Top Banner
Page1 MENCIUS 孟子 DAN XUN ZI 荀子 : DUA PERCABANGAN KONFUSIANISME All men have a mind with cannot bear (to see the suffering of others), Mencius A. PENGANTAR Konfusianisme tidak hanya dibatasi pada tokoh Konfusius / Kongzi (孔子). Ia memang seorang pendiri atau peletak dasar sekolah Ru (Rujia), namun kemudian ada tokoh tokoh yang mengembangkan sekolah dan ajarannya. Murid - murid Konfusius dan cucu tunggalnya, Kong Zisi melanjutkan sekolah Ru sepeninggal Konfusius, khususnya melalui mereka yang menjadi pejabat tinggi di pelbagai istana di Cina. Dua tokoh penting yang melanjutkan Konfusianisme dan memberi penafsiran baru ialah Mengzi atau Mencius (孟子) dan Xun Zi (荀子). Mencius merupakan filsuf terpenting kedua dalam tradisi Konfusian. Mencius tidak hanya membela pandangan Konfusius melawan sekolah lain, tetapi juga lebih lanjut menjadikan ajaran Konfusianisme semakin sistematis. 1 Secara umum, Mencius menekankan kebaikan internal pada manusia sebagai sumber dari institusi etis yang membimbing manusia pada pelaksanaan Ren, Yi, dan Li. Sementara itu, tokoh ketiga terpenting Konfusianisme, Xun Zi lebih menekankan aspek realistik dan materialistik yang tertanam dalam masyarakat dan perseorangan melalui tradisi dan pendidikan. 2 Amat menarik untuk dilihat bahwa dalam satu sekolah filsafat yang sama, sekolah Ru, ada pendekatan yang sama sekali berbeda. Tulisan berikut ini bermaksud menjelaskan gagasan utama filsafat Mencius dan Xun Zi serta membandingkannya. Supaya semakin jelas posisi mereka dalam sejarah filsafat Tionghoa, maka akan disinggung pula konteks zaman di mana mereka hidup. B. KONTEKS SEJARAH Ajaran Konfusius dikembangkan oleh para muridnya. Tidak lama sesudah ia wafat, para muridnya yang berjumlah 70 orang tersebar dan berkeliling menuju kepada para raja / bangsawan. Para murid yang beruntung dapat menempati posisi guru dan menteri. Namun, bagi yang kurang beruntung hanya menjadi guru atau teman dari para pegawai kerajaan saja. Masa Zhanguo 1 Jeeloo Liu, An Introduction to Chinese Philosophy, Oxford:Blackwell Publisihing, 2006, hlm. 65 2 Budiono Kusumohamidjojo, Sejarah Filsafat Tiongkok: Sebuah Pengantar Komprehensif, Yogyakarta: Jalasutra, 2010, hlm. 101 The nature (hsing) of man is evil; his goodness is only acquired training (wei), Xun Zi
12

Mencius & Hsun Tzu

Apr 10, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Mencius & Hsun Tzu

Pag

e1

M E N C I U S 孟子 D A N X U N Z I 荀子 :

D U A P E R C A B A N G A N K O N F U S I A N I S M E

All men have a mind with cannot bear

(to see the suffering of others),

Mencius

A. PENGANTAR

Konfusianisme tidak hanya dibatasi pada tokoh Konfusius / Kongzi (孔子). Ia memang

seorang pendiri atau peletak dasar sekolah Ru (Rujia), namun kemudian ada tokoh – tokoh yang

mengembangkan sekolah dan ajarannya. Murid - murid Konfusius dan cucu tunggalnya, Kong Zisi

melanjutkan sekolah Ru sepeninggal Konfusius, khususnya melalui mereka yang menjadi pejabat

tinggi di pelbagai istana di Cina. Dua tokoh penting yang melanjutkan Konfusianisme dan memberi

penafsiran baru ialah Mengzi atau Mencius (孟子) dan Xun Zi (荀子).

Mencius merupakan filsuf terpenting kedua dalam tradisi Konfusian. Mencius tidak hanya

membela pandangan Konfusius melawan sekolah lain, tetapi juga lebih lanjut menjadikan ajaran

Konfusianisme semakin sistematis.1 Secara umum, Mencius menekankan kebaikan internal pada

manusia sebagai sumber dari institusi etis yang membimbing manusia pada pelaksanaan Ren, Yi,

dan Li. Sementara itu, tokoh ketiga terpenting Konfusianisme, Xun Zi lebih menekankan aspek

realistik dan materialistik yang tertanam dalam masyarakat dan perseorangan melalui tradisi dan

pendidikan.2

Amat menarik untuk dilihat bahwa dalam satu sekolah filsafat yang sama, sekolah Ru, ada

pendekatan yang sama sekali berbeda. Tulisan berikut ini bermaksud menjelaskan gagasan utama

filsafat Mencius dan Xun Zi serta membandingkannya. Supaya semakin jelas posisi mereka dalam

sejarah filsafat Tionghoa, maka akan disinggung pula konteks zaman di mana mereka hidup.

