Top Banner

of 22

Membentuk Muslim Sejati

Jul 22, 2015

Download

Documents

Jaja Sajah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

MEMBENTUK MUSLIM SEJATI Oleh: Marhadi Muhayar, Lc., M.A Khutbah Pertama

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah SwtSelaku khatib Jumat kali ini, izinkanlah saya berwasiat baik bagi diri saya pribadi, maupun bagi hadirin sekalian, untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan diri kita kepada Allah Swt. Lebih dari 50 kali di dalam Al-Quran Allah Swt berfirman: Ittaqullh, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah! Pengulangan yang teramat sering ini menunjukkan bahwa, takwa sangatlah penting artinya bagi setiap muslim. Karena hanya dengan takwa kepada Allah sajalah, kita akan dapat hidup bahagia, baik di dunia ini maupun di akhirat. Melalui khutbah Jumat kali ini, saya ingin menyampaikan sebuah materi tentang bagaimana kiat membentuk diri ini menjadi seorang muslim sejati? Masyiral muslimn rahimakumullh... Saat ini, banyak orang mengaku dirinya sebagai muslim. Data statistik dunia terakhir menunjukan ada 1,7 milyar lebih di dunia ini jumlah penduduk dunia yang beragama Islam. Tapi, dari sekian jumlah yang ada itu, sangat sedikit yang memiliki kepribadian sebagai seorang muslim. Selebihnya, mempunyai kepribadian terpisah (split personality). Orang semacam ini agamanya saja sebagai muslim, namun, perilaku, sikap, dan tindakannya sama sekali tidak menunjukkan keislamannya. Kalau demikian adanya, bagaimana Islam dapat menjadi rahmah? Jika para pemeluknya tidak memahami, menghayati dan mengamalkan Islam? Persis seperti apa yan telah disinggung oleh rasulullah Saw:

3745) Rasulululullah Saw bersabda: suatu saat nanti kalian akan dikeroyoki oleh berbagai suku bangsa seperti mereka mengeroyoki makanan. Salah seorang bertanya: Apakah kami saat itu minoritas ya Rasululullah? Tidak, jawab Rasulullah, bahkan kalian saat itu mayoritas, tetapi hanya bagai busa. Allah hilangkan rasa takut di hati musuh-musuh kalian dan Allah tumbuhkan di dalam hati kalian kehinaan! Lantas ada yang bertanya: Kehinaan bagaimana ya Rasululullah? Nabi pun menjawab: cinta dunia dan takut mati. Lihatlah kondisi masyarakat kita saat ini yang berada dalam keadaan lemah, hina, rendah diri, terbelakang, dan ditimpa berbagai krisis maupun perpecahan. Lengkap sudah segala penderitaan yang ada, berbagai simbol negatif pun tersematkan di dada-dada bangsa kita, bangsa yang tidak beradab dan tidak bermoral! Padahal dahulu Indonesia di kenal sebagai bangsa yang sangat santun dan welas asih! Mengapa ini bisa terjadi? Nyawa manusia lebih rendah harganya dari sekarung beras. Hanya karena gara-gara dituduh mencuri uang sepuluh ribu rupiah, seseorang dapat menemui kematiannya. Atau hanya karena sepedanya dipinjam tanpa ijin, seseorang berani membunuh kawan sekerjanya sendiri. Di mana-mana kerusakan merajalela, kebodohan, dekadensi moral dan hal-hal negatif lainnya. Indonesia telah mengalami krisis diberbagai aspek kehidupan, krisis multi dimensial! Kondisi semacam ini tidak mungkin terus menerus dibiarkan. Siapapun yang merasa sebagai muslim yang memiliki ghirah (semangat) keislaman, tidak akan merelakan hal ini. Agama kita bukan agama fardiyah (individual), tetapi agama pemersatu (ummatan wahidah), bahkan satu jasad. Jika sakit salah satu anggota tubuh, maka yang lain akan merasakannya. Islam bukan hanya agama ibadah. Tetapi merupakan the way of life (jalan hidup) yang paripurna, mengatur segala urusan dunia-akhirat. Agama kita mengajak kepada wihdah (persatuan), al-quwwah (kekuatan), al izzah (harga diri), al-adl (keadilan), dan juga kepada jihad (perjuangan). Maka, misi risalah Islam yang rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam) ini bertujuan untuk memberikan hidayah (petunjuk) manusia pada agama yang haq, yang diridhoi Allah. Fungsi Islam yang menyejukkan bagi seluruh umat manusia ini, tidak mungkin terwujud, kecuali jika benar-benar diamalkan oleh orang-orang yang memiliki kepribadian, atau mempunyai jati diri sebagai seorang muslim. Karenanya, semua itu pasti berawal dari diri, lalu keluarga, masyarakat dan lingkungan. Sebagaimana kita tahu, hidup merupakan suatu perjalanan dari satu titik ke titik yang lain, beranjak dari garis masa lalu, melewati masa kini, untuk menuju masa depan. Masa lalu adalah sebuah sejarah, masa kini adalah realita dan masa yang akan datang adalah cita-cita. Sebagai seorang muslim, tentunya kita tidak akan membiarkan hidup ini sia-sia. Hidup di dunia ini menjadi terlalu singkat jika hanya dipenuhi dengan keluhan-keluhan, kegelisahan, rasa pesimis dan angan-angan. Jiwa-jiwa seperti itu,tidak mencerminkan jati diri seorang muslim sejati. Rasulullah Saw bersabda: Seorang muslim tidak akan pernah ditimpa kecuali kebaikan, apabila ditimpa kejelekan ia bersabar, dan jika dilimpahkan kenikmatan ia bersyukur. Seorang Muslim tidak akan pernah mengeluh menghadapi kehidupan, karena ia telah memiliki kepribadian yang utuh dalam menghadapi segala macam ujian hidup. Untuk menjadi pribadi muslim sejati, sesuai dengan apa yang digariskan oleh Islam, sudah semestinya memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Al-Hadits, juga telah dipraktekkan oleh para Sahabat Nabi maupun salafus shleh, yaitu pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Swt dan rasul-Nya. Nilai-nilai tersebut, jika disederhanakan, setidaknya ada sepuluh sifat yang mesti melekat di dalam diri seorang muslim: 1. Salmatul aqdah (Keyakinan yang benar)Hidup di dunia ini bagai orang yang tengah mengadakan suatu perjalanan. Coba anda bayangkan, seandainya dalam suatu perjalanan anda tidak mengetahui arah mana yang akan anda tuju. Di terminal bus, di dermaga, atau di bandara, anda terduduk sambil bertanya hendak kemanakah diri ini harus pergi? Apa yang akan terjadi? Sudah bisa dipastikan anda akan mudah tersesat. Mengapa? Karena anda tidak mempunyai keyakinan pasti untuk sampai kepada suatu tujuan. Demikian halnya dengan perjalanan seorang muslim di dunia ini, dia harus mempunyai keyakinan yang lurus, sebagai sarat untuk dapat sampai kepada tujuannya. Ada enam hal yang membuat seorang muslim yakin terhadap tujuan perjalanannya. Iman (yakin) kepada keberadaan Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari akhir, dan Qadla-Qadar. Sebagaimana Sabda nabi Saw:

Nabi Saw bertanya kepada Jibril As:Beritahukan aku tentang iman? Jibril menjawab: Kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun buruknya. Keyakinan terhadap Allah membuat Muslim selalu dalam keadaan optimis akan pertolongan-Nya. Yakin terhadap Malaikat membuat Muslim menyadari bahwa makhluk Allah yang paling taat ini, akan selalu mencatat segala perbuatannya di dunia, sehingga amal perbuatan Muslim selalu dipenuhi dengan hal-hal positif. Yakin terhadap kitab, membuat muslim selalu membaca panduan hidupnya setiap saat. Yakin terhadap Rasul, membuat Muslim memantapkan langkahnya hidup di dunia, bahwa Allah tidak meninggalkannya tanpa pemandu perjalanan yang panjang ini. Yakin terhadap hari akhir, membuat muslim tahu akan tujuan akhirnya. Iman kepada qadla dan qadar membuat muslim menyadari akan tanggung jawabnya hidup di dunia, sehingga tidak terjatuh pada keyakinan jabariyah atau keyakinan qadariyah. 2. Shihhatul Ibdah (Ibadah yang benar) Anda sekarang sudah yakin dengan perjalanan yang sedang anda lakukan ini. Tinggal bagaimana anda harus melaluinya dengan baik, sehingga tidak tersesat. Karenanya, ibadah adalah implementasi dari sebuah keyakinan. Yang perlu kita sadari adalah, bahwa ibadah dalam Islam bukanlah merupakan taklif (pembebanan), melainkan tasyrif (pemuliaan) dari Allah Swt. Ketika seorang manusia dijuluki oleh Allah ibadullah, maka ia termasuk orang-orang yang dikasihi-Nya. Ibadah dalam Islam bukan hanya mencakup ritual keagamaan semata, semisal: shalat, zakat, puasa dan haji, tetapi semua lini kehidupan di dalam memakmurkan dunia ini yang tidak bertentangan dengan landasan Al-Quran dan Sunnah, semisal mencari nafkah secara halal, berhubungan baik dengan keluarga, menuntut ilmu dan lain sebagainya. Sebagaimana firmannya:

