Top Banner
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393 Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 56 MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT BERBASIS BAGI HASIL Muchlis Yahya [email protected] Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Walisongo Semarang ABSTRACT The objective of this study was to find the factors that cause differences in the efficiency of the BPRS in Central Java are compared relatively to each monthly period. Efficiency meant as a way to measure performance that takes into account the input output unit of economic activity. The banking sector many use it because it relatively can answer any difficulty in calculating the measurement of the banking performance. The data used in this research is the BPRS financial data consisting of input and output variables. Determination of input and output variables in this study using the approach Value Added Approach, where the Value Added Approach is the determination of input and output variables of the bank based on banks aim to produce value added (profits) are maximized. The variables of input output consist of Tabungan iB, deposito iB, paid-in capital, placements with other banks, mudharabah, murabahah, andqardh. This study uses Data Envelopment Analysis (DEA). The conclusions of research during the period of 2005-2010 showed that BPRS in Central Java had an average efficiency of 95.19, and no period of one year span that reaches optimal efficiency of 100%. Keywords: efficiency, bprs, data envelopment analysis (dea) ABSTRAK Riset ini bertujuan mencari faktor-faktor penyebab perbedaan nilai efisiensi BPRS di wilayah Jawa Tengah yang dibandingkan secara relatif untuk setiap periode bulanan. Efisiensi dimaknai sebagai cara mengukur kinerja yang memperhitungkan input ouput suatu unit kegiatan ekonomi. Dunia perbankan banyak menggunakannya karena relatif dapat menjawab berbagai kesulitan menghitung ukuran kinerja perbankan. Data yang digunakan pada riset ini adalah data keuangan BPRS yang terdiri dari variabel input dan output. Penentuan variabel input dan output menggunakan pendekatan Value Added Approach, dimana Value Added Approach adalah penentuan variabel input dan output bank berdasarkan tujuan bank untuk menghasilkan nilai tambah (keuntungan) yang maksimal. Variabel input outputnya terdiri dari: Tabungan iB, deposito iB, modal disetor, penempatan pada bank lain, mudharabah, murabahah, dan qardh. Penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Hasil riset selama periode tahun 2005-2010 menunjukkan bahwa BPRS di wilayah Jawa Tengah mengalami efisiensi rata-rata sebesar 95,19, dan tidak ada periode rentang satu tahunan yang mencapai efisiensi optimal 100%. Kata kunci: efisiensi, bprs, data envelopment analysis PENDAHULUAN Setiap wilayah perdesaan juga perkota- an di seluruh Indonesia membutuhkan ke- tersediaan sumber dana yang cukup untuk kegiatan pembangunan. Sumber-sumber dana tersebut bisa diperankan oleh perban- kan konvensional maupun perbankan syari- ah, baik oleh bank umum syariah maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Keduanya sama-sama berperan sebagai lembaga intermediasi (Johneset al, 2014) antara pihak surplus dana dengan pihak defisit dana. Dana-dana yang diserap dari pihak surplus disalurkan dalam bentuk kredit (bank konvesional) maupun pem- biayaan (bank syariah), baik dalam investasi
21

MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

Apr 14, 2022

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

56

MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN RAKYATBERBASIS BAGI HASIL

Muchlis [email protected]

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Walisongo Semarang

ABSTRACT

The objective of this study was to find the factors that cause differences in the efficiency of the BPRS in CentralJava are compared relatively to each monthly period. Efficiency meant as a way to measure performance thattakes into account the input output unit of economic activity. The banking sector many use it because itrelatively can answer any difficulty in calculating the measurement of the banking performance. The data usedin this research is the BPRS financial data consisting of input and output variables. Determination of input andoutput variables in this study using the approach Value Added Approach, where the Value Added Approach isthe determination of input and output variables of the bank based on banks aim to produce value added (profits)are maximized. The variables of input output consist of Tabungan iB, deposito iB, paid-in capital, placementswith other banks, mudharabah, murabahah, andqardh. This study uses Data Envelopment Analysis (DEA). Theconclusions of research during the period of 2005-2010 showed that BPRS in Central Java had an averageefficiency of 95.19, and no period of one year span that reaches optimal efficiency of 100%.

Keywords: efficiency, bprs, data envelopment analysis (dea)

ABSTRAK

Riset ini bertujuan mencari faktor-faktor penyebab perbedaan nilai efisiensi BPRS di wilayah JawaTengah yang dibandingkan secara relatif untuk setiap periode bulanan. Efisiensi dimaknai sebagaicara mengukur kinerja yang memperhitungkan input ouput suatu unit kegiatan ekonomi. Duniaperbankan banyak menggunakannya karena relatif dapat menjawab berbagai kesulitan menghitungukuran kinerja perbankan. Data yang digunakan pada riset ini adalah data keuangan BPRS yangterdiri dari variabel input dan output. Penentuan variabel input dan output menggunakanpendekatan Value Added Approach, dimana Value Added Approach adalah penentuan variabel input danoutput bank berdasarkan tujuan bank untuk menghasilkan nilai tambah (keuntungan) yangmaksimal. Variabel input outputnya terdiri dari: Tabungan iB, deposito iB, modal disetor,penempatan pada bank lain, mudharabah, murabahah, dan qardh. Penelitian ini menggunakan metodeData Envelopment Analysis (DEA). Hasil riset selama periode tahun 2005-2010 menunjukkan bahwaBPRS di wilayah Jawa Tengah mengalami efisiensi rata-rata sebesar 95,19, dan tidak ada perioderentang satu tahunan yang mencapai efisiensi optimal 100%.

Kata kunci: efisiensi, bprs, data envelopment analysis

PENDAHULUANSetiap wilayah perdesaan juga perkota-

an di seluruh Indonesia membutuhkan ke-tersediaan sumber dana yang cukup untukkegiatan pembangunan. Sumber-sumberdana tersebut bisa diperankan oleh perban-kan konvensional maupun perbankan syari-ah, baik oleh bank umum syariah maupun

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).Keduanya sama-sama berperan sebagailembaga intermediasi (Johneset al, 2014)antara pihak surplus dana dengan pihakdefisit dana. Dana-dana yang diserap daripihak surplus disalurkan dalam bentukkredit (bank konvesional) maupun pem-biayaan (bank syariah), baik dalam investasi

Page 2: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

Menakar Efisiensi BPRS Sebagai Bank Pembiayaan Rakyat... -- Yahya 57

produktif maupun pembiayaan/kredit kon-sumtif. Penyaluran dana tersebut sama-sama didorong motivasi memperoleh laba(profit). Begitu strategisnya kredit dan/ataupembiayaan dalam industri perbankan me-nyebabkan pengelolaan terhadapnya men-jadi sangat penting (Beltratti & Stulz, 2012).Kondisi tersebut menjadi salah satu indikator tingkat kesehatan, dan kualitas kinerjasetiap perbankan.

Dalam rangka peningkatan kesehatandan kinerja bank, pengelolaan pembiayaansecara kuantitas dan kualitas harus menjaditujuan utama pengelolaan perbankan.Kuantitas pengelolaan dinilai dari jumlahdan tingkat pertumbuhan pembiayaan yangdisalurkan, sedangkan kualitas pembiayaan

dapat diukur dari jumlah serta porsi pem-biayaan macet atau bermasalah (Non Perfor-ming Financings) pada perbankan syariah(Karim et al., 2013).

Perbankan syariah, khususnya bankumum syariah menunjukkan kinerja relatiflebih baik dibanding bank umum konvensi-onal. Hal ini dapat dilihat dari relatifrendahnya penyaluran pembiayaan yangbermasalah (Non Performing Financings) di-bandingkan dengan kredit bermasalah (NonPerforming Loan) yang dialami perbankankonvensional, tetapi tidak demikian padaBPRS. BPRS masih menunjukkan kondisirelatif tidak lebih baik bila dibandingdengan BPR.

Tabel 1NPL dan NPF Perbankan di Indonesia (Konvensional dan Syariah) 2005-2010

Aspek 2005 2006 2007 2008 2009 2010

NPL Bank Umum Konvensional 7,56% 6,07% 4,07% 3,20% 3,31% 2,56%NPF Bank Umum Syariah 2,82% 4,75% 4,05% 3,95% 4,01% 3,02 %NPL BPR 7,98 % 9,73 % 7,98 % 9,88 % 6,90 % 6,12 %NPF BPRS - - 8,65 % 8,38 % 7,03% 6,50%

Sumber: Bank Indonesia, 2010

Tabel 1 menunjukkan NPL bank umumkonvensional berfluktuasi pada periodepengamatan. Kondisi ini dapat dilihat padatahun 2005 yang mengalami nilai tertinggisebesar 7,56% sedangkan yang terendah se-besar 2,56% terjadi pada tahun 2010. Se-lanjutnya, tahun 2006 mengalami penurun-an sebesar 6,07%, sedangkan pada BPR(Bank Perkreditan Rakyat) konvensionalterlihat bahwa NPL tertinggi dialami padatahun 2008 sebesar 9,88%, sedangkan palingrendah pada tahun 2010 yakni mencapai6,12%.

Berbeda dengan perbankan konvensi-onal, prosentase NPF bank umum syariahtidak melebihi 5% dari periode pengamatan.Hal ini bisa dilihat NPF tertinggi padatahun 2006 sebesar 4,75% dan yang ter-rendah sebesar 2,82% yang terjadi padatahun 2005. Seperti pada bank umum

syariah, kondisi BPRS juga tidak mengalamiNPF melebihi 9 persen. Pada periode peng-amatan terlihat hanya pada tahun 2007mencapai 8,65 % dan terendah 6,50% terjadipada tahun 2010. Akan tetapi secara umumNPF BPRS lebih tinggi dibanding NPL BPR.Kondisi inilah yang mendorong untuk me-ngamati secara ilmiah terhadap kemungkin-an konsekuensinya terhadap tingkat efisien-si BPRS agar tetap terjaga fungsi pokoknyasebagai baitul tamwil.

Perbankan syariah (termasuk BPRS)mempunyai dua fungsi sekaligus, yaknisebagai baitul maal (badan sosial) wa tamwil(badan usaha), sedangkan perbankankonvensional hanya baitul tamwil (badanusaha) saja. Perbankan syariah sebagaibadan sosial mempunyai fungsi sebagaipengelola dana sosial untuk penghimpunandan penyaluran zakat, infak dan shadaqah

Page 3: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

58 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 56 – 76

(ZIS), serta penyaluran qardhul hasan(pinjaman kebajikan). Akan tetapi sebagaibadan usaha mempunyai beberapa fungsiyakni sebagai manajer investasi, investordan jasa pelayanan (Pratomo et al, 2010).Paradigma ini berlaku juga pada BPRS.

