Top Banner
9 786024 653453
135

membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

Mar 13, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

9 7 8 6 0 2 4 6 5 3 4 5 3

Page 2: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Dr. Ir. Hj. R. Sabrina, M.Si. Prof. Dr. Ir. Bilter A. Sirait, M.S.

Agnes Imelda Manurung, STP, M.Si.

Untuk Mewujudkan Masyarakat yang Sehat, Aktif, Produktif, dan Berkesinambungan

“Let my food be my medicine and my medicine from my food”

2021

Page 3: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

USU Press

Art Design, Publishing & Printing Universitas Sumatera Utara, Jl. Pancasila, Padang Bulan,

Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara 20155

Telp. 0811-6263-737

usupress.usu.ac.id

© USU Press 2021

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang; dilarang memperbanyak

menyalin, merekam sebagian atau seluruh bagian buku ini dalam bahasa

atau bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.

ISBN 978-602-465-345-3

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Sabrina, R.

Membangun Ketahanan Pangan Indonesia dari Sumatera Utara/R.

Sabrina; Bilter A. Sirait; Agnes Imelda Manurung -- Medan: USU

Press 2021.

vi, 126 p.; ilus.: 25 cm

Bibliografi

ISBN: 978-602-465-345-3

Dicetak di Medan

Page 4: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA i

KATA PENGANTAR

Pembangunan ketahanan pangan sesuai amanah UU No. 18

tahun 2012 bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat,

aktif, produktif, serta berkelanjutan. Hal ini tentunya adalah

tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan stakeholders lainnya

sekaligus dalam rangka pencapaian tujuan SDGs, khususnya

terkait tujuan 2, yaitu menghilangkan kelaparan, mencapai

ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan

pertanian berkelanjutan. Saat ini Sumatera Utara sudah

menunjukkan kemampuan untuk menghadapi beberapa problem

dalam ketahanan pangan dan gizi, diantaranya problem SDA dan

kerentanan, problem kualitas dan keamanan pangan, problem

daya beli atau akses pangan, problem ketersediaan pangan,

menurunkan angka kemiskinan dan kelaparan dan eksplorasi

sumber pangan. Terlihat dari dokumen RPJMD bahwa

pembangunan ketahanan pangan juga mulai diarahkan kepada

implementasi teknologi sehingga diharapkan kaum milenial tertarik

untuk ikut serta dalam rangka pembangunan ketahanan pangan

khususnya di Sumatera Utara.

Buku Membangun Ketahanan Pangan Indonesia dari

Sumatera Utara, menonjolkan kekhasan Provinsi Sumatera Utara

baik dari sumber pangan lokal yang tersedia, kultur, khususnya

manggadong dan turunannya yang telah diwarisi orang Batak

sangat lama dan berlaku hingga sekarang, success story, serta

komitmen Sumatera Utara yang taat azas dalam kerangka

pembangunan ketahanan pangan Indonesia. Buku ini juga memuat

pengalaman empirik kami selama bergabung dalam Dewan

Ketahanan Pangan hingga tahun 2020 agar terdokumentasi

dengan baik, dan buku ini merupakan Edisi I.

Akhirnya kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif dari

para pembaca, dan kami mengucapkan terima kasih kepada

seluruh pihak yang telah membantu mulai dari persiapan hingga

buku ini dicetak.

Medan, Mei 2021

Penulis

Page 5: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

ii MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Page 6: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................... i

Kata Sambutan Gubernur Sumatera Utara .................................. ii

Daftar Isi ................................................................................ iii

Daftar Tabel............................................................................ iv

Daftar Gambar ........................................................................ vi

Bab I Pendahuluan ................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................ 1

1.2. Landasan Hukum ......................................................... 6

1.3. Pengertian .................................................................. 7

Bab II Revitalisasi Semangat Agropolitan dan Agromarinpolitan

perlu untuk Mewujudkan Masyarakat yang Sehat, Aktif

dan Produktif ................................................................. 9

Bab III Keunikan Kondisi Sumatera Utara untuk Mendukung

Pembangunan Ketahanan Pangan ................................. 42

3.1. Kondisi Demografi ..................................................... 44

3.2. Persentase Penduduk Miskin....................................... 47

3.3. Aspek Ketahanan Pangan ........................................... 48

Bab IV Pembangunan Ketahanan Pangan di Sumatera Utara

Taat Azas .................................................................... 85

Bab V Manggadong sebagai Kearifan Lokal Sumatera Utara ..... 109

Bab VI Antisipasi Futuristik Ketahanan Pangan Sumatera Utara 115

Penutup............................................................................... 124

Daftar Pustaka ..................................................................... 126

Page 7: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

iv MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penilaian Untuk Menentukan Komoditas

Unggulan di on farm .............................................. 14

Tabel 2. Jenis dan Penyebaran Beberapa Komoditas

Agribisnis Pangan yang Merupakan Unggulan di

Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan

Sumatera Utara ....................................................... 16

Tabel 3. Kawasan Sentra Produksi Agribisnis Sayuran .............. 17

Tabel 4. Kawasan Sentra Produksi Agribisnis Buah ................... 18

Tabel 5. Kawasan Sentra Produksi Ternak dan Ikan

Unggulan ................................................................ 19

Tabel 6. Kekuatan, Kelemahan, Ancaman, dan Peluang

Agribisnis Berbasis Tanaman Pangan dan

Hortikultura ............................................................. 20

Tabel 7. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman

Tanaman Perkebunan sebagai Sumber Pangan ........... 22

Tabel 8. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman

Agribisnis Pangan dari Peternakan ............................. 24

Tabel 9. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman

Agribisnis Pangan Asal Perikanan ............................... 26

Tabel 10. Potensi Sumber Daya Pesisir, Lautan, dan Pulau-

Pulau Kecil di Sumatera Utara ................................... 27

Tabel 11. Matriks Kendala dan Upaya Yang Dibutuhkan

Dalam Memperkuat Program Pengembangan

Agribisnis Pangan di Kawasan Agropolitan dan

Agromarinpolitan ..................................................... 31

Tabel 12. Perimbangan Produksi Pangan Pokok dengan

Index Kebutuhan di Sumatera Utara .......................... 41

Tabel 13. Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera

Utara ...................................................................... 43

Tabel 14. Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga Dan

Rata-Rata Jumlah Anggota Rumah Tangga menurut

Kabupaten/Kota ....................................................... 46

Tabel 15. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase

Penduduk Miskin Provinsi Sumatera Utara ................... 48

Page 8: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA v

Tabel 16. Perkembangan luas panen, produktivitas dan

produksi padi, palawija Tahun 2011 sd 2019 di

PSU ........................................................................ 49

Tabel 17. Perkembangan produksi pangan pokok di

Sumatera Utara Tahun 2011 – 2019 .......................... 50

Tabel 18. Indikator Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi ......... 51

Tabel 19. Sinergitas OPD untuk Memberhasilkan Rumah

Pangan Lestari (RPL) dan Dukungan yang

Diperlukan .............................................................. 75

Tabel 20. Kawasan Peruntukan Pertanian lahan basah,

Potensial sawah dan Lahankering di setiap

Kab/Kota Provinsi Sumatera Utara ............................ 77

Tabel 21. Kawasan Peruntukan Perkebunan di Kab/Kota

Provinsi Sumatera Utara ........................................... 79

Tabel 22. Komposisi Kimia Kentang Tiap 100 gram ................. 110

Tabel 23. Susunan Pola Pangan Harapan Nasional .................. 114

Tabel 24. Perbandingan Produksi dan Kebutuhan Pangan

Strategis di Wilayah Sumatera Tahun 2020 .............. 119

Tabel 25. Perbandingan Produksi dan Kebutuhan Pangan

Strategis di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

Utara .................................................................... 120

Tabel 26. Perbandingan Perkiraan Produksi Dan Kebutuhan

Komoditi Strategis Tahun 2020 Provinsi Sumatera

Utara .................................................................... 121

Page 9: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

vi MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penentuan Komoditas Unggulan ............................ 12

Gambar 2. Penentuan Lokasi dan Sentra Produksi

Komoditas Unggulan ............................................ 13

Gambar 3. Tahapan Pengembangan Kawasan Agropolitan

dan Agromarinpolitan dalam Mentransformasi

Keunggulan Komparatif menjadi Keunggulan

Kompetitif ........................................................... 33

Gambar 4. Proses Terjadinya Kerawanan Pangan dari Hulu

sampai ke Hilir ..................................................... 54

Gambar 5. Sistem Monitoring Ketahanan Pangan mulai dari

FSVA hingga Rumah Tangga Rawan Pangan .......... 57

Gambar 6. Pola Pikir Pengembangan Lembaga Usaha

Pangan Masyarakat yang telah Berubah

menjadi Toko Tani Indonesia ................................ 61

Gambar 7. Penggunaan Cassava, Sweet Sorghum, dan

Corn untuk Bahan Baku Bioetanol ......................... 62

Gambar 8. Berbagai Kebijakan untuk Meningkatkan

Keuntungan yang Lebih Tinggi bagi Petani

Jagung di Sumatera Utara .................................... 63

Gambar 9. Lima (5) Fungsi Pekarangan yang dapat

Meningkatkan PPH, Mengurangi Biaya Rumah

Tangga, serta Menjamin Kesehatan Keluarga di

Era Pandemi Covid 19 .......................................... 76

Gambar 10. Beberapa Syarat untuk Memperoleh Prima 3,

Prima 2, Prima 1 .................................................. 93

Gambar 11. Landasan Filosofis, Output, Outcome serta

Impak Pembangunan Ketahanan Pangan ............. 103

Gambar 12. Mekanisme pengawasan Pangan ......................... 104

Gambar 13. Penanganan dan Pengawasan Keamanan

Pangan Segar From Farm to Table ...................... 107

Gambar 14. Tumpeng Gizi Seimbang ..................................... 109

Gambar 15. Perkembangan Harga Rata-Rata Cabe Merah

Tahun 2020 ....................................................... 122

Gambar 16. Perkembangan Harga Rata-Rata Bawang Merah

Tahun 2020 ....................................................... 123

Page 10: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara umum, pada masa pandemi Covid 19 telah

menimbulkan dampak multi dimensi bagi kehidupan masyarakat

global dan secara bertahap telah diwujudkan new normal,

akibatnya telah menggeser Piramida dari puncak yaitu aktualisasi

diri dan esteem oleh Abraham Maslow ke dasar piramida yaitu

makan, kesehatan dan keamanan jiwa raga (has shifted the

pyramid from the top namely self-actualization and esteem by

Abraham Maslow to the bottom of the pyramid namely food,

health and safety of the body and spirit. Covid19 telah

mempengaruhi secara signifikan aspek kesehatan, ekonomi, social

masyarakat hingga ke seluruh aspek kehidupan manusia.

Kontraksi pertumbuhan ekonomi nasional sudah terjadi sehingga

secara langsung mempengaruhi pembangunan ketahanan pangan

serta seluruh aspek yang mempengaruhinya. Masing-masing

negara di dunia mengutamakan ketahanan pangannya, dengan

kata lain ekspor dan impor pangan menjadi sulit saat ini.

Pangan bermakna luas, memiliki multi fungsi yaitu fungsi

pasokan gizi, fungsi energi, fungsi kesehatan (obat) dan lanjut

usia, fungsi sosial, fungsi ekonomi, fungsi budaya dan fungsi

ibadah. Hal ini merupakan semangat bagi semua stakeholders

dalam rangka pembangunan ketahanan pangan untuk masa yang

akan datang.

Dalam UU no. 18 Tahun 2012 ada istilah kedaulatan

pangan merupakan suatu hak negara dan bangsa agar mempunyai

integritas dalam rangka membuat kebijakan pangan untuk

menjamin hak atas pangan bagi seluruh rakyat Indonesia serta

menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber

daya lokal di setiap wilayah NKRI.

Kemandirian Pangan merupakan abilitas NKRI dan bangsa

Indonesia dalam menghasilkan pangan yang bervariasi dalam

Page 11: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

2 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

rangka menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang memadai

hingga tingkat individu dengan memanfaatkan potensi SDA, SDM,

sosek, dan kearifan lokal secara bermartabat.

Performansi negara atas dasar skor ketahanan pangan

untuk 113 negara pada tahun 2020 adalah bahwa Indonesia

menempati urutan ke-65 dengan skor keterjangkauan 73,5, skor

ketersediaan 64,7, skor mutu dan keamanan pangan 49,6, skor

ketahanan sumber daya alam 34,1, dan skor keseluruhan 59,5. Hal

ini masih menjadi suatu tugas besar bagi bangsa ini untuk

mendongkrak global food security index (GFSI) Indonesia untuk

masa yang akan datang. Kalau dibandingkan dengan Finlandia

yang menduduki peringkat 1 memiliki skor keterjangkauan 90,6,

skor ketersediaan 80,0, skor mutu dan keamanan pangan 93,8,

dan skor ketahanan sumber daya alam 73,2, serta skor

keseluruhan 85,3, maka Sumatera Utara harus berbenah diri untuk

meningkatkan kontribusi yang lebih signifikan yang pada gilirannya

GFSI Indonesia mengalami eskalasi.

Sebagai salah satu negara terbesar di dunia dengan

populasi penduduk dan biodiversitas yang tinggi, memiliki SDA dan

sumber Pangan yang sangat bervariasi di dunia apalagi terletak di

daerah khatulistiwa sehingga Indonesia merupakan negara yang

sangat potensial untuk memasok kebutuhan pangan dunia dengan

kata lain Indonesia sejatinya mampu memenuhi sebagian besar

kebutuhan Pangannya berbasiskan kedaulatan dan kemandirian

pangan. Sumatera Utara sangat mengetahui kewajiban sehingga

selama ini Sumatera Utara taat azas untuk mewujudkan

ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan

yang cukup, B2SA (beragam, bergizi, seimbang, dan aman) hingga

ke tingkat individu.

Selanjutnya, spirit Pasal 5 UU No 18 tahun 2012

mengamanatkan bahwa lingkup pengaturan penyelenggaraan

pangan meliputi: planning, food availability, affordability,

pemanfaatan pangan dan gizi, mutu dan secure pangan, label dan

iklan pangan, monev, sistem informasi pangan, litbang pangan,

kelembagaan pangan, partisipasi aktif masyarakat, dan penyidikan.

Page 12: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 3

Presiden Soekarno pada tahun 1952 saat acara peletakan

batu pertama pembangunan gedung FP UI di Bogor menyatakan

bahwa, “ ……. oleh karena itu, soal yang hendak saya bicarakan itu

mengenai soal penyediaan makan rakyat “ (KUKP 2010-2014 DKP).

Hal yang serupa juga disampaikan oleh Presiden Soeharto, 21

tahun kemudian pada saat kunjungannya ke Yogyakarta, Presiden

waktu itu mengemukakan: “……….. kalau kita simpulkan

keseluruhannya jelas, harga beras yang tidak bisa dikendalikan

berarti stabilitas nasional akan terganggu…………” (KUKP 2010-

2014 DKP). Presiden Soeharto maupun Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono juga memiliki pemikiran bagus tentang pangan,

keduanya berusaha menggenjot produksi pangan di dalam NKRI

bahkan Indonesia sempat berhasil mewujudkan swasembada

beras yang diakui oleh FAO serta menjadi teladan bagi negara lain

untuk membebaskan diri dari jebakan krisis pangan.

Fungsi pertama food security/ketahanan pangan adalah

memiliki ketersediaan pangan yang berasal dari produksi, stok

akhir, cadangan pangan, pasokan dari luar atau impor lalu adanya

jaminan akses pangan bagi semua penduduk. Akses terhadap

pangan dalam jumlah yang memadai merupakan salah satu pilar

hak azasi manusia yang harus selalu dijamin oleh negara bersama

masyarakat, hal ini dipahami sebagai “merah putih dari Sabang

sampai Merauke”. Selanjutnya konsumsi, mutu, dan keamanan

pangan harus terjamin artinya tidak ada satu jenis komoditi yang

menyediakan gizi yang lengkap, maka konsumsi harus B2SA yakni

bersumber dari keragaman pangan, bergizi, seimbang, dan aman

dikonsumsi. Fungsi kedua, merupakan syarat keharusan dalam

pembangunan SDM yang kreatif dan sebagai determinan penting

dalam mendukung perekonomian yang stabil dan kondusif bagi

pembangunan nasional.

Sesuai dengan spirit UU no. 18 tahun 2012 tentang pangan

ketahanan pangan harus diwujudkan dari waktu ke waktu sebagai

prasyarat bagi keberlanjutan eksistensi masyarakat Sumatera

Utara dan seluruh rakyat Indonesia, artinya harus dikondisikan

terpenuhi Pangan mulai dari negara sampai ke level individu, yang

Page 13: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

4 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

tercermin dari ketersediaan Pangan yang cukup, baik kuantitas

maupun kualitas, B2SA, merata, dan terjangkau serta tidak

bertentangan dengan agama, keyakinan, dan kultur masyarakat,

untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Ketersediaan pangan sangat terkait dengan produksi.

Pemerintah bertanggung jawab menjamin ketersediaan pangan

karena pangan merupakan hak azasi manusia. Pemerintah Daerah

bertanggung jawab mengembangkan produksi pangan lokal.

Produksi pangan lokal dilakukan dengan tujuan untuk menambah

alternatif pangan pokok yang dapat mengimbangi pertumbuhan

penduduk sehingga kedaulatan pangan dan kemandirian pangan

dapat tercapai. Selain itu berkembangnya pangan pokok lokal akan

memudahkan daerah untuk tetap bertahan jika suatu saat terjadi

kekurangan beras di daerah tersebut.

Cadangan Pangan merupakan jumlah pangan yang harus

tersedia setiap saat, dan dapat segera dikonsumsi dengan harga

yang wajar dan terjangkau oleh masyarakat. Biasanya cadangan

pangan untuk negara tertentu seharusnya memiliki iron stock,

artinya tersedia cadangan pangan 3 bulan ke depan. Cadangan

Pangan merupakan salah satu cara untuk mewujudkan sistem

ketahanan pangan, hal ini juga merupakan salah satu instrumen

pemerintah untuk meredam gejolak harga pangan apabila telah

menyentuh kenaikan harga 20-25%. Cadangan pangan merupakan

salah satu komponen ketersediaan pangan dalam rangka antisipasi

futuristik kekurangan ataupun kelebihan pangan, gejolak harga,

bantuan pangan dalam keadaan rawan pangan transien ataupun

kronis.

Penganekaragaman pangan dilakukan dengan menetapkan

penganekaragaman pangan, optimalisasi pangan lokal,

meningkatkan keanekaragaman pangan pokok, mengembangkan

pengindustrian berbasis pangan lokal, mendorong diversifikasi

pangan, dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk

mengkonsumsi aneka ragam pangan pokok dengan prinsip gizi

seimbang. Hal ini sudah dikenal masyarakat Sumatera Utara

khususnya dari etnis Batak ratusan tahun yang lewat. Masyarakat

Page 14: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 5

Sumatera Utara juga menjadikan penganekaragaman pangan

masuk di dalam acara adat atau kultur yang selama ini sangat

kondusif pelaksanaannya.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintah yang baik

(good governance) salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah

meningkatkan pelayanan publik yang berkaitan dengan

kepentingan masyarakat. Negara atau penyelenggara negara

memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan kepada

warganya, sementara itu warga negara atau masyarakat memiliki

hak untuk memperoleh pelayanan memadai.

Plato, seorang ahli filsafat menyebutkan bahwa “the most

important part of the work is in the beginning”. Dalam hal ini

Sumatera Utara harus merencanakan ketahanan pangan dengan

baik, terorganisir, terintegrasi dan sinergis, serta monitoring

evaluasi dan budgeting yang memadai.

Pembangunan Provinsi Sumut pada intinya adalah

membangun SDM yang handal, unggul dan memiliki integritas

dalam berbangsa dan bernegara, religus dan berkompetensi tinggi

dengan melibatkan kerjasama seluruh stakeholder baik antar

regional, nasional maupun internasional. Urgensinya adalah agar

kualitas hidup masyarakat Sumatera Utara berada pada tingkat

layak dan adil dan tidak mengalami ketimpangan antar kabupaten.

Membangun dan mengembangkan ekonomi daerah melalui

pengelolaan sumber daya alam lestari berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan tidak saja memerlukan Reformasi birokrasi

berkelanjutan dan dilakukan secara terus menerus guna

mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih (good

governance dan clean governance), tetapi birokrasi juga

memerlukan sumberdaya manusia yang dapat mengemban tugas

pokok dan fungsi (tupoksi) secara benar dan profesional sesuai

dengan keahliannya, artinya, pengembangan sektor ekonomi

daerah memerlukan penanganan yang serius yang dilakukan oleh

sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi yang cukup di

bidangnya dan mampu membangun daerah secara holistik.

Page 15: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

6 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Dalam perspektif pembangunan ketahanan pangan di

Sumatera Utara, pembangunan ketahanan pangan akan mengacu

pada RPJP, RPJM, kesepakatan negara-negara di dunia seperti FAO

dan kesepakatan KTT pangan.

Peran koordinasi dan peran teknis lembaga yang

menangani ketahanan pangan seperti Bappeda Sumatera Utara,

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara

adalah untuk mewujudkan sistim ketahanan pangan daerah yang

mandiri dan berdaulat dalam jangka panjang. Konsekuensi

logisnya adalah, dalam implementasi kebijakan-kebijakannya

memerlukan dukungan kebijakan melalui dukungan penelitian

dan pengembangan pangan, peningkatan kerjasama termasuk

kerjasama nasional dan internasional yang adil dan kompetitif,

peningkatan pemberdayaan dan peran serta masyarakat,

penguatan kelembagaan dan koordinasi ketahanan pangan, serta

dorongan terciptanya kebijakan makro ekonomi dan perdagangan

yang kondusif.

Namun demikian rumusan strategi kebijakan pangan

Sumatera Utara haruslah didasarkan pada identifikasi dan

inventarisasi internal organisasi kondisi Sumatera Utara, serta

pemahaman yang mendasar tentang faktor eksternal, sehingga

strategi kebijakan di bidang pangan baik dalam jangka pendek,

menengah dan panjang akan didasarkan pada kajian ilmiah yang

sistimatis, analitis, komprehensif dan dapat diterapkan sesuai visi

dan misi pembangunan di Sumatera Utara yang memiliki kekhasan

sekaligus menjadi faktor pembeda di rangka pembangunan

ketahanan pangan Indonesia dan sifatnya tetap “merah-putih”.

