Top Banner
xxxii MEMODIFIKASI EKSPLORASI DAN MEMELIHARA BUDAYA LOKAL SERTA KARAKTER BANGSA DALAM REVOLUSI 4.0 MELALUI PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA Supriadi Doktor Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia, Kampus Serang supr iadi .upi serang@upi . edu Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika di UGJ, Cirebon, Hari Minggu, tanggal 3 Februari 2019 Abstrak. Keutuhan Budaya lokal dan karakter bangsa dalam revolusi industri 4.0 akan terganggu jika kita tidak cepat melakukan perubahan dalam pendidikan. Pembelajaran etnomatematika merupakan salahsatu inovasi dalam memelihara keutuhan budaya dan karakter bangsa. Revolusi Industri 4.0 menuntut kita untuk memiliki kemampuan literasi data untuk memahami dan memperluas wawasan mengenai nilai positif budaya yang dapat kita hubungkan dengan konsep matematika. Penyampaian dan publikasi nilai budaya dapat menggunakan teknologi dan informasi yang kekinian sehingga matematika dan budaya dapat meningkatkan literasi manusia yang bersifat humanis dalam menjaga identitas bangsa. Kata kunci: Budaya Lokal, karakter Bangsa, Revolusi Industri 4.0, Pembelajaran Etnomatematika 1. Pendahuluan Indonesia saat ini telah memasuki era Revolusi Industri 4.0, sehingga berdampak pada berbagai aspek-aspek kehidupan. Salah satunya budaya lokal dan karakter bangsa yang akan diuji keberadaannya dalam pemahaman dan pengetahuan masyarakatnya. Sebuah cara agar budaya kita tetap terpelihara adalah melalui inovasi di bidang pendidikan. Pendidikan matematika dapat dihubungkan dengan budaya melalui konsep etnomatematika yang pertama kali digagas oleh D’Ambrosio pada tahun 1985 dan Nunes pada tahun 1992 (Supriadi, 2014). Menurut
15

MEMODIFIKASI EKSPLORASI DAN MEMELIHARA BUDAYA LOKAL …

Oct 01, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MEMODIFIKASI EKSPLORASI DAN MEMELIHARA BUDAYA LOKAL …

xxxii

MEMODIFIKASI EKSPLORASI DAN

MEMELIHARA BUDAYA LOKAL SERTA

KARAKTER BANGSA DALAM REVOLUSI 4.0

MELALUI PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA

Supriadi

Doktor Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia, Kampus

Serang [email protected]

Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika di UGJ,

Cirebon, Hari Minggu, tanggal 3 Februari 2019

Abstrak. Keutuhan Budaya lokal dan karakter bangsa dalam revolusi

industri 4.0 akan terganggu jika kita tidak cepat melakukan perubahan

dalam pendidikan. Pembelajaran etnomatematika merupakan salahsatu

inovasi dalam memelihara keutuhan budaya dan karakter bangsa. Revolusi

Industri 4.0 menuntut kita untuk memiliki kemampuan literasi data untuk

memahami dan memperluas wawasan mengenai nilai positif budaya yang

dapat kita hubungkan dengan konsep matematika. Penyampaian dan

publikasi nilai budaya dapat menggunakan teknologi dan informasi

yang kekinian sehingga matematika dan budaya dapat meningkatkan

literasi manusia yang bersifat humanis dalam menjaga identitas bangsa.

Kata kunci: Budaya Lokal, karakter Bangsa, Revolusi Industri 4.0,

Pembelajaran Etnomatematika

1. Pendahuluan

Indonesia saat ini telah memasuki era Revolusi Industri 4.0,

sehingga berdampak pada berbagai aspek-aspek kehidupan. Salah satunya

budaya lokal dan karakter bangsa yang akan diuji keberadaannya dalam

pemahaman dan pengetahuan masyarakatnya. Sebuah cara agar budaya

kita tetap terpelihara adalah melalui inovasi di bidang pendidikan.