Kegiatan perbankan syariah meliputipenghimpunan dana, penyaluran dana, ser-ta pemberi jasa perbankan. Penghimpunandana dapat menggunakan prinsip mudhara-bah (tabungan, deposito/investasi dan obli-gasi), prinsip Wadiah yad dhamanah (giro dantabungan) serta prinsip ijarah (obligasi).Perbankan syariah menyalurkan dana me-lalui pola bagi hasil (mudharabah danmusyarakah), pola jual beli (murabahah, salamdan istishna) serta pola sewa (ijarah). Perban-kan syariah memberikan fasilitas melaluijasa keuangan, jasa non-keuangan (wadiahyad amanah) dan jasa keagenan (mudharabahmuqayadah) (El-Hawary et al, 2007). BPRStidak melakukan kegiatan-kegiatan tertentu,seperti giro.

Fungsi lembaga perbankan sebagaiintermediasi memegang fungsi strategisdalam mendorong dan memajukan per-tumbuhan ekonomi suatu masyarakat.Peran strategis inilah yang menyebabkankesinambungan usaha suatu bank perludipertahankan (Siringoringo, 2012). Agardapat menjalankan fungsinya dengan baikdan benar, maka kesehatan perbankantidak terkecuali BPRS perlu dijaga sesuaidengan prinsip-prinsip yang sehat.

Menjaga kesehatan keuangan BPRSmerupakan kepentingan semua pihak, baikpemilik, masyarakat pengguna jasa bankmaupun Bank Indonesia selaku otoritaspengawas bank. Kondisi tersebut dapatdigunakan oleh pihak-pihak terkait untukmengevaluasi kinerja bank dalam menerap-kan prinsip kehati-hatian, manajemen re-siko dan kepatuhan terhadap ketentuanyang berlaku agar berjalan secara efisien.

Salah satu cara menjaga kesehatanbank adalah dengan penerapan efisiensi.Menurut Schaeck dan Cihak (2010) efisiensimerupakan perbandingan output dan inputyang berhubungan dengan tercapainya

output maksimum dengan sejumlah inputtertentu. Efisiensi bisa diwujudkan dalamperilaku efisiensi teknis dan efisiensi ekono-mi (Kumar dan Gulati, 2008). Suatu per-usahaan dikatakan efisien secara teknis apa-bila menghasilkan output maksimal dengansumber daya tertentu, sedangkan perusaha-an dalam efisiensi ekonomis menghadapikendala besarnya harga input, sehinggasuatu perusahaan harus dapat memaksimal-kan penggunaan input sesuai dengan ang-garan yang tersedia (Putri dan Lukviarman,2009).

Untuk mendefinisikan hubungan inputoutput dapat menggunakan pendekatanproduksi; intermediasi (the intermediationapproach); asset (the asset approach); danCAMEL. Pendekatan CAMEL (Almilia danWinny, 2005) merupakan pendekatan modern yang mengukur kesehatan sebuahbank dengan pendekatan Capital adequacy(kecukupan modal), Asset quality, Manage-ment, Earnings (pendapatan) dan Liquidity(likuiditas) yang diturunkan dari tabel-tabelfinansial bank dan digunakan sebagaivariabel-variabel dalam analisis performance.

Banyak penelitian empirik telah di-lakukan untuk mengukur tingkat efisiensisektor perbankan. Pada tahun 2009 analisiskinerja efisiensi perbankan Indonesia antaratahun 2000-2004 dilakukan Sutawijaya danLestari (2009) dengan analisis DEA. Hasilpenelitian menunjukkan, bahwa seluruhkelompok bank mengalami penurunanefisiensi selama krisis, kecuali bank Man-diri. Ini berarti bank Mandiri memilikikinerja lebih baik dibandingkan denganbank lain. Inefisiensi umumnya disebabkanoleh penggunaan input yang kurang opti-mal untuk menghasilkan output. Inputyang belum sepenuhnya dialokasikan ada-lah aset dan tenaga kerja yang masih padakisaran di bawah 50 persen.

Penelitian dengan menggunakan meto-de Data Envelopment Analysis dilakukanAmirillah (2010). Hasilnya menunjukkan,bahwa nilai efisiensi perbankan syariah diIndoenesia (tidak termasuk BPRS) padaperiode Januari 2005 sampai Desember 2009

Page 4: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

Menakar Efisiensi BPRS Sebagai Bank Pembiayaan Rakyat... -- Yahya 59

hanya mengalami tingkat efisiensi rata-ratasebesar 99,94 %.

Rahmawati dan Hosen (2012) melaku-kan riset selama periode Januari 2008sampai September 2010 dengan metodeStochastic Frontier Approach menghasilkankesimpulan bahwa efisiensi perbankansyariah di Indonesia dilakukan oleh BankMuamalat Indonesia sebesar 96,95%, diikutiBank Syariah Mandiri dari 96.92%, danBank Mega Syariah rata-rata sebesar 94,93%.

Temuan empirik penelitian terdahulumenunjukkan rerata efisiensi perbankansyariah tidak dapat mencapai 100%, hanyasangat sedikit yang mengalami periodeefisiensi sebesar 100%, sedangkan perban-kan syariah (BUS dan BPRS) yang ber-operasi di tengah-tengah penduduk mayori-tas muslim (± 85%) dituntut memilikikinerja relatif lebih baik dengan tingkatefisiensi optimal. Kondisi ini merupakansyarat memperoleh kepercayaan masya-rakat. Mengingat tingkat NPF BPRS masihlebih tinggi dibandingkan NPF bank umumsyariah, NPL bank umum dan BPRkonvensional, serta tingkat efisiensi reratabank umum syariah yang masih di bawah100%, kiranya cukup beralasan untukmengkaji tingkat efisiensi BPRS. Apalagiwilayah operasi BPRS berada di perdesaanyang merupakan proporsi penduduk ter-besar. Berangkat dari permasalahan/prob-lem penelitian tersebut dapat diajukan per-tanyaan penelitian: (1) bagaimana efisiensiBPRS pada Tahun 2005 sampai Tahun2010?, dan (2) apa faktor-faktor penyebabketidak efisienan BPRS?. Dengan demikiantujuan penelitian ini disamping meng-analisis tingkat efisiensi BPRS, juga men-deskripsikan faktor-faktor internal daneksternal sebagai penyebab ketidak efisien-an BPRS.

TINJAUAN TEORETISTeori Produksi

Secara paradigmatik, pengukuran ting-kat efisiensi suatu lembaga keuangan dapatdilakukan dengan berbagai pendekatan,konsep maupun teori. Menurut berbagai

literatur, salah satu aspek penting dalampengukuran kinerja perbankan adalahefisiensi. Tindakan ini antara lain dapat di-tempuh melalui penurunan biaya (reducingcost) dalam proses produksi. Jika terjadiperubahan struktur keuangan yang cepat,maka sangat penting mengidentifikasiefisiensi biaya dan pendapatan. Bank yanglebih efisien diharapkan akan mendapatkeuntungan yang optimal, dana pembiaya-an yang lebih banyak dan kualitas pelayan-an yang lebih baik (Altunbas et al., 2001;Suseno, 2008).

Sebagai lembaga intermediasi antaramasyarakat surplus dan defisit dana yangberorientasi profit, institusi perbankan pastibersinggungan dengan proses produksiyang menghubungkan sisi funding sebagaiaspek input dan lending sebagai aspekoutput. Produksi merupakan suatu tinda-kan mengkonversi input ke dalam output(Sugiarto at al, 2007). Sasaran produksi ada-lah menciptakan nilai tambah hingga terjadiperubahan bentuk menjadi output yangdiinginkan. Pada waktu yang sama, inputadalah sumber daya berharga yang dapatdigunakan secara alternatif. Paling tidakada dua tujuan pemanfaatan sumber dayayang efisien oleh suatu perusahaan yaitu:(1) untuk menghasilkan sebanyak mungkinoutput dari suatu kuantitas input yangspesifik, dan (2) untuk menghasilkan suatukuantitas output yang spesifik denganmenggunakan input sedikit mungkin.

Sarwono dan Sunyoto (2011) menyata-kan bahwa fungsi produksi menunjukkanjumlah output maksimum yang dapat di-peroleh dari sekumpulan input tertentu.Faktor-faktor produksi dikenal denganistilah input, dan jumlah produksi disebutoutput. Fungsi produksi selalu dirumuskan:Q = f (K,L,M, ....) dimana K menunjukkanpemakaian mesin (modal) selama periodetertentu, L menunjukkan input jam kerja, Mmenunjukkan bahan mentah yang diper-gunakan dan notasi titik menunjukkankemungkinan variabel-variabel lain yangmempengaruhi proses produksi, sedangkan

Page 5: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

60 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 56 – 76

Q adalah jumlah produksi yang dihasilkanselama suatu periode.

Coelli et al. (2005) mendefinisikanproduktifitas sebagai rasio dari berbagaioutput yang diproduksi berdasarkan ber-bagai input yang digunakan. Dua konsepyang biasa digunakan untuk mengukursuatu kinerja dan pemanfaatan sumberdaya adalah produktivitas dan efisiensi.

Dua konsep ini sering digunakan se-bagai padanan untuk mengatakan bahwaperusahaan A lebih produktif dibandingperusahaan B, kemudian dipercayai secaraumum bahwa perusahaan A lebih efisien.Dengan demikian, produktivitas adalahsuatu ukuran deskriptif tentang kinerja,sedangkan efisiensi adalah suatu ukuranbersifat normatif. Dengan menggunakandasar analisis di atas dapat dipahami, bah-wa fungsi produksi perbankan menunjuk-kan hubungan teknis yang mempertautkaninput atau faktor produksi yang berkaitdengan funding (penghimpunan DPK) danhasil produksinya atau output yang berkaitdengan lending (dalam perbankan syariahadalah sisi pembiayaan). Kegiatan tersebutmemerlukan proses dalam kondisi efisien.

Teori EfisiensiEfisiensi merupakan perbandingan out-

put dan input yang berhubungan dengantercapainya output maksimum dengan se-jumlah input tertentu (Coelli et al., 2005).Jika ratio output input besar maka efisiensidikatakan semakin tinggi. Dengan demi-kian, efisiensi adalah penggunaan inputyang terbaik dalam memproduksi output.

Ada dua pengertian efisiensi, yaituefisiensi teknis dan efisiensi ekonomi(Sukirno, 2004). Efisiensi ekonomis mem-punyai sudut pandang makro yang mem-punyai jangkauan lebih luas di bandingkanefisiensi teknis yang bersudut pandangmikro. Pengukuran efisiensi teknis cende-rung terbatas pada hubungan teknis danoperasional dalam proses konversi inputmenjadi output. Akibatnya, usaha untukmeningkatkan efisiensi teknis hanya me-merlukan kebijakan mikro yang bersifat

internal, yaitu dengan pengendalian sumberdaya yang optimal, sedangkan harga dalamefisiensi ekonomis tidak dapat dianggapgiven, karena harga dapat dipengaruhi olehkebijakan makro (Gilpin, 2011).

