Top Banner

of 23

Membangun Sikap Positif

Jun 02, 2018

Download

Documents

Arya Buy
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    1/23

    MAKALAH

    MEMBANGUN SIKAP POSITIF

    DALAM PELAJARAN OLAH RAGA

    Diterjemahkan oleh:

    Andi Sofiyan

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    2/23

    KATA PENGANTAR

    Segala puji kami panjatkan kepada Allah yang telah memberi kami

    kecerdasan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Besar harapan kami

    makalah ini dapat berguna untuk memperbaiki sistim pengajaran pendidikan

    jasmani yang ada di sekolah-sekolah. Tetapi ibarat kata pepatah: Tak ada gading

    yang tak retak. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran untuk perbaikan

    di masa yang akan datang.

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    3/23

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR................................................................................ii

    DAFTAR ISI...............................................................................................iii

    I. SIKAP POSITIF ADALAH HAL YANG HARUS DIUSAHAKAN..1

    II. TINDAKAN GURU...............................................................................2

    A. Penyediaan Alternatif................................................................2

    B. Tidak Membeda-bedakan Anak

    C. Perekaman Suara

    D. Daerah Aman

    E. Penggantian Kata Tidak dengan Belum

    III. AKTIFITAS YANG BERDAMPAK BURUK BAGI MENTAL SISWA

    A. Kapten Memilih Tim

    B. Permainan dengan Sistim Gugur

    C. Lari Estafet

    IV. PERLOMBAAN UNTUK ANAK-ANAK

    A. Pilihan Permainan

    B. Sistim Penilaian Alternatif

    C. Kegiatan yang Dirancang oleh Anak

    V. PENGUJIAN

    A. Menafsirkan Hasil Tes

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    4/23

    B. Menentukan Tujuan Sendiri

    VI. MEMAHAMI PERASAAN

    A. Buku Harian Siswa

    B. Lingkaran Diskusi

    VII. KESIMPULAN

    VIII. RINGKASAN

    IX. PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK PERENUNGAN

    DAFTAR PUSTAKA

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    5/23

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    6/23

    dari lingkungan ini dan tujuan Bapak adalah membantumu merasa nyaman karena

    kau telah bersedia ikut ambil bagian dalam kegiatan olah raga.

    II. TINDAKAN GURU

    Ada sejumlah cara yang guru telah kembangkan untuk membantu setiap

    anak, bukan hanya anak yang memiliki kemampuan tinggi saja dapat menikmati

    kegiatan olah raga. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi penyediaan alternatif,

    menganalisa hubungan yang telah dibina dengan anak, perekaman suara, yang

    pada intinya kesemuanya itu mengatakan pada anak: Melakukan kesalahan

    adalah hal yang biasa, tetapi harus berusaha untuk memperbaikinya dan

    membantu anak memahami bahwa keahlian motorik tidaklah dapat dipelajari

    secepat yang diinginkan.

    A. Penyediaan Alternatif

    Si Ujang yang malang (dedeuh karunya pisan;sunda). Gurunya tidak

    memberikan pilihan lain selain aktifitas memanjat tali sampai ke ujung, yang telah

    diwajibkan oleh gurunya bagi semua anak. Akhirnya dia menggigil panas dingin

    karena takut ketinggian dan juga malu di depan teman-temannya sehingga

    menjadi rendah diri, yang mana hal ini bisa jadi dapat membekas dalam jiwanya

    sampai dia dewasa. Guru yang peduli akan menyediakan bagi Ujang beberapa

    pilihan sehingga dia akan terhindar dari rasa malu karena diminta melakukan hal-

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    7/23

    hal yang mungkin dia tahu dia tidak dapat lakukan tetapi tetap dipaksakan.