1.2. Landasan Hukum

• Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan

• Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk

Halal

• Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah

Page 16: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 7

• Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan

Pangan dan Gizi

• Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang

Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan

• Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah,

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah

kepada DPRD, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat

• Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah.

• Peraturan Presiden RI No. 22/2009 tentang Kebijakan P2KP

Berbasis Sumber Daya Lokal

• Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 48 Tahun 2016 tentang Penugasan Kepada

Perusahaan Umum (Perum) Bulog dalam Rangka Ketahanan

Pangan Nasional.

• Perpres RI Nomor 20 Tahun 2017 tentang Perubahan atas

Perpres Nomor 48/2016 tentang Penugasan kepada Perum

Bulog dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional

• RPJMD Provinsi Sumatera Utara periode 2018-2023

• Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

(pencanangan oleh Presiden tanggal 11 Juni 2005)

• Permendagri No 57/2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan

Organisasi Perangkat Daerah.

1.3. Pengertian

� Sumut adalah Sumatera Utara

� Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) adalah

penyusunan peta daerah rawan pangan dengan menggunakan

beberapa dimensi dan indikator untuk mengetahui suatu

daerah kategori rawan pangan.

� Program Aksi Gerakan Mandiri Pangan adalah upaya terpadu

dari pemerintah bersama masyarakat yang berbasis di

pedesaan/kelurahan melalui gerakan masyarakat untuk

Page 17: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

8 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

memenuhi kebutuhan pangan dengan memanfaatkan potensi

sumber daya setempat dalam rangka mewujudkan rakyat

tidak lapar.

� Pemantauan adalah penilaian yang sistematis dan terus

menerus terhadap perkembangan suatu pekerjaan dalam

suatu jangka waktu.

� Monitoring adalah suatu proses yang terus menerus untuk

mengumpulkan, menyimpan, menganalisa dan menggunakan

informasi sebagai bahan pengendalian kegiatan.

� Pengendalian adalah kegiatan peninjauan pelaksanaan

kegiatan ke lapangan secara terkoordinasi.

� Pelaporan adalah kegiatan penyampaian informasi tentang

hasil monitoring dan evaluasi dari pelaksana kegiatan di

tingkat bawah kepada tingkat pengambil kebijakan.

� Mutu Pangan merupakan value dengan determinasi kriteria

keamanan dan konten Gizi Pangan.

Page 18: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 9

BAB II

REVITALISASI SEMANGAT AGROPOLITAN

DAN AGROMARINPOLITAN PERLU UNTUK

MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG SEHAT,

AKTIF DAN PRODUKTIF

Akhir-akhir ini Pemerintah Pusat intens mengembangkan

food estate di Indonesia salah satunya di Sumatera Utara. Semua

pihak tentunya harus mendukung sebab tujuannya sangat jelas

untuk mewujudkan masyarakat sejahtera baik produsen maupun

konsumen. Tetapi alangkah baiknya kalau spirit/semangat program

agropolitan dan agromarinpolitan yang belakangan tidak lagi

menjadi Program Unggulan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

menyatu dengan program food estate dalam rangka peningkatan

indeks ketahanan pangan Indonesia, indeks pembangunan

manusia, indeks daya saing bangsa, indeks inovasi, dan indeks

kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Seperti diketahui kawasan

lumbung pangan Kab. Humbahas berbasis tanaman hortikultura

yaitu bawang merah, kentang, dan bawang putih. Menurut

informasi 215 ha dengan APBN dan 785 ha yang dikelola swasta

diharapkan dari target semula sudah selesai pada tahun 2020 serta

menjadi model percontohan untuk provinsi lain di Indonesia

dengan demikian kekurangan untuk proses olah lahan/budidaya

hingga pasca panen menjadi pelajaran bagi daerah lainnya.

Dicanangkan bahwa 61.042 ha pada 4 kabupaten yaitu Humbahas,

Pakpak Bharat, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Utara akan dikelola

menjadi food estate. Dari jumlah tersebut akan dijadikan 1.150 ha

menjadi kebun raya dan taman sains herbal 500 ha. Luasan food

estates, Humbahas menyediakan lahan 23.000 ha, Pakpak Bharat

8.329 ha, Tapanuli Tengah 12.655 ha, dan Tapanuli Utara sebesar

1.150 ha. Sumatera Utara mengikuti jejak Kalimantan Tengah.

Semangat program pembangunan agropolitan dan

agromarinpolitan mengisi program food estate sebenarnya tidak

sulit sebab keduanya komplementer. Sejak dicanangkan oleh

Page 19: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

10 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Presiden RI, nilai dari program agropolitan dan agromarinpolitan

terbukti:

� Bukan persekongkolan asal-asalan antara negara dan

investor di kawasan dataran tinggi agropolitan bukit barisan

dan kawasan agromarinpolitan, tetapi merupakan

resultante dari berbagai multi disiplin ilmu yang sangat

mendalam yang diterima oleh semua pihak sebab

melibatkan semua pihak untuk mewujudkan kesejahteraan

bersama.

� Bukan deforestasi sehingga tetap mempertahankan

keragaman hayati khususnya tanaman langka seperti

andaliman, antarasa, mobe dan lain sebagainya.

� Tetap menjaga nilai budaya masyarakat setempat sebab

membudidayakan tanaman-tanaman lokal sesuai amanah

UU no. 18 tahun 2012.

� Melestarikan bentang alam baik sisi sosial, ekologi, dan

ekonomi masyarakat setempat, dalam artian dapat

memenuhi untuk Prima satu dari hasil penilaian good

agriculture practices.

Dari Master Plan pengembangan kawasan Agropolitan

Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara tahun 2005

disebutkan bahwa beberapa persyaratan menjadi komoditas

unggulan antara lain komoditas yang dihasilkan pada suatu daerah

tidak memerlukan kegiatan proses produksi dari institusi yang

sudah mapan seperti perkebunan besar (Swasta, BUMN).

Alasannya adalah perusahaan agribisnis yang bersangkutan dapat

mengembangkan dirinya sendiri sehingga tidak perlu dipromosikan

pemerintah dalam pembangunannya. Komoditas unggulan harus

melibatkan masyarakat banyak dan dikembangkan secara intensif,

tidak tergantung input impor, sebaliknya teknologi (on dan off

farm) yang tersedia, memiliki derivasi yang banyak dan memiliki

jaringan pasar yang tangguh, selain komoditas unggulan pada

tingkat kabupaten, maka terdapat pula komoditas unggulan pada

tingkat kecamatan, serta tanaman padi tidak dikategorikan sebagai

Page 20: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 11

unggulan karena merupakan tanaman strategis. Buktinya HPP

ditentukan oleh pemerintah pusat (Master Plan KADTBB, 2005).

Dari dokumen masterplan kawasan agropolitan dataran

tinggi bukit barisan juga diperoleh bahwa penentuan komoditas

unggulan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti diterakan pada

Gambar 1 dan Gambar 2. Dalam hal ini komoditas unggulan

ditentukan oleh LQ (location quotient) serta analisis prioritas. Dari

lokasi terpilih misalnya untuk komoditas pangan dan hortikultura

dilakukan analisis prioritas yaitu penentuan parameter sesuai

dengan yang diinginkan lalu penyusunan matrik serta pembobotan

yang pada akhirnya didapat lokasi unggulan.

Page 21: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

12

M

EM

BAN

GU

N K

ETAH

AN

AN

PAN

GAN

IN

DO

NESIA D

ARI S

UM

ATERA U

TARA

Gam

bar

1. Penentu

an K

om

oditas

Unggula

n

An

alisi

s

LQ=

Ko

mo

dit

as

terp

ilih

An

alisi

s P

rio

rita

s 1

. P

en

en

tua

n b

erb

ag

ai

va

ria

be

l 2

. P

en

yu

sun

an

Ma

trik

3.

Pe

mb

ob

ota

n

4.

Sk

ala

Pe

nila

ian

5.

Sk

ori

ng

6.

Pe

ne

ntu

an

ra

ng

kin

g

Ko

mo

dit

as

un

gg

ula

n

Ko

mo

dit

as

1.T

an

. P

an

ga

n

2.H

ort

iku

ltu

ra

3.p

erk

eb

un

an

4.P

ete

rna

ka

n

5.P

eri

ka

na

n

Page 22: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEM

BAN

GU

N K

ETAH

AN

AN

PAN

GAN

IN

DO

NESIA D

ARI S

UM

ATERA U

TARA

13

Gam

bar

2. Penentu

an L

okasi

dan S

entr

a P

roduksi

Kom

oditas

Unggula

n

Kom

oditas

1. Tan.P

angan

2. H

ort

ikultura

Tri

-bu

n

Lokasi

Terp

ilih

Analis

is P

riorita

s 1

. Penetu

an b

erb

agai

para

mete

r 2

. Penyusu

nan M

atr

ik

3. Pem

bobota

n

4.

Ska

laP

en

ila

ian

5.

Sco

rin

g

6.

Pe

ne

tua

n r

an

gkin

g

Lokasi

Unggula

n

Page 23: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

14

M

EM

BAN

GU

N K

ETAH

AN

AN

PAN

GAN

IN

DO

NESIA D

ARI S

UM

ATERA U

TARA

Untu

k penila

ian penentu

an kom

oditas

unggula

n,

ada bebera

pa variabel

yang perlu dip

erh

atikan,

untu

k

lebih

lengkapnya d

itera

kan p

ada T

abel 1.

Tabel 1. Penilaia

n U

ntu

k M

enentu

kan K

om

oditas

Unggula

n d

i on f

arm

No

Variabel

Jenis

Kom

oditas

Tanam

an

Pangan

Sayura

n

Buah

Buahan

Tanam

an

Perk

ebunan

Pete

rnakan

A

B

C

D

E

F

G

1

Luas

Are

al

X

X

X

X

-

2

Pro

duksi

X

X

X

X

-

3

Pro

duktivitas

X

X

X

X

-

4

Kete

rsedia

an B

ibit/b

enih

X

X

X

X

-

5

Kete

rlib

ata

n M

asy

ara

kat

(PRA)

X

X

X

X

-

6

Pem

asa

ran

X

X

X

X

-

7

Kese

suaia

n d

an k

em

am

puan lahan

X

X

X

X

-

8

Nila

i Ekonom

is

X

X

X

X

-

9

Fakto

r Resi

ko

X

X

X

X

-

10

Penghasi

l D

evis

a

X

X

X

X

-

11

Derivat

Pro

duk

X

X

X

X

-

12

Kete

rgantu

ngan I

mpor

X

X

X

X

N

ilai Tota

l Bobot

Skoring K

om

oditas

1

Jum

lah P

opula

si U

nit T

ern

ak

- -

- -

X

2

Kem

udahan D

ala

m M

em

asa

rkan T

ern

ak

- -

- -

X

3

Sum

ber

Pendapata

n

- -

- -

X

Page 24: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEM

BAN

GU

N K

ETAH

AN

AN

PAN

GAN

IN

DO

NESIA D

ARI S

UM

ATERA U

TARA

15

No

Variabel

Jenis

Kom

oditas

Tanam

an

Pangan

Sayura

n

Buah

Buahan

Tanam

an

Perk

ebunan

Pete

rnakan

4

Kete

rsedia

an P

akan

- -

- -

X

5

Kete

rsedia

an B

ibit

- -

- -

X

6

Kem

udahan D

ala

m B

udid

aya

- -

- -

X

7

Kem

udahan D

ala

m B

udaya/S

osi

al

- -

- -

X

8

Nila

i Tota

l Bobot

- -

- -

∑ X

9

Skoring K

om

oditas

- -

- -

Khusu

s untu

k Kaw

asa

n Agro

polit

an D

ata

ran Tin

ggi

Bukit Barisa

n Sum

ate

ra U

tara

te

lah dila

kukan pengkajian

sehin

gga d

ipero

lehla

h c

onto

h j

enis

kom

oditas

unggula

n u

ntu

k t

uju

an p

angan d

i m

asi

ng-m

asi

ng k

abupate

n s

epert

i

dip

erlih

atk

an p

ada T

abel 2.

Page 25: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

16

M

EM

BAN

GU

N K

ETAH

AN

AN

PAN

GAN

IN

DO

NESIA D

ARI S

UM

ATERA U

TARA

Tabel

2.

Jenis

dan Penyebara

n Bebera

pa Kom

oditas

Agribis

nis

Pangan yang M

eru

pakan U

nggula

n di

Kaw

asa

n

Agro

polit

an D

ata

ran T

inggi Bukit B

arisa

n S

um

ate

ra U

tara

Kelo

mpok

Kom

oditas

Kabupate

n

Karo

D

airi

Sim

alu

ngun

Toba S

am

osi

r Tapanuli

Uta

ra

Pakpak

Bhara

t H

um

bang

Hasu

nduta

n

Sam

osi

r

1. Agribis

nis

Tanam

an P

angan

Jagung

Kubis

Jagung

Ubi Kayu

Jagung

Jagung

Ubi Kayu

Ubi Ja

lar

Jagung

Ubi Ja

lar

Jagung

Jagung

Ubi Kayu

pm

2.

Agribis

nis

Perk

ebunan

Saw

it

Kopi

Kem

iri

Kopi

Kem

iri

Saw

it

Saw

it

Jahe

Kopi

Kopi

Kulit

M

anis

Kopi

Kopi

Kela

pa

Kem

iri

3.

Agribis

nis

H

ort

ikultura

Buah

Jeru

k

Pis

ang

Mark

isa

Durian

Pis

ang

Jeru

k

Nenas

Nenas

Pis

ang

Saw

o

Durian

Jeru

k

Mangga

Durian

Pm

Je

ruk

Nenas

pm

pm

4.

Agribis

nis

Sayura

n

Kenta

ng

Kol

Wort

el

Tom

at

Kubis

Cabe

Kenta

ng

Kenta

ng

Baw

ang

Tom

at

Baw

ang

Ketim

un

Kaca

ng

Kubis

Saw

i

Cabe

Baw

ang

Cabe

Kenta

ng

Kubis

Kenta

ng

Cabe

Wort

el

pm

5.

Agribis

nis

Pete

rnakan

Sapi Poto

ng

Ayam

Bura

s Kerb

au

Kerb

au

Ayam

Bura

s It

ik

Ayam

Bura

s

Kerb

au

Dom

ba

Kam

bin

g

Ayam

Itik

Sapi

Ayam

Itik

Kerb

au

Ayam

Itik

Kerb

au

Ayam

Itik

Kerb

au

Ayam

Itik

Kerb

au

Sapi

6. Agribis

nis

Perikanan

Perikanan a

ir

taw

ar

Perikanan a

ir

taw

ar

Perikanan a

ir

taw

ar

Perikanan a

ir

taw

ar

Perikanan a

ir

taw

a

Perikanan a

ir

taw

ar

Perikanan a

ir

taw

ar

Perikanan a

ir

taw

ar

Page 26: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEM

BAN

GU

N K

ETAH

AN

AN

PAN

GAN

IN

DO

NESIA D

ARI S

UM

ATERA U

TARA

17

Untu

k c

onto

h a

gribis

nis

sayur

dan b

uah,

bebera

pa lokasi

yang c

oco

k u

ntu

k p

engem

bangannya s

epert

i diu

rai pada

Tabel

3 d

an T

abel 4.

Sela

nju

tnya p

erc

onto

han k

aw

asa

n s

entr

a p

roduksi

tern

ak d

an ikan u

nggula

n d

iperj

ela

s pada

Tabel 5.

Tabel 3. Kaw

asa

n S

entr

a P

roduksi

Agribis

nis

Sayura

n

Jenis

Kom

oditi

Kabupate

n (

Keca

mata

n)

Karo

D

airi

Sim

alu

ngun

Toba S

am

osi

r Tapanuli

Uta

ra

Hum

bang

Hasu

nduta

n

Sam

osi

r

1.K

enta

ng

Mere

k T

igapanah

Sim

pang E

mpat

Parb

ulu

an

Sum

bul

Sili

makuta

Purb

a

pm

M

uara

Lin

tong N

ihuta

H

arian

2.C

abe

Tig

apanah

Sim

pang E

mpat

Kabanja

he

Sum

bul

Sid

ikala

ng

Parb

ulu

an

Sili

makuta

Purb

a

Dolo

k S

ilau

Balig

e P

ors

ea

Lum

ban J

ulu

Laguboti

Parm

onangan

Taru

tung P

ahae

Jae M

uara

Onan G

anja

ng

Pm

3.K

ubis

Sim

pang E

mpat

Parb

ulu

an

Sid

ikala

ng

Sum

bul

Sili

makuta

Purb

a

Laguboti

Pors

ea B

alig

e

Sib

oro

ng-b

oro

ng L

into

ng N

ihuta

Dolo

k

Sanggul Pollu

ng

Pm

4.B

aw

ang M

era

h

Payung

Sum

bul

Sid

am

anik

Sili

makuta

Balig

e

Muara

Bakkara

O

nan R

unggu

Harian

5.T

om

at

Tig

apanah

Sim

pang E

mpat

Baru

sjahe

Mere

k

Sum

bul

Sid

ikala

ng

Sili

makuta

Purb

a L

aguboti B

alig

e S

iboro

ng-b

oro

ng

Dolo

k S

anggul

Lin

tong N

ihuta

Harian

6.W

ort

el

Sum

bul

Parb

ulu

an

Sid

ikala

ng

Sili

makuta

Purb

a L

aguboti B

alig

e

Pm

D

olo

k S

anggul

Lin

tong N

ihuta

Pollu

ng

Pm

Page 27: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

18

M

EM

BAN

GU

N K

ETAH

AN

AN

PAN

GAN

IN

DO

NESIA D

ARI S

UM

ATERA U

TARA

Tabel 4. Kaw

asa

n S

entr

a P

roduksi

Agribis

nis

Buah

Jenis

Kom

oditi

Kabupate

n (

Keca

mata

n)

Karo

D

airi

Sim

alu

ngun

Toba S

am

osi

r Tapanuli

Uta

ra

1.M

ark

isa

Baru

sjahe,

Tig

apanah,

Kabanja

he B

era

stagi

Parb

ulu

an, Sum

bul

Pm

pm

Pm

2.A

lpukat

Payung K

uta

bulu

h

Munth

e

pm

Pm

pm

Pm

3.D

urian

Laubale

ng M

ard

indin

g T

igalin

gga T

anah P

inem

Tanah J

aw

a H

uta

bayu R

aja

pm

Pahae J

ae

Pahae J

ulu

4.N

enas

Pm

pm

D

olo

k S

ilau S

ilim

akuta

Purb

a

Pors

ea, Lum

ban J

ulu

, Laguboti, Balig

e

Sib

oro

ng-b

oro

ng

5.P

isang

Pm

pm

Raya S

ianta

r

Sila

u K

ahean

pm

Pm

6.M

angga

Pm

pm

Sid

am

anik

Dolo

k P

ard

am

ean

Lum

ban J

ulu

Balig

e

Muara

7.J

eru

k

Tig

apanah B

aru

sjahe

Kabanja

he

Bera

stagi

Sid

ikala

ng P

arb

ulu

an

Raya

Dolo

k P

ard

am

ean

pm

Taru

tung S

iboro

ng-

boro

ng

Page 28: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEM

BAN

GU

N K

ETAH

AN

AN

PAN

GAN

IN

DO

NESIA D

ARI S

UM

ATERA U

TARA

19

Tabel 5. Kaw

asa

n S

entr

a P

roduksi

Tern

ak d

an I

kan U

nggula

n

Je

nis

Tern

ak

Kabupate

n (

Keca

mata

n)

Karo

D

airi

Sim

alu

ngun

Toba

Sam

osi

r Tapanuli

Uta

ra

Pakpak

Bhara

t H

um

bang

Hasu

nduta

n

Sam

osi

r

1. Kerb

au/S

api

Tig

apanah

Payung

Sid

ikala

ng

Tanah P

inem

Raya

Jorlang H

ata

ran

Lum

ban

Julu

Sib

oro

ng-

boro

ng

Kera

jaan

Lin

tong N

ihuta

Panguru

ran

Sim

p. Em

pat

Munth

e S

um

bul Tig

alin

gga

Bosa

r M

alig

as

Tanah J

aw

a

Pors

ea

Taru

tung

Muara

Pollu

ng

Onan G

anja

ng Palip

i H

arian

Laubale

ng J

uhar

Parlili

tan

Mard

indin

g

2.

Ayam

Bura

s M

unth

e K

abanja

he

Sum

bul Sid

ikala

ng

Huta

bayu R

aja

Tanah J

aw

a

Sili

makuta

Habin

sara

n

Laguboti

Sib

oro

ng-

boro

ng

Parm

onangan

pm

pm

pm

Tig

abin

anga J

uhar

Tig

abin

anga S

ilim

a

Pungga

Raya P

anei

Purb

a

Pors

ea

Pahae J

ulu

3.

Itik

M

ard

indin

g

Sid

ikala

ng

Huta

bayu R

aja

Lum

ban

Julu

Sib

oro

ng-

boro

ng

Sala

k

Lin

tong N

ihuta

Panguru

ran

Laubale

ng

Kabanja

he

Sili

ma P

ungga

Sie

mpat

Nem

pu

P. Bandar

Panei

Laguboti

Muara

Taru

tung

O

nan G

anja

ng

Palip

i Sim

anin

do

Kuta

bulu

h

Tig

abin

anga

Sia

nta

r Tapia

n

Dolo

k

Sip

oholo

n

Payung

4. Kam

bin

g/

Dom

ba

Laubale

ng M

unth

e

Kuta

bulu

h P

ayung

Baru

sjahe S

imp.

Em

pat

Juhar

Sili

maPungga

Tanah P

inem

Tig

alin

gga

Dolo

k P

ard

am

ean

Dolo

k S

ilau

Sili

makuta

Habin

sara

n

Muara

Sib

oro

ng-

boro

ng

Sala

k

Kera

jaan Pakkat

Palip

i H

arian

Panguru

ran

Sim

anin

do

5. I

kan M

as

dan

Nila

M

unth

e M

ere

k

Sum

bul Sid

ikala

ng

Pegagan H

ilir

P.B

andar

Tanah

Jaw

a

Huta

bayu R

aja

G

unung M

ale

la

Gunung M

alig

as

Lum

ban

Julu

Pors

ea

Laguboti

Balig

e

Sip

oholo

n

Pahae J

ulu

M

uara

pm

D

olo

k S

anggul

Pakkat

Sim

anin

do

Page 29: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

20

M

EM

BAN

GU

N K

ETAH

AN

AN

PAN

GAN

IN

DO

NESIA D

ARI S

UM

ATERA U

TARA

Kekuata

n, kele

mahan, anca

man, dan p

elu

ang a

gribis

nis

berb

asi

s ta

nam

an p

angan d

an h

ort

ikultura

perk

ebunan

dis

ajikan p

ada T

abel 6 d

an T

abel 7.