Pendidikan matematika dapat dihubungkan dengan budaya melalui

konsep etnomatematika yang pertama kali digagas oleh D’Ambrosio pada

tahun 1985 dan Nunes pada tahun 1992 (Supriadi, 2014). Menurut

Page 2: MEMODIFIKASI EKSPLORASI DAN MEMELIHARA BUDAYA LOKAL …

xxxiii

Sclechtendahl,dkk (2015), Revolusi Industri 4.0 merupakan sebuah

lingkungan industri yang seluruhnya terhubung untuk saling berbagi

informasi dengan menitik beratkan pada unsur kecepatan transmisi data.

Diperkuat lagi oleh Kagermaan,dkk (2013) pada era ini dikembangkan dua

sistem yang saling mempengaruhi dan menjadi satu kesatuan yaitu CPS

(Cyber Physical System) dan IoT & IoS (Internet of think & Internet of Service).

CPS mampu menghubungkan dunia nyata dan dunia maya dalam wujud

teknologi embedded computer secara close loop (Lee,2008). Dengan demikian

terciptalah sebuah kemudahan dalam segala bidang kehidupan,

salahsatunya adalah kemudahan kita dalam mengeksplorasi budaya

kita dalam sebuah pembelajaran matematika.

Saat Revolusi Industri 4.0 berlangsung, pendidikan matematika

masih memiliki pekerjaan rumah yang belum selesai yaitu prestasi

matematika di dunia internasional yang masih rendah. Hal ini ditunjukkan

hasil studi PISA (Program for International Student Assesment) pada tahun

2015 Indonesia menduduki urutan ke 69 dari 79 negara. Dan hasil studi

TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) Indonesia

berada pada peringkat ke 36 dari 49 negara (Supriadi, 2017a). Penyebab

dari rendahnya prestasi kita karena kurikulum matematika kita masih

banyak menggunakan pemahaman eurosentris. Bangsa-bangsa seperti

Jepang, Korea, Cina dan bangsa-bangsa Tiongkok lainnya telah lama

menggunakan budaya mereka dalam pembelajaran matematika. Sehingga

mereka dapat maju pesat dalam segala bidang. Keberhasilan negara

Jepang dan Tionghoa dalam pembelajaran matematika karena mereka

menggunakan Etnomatematika dalam pembelajaran matematikanya

(Kurumeh, 2004).

Selain permasalahan pembelajaran matematika yang masih

rendah, pelestarian akan budaya lokal dan karakter bangsa pun sama,

salahsatunya budaya Sunda, dalam sebuah penelitian (Muhsin dkk,2011)

disampaikan bahwa 20% penduduk Jawa Barat masih bisa memahami

bahasa Sunda, sisanya sudah kesulitan dalam berbahasa Sunda dalam

kehidupan sehari-hari. Supriadi (2018), budaya sunda saat ini semakin

melemah dan akan hilang. Pendidikan, kebudayaan dan karakter bangsa

merupakan sebuah paket yan tidak bisa dipisahkan, pendapat ini sejalan

dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, mengatakan bahwa “kebudayaan

Page 3: MEMODIFIKASI EKSPLORASI DAN MEMELIHARA BUDAYA LOKAL …

xxxiv

tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, bahkan kebudayaan merupakan

alas atau dasar pendidikan.