    Ketika anak diminta untuk memainkan sebuah permainan seperti basket,

    bola voli, sepak bola dan lain-lain, perasaan tidak mampu akan merasuk cepat ke

    dalam jiwa mereka jika sekali saja seorang anak tidak dapat mendribel bola dalam

    permainan basket, atau mendapatkan bola dalam permainan sepak bola atau

    menservis bola dalam permainan bola voli. Mereka gagal di depan anak seluruh

    kelas.

    Guru yang peduli akan menciptakan lingkungan yang tidak memperagakan

    anak satu persatu di depan kelas untuk melakukan suatu hal sebab hal ini hanya

    akan memajukan beberapa orang yang memiliki kemampuan saja dan membuat

    malu anak yang kurang kemampuannya. Aktifitas dirancang dan diajarkan

    sedemikian rupa sehingga anak-anak dapat terhindar dari rasa malu ketika mereka

    tidak dapat melakukan sesuatu (misalnya, setiap anak memiliki masing-masing

    satu bola untuk di-dribel), jika keadaan tidak memungkinkan, misal karena jumlah

    bola sedikit sebab harga bola mahal, maka buatlah beberapa kelompok. Mengajar

    dengan membagi menjadi beberapa kelompok juga menghindarkan siswa dari

    perasaan tidak nyaman. Si Ujang misalnya, tidak seharusnya dipertontonkan di

    depan seisi kelas jika dia hanya mampu memanjat tali sampai ke tengah, dan

    bukan ke atas.

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    8/23

    B. Tidak Membeda-bedakan Anak

    Cara lain yang dapat guru lakukan untuk menghidarkan sikap negatif anak

    terhadap pelajaran olah raga adalah bersikap sama terhadap anak berkemampuan

    tinggi dan berkemampuan rata-rata atau rendah. Sebab murid dapat dengan mudah

    membaca sikap guru yang bersikap manis terhadap anak pandai dan bersikap

    masam terhadap anak kurang pandai. Anak yang kurang pandai anak merasa

    semakin bodoh jika guru memperlakukan mereka dengan masam. Guru tidak

    boleh lengah dengan cara mereka menghadapi anak sebab anak-anak selalu

    mengawasi. Ketika guru menghadapi ratusan anak seharinya atau bahkan ribuan,

    sulit untuk bersikap secara ideal sehingga kita hanya dapat berhadap jika suatu

    saat kita secara tidak sengaja berlaku tidak adil, hal itu tidak akan terlalu

    berpengaruh. Tetapi bayangkan jika kita membedakan sikap kepada anak, setiap

    saat, selama bertahun-tahun, hal ini jelas akan membuat anak merasa bodoh dan

    tidak mampu. Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat dijadikan lembar untuk

    menganalisa lebih dalam mengenai anak-anak yang kita didik.

    Saya merasa siap/tidak siap untuk menjalani pelajaran karena ...

    Saya terdorong/tidak terdorong untuk ikut serta dalam pelajaran karena ...

    Pelajaran yang saya ikut tersebut diselenggarakan dengan baik/perlu lebih

    diperbaiki lagi karena ...

    Terlalu banyak waktu/kurang waktu di dalam pelajaran yang dicurahkan untuk

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    9/23

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    10/23

    mental?

    Ketika Anda sudah mendengarkan rekaman, Anda mungkin akan

    memahami bagaimana Anda telah bersikap pada anak. Anda juga perlu meminta

    seseorang yang dapat dipercaya untuk mendengarkan rekaman itu dan

    memberikan komentar yang jujur. Tapi Anda juga harus hati-hati, jangan sampai

    Anda menjadi terbebani. Ingatlah bahwa semua kesulitan yang Anda hadapi

    terjadi karena pada dasarnya mengajar merupakan tugas yang sulit dan rumit.

    D. Daerah Aman

    Cara lain bagi guru untuk membantu anak merasa nyaman adalah

    meyakinkan anak bahwa proses pembelajaran terkadang dimulai dengan

    kesalahan dan dari kesalahan itulah kita belajar, jika anak tersebut melakukan

    kesalahan, terlebih lagi jika dia merasa malu dengan kesalahannya tersebut, akan

    tetapi kesalahan tersebut harus diperbaiki supaya tidak terulang lagi.