Suatu perusahaan dikategorikan efisiensecara teknis jika menghasilkan outputmaksimal dengan sumber daya tertentu.Dapat pula didefinisikan dengan mem-produksi jumlah output tertentu denganmenggunakan sumber daya yang minimal(Putri dan Lukviarman, 2009), sedangkanperusahaan dalam efisiensi ekonomis meng-hadapi kendala besarnya harga input, se-hingga suatu perusahaan harus dapat me-maksimalkan penggunaan input sesuaidengan anggaran yang tersedia.

Seorang produsen harus mengkombi-nasikan faktor produksi seefisien mungkinagar biaya input yang digunakan palingrendah (least cost combination). Dualitas anta-ra produksi dan biaya selain menghasilkanproduk yang maksimal juga memenuhipersyaratan kombinasi input dengan biayayang paling rendah (Nugroho, 2011).

Penghitungan efisiensi teknis telahbanyak dilakukan pada berbagai penelitian,yang antara lain oleh Farell (1957). Farellmenggambarkan sebuah ukuran sederhanamengenai efisiensi perusahaan dengan caramenghitung berbagai macam input yangdigunakan untuk produksi. Farell meng-usulkan efisiensi terdiri dari dua komponenyaitu: technical efficiency dan allocative efficien-cy. Technical efficiency menggambarkan ke-mampuan perusahaan untuk menghasilkanoutput maksimum dari serangkaian inputyang telah ditentukan, sedangkan allocativeefficiency menjelaskan kemampuan per-usahaan untuk menggunakan berbagai ma-cam input didalam proporsi yang optimaldengan masing-masing inputnya sudahditentukan tingkat harga dan teknologiproduksinya. Kedua komponen efisiensi inilalu dikombinasikan untuk kemudianmenghasilkan total economic efficiency. Se-sungguhnya pemikiran awal mengenaianalisis pengukuran efisiensi dari Farelladalah berkenaan dengan ruang input yang

Page 6: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

Menakar Efisiensi BPRS Sebagai Bank Pembiayaan Rakyat... -- Yahya 61

berfokus pada upaya pengurangan input(an input-reducing focus). Metode ini disebutdengan pengukuran berorientasi input(input-orientated measures).

Kondisi ini diilustrasikan Farrel (1957)dengan menggunakan sebuah contoh seder-hana kasus sebuah perusahaan tertentuyang menggunakan dua buah input (x1 danx2) untuk memproduksi sebuah outputtunggal (q) dengan sebuah asumsi constantreturn to scale (CRS). Dengan menggunakangaris isoquan dari sebuah perusahaandengan kondisi efisiensi penuh (fully efficientfirm) yang diwakili oleh kurva SS' dalamGambar 1, pastilah technical efficiency dapatdihitung.

Menggunakan ilustrasi sebuah per-usahaan yang telah memanfaatkan sejumlahinput tertentu yang ditunjukkan oleh titik Puntuk memproduksi satu unit output akandapat membantu pemahaman setiap orang.Kondisi tidak efisien pada produksi secarateknis (technical inefficiency) diwakili oleh

jarak QP yang merupakan jumlah darisemua input yang secara proporsionaldapat berkurang tanpa menyebabkan ter-jadinya pengurangan output yang dapatdihasilkan. Indikator tersebut biasanya di-tuliskan secara matematis dalam persentaseyang menunjukkan rasio dari QP/OP yangmerupakan penggambaran persentase dariinput yang dapat dikurangi.

Kondisi tingkat efisiensi teknis (tech-nical efficiency/TE) dalam perusahaan padaumumnya diukur dengan menggunakannilai rasio: TE = OQ/OP. Persamaan tersebutakan sama dengan persamaan 1-QP/OP di-mana nilainya berkisar antara nol dan satu.Kemudian pada akhirnya akan menghasil-kan indikator dari derajat technical efficiencypada perusahaan tersebut. Nilai satu meng-implikasikan bahwa perusahaan telah men-capai kondisi efisien secara penuh. Sebagaicontoh, titik Q telah mencapai technicalefficiency karena ia berada pada kurvaisoquan yang efisien.

Dimana: x1 = input pertama, x2 = input kedua, q = output.Sumber: Farell, 1957

Gambar 1Efisiensi Teknis dan Efisiensi Alokatif

Jika perbandingan harga input (dalamGambar 1 diwakili oleh garis AA) juga telahdiketahui, maka titik produksi yang efisiensecara alokatif dapat juga dihitung. Tingkatefisiensi alokatif (allocative efficiency/AE) darisuatu perusahaan yang berorientasi padatitik P dapat didefinisikan sebagai rasio dari

AE = OR/OQ, dimana jarak RQ meng-gambarkan pengurangan dalam biayaproduksi. Kondisi ini dapat diperolehapabila tingkat produksi berada pada titikQ' yang efisiensi secara alokatif (dan secarateknis). Hal ini berbeda dengan titik Q yangefisien secara teknis (technical efficient),

X2/q

X1/q

S

S’

P

QR

Q’A’

A

O

Page 7: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

62 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 56 – 76

tetapi secara alokatif (allocatively inefficient)tidak efisien.

Oleh karenanya total efisiensi ekono-mis (total economic efficiency) didefinisikansebagai rasio dari EE = OR/OP, dimanajarak dari titik R ke titik P dapat juga di-tafsirkan dengan istilah pengurangan biaya(cost reduction). Dengan demikian, produkyang efisien secara teknis dan secara alo-katif memberikan makna telah tercapainyaefisiensi ekonomis secara keseluruhan.

Disamping itu terdapat pengukuranefisiensi teknis berorientasi output. Peng-ukuran ini pada dasarnya bisa ditujukanuntuk mengetahui kondisi seberapa banyakkah kuantitas input dapat dikurangi secaraproporsional tanpa mengubah kuantitasoutput yang diproduksi. Atau dengan katalain seberapa banyak kuantitas dari outputdapat ditambah tanpa mengubah kuantitasinput yang digunakan. Cara ini merupakankebalikan dari pengukuran berorientasikanoutput.

Perbedaan antara pengukuran ber-orientasi input dan output dapat diilustrasi-kan dengan menggunakan sebuah contohsederhana yang terdiri dari satu input dansatu output. Pengukuran yang berorientasiinput dan output akan menghasilkan nilaipengukuran yang sama dari efisiensi teknisjika berada dalam kondisi constant return toscale (CRS). Akan tetapi jika berada dalamkondisi decreasing return to scale (DRS) nilaipengukuran TE tidak akan sama hasilnya.Semua perspektif teori di atas dapat di-terapkan pada pengelolaan sektor perban-kan untuk menuju kondisi yang efisien.

Teori Efisiensi PerbankanMengukur tingkat efisiensi perbankan

dapat menggunakan teropong teori efisiensiskala (Scale Efficiency), efisiensi dalamcakupan (Scope Efficiency), efisiensi teknis(Technical Efficiency), dan efisiensi alokasi(Allocative Efficiency) (Kumar dan Gulati,2008). Institusi bank dikatakan mencapaiefisiensi dalam skala ketika mampu ber-operasi dalam skala hasil yang konstan(constant return to scale), sedangkan efisiensi

cakupan tercapai ketika diversifikasi alokasidapat terwujud.

Sedangkan efisiensi alokatif tercapaiketika bank mampu menentukan berbagaioutput yang mampu memaksimalkan ke-untungan, sedangkan efisiensi teknis me-rupakan hubungan antara input denganoutput dalam suatu proses produksi. Prosesproduksi dikatakan efisien jika penggunaaninput tertentu dapat menghasilkan outputmaksimal.

Dengan demikian, perbankan dikata-kan efisien secara teknis apabila meng-hasilkan output maksimal dengan sumberdaya tertentu atau memproduksi sejumlahoutput tertentu menggunakan input yangminimal (Freixas dan Rochet, 2008). Kon-sep-konsep yang digunakan dalam men-definisikan hubungan input output dalamtingkah laku perbankan dalam metodeparametrik maupun non parametrik dijelas-kan dengan pendekatan produksi (theproduction approach), pendekatan inter-mediasi (the intermediation approach), danpendekatan asset (the asset approach) (Hadadet al, 2003).

Pendekatan produksi melihat banksebagai produser dari akun deposit (depositaccounts) dan kredit pinjaman (loans). Dalamhal pengelolaan BPRS, input-input bankyang digunakan terdiri dari modal, yaknimodal disetor untuk operasional BPRS;biaya nisbah mudhorobah/musyarokah, yaknibagian keuntungan yang dikeluarkan pihakBPRS untuk semua jenis simpanan yang adapada industri BPRS dan biaya operasionaldalam jangka waktu satu tahun, sedangkanoutput yang digunakan dalam BPRS diukurmelalui semua pendapatan nisbah bagi hasil(NBH). NBH dapat diperoleh dari pem-berian pembiayaan dan simpanan di BankIndonesia. NBH juga diperoleh dari pen-dapatan operasional perbankan selain pen-dapatan nisbah mudhorobah/musyarokah,seperti bonus, atau fee.

Pendekatan intermediasi memandangsebuah bank sebagai intermediator untukmerubah dan mentransfer aset-aset finansialdari unit-unit surplus kepada unit-unit

Page 8: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

Menakar Efisiensi BPRS Sebagai Bank Pembiayaan Rakyat... -- Yahya 63

deficit (Hadad et al., 2003). Pendekatanintermediasi yang lebih umum melihat banksebagai financial intermediary, dengan outputyang diukur dalam unit rupiah. Pendekatanintermediasi pada kenyataannya bersifatkomplemen terhadap pendekatan produksi.Pendekatan ini menerangkan aktivitas per-bankan sebagai pentransformasian uangyang dititipkan dari shahibul maal menjadiuang yang diwujudkan menjadi pembiaya-an kepada para mudhorib.

Aktivitas pentransformasian ini berasaldari karakteristik yang berbeda dari ber-bagai macam karakteristik deposit danpembiayaan yang ada. Deposit biasanyadapat dibagi-bagi, likuid dan tidak beresiko,dimana pada sisi lain pembiayaan bersifatkurang likuid dan beresiko. Dalam pen-dekatan ini, input adalah modal financialdeposit yang dikumpulkan dan dana yangdipinjam dari pasar financial. Output-output diukur dalam volume pinjaman,pembiayaan, dan investasi yang outstanding.

Pendekatan aset melihat fungsi primersebuah institusi finansial sebagai penciptakredit pinjaman (loans)/pemasok pembiaya-an. Pendekatan asset yang memvisuali-sasikan fungsi primer sebuah institusifinansial dapat dilihat sebagai memilikikedekatan dengan pendekatan intermediasi.Karenanya pendekatan asset memahamioutput benar-benar didefinisikan dalambentuk aset-aset.

Disamping tiga pendekatan yang ada,muncul pendekatan alternatif, yakni pen-dekatan modern (Seregar dan Sylvia, 2009).Tiga pendekatan di atas mengaplikasikanteori perusahaan mikroekonomi tradisonalpada industri perbankan dan hanya ber-beda pada spesifikasi aktifitas bank di-maksud, sedangkan pendekatan modern memasukkan beberapa aktifitas spesifik daribank kedalam teori klasik yang kemudiandimodifikasi.