Proses pendidikan sebagai media mewariskan nilai-nilai luhur

bangsa yang memiliki arah untuk melahirkan generasi yang unggul di era

Revolusi 4.0 secara intelektual dengan tetap memelihara kepribadian dan

identitasnya sebagai bangsa. Pendidikan memiliki dua misi utama yaitu

“transfer of values” dan juga “transfer of knowledge”. Pendidikan di Indonesia

saat ini dihadapkan pada situasi dimana proses pendidikan sebagai upaya

pewarisan nilai-nilai budaya di satu sisi menghadapi dampak globalisasi

dari revolusi industri 4.0. Kondisi saat ini menurut penulis tidak adanya

tempat bagi budaya dalam pendidikan, ini dapat dilihat dari fenomena-

fenomena sebagai berikut, yaitu : (1) Pembatasan arti kebudayaan

pada hal-hal yang berhubungan dengan kesenian, kepurbakalaan, makam-

makam dan sastra tradisional, (2) nilai- nilai kebudayaan dalam

pendidikan telah dibatasi pada nilai-nilai intelektual , (3) nilai-nilai

agama bukanlah urusan pendidikan tetapi lebih terfokus pada urusan

lembaga-lembaga agama, (4) masyarakat beranggapan kolot atau primitif

akan budaya lokal (5) generasi muda lebih banyak memahami dan

mengenal budaya luar dibandingkan budaya lokal.

Pendidikan matematika melalui pembelajaran etnomatematika,

dapat menjadi salah satu solusi dalam mempertahankan identitas budaya

dan karakter bangsa guna menghadapi tantangan revolusi industri 4.0.

2. Pembelajaran Etnomatematika

Ethnomathematics pertama kali digagas oleh D’Ambrosio pada tahun

1985 dan Nunes pada tahun 1992 (Supriadi, 2017b). Definisi

ethnomathematics berasal dari kata ethno yang mengacu pada sosial konteks

budaya yang terdiri dari bahasa, jargon, kode perilaku, mitos dan simbol.

Mathema berarti menjelaskan, mengetahui, memahami kegiatan seperti

penyandian, mengukur, mengelompokkan, menyimpulkan dan

pemodelan. Tics berarti teknik, dengan kata lain etno mengacu pada

anggota kelompok di dalam lingkungan budaya diidentifikasi oleh tradisi

budaya mereka, kode simbol, mitos dan cara khusus yang digunakan untuk

berpikir dan untuk menyimpulkan (Rosa dan Orey, 2007).

Page 4: MEMODIFIKASI EKSPLORASI DAN MEMELIHARA BUDAYA LOKAL …

xxxv

Penelitian mengenai pembelajaran etnomatematika yang telah

dilakukan antara lain: Effect of ethnomathematics teaching approach on senior

secondary students achievement and retention in locus (Emmanuel E. Achor1,

Benjamin I. Imoko1 and Emmanuel S. Uloko, 2009) yang memberikan

informasi penting bahwa keberhasilan negara Jepang dan Tionghoa dalam

pembelajaran matematika karena mereka menggunakan Etnomatematika

dalam pembelajaran matematikanya. Salah satu inovasi pembelajaran

etnomatematika yang peneliti kembangkan adalah pembelajaran

etnomatematika Sunda. Konsep etnomatematika Sunda menurut Supriadi

(2017) adalah semua kegiatan ide seseorang dengan didasari oleh

pandangan budaya Sunda (nilai-nilai budaya Sunda) yang dikembangkan

melalui proses berpikir matematika, dengan memandang bahwa

matematika adalah produk budaya. Berikut road map pembelajaran

etnomatematika sunda yang peneliti lakukan:

Tabel 1. Roadmap penelitian etnomatematika Sunda yang sudah

dilakukan peneliti dan mitra:

No Tahun Judul

1 2013 Pengembangan Bahan Ajar melalui Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnomatematika Budaya Sunda untuk Meningkatkan Kemampuan Pemodelan Matematik dan Kecerdasan Kreatif Mahasiswa PGSD (Penelitian Hibah Doktor) 2 2014 Mengembangkan Kemampuan dan Disposisi Pemodelan serta Berpikir Kreatif

Matematik Mahasiswa PGSD melalui Pembelajaran

Konstekstual Berbasis

Etnomatematika (Disertasi)

3 2017 Pengembangan Bahan Ajar melalui Pembelajaran Etnomatematika Sunda untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik, Berpikir Geometri dan Aljabar Siswa SD (Penelitian Pembinaan dan Afirmasi Riset Dosen)

3 2016 Pengaruh Pembelajaran Etnomatematika Sunda Terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Dasar