( 10) Jika shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung. Demikianlah, seorang Muslim harus memahami arti ibadah dengan benar. Ibadah yang benar lahir dari aqidah yang benar. Ibadah yang benar adalah ibadah yang membawa pengaruh bagi dirinya, orang lain dan melahirkan ketaqwaan. 3. Matnul Khulq (Akhlaq yang kokoh)Memang, menjadi orang baik itu sulit, namun amat mudah bagi yang memiliki tekad dan kemauan. Awal dari segala sesuatu itu susah. Namun, jika anda sudah terbiasa, anda tidak akan pernah mengatakannya sulit. Ingatkah Anda ketika pertama kali anda belajar naik sepeda? Mungkin anda pernah berfikir, bagaimana caranya menjalankan sepeda yang hanya mempunyai dua roda. Pertama yang anda lakukan adalah duduk di sadel, menurunkan kedua kaki di tanah, dan tangan memegang kendalinya. Semuanya berjalan dengan baik. Lalu, salah satu dari anda mulai untuk menggenjot sadel di satu sisinya. Anda gugup, baru beberapa meter, anda kehilangan kendali dan ups terjatuh. Setelah beberapa kali mencobanya, anda sudah mulai terbiasa memegang kendali, menjaga keseimbangan dan menggenjot pedal dengan nyaman. Anda sudah lupa, kesulitan pertama kali menjalankannya, dan ternyata naik sepeda itu nikmat. Demikianlah, ketika anda berlatih mengendalikan diri, membiasakan dengan hal-hal yang baik, dan menjauhi sikap-sikap yang tidak berguna. Semakin dibiasakan, perilaku itu keluar dengan sendirinya secara otomatis. Inilah yang disebut akhlaq, yaitu perilaku yang keluar secara otomatis, dan mencerminkan ekspresi diri seseorang di segala tempat dan waktu. Jadi, akhlaq bukanlah perilaku kondisional, yang hanya diekspresikan pada waktu-waktu tertentu saja, tetapi memiliki akhlak yang komit, tidak fluktuatif, dan tidak berubah dalam kondisi bagaimana pun. Allah Swt berfirman: :)

4) "Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung". (QS. Al-Qalam :4) 4. Tsaqfatul Fikr (Wawasan pengetahuan yang luas) Menjalani kehidupan di dunia ini tidak hanya sekedar mengandalkan keyakinan, ibadah dan akhlaq. Siapapun orangnya, ketika sedang melakukan perjalanan pasti membutuhkan pengetahuan tentang apa yang sedang ia tuju. Ketika anda hendak beranjak ke Kairo, misalnya, anda tentu mencari informasi tentang kondisinya, cuacanya, budayanya, makanannya, dan hal-hal lain yang perlu anda persiapkan sejak dini. Dengan informasi itulah anda mampu mengira-ngira apa yang dapat anda kerjakan sekarang, untuk persiapan nanti. Begitu pula halnya dengan kehidupan yang sedang kita jalani ini. Anda tentu membutuhkan informasi-informasi yang diperlukan dalam melanjutkan perjalanan hidup. Wawasan itulah yang akan memandu perjalanan hidup anda. Proses yang sedang anda jalani dalam hidup ini juga tidak lepas dari pengalaman-pengalaman yang akan menjadi guru terbaik bagi anda. Allah Swt berfirman:

9) Katakanlah: Apakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesunguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Karenanya, bagi seorang muslim, mencari ilmu pengetahuan merupakan salah satu kewajiban. 5. Quwwatul Badn (Tubuh yang kuat) Kesempurnaan itu dambaan setiap orang. Masing-masing akan mencoba mencapai kesempurnaan diri, sesuai dengan kemampuannya. Dengan kekuatan itulah setiap orang akan berusaha mencapai keseimbangannya. Seahli apapun anda mengendarai sepeda, jika ban di rodanya kempes, tentu anda tidak akan dapat berbuat banyak, hingga ban itu baik kembali. Karenanya, persiapkanlah jasmani Anda sebaik mungkin untuk dapat melanjutkan perjalanan anda secara vit dam prima. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya. Nabi bersabda:

) "Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah. (HR. Muslim, Ibnu majah dan Imam Ahmad) Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Namun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. 6. Al-Qudrah ala al-Kasbi (Mampu mencari nafkah)Sekarang, anda sudah sedikit-banyak, mengerti tentang bagaimana seharusnya menempuh perjalanan hidup ini. Sebagaimana seseorang yang sedang dalam perjalanan, anda harus mempunyai dua bekal. Pertama, bekal persiapan untuk tujuan akhir nanti setelah sampai tujuan. Yang kedua, bekal dalam perjalanan. Nah, begitu pula di dunia ini. Hidup di dunia adalah suatu perjalanan, tujuan kita adalah akhirat. Namun, persiapan bekal untuk akhirat, tidak menutup kita untuk mempersiapkan bekal dalam perjalanan hidup di dunia ini untuk diri sendiri dan keluarga. Rasulullah pernah mengingatkan kita untuk bisa menyeimbangkan antara keduanya. Bekerjalah untuk duniamu, seakan-akan kau akan hidup selamanya. Dan beramal buat akhiratmu, seakan-akan kau akan menemui ajal esok pagi. Agama kita melarang umatnya untuk bersikap santai, bermalas-malasan dan bertopang dagu. Para sahabat mencontohkan, jika terdengar adzan maka mereka segera ke masjid, jika selesai melaksanakan kewajibannya maka mereka kembali bertebaran di muka bumi untuk kembali melanjutkan usahanya sambil berdoa,Ya Allah, kami telah memenuhi panggilan-Mu dan telah melaksanakan apa yang telah Engkau wajibkan, sekarang kami menyebar (berusaha) sebagaima Engkau perintahkan, maka berilah kami rizki karena Engkaulah sebaik-baik Pemberi Rizki. 7. Nfian li Ghairihi (Bermanfaat bagi lainnya) Banyak orang yang menyangka, bahwa keberhasilan adalah semata-mata kesuksesan yang diperoleh seseorang secara individu. Kita akan merasa bangga telah berhasil memperoleh gelar sarjana, majister, atau bahkan doktor. Atau kita merasa bangga telah memperoleh keuntungan bermilyar-milyar, masuk dalam kantong sendiri. Benarkah itu yang disebut keberhasilan dalam pribadi seorang Muslim? Seorang muslim yang berhasil adalah yang mampu menjadi pelita bagi sekelilingnya. Ia mampu menerangi keluarga dan masyarakatnya, dengan sikap, perilaku, ilmu, harta, dan amal nyata. Pantulan dirinya sebagai muslim benar-benar dirasakan, sehingga dapat menebar kesejukan orang-orang yang bersamanya. Sebaik-baik muslim adalah yang bisa memberi manfaat bagi orang lain. Relevan dengan sabda Rasulullah Saw:

) Sebaik-baik kalian adalah orang yang selalu diharapkan kebaikannya dan aman dari kejahatannya, adapun seburuk-buruk kalian adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak aman dari kejahatannya. (HR. Ahmad) 8. Hrisan ala waqtihi (Mampu mengatur waktu)Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur'an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya. Banyak masalah yang timbul, karena seseorang tidak mampu mengatur waktunya dengan baik. Ia tidak bisa mencapai target dari rencana. Ia kehilangan beberapa momen penting, hanya karena waktu yang telah berlalu begitu saja di hadapannya. Untuk itu, pribadi Muslim selalu siap dengan situasi dan waktu. Ia dapat mengatur seberapa banyak waktu untuk beribadah mahdhah, dan untuk bermuamalah. Semuanya perlu diatur sehingga seimbang. Waktu adalah kehidupan, sehingga orang yang tidak bisa mengatur waktu akan kehilangan momen hidupnya, bahkan bisa tergilas dengan waktunya sendiri. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan: ! Waktu itu bagaikan sebilah pisau, jika tidak kamu gunakan untuk memotong, niscaya ia yang akan memotongmu! Sehingga seorang muslim tidak akan menjadi manusia yang merugi sebagaimana yang disinyalir dalam QS. Al Ashr:1-3. 9. Munzhzhoman fi syunihi (Mampu mengatur urusannya) Hidup kita di dunia ini penuh dengan berbagai aktifitas yang luar biasa banyaknya. Karena itu, sebagai seorang muslim harus pandai untuk memilah dan memilih, mana saja aktifitas yang sesuai dengan pandangan hidupnya sebagai seorang muslim berdasarkan skala prioritas. Karena pada prinsipnya, tugas atau kewajiban itu lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme harus selalu diperhatikan. Nabi bersabda: 10. Mujhidan linafsihi (Berjuang melawan hawa nafsu) Mujhadatunnafs merupakan salah satu upaya yang mesti bagi setiap pribadi muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan kepada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya tekad dan kesungguhan. Karena hawa nafsu adalah sebesar-besarnya jihad di dalam Islam, seperti apa yang telah dikatakan oleh Sayidina Ali Karamallahu wajhah sepulangnya dari peperangan Badar Al-Kubra yang dahsyat dengan mengatakan masih ada jihad yang lebih besar lagi daripada peperangan yang baru saja berlalu. Dalam kesempatan lain Nabi Saw mengatakan: ( ) "Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)". (HR. Hakim) Demikianlah sepuluh sifat yang harus dimiliki oleh setiap muslim agar menjadi muslim sejati sebagaimana yang digariskan oleh Al-Quran dan Sunnah. Hal tersebut tidak akan kita miliki, kecuali dengan amal usaha yang sungguh-sungguh, melalui pendidikan dan pengarahan yang intensif secara berkesinambungan dan kontinyu, hingga akhir hayat kita. Orang yang memiliki kesepuluh sifat ini, insya Allah dapat diandalkan dalam memikul Misi Risalah Islam. Dengan kesepuluh sifat ini, Islam akan benar-benar memancarkan rahmatan lil alamin..