B. KONTEKS SEJARAH

Ajaran Konfusius dikembangkan oleh para muridnya. Tidak lama sesudah ia wafat, para

muridnya yang berjumlah 70 orang tersebar dan berkeliling menuju kepada para raja / bangsawan.

Para murid yang beruntung dapat menempati posisi guru dan menteri. Namun, bagi yang kurang

beruntung hanya menjadi guru atau teman dari para pegawai kerajaan saja. Masa Zhanguo

1 Jeeloo Liu, An Introduction to Chinese Philosophy, Oxford:Blackwell Publisihing, 2006, hlm. 65 2 Budiono Kusumohamidjojo, Sejarah Filsafat Tiongkok: Sebuah Pengantar Komprehensif, Yogyakarta: Jalasutra, 2010,

hlm. 101

The nature (hsing) of man is evil;

his goodness is only acquired training

(wei), Xun Zi

Page 2: Mencius & Hsun Tzu

Pag

e2

(戰國時代) atau perang antarnegara merupakan kondisi yang tidak menyenangkan bagi

Konfusianisme, sebab di mana-mana terjadi perang dan ajaran Konfusianisme merosot.3

Sesudah Konfusius meninggal, dunia pendidikan Cina didominasi oleh aliran Mo Zi (墨子), ±

480-392 SM. Pada awalnya, ia memasuki sekolah Ru, namun kemudian memisahkan diri dan mulai

menyerang ajaran Konfusianisme. Konfusius mengapresiasi adanya peradaban kuno seperti

institusi, ritual, musik, dan kepustakaan tradisional yang berasal dari Dinasti Chou awal. Ia juga

memberi tempat pada rasionalisasi dan justifikasi pada segala hal yang berhubungan dengan etika.

Sementara, Mo Zi mempertanyakan keabsahan dan kegunaannya dan mau menggantinya dengan

yang lebih berguna. Tujuan utama dari Mo Zi adalah menentang institusi dan praktik tradisional

yang berasal dari Konfusius dan para penganut Konfusianisme.4

Meski demikian, masih ada tempat bagi Konfusianisme di negara Ch’i dan Lu. Pada masa

pemerintahan Raja Wei (357-320) dan Hsüan (319-301) hiduplah dua tokoh Konfusianisme, yakni

Mencius dan Xun Zi. Jeeloo Liu menyebut mereka sebagai filsuf kedua dan ketiga yang terpenting

dalam tradisi Konfusianisme.5

Dalam ajaran Konfusius, dikenal adanya ajaran inti yaitu Ren. Rén (仁), adalah gagasan sentral

dari Konfusianisme yang merupakan kelanjutan yang lebih jernih dari gagasan yang hidup sebelum

jaman Konfusius. Ren (humanity, humaneness, rasa kemanusiaan) bukanlah suatu prinsip moral

yang memberikan petunjuk dalam hidup, bukan pula suatu tindakan, namun lebih merupakan suatu

kualitas adanya manusia (the ideal state of being).6 Konfusius memberikan ajaran namun tidak

memberikan argumen mengapa manusia harus Ren? 7 Konfusius juga memberikan pertanyaan besar

mengenai bagaimana orang mesti gigih dalam kebijaksanaan?8 Adalah ”tugas” dari kedua filsuf di

atas untuk menggali pertanyaan mendasar di atas.

C. MENCIUS (371–289 SM)

Biodata Singkat Dan Latar Belakang Keluarga

Nama asli Mencius adalah Meng Tse. Gelar kehormatan yang diberikan adalah Mengzi yang

artinya “Tuan Guru Meng”. Ia hidup + pada tahun 371-289 SM. Ia adalah penduduk asli negara

Tsou (bagian selatan Shantung, Provinsi Cina Timur).

Ayah Mencius meninggal ketika ia masih kecil sehingga ia harus diasuh ibunya seorang diri.

Keadaan ini tidak membuat ibunya mengabaikan pendidikan Mencius dan memperhatikan

3 Fung Yu Lan, A History of Chinese Philosophy: Volume I, Princetown: Princetown University Press, 1983, hlm. 106 4 Fung Yu Lan, A Short History of Chinese Philosophy: A Systematic Account of Chinese Thought From its Origins to The

Present Day, ed: Derk Bodde (New York: The Free Press, 1976), 144 5 Jeeloo Liu, Op. Cit., 65 6 Ibid., 57-58 7 Human are perfectible, but “Why are we perfectible?” Jeeloo Liu, Op. Cit., 65 8 How to be a good ruler and how to be a good person, Jeeloo Liu, Op. Cit., 65