Kelebihan pendekatan modern terletakpada pengintegrasian resiko manajemendan proses informasi kedalam perusahaan.Bagian yang paling inovatif dari pendekat-an ini adalah pengenalan kualitas aset bank

dan kemungkinan dari kegagalan bankdalam pengestimasian biaya. Pendekatanmodern dapat direpresentasikan secaragamblang melalui pendekatan CAMEL(Almilia dan Winny, 2005). PendekatanCAMEL mengukur kesehatan sebuah bankdengan pendekatan Capital adequacy (ke-cukupan modal), Asset quality, Management,Earnings (pendapatan) dan Liquidity (likui-ditas) yang diturunkan dari tabel-tabelfinansial bank dan digunakan sebagaivariabel-variabel dalam analisis performance.

Pada aspek modal yang dinilai untukmengukur kesehatan bank adalah per-modalan yang didasarkan kepada pe-nyediaan modal minimum bank (Mulya-ningrum, 2008; Siregar dan Sylvia, 2009).Ukuran-ukuran yang dipakai untuk pe-nilaian tersebut didasarkan kepada CAR(Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetap-kan BI. Perbandingan modal terhadap Akti-va Tertimbang Menurut Resiko (AMTR)sesuai ketentuan yang berlaku.

Aspek kualitas manajemen (manage-ment) dapat dilihat dari kualitas manusia-nya dalam bekerja. Kualitas manajemenjuga dapat dilihat dari pendidikan sertapengalaman karyawannya dalam me-nangani berbagai kasus-kasus yang terjadi.Unsur-unsur penilaian dalam kualitasmanajemen adalah manajemen permodalan,manajemen aktiva, manajemen umum,manajemen rentabilitas dan manajemenlikuiditas.

Di sisi lain aspek rentabilitas (earning)yang dilihat adalah kemampuan bankdalam meningkatkan laba dan efisiensiusaha yang dicapai. Bank yang sehat adalahbank yang diukur secara rentabilitas yangterus meningkat. Metode penilaiannyadapat dilakukan dengan perbandingan labaterhadap total aset (ROA) dan perbanding-an biaya operasi dengan pendapatan opera-si (BOPO), sedangkan penilaian aspeklikuiditas didasarkan atas kemampuan bankdalam membayar semua hutang-hutang(tabungan, giro, deposito) dan memenuhisemua permohonan kredit/pembiayaanmasyarakat yang layak untuk disetujui.

Page 9: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

64 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 56 – 76

Kondisi ini merupakan perbandingan jum-lah aktiva lancar dibagi hutang lancar.

Aspek pendekatan di atas adalah bagi-an dari kondisi internal yang dapat men-dorong efisiensi sektor perbankan. Akantetapi ada kondisi eksternal yang tidakdapat diabaikan peran pentingnya dalampengelolaan perbankan. Faktor eksternaltersebut berupa kepercayaan (trust) masya-rakat yang didorong oleh aspek promosidan pelayanan.

Kepercayaan merupakan pilar bisnispaling menentukan. Transaksi bisnis akanterjadi apabila masing-masing saling mem-percayai. Kepercayaan tidak datang begitusaja, tetapi dibangun sedari awal dan dapatdibuktikan. Mayer et al. (1995) mendefinisi-kan trust sebagai kemauan seseorang untukmengakui tindakan orang lain tanpa ter-gantung pada kemampuannya untuk meng-awasi dan mengendalikannya, sedangkanGefen (2003) mendefinisikannya sebagai ke-mauan untuk membuat dirinya peka padatindakan yang diambil oleh orang lainberdasarkan pada rasa kepercayaan dantanggung jawab. Dengan demikian trustdapat dipahami sebagai pengakuan pihaksatu terhadap pihak lain dalam melakukanhubungan transaksi berdasar suatu ke-yakinan bahwa orang lain akan memenuhisegala kewajibannya secara baik sesuaiyang diharapkan. Ada 3 (tiga) dimensi trust(Mayer et al., 1995), yaitu kemampuan (abili-ty), kebaikan hati (benevolence), dan inte-gritas (integrity). Kemampuan (Ability) me-ngacu pada kompetensi dan karakteristikpenjual/organisasi dalam mempengaruhiwilayah yang spesifik. Penjual harus ber-kemampuan menyediakan, melayani, sam-pai mengamankan transaksi dari gangguanpihak lain kepada konsumen. Konsumenmemperoleh jaminan kepuasan dan ke-amanan selama melakukan transaksi.

Kebaikan hati (benevolence) merupakankemauan penjual memberikan kepuasan

yang saling menguntungkan antara dirinyadengan konsumen. Profit yang diperolehdapat dimaksimumkan, tetapi kepuasankonsumen juga tinggi. Penjual bukan se-mata-mata mengejar profit maksimum se-mata, melainkan memiliki perhatian yangbesar dalam mewujudkan kepuasan kon-sumen. Kepuasan konsumen muncul dariakibat pelayanan yang bagus, sedangkanintegritas (integrity) berkaitan dengan peri-laku/kebiasaan penjual dalam memberikaninformasi kepada konsumen yang sesuaidengan fakta.

Dimensi kemampuan (ability), kebaikanhati (benevolence), dan integritas (integrity)yang mendorong kuatnya kepercayaansangat bergantung pada promosi yang baikdan berkesinambungan. Promosi terus me-nerus dengan memberikan pelayanan nasa-bah sesuai dengan adat dan budaya masya-rakat sekitar dapat mendongkrak dan mem-pertahankan citra positif perusahaan.

Studi impirik dilakukan Iskandar(2012). Penelitiannya menyimpulkan bahwakepercayaan mempunyai pengaruh positifterhadap loyalitas nasabah pada PD BankPerkreditan Rakyat Boyolali. Ha et al. (2011)menyimpulkan risetnya bahwa efek belanjaiklan (promosi) terhadap loyalitas nasabahperbankan dengan mediasi peran citra per-usahaan adalah berhubungan positif dankuat, sedangkan penelitian Pratama (2013)menyimpulkan bahwa kualitas pelayananberpengaruh positif dan signifikan terhadapkeputusan konsumen untuk menggunakanjasa perbankan syariah.

Berdasarkan paparan teoritik danstudi-studi empirik terdahulu akhirnya me-munculkan model penelitian dan hipotesisseperti pada gambar 2.

Hipotesis penelitian ini dirumuskansebagai berikut:H1: Tingkat efisiensi BPRS di wilayah Jawa

Tengah pada Tahun 2005 sampaiTahun 2010 tidak dapat mencapaikondisi optimal.

Page 10: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

Menakar Efisiensi BPRS Sebagai Bank Pembiayaan Rakyat... -- Yahya 65

Sumber: Amirillah (2010) dengan beberapa modifikasiGambar 2

Model Penelitian

H2: Faktor-faktor penyebab ketidak efisienan BPRS di wilayah Jawa Tengah dapatdipilah menjadi dua, yakni internal daneksternal. Faktor internal terdiri darifaktor-faktor input dana pihak pertama(modal disetor) dan DPK (tabungan iB,deposito iB), dan output, yakni segalabentuk akad pembiayaan kepada pihakdefisit dana (Penempatan pada Banklain, Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Istishna, Ijarah dan Qardh),sedangkan faktor eksternal berupa kepercayaan masyarakat yang didorongoleh promosi dan pelayanan.

METODE PENELITIANJenis penelitian ini adalah kuantitatif

dengan data sekunder. Pengertian datasekunder adalah data yang tidak diperolehpeneliti secara langsung dari obyek pe-nelitian, tetapi melalui pihak lain yangmempunyai data dari obyek yang diteliti.Data sekunder penelitian ini diperoleh dariBPRS (BPRS) di seluruh wilayah JawaTengah yang berjumlah 20 buah selanjutnyadibagi dalam variabel input dan output.Data variable input dan output diformulasi-kan kedalam asumsi variabel constant return

to scale (CRS) yang berorientasi output(output maximization).

Variabel input meliputi (1) TabunganiB yang merupakan simpanan denganprinsip Mudharabah dan Wadiah, dengansatuan ukuran Rupiah. (2) Deposito iB yangmerupakan simpanan berdasarkan prinsipbagi hasil yang penarikannya hanya dapatdilakukan pada waktu tertentu sesuaidengan kesepakatan, dengan satuan ukuranRupiah. (3) Modal disetor berupa modalyang telah efektif diterima bank sebesarnilai nominal saham, dengan satuan ukuranRupiah.

Variabel output terdiri dari: (1) Pe-nempatan pada bank lain yang merupakanpenanaman dana pada bank syariah laindalam bentuk Sertifikat Investasi Mudha-rabah Antar Bank, deposito mudharabah,tabungan mudharabah, dan tabungan wadi-ah, dengan satuan ukuran Rupiah. (2) AkadMudharabah yang merupakan perjanjianpembiayaan/penanaman dana dari pemilikdana (shahibul maal) kepada pengelola dana(mudharib) untuk melakukan kegiatan usahatertentu yang sesuai syariah, dengan pem-bagian hasil usaha antara kedua belah pihakberdasarkan nisbah yang telah disepakatisebelumnya, dengan satuan ukuran Rupiah.

I. Faktor InternalInput BPRS:1. Tabungan iB2. Deposito iB3. Modal Disetor

II. Faktor EksternalKepercayaan Masyarakat:1. Promosi2. Pelayanan

Output Bank Syariah1. Penempatan pada Bank lain2. Mudharabah3. Musyarakah4. Murabahah5. Istishna6. Ijarah dan Qardh

Nilai Efisiensi100% (Efisien)

atauKurang dari100% (Tidak

Efisien)

ProsesTransformasi

Page 11: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

66 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 56 – 76

(3) Akad Musyarakah yang merupakanperjanjian kerjasama usaha patungan antaradua pihak atau lebih pemilik dana untukmembiayai suatu jenis usaha yang halal danproduktif. Pendapatan atau keuntungan di-bagi sesuai dengan nisbah yang disepakat-i, dengan satuan ukuran Rupiah. (4) AkadMurabahah yang merupakan perjanjianpembiayaan berupa transaksi jual beli suatubarang sebesar harga perolehan barang di-tambah dengan margin yang disepakatioleh para pihak, dimana penjual meng-informasikan terlebih dahulu harga peroleh-an kepada pembeli, dengan satuan ukuranRupiah. (5) Akad Ijarah dan Akad Qard.Akad Ijarah adalah perjanjian pembiayaanberupa transaksi sewa menyewa atas suatubarang dan/atau jasa antara pemilik obyeksewa termasuk kepemilikan hak pakai atasobyek sewa dengan penyewa untuk men-dapatkan imbalan atas obyek sewa yangdisewakan. Satuan ukur Rupiah. AkadQardh adalah perjanjian pembiayaan be-rupa transaksi pinjam meminjam danatanpa imbalan dengan kewajiban pihakpeminjam mengembalikan pokok pinjamansekaligus atau cicilan dalam jangka waktutertentu, dengan satuan ukuran Rupiah.Responden penelitian ini adalah BPRS diwilayah Jawa Tengah yang berjumlah 20buah pada periode Januari 2005 sampaiDesember 2010.