.

. Khutbah Kedua

. Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah Swt...Saat ini, ummat sangat membutuhkan pribadi-pribadi yang dapat menyelamatkan mereka dari kebingungan, keterpecahan dan keterpurukan. Siapa lagi kalau bukan anda? Diharapkan kita semua menjadi orang yang dapat menyelesaikan masalah, bukan malah sebaliknya, menjadi orang yang bermasalah atau suka bikin masalah !?

.

! Amanah Dan Profesionalisme Akan Melahirkan KesejahteraanBanyakorangyangmendugaapabiladisatunegeritanahnyasuburmasyarakatnyaakan sejahtera.Semakinsubursuatunegeri,makaakansemakinmakmurdansejahtera masyarakatnya. Pendapat seperti ini tentu tidak semuanya salah, tetapi tidak semuanya benar. Dalamrealitaskehidupan,adanegeridandaerahyangsuburkemudianmasyarakatnya makmurdansejahtera,tetapiadapulanegeridandaerahyangtidaksuburnamunrakyatnya makmurdansejahtera.Sebaliknya,adapulanegeridandaerahyangsuburtetapirakyatnya miskin dan menderita.BilakitamemperhatikanAl-Quran,makafaktorutamakesejahteraandankemakmuran adalahperilakuyangbaik,yangsesuaidengansyariatAllahSWT.Walaupunnegerinya subur,tetapipemimpindanrakyatnyadurhaka,makayangterjadiadalahkehancurandan keterpurukan.Dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 112, Allah SWT berfirman: Artinya:DanAllahtelahmembuatsuatuperumpamaan(dengan)sebuahnegeriyang dahulunyaamanlagitenteram,rezkinyadatangkepadanyamelimpahruahdarisegenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari ni`mat-ni`mat Allah; karena itu Allah merasakan kepadamerekapakaiankelaparandanketakutan,disebabkanapayangselalumereka perbuat . Dalamsebuahhadits,riwayatImamThabranidariIbnuAbbas,RasulullahSAWbersabda: yang maksudnya: Adalimaperbuatanyangakanmengakibatkanlimamalapetaka:1.Apabilasuatubangsa mudahmengingkarijanji,merekaakandikendalikanolehmusuh-musuhmereka,2.Apabila merekaberhukumdengansesuatuyangbukanditurunkanAllah,makaakantersebar kefakiran,3.Apabilaperzinahansudahmenjadikonsumsipublik,makaakanmewabahpula penyakityangmembawakematian,4.Apabilamerekatidakjujurdalamtimbanganatau kwalitassuatubarang,makatanam-tanamanakanterhambatkesuburannya,danmereka akan disiksa dengan kemarau panjang. 5. Apabila mereka enggan mengeluarkan zakat, maka akandihambatuntukmerekaturunnyahujanyangmembawakeberkahan(HR.Thabrani dari Ibnu Abbas).Sebaliknya, dengan keimanan dan ketaqwaan yang tercermin dalam perilaku keseharian, akan menyebabkanturunnyakeberkahan.HalinisejalandenganfirmanAllahdalamAl-Quran surat Al-Araf ayat 96 : Artinya:Jikalausekiranyapenduduknegeri-negeriberimandanbertaqwa,pastilahKami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya . Nilai-nilaikeimanandanketaqwaaniniyangharusdimilikiolehmasyarakatdanbangsa, terutamaparapemimpinnya,yangkepadamerekasangatdituntutuntukmemilikisikap amanah,jujurdanterpercaya,disampingmemilikikeahliandanpropesionalismedalam bidangnyamasing-masing.Orangyangamanahtentuakanmendapatkanrezkidan kesejahteraandalamhidupnya.Sebaliknya,khianat,culasdankorupakanmelahirkan kefakiran.Dalam sebuah hadits, riwayat Imam ad-Dailamiy, Rasulullah SAW bersabda: , artinya : Sifat amanah itu akan mendatangkan rezki, dan sifat khianat itu akan melahirkan kefakiran (HR. Ad-Dailamiy). AgaknyakisahNabiYusufyangdiabadikanAllahdalamAl-Quranharuskitajadikan teladandalammembenahikehidupanini,terutamadalamkehidupanbernegaradanyang lebih utama bagi para pemimpin bangsa.NabiYusufadalahseorangpejabatNegaradiMesiryangsangatarif,jujur,amanahdan propesional dalam tugasnya. Dengan kearifan, kejujuran serta sifat amanah yang dimilikinya Nabi Yusuf mampu membawa kesejahteraan untuk masyarakatnya, dan masyarakat di sekitar negeriMesir,karenabeliaudanpejabatdinegeriMesirketikaitumemilikisifatamanah, terpecaya dan ahli atau profesional dalam bidangnya.Dalam sejarah Islam pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, ternyata tidak ada orang yang menjadi mustahiq zakat dengan sebab kejujuran dan keadilan dalam segala bidang yang dilakukan oleh beliau dalam pemerintahannya.Amanah dan profesionalisme akan menumbuhkan etos kerja yang tinggi, akan menumbuhkan etikakerjayangkuat,akanmenyebabkanorangberlomba-lombadalammempersembahkan yang terbaik dan akan menyebabkan tumbuhnya taawun (saling tolong menolong dan saling bekerjasamadalamkebaikan),danakanmemunculkanrasasolidaritassosialyangtinggi antarasesamaanggotamasyarakat.Kalausudahdemikian,makaakanlahirlahmasyarakat yang adil, masyarakat yang makmur, dan masyarakat yang sejahtera di bawah naungan ridha Ilahi. SikaphidupsepertiinilahyangsangatdibutuhkandiNegarakitaini,terutamaolehpara pemimpinnya.Mungkintidaklahberlebihankalaudikatakanbahwasebenarnyamasyarakat Indonesiapantasmendapatkankesejahteraandalamhidupnya,tapidikarenakanNegaraini salah urus maka yang terjadi dalam kenyataan adalah masih banyak masyarakat di Indonesia ini yang mengalami kesusahan hidup.BanyakfaktoryangseharusnyamasyarakatIndonesiainibisamenjadisejahtera,sebab sumberdayaalamyangadadibumipertiwiinisangatluarbiasa,demikianpuladengan sumberdayamanusianyasangatbanyaksekali.Andaipunsumberdayamanusianyabanyak yangbelummampuuntukdihandalkanmengelolasumberdayaalamnya,tentudalamhalini bisa dalakukan pembinaan secara serius. Kunci dari itu semua adalah, dibutuhkan pemimpin yangbenar-benarmemilikisikaparif,amanah,danmampubekerjasecarapropesional.Dan sumbernyaadalahnilai-nilaikeimanandanketaqwaanyangterhunjamdirelunghatiyang paling dalam. Apabilasikap-sikapsepertiyangtelahdikemukakandiatasmampuditerapkanoleh masyarakat terutama para pemimpinnya maka insya Allah kita akan mendapatkan keberkahan dankeridhaandariAllahSWT.Sehinggahujanyangturunakanmembawaberkah,tanah yang di olah oleh petani akan mendatangkan nikmat. SemogakitabangsaIndonesiabisamerubahsikaphidupdariyangtidakbaikmenjadiyang lebih baik. Semenjak Koran Nasinal Republika terbit tahun sembilan puluhan dan sampai sekarang penulis gemar membacanya baik melalui langganan sendiri pada awalnya maupun dengan membaca di perpustakaan madrasah, sebab mudahnya informasi sekarang ini sehingga koran Republika mudah diakses melalui alamat republika.co.id. Kliping-kliping lama penulis dari koran republika tertumpuk di berbagai tempat dan terkadang malah berubah warna dan rusak bahkan riskan hilang. Kali ini penulis mencoba memasukkan beberapa tulisan yang bermanfaat dalam melaksanakan tugas-tugas penulis sebagai guru atau untuk bahan ceramah dan khutbah di masjid. Tema dan judulnya memang beragam diantaranya adalah : Wanita Menjadi Saksi, Utamakan Kelembutan, Muadz Sang Mujtahid, Keteladanan yang tak Lekang.Keteladanan yang tak Lekang Jumat, 02 Maret 2012 09:09 WIB Oleh: Dr Ulil Amri Syafri Keteladanan Nabi Muhammad saw tak lekang dimakan waktu. Sikap, sabda dan sifat beliau menjadi nasehat dan pelajaran hidup sepanjang masa. Pada bulan Rabiul Awwal di tahun wafatnya beliau, Rasulullah saw berkeinginan mengirim seorang sahabatnya ke negeri Yaman untuk menyampaikan ajaran Islam.Setelah melalui proses renungan, pilihan beliau pun jatuh kepada sahabat Muadz bin Jabal RA. Imam Malik dalam riwayatnya, mengisahkan ketika itu Rasulullah mengantarkan kepergian Muadz sampai ke ujung Kota Madinah.Dalam perjalanan menjelang gerbang kota, Muadz berkata, Wahai Rasulullah, apa nasihat yang Mulia padaku?Rasulullah menjawab, Bertakwalah kamu kepada Allah SWT dalam kondisi apa pun!Muadz bertanya kembali, Apalagi ya Rasulullah? Rasulullah menjawab, Ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya! Muadz kembali bertanya, Apalagi, ya Rasulullah?Sambil menuntun kuda yang ditunggangi Muadz hingga gerbang Kota Madinah Rasulullah saw menjawab, Bergaullah kamu dengan manusia dengan akhlak yang baik! Keteladanan Rasulullah pada kisah di atas tergambar pada cara beliau menentukan ulama, guru, dan pemandu umat yang paham terhadap agama Islam. Karena pada saat itu disebutkan oleh para ulama, Muadz adalah sahabat Rasulullah saw yang paling memahami hukum syariah, alam al-ummah f al-hall wa al-harm. Kisah Muadz ra ini seakan memperlihatkan pada kita bahwa Rasulullah ingin Islam ini kelak diajarkan oleh mereka yang paham Islam. Imam Nawawi juga memberi analisisnya pada kisah Muadz tersebut, bahwa nasehat Rasulullah saw adalah pesan yang universal. Sahabat Muadz ra yang seorang alim lagi saleh saja masih minta dinasehati, lalu bagaimana dengan kita? Selain itu, Rasulullah saw juga tidak merasa rendah meskipun sebagai Rasul dan pemimpin umat, beliau menuntun kuda Muadz hingga ia merasa malu dan tersanjung dengan sikap beliau tersebut.Kini banyak pemandu umat yang tidak paham Islam dan tak pula berpikir secara Islami. Dan aturan yang ada terkadang sudah membuat pemimpin dan yang dipimpin saling berjauhan, tak jarang melahirkan curiga berlebihan, bahkan hingga saling tidak percaya.Kisah Muadz di atas juga memberi bimbingan pada kita bahwa seorang alim sekalipun tetap membutukan nasehat. Kini sosok Rasulullah saw yang bisa kita mintai nasehat telah tiada, namun pesan beliau pada umatnya adalah untuk selalu menjadikan Alquran dan hadits sebagai nasehat abadi bagi yang hidup. Maka, taat pada Alquran dan hadits tanpa menambah-nambah ajaran beliau adalah bentuk usaha kita dalam menauladani Nabi Muhammad SAW. Wallhu alam b al-shawwb Muadz Sang Mujtahid Jumat, 02 Maret 2012 04:00 WIB REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Dr Yunahar Ilyas Muadz adalah remaja asal Yatsrib yang cerdas, pandai bicara, dan berkemauan keras. Dia berkenalan dengan Islam melalui Mushab bin Umair, dai muda dari Makkah. Muadz ikut rombongan 72 orang delegasi dari Yatsrib berbaiat kepada Nabi di Aqabah. Mereka