    Salah satu cara untuk melakukan hal ini adalah menyatakan kepada para

    murid untuk tidak mentertawakan atau mengejek suatu kesalahan yang dibuat oleh

    seorang anak. Hal ini memang agak sulit karena sifat anak memang lebih dominan

    ditentukan oleh lingkungan keluarganya. Anak yang berasal dari keluarga yang

    memberikan pengajaran yang baik di lingkungan rumah, cenderung untuk tidak

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    11/23

    mentertawakan atau mengejek, begitupun sebaliknya. Tetapi sebagai guru, Anda

    harus berusaha.

    E. Penggantian Kata Tidak dengan Belum

    Agness Stillman (1989) menggambarkan salah satu cara untuk membantu

    murid berfikir positif tentang pelajaran olah raga. Nama yang dia berikan sedikit

    lucu, Penggantian Kata Belum Dua Babak Milik Stillman (The Stillman Two-

    Part 'Yet' Intervention).

    Babak Pertama. Ketika seorang murid lupa dan berkata, Saya tidak bisa

    Stillman mengganti kata tidak menjadi belum. Dia menyimpulkan bahwa

    setelah 21 tahun mengajar, kalimat Saya tidak bisa tidak akan pernah hilang

    dari perbendaharaan kata siswa.

    Babak kedua. Dia membuat kesepatakan dengan murid. Dia meminta

    murid untuk mencoba 37 kali lagi dan jika masih belum bisa, bearti anak tersebut

    memang tidak bisa.

    Jelasnya jumlah 37 kali pengulangan dapat berubah-ubah. Tapi intinya

    adalah murid harus mencoba dan mencoba lagi. Tetapi jika murid sudah berusaha

    sungguh-sungguh dan tetap tidak bisa, itu artinya dia memang betul-betul tidak

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    12/23

    bisa.

    III. AKTIFITAS YANG BERDAMPAK BURUK BAGI MENTAL SISWA

    Sebagai tambahan bagi guru, aktifitas yang kita pilih untuk kita ajarkan

    dan cara kita mengelompokkan anak juga memiliki dampak bagi perasaan murid.

    Jelasnya kita dapat memilih aktitas yang sekiranya tidak mempermalukan siswa

    jika siswa itu gagal. Permainan yang mengharuskan adanya sistim gugur akan

    berdampak kurang baik bagi anak yang kurang kemampuannya. Mungkin kita

    dapat berkata bahwa wajar bagi yang pintar mendapat penghargaan lebih tetapi

    masalahnya kita berkewajiban untuk mendidik semua siswa tanpa terkecuali dan

    bukan hanya satu dua siswa yang unggul saja.

    A. Kapten Memilih Tim

    Bagian ini mungkin tidak penting saat ini, tapi setidaknya perlu sedikit

    dibahas. Setelah pembahasan di atas, kita menyadari bahwa memilih beberapa

    orang anak untuk menjadi kapten tim yang memilih teman-temannya secara

    langsung bukanlah hal yang baik. Sebab anak yang dipilih terakhir akan merasa

    bahwa dirinya kurang berharga sekalipun kenyataannya belum tentu begitu. Hal

    seperti ini sudah selayaknya dihapus dari dunia pendidikan.

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    13/23

    B. Permainan dengan Sistim Gugur

    Dalam permainan apapun yang menggunakan sistim gugur, anak yang

    paling tidak bisa tentulah anak yang pertama gugur. Sistem gugur ini merupakan

    praktek dari jaman jahiliah yang sudah seharusnya dihapus dari dunia pendidikan,

    bukan hanya dalam pelajaran olah raga saja.

    C. Lari Estafet

    Aktifitas ketiga yang membuat anak merasa rendah diri adalah lari estafet.