4 2016 Pengaruh Pembelajaran Etnomatematika Sunda Terhadap Kemampuan Berpikir

Reflektif Dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Dasar 5 2016 Pengaruh Pembelajaran Etnomatematika Sunda Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Sekolah Dasar

6 2016 Pengaruh Pembelajaran Etnomatematika Sunda Terhadap Kemampuan

Penalaran Matematis Siswa Sekolah Dasar 7 2016 Pengaruh Pembelajaran Etnomatematika Sunda Terhadap Kemampuan Literasi

Matematis Siswa Sekolah Dasar

Page 5: MEMODIFIKASI EKSPLORASI DAN MEMELIHARA BUDAYA LOKAL …

xxxvi

8 2017 Pengaruh Pembelajaran Etnomatematika Sunda terhadap Kemampuan

Kompetensi Strategis Matematis Siswa Sekolah Dasar, 9 2017 Pembelajaran Etnomatematika Sunda pada Konsep Bangun Datar dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Geometri Matematis Siswa Kelas 3 SD 10 2017 Penerapan Penggunaan Media Pembelajaran Software Geogebra Flash Berbasis

Etnomatematika Sunda pada Materi Segitiga terhadap Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Siswa Sekolah Dasar

11 2017 Pengaruh Media Lidimatika dalam Pembelajaran Etnomatematika Sunda untuk Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Operasi Perkalian Siswa Sekolah Dasar,

12 2017 Desain Didaktis Pembelajaran Etnomatematika Sunda pada Konsep Simetri Putar Bangun Datar Belah Ketupat terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Dasar

13 2017 Pengaruh Pembelajaran Etnomatematika Sunda

terhadap Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa

Sekolah Dasar 14 2017 Pengaruh Pembelajaran Etnomatematika Sunda terhadap

Kemampuan Berpikir

Aljabar Matematik Siswa Sekolah Dasar 15 2017 Desain Didaktik Pembelajaran Etnomatematika Sunda

terhadap Kemampuan

Abstraksi Matematis pada Materi Persegi Panjang untuk

Siswa kelas III di

Sekolah Dasar

16 2017 Pengaruh Pembelajaran Etnomatematika Sunda

terhadap Kemampuan

Repressentasi Matematis Siswa Sekolah Dasar 17 2017 Pengembangan Bahan Ajar melalui Pembelajaran

Etnomatematika Sunda untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik,

Berpikir Geometri dan

Aljabar Siswa SD

3. Pendidikan Matematika di revolusi industri 1.0-4.0

Revolusi Industri terdiri dari dua kata revolusi mengandung

makna perubahan yang sangat cepat, sedangkan industri adalah usaha

pelaksanaan proses produksi. Jika kita gabung maka revolusi industri

merupakan suatu perubahan dalam proses produksi yang berlangsung

cepat. Perubahan cepat dimaknai memperbanyak barang/benda yang

diproduksi dan mutu hasil produksi. Berikut penulis jabarkan terlebih

ciri-ciri perkembangan pendidikan matematika disesuaikan dengan

perkembangan revolusi industri 1.0 sampai 4.0

Tabel 2. Perkembangan Revolusi industri dan Pendidikan

Matematika

Page 6: MEMODIFIKASI EKSPLORASI DAN MEMELIHARA BUDAYA LOKAL …

xxxvii

No Revolusi

industri

Pendidikan matematika di

dunia

Pendidikan

matematika

Di indonesia 1.0 Diawali dengan

Kemunculan

mesin uap

pada akhir

abad ke-18

yang

mendorong

mekanisasi

dalam proses

industri.

Revolusi ini

Dicatat oleh

sejarah berhasil

Menaikkan

perekono

mian

Secara

signifikan di

mana selama

Dua abad

setelah

revolusi

industri

Terjadi

kenaikan

rata-rata

Pendapatan

Diilhami oleh

lambaran

Matematika mesir,

membahas tentang teori

phytagoras, hampiran

, pengkuadratan lingkaran,

soal cerita matematika,

aljabar, geometri euklides,

irisan kerucut, trigonometri,

angka nol, subject

centered curricula. 1800 st.