bersumpah setia dengan Nabi, dan siap berjuang membela Nabi jika beliau nanti sudah hijrah ke Yatsrib. Sekembalinya dari Makkah, Muadz bersama dengan beberapa orang remaja sebayanya membentuk suatu kelompok untuk menghancurkan berhala dan membuangnya dari rumah kaum musyrikin Yatsrib. Salah satu korban aksi Muadz dan teman-temannya adalah Amr bin Jamuh, pemimpin Bani Salamah. Orang tua ini mempunyai sebuah berhala dari kayu yang bagus dan mahal harganya. Patung itu diberinya pakaian sutra halus dan diberi wewangian setiap pagi. Dia merawat patung itu dengan penuh hormat.Pada suatu malam yang gelap gulita, remaja kelompok Muadz mencuri patung tersebut dan membuangnya ke tempat kotoran di belakang rumah Amr. Pagi-pagi Amr mencari-cari patungnya dan kemudian menemukannya di tempat kotoran. Celakalah orang yang menganiaya tuhan kami, umpat Amr dengan marah. Patung itu diangkatnya dari kotoran, dimandikan, diberi wewangian, kemudian dikembalikan ke tempat semula.Peristiwa itu terjadi berkali-kali. Akhirnya, Amr menggantungkan pedang pada leher patung itu sambil berkata: Hai Manat, demi Allah, aku tidak tahu siapa yang menganiayamu. Jika engkau memang sanggup, maka lindungilah dirimu sendiri dengan pedang ini! Malamnya Muadz dan kawan-kawan kembali mengambil patung itu, mengikatnya jadi satu dengan bangkai anjing, lalu membuangnya kembali ke tempat kotoran. Setelah menemukannya, Amr pun tersadar. Seandainya engkau benar-benar tuhan, tentu engkau tidak sudi diikat bersama bangkai anjing di dalam comberan bergelimang kotoran seperti ini. Dari sini, ia pun kemudian memeluk Islam. Setelah Nabi hijrah ke Yatsrib dan kemudian mengganti nama kota itu menjadi Madinah, Muadz banyak mendampingi Nabi dan menimba ilmu dari beliau, terutama dari aspek syariah. Dengan cepat Muadz menjadi salah seorang sahabat yang paling pandai membaca Alquran dan memahami isinya. Muadz belajar dengan tekun pada Rasulullah SAW. Beliau menimba ilmu dari sumber yang mulia. Muadz menjadi murid yang baik dari guru yang paling baik.Tatkala delegasi raja-raja Yaman datang kepada Nabi menyatakan diri masuk Islam bersama rakyatnya, mereka meminta kepada Nabi untuk mengirim guru-guru mengajarkan agama kepada mereka. Nabi mengirim beberapa dai yang dipimpin oleh Muadz.Tatkala melepas Muadz, Nabi bertanya, Berdasarkan apa engkau menetapkan hukum hai Muadz? Muadz menjawab, Berdasarkan Kitab Allah. Jika tidak engkau temui dalam Kitab Allah? tanya Nabi lagi. Muadz menjawab, Dengan sunah Rasulullah. Jika tidak engkau temui juga dalam sunah Rasulullah? Muadz tanpa ragu menjawab, Aku berijtihad menggunakan akal pikiranku. Nabi Muhammad SAW senang dan memuji Allah atas jawaban Muadz tersebut. Dialog inilah yang kemudian menjadi dasar hukum ijtihad para ulama. Wanita Menjadi Saksi Rabu, 29 Pebruari 2012 15:06 WIB REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Prof DR H Fauzul Iman MA Di era reformasi ini, bangsa Indonesia boleh berbangga karena telah banyak wanita yang terlibat dalam tugas membangun bangsa. Di antara mereka ada yang menjadi menteri, pengusaha, hakim, politisi, pengamat, dai, dan polisi. Keterlibatan para wanita dalam suatu posisi ini, menurut ajaran agama, dipandang telah menduduki posisi sebagai saksi di tengah umat/syuhada ala an-nas (QS 22:78). Berdasarkan ayat ini, baik laki-laki maupun wanita, diperkenankan untuk menjadi saksi sebagai pemimpin dan penyeru yang benar dan adil guna memperbaiki kehidupan umat. Raghib al-Ashfihani dalam bukunya Mujam Mufradat Alfadz al-Quran menjelaskan pengertian saksi sebagai sosok yang hadir untuk menyaksikan sesuatu, baik dengan penglihatan maupun dengan pemikiran cermat (benar). Ini menunjukkan bahwa siapa saja yang menjadi saksi sebagai pemimpin, baik laki-laki maupun wanita, harus memiliki pandangan tajam, pemikiran cermat (cerdas), dan sikap yang jujur (adil). Sarat ini wajib dimilki oleh setiap saksi karena ia harus melihat, menginformasikan, dan merubah ketimpangan yang terjadi di lapangan dengan teliti, benar, dan jujur. Lalu, bagaimana dengan para wanita kita yang kini berada pada posisi penting? Sudahkah mereka menunjukkan kesaksian sikap dan pandangannya dengan baik di tengah masyarakat? Apakah kesaksian para wanita pada posisi strategis telah benar-benar menjadi saksi untuk melakukan perubahan terhadap ketimpangan yang terjadi di tengah masyarakat? Dari sisi kuantum kita bangga terhadap wanita kita yang berperan pada posisi strategis telah bertambah dibanding dengan era sebelumnya. Akan tetapi, dari sisi kualitas, akhir-akhir ini kita prihatin terhadap sebagian wanita yang tidak lagi berdaya menunjukkan posisi strategisnya sebgai saksi umat yang cermat, adil dan jujur. Para wanita yang diharapkan melakukan perubahan bangsa dari segala krisis yang melanda malah kini mereka menjadi bagian yang membuat krisis itu sendiri. Isu-isu yang tidak sedap kepada para wanita yang berposisi penting berupa keterlibatannya pada kriminalitas korupsi telah mencoreng citra wanita sebagai ibu pelembut kedamaian dan penjaga moral bangsa. Para wanita itu kini terseret ke sentrum perbincangan pejoratif yang ujung-ujungnya mereka tertuduh memasuki ranah hukum peradilan. Padahal, posisi penting yang diraihnya hasil perjuangan letih ketika mereka menuntut kuota wanita di lembaga perwakilan rakyat. Bahkan, tidak jarang perdebatannya menyangkut gender telah mengundang ketegangan yang meradang antara pemkir modern dengan pemikiri fanatic. Setelah posisi kuota itu kini setengahnya direbut ternyata dijungkirkan kembali secara sia-sia oleh segelintir wanita penting yang tidak lagi berdaya meneguhkan kesaksian moralnya dengan jujur dan adil di tengah bangsa. Inikah sebenarnya pertanda kelemahan wanita karena kodratnya yang cepat melimbung dalam kepanikan. Lalu, ia begitu saja menyerah dan terpelanting pada situasi terburuk sehingga harus berurusan dengan hukum demi mengejar kepuasan sesaat yang menyilaukan. Inikah model wanita yang telah mencederai sederet perjuangan panjang wanita Indonesia yang dengan darah dan keringatnya telah memperjuangkan bangsa dari ketertindasan. Para Wanita yang diharapkan menjadi penyejuk laki-laki (suami) dan anak-anaknya kini malah sebagian dari mereka berlomba dengan laki-laki melakukan kejahatan korupsi bersama. Naudzubillah. Wallahu alam Utamakan Kelembutan Selasa, 28 Pebruari 2012 04:00 WIB REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ali Trigiyatno Maraknya aksi kekerasan belakangan ini mengundang keprihatinan kita bersama. Hampir tiap hari kita disuguhi berbagai kabar tindak kekerasan, baik itu berbentuk penyerangan, pengeroyokan, tawuran, maupun tindakan anarkistis lainnya. Pelakunya pun cukup beragam dilihat dari usia dan jabatannya. Publik bertanya, ada apa dengan karakter masyarakat kita ini. Bukankah dulu kita berbangga karena dikenal bangsa lain sebagai bangsa yang santun, lembut, dan ramah? Lantas, ke mana semua sifat mulia itu sekarang ini? Alquran sebagai pedoman hidup kita mengajarkan bagaimana menghadapi persoalan. Maka, disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. [QS Ali Imran: 159]. Lewat ayat ini Allah mengingatkan kita agar mengedepankan sikap lemah lembut dan menjauhi kekasaran atau kekerasan seperti tecermin dari sikap yang dimiliki Rasulullah SAW. Kita juga diajarkan untuk suka memaafkan kesalahan orang lain sekaligus memintakan ampun atas dosa dan kesalahannya. Dan, jangan lupa untuk mengedepankan sikap musyawarah, diskusi, dan dialog dengan santun menghadapi berbagai persoalan, bukan demonstrasi anarkistis, teror, dan menebar ancaman. Selanjutnya, kita diminta bertawakal setelah membulatkan tekad karena Allah menyukai orang-orang yang bertawakal. Kita juga perlu meneladani bagaimana Nabi kita membalas perlakuan tidak menyenangkan dari orang lain. Dari Urwah bin Zubair bahwa Aisyah ra istri Nabi SAW berkata, Sekelompok orang Yahudi datang menemui Rasulullah, mereka lalu berkata, Assaamualaikum (semoga kecelakaan atasmu). Aisyah berkata, Saya memahaminya, maka saya menjawab, Waalaikum as saam wal laknat (semoga kecelakaan dan laknat tertimpa atas kalian). Aisyah berkata, Lalu Rasulullah SAW bersabda, Tenanglah wahai Aisyah, sesungguhnya Allah mencintai sikap lemah lembut pada setiap perkara. Saya berkata, Wahai Rasulullah! Apakah engkau tidak mendengar apa yang telah mereka katakan? Rasulullah SAW menjawab, Saya telah menjawab, Waalaikum (dan semoga atas kalian juga). [HR Imam Bukhari] Perhatikanlah, bagaimana Nabi kita walau didoakan dengan kejelekan dan istrinya Aisyah tidak terima perlakuan itu, beliau tetap menasihati istrinya agar tetap menjaga kelembutan hati, tidak terpancing emosi, serta menghindari kekasaran dan pembalasan yang berlebihan. Nabi kita juga mengajarkan bagaimana menghadapi kejahilan yang dilakukan seorang Badui yang mengencingi Masjid Nabi, seperti termaktub dalam sahih Bukhari, dari Anas bin Malik bahwa seorang Arab Badui kencing di masjid, lalu orang-orang mendatanginya, maka Rasulullah bersabda, Biarkanlah. Kemudian, beliau meminta diambilkan air, lalu beliau menyiramnya. Mari kedepankan sikap lemah lembut, ramah, santun, dan sabar dalam menyelesaikan setiap permasalahan, bukan dengan kekerasan dan pemaksaan.Dalam kemacetan dalam penantian atau menunggu yang lama sering penulis manfaatkan untuk membaca dan sering juga membuka blog penulis ini sehingga bahan dan tulisan yang bermanfaat akan menambah wawasan dan pemahaman bagi penulis dan juga bagi pembaca yang budiman. Wallahu alam NASKAH KHOTBAH JUM'ATMembangunPribadiMuslim Oleh:H. Ayat Dimyati

