisik wilayah untuk mencapai kesejahteraan hidup adalah
faktor geografis.
Faktor geografis yang dimaksud pasti berujung pada segi geografis, baik itu
geografi fisik maupun geografi sosial yang tidak akan pernah lepas dari segala bentuk
kehidupan dan kegiatan manusia. Apalagi dalam melakukan kegiatan, manusia selalu
berinteraksi dengan manusia lainnya dan lingkungan sekitar. Lingkungan akan
memberikan mnafaat yang besar kepada manusia apabila manusia mengelola dan
mengembangkan sumberdaya secara maksimal. Salah satu lingkungan yang dapat
memberikan manfaat kepada manusia adalah daerah pegunungan.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana aktivitas Masyarakat desa Mbarung Datuk Saudane,
Kecamatan Babussalam, Kabupaten Aceh Tenggara.
Bagaiman pola pemukinan desa Mbarung Datuk Saudane?
C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui pola pemukiman desa Mbarung Datuk Saudane
Untuk mengetahui aktifitas Masyarakat Mbarung Datuk Saudane
Mengetahui potensi sumberdaya alam di desa Mbarung Datuk Saudane
D. MANFAAT PENELITIAN
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari kegiatan penelitian ini antara lain:
Menambah wawasan mahasiswa/i pada mata kuliah Geografi Sosial.
Adanya fakta mengenai kondisi masyarakat pegunungan yang dapat
dijadikan sebagai bahan referensi dan sumber informasi
Sebagai bahan acuan bagi para pengambil kebijakan negara dalam
pemerataan pembangunan dan kesejahteraan dari berbagai sisi
Pelatihan bagi penulis untuk penelitian mini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN DESA
Desa dalam bahasa Sanksekerta adalah “deshi” , yang berarti tanah kelahiran atau
tanah tumpah darah. Kini pengertiannya berkembang dan bermana sebagai tetorial
hukum. Berikut ini adalah pengertian desa menurut beberapa ahli .
Menurut Daldjoeni, desa adalah permukiman penduduk diluar kota dan
penduduknya bekerja dalam bidang agraris.
Menurut S.D. Mistra, desa bukan hanya kumpulan tempat tunggal,tetapi juga
kumpulan daerah pertanian, dengan batas-batas tertentu yang luasnya antara 50-
1000are.
Sutardjo Kartohadikusumo, desa adalah suatu kesatuan hukum dimana
bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
Willian Oghburn dan M.F.Nimcoft, desa adalah sejumlah organisasi sosial
kehidupan dalam wilayah yang terbatas.
Prof.Drs R.Bintarto, desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh
unsure-unsur fisiografis, sosisologis, ekonomis, politis, dan cultural yang ditempat
terkait, dalam hubungannya dan pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lain.
Berdasarkan UU no.5 tahun 1979 pasal 1 tentang pemerintahan daerah, istilah
desa dibedakan dari kelurahan.
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat hukum, mempunyai organisasi pemerintahan terendah
langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya
sendiri dalam ikatan NKRI.
Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang
mempunyai orgganisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat, yang
tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.
Di Indonesia, istilah desa kebanyakan digunakan di pulau Jawa dan Madura. Di
daerah lain, desa disebut dengan istilah, seperti: Banjar (Bali), wanus (Sulawesi
Utara), menttawai (Bugis), Nagari (Minangkabau), gampong (Aceh), dan marga
(Sumatera Selatan). Meskipun digunakan istilah yang berbeda-beda, semua
menunjuk pada pengertian yang sama.
B. KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN KEHIDUPAN DESA
Bagi masyarakat awam, desa merupakan tempat tinggal penduduk yang hidup
bertani dengan suasana lingkungan yang tentram dan terletak jauh dari keramaian kota.