Tabel 6. Kekuata

n, Kele

mahan, Anca

man, dan P

elu

ang A

gribis

nis

Berb

asi

s Tanam

an P

angan d

an H

ort

ikultura

I N

T

E

R

N

A

L

EK

S T

ER

NA

L

KE

KU

AT

AN

• Sudah t

erb

entu

k K

aw

asa

n A

gro

polit

an d

an

Agro

marinpolit

an

• Kete

rsedia

an lahan y

ang c

ukup

• Kese

suaia

n lahan &

agro

klim

at

yang

mendukung

• Kedekata

n d

engan p

asa

r eksp

or

• SD

M p

eta

ni yang c

ukup b

aik

• Ters

edia

nya lem

baga r

iset

• Pera

naktif

saw

ast

a d

an p

em

erinta

h d

ala

m

pendanaan

• Pengala

man p

eta

ni yang c

ukup b

aik

• Sudah t

erb

entu

k b

andara

inte

rnasi

onal

Sila

ngit

KE

LE

MA

HA

N

• M

utu

pro

duksi

rendah d

an b

era

gam

• Sis

tem

usa

ha t

ani pero

rangan

• Kete

rsedia

an b

ibit b

erm

utu

rendah

• Sera

ngan h

am

a p

enyakit t

inggi

• Pola

tanam

tid

ak t

era

tur

• Kontinuitas

pro

duksi

tid

ak t

erj

am

in

• In

dust

ri p

rose

sing t

erb

ata

s

• H

asi

l pro

duk p

ert

ania

n h

am

pir s

am

a d

i tiap

kabupate

n

• M

asi

h t

erf

okusn

ya k

egia

tan a

gribis

nis

pada

usa

ha b

udid

aya (

on-f

arm

)

• Posi

si t

aw

ar

tanam

an p

angan d

an

hort

ikultura

tid

ak s

eim

bang

• In

frast

ruktu

r dan s

ara

na p

ert

ania

n m

asi

h

terb

ata

s

PE

LU

AN

G

• Pasa

r bebas

• D

iberlakukannya o

tonom

i daera

h

• Perm

inta

an

pasa

r dala

m

&

luar

• Pengem

bangan k

om

oditas

tanam

an p

angan

dan

hort

ikultura

yang

berp

roduktivitas

tinggi, berm

utu

baik

dan se

suai

kein

gin

an

pasa

r.

• Perb

aik

an

pola

ta

nam

dan

penanganan

budid

aya

dan

pasc

a

panen

baik

untu

k

penin

gkata

n

mutu

hasi

l dan

div

ers

ifik

asi

pro

duk

mela

lui

pro

cess

ing

sehin

gga

dapat

Page 30: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEM

BAN

GU

N K

ETAH

AN

AN

PAN

GAN

IN

DO

NESIA D

ARI S

UM

ATERA U

TARA

21

negeri

menin

gkata

kan

pro

duk

pangan d

an h

ort

ikultura

• Tuju

an p

asa

r banyak

diterim

a p

asa

r.

• M

enum

buhkem

bangkan

dunia

usa

ha

khusu

snya

di

hulu

dan

di

hili

r agribis

nis

tanam

an p

angan d

an h

ort

ikultura

sert

a

mem

perk

uat

kele

mbagaan

AN

CA

MA

N

• Kom

petisi

&

egois

me dari m

asi

ng-

masi

ng k

abupate

n

• M

em

asu

ki

era

glo

balis

asi

m

aka

mutu

dan

daya

sain

g

pro

duk

sem

akin

menin

gkat

• Kesa

maan

pro

duk

tanam

an

pangandan

hort

ikultura

dengan

Pro

vin

si y

ang b

erd

ekata

n

• M

asi

h

tim

pangnya

pere

konom

ian

kota

dan d

esa

• D

ala

m h

al

pengem

bangan A

gribis

nis

tanam

an

pangan dan hort

ikultura

yang efisi

en se

cara

bers

am

a d

ala

m k

aw

asa

n y

ang b

erd

aya s

ain

g

sert

a b

erk

era

kyata

n

• M

ensi

nerg

ikan pro

gra

m Pengem

bangan usa

ha

dan s

yst

em

agribis

nis

dala

m k

aw

asa

n

• Koord

inasi

dan m

ansi

nerg

ikan p

rogra

m

• M

enekan k

ese

nja

ngan a

nta

ra k

ota

dan d

esa

mela

lui

penin

gkata

n

pro

duktivitas,

kualit

as

dan k

ontinuitas

hasi

l.

• M

enci

pta

kan ik

lim dan pera

ngkat

pera

tura

n

yang

bis

a

mengundang

invest

asi

usa

ha

agribis

nis

tanam

an p

angan d

an h

ort

ikultura

sert

a m

elin

dungi usa

ha y

ang s

udah a

da.

Analis

is S

WO

T t

anam

an p

erk

ebunan s

ebagai su

mber

pangan d

isajikan p

ada T

abel 7 b

erikut

ini:

Page 31: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

22

M

EM

BAN

GU

N K

ETAH

AN

AN

PAN

GAN

IN

DO

NESIA D

ARI S

UM

ATERA U

TARA

Tabel 7. Kekuata

n, Kele

mahan, Pelu

ang, dan A

nca

man T

anam

an P

erk

ebunan s

ebagai Sum

ber

Pangan

I N

T

E

R

N

A

L

EK

ST

ER

NA

L

KE

KU

AT

AN

• Sudah t

erb

entu

k K

aw

asa

n A

gro

polit

an d

an

Agro

marinpolit

an

• U

mum

nya t

anam

an p

erk

ebunan p

enghasi

l

devis

a n

egara

• Are

al pote

nsi

al untu

k p

erk

ebunan m

asi

h luas

• Kondis

i agro

klim

at

mendukung u

ntu

k

budid

aya p

erk

ebunan

• Leta

k g

eogra

fis

yang s

trate

gis

• Kera

gaan jenis

tanam

an y

ang t

ela

h

dib

udid

ayakan

• Ters

edia

nya t

eknolo

gi

KE

LE

MA

HA

N

• Sara

na

pem

bia

yaan

untu

k

budid

aya

perk

ebunan b

elu

m o

ptim

al

• Sara

na

dan

infr

ast

ruktu

r

perk

ebunan b

elu

m o

ptim

al

• Ju

mla

h

dan

kualit

as

SD

M

perk

ebunan m

asi

h p

erlu d

itin

gkatk

an

• Sis

tem

m

anaje

men

mem

iliki

daya

sain

g

rendah

• Pro

mosi

pro

duk b

elu

m o

ptim

al

PE

LU

AN

G

• D

iberlakukannya o

tonom

i daera

h

• Pote

nsi

pasa

r pro

duk perk

ebunan

(regio

nal dan e

ksp

or)

masi

h t

inggi

• H

ilirisa

si

pro

duk

perk

ebunan

menin

gkatk

an

kese

jahte

raan

dan

daya s

ain

g s

em

ua p

ihak

• Pengem

bangan

dan

pew

ilayahan

kom

oditas

perk

ebunan

yang

sesu

ai

kondis

i agro

klim

at

berp

ote

nsi

menin

gkat

seca

ra s

ignifik

an u

ntu

k

dip

asa

rkan a

nta

r pula

u d

an e

ksp

or

Pengem

bangan

berb

agai

usa

ha

tanam

an

perk

ebunan u

ntu

k t

uju

an p

angan k

husu

snya

di

hili

r m

aupun

jasa

pendukung,

dengan

manaje

men

yang

baik

dan

penin

gkata

n

mutu

SD

M

mela

lui

kem

itra

an

dengan

pengusa

ha

perk

ebunan

yang

sudah

ada

berp

ote

nsi

menin

gkat

seca

ra e

ksp

onensi

al

AN

CA

MA

N

• Ada

kom

petisi

dan

egois

me

dari

• D

ala

m h

al

pengem

bangan s

iste

m p

engola

han

• Koord

inasi

dan

sinerg

itas

pro

gra

m

yang

Page 32: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEM

BAN

GU

N K

ETAH

AN

AN

PAN

GAN

IN

DO

NESIA D

ARI S

UM

ATERA U

TARA

23

masi

ng-m

asi

ng k

abupate

n

• Pasa

r bebas

yang m

enuntu

t m

utu

inte

rnasi

onal

• M

asi

h

tinggin

ya

sara

na

dan

pra

sara

na yang diim

por

sehin

gga

mengura

ngi kese

jahte

raan p

eta

ni

• Raw

annya

daera

h-d

aera

h

perb

ata

san d

ala

m b

erb

agai hal

pangan

asa

l ta

nam

an

perk

ebunan

yang

berd

aya

sain

g

dan

berk

era

kyata

n,

berk

ela

nju

tan

dan

terd

ese

ntr

alis

asi

untu

k

mem

enuhi kebutu

han lokal dan g

lobal

masi

h lem

ah a

nta

r kabupate

n/k

ota

• Pro

mosi

in

vest

asi

perk

ebunan

sert

a

pera

tura

n yang kondusi

f dirasa

kan in

vest

or

masi

h lem

ah

Analis

is S

WO

T a

gribis

nis

pangan d

ari p

ete

rnakan u

ntu

k p

ete

rnakan d

isajikan p

ada T

abel 8.

Page 33: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

24

M

EM

BAN

GU

N K

ETAH

AN

AN

PAN

GAN

IN

DO

NESIA D

ARI S

UM

ATERA U

TARA

Tabel 8. Kekuata

n, Kele

mahan, Pelu

ang, dan A

nca

man A

gribis

nis

Pangan d

ari P

ete

rnakan

I N

T

E

R

N

A

L

E

KS

TE

RN

AL

KE

KU

AT

AN

• Budaya

mem

elih

ara

te

rnak

meru

pakan

suatu

budaya d

imasy

ara

kat.

• Are

al

pengem

bangan dan penggem

bala

an

tern

ak t

ers

edia

luas.

• Sudah m

ula

i m

era

ta perk

em

bangan usa

ha

pete

rnakan d

i tiap k

abupate

n/k

ota

• H

am

pir

di

tiap

kabupate

n/k

ota

su

dah

ada

pasa

r untu

k

penyem

belih

an

tern

ak

sesu

ai

dengan a

tura

n y

ang b

erlaku

KE

LE

MA

HA

N

• H

arg

a

pakan

teru

s m

enin

gkat

sehin

gga

pro

duktivitas

usa

ha t

ern

ak r

endah

• Teknolo

gi

usa

ha

tern

ak

untu

k

skala

besa

r

masi

h t

erb

ata

s

• Lem

baga

pem

bia

yaan

usa

ha

tern

ak

sulit

dip

ero

leh

• Kualit

as

SD

M pete

rnakan belu

m m

em

enuhi

standar

• Sara

na

dan

infr

ast

ruktu

r pete

rnakan

juga

belu

m m

em

enuhi st

andar

untu

k m

utu

hasi

l

• Bib

it u

nggul su

lit d

icari

PE

LU

AN

G

• Perm

inta

an

berb

agai

negara

di

dunia

m

em

butu

hkan

pro

duk pete

rnakan yang se

makin

tinggi

• Ters

edia

nya

limbah

perk

ebunan,

hort

ikultura

, dan

tanam

an pangan yang berp

ote

nsi

untu

k c

am

pura

n p

akan t

ern

ak

• Terc

ukupin

ya

tenaga

kerj

a

untu

k

bete

rnak

• Pengem

bangan kegia

tan pete

rnakan untu

k

skala

luas

berp

ote

nsi

dip

erd

agangkan s

eca

ra

glo

bal

• Pengem

bangan u

saha a

gribis

nis

pangan a

sal

pete

rnakan

akib

at

infr

ast

ruktu

r m

enja

di

lem

ah

Page 34: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEM

BAN

GU

N K

ETAH

AN

AN

PAN

GAN

IN

DO

NESIA D

ARI S

UM

ATERA U

TARA

25

AN

CA

MA

N

• M

inim

nya

info

rmasi

untu

k

koord

inasi

dan

sinerg

itas

anta

r

kabupate

n/k

ota

• G

lobalis

asi

ekonom

i dunia

yang

menuntu

t st

andar

mutu

inte

rnasi

onal

• Penyebara

n p

enyakit t

ern

ak y

ang

sulit

dia

tasi

• Im

port

bahan b

aku u

ntu

k u

saha

pete

rnakan y

ang m

asi

h t

inggi

• Pencu

rian t

ern

ak y

ang s

ulit

dia

tasi

• D

ala

m hal

pengem

bangan si

stem

agribis

nis

pangan

yang

mem

beri

nila

i ta

mbah

sert

a

div

ers

ifik

asi

pro

duk

pete

rnakan

untu

k

konsu

msi

pangan

• Koord

inasi

dan s

inerg

itas

pro

gra

m y

ang m

asi

h

lem

ah a

nta

r kabupate

n/k

ota

• Pro

mosi

in

vest

asi

untu

k

usa

ha

pete

rnakan

sert

a

pera

tura

n

yang

kondusi

f dirasa

kan

invest

or

masi

h lem

ah

Adapun a

nalis

is S

WO

T a

gribis

nis

pangan a

sal perikanan d

isajikan p

ada T

abel 9.

Page 35: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

26

M

EM

BAN

GU

N K

ETAH

AN

AN

PAN

GAN

IN

DO

NESIA D

ARI S

UM

ATERA U

TARA

Tabel 9. Kekuata

n, Kele

mahan, Pelu

ang, dan A

nca

man A

gribis

nis

Pangan A

sal Perikanan

I N

T

E

R

N

A

L

E

KS

TE

R N

A L

KE

KU

AT

AN

• Pote

nsi

su

mber

daya

ala

m

untu

k

usa

ha

perikanan (p

era

iran um

um

, ra

wa,

sungai,

danau, dan laut)

tin

ggi

• U

saha

perikanan

sudah

dia

rahkan

untu

k

skala

besa

r

• Pela

ku

agribis

nis

pangan

asa

l perikanan

sudah m

ula

i berk

em

bang

KE

LE

MA

HA

N

SD

M

perikanan

masi

h

rendah

sehin

gga

pro

duktivitas

dan m

utu

masi

h r

endah

• Akse

sibili

tas

terh

adap p

erm

odala

n s

ulit

• In

frast

ruktu

r perikanan b

elu

m m

em

adai

• Teknolo

gi

untu

k

pangan

asa

l perikanan

belu

m m

encu

kupi

• D

ivers

ifik

asi

pangan

asa

l perikanan

masi

h

rendah

PE

LU

AN

G

• Pote

nsi

pasa

r pangan

asa

l

perikanan h

am

pir d

i se

tiap n

egara

di dunia

• Kein

gin

an

invest

or

untu

k

menghasi

lkan

pangan

dari

ikan

cukup t

inggi

• Pengem

bangan u

saha p

angan a

sal ik

an d

ari

kola

m,

danau,

sungai,

dan

laut

trennya

menin

gkat

• Pengem

bangan

bib

it,

pakan,

perm

odala

n,

infr

ast

ruktu

r,

teknolo

gi,

mutu

pro

duk,

mutu

SD

M d

an m

utu

div

ers

ifik

asi

pangan a

sal

ikan

belu

m m

em

adai

AN

CA

MA

N

• Kom

petisi

dan

egois

me

dari

masi

ng-m

asi

ng k

abupate

n

• Kom

petisi

pasa

r pro

duk perikanan

dan

pere

buta

n

invest

asi

m

akin

keta

t

• D

ala

m h

al m

enin

gkatk

an d

aya t

arik invest

asi

perikanan

mela

lui

kem

udahan-k

em

udahan

pera

tura

n d

an k

enyam

anan b

eru

saha

• Koord

inasi

dan s

inerg

itas

pro

gra

m y

ang m

asi

h

lem

ah a

nta

r kabupate

n/k

ota

• Pro

mosi

in

vest

asi

untu

k

usa

ha

pete

rnakan

sert

a

pera

tura

n

yang

kondusi

f dirasa

kan

invest

or

masi

h lem

ah

Page 36: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 27

Agromarinpolitan merupakan suatu program manajemen

wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil Sumatera Utara dan

menitikberatkan pada peningkatan sarana prasarana dalam

pengelolaan perikanan tangkap maupun budidaya serta seluruh

kegiatan bernilai tambah. Berbagai aspek yang harus diperhatikan

dalam rangka pembangunan Agromarinpolitan adalah aspek

ekologi, ekonomi, hukum dan kelembagaan, sosial budaya.

Dalam perkembangan lebih lanjut, berdasar karakteristik

wilayah terdapat 2 kawasan Agromarinpolitan yaitu Kawasan A

yang merupakan kawasan agromarinpolitan yang berorientasi pada

wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan terluar serta kawasan B yang

berorientasi pada wilayah dataran rendah.

Potensi sumber daya pesisir, lautan, dan pulau-pulau kecil

di Sumatera Utara diterakan pada Tabel 10 (Biagrotek-Vol.3 No.2

Juli 2011-Agromarinpolitan)

Tabel 10. Potensi Sumber Daya Pesisir, Lautan, dan Pulau-Pulau

Kecil di Sumatera Utara

No. Uraian Keterangan

1. Luas laut 110.000 km2 (60,5%) dari total luas wilayah Sumatera Utara

2. Total panjang garis pantai 1.300 km

3. Panjang garis pantai timur 545 km

4. Panjang garis pantai barat 375 km

5. Panjang garis pantai P. Nias 380 km

6. Jumlah pulau 419 buah dengan P. Simuk pulau terluar di Pantai Barat dan P. Berhala sebagai pulau

terluar di Pantai Timur

7. Total luas hutan mangrove

(tidak termasuk P. Nias)

63.467,4 Ha

8. Total sumber daya ikan laut 1.352.990 ton per tahun, P. Timur 276.030 ton/tahun, P. Barat 1.076.960 ton/tahun

9. Jenis ikan unggulan P.Timur: kakap, kerapu, teri, kembung, tenggiri, pari, cakalang

P. Barat: kakap, kerapu, teri, kembung, tenggiri, tuna, tongkol

10. Budidaya Perikanan

Tambak

71.500 ha

Page 37: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

28 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Memperkuat Kembali Semangat Program Pengembangan

Agropolitan dan Agromarinpolitan

Walau nama program Agropolitan dan Agromarinpolitan

saat ini tidak lazim lagi digunakan, mungkin sudah beralih dengan

nama lain, akan tetapi semangat Agropolitan dan Agromarinpolitan

sangat perlu dilestarikan yang pernah menjadi unggulan Sumatera

Utara, karena sasarannya holistik, mendorong kegiatan mulai dari

hulu hingga hilir dengan prinsip KISS (koordinasi, Integrasi,

Sinergis, dan Sinkron/tidak ada tumpang tindih) termasuk antar

kab/kota, kab/kota dengan provinsi dan pusat. Hal ini menjadi

salah satu faktor pembeda Sumatera Utara terus yang selalu

mengamplifikasi sesuatu hal yang bernilai lestari.

Kegiatan usahatani di kawasan agropolitan dan

agromarinpolitan berdekatan dengan kawasan Danau Toba dengan

tagline: wisata superprioritas, kawasan strategis nasional, global

geopark biodiversity, culture diversity, sejatinya sangat vital dipacu

percepatan program pengembangannya sebagai upaya untuk

meningkatkan produksi pangan, distribusi dan pemasaran pangan

melalui pengembangan sistem agribisnis pangan. Upaya yang

perlu dilakukan sebagai berikut:

1. Memperkuat Proses Perencanaan Produksi Pangan.

Upaya ini menyangkut rencana yang terkoordinasi dalam

pengembangan agribisnis pangan di setiap kabupaten/kota.

Aspek perencanaan tersebut adalah melaksanakan good

agricultural practices dan standart operational procedures

yang meliputi kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku

dan kegiatan lain yang harus direncanakan adalah

pengaturan pola tanam dan tertib tanam, penyaluran

sarana produksi, penyiapan skim kredit, target produktivitas

dan produksi, penyuluhan supervisi monitoring dan

evaluasi. Kesemuanya mengacu pada program

pembangunan kab/kota dan Provinsi Sumatera Utara.

Target produksi yang aman dikonsumsi, bermutu, serta

berwawasan lingkungan yang berkesinambungan harus

dipersiapkan dan tetap mempertimbangkan kebutuhan

Page 38: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 29

pasar domestik dan ekspor serta kontinuitas produk harus

menjadi perhatian utama sehingga mempunyai daya saing

di pasar internasional, untuk itu penggunaan teknologi

terpilih perlu diterapkan yang secara ekonomi

menguntungkan, secara teknis dapat dilaksanakan dan

secara sosial dapat diterima masyarakat.

2. Memberdayakan Kelembagaan Tani seperti Kelompok Tani

(Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

Kelompok-kelompok tani yang sudah dibentuk perlu

diberdayakan menjadi kelompok usaha agribisnis pangan

seperti kehadiran toko tani Indonesia. Dalam hal ini petani

sekaligus sebagai pengusaha sehingga mereka memiliki

nilai tambah dari usahanya yang pada gilirannya

menimbulkan kesejahteraan baik bagi produsen maupun

konsumen. Pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA)

harus dikembangkan sebagai alat dalam pelaksanaan

program penyuluhan dimana dengan pendekatan tersebut

diharapkan dapat meningkatkan kebersamaan anggota

dalam melaksanakan usaha tani dengan dasar perencanaan

yang disusun secara bersama. Kelembagaan tani berupa

kelompok tani dan asosiasi serta bentuk lain perlu dibangun

koordinasi kerjasama yang saling menguntungkan.

3. Mengembangkan Pola Kemitraan dengan Pendekatan

Agribisnis Pangan yang Saling Membutuhkan dan

Menguntungkan.