HadirinJamaah yang dimuliakan Allah SWT Tentu,padasaatyangsangatberbahagiasekarangini,kitasemuaberucapsyukur kehadiratNYa sambilmerenung,berintrospeksi/bermuhasabahdanberkontemplasi;mengukurdiri terhadap berbagaihalyangmenyangkutkewajibandantanggungjawabdirikitasebagaimuslim,terhadap keluarga,masyarakatdanlingkungankita.Sudahkahkitamenjalankantugassebagaimanatelah dijalankanolehorang-orangberiman,orang-orangmuslimterdahulu,salafal-shalih? Tidakada, ucapan doa yang paling sering dimohonkan kepada Allah SWT, kecuali agar kita semua memiliki ke sejajaran dengan mereka, sesuai dengan pernyataan dalam Q.S. al-Fatihah : 4^gu-- EO4O_^-474-O^- ^g EO4O 4g~-.-=e;Eu^ )_^OU4N )OOENO_^E^- )_^OU4 44-g._- ^_ Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Kitasemuaberucapdoaitupadaseharisemalam,sebanyak17X,belumyangsunnatnya;Apa maknanya itu bagi kehidupan kita semua ? tiada lain adalah permohonan agarkita bisa menteladani merekayangtelahdiberinikmatolehAllahSWT,yaitukarakteristik paraNabiAllah,para shiddieqin, para syuhada dan para shalihin. Seolah-olah kita semua memohon dengan sangat kepada Allah SWT: Ya Allah berilah kami ini, kami yang lemah ini, kami yang terbatas ini, kami yang tidak berdayaini, karakteristiksebagaimanakarakteristikmerekayangEngkautelahberinikmat.Karaktermerekaituyangmenjadiidentitasdirikitasemua,identitaskepribadianseorangmuslim dan jamaah muslimin. Hanya dengan karakter sekualitas mereka itu yang akan membawa perubahan, mengangkat derajat umat dari berbagai keterpurukan dalam berbagai bidang kehidupan ini, berubah berkehidupan sejahtra, damai, cerdas dan unggul berkemajuan. Tentu, doa itu tidak sebatas terhenti padaucapanbelaka,tetapiperludidukungolehsikapkeimananyangkuat,ketulusanyangmurni,ikhtiar yang maksimal, serta didukung oleh pengetahuan yang cukup. Sebaliknya, doa itu tidak akan didengarAllahSWT,jikakeimanankitasemualemah,ketulusanbercampurdenganriya, pengetahuanpaspasan,ikhtiartidakoptimaldanmalas.Bahkan,akanlebihburuklagijikaperan hawanafslebihdominanketikadalammerencana,memandu,sertamengevaluasikehidupanini. AllahSWTmengingatkankepadaNabikita,jugakepadakepadadirikitasemua,untuksenantiasa bisa mengendalikan dominasi kekuatan hawa nafs tersebut. Jika hawa nafs kita yang dominan, maka kebenarantidakakandatangdanAllahSWTakanmeninggalkankita.Halini,dinyatakan Q.Sal- Rad: 37;ElgEOE4 +OE4^4O^ 'NO1)O4N _ '4 =eu4lE>--47.-4Ou- 4`Eu4 E47.~E} =}g`Ug^- 4` El =}g` *.- }g`]Oj4 4 +-4 ^@_ Dan demikian, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab;danseandainyakamumengikutihawanafsumerekasetelahdatangpengetahuankepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.