Louis school

pengelompokkan aljabar,

aritmetika. Terkenal

dengan zaman renaissance

dan aufklarung, budaya

mencatat dengan “buku

harian”, bangsa eropa

menggangap memiliki

budaya yang lebih

tinggi, ekpolarasi budaya

“akademik”

Pendidikan

dilaksanakan

Oleh voc benar-

benar sangat sedikit

sekali. Sampai tahun

1779 jumlah

murid pada sekolah

voc adalah sbb:

batavia 639 orang,

pantai utara jawa

327 orang,

makasar 50 orang,

timor, 593 orang,

sumatera barat

37 orang, cirebon

6

Orang, banten

5 orang, maluku

1057 orang, dan

ambon 3966 orang

(i. Djumhur dan h.

Danasuparta, 1976).

Sd:sekolah

bumiputera,de

eerste

Page 7: MEMODIFIKASI EKSPLORASI DAN MEMELIHARA BUDAYA LOKAL …

xxxii

perkapita negara-negara di

dunia menjadi enam kali

lipat.

School, De Tweede

Klasse School, ELS

(Eorope Lagere

School), HIS

(Hollanddsch

Inlandsche School),

Sekolah raja, MOSVIA

(SMTA), Sekolah

pertukangan dan

SPG (Kweeksschool).

Pendidikan

matematika fokus

pada berhitung,

Kurikulum

Matematika

tersinspirasi

oleh pencerahan

“Aufklarung” .

Budaya yang

berkembang “budaya

indis.”

2.0 Terjadi di awal

abad ke-19. diterapkannya

konsep produksi massal

melalui produksi

interchangeable parts,

penggunaan mesin

bertenaga listrik dan

ditemukannya konsep

standarisasi

industri. Penemuan ini

mendorong kemunculan

pesawat telepon, mobil,

pesawat terbang, dll yang

mengubah wajah dunia

secara signifikan

Berkembangnya

teori bilangan

sehingga

menghasilkan

hukum timbal balik

kuadrat, teorema

bilangan prima,

Pembuktian teorema

terakhir Fermat,

Statistik,Aljabar

Linear, Ruang

Vektor. Aplikasi

yang berkembang

Matlab (1970), Maple

(1980), Cabri (1985),

Berkembangnya

Google (1998).

Muncul genersi Baby

Boomers (1964-1965),

Generasi X (1965-

1980), Generasi Y

atau Millennials

(1981-1995), Generasi

Z atau I Gen (1995-

2012)

Muncul Kurikulum

1968, Kurikulum 1975,

Kurikulum 1984,

Kurikulum 1994, dan

kurikulum 1999.

Hafalan, Matematika

Modern, Komputer

mulai digunakan

(1984). Psikologi

perkembangan mulai

berdampingan dengan

pembelajaran

matematika

Page 8: MEMODIFIKASI EKSPLORASI DAN MEMELIHARA BUDAYA LOKAL …

xxxiii

3.0 Terjadi di awal abad ke-20.

Dimulai dengan

penggunaan elektronik dan

teknologi informasi untuk

mendorong level baru

otomatisasi produksi.Awal

revolusi industri generasi

ketiga ditandai dengan

kemunculan teknologi

digital dan internet.Sistem

otomatisasi berbasis

komputer ini membuat

mesin industri tidak lagi

dikendalikan manusia.

Akibatnya biaya produksi

menjadi lebih murah

kendaraan tanpa

pengemudi, editing genetik

dan perkembangan

neuroteknologi yang

memungkinkan manusia

untuk lebih

mengoptimalkan fungsi

otak

Teorema

ketidaklengkapan

godel: koherensi

dalam matematika,

Konjektur Taniyama-

Shimura: Teorema

modularitas,

Sempurna teorema

Fermat,Konjektur

Weil, komputer ini

membuat mesin

industri tidak lagi

dikendalikan

manusia. Akibatnya

biaya produksi

menjadi lebih murah

Pembelajaran

matematika

didominasi alat peraga.