Pendekatan agribisnis pangan harus didorong dan

ditanamkan pengertiannya kepada kelompok tani dan

gabungan kelompok tani bahwa betapa pentingnya

peranan kelompok dalam proses agribisnis pangan di hulu

maupun di hilir. Contoh konkrit adalah pengembangan

industri pangan lokal, dalam hal ini produk primer dari

kelompok tani atau gabungan kelompok tani diolah untuk

meningkatkan nilai tambah lalu hasilnya diserap oleh off

taker untuk dijual ke masyarakat luas. Hubungan antara

kelompok tani hingga ke off taker sangat kuat sehingga

Page 39: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

30 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

pihak ketiga yang mencoba intervensi dengan sendirinya

tidak akan terjadi sebab telah ada kesepakatan sebelumnya

yang dimediasi oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Pola-pola kemitraan lainnya dapat dilakukan antara

kelompok tani dengan koperasi, kelompok tani atau

gabungan kelompok tani dengan para pengusaha, eksportir

maupun pabrikan, berdasarkan pendekatan agribisnis

pangan yang saling membutuhkan dan menguntungkan.

4. Memperkuat dan Meningkatkan Kelembagaan Bisnis dari

Bahan Baku hingga Pangan Siap Dikonsumsi.

Koperasi harus mampu mengintegrasikan semua subsistem

agribisnis pangan mulai dari hulu sampai hilir karena

dimasa mendatang koperasi berperan penting dalam

memperkuat perekonomian rakyat dan diharapkan menjadi

acuan dalam membentuk koperasi pangan dalam rangka

meningkatkan nilai tambah. Untuk itu di daerah produksi di

setiap kabupaten/kota yang berada di wilayah kawasan

agropolitan dan agromarinpolitan yang belum mempunyai

koperasi pangan, dapat memulai dengan membentuk

kelompok usaha-tani sebagai awal dari kegiatan hingga

kelompok penyedia pangan sesuai dengan kekhasan dari

masing-masing kabupaten/kota dengan harapan dapat

terbangun menjadi BUMD Pangan di Provinsi Sumatera

Utara.

5. Membentuk Lembaga Bersama seperti BUMD Pangan.

Lembaga BUMD Pangan yang dikelola bersama oleh

kabupaten/kota yang ada di dalam kawasan agropolitan

dan agromarinpolitan perlu dibentuk. Lembaga yang

dibentuk ini dapat menjaga stabilitas produksi,

meningkatkan kesejahteraan petani dan konsumen,

memotong rantai pasok, meningkatkan mutu produk,

meningkatkan pengetahuan bagi petani dan konsumen

serta adanya jaminan harga dan jaminan kualitas produk

pangan yang dapat diekspor ke mancanegara.

Page 40: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 31

Dengan memanfaatkan agroklimat dan sumberdaya alam

yang memadai serta letak wilayah yang sudah dekat karena era

digitalisasi dengan pasar luar negeri, peluang untuk meningkatkan

ekspor dapat dicapai. Dengan meningkatnya ekspor tersebut

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di

kawasan agropolitan dan agromarinpolitan. Berbagai kendala

utama dan upaya untuk mengatasinya dalam rangka

pengembangan agribisnis pangan di kawasan agropolitan dan

agromarinpolitan diterakan pada Tabel 11.

Tabel 11. Matriks Kendala dan Upaya Yang Dibutuhkan Dalam

Memperkuat Program Pengembangan Agribisnis Pangan

di Kawasan Agropolitan dan Agromarinpolitan

Sub-System Kendala Utama Upaya

I. Sarana

Produksi

1. Terbatasnya benih dan bibit

unggul

Peningkatan program

perbanyakan Benih dan bibit

2. Harga benih import mahal Pengembangan industri benih

II. Produksi 1. Terbatasnya kemampuan

kelompok tani 2. Usaha tani dengan

pendekatan produksi 3. Produksi dan harga

berfluktuasi tajam

Memperkuat kelompok tani

a. Usaha tani dengan orientasi pasar

b. Pengembangan komoditas unggulan

c. Penguatan daya saing agribisnis pangan di

Kawasan Agropolitan dan Agromarinpolitan

4. Posisi tawar petani rendah

5. Kurang perhatian terhadap usaha tani konservatif atau

prima 1

Memperkuat institusi petani

lewat berbagai program Pengembangan usaha tani

ramah lingkungan dengan memedomani good agricultural

practices

III. Distribusi Pemasaran

1. Kurang lancarnya tata niaga pemasaran

2. Terbatasnya segmen pasar dan target Pasar

3. Tingginya kehilangan hasil selama pengangkutan

Penguatan tata niaga pasar yang efisien

a. Promosi b. Pemasaran produk yang

berdaya saing serta pengembangan off taker

Pengembangan standardisasi pengepakan

IV. Prosesing Hasil

Terbatasnya usaha prosesing hasil

Mendorong dan merangsang usaha prosesing hasil

V. Jasa

Pendukung

1.Terbatasnya modal petani Meningkatkan skim permodalan

dan memudahkan persyaratan

Page 41: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

32 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Sub-System Kendala Utama Upaya

pinjaman 2. Terbatasnya fasilitas

prasarana, gudang,

bongkar muat

Peningkatan fasilitas

3. Biaya pemasaran tinggi dan

sering ada pungutan liar

Kebijakan yang menciptakan

iklim yang kondusif dalam agribisnis pertanian

Hasil analisis yang pernah dilakukan berdasarkan jenis komoditas

dalam rangka keberhasilan agribisnis pangan berbasiskan

komoditas unggulan mencakup beberapa parameter tertentu yaitu:

A. TANAMAN

• Luas areal

• Produksi

• Produktivitas

• Ketersediaan bibit

• Keterlibatan masyarakat

• Pemasaran

• Kesesuaian lahan

• Nilai ekonomis

• Faktor resiko

• Penghasil devisa

• Derivat produk

• Ketergantungan impor

B. Ternak

• Jumlah populasi unit ternak

• Kemudahan dalam memasarkan ternak

• Sumber pendapatan

• Ketersediaan pakan

• Kemudahan dalam budidaya

• Kemudahan dalam budaya/sosial

Sistem agribisnis pangan mencakup:

1. Sub sistem usaha tani yang fokus kepada produksi sesuai

dengan kaidah good agricultural practices meliputi tanaman

Page 42: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 33

pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan

dan kehutanan.

Sub sistem agribisnis pangan di hilir (down-stream

food agribusiness) yakni industri pengolahan hasil

tanaman pangan, hasil hortikultura, hasil

perkebunan, hasil peternakan, hasil perikanan dan

hasil hutan

2. Sub sistem penyedia jasa agribisnis pangan (service for

food agribusiness) seperti perkereditan, infrastruktur,

pendidikan dan pelatihan SDM, penelitian dan teknologi,

asuransi, transportasi, kebijakan dan peraturan daerah.

Pelajaran penting dari Tahapan Pengembangan Kawasan

Agropolitan dan Agromarinpolitan yang pernah

Dilaksanakan (Recalling)

Kawasan agropolitan dan agromarinpolitan pengembangannya

secara bertahap dengan tahapan (stages of development) yang

secara ringkas pada Gambar 3.

Gambar 3. Tahapan Pengembangan Kawasan Agropolitan dan

Agromarinpolitan dalam Mentransformasi Keunggulan

Komparatif menjadi Keunggulan Kompetitif

Sumber: Masterplan KADTBB, 2005

Page 43: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

34 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Secara umum, pengembangan produk yang dihasilkan dari

kawasan agropolitan dan agromarinpolitan dengan brand

tersertifikasi didasarkan pada permintaan pasar selera konsumen

(market oriented) baik di pasar lokal, regional, nasional maupun

internasional (target pasar ekspor). Artinya atribut produk yang

dituntut oleh konsumen (pada berbagai target pasar) dijadikan

cetak biru (blue print) dalam merencanakan/menentukan produk

yang akan dihasilkan dari kawasan agropolitan dan

agromarinpolitan.

Kemampuan merespons permintaan pasar dari kawasan

agropolitan dan agromarinpolitan harus ditingkatkan secara

bertahap (capacity building). Tahapan pengembangan kemampuan

kawasan agropolitan dan agromarinpolitan dalam merespons

permintaan pasar kedepan dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut: Tahap pertama yaitu merespons permintaan pasar baik

domestik maupun mancanegara dengan kekuatan kelimpahan

sumber daya alam dan sumber daya manusia (SDM) yang belum

terampil (natural resource and unskilled human resource-based)

atau disingkat dengan tahapan factor-driven. Secara umum,

kawasan agropolitan dan agromarinpolitan masih ada pada tahap

factor-driven yang antara lain dicirikan oleh kekuatan/sumber

peningkatan produksi masih didominasi oleh peningkatan luas

areal. Agribisnis pada tahap factor-driven ini tidak dapat

dipertahankan terlalu lama karena selain sangat dipengaruhi oleh

iklim, produktivitas rendah, nilai tambah rendah juga terbatas

dalam memenuhi selera konsumen. Oleh sebab itu kawasan

agropolitan dan agromarinpolitan harus dikembangkan lebih lanjut

agar memiliki kemampuan yang makin meningkat.

Tahap kedua yaitu merespons permintaan pasar dengan

kekuatan penggunaan barang-barang modal dan SDM makin

terampil (capital and semi-skill human resource-based) atau

disingkat capital-driven. Pada tahap ini antara lain dicirikan oleh

sumber peningkatan produksi sudah bergeser dari perluasan areal

ke produktivitas dan nilai tambah (pengolahan) sehingga lebih

menyejahterakan semua pihak. Peningkatan nilai tambah yang

Page 44: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 35

paling besar akan bersumber dari industri pengolahan hasil

pertanian (agribisnis hilir) dan kemampuan memenuhi selera

konsumen makin meningkat akibat berkembangnya industri

pengolahan ini. Dalam hal ini mutu dan keamanan pangan sudah

lebih terjamin.

Tahap ketiga yakni merespon pasar dengan menggunakan

kekuatan ilmu pengetahuan teknologi dan SDM terampil

(knowledge and skill human resource-based) atau disingkat

innovation-driven, pengembangan kawasan agropolitan dan

agromarinpolitan lebih lanjut ke depan adalah pada tahap ini. Pada

tahap ini sumber/kekuatan untuk meningkatkan produksi,

produktivitas dan nilai tambah adalah dari inovasi. Proses

transformasi atau peningkatan kemampuan kawasan agropolitan

dan agromarinpolitan dari factor-driven ke capital-driven dan

kemudian kepada innovation-driven tersebut adalah upaya

pembangunan untuk mendayagunakan keunggulan komparatif

yang dimiliki kawasan agropolitan dan agromarinpolitan menjadi

keunggulan kompetitif. Dengan proses transformasi tersebut

pendapatan masyarakat (pelaku agribisnis pangan) juga akan

mengalami peningkatan. Sertifikasi prima 1 dipastikan akan banyak

pada berbagai komoditas. Contoh uraian di atas adalah biji kopi –

bubuk – sajian minum kopi di warung – packing minuman kopi di

gelas dengan brand Starbucks Coffee (harga murah – harga

mahal).

Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan dan

Agromarinpolitan (Recalling – Anti Lupa)

Tahapan pengembangan kawasan agropolitan dan

agromarinpolitan yang dikemukakan diatas, diimplementasikan

dengan strategi pengembangan kawasan agropolitan dan

agromarinpolitan sebagai berikut:

� Pengembangan Organisasi Ruang Kawasan Agropolitan dan

Agromarinpolitan

� Pengembangan Jaringan Jalan dan Trasportasi,

� Pengembangan Jaringan Listrik

Page 45: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

36 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

� Pengembangan Jaringan Telepon

� Pengembangan Jaringan Pengairan (Irigasi)

� Pengembangan Teknologi Agribisnis

� Pengembangan Penyuluhan dan SDM Agribisnis

� Pengembangan Usaha dan Jaringan Pembibitan

� Pengembangan Industri Jaringan Agrokimia

� Pengembangan Industri Alat dan Mesin Pertanian

� Pengembangan Industri Hilir (Pengolahan) Pangan yang

Berasal dari Tanaman Pangan, Tanaman Hortikultura,

Tanaman Perkebunan, Perikanan, dan Kehutanan

� Pengembangan Jaringan Pasar dan Promosi

� Pengembangan Kelembagaan dan Organisasi Petani

� Pengembangan Jaringan Kerjasama Pengusaha Agribisnis

Pangan

� Pengembangan Jaringan Kerjasama Antar Daerah

Pengelola Kawasan Agropolitan dan Agromarinpolitan

� Pengembangan Lembaga Pembiayaan Agribisnis Pangan

� Pengembangan Usaha Tani berbagai Komoditi sebagai

Sumber Pangan

Sumatera Utara sebelum SDGs vigorously echoed (gencar

digaungkan) sudah memiliki visi rakyat tidak lapar, rakyat tidak

miskin, rakyat tidak bodoh, rakyat bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa dan rakyat memiliki masa depan. Hal inilah juga yang

membuktikan keunikan Sumatera Utara yang cara pandangnya

jauh ke depan. Sumatera Utara menjawab masalah yang akan

datang dengan mencicil saat ini (North Sumatra answer the

Upcoming Problem with begin current in installments now).

Tujuan pembangunan berkelanjutan pertama bertujuan

untuk mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk di manapun.

Beberapa target, antara lain, untuk memberantas kemiskinan

ekstrem bagi semua orang di manapun berada, mengurangi

setidaknya setengah jumlah pria, wanita dan anak-anak dari

segala usia yang hidup dalam kemiskinan, dan menerapkan sistem

dan tindakan perlindungan sosial yang sesuai untuk masing-

Page 46: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 37

masing negara mencakup substansial dari kaum miskin dan rentan.

Dengan semangat revitalisasi program Agropolitan dan

Agromarinpolitan yang berbaur dengan program pembangunan

lainnya pasti dapat mewujudkan target SDGs.

Adapun target untuk menghapus kemiskinan dimanapun dan

dalam semua bentuk adalah sebagai berikut:

- Menghapus kemiskinan ekstrim sesuai kemampuan

pemerintah.

- Mengurangi setidaknya 50% dari jumlah penduduk miskin

dari segala usia berdasarkan kriteria pemerintah.

- Mengimplementasikan sistem dan ukuran perlindungan

sosial yang tepat bagi semua level masyarakat.

- Memastikan semua penduduk mendapat hak setara

mengakses sumber ekonomi, kepemilikan dan akses

sumber daya.

- Membangun yang dibutuhkan oleh masyarakat miskin dan

kelompok rentan menghadapi perubahan iklim, krisis

lingkungan, ekonomi, sosial, dan bencana.

- Memastikan mobilisasi sumber daya yang signifikan dari

berbagai sumber sekaligus untuk mengimplementasikan

program dan kebijakan yang dapat mengakhiri kemiskinan

dalam semua dimensinya.

- Menciptakan kerangka kerja kebijakan pada level nasional,

regional dan internasional untuk mempercepat investasi

dalam aksi-aksi pengentasan kemiskinan.

Dalam setiap perencanan pembangunan pada setiap sektor

termasuk Ketahanan Pangan di Provinsi Sumatera Utara, haruslah

mempunyai target kinerja dan indikator keberhasilan program

prioritas yang sesuai dengan prinsip kinerja yang terdiri dari input,

output, outcome dan impact. Input dimaksudkan adalah segala

masukan berbentuk program/kegiatan dari seluruh stakeholder

yang terlibat langsung ataupun tidak langsung dalam proses

mewujudkan kedaulatan pangan di Sumatera Utara. Output

dimaksudkan merupakan hasil kinerja dari proses masukan yang

Page 47: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

38 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

memproduksi hasil baik fisik maupun administratif dari input.

Outcome dimaksudkan merupakan hasil akhir yang biasa disebut

manfaat yang dapat dirasakan dari output. Impact dimaksudkan

merupakan efek/pengaruh yang dirasakan akibat outcome, impact

ini dapat dilihat dari berbagai segi kehidupan masyarakat dalam

jangka panjang.

Dengan adanya pasokan pangan yang beragam, bergizi dan

seimbang yang dikonsumsi masyarakat atau PPH ketersediaan,

maka masyarakat/penduduk dapat sehat dan produktif, yang

berakibat penduduk mempunyai produktivitas tinggi. Dengan

produktivitas yang tinggi mengakibatkan pendapatan

masyarakat/penduduk tinggi sehingga mengurangi penduduk

miskin, ini adalah impact dari adanya ketahanan pangan yang

mantap dan berkedaulatan pangan.

Dalam Hal Ketahanan Pangan dan Kedaulatan Pangan

berbeda dengan swasembada pangan, dimana swasembada

pangan tujuannya/sasarannya adalah komoditi sedangkan sasaran

ketahanan dan kedaulatan pangan adalah manusia. Dengan

demikian target produksi sangat penting atau swasembada pangan

khususnya untuk 11 jenis pangan.

Dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan di Sumatera

Utara pada dasarnya bagaimana mencapai pangan yang beragam,

bergizi dan seimbang dan aman dikonsumsi masyarakat Sumatera

Utara, yang tujuan akhirnya agar masyarakat sehat, aktif dan

produktif. Untuk itu dibuat indikator keberhasilan (outcome/hasil

akhir) sebagai berikut :

1. Konsumsi Energi Mencapai 2.150 Kkal/Kapita/Hari dan

Ketersediaan Energi Mencapai 2.400 Kkal/Kapita/Hari.

Konsumsi energi ini sangat diperlukan dalam

kegiatan/aktifitas sehari hari bagi manusia yang sehat supaya

produktif. Konsumsi energi tercapai kalau ada ketersediannya

maka ditargetkan terdapat ketersediaan energi sebesar 2.400

kkal/kapita /hari. Guna mencapai indikator ini maka diperlukan

produksi pangan yang cukup baik jumlah dan mutunya serta

merata dan terjangkau.

Page 48: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 39

2. Konsumsi Protein Mencapai 57 g/Kapita/Hari dan

Ketersediaan Protein Mencapai 63 g/Kapita/Hari.

Protein merupakan gizi untuk pembentukan otot/organ-

organ tubuh lainnya serta untuk kecerdasan dengan tubuh yang

kekar dan cerdas dapat mendorong peningkatan produktivitas

penduduk/masyarakat.

3. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Menuju Ideal dan

Skor PPH Ketersediaan 98,3 (tidak mungkin semua

jenis pangan dapat dihasilkan di Sumatera Utara).

Pola Pangan Harapan sangat menentukan adanya pangan

yang beragam, bergizi dan seimbang antara karbohidrat, protein,

mineral, dan vitamin. Kalau hanya berdasarkan target

asupan/konsumsi energi dapat saja diperoleh dari mengonsumi

satu jenis komoditi saja. Maka perlu diatur atau dibimbing dengan

skor Pola Pangan Harapan, dimana energi diperoleh dari berbagai

jenis komoditi.

4. Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil semakin kecil.

Ibu hamil merupakan awal kehidupan bagi seorang anak yang

dilahirkan, maka ibu hamil yang sehat sangat diperlukan guna

dapat melahirkan anak yang sehat jasmani dan rohani. Seorang

ibu harus mempunyai gizi dan darah yang cukup guna bisa

menunjang kegiatannya khususnya dalam memberi darah dan gizi

pada bayi yang dikandungnya.

5. Persentase Bayi dengan Berat Badan Rendah (BBLR)

Semakin Kecil.

Ibu yang sehat dan produktif dapat melahirkan anak yang sehat

dan cerdas. Salah satu indikator anak yang dilahirkan sehat adalah

berat bayi saat dilahirkan. Untuk itu diharapkan setiap anak yang

dilahirkan mempunyai berat badan yang ideal agar anak dimaksud

berkembang selanjutnya.

6. Persentase Bayi Dengan Usia Kurang Dari 6 Bulan yang

Mendapatkan Asi Eksklusif Semakin Ideal.

Setelah anak lahir maka asupan gizinya harus sesuai standar

kesehatan, dimana secara alami atau anugrah dari Tuhan Yang

Maha Kuasa sudah memberi asupan bagi bayi melalui ibunya yang

Page 49: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

40 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

sehat yakni air susu ibu. Oleh sebab itu sesuai anjuran dokter gizi

bahwa bagi balita, air susu ibu merupakan sumber makanan yang

lengkap bagi perkembangan anak yang disebut dengan ASI

eksklusif, yang diberikan oleh ibunya melalui ASI minimal 6 bulan

setelah anak dilahirkan, dengan demikian anak diharapkan sehat

jasmani dan rohaninya.

7. Prevalensi Kekurangan Gizi (Underweight) Pada Anak

Balita Semakin Kecil.

Anak balita yang bergizi cukup sesuai standart kesehatan akan

memberikan hasil positif bagi perkembangan jasmani dan rohani

anak untuk masa mendatang. Umur balita antara 0–5 tahun

sangat menentukan masa depan anak khususnya untuk sehat dan

produktif.

8. Prevalensi Kurus (Wasting) Pada Anak Balita Semakin

Kecil

Kurus ada hubungannya dengan berat badan anak balita, yang

biasanya adanya anak balita kurus pada umumnya disebabkan

asupan makanan yang kurang bergizi dan tidak beragam, bergizi

dan seimbang. Untuk itu diharapkan seluruh anak umur 0-5 tahun

atau balita tidak ada yang kurus maupun tidak ada yang obesitas

sehingga mendorong perkembangan anak yang sehat dan

produktif.

9. Prevalensi Pendek dan Sangat Pendek (Stunting) Pada

Anak Baduta (Bayi Dibawah Dua Tahun) Diharapkan

Tidak Ada

Fisik anak pada umur 0–2 tahun khususnya tentang tinggi

badan anak baduta sangat menentukan perkembangan fisik tinggi

badannya pada masa yang datang. Anak yang pendek dan sangat

pendek pada umur baduta berpotensi disebabkan pola makan dan

pola asuh anak yang bersangkutan dan juga berpengaruh bagi

kesehatan dan produktivitas anak pada masa remaja dan dewasa.

10. Prevalensi Berat Badan Lebih dan Obesitas Pada

Penduduk Usia > 18 Tahun Semakin Kecil

Anak balita sampai umur 18 tahun rentan terhadap berat

berlebih dan obesitas karena pola makan yang salah serta gizi

Page 50: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 41

berlebih, yang menyebabkan anak kelebihan berat badan yang

menyebabkan berkurangnya kecerdasan dan gerakan yang

lamban. Menurut pakar kesehatan kondisi fisik yang terlalu gemuk

tidak baik untuk kesehatan dan produktivitas, untuk itu perlu

diperhatikan dengan mengadakan program dan kegiatan yang

mengurangi keadaan tersebut.