Kondisi desa seperti gambaran tersebut umunya terdapat di Negara berkembang
termasuk Indonesia. Secara umum, ciri-ciri desa di Negara berkembang adalah sebagai
berikut:
Masyarakatnya sangat religious
Pendidikan masyarakat masih rendah
Komunikasi atau kontak sosial antar warga bersifat langsung, informal, dan
antar pribadi
Hubungan antar warga bersifat langgeng
Kontrol sosial diatur oleh norma-norma yang bersifat tradisional
Gotong royong masih kuat
Kelompok primer berperan besar dalam menentukan kebijakan desa
Mata pencaharian penduduk umumnya homogeny, misalnya sebagai petani
atau nelayan
Mempunyai ikatan yang erat dengan alam, sehingga aktivitas mereka sangat
dipengaruhi oleh alam
Keluarga pedesaan merupakan satu unit kerja dan ekonomi
Rumah dan tempat kerja berdekatan
Kepadatan penduduknya rendah
Proses perubahan sosial berjalan lambat
Mobilitas penduduk rendah
C. KLASIFIKASI DESA
Desa diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain:
Menurut Kepadatan penduduk, desa dapat diklasifikasikan menjadi 5 berikut ini:
1. Desa terkecil, kepadatannya 100 jiwa/km2
2. Desa kecil, kepadatannya 100-500 jiwa/km2
3. Desa sedang, kepadatannya 500-1500jiwa/km2
4. Desa besar, kepadatannya 1500-3000jiwa/km2
5. Desa terbesar, kepadannya 3000-4500jiwa/km2
Menurut luas wilayahnya, desa diklasifikasikan menjadi 5 yaitu sebagai berikut:
1. Desa terkecil, luas wilayahnya < 2 km2
2. Desa kecil, luas wilayahnya 2-4 km2
3. Desa sedang, luas wilayahnya 4-6 km2
4. Desa besar, luas wilayahnya 6-8 km2
5. Desa terbesar, luas wilayahnya 8-10 km2
Menurut tingkat perkembangannya, desa diklasifikasikan menjadi Desa
Swadaya, Swakarya, dan Swakarsa.
1. Desa tradisional (Desa Swadaya), memiliki ciri-ciri berikut:
Belum mampu menyelenggarakan pemerintahan secara mandiri
Administrasi desa belum dilaksanakan dengan baik
Sarana dan prasarana transportasi terbatas
Lokasinya terpencil
2. Desa berkembang (Desa Swakarya), memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
Telah mampu menyelenggarakan rumah tangganya sendri
Lembaga-lembaga desa telah berfungsi dengan baik
Pola pikir masyarakat suda berubah, karena pengaruh budaya
luar
Ikatan adat sudah mulai longgar
3. Desa maju (Desa Swasembada), memiliki ciri-ciri sebagai berikut
Lembaga-lembaga desa telah berkembang dan berfungsi baik
Sarana dan prasarana desa sudah lengkap
Tingkat pendidikan masyarakat tinggi dan pola pikir rasional
Aktivitas pertanian tidak sekedar untuk mencukupi kebutuhan
sendiri, tetapi juga untuk diperdagangkan.
Menurut mata pencaharian penduduknya, desa diklasifikasikan menjadi tiga
desa sebagai berikut :
1. Desa Agraris
Bila sebagian besar penduduknya berkerja pada sektor pertanian (bercocok
tanam, dan berkebun)
2. Desa Nelayan
Bila sebagian penduduknya berkerja sebagai nelayan.
3. Desa Industri
Bila sebagian besar penduduknya berkerja disektor industri (keramik, batik,
ukir-ukiran, dan lain sebagainya)
Menurut Fungsinya, terdapat desa sebagai wilayah geografis (region) dan desa
sebagai daerah pemerintahan, yaitu:
1. Desa sebagai wilayah geografis (region)
Yaitu desa sebagai daerah belakang (hinterland) yang mendukung keperluan
kota, terutama sebagai penghasil pangan, juga menjadi penghasil bahan
mentah (raw material) dan tenaga kerja (man pawer).
2. Desa sebagai daerah pemerintahan terendah
yaitu daerah yang mampu menjalankan kebijakan-kebijakan yang digariskan
oleh pemerintahan diatasnya (kecamatan atau pun provinsi).
D. POLA KERUANGAN DESA
a. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan wilayah pedesaan sebagian besar adalah untuk dua kegiatan
utama, yaitu kegiatan agraris (pertanian) serta permukiman. Sebaliknya di kota tata
lahan lebih kompleks sesuai dengan keanekaragaman aktivitas yang ada diwilayah kota.
Peruntukan lahan itu adalah bagi lahan pemukiman, industri, dan perdagangan (pasar,
mall, atau pertokoan), fasilitas hiburan dan rekreasi, dan berbagai aktivitas lainnya.
Seperti telah disampaikan sebalumnya, di pedesaan kemungkinan perluasan
pemukiman masih sangat besar. Hal itu terjadi kerena belum banyaknya fungsi-fungsi
lain yang dikembangkan selain fungsi pertanian.
b. Pola Permukiman (Pola tata ruang)
Secara sosial ekonomis, permukiman desa dapat dibedakan atas beberapa pola
sebagai berikut :
1. Pola tertutup (isolated)
Pola tertutup masih banyak dijumpai diberbagai wilayah diluar pulau Jawa
.di Jawa pola tertutup sudah hampir tidak ada karena jaringan lalu lintas sudah
berkembang hingga pelosok.