Dikenal kurikulum

KBK, Kurikulum 13.

Studi Etnomatematika

mulai diteliti

4. Modifikasi Penyajian Budaya lokal melalui pembelajaran matematika

Berdasarkan tabel 2, karakteristik pendidikan matematika saat revolusi

industry 4.0 ini mengutamakan media berbasis perangkat lunak.

Pendidikan telah dipertegas diharuskan mengutamakan budaya sebagai

konteks yang akan dikembangkan dalam area pembelajaran. Sehingga

budaya lokal yang masih dianggap oleh sebagian masyarakat seperti kembali

kepada zaman primitif, harus berani tampil berbeda dan kekinian

sehingga siswa kita mampu mencintai budaya sendiri dengan benar.

Page 9: MEMODIFIKASI EKSPLORASI DAN MEMELIHARA BUDAYA LOKAL …

xxxiv

Modifikasi 1:

Produk budaya permainan anak-anak Sunda : Permainan endog-endog

dan Engklek

Literasi: yang dikembangkan literasi manusia

Kemampuan Matematik: High Order mental skill, Kemampuan

Berpikir Kritis Matematik

Karakter Bangsa yang akan muncul: Cinta Budaya Bangsa,

Kreatif,

Bersahabat/Komunikatif

a. Permainan endog-endogan merupakan permainan dengan lagu dan

tangan sebagai media prakteknya dengan cara memainkan tangan

ditumpuk mengepal menyerupai telur, kemudian pemain yang

minimal berjumlah 2 orang bernyanyi bersama-sama.

Endog–endogan peupeus hiji prek. Endog–endogan peupeus hiji

prek. Endog–endogan peupeus hiji prek. Endog–endogan peupeus hiji

prek.

Ketika sampai di syair “prek” tangan yang tadinya dikepal di bukakan

dari yang paling bawah, setelah semua tangan tidak ada yang mengepal,

kemudian anak-anak melanjutkan nyanyian lagi dengan syair; “Goleang-

goleang mata sapi Bolotot. “Biasanya anak-anak menanyikan lirik

terakhir sambil memegang dan membelalakan matanya.

Berdasarkan pengamatan Supriadi (2018), pada 246 anak SD pada

umumnya belum mengenal permainan endog-endogan dapat

dihubungkan dalam pembelajaran matematika dan setelah diberikan

perlakuan hampir seluruhnya 98% merasakan senang,gembira dalam

belajar matematika. Penyajian Budaya kita akan lebih menarik, jika kita

modifikasi cara penyajiannya tanpa merubah bentuk asli dari produk

budayanya.

Contoh modifikasi yang dihubungkan dalam pembelajaran matematika

Lagu Endog-endogan dalam operasi hitung pengurangan 4-1=…

Endog-endogan endog Opat peupeus hiji prek.

Page 10: MEMODIFIKASI EKSPLORASI DAN MEMELIHARA BUDAYA LOKAL …

xxxv

(Siswa berpikir menghitung sisanya)

Endog-endogan nu teu peupeus aya tilu.

Goleang-goleang mata sapi bolotot

Gambar 1. Permainan Endog-endogan

b. Permainan Engklek

Gambar 2: Permainan Engklek

Permainan ini pasti sudah melekat di image anak-anak sebagai

aktivitas berjalan dan melompat, agar penyajiannya lebih menarik maka

dimodifikasi dengan cara dihubungkan dengan konsep pengukuran

panjang dalam matematika. Hasil penelitian Supriadi (2017) dengan

menggunakan sampel berjumlah 75 orang siswa sekolah dasar,

menunjukkan bahwa prestasi matematika siswa yang belajar dengan

engklekmatika lebih tinggi dibandingkan pembelajaran ekspositori.