Hingga tahun 2025, untuk komoditas gula masih di bawah

angka satu, hal ini mengandung makna bahwa Sumatera Utara

masih memerlukan pasokan dari provinsi lain atau impor.

Perimbangan produksi pangan pokok dengan indeks kebutuhan

dengan mempertimbangkan jumlah penduduk dan dapat dicapai

tahun 2025 diterakan pada Tabel 12.

Tabel 12. Perimbangan Produksi Pangan Pokok dengan Index

Kebutuhan di Sumatera Utara

No Jenis Pangan Pokok Prediksi-Tahun

2025

1 Beras dengan rendemen dari GKP=62.74 % 1.70

2 Jagung 2.40

3 Kedelai 3.27

4 Gula 0.66

5 Minyak Goreng (rendemen dari CPO 65 %) 2.44

6 Tepung Terigu ua

7 Bawang Merah 1.22

8 Cabai 4.87

9 Daging Sapi 4.54

10 Daging Ayam 1.14

11 Telur Ayam 1.22

Keterangan: ua = unavailable

Page 51: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

42 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

BAB III

KEUNIKAN KONDISI SUMATERA UTARA

UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN

KETAHANAN PANGAN

Karakteristik Lokasi dan Wilayah:

Luas wilayah Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2

(Tabel 13) dengan luas wilayah kab/kota terluas adalah Kabupaten

Padang Lawas Utara diikuti dengan Kabupaten Padang Lawas dan

Kabupaten Labuhanbatu Utara yang masing-masing memiliki

desa/kelurahan 388, 304, dan 90 desa/kelurahan. Adapun luas

wilayah kab/kota terkecil adalah kota Sibolga, diikuti oleh kota

Tebing Tinggi, dan kota Tanjung Balai masing-masing 10,77 km2,

38,44 km2, dan 61,52 km2. Dapat disimpulkan bahwa sumber

produksi pangan sangat tinggi sehingga apabila Indonesia

kekurangan pangan masih memungkinkan untuk usaha tani dalam

rangka pasokan berbagai pangan yang berasal dari tanaman

pangan, hortikultura, tanaman perkebunan, serta pangan hewani.

Hal ini merupakan faktor pembeda bagi Sumatera Utara.

Page 52: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 43

Tabel 13. Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

No. Kabupaten/Kota Ibukota Banyaknya Luas Wilayah (km²) Kecamatan Desa/Kel

1 Kab.Nias Gunung Sitoli 10 170 980,32

2 Kab.Nias Selatan Teluk Dalam 35 355 1.625,91

3 Kab.Nias Barat Lahomi 8 105 544,09

4 Kab.Nias Utara Lotu 11 113 1.501,63

5 Kab.Mandailing Natal Panyabungan 23 407 6.620,70

6 Kab.Tapanuli Selatan Sipirok 14 248 4.352,86

7 Kab.Tapanuli Tengah Pandan 20 215 2.158,00

8 Kab.Tapanuli Utara Tarutung 15 252 3.764,65

9 Kab.Toba Samosir Balige 16 244 2.352,35

10 Kab.Labuhan Batu Rantau Prapat 9 98 2.561,38

11 Kab.Asahan Kisaran 25 204 3.675,79

12 Kab.Simalungun Pamatang Raya 31 413 4.368,60

13 Kab.Dairi Sidikalang 15 169 1.927,80

14 Kab. Karo Kabanjahe 17 259 2.127.00

15 Kab.Deli Serdang Lubuk Pakam 22 394 2.486,14

16 Kab.Langkat Stabat 23 277 6.263,29

17 Kab.Humbang

Hasundutan

Dolok Sanggul 10 154 2.297,20

18 Kab.Pakpak Bharat Salak 8 52 1.218,30

19 Kab.Samosir Pangururan 9 134 2.433,50

20 Kab.Serdang Bedagai Sei Rampah 17 243 1.913,33

21 Kab.BatuBara Lima puluh 7 151 904,96

22 Kab.Padang Lawas

Utara

Gunung Tua 9 388 3.918,05

23 Kab.Padang Lawas Sibuhuan 9 304 3.892,74

24 Kab.Labuhan Batu

Utara

Aek Kanopan 8 90 3.545,80

25 Kab.Labuhan Batu

Selatan

Kota Pinang 5 54 3.116,00

26 Kota Sibolga Sibolga 4 17 10,77

27 Kota Tanjung Balai Tanjung Balai 6 31 61,52

28 Kota Pematang Siantar Pematang Siantar 8 53 79,97

29 Kota Tebing Tinggi Tebing Tinggi 5 35 38,44

30 Kota Medan Medan 21 151 265,10

31 Kota Binjai Binjai 5 37 90,24

Page 53: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

44 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

No. Kabupaten/Kota Ibukota Banyaknya Luas Wilayah

(km²) Kecamatan Desa/Kel

32 Kota Padang

Sidimpuan

Padang

sidimpuan

6 79 114,65

33 Kota Gunung Sitoli Gunung Sitoli 6 101 469,36

Provinsi Sumatera

Utara

Medan 440 6.008 71.680,68

Sumber: Sumatera Utara dalam Angka 2020

3.1. Kondisi Demografi

Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara tahun 2019

mencapai 14.562.549 jiwa,sebanyak 3.399.821 Rumah Tangga.

Adapun jumlah penduduk tertinggi pada tahun 2019 adalah di kota

Medan, Deli Serdang, serta Langkat masing-masing dengan jumlah

penduduk 2.279.894 jiwa, 2.195.709 jiwa, dan 1.041.775 jiwa

(Tabel 14), sedang jumlah penduduk paling sedikit adalah di

Kabupaten Pakpak Bharat sebesar 48.935 jiwa diikuti oleh

Kabupaten Nias Barat 82.154 jiwa dan Kota Sibolga 87.626 jiwa

(Tabel 14). Produksi tidak sama di semua kabupaten/kota sehingga

distribusi pangan haruslah terjamin dari sentra produksi ke sentra

konsumen. Rata-rata jumlah anggota keluarga di Provinsi Sumatera

Utara adalah 4,28 jiwa. Hal ini menuntut bahwa harus ada

kebijakan khusus dalam rangka pemenuhan pangan untuk keluarga

hingga kebutuhan individu. Selain itu, cadangan panganpun pada

tingkat keluarga harus memadai yang apabila dihitung secara

umum maka cadangan beras di Provinsi Sumatera Utara yang ideal

adalah 14.562.549 x 300 g x 31 x 3 bulan yaitu sebesar 406.295,12

ton. Selanjutnya Provinsi Sumatera Utara harus menyediakan beras

yang ideal untuk 1 tahun: 14.562.549x 300 g x 365 hari

=1.594.599,16 ton. Agar menjadi ketersediaan beras terjamin

maka harus ditambahkan konsumsi per tahun ditambah cadangan

pangan 3 bulan ke depan (disebut iron stock) = 1.594.599,16 ton +

406.295,12 ton = 2.000.894,28 ton. Selanjutnya stok awal pada 1

Januari 2019 di Provinsi Sumatera Utara sebesar 791.519 ton maka

ketersediaan riil sebesar 2.000.894,28 ton + 791.519 ton =

2.792.413,28 ton. Apabila perhitungan KSA benar yaitu produksi

Page 54: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 45

setara beras hanya 1.186.349 ton maka Provinsi Sumatera Utara

haruslah menerima pasokan dari luar Provinsi Sumatera Utara

sebesar 814.545,28 ton yang berarti setiap bulan mencapai 67,88

ton. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh semua pihak, dengan

kata lain harus duduk bersama antara BPS, Dinas Tanaman Pangan

dan Hortikultura, serta Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan

Provinsi Sumatera Utara yang dapat difasilitasi oleh Tim Teknis

Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, untuk mencari solusi

komprehensif berbasiskan kesepakatan bersama dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, untuk segera dibahas

Kementan RI dengan BPS Pusat. Yang pasti, harga beras di

Sumatera Utara relatif stabil dan tidak ada kerusuhan sosial untuk

memperebutkan beras. Kalau begitu, mungkinkah Sumatera Utara

defisit beras? Tidak mungkin, karena selain luas lahan yang more

than enough, masyarakat Sumatera Utara dikenal memiliki budaya

kerjasama yang kuat/gotong royong, kerja keras dan kerja cerdas

serta kerja berkesinambungan. Jumlah penduduk, jumlah rumah

tangga dan rata-rata jumlah anggota rumah tangga menurut

kabupaten/kota diterangkan pada Tabel 14.

Page 55: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

46 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Tabel 14. Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga Dan Rata-Rata

Jumlah Anggota Rumah Tangga menurut

Kabupaten/Kota

Kabupaten/Kota Jumlah

Penduduk

Jumlah RT Rata-rata ju

mlah anggota

Keluarga

01 Nias 143.319 27.685 5,03

02 Mandailing Natal 447.287 104.582 4,27

03 Tapanuli Selatan 281.931 65.302 4,32

04 Tapanuli Tengah 376.667 80.806 4,66

05. Tapanuli Utara 301.789 69.657 4,33

06 Toba Samosir 183.712 44.883 4,08

07 Labuhan Batu 494.178 111.301 4,44

08 Asahan 729.795 170.281 4,28

09 Simalungun 867.922 221.234 3,92

10 Dairi 284.304 67.903 4,18

11 Karo 415.878 111.643 3,71

12 Deli Serdang 2.195.709 513.413 4,27

13 Langkat 1.041.775 255.705 4,07

14 Nias Selatan 319.902 66.823 4,80

15 Humbang Hasundutan 190.186 43.035 4,41

16 Pakpak Bharat 48.935 10.995 4,48

17 Samosir 126.188 30.331 4,15

18. Serdang Bedagai 616.396 150.110 4,10

19. Batubara 416.493 95.398 4,36

20 Padang Lawas Utara 272.713 63.405 4,30

21 Padang Lawas 281.239 64.843 4,33

22 Labuhan Batu Selatan 338.982 80.141 4,22

23 Labuhan Batu Utara 363.816 84.181 4,32

24 Nias Utara 137.967 28.352 4,87

25 Nias Barat 82.154 17.108 5,08

26 Sibolga 87.626 18.803 4,66

27 Tanjung Balai 175.223 37.464 4,68

28 Pematang Siantar 255.317 59.692 4,28

29 Tebing Tinggi 164.402 39.291 4,18

30 Medan 2.279.894 523.098 4,36

31 Binjai 276.597 63.479 4,35

32 Padang Sidempuan 221.827 49.685 4,46

33 Gunung Sitoli 142.426 29.192 4,89

Sumatera Utara 14.562.549 3.399.821 4,28

Sumber: Sumatera Dalam Angka (SUDA) 2020

Page 56: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 47

3.2. Persentase Penduduk Miskin

Mengenai garis kemiskinan persentase penduduk miskin dan

jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara berfluktuasi dari

tahun 2010-2019. Garis kemiskinan tertinggi baik di kota maupun di

desa dijumpai pada tahun 2019 masing-masing 506.538 jiwa dan

470.545 jiwa. Hal ini diduga disebabkan oleh pandemi Covid-19

dimana pemerintah pusat menganjurkan agar tetap mengikuti

protokol kesehatan dengan menggunakan alat pelindung diri seperti

masker, tidak berkerumun, dan bekerja dari rumah. Kebijakan awal

memang diikuti oleh seluruh masyarakat karena ada bantuan sosial

dari Pemerintah, tetapi pada gilirannya kebijakan dimaksud tidak

dapat berlangsung lama akibat terjadinya kontraksi ekonomi di NKRI

sehingga muncullah kebijakan baru bekerja dengan prinsip new

normal. Sebaliknya persentase penduduk miskin tahun 2019

menurun menjadi 8,30% yang sebelumnya pada tahun 2018

sebesar 10,51% di perkotaan, sedangkan di desa pada tahun 2018

sebesar 11,06% dan pada tahun 2019 turun menjadi 8,39%. Hal ini

belum sepenuhnya dapat dimengerti. Untuk jumlah penduduk

miskin juga menurun dari 727,76 ribu jiwa pada tahun 2018 turun

menjadi 665,46 ribu jiwa pada tahun 2019 di perkotaan sedangkan

di desa turun dari 780,38 ribu jiwa pada tahun 2018 turun menjadi

595,04 ribu jiwa pada tahun 2019. Untuk lebih lengkapnya dapat

dilihat dan diikuti Tabel 15.

Page 57: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

48 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Tabel 15. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk

Miskin Provinsi Sumatera Utara

TAHUN

Garis Kemiskinan

(Rupiah/kapita/bln)

Persentase Penduduk

Miskin

Jumlah Penduduk Miskin

(ribu)

Kota Desa Kota Desa K+D Kota Desa K+D

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

2010 247.547 201.810 11,34 11,29 11,31 689,0 801,9 1.490,9

2011 271.713 222.226 10,10 11,53 10,83 658,9 777,5 1.436,4

2012 295.080 249.165 10,28 10,53 10,41 680,0 720,4 1.400,4

2013 307.352 263.061 9,98 10,13 10,06 665,4 697,0 1.363,4

2014 330.663 NA 9,81 9,89 9,85 667,47 693,13 1.360,6

2015 379.898 352.637 10,51 11,06 10,79 727,76 780,38 1.508,14

2016 413.835 388.707 9,69 10,86 10,27 690,34 762,21 1.452,55

2017 438.894 407.157 8,96 9,62 9,28 663,27 663,30 1.326,57

2018 379.898 352.637 10,51 11,06 10,79 727,76 780,38 1.508,14

2019 506.538 470.545 8,39 8,93 8,63 665,46 595,04 1.260,50

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2020

Keterangan: NA=Not Available (Data tidak tersedia)

3.3 Aspek Ketahanan Pangan

Ketersediaan Pangan

Perkembangan luas panen, produktivitas, dan produksi

tanaman padi, jagung, kedelai mulai tahun 2011-2019 juga

mengalami fluktuasi. Hal ini diterakan pada Tabel 16. Walaupun

data tiga tahun terakhir berbeda antara Kementerian Pertanian RI

dengan BPS maka data yang disajikan pada Tabel 17 tetap layak

untuk dibahas.

Luas panen tertinggi untuk tanaman padi dijumpai pada

tahun 2018 sebesar 1.125.495,6 Ha sedang produktivitas padi

tertinggi dijumpai pada tahun 2017 sebesar 61,90 Kw/Ha.

Demikian juga produksi tertinggi padi di Sumatera Utara sebesar

5.465.218,45 ton pada tahun 2018. Selanjutnya untuk jagung luas

panen tertinggi dijumpai pada tahun 2019 seluas 319.507 Ha, akan

tetapi produktivitas dan produksi tertinggi adalah pada tahun 2017

masing-masing sebesar 61,90 Kw/Ha dan 1.741.257,4 ton.

Kemudian untuk tanaman kedelai luas panen yang lebih tinggi

justru dijumpai pada tahun 2011 yaitu 11.413 Ha, adapun

Page 58: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 49

produktivitas kedelai yang lebih tinggi pada tahun 2019 sebesar

17,30 Kw/Ha dan produksi tertinggi tetap pada tahun 2011

sebesar 11.425 ton.

Tabel 16. Perkembangan luas panen, produktivitas dan produksi

padi, palawija Tahun 2011 sd 2019 di PSU

No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1. Padi

-Luas panen (Ha)

-Produktivitas

(Kw/Ha)

-Produksi (Ton)

757.547

47,62

3.607.404

765.099

48,56

3.715.513

742.968

50,17

3.727.249

717.318

50,62

3.631.039

781.769

51,74

4.044.829

2. Jagung

-Luas panen (Ha)

-Produktivitas

(Kw/Ha)

-Produksi (Ton)

255.291

50,71

1.294.645

243.098

55,41

1.347.121

211.750

55,87

1.182.928

200.603

1.159.796

243.772

62,33

1.519.407

3. Kedelai

-Luas panen (Ha)

-Produktivitas

(Kw/Ha)

-Produksi (Ton)

11.413

10,01

11.425

5.475

9,90

5.419

3.126

10,33

3.229

5.024

11,36

5.705

5.303

12,35

6.549

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara

(2021) dan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera

Utara (2021)

Lanjutan tahun No. Uraian 2016 2017 2018 2019

1. Padi

Luas panen (Ha)

Produktivitas

(Kw/Ha)

Produksi (Ton)

885.575,9

61,63

4.609.790,9

988.068

61,90

5.136.184,6

1.125.495,6

57,83

5.465.218,45

717.318

61,36

4.693.562,8

2. Jagung

Luas panen (Ha)

Produktivitas

(Kw/Ha)

Produksi (Ton)

252.729,2

61,63

1.557.462,8

281.311,4

61,90

1.741.257,4

295.849,50

57,83

1.710.784,96

319.507

61,36

1.960.424

3. Kedelai

Luas panen (Ha)

Produktivitas

(Kw/Ha)

Produksi (Ton)

3.955,3

12,80

5.062,0

6.004,8

12,95

7.777,7

5.849,90

7,02

8.152,97

5.563

17,30

9.626,7

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara

(2021) dan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera

Utara (2021)

Page 59: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

50 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Perkembangan produksi pangan pokok di Provinsi Sumatera

Utara tahun 2011-2019 sangat dinamis, dari 9 komoditas pangan

seperti diterakan pada Tabel 17, kedelai kelihatannya harus

didatangkan dari daerah lain sedang untuk pangan pokok lainnya

Provinsi Sumatera Utara sudah swasembada.

Tabel 17. Perkembangan produksi pangan pokok di Sumatera

Utara Tahun 2011 – 2019

N0. Komoditas Produksi (Ton)

2011 2012 2013 2014 2015

1. Padi 3.607.432 3.715.084 3.727.682 3.631.039 4.026.449

2. Jagung 1.294.645 1.347.124 1.182.928 1.159.795 1.519.408

3. Kedelai 11.426 5.401 3.228 5.705 6.549

4. Kacang

Tanah

11.093 12.073 11.352 9.777 8.517

Ubi Kayu 1.091.710 1.171.521 1.518.222 1.383.346 1.616.955

Ubi Jalar 191.104 186.585 116.670 146.622 122.363

7. Daging Sapi 18.299,58 24.548,62 18.345,97 22.656,30 23.407,97

8. Daging

Ayam buras

13.430,39 14.314,08 18.435,18 16.647,62 16.904,88

9. Telur 104.939,44 131.261,83 164.981,97 155.744,08 161.681,54

Lanjutan tahun N0. Komoditas Produksi (Ton)

2016 2017 2018 2019

1. Padi 4.609.790,9 5.136.184,6 5.465.218,45 4.693.562,8

2. Jagung 1.557.462,8 1.741.257,4 1.710.784,96 1.960.424

3. Kedelai 5.062,0 7.777,7 18.152,97 9.626,7

4. Kacang

Tanah

4.091,4 3.469,0 3.379,0 3.837,0

5. Ubi Kayu 34.852,3 28.948,0 22.945,4 31.514,0

6. Ubi Jalar 6.378,6 5.884,2 4.969,5 5.511,0

7. Daging Sapi

(ton)

25.571,07 26.297,65 15.240,3 15.723,6

8. Daging

Ayam (ton)

71.781,05 76.732,35 91.499,42 91.842,8

9. Telur (kg) 166.366.100 169.758,08 260.992.009

259.481.475

Sumber: BPS Sumatera Utara 2012-2020 (data diolah)

Page 60: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 51

Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) Sumatera Utara juga mengenal dan intens melaksanakan

SKPG. Konsep ini digunakan secara luas di berbagai wilayah di dunia. Di tiap Negara SKPG dikenal sebagai Early Warning System (EWS).

Sesuai UU Nomor 18/2012 tentang Pangan pasal 114 ayat 1 dan 2 (d) dan PP Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi pasal 75 ayat 1 dan 2 (d) mengamanatkan bahwa:

� ayat 1: Pemerintah dan Pemda berkewajiban membangun, menyusun, dan mengembangkan Sistem Informasi Pangan dan Gizi (SIPG) yang terintegrasi

� ayat 2 (d) : SIPG dapat digunakan untuk pengembangan sistem peringatan dini terhadap masalah Pangan dan kerawanan Pangan dan Gizi

Adapun indikator SKPG diterakan pada Tabel 18.

Tabel 18. Indikator Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi

Aspek Indikator SKPG

A. Food Availability 1. luas tanam komoditas pangan bulan berjalan 2. luas tanam komoditas pangan bulan berjalan 5

tahun terakhir 3. luas puso komoditas pangan bulan berjalan

4. luas puso komoditas pangan bulan berjalan 5 tahun terakhir

B. Food Access 1. Harga beras untuk seluruh wilayah kab./kota

2. Harga beras, jagung, dan ubi kayu; 3. Harga beras, ubi jalar, dan ubi kayu.

C. Food Utilization 1. Angka Balita Ditimbang terkoreksi (D’) 2. Angka Balita Naik Berat Badan (N)

3. Balita yang tidak naik berat badannya dalam 2 kali penimbangan berturut-turut (2T)

4. Angka Balita Dengan Berat Badan Dibawah Garis Merah (BGM)

D. Supporting Data 1. Data kejadian bencana alam (banjir, tanah

longsor, gempa bumi dan lain lain) 2. Data curah hujan

3. Kasus gizi buruk yang ditemukan 4. Perubahan pola konsumsi pangan,

5. Data sebaran Organisme Pengganggu

Tumbuhan 6. Cadangan pangan

Sumber: Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Badan Ketahanan Pangan 2019-Bahan e learning Bidang Kerawanan Pangan

Page 61: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

52 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Untuk wilayah perkotaan/non produksi yang juga dapat disebut sentra konsumsi dilakukan sebagai berikut:

Analisis SKPG

a) Analisis Availabilitas Pangan

No. Analisis Persentase

(r) (%) Bobot

1

% ase luas tanam bulan berjalan dibandingkan dengan

rata-rata luas tanam bulan

bersangkutan 5 tahun terakhir

r ≥ 5 1 = Secure/Aman

-5 ≤ r < 5 2 = Alert/Waspada

r < -5 3 = Vulnerable/Rentan

2

% ase luas puso bulan berjalan dibandingkan dengan rata-rata

luas puso bulan bersangkutan 5 tahun terakhir

r < -5 1 = Secure

5 ≤ r < -5 2 = Alert

r > 5 3 = Vulnerable

1. Urban is an area that has a non-agricultural main activity, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi (Undang-Undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang).