Teknik analisis yang digunakan dalampenelitian ini adalah DEA (Data EnvelopmentAnalisis). Cooper at al (2007) mengembang-kan DEA dengan mengukur efisiensi tekniksatu input dan satu output, menjadi banyakinput dan banyak output, menggunakankerangka nilai efisiensi relatif sabagai rasioinput (single virtual input) dengan output(single virtual output). Efisiensi relatif adalahefisiensi suatu BPRS dibanding denganBPRS lain dalam sampel yang mengguna-kan jenis input dan output yang sama.

Setiap bank dalam sampel harus dapatmenggunakan seperangkat bobot yangsama untuk mengevaluasi rasionya (totalweighted input <1). Angka rasio 1 (ataukurang dari satu) berarti bank tersebut

efisien (tidak efisien) dalam menghasilkantingkat output maksimum dari tiap input.DEA berasumsi bahwa setiap bank meng-gunakan kombinasi input yang berbedauntuk menghasilkan kombinasi outputyang berbeda (Mostafa, 2007). DEA akanmenetapkan bobot yang tinggi untuk inputyang sedikit dan output yang banyak, sertasebaliknya (Ruiz dan Sirvent, 2011). Dalampenelitian ini Data Envelopment Analysis(DEA) akan dimanfaatkan menghitungperiode BPRS yang menggunakan input muntuk menghasilkan output m yang ber-beda.

Efisiensi pada masing-masing periodeBPRS dihitung menggunakan programasilinier dengan memaksimumkan jumlahoutput yang dibobot dari periode BPRS.Kendala jumlah input yang dibobot harussama dengan satu untuk semua BPRS, yaitujumlah output yang dikurangi jumlah inputyang dibobot harus kurang atau samadengan 0. Hal ini berarti semua periodeakan berada dibawah referensi kinerjafrontier yang merupakan garis lurus yangmemotong sumbu origin (Ruiz dan Sirvent,2011).

Data Envelopment Analysis (DEA) akanmenghitung nilai hs, dimana hs adalah nilaiefisiensi masing-masing periode BPRS. DataEnvelopment Analysis memaksimalkannilai hs, dimana hs adalah penjumlahan per-kalian antara bobot output i dengan jumlahoutput i pada periode BPRS s. Ketikamemaksimalkan nilai efisiensi hs dengansyarat bahwa:

− ≤ 0= 1 dan ≥ 0

Secara lengkap programasi linier yangdigunakan untuk mencari nilai efisiensiBPRS sebagai berikut:

Maksimasiℎ =

Page 12: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

Menakar Efisiensi BPRS Sebagai Bank Pembiayaan Rakyat... -- Yahya 67

Kendala − ≤ 0∑ = 1 dan ≥ 0Dimana:hs = nilai efisiensi periode BPRS tersebutui = bobot output iyis = jumlah output i pada periode BPRS syir = jumlah output i pada periode BPRS rvj = bobot input jxj = jumlah input jxjs = jumlah input j pada periode BPRS ss = periode BPRS pada nilai efisiensi

yang dicari dan berjalan pada periodeBPRS 1, periode BPRS 2, ... , jumlahperiode BPRS

r = periode BPRS 1, periode BPRS 2, ...,jumlah periode BPRS.

Pada penelitian ini akan menghitungefisiensi dari satu sisi yaitu meminimumkaninput dengan asumsi CRS (Mester, 1997).Pada perhitungan hasil analisis DEAdiselesaikan dengan program Warwick Dea.

ANALISIS DAN PEMBAHASANStatistik Deskriptif

Pengolahan data penelitian menunjuk-kan terdapat beberapa periode dengan nilaiefisiensi 100%, dan beberapa periode yangtidak mencapai 100%, serta rerata efisienpada masing-masing bulan dan tahun padatahun pengamatan, yakni 2006 sampai 2010.Data-data disajikan melalui Tabel 2.

Tabel 2Kondisi BPRS Sudah Efisien, Belum Efisien, dan Rerata Efisien dalam Bulanan dan

Tahunan pada BPRS di Wilayah Jawa Tengah Tahun 2006-2010

Periode Efisiensi(%)

Periode Efisiensi(%)

Periode Efisiensi(%)

Periode Efisiensi(%)

Periode Efisiensi(%)

Rerata

Jan-06 100 Jan-07 100 Jan-08 90,68 Jan-09 95,82 Jan-10 100 97,30Feb-06 100 Feb-07 96,40 Feb-08 83,47 Feb-09 99,10 Feb-10 100 95,79Mar-06 100 Mar-07 98,65 Mar-08 93,82 Mar-09 100 Mar-10 100 98,49Apr-06 98,38 Apr-07 95,71 Apr-08 86,69 Apr-09 100 Apr-10 100 96,16May-06 84,33 May-07 86,84 May-08 100 May-09 100 May-10 100 94,23Jun-06 84,52 Jun-7 85,14 Jun-08 98,25 Jun-09 100 Jun-10 96,13 92,81Jul-06 90,87 Jul-07 77,50 Juli 08 100 Jul-09 100 Jul-10 94,53 92,58Aug-06 100 Aug-07 80,28 Aug-08 96,64 Aug-09 97,19 Aug-10 97,71 94,36Sep-06 99,20 Sep-07 92,07 Sep-08 100 Sep-09 100 Sept-10 94,56 97,17Oct-06 100 Oct-07 81,55 Oct-08 92,69 Oct-09 94,04 Oct-10 100 93,66Nov-06 100 Nov-07 77,34 Nov-08 93,29 Nov-09 88,60 Nov-10 100 91,85Dec-06 92,56 Dec-07 100 Dec-08 96,58 Des-09 100 Dec-10 100 97,83Rerata 95,82 89,29 94,34 97,90 98,58 95,19

Sumber: Hasil Olah Data DEA, 2011

Tabel 2 menunjukkan periode-periodepaling efisien dengan skor efisiensi 100%,dan tidak efisien dengan skor kurang dari100%, serta rerata bulanan dan tahunan.Dari 5 tahun periode pengamatan ternyataperiode tahun 2010 lebih banyak yangmencapai titik efisiensi optimal, yakni 8bulan, sedangkan tahun 2007 hanya 2 bulansaja yang mencapai titik efisien secaraoptimal. Periode tahun 2010 menunjukkan

lebih sedikit yang berada pada kondisi tidakefisien, yakni 4 bulan. Di sisi lain periodetahun 2007 menunjukkan kondisi periodetidak mencapai titik efisiensi secara optimalpaling banyak, yakni 10 bulan. Pada kondisilain menunjukkan bahwa periode Maretmerupakan periode rata-rata efisien ter-tinggi, yakni mencapai 98,49%, sedangkanuntuk periode Nopember memiliki tingkatefisiensi rata-rata terendah, yakni 91.85%.

Page 13: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

68 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 56 – 76

Untuk efisiensi BPRS pertahun, menunjuk-kan tahun 2010 mencapai efisiensi rata-ratatertinggi, yakni 98,58%, berturut-turuttahun 2009 mencapai rerata 97,90%, tahun2006 mencapai rerata 95,82%, dan tahun2008 mencapai rerata efisiensi 94,34%, tahun2007 merupakan rerata efisiensi terendah,yakni 89,29%, sedangkan secara keseluruh-an periode menunjukkan hasil rerata nilaiefisiensi mencapai besaran 95.19%. Hasilsebagai mana ditampilkan tabel 2 belumsecara detail menggambarkan setiap aspekinput dan output apa yang menyebabkanbelum tercapainya efisiensi yang optimal.Agar pemahaman lebih mendalam danmenyeluruh, berikut disuguhkan infor-masi hasil yang mengaitkan aspek-aspekinput dan output dimaksud.

Periode Januari 2008, dan 2009Periode Januari 2008, dan 2009 me-

miliki efisiensi rerata sebesar 90,68%, dan29,82%. Semua faktor input dan outputBPRS periode ini mengalami ketidak-efisienan. Input tabungan iB dan deposito iBserta modal disetor sebesar 95,1%. Faktoroutput penempatan pada bank lain sebesar95,3%, akad mudharabah sebesar 18,5%,akad murabahah sebesar 95,3 %, dan akadijarah dan qard sebesar 73,1%. Inputtabungan iB dan deposito iB dan modaldisetor Januari 2009 sebesar 97,9%, sedang-kan faktor output penempatan pada banklain, dan akad mudharabah sama-samasebesar 97,9%, akad murabahah sebesar95,3%, dan akad ijarah dan qard sebesar55,4%.

Periode Pebruari 2007, 2008, 2009Periode Pebruari 2007, Pebruari 2008,

Pebruari 2009 menunjukkan efisiensi reratasebesar 96,40%, 83,47%, 99,8%. Semua faktorinput maupun output BPRS periode inimengalami ketidakefisienan. Input tabung-an iB sebesar 98,2%, deposito iB sebesar97,9%, dan modal disetor sebesar 94,7%.Sedangkan faktor output penempatan padabank lain sebesar 98,2%, akad mudharabah

sebesar 93,7%, dan akad murabahah sertaakad ijarah/qard sama-sama sebesar 98,2%.

Input Tabungan iB, deposito iB, danmodal disetor Pebruari 2008 sama-samasebesar 91,0%, sedangkan faktor outputpenempatan pada bank lain sebesar 91,7%,akad mudharabah sebesar 21,4%, dan akadmurabahah sebesar 91,7%, serta akad ijarahdan qard sebesar 57,8%. Fakktor inputTabungan iB, deposito iB, dan modal disetorPebruari 2009 sama-sama sebesar 99,5%.Faktor output penempatan pada bank lain,akad mudharabah, dan akad murabahahsama-sama sebesar 99,6%, serta akad ijarahdan qard sebesar 92,8 %.

Periode Maret 2007, dan 2008Periode Maret 2007, dan Maret 2008

mengalami efisiensi rerata sebesar 98,65%,dan 93,82%. Semua faktor input dan outputBPRS pada periode ini mengalami ketidakefisienan. Input tabungan iB sebesar 99,3%,deposito iB sebesar 99,4%, dan modal di-setor sebesar 99,3%. Faktor output pe-nempatan pada bank lain, akad mudha-rabah, dan akad murabahah sama-samasebesar 99,3%, serta ijarah dan qard sebesar74,9%, sedangkan input tabungan iB,deposito iB, dan modal disetor periodeMaret 2008 sama-sama sebesar 96,8%, danfaktor output penempatan pada bank lainsebesar 96,9%, akad mudharabah hanya12,3%, dan akad murabahah sebesar 96,9%,serta akad ijarah dan qard adalah 62,2%.