Page 11: MEMODIFIKASI EKSPLORASI DAN MEMELIHARA BUDAYA LOKAL …

xxxvi

Modifikasi 2:

Produk budaya makanan khas Jawa Barat/Cirebon

dan tokoh “Cepot” : Literasi yang dikembangkan

Literasi Teknologi

Kemampuan Matematik: High Order Mental Skill danBerpikir Kritis

Matematik

Karakter Bangsa yang akan muncul: Cinta Budaya Bangsa, Kreatif, dan rasa

ingin tahu.

a. Poduk budaya yang akan dikenalkan adalah makanan khas Jawa

Barat yaitu kue Cucur dan tokoh pewayangan terkenal yaitu

Cepot. Disajikan dalam bentuk permainan berbasis digital,

sehingga siswa akan banyak menggunakan komputer untuk

melaksanakan pembelajaran. Silahkan bermain!

Gambar 2. Game Cepot dan Kue Cucur

b. Selain permainan di atas, berikut bentuk permainan sederhana

dengan menggunakan powerpoint yang menyajikan makanan khas

Jawa Barat

Aturan Permainan

1. Makanan khas Sunda

berdasarkan urutan kesukaan.

berikut nomor makanan khas

Sunda yang disukai

Page 12: MEMODIFIKASI EKSPLORASI DAN MEMELIHARA BUDAYA LOKAL …

xxxvii

2. Keranjang makanan khas Sunda mana yang Anda pilih?

Coba tunjuk!

3. Saya tahu keranjang yang Anda tunjuk.

4. Coba angka banyak makanan khas Sunda dikeranjang tersebut

kalikan 5

5. Hasilnya tambahkan 3

6. Kalikan hasil ( langkah 5) dengan 2

7. Tambahkan angka yang merupakan nomor makanan ke hasil 6

8. Hasil pada langkah 7) sebutkan! Kuncinya bagi guru kurangi 6

Manfaat pembelajaran matematika dengan menghubungkan aspek

budaya lokal dalam pendidikan di kita adalah: meningkatkan prestasi

siswa dalam belajar matematika (Supriadi, 2017, 2018a), menumbuhkan

cinta pada budaya bangsanya (Supriadi, 2013), Supriyanti, S., Mastur, Z.,

& Sugiman, S. (2015), menghasilan temuan yang sama yaitu

Page 13: MEMODIFIKASI EKSPLORASI DAN MEMELIHARA BUDAYA LOKAL …

xxxviii

pembelajaran menggunakan berbasis etnomatematika lebih baik dari rata-

rata kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran menggunakan

model ekspositori, keterampilan proses siswa dan sikap cinta budaya lokal

siswa secara bersama berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan

masalah siswa.

Tumbuhnya rasa percaya diri dalam diri siswa (Supriadi, 2014 dan

Martyanti, A. (2017). Siswa menjadi senang dan gembira dalam belajar

matematika, interaksi siswa dengan siswa di kelas sangat kondusif,

(Supriadi, 2018b dan Karinawati, A., & Supriadi, A. A. (2016),

Pembelajaran matematika dapat menjadi media siswa dan guru untuk

memelihara budaya local dari kepunahan sekaligus karakter cinta tanah

air meningkat (Supriadi, 2016; Supriadi, S, Arisetyawan, A dan Tiurlina,

T. , 2016 dan Indriaini. P, 2018) sehingga peran matematika saat ini tidak

berfokus pada kegiatan berhitung saja, ini sejalan dengan pendapat

Hartoyo, A. (2015) bahwa, matematika bukan sekedar kegiatan hitung

menghitung, tetapi banyak yang berkaitan dengan pemberdayaan berbagai

kekayaan yang tersedia di sekitar kehidupan peserta didik.

5. Penutup

Revolusi industri 4.0 tidak bisa ditolak atau dicegah, namun harus dihadapi

melalui pendidikan matematika yang beririsan dengan aspek budaya lokal,.