2. Berdasarkan hasil kajian WFP pada tahun 2015; for areas that have non

agricultural main activities, harga pangan pokok (beras) merupakan indikator yang kuat untuk memprediksi kemungkinan terjadinya kerawanan pangan.

� Sehingga untuk analisis SKPG wilayah perkotaan/non pertanian hanya menggunakan aspek akses pangan dan pemanfaatan pangan.

� Namun apabila diketahui rasio ketersedian pangan/Food Consumptoin-Availability Ratio (IAV) kota lebih dari 1, artinya kota tersebut surplus

kebutuhan pangan pokok, maka menggunakan indikator sebagaimana pemilihan indikator di wilayah kabupaten lainnya.

Page 62: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 53

Komposit Ketersediaan Pangan

% ase rata-rata luas tanam bulan berjalan dibandingkan dengan rata-rata luas tanam

bulanan 5 tahun

% ase rataan luas puso bulan

berjalan dibandingkan dengan rata-rata luas puso bulanan 5

tahun

Bobot 1 2 3

1 2 3 4

2 3 4 5

3 4 5 6

Ket:

Total bobot 2 = warna hijau (secure)

Total bobot 3 – 4 = warna kuning (alert)

Total bobot 5 – 6 = warna merah (vulnerable)

b) Analisis Keterjangkauan Pangan Bulanan

No Analisis % ase (r) (%) Bobot

1 % ase rataan harga bulan

berjalan komoditas beras dibandingkan dengan rata-rata

harga 3 bulan terakhir

r < 5 1 = Secure

5 ≤ r ≤ 10 2 = Alert

r > 10 3 = Vulnerable

2 % ase rataan harga bulan

berjalan komoditas jagung

dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan terakhir

r < 5 1 = Secure

5 ≤ r ≤ 15 2 = Alert

> 15 3 = Vulnerable

3 % ase rataan harga bulan berjalan komoditas ubi kayu

dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan terakhir

r < 5 1 = Secure

5 ≤ r ≤ 15 2 = Alert

> 15 3 = Vulnerable

4 % ase rataan harga bulan berjalan komoditas ubi jalar

dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan terakhir

r < 5 1 = Secure

5 ≤ r ≤ 15 2 = Alert

> 15 3 = Vulnerable

c) Analisis Pemanfaatan Pangan Bulanan

No Analisis % ase

(r)(%) Bobot

1

% ase Balita yang naik BB (N) dibandingkan Jumlah Balita Ditimbang

terkoreksi (D’)

r > 90 1 = Secure

80 ≤ r ≤ 90 2 = Alert

< 80 3 = Vulnerable

2

% ase Balita yang BGM dibandingkan

Jumlah Balita ditimbang terkoreksi (D’)

r < 5 1 = Secure

5 ≤ r ≤ 10 2 = Alert

> 10 3 = Vulnerable

3 % ase balita yang tidak naik berat badannya dalam 2 kali penimbangan

berturut-turut (2T) dibandingkan Jumlah Balita ditimbang terkoreksi (D’)

r < 10 1 = Secure

10 ≤ r ≤ 20 2 = Alert

> 20 3 = Vulnerable

Page 63: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

54 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Komposit Pemanfaatan Pangan

Hasil analisis ke 1danke 2

Hasil

analisis ke 3

Bobot 2 3 4 5 6

1 3 4 5 6 7

2 4 5 6 7 8

3 5 6 7 8 9 Keterangan:

Total bobot 3 – 4 = warna hijau (secure)

Total bobot 5 – 6 dan tidak ada bobot 3 pada BGM/D’ dan 2T/D’= warna kuning (alert)

Total bobot 5– 9 dan ada bobot 3 pada BGM/D’ dan 2T/D’= warna merah (vulnerable)

Sumber: Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Badan Ketahanan Pangan 2019-Bahan

e learning Bidang Kerawanan Pangan

Untuk penanganan rawan pangan Sumatera Utara juga

tetap berpedoman pada FSVA (tahunan), SKPG (bulanan), gerakan

masyarakat mandiri pangan untuk mempercepat penanganan gizi

buruk dan gizi kurang, desa mandiri pangan, data rawan pangan

transien, dan data rawan pangan kronis. Kegagalan produksi dapat

menjadi pemicu awal rawan pangan hingga kurang gizi. Terjadinya

rawan pangan diperjelas pada Gambar 4.

Kegagalan

produksi

Daya beli

menurun

Pendapatan

menurun

KURANG

GIZI

PREVENTIFKURATIF

SANGAT

DINI

CUKUP

DINIKurang

DiniKetersediaan

Pangan RT

berkurang

Krisis, Sosial,

Ekonomi,

Politik

Ketersediaan

pangan di masy.

kurang

Asupan Zat

Gizi

kurang

Penyakit

Infeksi

1

2

4

3

5

6

7

8

PROSES TERJADINYA KERAWANAN PANGAN DAN GIZI

Gambar 4. Proses Terjadinya Kerawanan Pangan dari Hulu sampai

ke Hilir

Page 64: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 55

Melakukan Penanggulangan kerawanan pangan sangat diperlukan

gerakan bersama di mulai dengan:

� Penyusunan petunjuk pelaksanaan penanggulangan

kerawanan pangan diikuti;

� Sosialisasi petunjuk pelaksanaan penanggulangan

kerawanan pangan lalu;

� Melakukan intervensi melalui bantuan sosial pada daerah

rawan pangan hasil investigasi Tim SKPG dan rawan

pangan akibat bencana, selanjutnya;

� Penyediaan stok pangan melalui pengembangan lumbung

pangan pemerintah Provinsi Sumatera Utara, lalu

� Menggerakkan pemberdayaan masyarakat rawan pangan,

melalui program desa mandiri pangan, gerakan masyarakat

mandiri pangan dan dipadukan dengan program lainnya di

tingkat kabupaten/kota.

Penanggulangan rawan pangan adalah melakukan investigasi dan

intervensi rawan pangan kronis dan transien.

� Investigasi

� Berdasarkan pemetaan situasi pangan dan gizi yang

dilakukan oleh Tim SKPG.

� Tim Investigasi harus segera turun ke lapangan paling

lambat 1 minggu setelah suatu daerah diketahui mengalami

kerawanan pangan kronis.

� Hasil investigasi digunakan oleh Tim Investigasi untuk

menyusun rekomendasi.

� Hasil rekomendasi yang disampaikan mencakup jenis

intervensi yang tepat, lokasi dan masyarakat sasaran,

jangka waktu pelaksanaan intervensi dan lain-lain sesuai

dengan kepentingan.

� Intervensi

� Kepala Daerah memerintahkan Pokja Pangan dan Gizi

untuk mengkoordinasikan pelaksanaan intervensi.

Page 65: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

56 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

� Intervensi yang dilakukan mencakup tanggap darurat

apabila diperlukan, intervensi jangka menengah serta

intervensi jangka panjang.

� Jenis intervensi yang tepat, jangka waktu intervensi,

besaran dana yang diperlukan dan lain-lain dapat diketahui

berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan oleh Tim

Investigasi.

� Intervensi dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber

dana baik berasal dari APBN, APBD, masyarakat maupun

bantuan internasional.

Penanggulangan Rawan Pangan Transien

Investigasi

� Membentuk Tim Investigasi.

� Tim Investigasi melaksanakan tugasnya dan melaporkan

hasilnya kepada Kepala Daerah maksimal 3 hari setelah

dibentuk.

� Hasil investigasi meliputi rekomendasi adanya rawan

pangan transien yang disebabkan oleh bencana, wilayah

yang mengalami rawan pangan, masyarakat sasaran, jenis

intervensi yang diberikan, jangka waktu dan pelaksana

intervensi.

� Setelah menerima rekomendasi dari Tim Investigasi, Kepala

Daerah memerintahkan Pokja Pangan dan Gizi untuk

melakukan intervensi.

� Tim Investigasi dapat berkoordinasi dengan

Satlak/Satkorlak setempat.

Intervensi

Intervensi dilakukan dengan memberikan bantuan tanggap

darurat, sesuai kebutuhan setempat dari hasil investigasi dan

bantuan jangka pendek serta jangka panjang.

Sistem monitoring ketahanan pangan untuk mengetahui rumah

tangga rawan pangan di Sumatera Utara (Dokumen Dewan

Ketahanan Pangan-BKP, 2018) ditampilkan pada Gambar 5.

Page 66: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 57

Gambar 5. Sistem Monitoring Ketahanan Pangan mulai dari FSVA

hingga Rumah Tangga Rawan Pangan

Pengambilan data untuk FSVA dapat 2-3 tahun sehingga

sifat indikatornya lebih statis, sedang SKPG dilakukan secara

periodik yaitu bulanan dan tahunan dan sifatnya terus menerus

sehingga sifat indikatornya lebih dinamis. Dalam hal ini, baik FSVA

maupun SKPG informasi mengenai situasi ketahanan pangan

berada pada tingkat wilayah, lalu diteruskan untuk mengetahui

pada rumah tangga rawan pangan untuk tujuan intervensi.

Berikut contoh pengalaman Sumatera Utara untuk

menanggulangi rawan pangan yang diakibatkan oleh erupsi

Gunung Sinabung sebab mereka berada dalam kawasan rawan

bencana, berdasarkan hasil Investigasi Kerawanan Pangan melalui

EFSA di Kab. Karo-Sumatera Utara:

- Untuk melayani para pengungsi harus ada kerjasama masyarakat

dengan Kepala Desa, camat, Pemerintah Kab.Karo hingga

SKPG WILAYAH YANG RENTAN

TERHADAP KERAWANAN PANGAN

INVESTIGASI MASYARAKAT

RUMAH TANGGA RAWAN

PANGAN

FSVA

INTERVENSI

Page 67: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

58 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Pemerintah Provinsi dan Pusat, antara lain dalam hal perbaikan

sarana infrastuktur/investasi. Dalam hal ini, secara khusus

instansi yang menangani ketahanan pangan mempunyai tugas

mulia dalam hal ketersediaan pangan, kemandirian pangan

sampai ke tingkat penyediaan konsumsi pangan. Lebih detail,

sangat diperlukan berbagai program untuk mengatasi persoalan

masyarakat, sebagai berikut:

- Program Jangka Pendek

� Bantuan pangan B2SA selama di pengungsian berupa

beras dan non beras, dan dihitung total biaya yang

dibutuhkan setiap tahun

� Untuk Kebutuhan beras dapat dipenuhi dari cadangan

beras pemerintah tingkat kabupaten sebesar 100 ton dan

kekurangannya dipenuhi dari cadangan beras pemerintah

tingkat Provinsi dan Pusat.

� Kebutuhan non beras dapat dipenuhi dari dana

Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) tingkat

kabupaten, propinsi, pusat serta sumber dana lainnya

� Pemberian beasiswa pendidikan serta biaya kesehatan

- Program Jangka Menengah dan Panjang

� Fasilitasi usaha tani yang produktif dalam waktu yang

singkat (misalnya: budidaya sayuran, ternak ayam

potong, perikanan)

� Penyediaan sarana dan prasarana penyediaan air bersih

� Perlu dibangun tempat pemukiman yang aman dari erupsi

Gunung Sinabung

Program Jangka Pendek hingga Jangka Panjang seperti yang

dikemukakan di atas adalah berdasarkan temuan di lapangan

dengan memperhatikan beberapa variabel berikut:

� Jenis Sumber Air Minum – Sebelum dan Setelah Erupsi

� Lama waktu yang dibutuhkan ke dan dari sumber air

minum

� Sumber bahan bakar

� Sumber Penghasilan utama

� Sumber untuk memperoleh bahan pangan

Page 68: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 59

� Persentase pengeluaran untuk pangan

� Produksi serealia dan umbi-umbian

� Kepemilikan ternak

� Persentase ternak yang hilang/mati

� Apakah pernah menjual salah satu/beberapa aset setelah

bencana untuk memenuhi kebutuhan pangan/modal

usaha

� Kebiasaan makan sebelum dan setelah bencana – balita,

ibu-ibu, dewasa lainnya

� Kesulitan lain yang dihadapi:

o Kerja lembur untuk menambah penghasilan.

o Anggota keluarga mencari pekerjaan lain atau

pekerjaan tambahan.

o Membeli makanan yang kurang disukai dan lebih

murah

o Berhutang, atau mengandalkan bantuan teman atau

keluarga

o Mengurangi jajan

o Menggadaikan barang pribadi.

o Membeli makanan dengan cara kredit atau

berhutang.

o Mengurangi porsi makan/3x1 hari.

o Membatasi konsumsi makanan orang dewasa dan

mengutamakan makanan bagi anak-anak.

o Mengurangi frekwensi makan dalam sehari.

o Menjual barang-barang yang ada di rumah (radio,

perabot, kulkas, TV, karpet dll.

o Menjual asset produktif (mesin/peralatan pertanian,

mesin jahit, sepeda motor, tanah).

o Menjual hewan ternak lebih banyak dari biasanya.

Ketahanan pangan yang merupakan urusan wajib non pelayanan

dasar, tentunya harus ditampung dalam pembiayaan sesuai

amanah UU No 18/2012. Prinsip Kebutuhan Biaya Diuraikan

sebagai berikut (recalling SPM Ketahanan Pangan):

Page 69: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

60 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

(a) Pembiayaan mengikuti kegiatan: setiap jenis pelayanan

terdapat indikator kinerja utama; setiap indikator kinerja

utama ditetapkan langkah kegiatan; setiap langkah

kegiatan ditetapkan variabel kegiatan; setiap variabel

ditetapkan komponen yang mempengaruhi pembiayaan;

antar komponen disusun dalam formula dan dikalikan unit

cost untuk setiap variabel kegiatan.

(b) Tidak menghitung biaya investasi besar, hanya menghitung

investasi sarana dan prasarana yang melekat langsung

dengan keterlaksanaan

(c) Tidak menghitung kebutuhan belanja tidak langsung atau

belanja ex-rutin.

(d) Tidak menghitung kebutuhan belanja pangan suatu

provinsi dan kabupaten/kota secara total, hanya

menghitung kebutuhan biaya untuk menerapkan dan

mencapai indikator kinerja utama yang ditetapkan.

(e) Tidak menghitung kebutuhan belanja pangan per OPD

ketahanan pangan.

a. Kebutuhan biaya adalah hasil hitung dari kebutuhan

provinsi dan kabupaten/ kota, bukan kebutuhan

masing-masing OPD Ketahanan Pangan.

b. Kebutuhan belanja masing-masing OPD Ketahanan

Pangan tergantung seberapa besar/banyak SKPD

tersebut melaksanakan langkah–langkah kegiatan

penerapan dan pencapaian indikator kinerja utama dan

seberapa besar volume masing-masing komponen

kegiatan.

Beberapa hal yang mempengaruhi kebutuhan biaya antara

lain: jumlah sasaran, besar kecilnya gap (semakin besar delta

semakin besar biaya yang dibutuhkan), ketersediaan sarana-

prasarana, geografis (semakin jauh suatu daerah semakin besar

biaya dibutuhkan), kegiatan optional dan unit cost. Selanjutnya

variabel ketahanan pangan yang harus terus diikuti

perkembangannya antara lain: ketersediaan energi dan protein per

kapita, penguatan cadangan pangan, ketersediaan informasi

Page 70: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 61

pasokan, harga dan akses pangan di daerah, stabilitas harga dan

pasokan pangan, skor pola pangan harapan (PPH), pengawasan

dan pembinaan keamanan pangan serta penanganan daerah

rawan pangan.

Distribusi dan cadangan pangan. Sumatera Utara selama ini

tetap komit untuk melakukan:

• Pembentukan cadangan pangan pokok pemerintah daerah

(provinsi, kabupaten/kota, desa) dan cadangan pangan

masyarakat hingga ke tingkat kecamatan-desa;

• Pembentukan dan pengembangan Lembaga Distribusi

Pangan Masyarakat di daerah sentra produksi (Gambar 6)

yang saat ini dikenal dengan toko tani Indonesia (TTI);

• Stabilitas pasokan dan harga pangan pokok sepanjang

tahun dan pangan strategis pada periode tertentu

khususnya menjelang hari besar keagamaan nasional

(HBKN) dimana indeks konsumsi biasanya meningkat walau

pasokan selalu memadai;

• Pemantauan harga pangan pada hari besar dan hari

keagamaan.

Input

SDM DanaSaranadanPrasarana

Kemandirian

Pemberdayaan

Tahap

Penumbuhan

TahapPengembangan

Tahap

Kemandirian

TAHAPAN KEGIATAN

• Seleksi kab, lokasi dan kelp. Sasaran.

• Sosialisasi Kegaiatan• Penetapan Kelp.

Sasaran• Penyusunan RUK• Penyaluran dana

Bansos• Pemanfatan dana

Bansos• Monitoring

• Penguatan Kelembagaan

• Penguatan cad. Pangan

• Pelatihan manajemen kelompok

• Pendampingan

• Pemantapan kelembagan

• Pemantapa cad. Pangan• Pelatihan dalam rangka

menunjang keberlanjutan

• Pendampingan

Benefit

Terbangunnya pengelola-an kelembagaan lumbung pangan masya-rakat yang efisien

Impact

Tercukupi nya kebutuhan pangan masya-rakat sepanjang waktu

Output

� Tersalurkannya dana untuk pembangunan fisik lumbung dan pengadaan cadangan pangan

� Terlaksana-kannya fasilitasi penguatan kemampu-an dalam mengelola lumbung

Outcomes

�Tersedianyadanberkembangnyacadanganpanganmilikkelompoksecaraberkelanjutan

�Meningkatnyakemampuankelompokdalammengelolalumbungpangan

KERANGKA PIKIR

5/10/2021 17

Gambar 6. Pola Pikir Pengembangan Lembaga Usaha Pangan

Masyarakat yang telah Berubah menjadi Toko Tani

Indonesia

Page 71: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

62 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Salah satu dari direktif Presiden untuk pembangunan

ketahanan pangan nasional (pada Konferensi Dewan Ketahanan

Pangan tahun 2010) adalah bahwa sistem cadangan dan distribusi

pangan, stok dan cadangan pangan nasional maupun daerah harus

cukup, memadai dan terkelola dengan baik. Karena produksi

beberapa komoditas beberapa tahun terakhir ini peruntukannya

bukan hanya untuk pangan, pakan, industri, akan tetapi sudah

merambah ke bahan baku bioetanol sehingga harga beberapa

komoditas tersebut rentan mengalami fluktuasi harga, seperti

Gambar 7 berikut:

Gambar 7. Penggunaan Cassava, Sweet Sorghum, dan Corn untuk

Bahan Baku Bioetanol

Sumatera Utara juga telah berhasil memetakan biaya usaha

tani (relatif) jagung di beberapa sentra produksi sebagai berikut:

biaya rata-rata untuk bibit/benih sebesar 1,90% dari biaya total,

biaya pupuk 7,26%, biaya pestisida 1,67%, biaya tenaga kerja

30,14%, lahan 34,10%, alat/sarana usaha 6,11%, jasa 14,34%,

dan biaya lainnya 4,49%.

Page 72: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 63

Selanjutnya sebelum masa Covid 19 Sumatera Utara telah

berhasil memotivasi gabungan kelompok tani menjadi pengusaha

yang dikenal dengan toko tani Indonesia daerah Sumatera Utara.

Hal ini merupakan salah satu kiat untuk memberi keuntungan yang

lebih tinggi kepada mereka yang telah mencurahkan waktunya

lebih banyak. Sebagai ilustrasi dapat dilihat Gambar 8.

Logika Volume Pengelolaan Barang dan Margin Keuntungan

PETANI(PROVITAS 5

Ton/Ha/MT)

PEDAGANG

PENGUMPUL

(Ratusan

Ton/Musim)....I

PEMIPILAN

(Ratusan

Ton/Musim)...II

DISTRIBUTOR...III

(Ratusan Ribu Ton/Musim)

PENGECER

(Ratusan

Ton/Musim)

MARGIN SEMAKIN

RENDAH (ABSOLUT

DAN RELATIF)

VOLUME KEPEMILIKAN

JAGUNG MENINGKAT

�HRD

�LUEP

�ADDED VALUE

�SUBSIDI

�TAX HOLIDAY

�LUMBUNG/TUNDA

JUAL

�LANTAI

JEMUR/MESIN

PEMIPIL JAGUNG

INDUSTRI

PAKAN...IV

PLDPM

GAPOKTAN

5/10/2021 14

Gambar 8. Berbagai Kebijakan untuk Meningkatkan Keuntungan

yang Lebih Tinggi bagi Petani Jagung di Sumatera

Utara

Produksi gabah (gabah kering panen, gabah kering giling)

pada saat panen raya di daerah sentra produksi selalu melimpah,

sedangkan permintaan gabah/beras bulanan relatif stabil kecuali

menjelang atau selama Hari Besar Keagamaan Nasional. Ditilik dari

hukum ekonomi, jika penawaran suatu komoditas meningkat

sedang konsumsi relatif stabil yang berarti ada surplus maka harga

akan menurun. Di lain pihak, pada musim paceklik, khususnya di

daerah sentra produksi seringkali stok yang tersedia untuk digiling

Kebijakan Sumut

Page 73: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

64 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

tidak mencukupi kebutuhan, sekuensinya terjadi peningkatan

harga, bahkan daya aksesibilitas petani menurun tajam. Jeritan

petani pada kondisi tersebut sering ramai dibahas di media massa

dan media elektonik dan hal ini juga didengar oleh Pemerintah,

sebagai respon pemerintah daerah, maka pada tahun 2003

dikembangkan suatu kegiatan di on farm berupa pengembangan

Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-

LUEP) bagi Gapoktan sebagai wujud akhir fusi beberapa poktan di

daerah sentra produksi. Dalam hal ini, pemerintah memberikan

dana talangan tanpa bunga kepada DPM LUEP yang langsung

dikelola oleh Gapoktan untuk membeli gabah secara langsung dari

petani produsen, terutama pada saat panen raya dengan harga

HPP-sesuai harga pembelian pemerintah. DPM-LUEP juga bergerak

dibidang pengolahan, pemasaran/perdagangan gabah/beras. Jadi,

sebagai unit usaha Gapoktan memanfaatkan dana penguatan

modal dukungan pemerintah untuk membeli gabah/beras petani

yang berada di daerah sentra produksi dengan mengikuti beberapa

aturan yakni pembelian haruslah tepat harga, tepat jumlah, tepat

pengembalian, serta tepat pengembangan Gapoktan. Aturan lain

adalah harus ada agunan dari pengusaha LUEP ke pemerintah

sebesar 125%-150% dari pinjaman yang diperoleh, biasanya

agunan dimaksud ditentukan oleh bank pemerintah yang ditunjuk.