Periode April 2006, 2007, 2008Efisiensi periode April 2006, 2007, 2008

rerata sebesar 98,38%, 95,2%, 86,69%. Semuafaktor input dan output BPRS pada periodeini mengalami ketidak efisienan. InputTabungan iB, dan deposito iB sama-samasebesar 99,2%, serta modal disetor sebesar87,7%, sedangkan faktor output penempat-an pada bank lain, dan akad mudharabahsama-sama sebesar 99,2%, akad murabahah97,1%, dan ijarah/qard 99,2%.

Input tabungan iB April 2007 sebesar97,8%, deposito iB sebesar 87,1%, dan modaldisetor sebesar 97,8%, dan output pe-

Page 14: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

Menakar Efisiensi BPRS Sebagai Bank Pembiayaan Rakyat... -- Yahya 69

nempatan pada bank lain, akad mudha-rabah, dan akad murabahah, serta akadijarah dan qard sama-sama sebesar 97,9%.Periode April 2008 menunjukkan inputtabungan iB, deposito iB, dan modal disetorsama-sama sebesar 92,9%. Begitu jugaoutput penempatan pada bank lain hanya,akad mudharabah, dan akad murabahahsama-sama sebesar 93,3%, serta akad ijarahdan qard sebesar 51,4%.

Periode Mei 2006, dan 2007Periode Mei 2006, dan 2007 memiliki

efisiensi rerata sebesar 84,33%, dan 86,84%.Semua faktor input maupun output BPRSpada periode ini mengalami ketidak efisien-an. Input Tabungan iB sebesar 91,5%,deposito iB sebesar 83,5%, dan modal di-setor sebesar 88,8%. Faktor output pe-nempatan pada bank lain, akad mudha-rabah, akad murabahah, dan ijarah danqard sama-sama sebesar 92,2%. Periode Mei2007 menunjukkan input tabungan iB,deposito iB, dan modal disetor sama-samasebesar 93,3%, dan output penempatanpada bank lain adalah 93,4%, akadmudharabah se- besar 77,3%, akadmurabahah sebesar 93,4%, dan akad ijarahdan qard sebesar 57,1%.

Periode Juni 2006, 2007, 2008 dan 2010Periode Juni 2006, 2007, 2008, dan 2010

mengalami efisiensi rerata sebesar 84,52%,85,14% dan 98,25%, dan 96,13%. Semuafaktor input maupun output BPRS periodeini mengalami ketidak efisienan. InputTabungan iB sebesar 91,6 %, deposito iBsebesar 82,7%, dan modal disetor sebesar75,3%, sedangkan faktor output penempat-an pada bank lain, akad mudharabah, akadmurabahah sama-sama 92,3 %, dan akadijarah dan qard 85,3%. Periode Juni 2007menunjukkan input tabungan iB, depositoiB diterima sama-sama sebesar 92,0%, danmodal disetor sebesar 83,3%, sedangkanfaktor output penempatan pada bank lainadalah 81,4%, akad mudharabah, dan akadmurabahah, serta akad ijarah dan qardsama-sama sebesar 92,6%, sedangkan

periode Juni 2008 menunjukkan inputtabungan iB, dan deposito iB sama-samasebesar 80,0%, dan modal disetor sebesar99,1%, sedangkan faktor output penempat-an pada bank lain, output akad mudha-rabah, akad murabahah, dan akad ijarahdan qard adalah 99,1%. Periode Juni 2010menunjukkan input Tabungan iB, depositoiB, dan modal disetor sama-sama sebesar98,0%, sedangkan faktor output penempat-an pada bank lain sebesar 98,1%, akadmudharabah sebesar 83,6%, dan akad mura-bahah, serta akad ijarah dan qard sama-sama sebesar 98,1%.

Periode Juli 2006, 2007, 2010Periode Juli 2006, 2007, dan 2010

memiliki efisiensi rerata sebesar 90,87%, .77,50%, 94,53%. Semua faktor input danoutput BPRS pada periode ini mengalamiketidak efisienan. Faktor input tabungandan deposito iB, dan modal disetor sama-sama sebesar 95,2%. Output akad mudha-rabah, murabahah sebesar 70,1%, danoutput akad ijarah dan qard sebesar 88,9%.Periode Juli 2007 input tabungan iB dandeposito iB sebesar 87,3 %, dan modal di-setor sebesar 87,3%, sedangkan faktor out-put penempatan pada bank lain sebesar88,8%, akad mudharabah sebesar 55,4%,dan akad murabahah serta akad ijarah danqard sebesar 88,8 %, sedangkan periode Juli2010 menunjukkan input tabungan iB dandeposito iB serta modal disetor sama-samasebesar 97,1%. Output penempatan padabank lain sebesar 97,3%, akad mudharabahsebesar 76,5%, akad murabahah sebesar97,4%, serta akad ijarah dan qard 97,3%.

Periode Agustus 2007, 2008, 2009, dan 2010Periode Agustus 2007, 2008, 2009, dan

2010 memiliki efisiensi rerata sebesar80,28%, 96,64%, 97,19% dan 97,71%. Semuafaktor input dan output mengalami ketidakefisienan. Input Tabungan iB sebesar 89,1%,deposito iB sebesar 83,9%, modal disetorsebesar 80,7%. Faktor output pe- nempatanpada bank lain sebesar 80,5%, akadmudharabah, dan akad murabahah, serta

Page 15: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

70 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 56 – 76

akad ijarah dan qard sama-sama 90,1%.Sedangkan periode Agustus 2008menunjukan input tabungan iB sebesar98,3%, deposito iB sebesar 93,2%, dan modaldisetor sebesar 98,3%, sedangkan faktoroutput penempatan pada bank lain, akadmudharabah, akad murabahah, dan akadijarah dan qard sama-sama sebesar 98,3 %.

Periode Agustus 2009 menunjukkaninput tabungan iB sebesar 92,6%, depositoiB, dan modal disetor sebesar 98,6%, faktoroutput penempatan pada bank lain, akadmudharabah, dan akad murabahah sama-sama sebesar 98,6%, serta akad ijarah danqard sebesar 70,9 %, sedangkan periodeAgustus 2010 menunjukkan input Tabung-an iB, deposito iB, dan modal disetor sama-sama sebesar 98,8%, dengan faktor outputpenempatan pada bank lain sebesar 81,6%,akad mudharabah sebesar 98,9%, akadmurabahah, dan akad ijarah dan qard sama-sama sebesar 98,9%.

Periode September 2006, 2007, 2010Periode September 2006, 2007, dan 2010

memiliki efisiensi rerata sebesar 99,20%,92,07%, 94,56%. Semua faktor input mau-pun output BPRS pada periode ini meng-alami ketidakefisienan. Input Tabungan iBsebesar 99,6%, deposito iB sebesar 86,1%,dan modal disetor sebesar 95,2%, sedang-kan faktor output penempatan pada banklain sebesar 99,6%, akad mudharabah, akadmurabahah, dan akad ijarah dan qard sama-sama sebesar 99,6%. Periode September2007 menunjukkan input tabungan iB se-besar 95,9%, deposito iB sebesar 79,6%,modal disetor sebesar 77,6%, sedangkanfaktor output penempatan pada bank lainsebesar 50,4%, akad mudharabah, dan akadmurabahah sama-sama sebesar 96,0%, sertaakad ijarah/qard sebesar 78,9%. PeriodeSeptember 2010 menunjukkan inputtabungan iB sebesar 97,2 %, deposito iB, danmodal disetor sama-sama sebesar 97,2%,sedangkan output penempatan pada banklain,dan akad mudharabah sama-sama se-besar 97,3%, serta akad murabahah sebesar

96,3 %, dan akad ijarah dan qard sebesar97,3%.

Periode Oktober 2007, 2008, 2009Periode Oktober 2007, 2008, dan 2009

memiliki efisiensi rerata sebesar 81,55%,92,69%, dan 94,04%. Semua faktor input danoutput BPRS pada periode tersebut me-ngalami ketidakefisienan. Input TabunganiB sebesar 89,8%, deposito iB sebesar 87,8%,dan modal disetor 89,8%, sedangkan outputpenempatan pada bank lain, dan akadmudharabah sama-sama sebesar 90,8%, out-put akad murabahah sebesar 90,8%, danakad ijarah dan qard sebesar 18,5 %. PeriodeOktober 2008 menunjukkan input tabung-an iB sebesar 96,2%,deposito iB sebesar89,8%, dan odal disetor sebesar 96,2%, danoutput penempatan pada bank lain, akadmudharabah, akad murabahah, dan outputakad ijarah dan qard sama-sama sebesar96,3%. Kondisi periode oktober 2009 me-nunjukkan input tabungan iB, deposito iB,modal disetor sama-sama sebesar 96,9%,sedangkan output penempatan pada banklain, akad mudharabah, akad murabahah,dan akad ijarah dan qard sama-samasebesar 97,0 %.

Periode Nopember 2007, 2008, 2009Kondisi periode Nopember 2007, 2008,

dan 2009 mengalami efisiensi rerata sebesar77,34%, 93,29%, dan 89,60%. Semua faktorinput dan output BPRS pada periode ter-sebut mengalami ketidakefisienan. Inputtabungan iB sebesar 87,4%, deposito iBsebesar 87,0%, dan modal disetor sebesar87,2%. Output penempatan pada bank lain,akad mudharabah, murabahah, dan akadijarah dan qard sama-sama 88,7%, sedang-kan periode Nopember 2008 menunjukkaninput tabungan iB, deposito iB, dan modaldisetor sama-sama sebesar 96,5%, sedang-kan kondisi output penempatan pada banklain, akad mudharabah, akad murabahahsama-sama sebesar 96,6%, serta output akadijarah dan qard sebesar 73,6%. PeriodeNopember 2009 menunjukkan inputtabungan iB, deposito iB, dan modal disetor

Page 16: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

Menakar Efisiensi BPRS Sebagai Bank Pembiayaan Rakyat... -- Yahya 71

sama-sama sebesar 94,0%, sedangkan out-put penempatan pada bank lain, akadmudharabah, akad murabahah, dan akadijarah/qard adalah sebesar 94,3%.

Periode Desember 2006, dan 2008Periode desember 2006, dan 2008

mengalami efisiensi rerata sebesar 92,56%,dan 96,58%. Semua faktor input dan ouputBPRS pada periode tersebut mengalamiketidakefisienan. Input Tabungan iB, depo-sito iB, modal disetor sama-sama sebesar96,1%. Output penempatan pada bank lain,akad mudharabah, akad murabahah, sertaakad ijarah dan qard sama-sama sebesar96,3%, sedangkan periode Desember 2008menunjukkan input tabungan iB, depositoiB, dan modal disetor sama-sama sebesar98,3%, dan faktor output penempatan padabank lain, akad mudharabah, akad mura-bahah sebesar 98,3%, serta akad ijarah/qardsebesar 74,1%.