Page 3: Mencius & Hsun Tzu

Pag

e3

lingkungan yang akan membentuknya. Disebutkan bahwa ibunya mengajak Mencius untuk

berpindah rumah tiga kali (”Meng mu san qian”), mulai dari rumah dekat pekuburan ayahnya ke

dekat pasar hingga sampai rumah dekat sekolahan agar Mencius rajin belajar.9 Cerita masa kecilnya

yang lain adalah suatu ketika Mensius membolos sekolah, ia tidak mau belajar. Ibu Mencius kecewa

karena sikap ini dan beliau merobek kain tenun di depannya. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan

kepada Mencius bahwa pengetahuan itu terjalin satu demi satu seperti halnya benang yang saling

menjalin menjadi kain, jika kain menjadi robek, berarti jalinan benang itu telah terputus. Mengapa

kamu harus menyerah di tengah jalan dan memutuskan jalinan pengetahuan itu?10 Hal ini

membekas di hati Mensius, akhirnya ia rajin belajar untuk memperoleh pengetahuan. Dua hal di

atas, hanya ingin menunjukkan bahwa perhatian ibunya pada pendidikan Mencius sangat besar.

Maka, tak mengherankan jika nantinya ia sangat gigih dalam usaha belajar dan menjadi salah

seorang sarjana ulung. Inilah sistem pendidikan yang ditanamkan ibunya, sedikit kata tetapi

diwujudnyatakan dalam sikap yang penuh ekspresi dan mengena.

Dalam pendidikannya pula, Mencius dididik oleh murid-murid Tzu-ssu, cucu Konfusius. Ia

mendapat ajaran Konfusius dari sumber dekat. Oleh karenanya, ia mengikuti ortodoksi Konfusius

dan akhirnya, ia setia meneruskan ajaran Konfusius dengan memberikan sumbangan yang murni,

yaitu mengembangkan ajaran Sekolah Ru pada arah yang lebih idealis.11

Latar belakang Sosial Politik

Ia hidup dalam periode “Perang Antarnegara” (戰國時代) pada dinasti Zhou timur. Seperti

yang telah disebutkan dalam bagian konteks sejarah di atas, keadaan Cina secara politis waktu itu

terpecah belah. Situasinya kacau dan banyak derita di mana-mana karena perang. Keinginan untuk

Ping Tian Xia (damai di bumi Tionghoa) menjadi cukup kuat dan pandangan filsafat menjadi unsur

penting untuk mengubah keadaan itu.

Pengaruh Mencius muncul setelah mengritik dan menanggapi pengaruh Mo Zi dan Yang Tzu

pada masyarakat (dapat dilihat di bagian kritik pada mohisme). Ia berupaya melanjutkan ajaran dan

tradisi Konfusianisme dengan mengembangkan kembali Rujia (sekolah Ru) yang tertekan oleh

ajaran Mojia (sekolah Mo). Ia melihat ajaran sekolah Mo dapat mengaburkan kebenaran,

menyesatkan rakyat dan akhirnya membahayakan negara (adanya sentralisasi otoritas yang

cenderung menekankan kekuasaan otokratik dan menghilangkan unsur-unsur hierarki dalam relasi),

9 Bdk. ___, “Mencius’ mother moved house three times”, dalam http://history.cultural-china.com/en/38History1315.html

(diunduh 1 April 2011) 10 Bdk. ___, “Mencius' Mother Cut Threads on the Loom”, dalam http://history.cultural-china.com/en/49H1488H2401.html

(diunduh 1 April 2011) 11 Fung Yu Lan, A Short History of Chinese Philosophy, hlm. 68

Page 4: Mencius & Hsun Tzu

Pag

e4

maka Mengzi menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengembalikan semangat Konfusianisme

dengan lebih menekankan akan adanya hierarki dlm suatu relasi (5 jenis relasi).

Dari sedikit penjelasan mengenai situasi sosial politik saat itu, kita bisa menyarikan bahwa

adanya situasi tak menentu, hilangnya batas-batas karena perang menumbuhkan kerinduan untuk

menciptakan kedamaian. Dalam hal itu, pandangan filsafat sangat berpengaruh bagi situasi

masyarakat dan Mencius melihat bahwa ada bahaya ke depan dari ajaran sekolah Mo yang tentu

juga ingin mencari cara menumbuhkan kedamaian dalam masyarakat. Maka, ia berupaya keras

untuk mengembalikan semangat awal kemanusiaan yang telah dimulai oleh Konfusius. Apa yang

dilihat sebagai bahaya dari sekolah Mo itu?

Kritik pada Mohisme

Sedikitnya ada 2 kritik Mencius terhadap pengaruh Mohisme. Pertama, Mencius mengritik

Mohisme mengenai tiadanya hierarki dalam tata relasi. Mo Tzu mengabaikan hierarki ini dengan

menekankan kesamaan kedudukan dalam relasi. Sedangkan, Yang Tzu lebih menekankan pada

mengurus diri sendiri. Ia menunjukkan bahwa karena tidak adanya hierarki ini dan lebih

menekankan diri sendiri ini, Yang Tzu telah menentang rasa kemanusiaan dan keadilan yang arah

nyatanya peduli pada orang lain dan juga diabaikannya penguasa yang membawahi seseorang.