2. Pola sedikit banyak tertutup (more or less closed)
Pola ini akan segera tercapai apabila rencana pembangunan menyeruluruh
dapat dilaksanakan secara menyeluruh.
3. Pola terbuka
Pola terbuka banyak dijumpai di Pulau Jawa. Namun, diluar Jawa seperti
Sumtra dan Kalimantan pola demikian mulai ditemukan dengan dibangunnya jaringan
transportasi, seperti Trans Sumatra atau Trans Kalmantan.
Menurut Daljoeni, bentuk dan pola desa dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
1. Pola linear atau memanjang
Permukiman penduduk di daerah rendah pada umumnya memanjang sejajar
jalan raya yang menembus desa. Jika desa berkembang (mekar) secara wajar tanpa
direncanakan, maka tanah pertanian diluar desa disepanjang jalan raya akan berubah
menjadi pemukiman baru. Pemekaran suatu desa juga dimungkinkan kearah pedalaman
sebelah – menyebelahkan dengan jalan raya.
2. Pola memanjang mengikuti garis pantai
Di daerah pantai, pola pemukian desa cenderung memanjang mengikuti garis
pantai. Di pantai landai dapat tumbuh permukiman penduduk dengan mata pencaharian
sebagai nelayan dan pedagang. Jika desa itu berkembang, areal tempat tinggalnya akan
meluas sampai bertemu dan menyambung dengan desa lain.
3. Pola memusat
Bentuk desa memusat terdapat di wilayah pegunungan, dihuni oleh penduduk
dari satu keturunan. Oleh sebab itu, umumnya semuanya warga masyarakat di daerah
itu adalah keluarga atau kerabat. Dusun-dusun yang terdapat di desa berbentuk
memusat, biasanya sedikit saja tidak lebih dari 40 rumah.
4. Pola mengelilingi suatu fasilitas
Bentuk desa ini terdapat di dataran rendah dan memiliki fasilitas umum yang
banyak dimanfaatkan oleh penduduk setempat, misalnya mata air, danau, dan waduk.
Selain dimanfaatkan sebagai pemukiman, lahan pedesaan juga dimanfaatkan
untuk aktivitas sosial ekonomi, seperti persawahan, kebun, areal pengembalaan,
emapang, dan lapangan olah raga.
Menurut Prof. Drs. R. Bintarto, pola pemukiman pedesaan sangat dipengaruhi
oleh faktor geografis, seperti lokasi, iklim, tanah, dan air.
Unsur lokasi, menyangkut letak fisiografis, ekonomi, sosial, dan budaya.
Unsur iklim, menyangkut curah hujan, temperatur, angin, dan sebagainya.
Unsur tanah, menyangkut relief dan kesuburan tanah
Unsur air, menyangkut sumber-sumber air, kualiatas air, serta distribusinya.
Menurut Bintarto, di Indonesia terdapat enam Pola Desa, yaitu:
Pola memanjang mengikuti alur sungai
Pola memanjang mengikuti jalan raya
Pola radial (memusat)
Pola tersebar
Pola memanjang mengikuti garis pantai
E. POTENSI DESA
Potensi desa merupakan sumber daya yang ada di desa dan bila dimanfaatkan akan
memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Potensi desa, meliputi Potensi Fisik dan non-Fisik.
Potensi fisik desa antara lain berupa :
Tanah serta berbagai kekayaan yang terkandung di dalamnya, seperti
kesuburan, bahan tambang, dan sebagainya.
Air bersih yang menjadi kebutuhan dasar manusia tersedia dalam
jumlah banyak (berupa air tanah, sungai, atau danau).
Iklim dan cuaca serta segala unsurnya sangat berpengaruh pada aktivitas
pertanaian.
Ternak, yang dapat dimanfaatkan sebagaisumber pangan(protein),
tenaga, pupuk, dan sumber perekonomian masyarakat.
Potensi non fisik desa, meliputi unsur-unsur sosial dan budaya, antara lain berupa :
Manusia, sebagai pengolah sumber daya alam.
Pola kemasyarakatan desa, terutama semangat gotong royong, ikatan
kekeluargaan serta kerukunan yang masih tinggi, yang merupakan
landasan kokoh dalam pembanguna desa.
Lembaga-lembaga desa seperti KUD, BUUD, POSYANDU, dan
Karang Taruna, yang berperan meningkatkan kesejahteraan, menambah
wawasan, juga meluruskan pola pemikiran masyarakat.