Hadirin Jamaah Rahimakumullah. Berbagai bencanayang terjadi di negeri ini, sangat berhubungan dengankebobrokanakhlak bangsa ini.Sepertinya,ibadatyangmasing-masingindividukitalakukan,majlisdzikiryangsemarak, ditambah lagi dengan pelatihan-pelatihan spiritual, kurang memberikan pengaruh pada penyelesaian terhadapberbagaimasalahkeumatan;bahkan,terhadapkualitaspribadipunsemakinmenurun, bagaimana seorang ibu berani membunuh anak kadungnya yang belum dewasa, karena permasalahan kurangeknomi;suamikuranglagipercayapadaistrinya,danistrikurangpercayajugakepada suaminya;bahkan, diberitakan sebelum Ramadhan datang, bahwaseorang suami memaksa istrinya menjadiPSK,gara-garapunyautangbiayapilkadayangtidakmenang;pemimpinkurangpercaya kepada rakyatnya, juga sebaliknya rakyat kurang percaya kepada para pimpinannya; bahkan, pada 2 xKongresTknasional(KongresumatIslamdanUmatberagamadiJakartaduabulanyanglalu) direkomendasikanbahwaUmatIslamkhususnya,danumatberagamaumumnya,belummemiliki pemimpinyangbisadiharapkanmemayungimereka.Halini,didukungolehrealitas bahwa pengelolaanNegaratidakdikendalikanolehnilai-nilaiagamayangdianutbangsaini.Akibatnya, fornografi-pornoaksiyangjelasmenyimpangdariajaranagamamanapun,korupsi,sertakejahatan lainnya, masih bercokoldi negeriyang berpenduduk umat beragama ini. Bahkan,akan lebih buruk lagijikaorangawamyangbanyak,tidaklagipercayapadaparaahliilmu,ataujikanasihat-nasihat para ulama yang tulus, sudah diabaikannya. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka berbagai masalah tersebut, akan semakin sulit ditemukan jalan keluarnya.Artinya,bahwakitasemuasebagaianakbangsa,sampaisaatini,belummenemukan kekutan ekternal untuk dapat menyelesaikan berbagai masalah itu.Apa benar demikian ? bukankah kitamasihmemilikiAlquranyangdiyakinisebagaipetunjukbagikehidupanumatmanusia?bukankah pula kita semua memiliki dan membaca catatan mereka para pahlawanyang telah berjasa besar membebaskan negeri ini dari penjajahan ? bukankah juga SDA dan SDM Indonesia ini masih menyimpanharapanuntuk bangkitlebihsejahtra?dll.Jangan-jangan,kitamengakuberagama, tetapi tidak bertindak sesuai dengan kehendak agama; atau aturan agama direkayasa oleh kita sendiri, sekehendakhawanafs? Cobalah,perhatikan kembalipesanAllahSWT,dansiapadiantarakita yangtelahmenjalankanpesan-pesanini;mudah-mudahankitabisamelaksanakannya,baiksebagai pribadi,dansebagaianakbangsa,bisadengancepatmenyelesaikanpersoalanyangdihadapikita bersama ini. AllahSWT memberikan enamlangkahmodalspiritualbagiparahambanya,agarmerekabisa menemukan jalan keluar, sbb.: 1) Introspeksi / muhasabah atas segala perkataan dan perbuatan yang telahdilakukan.Apakahadaperkataanyangdiucapkan/perbuatanyangdilakukan yangtidak didasarkan pada ilmu, keyakinan dan ketulusanyang berakibat pada ketidakharmonisan hubungan di antara kita ? Jika ada, maka ber-istighfar-lah kepada Allah SWT dan bersegeralah diadakan berbagai perbaikan; janganlah mengulangi kesalahan dua kali;Allah berfirman dalam Q.S. al-Nahl : 119; O Ep) C4O -g~--g W-OUg4N47EOOO- l-E_O_ W-O+>}g` gu4 ElgO W-EOU;4 Ep)El4O }g` E-gu4 EOO4 N7gOO^_Kemudian,sesungguhnyaTuhanmu(mengampuni)bagiorang-orangyangmengerjakankesalahan karenakebodohannya,kemudianmerekabertaubatsesudahitudanmemperbaiki(dirinya). Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Padakesempataninilah,saatnyamenciptakansuasanamengoreksiberbagaikesalahanmasing-masingdirikita,kesalahandalamberibadatkepadaAllah,karenakelalaiandankemalasan;dan kesalahan dalam membangun kebersamaan dalam kehidupan nyata, karena sikap ananiyah / keakuan diri dan thamak, untuk segera dilakukan perbaikan. 2) Merapat dengan aktivitas keumatan, terutama yangberwujudnyatapembelaanterhadapkaumdhuafa.Bagaimanamasing-masingdirikita berperandihadapanumatsebagai:Imaman,qudwatan,muallimanlihushulijamial-khair( inonavator,anutankebaikan,pengajardihadapanumatagarmerekaberpengetahuandantrampil dalamberbagaikebaikan.3)MendawamkanketaatankepadaAllah disertaihatikhusyu.4) Bermotivasi/niatkuat,untuksenantiasaberadapadajalanagamayangbenar,menjauhiberbagai kebathilan.5)Menjauhikeyakinandanperbuatanyangmenyebabkandiridanoranglainsyirk.6) MemeliharasikapbersyukuratassegalanikmatyangdiberikanAllahSWT. Keenamlangkah tersebut, merupakan pintu-pintu yang perlu dilewati dan berjalan tiada henti selama hayat dikandung badan, menuju posisi yang dipilih Allah SWT; dan keenam langkah itu pula yang akan membimbing kehidupan ini berada dalam jalan yang lurus, menuju pribadi muslim paripurna,yang berujung pada perolehan kehidupan terbaik di dunia dan saleh di akhirat ( Q.S. al-Nahl : 119-123).