Sedangkan pada Mo Tzu, ia telah melupakan adanya gradasi cinta yang tidak bisa terelakkan dalam

kehidupan ini (no gradations of greater or lesser love).12 Ketika tidak ada gradasi dalam

perwujudan cinta itu (semua dianggap sama), maka yang timbul adalah kekacauan karena tidak ada

batas-batas yang jelas dalam sebuah relasi. Prinsip Mo tentang ‘kasih semesta’ ini tentu membuat

seorang ayah tidak mendapat perhatian karena kedudukannya yang sama dengan anak, dan

seterusnya. Prinsip ini tentu hanya menyesatkan manusia dan merintangi orang untuk sampai pada

jalan rasa kemanusiaan dan keadilan. Itu yang dimaksudkan oleh Mencius bahwa prinsip yang

dibawa oleh sekolah Mo akan membahayakan rakyat dan malah menimbulkan kekacauan.

Lebih lanjut lagi, dalam menanggapi tantangan dari Mohisme, Ia lebih menekankan adanya

sistem keluarga yang telah diungkap Konfusius sebelumnya, yaitu sistem masyarakat Tionghoa.

Ada 5 jenis hubungan dalam sistem itu, yaitu Raja-Menteri, Ayah-Anak, Suami-Istri, Kakak-Adik,

teman sebaya-teman sebaya. 3 dari 5 jenis relasi itu adalah relasi dalam keluarga. Di sini, Mencius

ingin mengembalikan pada basis dasarnya sebuah relasi yaitu keluarga, seperti yang ditekankan

oleh Konfusius.

Kritik yang kedua, mengenai asal dari rasa kemanusiaan itu sendiri. Mencius mengritik Mo Tzu

yang menyatakan bahwa rasa kemanusiaan (kasih semesta) sebagai kualitas berkembang dari luar

(artifisial) dengan membujuk orang agar mempraktikkan kasih yang sama tanpa ada diskriminasi.

12 Bdk. Fung Yu Lan, A Short History of Chinese Philosophy (New York: The Free Press, 1976), 70-71

Page 5: Mencius & Hsun Tzu

Pag

e5

Oleh sebab itu, unsur penekanan pada sanksi supernatural dan politik menjadi langkah agar tercipta

“kesamaan”. 13 Jika kita tarik lebih luas lagi, prinsip ini akan jatuh pada prinsip yang sekarang kita

kenal sebagai utilitarianisme (keinginan untuk the greatest happiness for the greatest number).

Prinsip ini tentu lambat laun akan semakin membuat ketidakadilan bagi orang yang kecil dan apa

yang dinamakan sebagai kasih semesta tadi tidak akan tercapai.

Mencius menekankan bahwa rasa kemanusiaan sebagai kualitas berasal dari dalam sifat dasar

manusia dan berkembang secara alamiah dalam kehidupan manusia seperti halnya sebuah bunga

mekar dari kuncupnya atau tanaman tumbuh dari benih (unsur internal lebih ditekankan walaupun

tanpa meniadakan unsur eksternal). Dua kritiknya ini nantinya akan sangat jelas dan nampak dalam

ajaran utama Mencius yang ingin menjawab pertanyaan mengapa orang harus Ren?

Ajaran Pokok

Konfusius banyak berbicara mengenai ren dan membedakan yi dan li dengan jelas. Menurut

Konfusius, manusia harus melakukan apa yang harus dilakukannya tanpa syarat dan menjadi dia

yang seharusnya. Ini dilakukan tanpa memikirkan keuntungan pribadi. Artinya, seseorang manusia

itu harus keluar dari dirinya dan merangkul sesama. Inilah esensi dari ren.14

Sayangnya, Konfusius tidak memberitahu, ”Mengapa orang harus berperilaku tanpa

memikirkan keuntungan pribadi, tanpa syarat mengerjakan apa yang seharusnya ia kerjakan dan

berperilaku sebagaimana seharusnya ia berperilaku?” Mencius ingin mencari pendasaran metafisis

dari ajaran Konfusius dan ini merupakan pertanyaan besar atau proyek yang harus dikerjakan.

Dalam usaha itu, ia mendasarkan pada kondisi alamiah manusia yang pada dasarnya adalah baik.

Gejala dasarnya ialah “Tidak ada orang yang sampai hati melihat penderitaan orang lain”

(bayangkan jika seseorang melihat anak kecil yang ingin menjatuhkan diri ke sumur).