Aparatur dan pamong desa yang memiliki peranan vital dalam
perekmbangan desa(melalui ketertiban, kejujuran, keteladanan, dan
sebagainya).
BAB III
DESKRIPSI WILAYAH
A. Karakteristik Desa
1. Karakteristik Fisik Desa Mbarung Datuk Saudane
Desa Mbarung Datuk Saudane merupakan desa yang terletak di Kecamatan
Babussalam, Kabupaten Aceh Tenggara.
Berikut ini perbatasan Desa Mbarung Datuk Saudane:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lawe Salam
Sebelah selatan dengan Desa Lawe Sikap
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Lawe Lubang
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Lawe Alas.
Letak astronomis desa tersebut adalah 2°50’ - 3°19’LU dan 90°55’ - 98°38’BT.
Curah hujan di desa Mbarung Datuk Saudane tahun 2009 tertinggi pada bulan
Nopember sebesar 265 mm dan terendah pada bulan Pebruari sebesar 63 mm sedangkan
jumlah hari hujan tertinggi pada bulan Nopember sebanyak 22 hari dan terendah pada
bulan Juni sebanyak 6 hari. Suhu udara berkisar antara 15,8ºC sampai dengan 23,9ºC
dengan kelembaban udara rata-rata setinggi 87,38 %. Desa Mbarung Datuk Saudane
berelif kasar dimana terdapat lembah dan jurang yang terjal di sekitar desa.
Desa Mbarung Datuk Saudane
Luas desa Mbarung Datuk Saudane berkisar 0,15 km2. Dimana luas areal 0,8 km²
lahan kering yang pada umunya ditanami tanaman keras seperti kakao, karet (rambong).
Akses jalan menuju desa tersebut sudah tegolong cukup baik karena jalan-jalan di desa
tersebut sudah terbuat dari aspal. Terdapat sebuah sungai yang memotong jalan-jalan
desa. Masyarakat memanfaatkan sungai ini sebagai sumber air untuk melakukan
aktifitas rumah tangga, seperti mencuci dan mandi. Jalan menuju lahan areal pertanian
cukup menanjak dan terjal.
2. Karakteristik non-Fisik Desa Mbarung Datuk Saudane
Penduduk berdasarkan Jenis kelamin
Berdasarkan keterangan kepala desa Mbarung Datuk Saudane Bapak Saridin,
desa Mbarung Datuk Saudane terakhir kali melalukan penghitungan jumlah penduduk
pada tahun 2010.
Berdasarkan data, jumlah penduduk desa Mbarung Datuk Saudane sebanyak
274 jiwa dari 57 kepala keluarga, dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 151 jiwa
dan penduduk perempuan sebanyak 123 jiwa. Dari data kependudukan ini dapat
ditentukan angka perbandingan jumlah penduduk Laki-laki dengan jumlah penduduk
perempuan (sex ratio).
Sexratio= Jumlah penduduk laki−lakiJumlah penduduk perempuan
x 100
Sexratio=151123
x100 = 123 jiwa
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui perbandingan jumlah penduduk laki-
laki dengan jumlah penduduk perempuan. Dimana, di antara 100 penduduk perempuan
terdapat 123 penduduk laki-laki.
Dengan deemikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa di desa Mbarung Datuk
Saudane, penduduk laki-laki lebih banyak jumlahnya daripada jumlah penduduk
perempuan. Analisis dari data tersebut adalah angka natalitas tinggi.
Penduduk Berdasarkan Umur
Tabel 1. Komposisi penduduk menurut umur
Sumber: Data Kependudukan Kantor Camat Desa Mbarung Datuk Saudane - 2010
NO. Kelompok Umur Frekuensi Persentase (%)
1. 0 – 4 tahun 8 2,9
2. 5 – 9 tahun 28 10,2
3. 10 – 14 tahun 6 2,2
4. 15 – 19 tahun 13 4,7
5. 20 – 24 tahun 54 19,7
6. 25 – 29 tahun 37 13,5
7. 30 - 34 tahun 51 18,6
8. 35 – 39 tahun 44 16,1
9. 40 - 44 tahun 12 4,4
10. 45 – 49 tahun 17 6,2
11. 50 – 54 tahun 1 0,4
12. 55 – 59 tahun 2 0,7
13. 59 tahun ke atas 1 0,4
Jumlah 274 100%
Dari data di atas, dapat dihitung angka ketergantungannya (dependency ratio).
Yaitu dengan membandingkan jumlah penduduk yang non-produktif dengan penduduk
produktif.
Dependency ratio= Jumlah penduduk non produktifJumlah penduduk produktif