PembahasanHasil penelitian ini menunjukkan, bah-

wa nilai efisiensi BPRS di wilayah JawaTengah periode pengamatan Januari 2005sampai dengan Desember 2010 secara reratatidak ada yang efisien. Semua faktor inputoutput periode pengamatan mengalami ke-tidak efisienan. Kondisi seperti ini meng-isyaratkan tidak tercapainya target manage-men. BPRS dapat dikatakan kurang atautidak efisien apabila nilai perbandinganantara output terhadap inputnya beradapada kisaran 0 dan 1, 0 ≤ output/input < 1,karenanya patut diduga adanya pemboros-an penggunaan input-outputnya karenabelum mampu memanfaatkan potensi ber-produksi yang dimilikinya secara optimal.

Menurut analisis Data EnvelopmentAnulvsis, BPRS dikatakan efisien apabilarasio perbandingan output terhadap input-nya sama dengan satu. Kondisi ini me-nunjukkan BPRS periode tersebut sudahtidak lagi melakukan pemborosan dalampenggunaan input-inputnya. BPRS sudahmampu memanfaatkan potensi kemampuanproduksi yang dimiliki secara optimal se-

hingga mampu mencapai tingkat outputyang efisien, sehingga semua target pe-ngelolaan terhadap input dan output sesuaidengan nilai/kondisi aktualnya. Pada Tabel2 telah dijelaskan kondisi periode-periodebulanan BPRS yang mengalami skor efisien-si 100%. Secara teknis pada periode-periodeBPRS yang mengalami skor efisiensi 100%menunjukkan kondisi BPRS telah berhasilmengoptimalkan input outputnya sehinggatidak terjadi pemborosan.

Pada periode-periode yang belumefisien ternyata mempunyai problem yangsama yaitu belum sesuainya faktor-faktoroutput BPRS yang tidak sesuai target mana-gemen. Permasalahan seperti ini dapatditingkatkan dengan melakukan sosialisasi,promosi dan meningkatkan kualitas SDMpada semua jajaran managemen BPRS ter-utama yang berkaitan dengan aplikasiinstrumen ekonomi syariah secara tepat.

Meskipun demikian apabila kondisi-kondisi saat periode BPRS yang mengalamiketidakefisienan diamati secara seksamadengan mengaitkannya kepada kondisieksternal pada saat itu ternyata terdapatbenang merah. Artinya kondisi eksternaltersebut memberikan andil terhadap kondi-si ketidak efisienan BPRS. Kondisi-kondisieksternal tersebut dapat dipahami dandiamati dari fakta lapangan dan berbagaipernyataan analis/ahli, yakni:

Pertama, terjadi policy time-lag dari ber-bagai kebijakan yang belum dirasakan se-cara signifikan. Kondisi ini dapat meng-hambat pertumbuhan perbankan syariah.Implementasi di lapangan menemui ber-bagai tantangan dalam itegrasi sistem IT,pelatihan perbankan syariah bagi staff bankkonvensional dalam jumlah yang masif,serta belum tersosialisasi keberadaan layan-an syariah secara riil kepada masyarakat.Staff managemen BPRS yang dimiliki olehhampir semua BPRS masih mengandalkanSDM yang berlatar belakang keuangankonvensional. Mereka bekerja di sektorlembaga keuangan syariah, tetapi masihbelum secara utuh meninggalkan para-digma konvensional. Keterampilan mereka

Page 17: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

72 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 56 – 76

tentang instrumen-instrumen kesyariahandiperoleh dari pelatihan-pelatihan kilatdengan kursus-kursus yang bersifat instan.Mereka relatif belum terjiwai dengan para-digma syar’i dalam pengelolaan perbankansyariah. Hal ini sebagai hal wajar, karenamereka bukanlah lulusan-lulusan formalpendidikan ekonomi syariah/Islam. Pen-didikan-pendidikan tinggi penyelenggaraprodi ekonomi syariah saat itu masih barudimulai. Kondisi ini akan lebih rumit ketikadihadapkan pada tuntutan penerapan e-money yang menurut hasil riset Waspada(2012) sangat penting untuk meningkatkanaksesibilitas layanan jasa perbankan.

Kedua, terbitnya PSAK baru di akhirtahun 2007 yang memunculkan isue pajakganda produk syariah. Terbitnya PSAK inimendapatkan reaksi negatif dari hampir se-mua kalangan perbankan syariah, dan ana-lis, serta pakar. Mardiasmo (2010), misal-nya, mencermatinya sebagai kebijaksanaanyang akan menyuramkan prospek pertumbuhan perbankan syariah di tengahupaya mengejar ketertinggalannya denganperbankan konvensional yang waktu itumarket sharenya masih sekitar 1,9 persen.Pemberlakuan aturan pajak ganda ini akanmenggangu skema pembiayaan denganakad murabahah di perbankan syariah/BPRS. Harga barang yang sampai kepadakonsumen dipastikan akan semakin mahalbila dibandingkan dengan kredit melaluiperbankan konvensional. Sebagai contoh,pengajuan pembiayaan untuk kepemilikansepeda motor dengan skema murabahahdengan harga pokok Rp12.500.000,- denganmargin keuntungan BPRS sebesar 20%jangka waktu 3 tahun, harga akhir di tangankonsumen tentu tidak Rp15.000.000,- tetapilebih dari besaran itu, tergantung besarantarif pajak tersebut. Padahal pada hargapokok sepeda motor sudah terkena pajakpertambahan nilai. Pada kondisi ini hargaakhir sepeda motor di tangan konsumenperbankan syariah pasti akan lebih tinggidibanding harga akhir sepeda motor ditangan konsumen perbankan konvensional.

Ketiga, kurangnya sosialisasi perbank-an syariah kepada masyarakat. Sadhana(2012) berpendapat bahwa fakta di lapang-an menunjukkan masyarakat masih belumfamiliar dengan kehadiran perbankan syari-ah. Sosialisasi memegang faktor penting,terutama terhadap produk-produk baruyang belum dikenal oleh masyarakat. Ke-tika masyarakat sudah terbiasa bertransaksidengan skema konvensional dan mengang-gap mudah, maka mereka akan merasaasing bertransaksi dengan menggunakanskema syariah yang dirasa cukup rumit.Meskipun pada keseharian mereka (misal-nya, di pengajian-pengajian, khutbah jum’at) telah ditempa pengetahuan, bahwabunga bank adalah riba, tetapi aplikasinyamengalami kendala psikologi. Masyarakatmasih merasa bingung dengan berbagaimacam skema pembiayaan dan simpananberbasis bagi hasil. Mereka masih meng-anggap perbankan syariah sama saja dengan perbankan konvensional karenaujung-ujungnya sama-sama mencari un-tung. Karenanya sosialisasi tentang ber-bagai aspek instrumen skema kesyariahanperbankan syariah/BPRS harus terus me-nerus dilakukan melalui berbagai ke-sempatan, pengajian, khutbah jum’at, per-temuan RT, RW sebagai tempat paling se-ring didatangi masyarakat, khususnya diperdesaan.

Keempat, masalah Sumber DayaManusia (SDM) perbankan syariah yangmasih sangat minim dalam kualitas mau-pun kuantitas, sehingga berdampak padakualitas layanan yang prima kepada kon-sumen. Padahal menurut temuan risetKrisnanto (2012) menunjukkan, bahwavariabel mutu layanan menunjukkan skalapenilaian sangat baik, artinya konsumensangat mendahulukan tuntutan layananyang prima dalam bertransaksi di bank.Sebagai sumber pemasok SDM perbankansyariah perguruan tinggi penyelenggaraprodi ekonomi syariah pada pertengahandekade 2010an masih bisa dihitung denganjari. Dengan demikian lulusannya belumbisa memenuhi kebutuhan SDM perbankan

Page 18: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

Menakar Efisiensi BPRS Sebagai Bank Pembiayaan Rakyat... -- Yahya 73

syariah/BPRS. Kurikulum pendidikan eko-nomi syariah mencakup aspek filosofi dankompetensi ekonomi kesyariahan. Kondisiini mendorong lulusannya ketika bekerja diperbankan syariah secara otomatis berpikirdan berperilaku melayani secara syariah.

Kelima, kondisi sektor riil yang kurangkondusif. Kondisi ini menurut analis Zahara(2008) akan diikuti oleh penurunan kinerjapembiayaan, ditunjang semakin ketatnyapersaingan dengan bank konvensional. Kitamemahami, bahwa paruh akhir dekade 2010kondisi perekonomian Indonesia sedangmengalami tekanan krisis global. Karena-nya, semua perbankan sangat berhati-hatimelepas pembiayaan/kredit, dan peme-rintah (BI) memberlakukan kebijakan uangketat.

Secara umum dapat dianalisis, bahwakarakteristik permasalahan ketidakefisienanpada lima tahun periode pengamatan ter-nyata relatif sama, yaitu: (1) Kurangnyasosialisasi dan promosi bank pembiayaanrakyat syariah (BPRS) secara menyeluruh.Kondisi ini juga ditunjukkan kesimpulananalisis Sadhana (2012). (2) Minimnya SDMyang tidak diimbangi dengan perkembang-an jaringan kantor BPRS.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Hasil penting dari penelitian denganpengolahan data DEA-CRS ini adalah: Padaperiode Januari 2006, 2007; Pebruari 2006,2010; Maret 2006, 2009, 2010; April 2009,2010; Mei 2008, 2009, 2010; Juni 2009; Juli2008, 2009; Agustus 2006; September 2008,2009; Oktober 2006, 2010; Nopember 2006,2010; dan Desember 2007 2009, 2010 me-rupakan periode efisiensi terbaik mencapai100%. Selebihnya adalah periode yanginefisiensi, yakni di bawah 100%.

Periode Maret secara rata-rata memilikitingkat efisiensi tertinggi, yakni rata-rata98.49%, sedangkan periode bulanan yangterendah adalah Nopember yang memilikitingkat efisiensi rata-rata sebesar 91.85%,sedangkan jika dilihat dari periode tahunanternyata tidak ada yang mencapai efisiensi

100%, tetapi periode tahun 2010 memilikitingkat efisiensi tertinggi rata-rata sebesar98.58% dan terendah adalah periode tahun2007 dengan tingkat efisiensi rata-rata 89.29%. Untuk efisiensi pertahun ternyata tidakada yang mencapai efisiensi 100%.

Pada hampir periode bulanan yangtidak efisien ternyata semua faktor-faktoroutput mengalami inefisiensi, yakni Pe-nempatan di bank lain, Akad Mudharabah,Akad Murabahah, Akad Ijarah dan Qard.Penyebab inefisiensi BPRS di wilayah JawaTengah di semua periode bulan teramatidisebabkan karena: (a) terjadinya policytime-lag dari berbagai kebijakan yang belumdirasakan secara signifikan untuk memacupertumbuhan BPRS. Implementasi dilapangan menemui berbagai tantangan da-lam integrasi sistem IT, pelatihan perbankansyariah bagi staff bank konvensional dalamjumlah yang masif, serta belum tersosiali-sasi keberadaan layanan syariah di BPRSsecara riil kepada masyarakat; (b) terbitnyaPSAK diakhir tahun 2007 memunculkan isudouble tax terhadap produk syariah yangmenambah ketidakefisienan dan masihkurangnya sosialisasi serta promosi BPRS;(c) minimnya Sumber Daya Manusia per-bankan syariah yang tidak seimbang de-ngan meningkatnya pertumbuhan dan pem-bukaan baru kantor BPRS.