Maka, jawaban Mencius atas pertanyaan itu adalah orang harus Ren karena kebaikan

merupakan sifat dasar manusia. Mencius sendiri mengusung tesis dasar yakni kodrat baik manusia

atau ’xing ben shan’. (Manusia pada awal hidupnya – dasarnya – itu BAIK). Ia memberikan satu

teori yaitu teori kebaikan asali kodrat manusia, yaitu bahwa dalam kodrat manusia ada beberapa

unsur yang baik. Ada juga unsur yang pada dirinya tidak buruk dan tidak baik (netral) tetapi jika

tidak dijaga akan membawa kepada perbuatan jahat. Ketika Mencius mengatakan bahwa kodrat

manusia itu baik, dia tidak bermaksud bahwa begitu lahir, orang akan menjadi seperti Konfusius

yang bijaksana. Kemanusiaan yang pada mulanya baik harus selalu dikembangkan dan dilatih

dengan Li atau ritual. Ungkapan yang dilakukan adalah dengan prinsip Chung (conscientiousness to

others) dan Shu (Altruism) serta memperluas cinta bagi keluarga sehingga mencakup juga manusia

lain di luar keluarga. Bagaimana itu dipahami?

13 Ibid., 72-73 14 Ibid., 42

Page 6: Mencius & Hsun Tzu

Pag

e6

Semua manusia dalam kodrat asalinya mempunyai empat awal yaitu [1] perasaan simpati

yang menjadi permulaan rasa kemanusiaan, [2] perasaan malu dan segan yang menjadi

permulaan kebajikan, [3] perasaan rendah hati dan kebersamaan yang menjadi permulaan

kesopanan, dan [4] pemahaman benar dan salah (zhi) yang menjadi permulaan dari

kebijaksanaan. Empat Awal ini ada dalam diri manusia sebagai embrio yang akan dan harus tumbuh

dalam diri manusia yang membuatnya berbeda dengan hewan.15 Zhi ini yang membuat manusia

mampu membedakan tindakan yang berakar pada nilai tindakan itu sendiri -tanpa pamrih.

Pembedaan yang ditimbulkan zhi adalah (1) tindakan yang berakar pada kewajiban moral dan (2)

tindakan yang berdasarkan keuntungan diri, tindakan penuh pamrih. Di dasar zhi yang membuat

manusia memiliki kemampuan-kemampuan seperti itu terdapat kodrat baik, dengan kodrat baik ini,

Mencius membuat ajaran Konfusius didudukkan pada dasar kokoh.

Empat awal, jika berhasil dikembangkan sampai sempurna, akan

menjadi empat jenis kebajikan tetap yang sangat ditekankan oleh

Sekolah Ru. Mencius mengatakan bahwa apa yang membedakan

manusia dari burung dan hewan berkaki empat adalah empat

awal, maka harus dikembangkan dengan mengurai sedalam-

dalamnya hasrat/dorongan diri sehingga Tian dapat nyata (Tian

dimaksudkan sebagai arus besar yang memberi kekuatan moral).

Jika empat kebajikan tidak mendapat hambatan dari luar, ia akan berkembang dari dalam. Dengan

mengembangkan empat awal, manusia baru dapat menjadi manusia yang sesungguhnya. Dari sini,

kita bisa mengatakan yang membuat orang bijaksana adalah arus besar dari Tian itu sendiri.

Prinsip dasar tersebut akhirnya harus diterapkan ke dalam kehidupan bersama. Mengzi

beranggapan bahwa negara adalah suatu institusi moral dan bukan dalam arti kekuasaan. Ia

memandang Tian (surga/langit) sebagai suatu puncak moralitas. Moralitas bisa dipahami sebagai

apa yang seharusnya.16 Lewat jalan mengembangkan sifat dasar secara penuh, manusia bukan hanya

mengetahui langit tapi juga menjadi satu dengannya karena sifat dasar manusia itu terberi dari langit

(unsur mistiknya).

Aplikasi kepada Negara

Mengzi mengikuti tradisi sekolah Ru yang memandang bahwa Negara ada karena ia memang

harus ada. Manusia memiliki kesadaran dan perkembangan yang penuh hanya dalam hubungan

manusiawinya sehingga dengan itu negara niscaya ada. Oleh sebab itu, Mencius menekankan unsur-

unsur dalam sebuah negara:

1. rakyat menjadi unsur penting,

15 Ibid., hlm. 69-70 16 Fung Yu Lan, A Short History of Chinese Philosophy , hlm. 102

Hao Ran Zhi Qi

Ren Li Yi

Xiao

Tian

Page 7: Mencius & Hsun Tzu

Pag

e7

2. spirit pada tanah dan hasil pertanian karena negara Cina adalah agraris,

3. penguasa yang memiliki moralitas.

Dalam unsur penguasa yang memiliki moralitas dan rakyat, dipahami bahwa negara adalah

institusi moral; yang menjadi penguasa haruslah seorang penguasa moral. Maka, dalam teori politik

Sekolah Ru, yang bisa menjadi Raja hanyalah “Orang-orang Bijak “ (The Sages), yaitu yang punya

simpati, rasa tidak tahan pada penderitaan orang lain sehingga ini dapat dikembangkan meluas;

Takhta Raja itu selanjutnya diturunkan dari seorang “Orang Bijak” ke satu “Orang Bijak” yang lain

dan seterusnya. Rakyat mempunyai hak secara moral untuk melakukan revolusi jika raja tidak

memiliki ciri-ciri “Orang Bijak”. Pembunuhan Raja yang bukan “Orang Bijak” bukanlah dosa.