Jamaah Rahimakumullah. Kepribadianyangkitasemuainginkanitu,adalahkepribadianyangdatangkarenailmuyang teramalkan, pigur keteladananyang diikuti, cita-cita dan keyakinan yang diperjuangkan secara nyata dalamkehidupan.Jikakitabertanya,apakahmerekayangberkepribadianteladanitudipilihAllah SWT ? jawabannya,ya !karena merekatelah mematenkan diri pribadinyadengan keenam langkah diatas.Karenaitupula,AllahSWTmemilihmereka.Demikianjugakitasemuayangberadadi tempatini,untukmemulaibagiyangbelum;untuksemakinmeneguhkan bagiyangsudah;dan untuklebihmeningkatkanbagiyangsedangdalamperjalanan,agarAllahSWTjuga menyempurnakanjanji-Nyakepadakitasekalian,memilihkita,menujujalankebenaranyangjelas danlurus,diperolehnyapahalakebaikandiduniadandiakhirat. Pilihan anugrahitu,tidakdatang kepadakitasecaratiba-tiba,tanpaberikhtiarterlebihdahulusecaraoptimal. Bagaimanapola muhasabah / introspeksidan amaliah yang kita lakukan, agar kita semua memiliki kapasitas anamta alaihim(merekayangdipilihAllahSWT).Bagianini,yangdimaksudkanHidayahuntukkontek sekarang, masanya ilmu pengetahuan dan teknologi.Adatigapeganganetikabesarsebagailandasansetiapperkataandanperbuatanyangkitasemua tampilkanselamamenjalanikehidupanini,tidakdilihatberatatauringannyaperbuatan,ataukeras ataulunaknyaperkataan.Landasanetikabesaritu,meliputi:1)Ketuhanan,yaitutauhidullah;2) Kemanusiaan,yaitupersamaandanpersatuan;dan3)berperadabanyangdilandasiolehduaetika sebelumnya.Ketigafondasietikatersebutperludigerakkanolehduahal: Hidayahdanilmu. Hidayahdimaksudkanuntuksolutifdariberbagaipermasalah;sedangkanilmuuntukmemajukan peradaban. Jika ketiga etika besar itu, hanya digerakkan olehilmu saja, tanpa Hidayah,yang terjadi adalah kemajuan yang diancam malapetaka dalam kehidupan; seperti yang terjadi sekarang ini. Atas namaKetuhananidentikdenganterorisme;atasnamakemanusiaanidentikdenganegoismdan thamak; dan atas nama peradaban identik dengan tampilan sikap a moral / tidak akhlak. Karena itu, hidayahperlubersamaandenganilmudalammemandukehidupanini.Insyaallah,kitasemua memiliki pengalaman spiritual dari berpuasa satu bulan penuh, disetai berbagai ibadat lainnya.Perlu khatibjelaskan,apayangdimaksudhidayahdanilmudisini ?Hidayahdimaksudkanadalah kekuatan/energy utukmerekatkanberbagaiperbedaanmenjadisatuikatankuat;danilmu pengetahuansebagaisaranauntukhidupberkemajuan.Disampingitujuga,hidayahuntuk menemukan esensi dari kehidupan ini, terutama bagi kita, umat Islam; yaitu suatukondisi yang tidak bisa diperoleh melalui ilmu pengetahuan.Hadits Nabi SAW riwayat Mutttafaq alaih dari Abi Musa al- Asyariy, menggambarkanhubungan diantaraHidayahdanIlmuitu. Keduanya,merupakanalatkenabian(nubuwwah)dalam menyelesaikan berbagaipersoalanyang dihadapiNabi SAW sebagai bagian dari missi dakwahnya.Ujung dari dua kelengkapan itu, umatterantarkan menuju kehidupan yang utama dan mulya, sesuai denganasalpenciptaannya(karmahal-insandanahsanal-taqwim).Namun,padaperjalan berikutnya,sikapmanusiadiumpamakansebagaimanasebidangtanahyangterhujani,terbagipada tigakelompok:Pertama,tanahsuburyangterhujaniakanmenumbuhkanberbagai/pepohonan, tanamandanrerumputandenganbaik.Bagianinimitsalseorangpenerimakebenarandan bertanggung jawab atasnya, dipahami dan diamalkan oleh dirinya, lalu diajarkan kepada sesamanya, makaiatermasukorangyangmemperolehhidayah.Kedua,tanahtandusyangterhujani;iahanya sebagaitempatpenampunganair,sepertisebuahsumur;airdidalamnyadapatdimanfaatkanoleh yang lainnya, manusia atau hewan tanpa ia sendiri memanfaatkannya. Bagian ini, merupakan mitsal seseorang yang mengetahui kebenaran tidak dilaksanakannya. Ketiga, tanah keras bagaikan batu licin yang tidak bisa menyerap dan menyimpan sama sekali air hujan yang datang kepadanya. Bagian ini, merupakan mitsalseseorangyangmenolakkebenaran. Kelompoktanahkeduadanketigaitu, adalah mitsal mereka yang jauh dari hidayah, sebagaimana diungkap di akhir hadits.

Jamaah raahimakumullah . Hadits tersebut, menyimpulkan bahwa Nabi SAW, dalam membangun kehidupan itu, berasaskan alur kerja:dariHidayahkeIlmu;sedangkanselainNabiSAW,berazaskansebaliknya:dariIlmuke Hidayah.Namun,keriteriapencapaianhidayahdimaksud, harusmemenuhienamlangkah sebagaimanadisebutkandiatas.Perlukhatibulangkembali,bahwapenyelesaianmasalahmelalui ilmupengetahuansepihak,baikindividu,maupun kolektif,sepertikehidupanberbangsadan bernegara, selamanya tidak akan tercapai. Hal ini karena, ilmu pengetahuan tidak memiliki kapasitas secaratotaluntukitu,atauwilayahtersebutbukankompetensiilmu.Apayangterjadisekarangini sangatironis,semestinyakemajuansaindanteknologiyangdidalamnyamenyangkutilmu kesyariahan, ilmuannya pun telah banyak, dapat menyelesaikan persoalan kehidupan. Namun, pada realitasnya tidak demikian; bahkan sebaliknya, kadang-kadang ilmu merupakan bagian dari masalah itusendiri.Karenaitu,bagaimanaagarilmuyangkitamilikiitu,sebatasapapunmenguasaannya, bisamengantarkanpadahidayahyangsolutifitu.Bagianini,yangtidakadasekolahnya,tidakada PT-nya;dantidakadagurunya;Gurudansekolahnya,hanyalahdirikitasendiri,melaluienam langkahyangdiajukandiatas.Bagaimanadirikitaberposisisebagaiguru,sekaligusjugasebagai murid.Demikianjuga,dimanatempatkitabersekolah,dirikitadanlingkungankitatempat bersekolah,padakitapulatempatpenyemaianberbagaikebaikan.Padaintinya,bahwaguruorang lain,ataubersekolahditempatlain;hanyaberposisisebagaiwahanasheringpengetahuandan pengalaman.Bagianinipulatidakdituntutbiayabanyaksecaramatrial,semuaorangdiberi kesempatan dengan leluasa, asal ada kemauan dan semangat.Jika kita tidak selektif dalam masalah ini,makaseseorangyangdipandanggurukebaikan,berujungpadagurukesesatan,banyakaliran sesatsekarangini;tempatsekolahyangbaikdanunggul,ternyatadiakhirberposisisebagaijagal kemanusiaan dan moral.Karenaitu,perhatikanpesanNabiSAWdalamdialogdenganparashahabatnya,yaitutentang martabat seseorang yang paling utama, sbb.: . : 2 : 212Dari Abdullah Ibn Amr berkata, Rasul SAW ditanya ( oleh para shahabatnya), manusia yang mana yanglebihutama?NabiSAWberkata:seorangmukminyangmakhmumal-qalb,jujurdalam berucap;laluNabiSAWditanyalagi,apaitumakhmumal-qalb?Nabiberkata:al-taqiyyu (ketaqwaan)danal-naqiyyu(sucidiri),tidakada dalamdirinya baghyi(pikirankeji),tidak bersikapberlebihan,tidakhasud;merekabertanyalagi,siapalagiyangdidekatnya?NabiSAW berkata :dia orang yangmengutamakan kehidupan akhirat daripada dunia. Para shahabat berkata : Kami mengetahuinya, orangini ada di lingkungan kami, yaitu Aba Rafi mawla Rasul SAW; siapa lagi orang yang mendekatinya ? Nabi SAW berkata : seorang mukmin yang berakhlak baik.MaknapernyataanNabiSAW,tentangmanusiautamaitu,tiadalainadalah merekayangsiap berkehidupandiduniaini, dengantidakmelupakankehidupanakhirat;merekahidupdengan berkeseimbanganmatrialnyadanspiritualnya,merekamemperolehjaminanhidupnyadariAllah SWT, karena ketaatannya dalam beribadat dan ikhtiar duniawinya yang seimbang.