    Sayangnya anak yang kemampuan larinya kurang atau anak yang berat badannya

    berlebih dapat memperlambat kerja tim dan seringkali disalahkan sebagai

    penyebab kekalahan. Hal ini membuat anak-anak tersebut tidak menyukai

    pelajaran olah raga.

    Hal-hal yang telah disebutkan di atas, saat ini sudah tidak diperlukan lagi

    karena berdampak buruk terhadap perkembangan mental anak

    IV. PERLOMBAAN UNTUK ANAK-ANAK

    Jika seorang guru tidak berhati-hati, permainan yang sifatnya berlomba

    dapat merusak rasa percaya diri anak. Padahal dalam pelajaran olah raga banyak

    sekali aktititas yang sifatnya berlomba yang mana sulit untuk dihindari. Pada

    dasarnya perlombaan memiliki unsur tekanan terutama bagi anak yang

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    14/23

    kemampuannya kurang. Ada beberapa alternatif bagi guru untuk menghindarkan

    tekanan pada anak. Salah satunya adalah mengizinkan anak memilih permainan

    yang ingin dia mainkan.

    A. Pilihan Permainan

    Salah satu alternatif adalah memberi anak pilihan: Kita akan memainkan

    dua permainan. Dalam permainan ini tidak akan dimasukkan nilai, cuma untuk

    kesenangan saja. Walaupun beberapa orang memandang sulit untuk melakukan

    dua permainan sekaligus tetapi sekarang ini sudah mulai umum dijumpai dalam

    pelajaran olah raga beberapa permainan dimainkan sekaligus.

    B. Sistim Penilaian Alternatif

    Alternatif kedua adalah merubah sistem penilaian untuk mendorong jiwa

    kerjasama, dengan demikian menghindarkan sesama anak dari kritikan kasar

    yang mungkin muncul dalam permainan yang bersifat lomba. Misal, nilai dapat

    diberikan untuk sifat sportif misal komentar positif diucapkan kepada lawan,

    gerakan sportifitas seperti menolong lawan berdiri setelah jatuh, atau menawarkan

    sebuah trik untuk membantu lawan memperbaiki permainannya, dapat diberi nilai.

    Jelasnya sistem penilaian perlu dibangun bersama anak-anak sehingga mereka

    juga ikut merasa memiliki karena sudah turut terlibat dalam pembuatan sistim

    penilaian.

    Sistim penilaian alternatif mengandung pelajaran bagi anak-anak

    berkemampuan tinggi yang terlibat dalam permainan yang mana nilai sportifitas

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    15/23

    juga dicatat sehingga mereka benar-benar menjadi biasa, terutama ketika

    berhadapan dengan teman sekelas mereka yang kemampuannya rendah.

    Umumnya anak-anak berkemampuan tinggi ini sulit mengadopsi sistem penilaian

    alternatif pada awalnya, tetapi lama kelamaan akan terbiasa dan bahkan

    menikmati.

    C. Kegiatan yang Dirancang oleh Anak

    Meminta anak untuk merancang permainan mereka sendiri atau senam

    juga mendorong anak untuk menemukan kegiatan yang cocok untuk kemampuan

    mereka. Sekalipun permainan yang dibuat oleh anak berbeda dari yang diinginkan

    guru, ada kepuasan dan kesenangan dari menciptakan kegiatan baru. Hal ini

    dilakukan utamanya pada anak kurang kemampuan tapi bagus dalam menciptakan

    permainan yang menyenangkan.

    Tapi yang perlu diingat, guru tetap saja memutuskan kapan permainan

    yang dibuat anak tepat untuk diterapkan. Yang jelas anak perlu suasana yang

    mendukung sebelum mereka dapat menciptakan aktitas yang bagus.

    Walaupun tampaknya dibatasi tapi sesungguhnya anak tetap dapat

    melakan aktifitasnya dengan baik ketika guru membatasi. Misal:

    Ketika anak membuat permainan menendang bola dengan saling berhadapan,

    kita dapat memberikan bola dari busa supaya tidak ada yang terluka terkena

    bola betulan.