Menurut Mencius, jika seorang Raja tidak memiliki ciri-ciri “Orang Bijak”, dia sebenarnya tidak

dianggap sebagai Raja tetapi hanya salah satu dari orang biasa. Ajaran Mencius ini sangat

berpengaruh dalam sejarah Tiongkok sampai dengan tahun 1911 pada Revolusi yang mendirikan

Republik Tiongkok.

Jika seorang orang bijak menjadi Raja, pemerintahan akan menjadi “Jalan Raja” (wangdao).

yaitu hasil pengamalan cinta oleh raja dan pengamalannya terhadap chung dan shu. Menurut

Mencius dan para Konfusianis seterusnya, ada dua jenis pemerintahan yaitu pemerintahan (wang

dan pa). Ciri pemerintahan wang: diperintah oleh raja yang bijaksana lewat instruksi dan

pendidikan moral, kekuasaannya adalah kekuasaan moral dengan mempraktikkan kemanusiaan,

adanya demokrasi, asosiasi org bebas, didasarkan atas dasar ekonomi yang sehat [pembagian merata

dalam distribusi tanah]. “sistem lahan sumur”. Ciri pemerintahan Pa: diperintah oleh penguasa

militer lewat kekerasan dan teror, kekuasaannya adalah kekuasaan jasmani, praktik pemaksaan

menjadi jalur utama. Pembedaan ini sangat berpengaruh bagi kehidupan negara cina ke depannya.

Dalam kosakata modern, pemerintahan “Jalan Raja” adalah yang bercirikan demokrasi sedangkan

yang Jalan Kekerasan adalah yang berbentuk fasisme. Menjalankan pemerintahan “Jalan Raja”,

menurut Mencius, tidak berlawanan dengan kodrat manusia. “Jalan Raja” bukanlah sesuatu yang

misterius dan juga sulit karena setiap orang punya kodrat baik namun dapat terkembangkan meluas.

“Meraja di luar” adalah kekuatan Mencius dalam aplikasi ajaran Konfusius mengenai “bijaksana di

dalam”.

D.XUN ZI (289-238 SM)

Pribadi dan Latar Belakang

Xun Zi dikenal pula dengan nama Xúnqĭng atau Xúnkuáng. Ia adalah warga negara Zhao, di

sebelah Selatan Provinsi Shan Xi. Pada usia lima puluh tahun, Xun Zi pergi ke Negara Qi. Dua murid

Xun Zi yang terkenal, yaitu Lizi dan Han Fei. Kedua orang ini memiliki pengaruh besar atas sejarah

Page 8: Mencius & Hsun Tzu

Pag

e8

Tiongkok. Li Si menjadi Perdana Menteri dari Kaisar Pertama Dinasti Qin. Han Fei menjadi tokoh

utama dari Sekolah Legal yang memberikan pembenaran teoritis untuk penyatuan politk dan ideologis.

Pemikiran Xun Zi (Hsun Tzu) adalah antitesis dari Mencius. Mencius sering diyakini mewakili

“sayap kiri” dari konfusianisme, sedangkan Xun Zi mewakili “sayap kanan” Konfusianisme. Pendapat

ini memang terlalu menggeneralisasi meskipun dalam beberapa hal ada benarnya. Di satu sisi,

Mencius mewakili “sayap kiri” konfusianisme karena menekankan kebebasan individual. Tetapi, disisi

lain, Mencius mewakili sayap kanan karena menekankan nilai-nilai supermoral dan dekat dengan

agama. Xun Zi sendiri mewakili “sayap kanan” karena menekankan kontrol sosial. Tetapi, ia mewakili

”sayap kiri” ketika menekankan ajaran naturalisme dan bertentangan dengan gagasan yang berbau

agama.17

Ajaran Pokok: Kodrat Manusia itu Buruk

Xun Zi terkenal dengan teorinya ‘manusia pada dasarnya adalah jahat”. Tesisnya adalah

“Hakikat manusia adalah jahat, kebaikannya adalah hasil dari pendidikan.”18 Nilai berasal dari budaya

dan budaya merupakan hasil karya manusia. Teori itu bertentangan langsung dengan teori Mencius

yang mengatakan bahwa manusia pada dasarnya adalah baik. Teori Xun Zi jika dipandang secara

sepintas sepertinya dia memandang rendah kodrat manusia tetapi jika diperhatikan secara seksama

tidaklah demikian.

Menurut Xun Zi, manusia pada saat kelahirannya sama sekali tidak membawa permulaan-

permulaan kebajikan apa pun, malahan justru membawa permulaan-permulaan yang jahat. Sifat-sifat

yang dibawa manusia pada saat kelahirannya ialah sifat dengki dan sifat benci. Apabila ia mengikuti

kencenderungan-kecenderungan dari sifat-sifat tersebut maka ia akan mengalami penderitaan dan

kehancuran. Pada saat kelahirannya, telinga dan mata manusia sudah berhasrat untuk mendengar suara

dan melihat wanita. Jika ia mengikuti kecenderungan-kecenderungan itu maka ia akan menjadi najis

(impurity) dan kacau, meskipun segala peraturan (li) dan standar-standar keadilan (i) ditegakkan.19

Meskipun demikian, Xun Zi mengakui bahwa manusia sekaligus memiliki kecerdasan. dan

kecerdasannya inilah yang memungkinkannya menjadi baik.Ooleh karena itu ia sependapat dengan

Mencius bahwa setiap orang dapat menjadi bijaksana jika mereka menghendakinya.