SaranImplikasi dari kesimpulan ini adalah

munculnya saran perlu dilakukan sosialisasidan promosi BPRS secara menyeluruh.Sosialisasi dan promosi BPRS dapat dilaku-kan melalui pondok pesantren, pengajian-pengajian keagamaan, organisasi masya-rakat, pertemuan-pertemuan kelompok ta-ni, pedagang atau pertemuan bulanan ting-kat RT, RW. Hal ini karena nasabah BPRSmayoritas bertempat tinggal di wilayahperdesaan yang secara sosiologis masihkental dengan hubungan personal (personalcommunication), sehingga teknik promosidengan model pendekatan pribadi (misal-nya melalui pengajian, organisasi masya-rakat) akan relatif membawa dampak

Page 19: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

74 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 56 – 76

signifikan. Kemudian sangat perlu me-ningkatkan kualitas SDM staff BPRS berupapelatihan yang mendalam dan berkelanjut-an terhadap tenaga kerja BPRS. Bisa jugadengan lebih memilih mengambil tenaga-tenaga lulusan pendidikan formal ekonomisyariah/Islam untuk dijadikan staff mana-gemen BPRS. Meskipun mereka belum ber-pengalaman, tetapi telah cukup memilikidasar pengetahuan secara komprehensiftentang keekonomi-syariahan.

Keterbatasan penelitian ini adalahketidak mampuannya membandingkanefisiensi per unit lembaga BPRS terteliti,karenanya untuk kegiatan penelitian se-lanjutnya disarankan menggunakan dataBPRS dengan membandingkan secara relatifuntuk setiap BPRS.

DAFTAR PUSTAKAAlmilia, L. S. dan H. Winny. 2005. Analisis

Rasio CAMEL terhadap PrediksiKondisi Bermasalah pada LembagaPerbankan Periode 2000-2002. JurnalAkuntansi dan Keuangan 7(2): 131-147.

Altunbas, Y., L. Evans, dan P. Molyneux.2001. Bank Ownership and Efficiency.Journal of Money, Credit and Banking33(4): 926-954.

Amirillah, M. A. 2010. Efisiensi PerbankanSyariah di Indonnesia Tahun 2005-2009.Disertasi. Program Pasca Sarjana Uni-versitas Diponegoro Semarang.

Bank Indonesia.2006-2010. Statistik Ekonomidan Keuangan Indonesia.

Beltratti, A., dan R. M. Stulz. 2012. Thecredit crisis around the globe: Why didsome banks perform better? Journal ofFinancial Economics 105(1): 1-17.

Coelli, T. J, D. S. P. Rao, C. J. O'Donnell, danG. E. Battese. 2005. An Introduction toEfficiency dan Productivity Analysis. 2nd

ed. Springer Science + Business Media,Inc. New York.

Cooper, W. W., L. M. Seiford, dan K. Tone.2007. Data Envelopment Analysis: AComprehensive Text with Models, Appli-cations, References and DEA-SolverSoftware. 2nd ed. Springer. New York.

El-Hawary, D., W. Grais, dan Z. Iqbal. 2007.Diversity in the regulation of IslamicFinancial Institutions. The QuarterlyReview of Economics and Finance46(5):778-800.

Farell, M. J. 1957. The Measurement ofProductive Efficiency. Journal of theRoyal Statistical Society 120.

Fiordelisi, F., D. Marques-Ibanez, dan P.Molyneux. 2011. Efficiency and risk inEuropean banking. Journal of Bankingand Finance 35(5): 1315-1326.

Freixas, X. dan J.C. Rochet. 2008. Micro-economics of Banking. 2nd ed. The MITPress.London.

Gefen, D. Dan D. W. Straub. 2003. ManagingUser Trust in B2C E-Services. E-serviceJournal 2 (2): 7-24.

Gilpin, R. 2011. Global Political Economy:Understanding the International EconomicOrder. Princeton University Press. NewJersey.

Ha, H. Y., J. John, S. Janda, dan S. Muthaly.2011. The Effects of Advertising Spend-ing on Brand Loyalty in Services. Euro-pean Journal of Marketing 45 (4): 673-691.

Hadad, M., W. Santoso, D. Ilyas, dan E.Mardanugraha. 2003. Analisis EfisiensiIndustri Perbankan Indonesia: Peng-gunaan Metode Nonparametrik DataEnvelopment Analysis (DEA). Direkto-rat Penelitian dan Pengaturan PerbankanBank Indonesia. Jakarta.

Iskandar, D. 2012. Pengaruh KualitasLayanan terhadap Loyalitas Nasabahdengan Kepuasan dan KepercayaanNasabah sebagai Variabel Interveningdi PD BPR Boyalali. Jurnal EkonomiBisnis dan Perbankan proBank 20 (23).

Johnes, J., M. Izzeldin, dan V. Pappas. 2014.A Comparison of Performance ofIslamic and Conventional Banks 2004–2009. Journal of Economic Behavior &Organization 103: S03-S107.

Karim, M. A., K. Hassan, T. Hassan, dan S.Mohamad. 2013. Capital Adequacy andLending and Deposit Behaviors ofConventional and Islamic Banks.Pacific-Basin Finance Journal 28: 58-75.

Page 20: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

Menakar Efisiensi BPRS Sebagai Bank Pembiayaan Rakyat... -- Yahya 75

Krisnanto, U. 2012. Faktor-Faktor yangMempengaruhi Mutu Layanan denganTingkah Laku Nasabah. Jurnal Keuang-an dan Perbankan16(3): 489-497.

Kumar, S. dan R. Gulati. 2008. An Exami-nation of Technical, Pure Technical,and Scale Efficiencies in Indian PublicSector Banks Using Data EnvelopmentAnalysis. Eurasian Journal of Businessand Economics 1 (2): 33-69.

Mardiasmo. 2010. Murabahah Bebas PPN.Buletin Akuntan Publik 2(12): 62-69.

Mayer, R. C., J. H. Davis dan F. D.Schoorman. 1995. An Integrative Modelof Organizational Trust. Academy ofManagement Review 20 (3): 709-734..

Mester, L. J. 1997. Measuring Efficiency atU.S. Bank: Accounting for Hetero-geneity is Important. European Journal ofOperational Research 98: 23-242.

Mostafa, M. 2007.Modeling the Efficiency ofGCC Banks: A Data EnvelopmentAnalysis Approach. International Journalof Productivity and Performance Manage-ment 56 (7): 623-643.

Mulyaningrum, P. 2008. Pengaruh RasioKeuangan terhadap KebangkrutanBank di Indonesia. Disertasi. ProgramPascasarjana Universitas Diponegoro.Semarang.

Nugroho, R. A. 2011. Analisis PerbandinganEfisiensi Bank Umum Syariah (BUS)dan Unit Usaha Syariah (UUS) denganMetode Stochastic Frontier Analysis(Periode 2005-2009). Disertasi. ProgramPasca Sarjana Universitas Diponegoro.Semarang.

Pratama, R. H. 2013. Analisis PengaruhDiferensiasi Produk, Kualitas Pelayan-an, dan Citra Merek terhadap Ke-putusan Konsumen Menggunakan JasaPerbankan Syariah. Thesis. FakultasEkonomika dan Bisnis UniversitasDiponegoro. Semarang

Pratomo, D., M. Hubeis, dan I. Sailah. 2010.Strategi Lembaga Keuangan MikroSyariah dalam Mengembangkan UsahaMikro (Kasus LKMS BMT KUBESEJAHTERA Unit 20, Sleman-Yogya-

karta). Jurnal Manajemen PengembanganIndustri Kecil Menengah 4(1).

Putri, V. R. dan N. Lukviarman.2009.Pengukuran Kinerja Bank Komersialdengan Pendekatan Efisiensi, Studiterhadap Perbankan Go Public diIndonesia. Journal JAAI 12 (1).

Rahmawati, R dan M. N. Hosen. 2012.Efficiency of Fund Management ofSharia Banking in Indonesia (Based OnParametric Approach). InternationalJournal of AcademicResearch in Economicsand Management Sciences 1(2): 144-157.

Ruiz, J. L., dan I. Sirvent. 2011. A DEAApproach to Derive Individual Lowerand Upper Bounds for The TechnicalAnd Allocative Components of TheOverall Profit Efficiency. Journal of theOperational Research Society 62 (11):1907-1916.

Sadhana, K .2012. Sosialisasi dan PersepsiBank Syariah (Kajian Kebijakan En-kulturasi Nilai-Nilai Bank Syariahdalam Masyarakat). Jurnal Keuangandan Perbankan 16 (3): 481-488.

Sarwono, H. dan D. Sunyoto. 2011. Pe-ngantar Ilmu Ekonomi Mikro. C A P S.Yogyakarta.

Schaeck, K. dan M. Cihak. 2010. Competition,Efficiency, and Soundness in Banking: AnIndustrial Organization Perspective. Til-burg University. Nederland.

Siregar, Z. dan V. N. P. Sylvia. 2009.Pengaruh Rasio Camel tehadap Mana-jemen Laba di Bank Syariah. JurnalRiset Akuntansi Indonesia 12(2): 87.

Siringoringo, R. 2012. Karakteristik danFungsi Intermediasi Perbankan diIndonesia. Buletin Ekonomi Moneter danPerbankan 15 (1): 61-83.

Sugiarto, T. Herlambang, Brastoro, R.Sudjana, dan S. Kelana. 2007. EkonomiMikro: Sebuah Kajian Komprehensif. PTGramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sukirno, S. 2004. Pengantar Teori MikroEkonomi. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Suseno, P. 2008. Analisis Efisiensi dan SkalaEkonomi pada Industri Perbankan

Page 21: MENAKAR EFISIENSI BPRS SEBAGAI BANK PEMBIAYAAN …

76 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 1, Maret 2014 : 56 – 76

Syariah di Indonesia. Journal of Islamicand Economics 2 (1): 35-55.

Sutawijaya, A. dan E. P. Lestari. 2009.Efisiensi Teknik Perbankan IndonesiaPascakrisis Ekonomi: Sebuah StudiEmpiris Penerapan Model DEA. JurnalEkonomi Pembangunan 10(1): 49-67.

Waspada, I. 2012. Percepatan Adopsi SistemTransaksi Teknologi Informasi untukMeningkatkan Aksesibilitas LayananJasa Perbankan. Jurnal Keuangan danPerbankan 16(1): 122-131.