Pendidikan akan berhasil jika aspek budaya melekat didalamnya, sehingga

karakter bangsa dapat utuh terjaga. Kemampuan literasi data

mengharuskan kita memahami dan memperluas wawasan kita mengenai

nilai positif dari sebuah budaya yang dapat kita eksplore dengan

menggunakan teknologi yang mendukung sehingga matematika dan

budaya dapat meningkatkan literasi manusia yang bersifat humanis.

Daftar Pustaka

Achor, E. E., Imoko, B., & Uloko, E. (2009). Effect Of Ethnomathematics

Teaching Approach On Senior Secondary Students’ Achievement

And Retention In Locus.

Hartoyo, A. (2015). Pembinaan karakter dalam pembelajaran matematika.

Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1), 8-22.

Page 14: MEMODIFIKASI EKSPLORASI DAN MEMELIHARA BUDAYA LOKAL …

xxxix

Indriaini, P. (2018). Implementasi Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal dalam

Pembelajaran Matematika pada Jenjang Sekolah Dasar (Doctoral

Dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Kagermann, H., dkk. (2013). Final Report: Recommendations for

Implementing the Strategic Initiative Industrie 4.0. Industrie 4.0

Working Group.

Karinawati, A., & Supriadi, A. A. (2016). Pengaruh Pembelajaran

Etnomatematika Sunda Terhadap Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa Sekolah Dasar. Kalimaya Jurnal, 4(2).

Kurumeh, M. S. C. (2004). Effect of Ethno-mathematics Teaching Approach

on Students Achievement and Interest in Geometry and Mensuration.

Unpublished Ph. D Thesis. University of Nigeria, Nsukka.

Lee, C. (2010). Learning’New’Text-making practices online: From

instant messaging to Facebooking. International Journal of Learning,

16(12).

Martyanti, A. (2017). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada

Pembelajaran Geometri Berbasis Etnomatematika. Jurnal Gantang,

2(2), 105-111.

Muhsin dkk (2011). Kajian Identifikasi Permasalahan Kebudayaan Sunda,

Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Yang Akan Datang. Laporan

Penelitian UNPAD

Orey, D., & Rosa, M. (2007). Cultural Assertions And Challenges Towards

Pedagogical Action Of An Ethnomathematics Program. For the

Learning of Mathematics, 27(1), 10-16.

Schlechtendahl, J.,dkk. (2015). Making Existing Production Systems

Industry 4.0-Ready. Production Engineering, Vol. 9, Issue.1, pp.143-

148.

Supriadi. (2014).Mengembangkan Kemampuan dan Disposisi Pemodelan serta

Berpikir Kreatif Matematik Mahasiswa PGSD melalui Pembelajaran

Kontekstual Berbasis Etnomatematika.Disertasi SPs UPI.Bandung:

Tidak diterbitkan.

Page 15: MEMODIFIKASI EKSPLORASI DAN MEMELIHARA BUDAYA LOKAL …

xl

Supriadi, S., Arisetyawan, A., & Tiurlina, T. (2016). Mengintegrasikan

Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya Banten Pada

Pendirian SD Laboratorium UPI Kampus Serang. Mimbar

Sekolah Dasar, 3(1), 1-18.

Supriadi (2017a). Pembelajaran Etnomatematika Sunda dalam Materi Geometri

SD dengan Menggunakan Bentuk-Bentuk “Suhunan”. Makalah

Seminar Nasional Pendidikan dasar dan PAUD 3, 14 Oktober 2017.

Supriadi, S. (2017b). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematik Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Melalui

Pembelajaran Etnomatematika Sunda. Jurnal Pengajaran MIPA,

22(1).

Supriadi.et.all (2018a). Ethnomathematics in Mathematics, Social and

Physical Education. Preceeding ICSMEE, Sumedang.

Supriadi. (2018b). Ethnomathematics Learning With Sundanese Culture For

Elementary School Students.Papper

Supriyanti, S., Mastur, Z., & Sugiman, S. (2015). Keefektifan Model

Pembelajaran Arias Berbasis Etnomatematika Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VII. Unnes

Journal of Mathematics Education, 4(2).