Umumnya, berdasarkan kajian sebelumnya program aksi DPM-

LUEP bermanfaat bagi petani produsen karena ada jaminan

pemasaran dan harga gabah kering panen (GKP), gabah kering

giling (GKG)/beras, pembayaran tunai. Ternyata harga GKP/GKG

ataupun beras lebih tinggi di daerah DPM LUEP dibandingkan

dengan harga GKP, GKG/beras hinterland/non DPM LUEP

khususnya saat panen raya. Di lain pihak, modal usaha DPM LUEP

meningkat tanpa membayar bunga ke pemerintah, volume

pembelian GKP/GKG ataupun beras bertambah, dan dari hasil

pengecekan pembukuan ternyata ada peningkatan laba usaha.

Selanjutnya, manfaat lain bagi DPM LUEP adalah terjaminnya

pasokan GKP/GKG dari seluruh anggota khususnya untuk diolah

dan diperdagangkan, jual beli gabah/beras antar kabupaten

Page 74: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 65

meningkat, serta DPM LUEP sudah dapat melakukan kerja sama

dengan perbankan untuk mengakses modal komersial. Jelas, tata

niaga GKP/GKG atau beras lebih efisien, karena mata rantai

pemasaran menjadi lebih pendek, sehingga walau musim paceklik

atau panen raya, harga beras menjadi lebih stabil, semakin

berkembang aktivitas petani karena adanya peningkatan

pendapatan petani dan DPM LUEP. Hal ini kita sebut dengan win-

win collaboration. Tidak lama kemudian, muncul beberapa masalah

baru antara lain: Gapoktan sulit memberikan agunan, dan taksiran

agunan pun tidak sesuai dengan aturan dasar, sesama anggota

dan atau pengurus Gapoktan saling tidak percaya/berkelahi ujung-

ujungnya masalah mereka harus berhadapan dengan aparatur

hukum. Apabila hal ini tidak segera diatasi artinya ada kevacuman,

maka pendapatan usaha petani di daerah sentra pastilah anjlok,

rumah tangga petani miskin bertambah, rawan pangan juga akan

meningkat, hal ini pada gilirannya akan mengganggu upaya

pembangunan ketahanan pangan di daerah sentra produksi.

Muncul upaya agar nilai positif dari DPM LUEP tetap dipertahankan

tetapi dieliminir masalah yang ada. Sebagai penyelamat,

didesignlah suatu lembaga ekonomi petani yang mampu berperan

sebagai pembeli GKP/GKG pada tingkat HPP lalu lembaga tersebut

mengelola gabah menjadi beras dan memasarkannya pada saat

harga cukup tinggi sehingga lembaga memperoleh profit optimal.

Salah satu syarat lembaga harus punya lahan untuk pembangunan

lumbung sebagai tempat cadangan pangan. Artinya, lembaga

harus mampu menyalurkan beras bagi anggota khususnya pada

musim paceklik dengan membuat AD/ART yang sebelumnya harus

disepakati dimana lembaga akan menerima pengembalian

pinjaman dari anggota ditambah dengan jasa pinjaman saat panen

tiba. Adapun nama lembaga yang diluncurkan adalah Penguatan

Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (PLDPM) yang tetap

berbasiskan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gapoktan

dimaksud bukan lah jadi-jadian tetapi sudah berkiprah dan

berkinerja baik, artinya punya sarana dan prasarana serta eksis di

wilayah kerjanya dan anggota dapat bekerja satu sama lain.

Page 75: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

66 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Menurut BKP- Kementerian Pertanian RI, tujuan dari penyaluran

dana Bansos pada kegiatan Penguatan-LDPM adalah memperkuat

modal usaha Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya

(distribusi/pemasaran dan cadangan pangan), sehingga dapat

mengembangkan sarana penyimpanan, melakukan pembelian hasil

produksi anggotanya, dan tersedia cadangan pangan disaat

menghadapi musim paceklik serta tercapai stabilisasi harga pangan

di tingkat petani saat panen raya. Selanjutnya, PLDPM harus

mengembangkan usaha ekonomi di wilayahnya dengan melakukan

musyawarah rencana kegiatan bersama anggota kelompoknya

serta melakukan pembelian-penyimpanan-pengolahan- pemasaran

sesuai rencana dan kebutuhan anggota serta kebutuhan pasar,

mempunyai nilai tambah bagi unit usaha Gapoktan, lalu dapat

memperluas jejaring kerja sama pemasaran yang saling

menguntungkan dengan mitra usaha di dalam maupun di luar

wilayahnya. Sebenarnya, pemerintah tidak gegabah, ada tiga fase

PLDPM sebagai kontrol indikator keberhasilan yakni fase

penumbuhan, pengembangan dan fase kemandirian. Singkat

cerita, rupanya setelah PLDPM dikelola beberapa tahun muncul

berbagai masalah walaupun ada yang menghasilkan success story.

Beberapa hasil kajian penyebab masalah PLDPM antara lain:

Pencatatan tidak tertib-tanpa ada notulensi rapat, Gapotan tidak

solid karena ketua sering kali menampilkan one man show,

pemanfaatan dana bansos tidak sesuai dengan rencana usaha

Gapoktan, intuisi bisnis rendah/mindlessness logic, administrasi

amburadul, laporan juga tidak tertib, pendamping hanya pintar

mengambil honor tanpa ada usaha keras, serta

pertanggungjawaban keuangan Gapoktan sangat lemah. Pada hal,

PLDPM tidak membutuhkan agunan. Lalu, apa upaya lagi untuk

menyelamatkan Petani dan kelompoknya di daerah sentra

produksi? Penguatan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) yang

bekerjasama dengan Toko Tani Indonesia (TTI) yaitu lanjutan

LUEP dan atau PLDPM walaupun tidak selalu berkaitan langsung

satu sama lain, dan telah diujicobakan mulai tahun 2016. Ada

kekaguman/tribute tentang program dimaksud karena Gapoktan

Page 76: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 67

dilatih untuk mendekatkan diri ke konsumen akhir, apalagi

konsumsi dan harga beras di Indonesia tergolong tinggi dibanding

dengan negara lain kecuali Korea Selatan dan Jepang. Hal ini akan

berbahaya bila tidak segera diatasi khususnya bagi yang padat

penduduknya yang nota bene banyak masyarakatnya rawan

pangan. Tiap Gapoktan mendapat bantuan Rp 200 juta dari

Kementan RI-BKP yang digunakan untuk pengelolaan, transportasi,

packaging gabah/beras dan lain-lain. Dengan demikian, wajar bila

Gapoktan tetap menjual GKG dengan rendemen tertentu-beras ke

TTI sesuai perjanjian meski ada selisih harga dari Gapoktan ke TTI

dengan harga di pasar, sebab Gapoktan sudah terlebih dahulu

mendapat suntikan bantuan. Bagi Gapoktan yang telah mapan

tidak ada masalah. Program ini sangat sinkron dengan amanah UU

Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan

Petani. Juga disampaikan bahwa yang mau dituju PUPM-TTI

adalah agar terjaganya harga di tingkat produsen artinya petani

tidak rugi, memperpendek rantai pemasokan ke konsumen akhir,

profit marjin yang adil, middleman tidak seperti lintah darat yang

kerja hanya beberapa hari pada hal untungnya melimpah, ada

stabilisasi harga, serta merubah struktur pasar. Dalam hal ini

Pemerintah-BKP tetap mendukung petani khususnya di daerah

sentra produksi. Hal ini beralasan karena Bulog tidaklah mampu

mengerjakan point di atas hingga ke sentra produksi-on farm,

sedangkan melaksanakan OP pun Bulog sudah sering absen tepat

waktu, belum lagi penyaluran raskin yang di beberapa tempat

banyak masalah. Artinya, program PUPM-TTI tidaklah melanggar

Perpres No 48/2016 tentang penugasan kepada PERUM Bulog

dalam rangka ketahanan pangan Nasional. Memang, program

PUPM-TTI belumlah solusi/instrumen satu-satunya untuk

mengatasi masalah petani dan masyarakat rawan pangan di

Kab/Kota yang padat penduduknya hingga skala nasional, tetapi

hal ini merupakan suatu pola menjamin harga di daerah sentra

produksi dan membantu masyarakat rawan pangan di daerah

dimana TTI berada. Pola seperti ini perlu diamplifikasi. Gapoktan

yang bekerjasama dengan TTI, di awal pembentukannya sudah

Page 77: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

68 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

sesuai peraturan. Tugas semua pihak adalah agar aktifitas

Gapoktan dan TTI terlaksana dengan nyata, mereka taat azas,

mematuhi apa yg telah mereka tuliskan dan menuliskan apa yang

akan dilaksanakan, artinya pemerintah harus terus melakukan

pembinaan agar kedua belah pihak tetap bekerja keras, bekerja

sama, bekerja cerdas, modern dan berkesinambungan.

Success story yang lain didapati pada Gapoktan Oriza di

Langkat dengan bantuan modal dari pemerintah selama 1 siklus

telah berhasil meraup keuntungan, untuk distribusi pangan

sebesar Rp. 145.532.565,- dan cadangan pangan Rp. 33.936.400,-

.

Menurut Permenkes No. 75 tahun 2013 bahwa rata-rata

kecukupan energi dan protein bagi penduduk Indonesia masing-

masing sebesar 2150 Kkal dan 57 g perorang perhari pada tingkat

konsumsi. Konsumsi pangan (kg/kap/tahun) pada tahun 2019 di

Sumatera Utara, untuk golongan padi-padian: beras sebesar

100,2, jagung 0,5, dan terigu 14,9. Untuk golongan umbi-umbian:

singkong 6,9, ubi jalar 1,4, kentang 5,6, sagu 0,1, dan umbi

lainnya 0,5. Untuk pangan hewani (kg/kap/tahun): daging

ruminansia 3,6, daging unggas 6,8, telur 7,8, susu 2,3, dan ikan

29,1. Untuk konsumsi kelompok bahan pangan buah/biji

berminyak, konsumsi (kg/kap/tahun) di Sumatera Utara: kelapa

3,2, kemiri 0,2, sedang kelompok bahan pangan kacang-kacangan,

konsumsi di Sumatera Utara: kedelai 4,8, kacang tanah 0,3,

kacang hijau 0,4, dan kacang lainnya 0,1. Provinsi Sumatera Utara

mengkonsumsi gula (kg/kap/tahun): untuk gula pasir 8,9, gula

merah 0,4, selanjutnya dari kelompok bahan pangan sayuran dan

buah, Sumatera Utara mengkonsumsinya 51,8 kg/kap/tahun

sedang buah 35,3 kg/kap/tahun, lain-lain sebesar 23,2

kg/kap/tahun dan bumbu-bumbuan 3,1 kg/kap/tahun pada tahun

2019. Selanjutnya untuk konsumsi energi (Kkal/kap/hari) Sumatera

Utara mengkonsumsi dari golongan padi-padian 1291, umbi-

umbian 39, pangan hewani 256, minyak dan lemak 270, buah/biji

berminyak 61, kacang-kacangan 37, gula 94, sayuran dan buah

102, dan lain-lain 40. Selanjutnya untuk konsumsi protein (g

Page 78: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 69

protein/kap/hari), masyarakat Sumatera Utara mengkonsumsi

protein dari golongan padi-padian 29,3, dari umbi-umbian 0,5,

pangan hewani 24,4, minyak dan lemak 0 (nol), buah/biji

berminyak 0,6, kacang-kacangan 3,6, sayuran dan buah 3,9, dan

lain-lain 1,3 g protein/kap/hari. Bila dibandingkan dengan Nasional,

maka Sumatera Utara termasuk baik, artinya konsumsi kalorinya

sudah diatas rata-rata nasional. Jika dibandingkan konsumsi kalori

dengan ketersediaan energi penduduk terdapat surplus, hal ini

menunjukkan bahwa terdapat stock kecukupan pangan untuk

memenuhi kebutuhan pangan penduduk Sumatera Utara.

Berbagai upaya penanganan masalah gizi di Sumatera Utara

antara lain:

- Pemberian makanan tambahan balita gizi kurang.

- Pusat pemulihan gizi di puskesmas.

- Pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri dan ibu

hamil.

- Pemberian vitamin A pada bayi, balita dan ibu nifas.

- Pemantauan pertumbuhan balita.

- Pemantauan ASI eksklusif.

- Pemberian makanan tambahan untuk balita gizi buruk.

- Pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil KEK.

- Melakukan survelans gizi

- Melakukan pendataan Program Indonesia Sehat dengan

Pendekatan Keluarga (PISPK).

Selanjutnya sasaran dan pembinaan dan pengembangan unit

kantin sekolah meliputi:

- Sasaran primer: peserta didik

- Sasaran sekunder: guru, pamong belajar, tutor orang tua,

pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan serta Upaya

Kesehatan Sekolah di setiap jenjang

- Sasaran tertier: Lembaga pendidikan mulai dari TK pra

sekolah sampai SLTA, termasuk satuan pendidikan luar

sekolah dan perguruan agama serta pondok pesantren

Page 79: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

70 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

beserta lingkungannya. Sarana dan prasarana pendidikan

kesehatan dan pelayanan kesehatan. Lingkungan, yang

meliputi: lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat

sekitar sekolah

Jaminan mutu pangan (dokumen Dewan Ketahanan Pangan-Dinas

Kesehatan) telah dilakukan beberapa kegiatan penting

diantaranya:

I. Sarana produksi makanan minuman olahan dan pangan siap

saji memiliki:

• SPPIRT (Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga)

• Surat Keterangan Laik Sehat

• Hasil pemeriksaan laboratorium

II. Kantin sekolah/lingkungan sekolah memiliki:

• Surat Keterangan Laik Sehat Untuk Kantin Sekolah

• Pemeriksaan sampel makanan minuman jajanan anak

sekolah

• Program Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)

Jenis sarana seperti PIRT, katering, restoran/rumah makan,

depot air, tempat-tempat umum, membutuhkan parameter

kesehatan seperti surat keterangan laik sehat dan hasil

pemeriksaan laboratorium.

Sesuai dengan Perpres 22 tahun 2009, mengamanatkan

bahwa kegiatan promosi pengembangan pangan lokal melalui

program diversifikasi pangan non beras pangan bertujuan untuk

memberikan informasi dalam mengetahui percepatan

penganekaragaman konsumsi pangan dan memasyarakatkan

tentang pentingnya mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi,

seimbang dan aman, serta pentingnya menurunkan konsumsi

beras. Pelaksanaan kegiatan antara lain: (a) melalui mass media

dan elektronik serta media sosial, (b) promosi melalui media cetak

seperti leaflet, booklet, poster, (c) promosi media luar ruang

seperti baliho dan (d) pameran.

Page 80: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 71

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

pelaksanaan pengembangan usaha pengolahan program pangan

non beras berbasis tepung-tepungan adalah : (i) jenis alat

penepungan; (ii) ketersediaan bahan baku; (iii) pemahaman

anggota kelompok; (iv) pengadaan alat; (v) dana kegiatan; (vi)

pengetahuan kelompok tentang teknologi pangan; dan (vii)

pengetahuan penyuluh pendamping tentang teknologi pangan.

Kegiatan pengembangan program usaha pengolahan pangan lokal

berbasis tepung-tepungan belum optimal karena tidak adanya

spesifikasi alat penepungan untuk menunjang ketersediaan bahan

baku tepung-tepungan non beras dan non terigu.

Strategi pengembangan program pangan non beras

khususnya program P2KP untuk menunjang ketahanan pangan di

Sumatera Utara dilakukan dengan cara: a) kegiatan pemberdayaan

kelompok wanita dengan meningkatkan partisipasi anggota untuk

memanfaatkan pekarangan dengan usaha tani terpadu untuk

menghasilkan bahan pangan yang mengandung karbohidrat non

beras, protein, vitamin dan mineral; b) memanfaatkan penyuluh

pendamping secara optimal untuk meningkatkan pengetahuan dan

pemanfaatan lahan pekarangan guna memenuhi kebutuhan

pangan B2SA bagi keluarga anggota kelompok; c) memperbaiki

distribusi dana untuk meningkatkan pemahaman dan partisipasi

kelompok terhadap pangan B2SA dengan memanfaatkan biaya

kegiatan yang tersedia secara optimal; d) meningkatkan kinerja

organisasi dan tata kerja untuk memperbaiki proses pembentukan

kelompok; dan e) meningkatkan kualitas sosialisasi program untuk

memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan pemahaman serta

partisipasi kelompok terhadap pangan B2SA.

Konsumsi pangan masyarakat di Sumatera Utara masih

didominasi dari kelompok pangan padi-padian terutama beras,

sehingga program pengembangan pangan lokal harus ditingkatkan

agar konsumsi terhadap kelompok pangan ini dapat diturunkan

mendekati tingkat konsumsi yang ditargetkan FAO. Beberapa

alasan rasional pentingnya penurunan konsumsi beras adalah

bahwa ketergantungan terhadap satu makanan pokok pastilah

Page 81: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

72 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

akan berdampak pada ketahanan pangan nasional, juga telah

berkurang lahan pertanian yang cocok untuk padi, terjadinya

pemanasan global yang mengakibatkan terjadinya gagal panen di

beberapa negara penghasil beras.

Hasil studi banding ke Jawa Tengah dan Jawa Timur

menunjukkan bahwa beras analog yang terbuat dari jagung, rasa

dan bentuknya mirip dengan nasi pada umumnya. Dengan

mengkonsumsi nasi berlebihan tidak akan baik karena dapat

menyebabkan diabetes.

Berbagai kegiatan prioritas dapat dilakukan, misalnya road

show Diversifikasi Pangan, dan festival pangan berbahan baku Non

Beras, dan Non Terigu. Kegiatan ini harus memiliki brand,

contohnya memiliki jargon “Ayo makan beras analog di Sumatera

Utara. Hal ini akan berhasil apabila ada kerjasama seluruh

stakeholder di bidang pangan.

Para kaum profesional penggerak motor industri kuliner

diharapkan akan mendukung kebijakan pemerintah untuk

meningkatkan pola konsumsi yang akan mensejahterakan rakyat

dan pariwisata di bidang diversifikasi pangan non beras. Apalagi

bila pola konsumsi dan selera masyarakat sudah berubah dari

beras dan terigu pastilah meningkatkan kesejahteraan masyarakat

produsen. Hal inilah yang perlu diperagakan misalnya dalam

peringatan HPS, masyarakat melakukan cooking demo membuat

beragam menu dari bahan baku non beras dan non terigu. Menu

yang ditampilkan bisa saja Sup Jagung, Salad, Nangka Muda,

Smoke Beef, Bola-Bola Kentang (rasa coklat dan keju), Lapis

Kentang, kue non beras dan non terigu seperti Brownis, Kue

Kering, Cake Tape, Bolu Kukus dari Tepung Mocaf dan juga

Tepung Ganyong. Sinergitas kerja sama antara stakeholders

kuliner di tiap Kab/Kota di Sumatera Utara akan sekaligus dalam

mendukung program promosi pariwisata manggadong atau

diversifikasi pangan non beras. Diharapkan melalui diversifikasi

pangan non beras, asupan protein, karbohidrat, vitamin akan tetap

berimbang. Selama ini, pola makan beras terlalu banyak lebih dari

300 g sehari, makanan berlemak, dan kurang sayur juga buah

Page 82: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 73

yang menurut FA0 harusnya minimal kira-kira 250 g sehari.

Kenyataan lain, walau asupan beras sekarag sudah turun namun

ironisnya gantinya ke bahan baku impor terigu seperti mie dan

roti. Harapannya dapat beralih ke umbi-umbian dengan kebutuhan

150 g sehari, sedangkan saat ini hanya mengkonsumsi kurang dari

50 g sehari. Padahal perlu diketahui bahwa umbi-umbian memiliki

lebih banyak kandungan seratnya. Buah sukun pun dapat diolah

sebagai makanan utama, yang memiliki serat, sehingga

masyarakat harus banyak berkreasi dalam mencoba hidangan

dengan gizi yang berimbang bagi keluarga.

Walau saat ini harga beras analog dalam hitungan

ekonominya masih lebih tinggi dan belum bisa bersaing dengan

beras, misalnya harga beras analog berkisar Rp 25.000 per

kilogram, sementara beras harganya masih sekitar Rp 12.000,

apabila ada industri besar yang mulai memproduksi, ada up scaling

dan terintegrasi dalam menggarap beras analog, maka hitungan

ekonominya akan bersaing dengan beras. Potensi ini harus digali

sehingga konsumsi beras berkurang dan bahan pangan lain

meningkat. Gerakan diversifikasi pangan non beras haruslah

dioptimalkan. Beberapa program aksi percepatan diversifikasi

pangan non beras yang masih perlu dilakukan di Sumatera Utara

antara lain:

1. Kampanye program pemerintah untuk konsumsi produk

pangan local Sumatera Utara secara sistematis dan kontinyu

(Market driven):

� Upaya khusus peningkatan diversifikasi pangan lokal untuk

tiap kab/kota se Sumatera Utara termasuk manggadong.

� Program untuk warung/restoran/hotel/lounge/pesawat/bis

yang menyajikan menu lokal dengan tetap mengacu value

chain dan value added dengan Brand Sumatera Utara

Manggadong

� Program “Diversification goes to school-campus”

(Warung/kantin sekolah/kampus)

Page 83: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

74 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

� Pesta rakyat/event seperti Festival Danau Toba untuk

mendorong masyarakat dan pemimpin mencintai pangan

lokal.

� Kampanye melalui media massa, media sosial dan media

elektronik

2. Meningkatkan keragaman komoditi pangan yang sesuai

dengan potensi Sumatera Utara dengan mengacu pada

GAP dan SOP

3. Mendorong dan memberikan insentif bagi pengusaha untuk

masuk dan mengembangakan produk pangan lokal

4. Mengganti Program Raskin dan Bantuan Pangan

Pemerintah berbasis produk pangan non beras dan pangan

lokal B2SA

5. Bekerjasama dengan stakeholders untuk program

diversifikasi non beras khas Sumatera Utara lewat CSR.