17 Fung Yu Lan, A Short History of Chinese Philosophy , hlm. 143

18 The nature of man is evil, his goodness is acquired training, Fung Yu Lan, Xun Zi bab 23, A Short History of Chinese

Philosophy. Hlm. 145

19 Fung Yu Lan, A History of Chinese Philosophy vol. I , Princeton: Princeton University Press, 1952, hlm. 286-287.

Page 9: Mencius & Hsun Tzu

Pag

e9

Bagaimana Manusia Menjadi Bijaksana?

Seperti yang sudah disinggung di atas bahwa walaupun manusia lahir dengan membawa

permulaan-permulaan yang jahat akan tetapi ia juga memiliki kecerdasan. Kecerdasan inilah yang

memungkinkannya menjadi bijaksana. Dengan kecerdasannya manusia mampu mengetahui dan

merasakan rasa kemanusiaan, rasa keadilan, ketaatan terhadap hukum dan kejujuran serta sarana-

sarana untuk mengetahui prinsip-prinsip ini.

Manusia dapa menjadi Yu (bijaksana) apabila ia mempraktikkan dalam hidupnnya apa yang ia

ketahui dan rasakan berkat kecerdasannya tersebut. Jadi kebijaksanaan manusia diperoleh melalui

pembelajaran (wei). Segala pencapaian dan kemurnian dicapai manusia melalui kebudayaan (wen) dan

peraturan-peraturan (li) yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat.20

Selanjutnya, jika Mencius mengatakan bahwa manusia bijak adalah manusia yang mengetahui

alam ketuhanan. Maka Xun Zi sekali lagi berpendapat sama sekali berlawanan dengan pendahulunya

tersebut, ia mengatakan bahwa orang yang bijak tidak perlu mengetahui kehendak alam ketuhanan. Ia

mengatakan: “Bukankah tiga kekuatan alam semesta (langit, bumi dan manusia) memiliki tugas dan

peranannya masing-masing. Bintang-bintang mengikuti peredarannya; matahari dan bulan bersinar

secara bergantian; keempat musim saling menggantikan satu sama lainnya; angin dan hujan tersebar

secara luas; segala sesuatu mendapat keharmonisannya dan kehidupannya. dan tugas manusia adalah

mempergunakan apa yang telah disediakan oleh langit dan bumi tersebut. Dengan demikian manusia

menciptakan budayanya sendiri.21

Lebih lanjut lagi ia mengatakan:”tidakkah lebih baik jika kita mengumpulkan harta benda

sebanyak-banyaknya dan menggunakannya sesuai dengan keperluan kita daripada harus memuliakan

Tuhan dan memikirkan-Nya? Bukankan dengan demikian kita mencampuri urusan ilahi? jika kita

mengabaikan apa yang menjadi tugas kita untuk memikirkan alam ketuhanan maka kita tidak

memahami sifat dasar dari segala sesuatu. Orang yang seperti ini adalah orang yang mencampuri

bahkan mengambil alih tugas-tugas alam ketuhanan.”

Asal-Usul Moralitas

Jika setiap orang dilahirkan dengan permulaan-permulaan jahat, bagaimanakah ia dapat

dikatakan baik secara moral? Untuk menjawab ini, Xun Zi mengajukan dua argumen. Pertama,

manusia tidak dapat hidup sendirian. Ia membutuhkan orang lain untuk memenuhi segala

20 Fung Yu Lan, A Short History of Chinese Philosophy , hlm. 146

21 Ibid, hlm. 144

Page 10: Mencius & Hsun Tzu

Pag

e10

kebutuhannya. Kedua, hanya melalui kebersamaanlah manusia menjadi kuat sehingga mereka mampu

menguasai makhluk-makhluk lainnya.22

Berdasarkan kedua alasan ini manusia harus membentuk suatu organisasi sosial. Mereka perlu

memiliki li (ritus, upacara, peraturan-peraturan dalam kehidupan sehari-hari). Li memiliki peranan

penting dalam Konfusianisme secara umum dan berfungsi untuk mengatur manusia dalam usahanya

untuk merealisasikan segala kehendaknya. Jadi, manusia yang baik secara moral adalah dia yang

bertindak sesuai dengan li. Sebaliknya, manusia yang tidak bermoral adalah manusia yang bertindak

bertentangan dengan li.