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    16/23

    V. PENGUJIAN

    Sebagai tambahan bagi permainan perlombaan, hal lain yang membuat

    anak merasa rendah diri adalah situasi ujian. Di ruang kelas, ujian relatif bersifat

    pribadi, hanya guru dan murid yang tahu kesalahan yang telah dibuat jika

    kesalahan itu dalam bidang matematika misalnya. Tetapi dalam pelajaran olah

    raga, hasilnya dapat diketahui oleh orang banyak. Semua anak menjadi tahu siapa

    yang lari paling lambat atau yang tidak bisa menangkap bola. Sebagai guru olah

    raga kita harus peka dan berhati-hati akan hal ini dan berusaha meminimasi hal

    yang sekiranya dapat berdampak buruk pada mental anak. Untunglah kita telah

    mengembangkan beberapa cara untuk menghindarkan anak dari situasi yang tidak

    nyaman termasuk membuat anak paham akan hasil tes dan menentukan tujuan

    masing-masing.

    A. Menafsirkan Hasil Tes

    Pada berbagai kesempatan, guru akan memberitahukan nilai kepada anak.

    Adalah penting untuk memperhatikan bagaimana cara ini dilakukan.

    Menempelkan nilai di tembok supaya semua orang dapat melihat bisa membuat

    seorang anak yang nilainya jelek ditertawakan yang menambah perasaan tidak

    mampu pada anak. Kita bisa saja meminta anak untuk tidak membicarakan nilai

    orang lain, tetapi tetap saja sulit karena anak cenderung membandingkan nilai.

    Membuat kriteria nilai juga merupakan hal yang kurang baik bagi anak

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    17/23

    yang berkemampuan kurang.

    Cara paling manusiawi dan peka untuk melaporkan nilai pada anak adalah

    memberi mereka kesempatan untuk membandingkan nilai mereka sekarang

    dengan nilai mereka yang lalu. Apakah anak mengalami perkembangan? Itulah

    kegunaan nilai yang sebenarnya. Perlu diketahui bahwa untuk membuat anak

    yang kurang kemampuan mau menyadari kekurangannya adalah lebih mudah dari

    menyadarkan anak yang berkemampuan tinggi yang biasanya egonya juga tinggi.

    B. Menentukan Tujuan Sendiri

    Cara lain yang dapat guru lakukan untuk membuat murid merasa nyaman

    adalah membantu murid menentukan tujuan mereka sendiri. Cara ini juga berlaku

    bagi anak yang lebih besar, yang mulai paham bahwa hasil yang baik memerlukan

    waktu dan latihan. Tidak peduli sebesar dan setua apapun anak didik itu, pada

    permulaan, mereka memerlukan pertolongan untuk menentukan tujuan yang

    realistis yang dapat diperoleh dalam waktu yang cukup singkat. Kenaikan jumlah

    angka berapa kali mereka dapat push up atau sit up adalah hal-hal yang dapat

    dicapai. Tetapi jika tidak hati-hati anak akan menentukan tujuan yang tidak dapat

    dicapai, bahkan dalam waktu satu tahun. Misalnya lari satu kilometer di bawah

    waktu 4 menit adalah hal yang sulit dicapai bahkan untuk anak berbadan fit

    sekalipun.

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    18/23

    Pada pelaksanaannya nanti, tujuan-tujuan tersebut akan menjadi sulit bagi

    siswa setelah mengetahui hal apa saja yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu.

    Walaupun anak menentukan sendiri tujuannya, perlu dijelaskan proses yang

    diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Guru juga wajib menjelaskan arti

    keberhasilan dan kegagalan dan juga memberi pengertian bahwa apa yang anak

    lakukan adalah demi kebaikan mereka sendiri, bukan untuk mencari muka di

    hadapan guru ataupun teman-teman.