Jamaah yang dimulyakan Allah SWT. Jika kita bertanya, dari mana titik berangkat kita untuk memulai kehidupan baik dan benar ini. Dari titik kehidupan manapun bisa dimulainya. Perhatikan firman Allah SWT Q.S. Al-Qalam : 1-4;( ( ) ( ) )( )Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis. Berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukanoranggila.Dansesungguhnyabagikamubenar-benarpahalayangbesaryangtidakputus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Paramufassirmemaknainun(simbultitikditengahdiatasgarismelingkar)dalamayatitu, beragam tafsir;yang paling dominan adalah pemaknaanyang dengan mengembalikan kepada Allah SWT apa maksudnya. Untuk makna ini sama dengan makna ungkapan lainnya seperti: alif lm mm, aliflmr,kf-h-y-ain-shd,dsb.DalampelajaranfisikapelajaranklsIISMAditerangkan, bahwatitik bermaknatitikawalberangkat,atautitikacu;dangarismelingkardisebutnyavector. Dijelaskan juga untuk vector ini,garis lurus ke samping, ke atas, dan garis yang membentuk sudut. Titikdangarisgarisitu,dikembangkanparaahliarsitektur,menjadikaidah-kaidahketika merancangsebuahbangunan.Karenaitu,bangunanmesjidmegah,perkantoran,hotel-hotel,pasar dan pertokoan, gedung kesenian, demikian juga tempat tinggal kita semua, adalah hasil pertemuan di antara titik dan garis yang dirumuskan ahli fisika dan para arsitek; kita menikmatinya karya mereka itu.Secaraspiritual,titikdangarisyangdimaksudayatitu,sesuaidenganfungsiAlquran,adalah titikdangariskehidupanyangberpijakpadatigaacuanetikabesardiatas.Dalamayatitu,Allah SWTbersumpah (demikalamdanapayangdituliskan),diungkapkansetelah( titik dan garis melingkar 1/2 ), apa maknanya ? Jika kita masing-masing mengambil titik kehidupan mulai dari keluar rumah dengan membaca: ,maka selama dalam perjalanan itu, tidak boleh ada bagian-bagianperkataandanperbuatanyangkeluardarigaris-garisakhlakkarimah;denganperkataanitu pula,mendorongagarsegalakemaksiatandilarangmendekatinya.Setiapkemaksiatanyang dilakukanseseorang,akanmerusakkeabadianpahalakebaikanyangdilakukanorangitu;yang berartijugaadabagian-bagianyangmerontokkanmartabatdankehormatankitasebagaimanusia mulya. Demikianjuga,akhirperjalanankita,berucap: sebagaiwujuducapan syukurbahwaperjalanannyaselamat,apalagidisertaiberbagaikesuksesandalamberbisnis,naik pangkatbagipegawai,lulusujianbagipelajar.Keselamatandankesuksesanyangdiperolehnyaitu, dipahaminyadenganbenar,diyakininyadenganteguhbahwaituanugrahdariAllahSWT.Namun, hal itu baru bisa dicapai, jika selama perjalannya dihias oleh rasa kasih sayang kepada siapapun yang dijumpainya,sertaketakutanterhadapancamandiakhiratkelak.Disampingjugasebagaiwujud komitmen totalitas ibadat dan taawun ala al- bir wa al-taqwa dalam kehidupan. Bagian inilah yang dimaksud dengan makna ungkapan : Ungkapanungkapankalimat iniyangpalingbanyak dibacaolehkitasemua,selakuseorang muslim, tinggalbagaimanaaplikasinyadalamkehidupanyanglebihluassebagaipertanggung jawaban kita di hadapan Allah SWTdan umat. Insya Allah, dengan hidup dan ikhtiar seperti itu, kita semua akan terhindar darikeracunan penyakit gila, sebagaimana diungkapQ.S. al-Qalam : 2 ;(engkau/Muhammad, tidakakankeracunanpenyakitgila,jikahidup engkaudibarenginikmatTuhanmu).Bagianinipulayanglebihmempertegas,firmanAllahSWT Q.S. al- Balad :+OE4uCEE-4 ^E;EL- ^ Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan[jalan kebajikan dan jalan kejahatan]. Penatapan pahala dan sanksi yang diberikan kepada seseorang, karena ia mengambil salah satu jalan kehidupan; baik atau buruk, iman atau kufur, taat atau durhaka, terselenggara melalui titik dan garis ini, atau pena yang tergoreskan melalui tulisan (taqdir) Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, titik dan garisituberwujuddalamSuratKeputusanpimpinandalammengangkatdanmenurunkanjabatan bawahannya. Mereka yang berakhlak baik, taatserta berprestasi, maka ia digolongkan pekerja yang selamatdaripenyakitgila;sebaliknya,merekayangberakhlakburuk,durhakadanlalai,maka mereka itu, ditetapkan terkena penyakit gila (majnun), sangat jauh dari pribadi muslim utama.

Jamaah rahimakumullah Demikian khutbah ini, semoga amal ibadat kita, termasuk muamalahnya, setiap saat dan dimanapun dibarengi rahmat dan nikmat Allah SWT sebagai wujud pribadi muslim utama.Marilah kita berdoa kepada Allah SW, dengan segala kepasrahan dan ketaatan kita semua kepada Nya. Rasa takut itu berakar pada keinginan laten untuk selalu hidup nyaman, dan rasa takut itu kemudian menjalar kepada bebagai wilayah aktifitas manusia. Lebih jauh lagi, rasa takut itu kemudian melahirkan anak-pinak, yaitu takut akan bayang-bayang ketakutan itu sendiri sehingga muncul ungkapan, musuh terbesar dan terdekat kita adalah rasa takut itu sendiri yang berakar kuat dalam diri. Esenseinya ialah sikap penolakan akan kematian karena kematian itu selalu diidentikkan dengan tragedi, sakit, ketidak berdayaan, kehilangan dan kebangkrutan hidup ~ Komaruddin Hidayat Satu lagi buku yang membahas tentang kematian. Kematian memang menjadi bahan pembicaraan penting dalam wacana filsafat, setua dengan wacana tentang masalah ketuhanan. Kadang membicarakan tentang kematian memang menakutkan, tetapi tetap saja misteri tentang kematian mau tak mau menarik minat manusia untuk ditembus. Memang menakutkan bagi sebagian orang, dan menarik untuk sebagian yang lain. Komaruddin Hidayat sendiri juga menulis dalam pengantarnya, membahas soal kematian bisa menimbulkan pemberontakan yang menyimpan kepedihan dalam setiap jiwa manusia (pengantar wacana, halaman xvi). Selain itu, bipolar dualisme pandangan antara sekulerisme dan spiritualisme memandang kematian kental mewarnai buku ini. Di sepanjang buku, pembaca akan menemukan penjelasan ditinjau dari dua paradigma dalam memandang kehidupan, dan kematian itu. Meskipun terkadang dengan nama yang berbeda-beda tetapi intinya tetap sama, ekstrem satu menolak metafisika dan yang lainnya mengamininya. Dan juga, selayaknya cendikiawan muslim, ia tidak menutup diri dari filsafat barat. Ada banyak kutipan yang diambilnya dari khazanah keilmuan barat. Contohnya saja cara pandang moralis Kantianisme ikut menjadi bahan perhatian dan ulasan. Komaruddin Hidayat memang tidak serta merta menolaknya, tapi juga tidak serta merta menerimanya, hanya mengambilnya sebagai salah satu dasar pemikiran moralistik tentang hidup dan mati. Dia bahkan mengutip pandangan itu sampai dua kali, pada bagian hidup sebagai tindakan bermakna dan pada keabadian jiwa. Sebagai pengantar buku ini, M Quraish Shihab diberi kepercayaan. Memang beliau kompeten dalam berbicara tentang kematian, beliau juga penulis buku Perjalanan Menuju Keabadian. Keluasan pemikirannya dengan Mas Komar tampak sebanding, Quraish Shihab gemar juga dalam memasukkan/membandingkan/mengkoreksi unsur-unsur filsafat kontemporer (filsafat barat) ke dalam tulisan-tulisannya, kalau pandangan Mas Komar ada unsur kantianismenya, maka beliau mengutip nietzche, Sarte dan Scopenhour. Bukti bahwa beliau tidak menutup diri dari pandangan luar. tentang kematian, tentang kehidupan. Begitulah, psikologi kematian tentu dapat juga dibaca sebagai psikologi kehidupan. Sesuai juga dengan pandangan Gede Prama, yang juga memberikan komentar di bagian depan buku ini, Kematian bukannya lawan kehidupan. Ia adalah mitra makna kehidupan. Hanya dengan menyelami kematian, manusia bisa hidup dengan indah sekaligus mati dengan indah.. Memang benar, psikologi kematian begitu dekat dengan psikologi kehidupan, dalam buku ini sendiri 3 bab pokok malah lebih banyak mengupas kehidupan, tentu saja ditinjau dari sudut pandang bahwa manusia tidak abadi, bab-bab itu adalah; Makna Kelahiran Manusia, Spiritualitas dan Kegelisahan Manusia, Pencarian Makna Sebelum Kematian Datang. Sedangkan bagian keempat mengupas lebih ke masalah pokok, Dari Kematian Menuju Kehidupan Abadi. Dan terakhir adalah epilog, Selamat Datang Kematian. Buku ini ditulis dengan bahasa sehari-hari, sepertinya memang dibuat agar mudah dimengerti oleh pembaca. Tampak begitu naratif, gaya penulisan bertutur dan santai, banyak kisah hidup dan kejadian-kejadian di sekitar kehidupan pengarang yang menjadi bagian materi buku ini, selain berbagai rujukan buku, yang mencapai 27 sumber pustaka. Secara keseluruhan tampak pandangan-pandangan penulis tentang hidup dan juga kematian sudah terasa matang. Beliau mengajak memandang kematian dengan ketenangan, tentu saja setelah menunaikan kewajiban dalam hidup sebaik-baiknya. Pengarang, Komaruddin Hidayat adalah pejabat Rektor UIN Syarif Hidayatullah sejak 2007 hingga sekarang. Ia dilahirkan di Pabelan Magelang, 18 Oktober 1953, Beliau memulai pendidikan agamanya di pondok pesantren Pabelan, lalu melanjutkan ke Fakultas Ushuluddin IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Setelah mendalami ilmu perbandingan agama di IAIN, beliau melanjutkan studinya ke Middle East University, Ankara, Turki, departermen filsafat. Prestasi dan jabatannya antara lain adalah Guru Besar Filsafat Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Direktur Program Pasca Sarjana UIN (1996-2000) dan dosen Pascasarjana UGM (2003). Judul : Psikologi Kematian, mengubah ketakutan menjadi optimisme Pengarang : Komaruddin Hidayat Penerbit : Hikmah (PT Mizan Publika) Cetakan : VII, November 2006 Buku : 20,5 cm, 171 hal.