Menurut Fung Yu Lan, filsafat Xun Zi bisa dikatakan sebagai filsafat budaya. Dikatakan

demikian karena tesis umumnya berbunyi ‘segala sesuatu yang baik dan berharga merupakan hasil

usaha manusia. Terlihat jelas penekanan terhadap hasil usaha eksternal manusia, yakni dalam

kebudayaan. Nilai berasal dari budaya dan budaya merupakan hasil karya manusia. dalam hal ini

manusia sama pentingnya dengan langit dan bumi. Lebih lanjut lagi ia mengatakan:” Langit memiliki

musim-musimnya, bumi memiliki sumber daya-sumber dayanya dan manusia memiliki budayanya”

(Xun Zi, Bab 17).

E. PERBANDINGAN AJARAN

Berada pada sekolah dan tradisi ajaran Konfusius yang sama tidak menjamin Mencius dan Xun

Zi memiliki interpretasi yang sama. Justru dari sini kita akan melihat keunikan dan dua sayap yang

terkenal dalam Konfusianisme. Mencius menekankan kebebasan individual namun lebih dekat

dengan nilai super moral. Karena itu ajaran Mencius dekat dengan corak religius. Sementara, Xun

Zi menekankan kontrol sosial dan cenderung berseberangan dengan religi. Dengan xing shan

(kodrat manusia baik) Mencius memberi pijakan kokoh bagi dari ajaran Konfusius dan menegaskan

ortodoksi Konfusianisme. Dengan ren xing e (kodrat manusia buruk) Xun Zi memberi penjelasan

peran dan tanggung jawab manusia: membudayakan. Kegiatan itu nampak dalam mengikuti li, ritus,

dan musik.

Kehadiran Mencius dan Xun Zi dalam sekolah Ru justru memperkaya ajaran Konfusiuanisme

dalam pespektif yang berbeda-beda. Perbedaan pendapat keduanya menunjukkan perkembangan

awal dalam sekolah Ru yang nantinya akan terus berkembang misalnya dalam Neo-Konfusianisme.

Adapun perbandingan antara kedua tokoh Konfusianisme tersebut akan diperjelas dengan tabel

berikut ini:

22 Ibid, hlm. 144

Page 11: Mencius & Hsun Tzu

Pag

e11

Perihal MENCIUS (孟子) XUN ZI (荀子)

Kodrat manusia Baik (xing shan) Buruk (ren xing e)

Menjadi bijak Suatu proses internal, melibatkan unsur

batiniah

Proses eksternal, banyak melibatkan

hal-hal lahiriah

Metode

Dengan 4 awal:

Perasaan simpati sebagai awal rasa

kemanusiaan.

Perasaan malu dan segan sebagai awal

kebajikan.

Perasaan rendah hati sebagai awal

kesopanan.

Paham yang benar dan yang salah

sebagai awal kebijaksanaan.

dan semuanya ini digerakkan oleh

Tien (Langit)23

Organisasi sosial, mengikuti Li

(ritus), musik24

Pemahaman

tentang

kebijaksanaan

Bijaksana ditemukan dalam kesatuan

dengan Alam Ketuhanan

(Purposed Heaven)

Orang bijak adalah orang yang

punya kecerdasan untuk

mengembangkan kemanusiaan

Sebutan

(cf. FYL)

Disebut SAYAP IDEALISTIK

Konfusianisme

SAYAP REALISTIK

Konfusianisme

23 Mencius menambahkan 1 hal dalam pokok Konfusiansime yaitu Zhi (bijak). Cara menumbuhkannya dengan Yu. Orang

harus mengurai hasrat-hasrat, nafsu liar. Usaha ini digerakkan oleh kekuatan Tien (langit). Mencius menekankan Hao Jan

Chih Ch’i yang membuat arus besar manusia dimana hasrat diurai dan menjadi suatu kekuatan positif. (Catatan tambahan

JHS)

24 Musik dalam pengertian ini adalah musik yang tidak dibentuk, melainkan mengalir. Musik yang mengalir secara intuitif

dari hati dapat membebaskan batin. (Catatan tambahan JHS)

Page 12: Mencius & Hsun Tzu

Pag

e12

DAFTAR PUSTAKA:

Kusumohamidjoho, Budiono. Sejarah Filsafat Tiongkok: Sebuah Pengantar Komprehensif.

Yogyakarta: Jalasutra, 2010.

Jeeloo Liu. An Introduction to Chinese Philosophy. Oxford:Blackwell Publisihing, 2006.

Fung Yu Lan. A History of Chinese Philosophy: Volume I. Princetown: Princetown University Press,

1983.

Fung Yu Lan, A Short History of Chinese Philosophy: A Systematic Account of Chinese Thought From

its Origins to The Present Day (ed: Derk Bodde). New York: The Free Press, 1976.

___. “Mencius' Mother Cut Threads on the Loom” dalam http://history.cultural-

china.com/en/49H1488H2401.html (diunduh 1 April 2011)

___. “Mencius’ mother moved house three times” dalam http://history.cultural-

china.com/en/38History1315.html (diunduh 1 April 2011)