    VI. MEMAHAMI PERASAAN

    Salah satu dari keuntungan bertambah umur ialah kita dapat memahami

    perasaan kita lebih baik. Tetapi anak-anak sulit memisahkan perasaan dengan

    harga diri. Saya hanya dapat push up sedikit dan tidak dapat memukul bola

    ketika main kasti, karenanya saya bukanlah orang yang pandai adalah cara anak-

    anak berfikir. Tetapi pada saat dewasa nanti, mereka akan tahu bahwa jago dalam

    bidang olah raga sama sekali tidak memiliki hubungan dengan harga diri. Kita

    dapat membantu anak memahami fakta-fakta tersebut dengan meminta mereka

    mencatat dalam buku harian siswa dan menyediakan suasana dan lingkungan yang

    kondusif untuk berdiskusi.

    A. Buku Harian Siswa

    Meminta anak untuk menulis tentang perasaan yang timbul dari mengikuti

    pelajaran olah raga adalah cara lain yang guru dapat lakukan untuk memahami

    perasaan anak dengan lebih baik. Guru dapat meminta anak menulis setelah

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    19/23

    pelajaran olah raga.

    Pertanyaan seperti Bagaimana rasanya bermain voli? seringkali dijawab

    lebih baik dalam sebuah paragraf daripada sekedar satu kata.. Buku harian

    tersebut membuat guru dapat memahami anak-anak dengan lebih mendalam.

    Wentzell (1989) menyarankan sejumlah cara untuk merangsang anak menulis

    tentang pelajaran olah raga. Banyak cara dapat diterapkan keapda anak-anak pada

    kelas empat sampai enam SD.

    Ketika kita mengajar lebih dari 400 anak, akan sangat tidak efisien jika

    membaca seluruh catatan yang dibuat murid. Karena itu bacalah beberapa saja

    yang sekiranya mewakili. Dengan begitu kita sebagai guru tidak terbebani.

    B. Lingkaran Diskusi

    Cara lain untuk lebih memahami perasaan anak-anak adalah lingkaran

    diskusi. Lakukanlah hal ini secara acak pada beberapa kelas karena akan sulit dan

    menjadikan beban bagi Anda jika Anda berdiskusi dengan semua anak.

    Tujuannya adalah mengetahui bagaimana sikap anak terhadap pelajaran olah raga.

    Anda dan para siswa duduk membentuk lingkaran dan berbincang-bincang

    tentang berbagai hal misalnya:

    Bagaimana rasanya masuk ke gedung olah raga

    Bagaimana perasaanmu tentang cara saya memintamu mencari partner atau

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    20/23

    membentuk kelompok

    Apakah Anda lelah selepas selesai pelajaran olah raga?

    Adakah kegiatan yang kau ingin saya untuk ajarkan?

    Kita sedang mempelajari memukul bola dengan raket. Sudahkah kau

    mempraktekkan kemampuan itu setelah pulang sekolah? Jika ya kenapa, jika

    tidak kenapa?

    Bagi para guru yang tidak pernah berdiskusi semacam itu, ada beberapa

    tehnik yang penting supaya diskusi dapat berfungsi, guru perlu merencanakan

    dengan hati-hati pertanyaan yang akan ditanyakan. Selain itu juga perlu

    diperhitungkan waktu untuk setiap pertanyaan.

    VII. KESIMPULAN

    Sebagian hal yang telah digambarkan dalam makalah ini tidak

    memerlukan dibentuknya kurikulum baru. Apa yang kita ajarkan tidak perlu

    dirubah, yang perlu dirubah hanya cara menyampaikannya saja.

    Pesan penting dari makalah ini adalah kita perlu peka kepada semua anak

    yang kita ajar sehingga mereka merasa nyaman dan terdukung. Ketika anak-anak

    menghadiri pelajaran olah raga, kita ingin supaya anak merasa aman dan

    bukannya dipermalukan dan menempatkan mereka ke dalam situasi yang tidak

    nyaman. Kita ingin pelajaran kita menjadi tempat istimewa di mana anak merasa

    nyaman menjalani pelajaran olah raga.

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    21/23

    Contoh seperti Si Ujang yang dibicarakan di awal makalah ini, dia turun

    dari tali dengan dibantu dan tentu saja merasa malu sedangkan gurunya masih saja

    membiarkan Si Ujang jadi tontonan seisi kelas. Dulu keadaannya memang masih

    begitu, tetapi sekarang sudah berubah. Kami berharap makalah ini dapat

    memberikan kontribusi bagi perubahan siswa semacam Si Ujang di masa depan

    supaya tidak dipermalukan lagi yang membuat siswa semacam Si Ujang tidak

    suka pelajaran olah raga dan merasa rendah diri.

    VIII. RINGKASAN

    Aktifitas fisik memiliki pengaruh pada kondisi mental anak. Karena itu

    wajib bagi guru olah raga untuk melakukan berbagai macam cara sebisa mungkin

    tanpa harus terbebani, untuk menjaga mental anak dan membantu anak bersikap

    positif. Guru yang membantu anak membangun sikap positif, tentu akan peduli

    dengan perasaan anak.

    IX. PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK PERENUNGAN

    1. Renungkan kembali pengalaman-pengalaman Anda selama mengajar olah

    raga. Ingat kembali hal-hal yang telah Anda lakukan yang membuat anak

    merasa malu. Mengapa para guru itu tidak peka terhadap anak-anak ini?

    2. Bayangkan cara mengajar Anda, apakah Anda cenderung membedakan

    antara anak pandai dan anak kurang pandai? Anak yang menyenangkan

    atau tidak menyenangkan, Laki-laki atau perempuan?

    http://www.priangannews.com

  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    22/23

    3. Sebagai guru olah raga kita cenderung memiliki banyak teman yang

    berkemampuan tinggi dalam bidang olah raga, coba pikirkan tentang

    teman atau kenalan Anda yang kurang pandai dalam bidang olah raga.

    Tahukah Anda kenapa mereka tidak bisa atau sulit untuk berlatih atau

    tidak suka olah raga? Dapatkah pengalaman mereka digali kembali?

    4. Saat menguji pada pelajaran olah raga, sulit untuk menguji murid sendiri-

    sendiri. Gambarkan beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk

    membuat ujian senyaman mungkin bagi murid. Jika memungkinkan anak

    dapat menguji satu sama lain, kenapa tidak dilakukan?

    5. Anak-anak dan orang dewasa tidak memiliki pemahaman yang sama. Ingat

    kembali beberapa contoh perbedaannya dan jelaskan pengertiannya dalam

    pengajaran pendidikan jasmani.

    http://www.priangannews.com

    http://www.priangannews.com/http://www.priangannews.com/
  • 8/10/2019 Membangun Sikap Positif

    23/23

    DAFTAR PUSTAKA

    Flugelman, A. (Ed.) (1976). The new games book. Garden City, NY: Doubleday.

    Franck, M., Graham, G., Lawson, H., Loughery, (1991). Physical education

    outcomes: A project of the National Association for Sport and

    Physical Education. Reston, VA: National Association for Sport and

    Physical Education.

    Martens, R. (Ed.) (1978).Joy and sadness in children's sports. Champaign, IL:

    Human Kinetics.

    Orlick, T. (1978a). Cooperative sports and games books. New York: Pantheon.

    Stillman, A. (1989). The yet intervention. Strategies, 2(4), 17, 28

    Turner. L.F., & Turner, S.L. (1984).Alternative sports and games for the new

    physical educator. Palo Alto, CA: Peek

    Tutko, T., & Bruns, W. (1976). Winning is everything: And other American

    myths. New York: Macmillan.

    Wentzell, S.R. (1989). Beyond the physical-expresive writing in physicaleducation.Journal of Physical Education, Recreation and Dance, 60(9), 18-20.

    http://www.priangannews.com