Dalam hal ini, program aksi pangan program pangan lokal berbasis

tepung-tepungan dapat ditempuh melalui dukungan:

� Jenis alat penepungan

� Ketersediaan bahan baku

� Pemahaman anggota kelompok

� Pengadaan alat

� Dana kegiatan

� Pengetahuan kelompok tentang teknologi pangan

� Pengetahuan penyuluh pendamping tentang teknologi

pangan

Jenis alat untuk pembuatan tepung harus benar-benar

optimal, agar anggota kelompok yang mengusahakannya

termotivasi untuk mengembangkan usaha ini sebagai bahan baku

pengolahan pangan lokal dan non terigu. Keberhasilan

pengembangan usaha ini juga dipengaruhi oleh tersedianya dana,

kegiatan yang cukup, adanya pengetahuan tentang teknologi

pengolahan tepung dan program pangan local pada anggota

kelompok maupun penyuluh pendamping. Pengadaan alat dan

ketersediaan bahan baku akan mempengaruhi keberhasilan

pelaksanaan kegiatan ini. Proses internalisasi penganekaragaman

Page 84: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 75

konsumsi pangan dilakukan melalui 2 (dua) cara yaitu: (i)

advokasi, kampanye, promosi dan sosialisasi tentang konsumsi

pangan B2SA kepada aparat pada berbagai tingkatan dan

masyarakat; (ii) pendidikan konsumsi pangan B2SA melalui jalur

pendidikan formal dan non formal/penyuluhan.

Untuk membumikan Perpres No. 22 tahun 2009 tersebut di

Sumatera Utara maka salah satu kegiatan penting adalah

penerapan Rumah Pangan Lestari (RPL). RPL mengajak berbagai

pihak untuk berkolaborasi. Pada tataran pemerintah Provinsi

Sumatera Utara hal tersebut sudah berlangsung dengan baik

namun demikian harus terus ditingkatkan termasuk mutu

kolaborasi. Sinergitas OPD dalam rangka kegiatan RPL untuk

keberhasilan program RPL diuraikan pada Tabel 19.

Tabel 19. Sinergitas OPD untuk Memberhasilkan Rumah Pangan

Lestari (RPL) dan Dukungan yang Diperlukan.

No. OPD Dukungan

1 Dinas Ketahanan

Pangan dan

Peternakan Prov SU

Promosi di media massa, cetak & media

elektronik

Pengembangan pangan lokal skala industri

untuk mendukung RPL, pengolahan pangan,

tepungisasi, menghubungkan dengan

kelompok hinterland

Pemberian pendampingan dan pelatihan untuk

pendamping dan ketua kelompok

Pengembangan budidaya unggas dan ternak

kecil di pekarangan

2 BPTP Transfer Teknologi pemanfaatan pekarangan,

benih/bibit unggul varietas tanaman yang

sesuai dengan spesifik wilayah dan Integrasi

dengan model kawasan RPL

3 Dinas Perindustrian

dan Perdagangan

Prov SU

Pengembangan sarana industri pengolahan

pangan lokal

4

Dinas Tanaman

Pangan dan

Hortikultura Prov SU

Peningkatan produksi aneka umbi sebagai

pangan pilihan sumber karbohidrat selain

beras.

Bimbingan penyemaian benih, pengembangan

ketersediaan produksi sayur dan buah.

5 Dinas Perkebunan

Prov SU

Pengembangan produksi pangan lokal

Page 85: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

76 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Gambar 9 (sumber: dokumen DKP-BPTP), menjelaskan

bahwa ada 5 fungsi pekarangan yaitu lumbung hidup, warung

hidup, apotek hidup, bank hidup, dan estetika. Hal seperti ini

sangat urgen diteruskan karena terbukti dapat meningkatkan pola

pangan harapan, mengurangi biaya rumah tangga, dan lebih

terjamin kesehatan tiap rumah tangga khususnya di era pandemi

Covid 19.

Gambar 9. Lima Fungsi Pekarangan yang dapat Meningkatkan

PPH, Mengurangi Biaya Rumah Tangga, serta

Menjamin Kesehatan Keluarga di Era Pandemi Covid 19

Dari studi banding BPTP (2012) ke desa Kayen Kecamatan

Pacitan Jawa Timur, dampak RPL telah meningkatkan PPH dari

73,5 menjadi 87,5 atau 14 poin, bahan pangan lebih berkualitas,

terjadi penurunan belanja pangan rumah tangga sebesar Rp.

300.000,-/bulan.

Page 86: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 77

Potensi, Permasalahan, dan Tantangan. Sumatera Utara

memiliki:

Hutan Produksi Terbatas (HPT) : 851.155,07 Ha

Hutan Produksi Tetap (HP) : 963.861,12 Ha

Hutan produksi Konversi (HPK) : 47.251,24 Ha

Total Kawasan Budidaya : 1.835.267,43 Ha

Total Kawasan Hutan : 3.679.338,48 Ha

Kawasan peruntukan pertanian lahan basah, potensial

sawah dan lahan kering di setiap kab/kota Provinsi Sumatera Utara

diterakan pada Tabel 20. Dari Tabel 20 diperoleh bahwa pertanian

lahan basah di Sumatera Utara seluas 326.219,425 Ha dengan

rincian tertinggi di Kabupaten Deli Serdang seluas 37.217,006 Ha

diikuti di Kabupaten Mandailing Natal seluas 26.462,627 Ha,

kabupaten Serdang Bedagai seluas 25.633,999 Ha, serta kabupaten

Langkat seluas 23.017,168 Ha. Selanjutnya untuk pertanian lahan

kering, Sumatera Utara memiliki seluas 968.114,008 Ha dengan

pertanian lahan kering yang lebih luas dijumpai pada kabupaten

Mandailing Natal seluas 89.511,428 Ha diikuti kabupaten Karo

seluas 69.789,698 Ha, dan kabupaten Padang Lawas seluas

66.989,457 Ha. Sumatera Utara juga memiliki potensial sawah

seluas 74.324,423 Ha. Kondisi eksisting sangat perlu validasi untuk

mutu perencanaan pada masa mendatang.

Tabel 20. Kawasan Peruntukan Pertanian lahan basah, Potensial

sawah dan Lahankering di setiap Kab/Kota Provinsi

Sumatera Utara

No. Kab/Kota Luas (Ha) Total Luasan (Ha) Pertanian

Lahan Basah Pertanian

Lahan Kering Potensial Sawah

1 Nias 11.164,183 28.350,940 - 39.515,124

2 Mandailing Natal

26.462,627 89.511,428 11.304,426 127.278,48

3 Tapanuli Selatan

12.489,261 54.834,980 - 67.324,242

4 Tapanuli

Tengah

11.675,871 31.763,989 6.803,757 50.243,618

5 Tapanuli Utara 16.265,946 64.116,947 - 80.382,893

6 Toba Samosir 17.228,000 23.771,720 603,193 41,602,914

Page 87: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

78 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

No. Kab/Kota Luas (Ha) Total Luasan (Ha) Pertanian

Lahan Basah

Pertanian

Lahan Kering

Potensial

Sawah

7 Labuhan batu 14.710,528 25.006,946 - 39.717,474

8 Asahan 6.060,926 16.936,806 - 22.997,732

9 Simalungun 1.276,736 67.298,438 12.296,046 80.871,222

10 Dairi 8.716,481 50.881,326 1.742,330 61.340,138

11 Karo 8.094,153 69.789,698 - 77.883,852

12 Deli Serdang 37.217,006 43.859,405 17.016,210 98.092,623

13 Langkat 23.017,168 33.921,289 7.660,562 64.599,019

14 Nias Selatan 5.817,468 30.588,244 - 36.405,712

15 Humbang Hasundutan

14.268,994 57.922,295 456,022 72,647,311

16 Pakpak Bharat 837,009 13.128,479 - 13.965,480

17 Samosir 4.008,169 20.864,903 4.718,282 29.591,355

18 Serdang

Bedagai

25.633,999 6.878,310 964,014 33.476,324

19 Batubara 17.135,042 14.741,524 - 31.876,566

20 Padang Lawas Utara

8.776,530 21.399,753 - 30.176,284

21 Padang lawas 12.057,981 66.989,457 0,391 79.074,830

22 Labuhan batu Selatan

5.579,686 18.013,993 - 23.593,680

23 Labuhan batu Utara

10.110,562 7.638,998 3.236,989 20.986,550

24 Nias Utara 9.671,651 54.096,122 2.992,183 66.759,957

25 Nias Barat 3.120,863 22.702,476 106,601 25.929,942

26 Sibolga 0,114 373,883 - 373,998

27 Tanjung Balai - 1.407,779 - 1.407,779

28 Pematang Siantar

1.945,000 730,000 - 2.675,000

29 Tebing Tinggi 42,053 745,400 - 787,453

30 Medan 3.057,527 3.567,557 1.683,776 8.308,861

31 Binjai 2,796,490 1.561,547 2.593,914 6.951,952

32 Padang Sidempuan

5.394,288 6.792,219 - 12.186,507

33 Gunung Sitoli 1.587,106 17,927,142 145,721 19.659,969

Sumatera Utara

326.219,425 968.114,008 74.324,423 1.368.657,857

Sumber: Ranperda RTRW Provinsi Sumatera Utara 2010 – 2030

(Hasil analisis Data penggunaan lahan BPN Sumatera Utara 2009; Hasil analisa

data irigasi Sumatera Utara 2009)

Kawasan peruntukan perkebunan di kab/kota Provinsi

Sumatera Utara ditampilkan pada Tabel 21 memperlihatkan bahwa

luas perkebunan (Ha) tertinggi dijumpai pada Kabupaten Asahan,

seluas 219.833,003 Ha diikuti oleh kabupaten Langkat seluas

214.942,425 Ha, dan kabupaten Simalungun seluas 212.772,246

Ha.

Page 88: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 79

Tabel 21. Kawasan Peruntukan Perkebunan di Kab/Kota Provinsi

Sumatera Utara

No. Kab/Kota Luas Perkebunan (Ha)

1 Nias -

2 Mandailing Natal 93.244,722

3 Tapanuli Selatan 6.725,873

4 Tapanuli Tengah 63.724,507

5 Tapanuli Utara 9.211,200

6 Toba Samosir -

7 Labuhan batu 117.431,810

8 Asahan 219.833,003

9 Simalungun 212.772,246

10 Dairi 599,318

11 Karo 7.334,895

12 Deli Serdang 48.666,025

13 Langkat 214.942,425

14 Nias Selatan -

15 Humbang Hasundutan 59,114

16 Pakpak Bharat 18,918

17 Samosir -

18 Serdang Bedagai 116.284,316

19 Batubara 36.699,697

20 Padang Lawas Utara 83.652,791

21 Padang lawas 18.270.148

22 Labuhan batu Selatan 84.508,137

23 Labuhan batu Utara 160.631,182

24 Nias Utara -

25 Nias Barat -

26 Sibolga -

27 Tanjung Balai 4.206,759

28 Pematang Siantar 7.994,296

29 Tebing Tinggi 2.672,378

30 Medan -

31 Binjai 846,002

32 Padang Sidempuan -

33 Gunung Sitoli -

Sumatera Utara 1.591.694,948

Sumber: Ranperda RTRW Provinsi Sumatera Utara 2010 – 2030

(Data Dinas Perkebunan Provsu 2011; Hasil analisis Data penggunaan lahan BPN

Sumatera Utara 2009;Hasil analisa data irigasi Sumatera Utara 2009)

Page 89: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

80 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Permasalahan

Dinamika ekonomi pangan global

Menurut catatan PBB, pada saat ini tidak kurang dari 5 juta

jiwa lahir ke dunia setiap 10 hari, dan diperkirakan jumlah

penghuni bumi mencapai 9,2 milyar jiwa pada tahun 2050. Dari

segi kebutuhan pangan diperkirakan besar kebutuhan pangan

untuk menyediakan bahan pangan tidak saja jumlah yang

mencukupi, tetapi juga harus memenuhi standar dan kualitas

nutrisi. Untuk itu, produksi sumber-sumber pangan pertanian

harus meningkat sebesar 70 persen agar dapat memenuhi

kebutuhan.

Dampak dari perubahan atau anomali iklim dapat juga

menambah besarnya kesulitan dan risiko bagi pembangunan

ketahanan pangan secara berkelanjutan. Krisis pangan global yang

melanda dunia saat ini memang belum memberikan imbas yang

relatif besar terhadap Indonesia umumnya atau Sumatera Utara

khususnya hal ini disebabkan iklim di Indonesia masih mendukung

produksi pangan sehingga masih dapat memenuhi kebutuhan

domestik. Namun demikian, untuk 10 tahun kedepan kemandirian

pangan mendukung terwujudnya kedaulatan pangan di Indonesia

akan menghadapi tantangan yang cukup serius, antara lain

availabilitas pangan, pangan insikuritas, aksessibilitas, stok

pangan, diversifikasi konsumsi pangan, food intoksisitas, masalah

institusi ketahanan pangan, maupun perencanaan,

pengorganisasian, eksekusi, monitoring dan pengawasan.

Perubahan Iklim Global, Anomali Iklim

Dampak dari pemanasan global (Global warning) akan

mempengaruhi pola respirasi, evaporasi, water run-off,

kelembaban tanah dan variasi iklim yang sangat fluktuatif secara

keseluruhan mengancam produksi pangan.

Persentase Balita Gizi Buruk

Status gizi balita merupakan prasyarat dasar untuk

meningkatkan daya saing bangsa karena status gizi anak akan

Page 90: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 81

mempengaruhi tingkat kesehatan fisik dan kecerdasan anak yang

akhirnya akan mempengaruhi tingkat produktivitas secara

ekonomis.

Menurut penelitian WHO anak yang memiliki status gizi

kurang atau buruk mempunyai resiko kehilangan IQ sebesar 10-15

poin.

Dampak Pertambahan Penduduk Terhadap Pengentasan

Kemiskinan, Akses Pangan dan Perubahan Gaya Hidup

Laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan terus

meningkat, namun tidak diikuti oleh meningkatnya kualitas

sumberdaya manusia merupakan tantangan yang harus dihadapi

dan diantisipasi. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang masih

tinggi maka dapat menjadi ancaman yang besar dalam upaya

penyediaan pangan. Hal ini karena dengan semakin bertambahnya

jumlah penduduk maka permintaan pangan akan semakin

meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, daya beli

masyarakat dan perubahan selera. Dinamika dari sisi permintaan

ini menyebabkan kebutuhan pangan meningkat dalam jumlah,

mutu dan keragaman jenis dan keamanannya.

Selain dihadapkan pada tantangan penyediaan pangan

yang terus meningkat disisi lain dihadapkan pada masalah

penanganan kemiskinan. Menurut data BPS dari total jumlah

penduduk miskin terdapat sekitar 68 persen berada di pedesaan

yang menggantungkan nasibnya pada sektor pertanian, sedangkan

sisanya di perkotaan, maka hal ini berarti bahwa permasalahan

kemiskinan sangat terkait dengan sektor pertanian. Sektor

pertanian merupakan sektor yang sangat strategis untuk dijadikan

sebagai instrumen dalam pengentasan kemiskinan.

Pengentasan kemiskinan merupakan masalah pembangunan

yang sangat kompleks dan mempunyai dimensi tantangan lokal,

nasional maupun global, maka dalam pengembangan sektor

pertanian/ ketahanan pangan akan menjadi suatu tantangan yang

cukup besar untuk dapat memberikan kontribusi dalam penurunan

jumlah penduduk miskin.

Page 91: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

82 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Dalam mengembangkan produksi bahan pangan dan

mengembangkan diversifikasi pangan harus mengacu pada

sumberdaya lokal dan budaya lokal yang ada, serta pola makan

yang dianut oleh masyarakat.

Selain itu terjadi perubahan dalam psikologis seseorang

dalam bentuk ingin mencoba makanan lain yang lebih mempunyai

unsur ”kegengsian”yang merupakan salah satu cara untuk

perubahan gaya hidup yang lebih mapan dan moderen, sehingga

muncul istilah perubahan gaya hidup (lifestyle) akan mengubah

gaya makan (eat style). Perubahan gaya hidup dan gaya makan

akan merupakan tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan

teknologi pangan, industri pangan olahan berbasis pada bahan

pangan lokal dan budaya lokal. Semua pihak harus

mengedepankan bahwa kenyang tidak harus makan nasi akan

tetapi banyak sumber karbohidrat pengganti nasi di Sumatera

Utara, hal semacam ini sangat dibutuhkan sosialiasi dengan

menggunakan berbagai macam cara yaitu baik melalui media

massa/elektronik, seminar, pameran, jargon-jargon, ataupun

event-event lain di masyarakat untuk dapat merubah pola pangan,

dengan demikian bentuk dan jenis pangan olahan yang berbasis

bahan pangan lokal bisa terus dikembangkan sesuai selera

(preferensi) dan budaya masyarakat.

Tantangan

A. Kelembagaan Pangan

1. Jaringan kerjasama dengan instansi terkait, lintas sector

pusat dan daerah.

Seiring dengan adanya kelembagaan tersebut otonomi

daerah memberikan kewenangan penuh kepada daerah

untuk secara lebih spesifik serta fleksibel melaksanakan

kebijakan ketahanan pangan di daerahnya. Untuk itu

jaringan pendukung ketahanan pangan dan institusi

ketahanan pangan di daerah, perlu lebih ditingkatkan

kemampuannya untuk memantapkan program ketahanan

pangan daerah.

Page 92: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 83

2. Kerjasama dengan swasta dan masyarakat

Meningkatnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat

telah mendorong tingkat kesadaran masyarakat terhadap

keamanan mutu halal dan gizi pangan serta tumbuhnya

kesadaran masyarakat untuk meningkatkan ketahanan

pangan di tingkat rumah tangga. Dukungan informasi yang

proaktif, akan mendorong peningkatan kerjasama yang

efektif antar pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam

upaya pemantapan ketahanan pangan.

Pemerintah perlu memberdayakan berbagai pranata sosial

yang berhubungan dengan ketahanan pangan sebagai

pengganti Dewan Ketahanan Pangan yang telah dibubarkan

pemerintah pada Desember 2020 sekaligus berperan dalam

hal: (a) peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan

produksi, ketersediaan dan penanganan kerawanan

pangan, (b) penyempurnaan sistem pemantauan produksi

pangan dan ketersediaan pangan untuk mengantisipasi

rawan pangan, (c) mengembangkan program kemandirian

pangan pada desa rawan pangan serta (d) pengembangan

cadangan pangan pemerintah dan masyarakat.

B. Distribusi Pangan

Mengingat fungsi distribusi pangan dilaksanakan oleh

pelaku distribusi dalam melakukan perdagangan dan jasa

pemasaran, maka peran pemerintah adalah memberikan fasilitasi

dalam kebijakan yang mendukung ketersediaan sarana/prasarana

distribusi yang mudah dan murah, serta pengaturan pola produksi

di masing-masing daerah, sehingga proses kelancaran distribusi

pangan dari produsen ke pasar dan konsumen terselenggara

secara teratur, adil dan bertanggung jawab.

Peran pemerintah menyempurnakan sistem standarisasi

dan mutu komoditas pangan, serta melaksanakan perangkat

kebijakan yang mampu memberikan insentif dan lingkungan yang

kondusif bagi pelaku pasar dapat meningkatkan potensi dan

peluang pengembangan usaha distribusi pangan yang dapat

Page 93: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

84 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

menjamin stabilitas pasokan pangan di seluruh wilayah dari waktu

ke waktu. Pemantapan distribusi pangan harus diikuti oleh (a)

peningkatan koordinasi dan perumusan kebijakan distribusi

pangan, (b) penyempurnaan program dan kegiatan dalam

pengembangan sistem distribusi pangan melalui peningkatan

pemantauan dan analisis harga pangan serta (c) pengembangan

kelembagaan distribusi pangan masyarakat serta peningkatan

akses pangan.

Demikian juga untuk konsumsi, mutu, dan keamanan

pangan harus terus ditingkatkan agar Sumatera Utara sejahtera

dan memiliki daya saing produk yang tinggi.

Page 94: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 85

BAB IV

PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN

DI SUMATERA UTARA TAAT AZAS

Strategi dan arah kebijakan pembangunan ketahanan

pangan di Sumatera Utara tetap sinkron dan bersinergi secara

nasional maupun global. Oleh karena itu, pemerintah Sumatera

Utara harus hadir untuk melindungi masyarakat serta memberi

rasa aman, meningkatkan agroindustri dan ketahanan pangan,

kemandirian pangan serta kedaulatan pangan. Sumatera Utara

membangun ketahanan pangan juga dalam kerangka terwujudnya

pilar universal SDS’s dan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Sebelum membahas Strategi dan Arah Kebijakan Daerah

Pembangunan Ketahanan Pangan untuk mewujudkan kedaulatan

Pangan di Sumatera Utara, dirasa perlu mengemukakan analisis

SWOT pembangunan ketahanan pangan di Sumatera Utara

sebagai berikut:

Untuk mendapat strategi kebijakan pangan di Sumatera

Utara dilakukan dengan memperhatikan faktor internal yang

meliputi, kekuatan dan kelemahan pembangunan pangan Propinsi

Sumatera Utara dan faktor eksternal yang meliputi peluang dan

ancaman yang bersumber dari luar Sumatera Utara baik yang

berasal dari stakeholder pemerintah maupun swasta.

Faktor Internal

Kekuatan. Secara umum, internal instansi yang

menangani pangan di Propinsi Sumatera, memiliki kekuatan-

kekuatan sebagai berikut:

� Memiliki struktur lembaga yang mampu mendukung

tercapainya ketahanan pangan dan mewujudkan

kedaulatan pangan di Sumatera Utara

� Memiliki anggaran yang besumber APBN dan APBD yang

cukup dalam rangka menjalankan rencana kerja tahunan

maupun rencana strategis dalam lima tahunan

Page 95: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

86 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

� Memiliki SDM yang berkualitas sesuai dengan bidang dan

kompetensinya

� Terdapatnya lembaga cadangan pangan pemerintah, dan

stakeholders yang berfungsi untuk antisipasi jika terjadi

gejolak pangan dan atau paceklik, baik dari sisi stabilitas

harga maupun oleh karena bencana

� Potensi lahan untuk pangan yang masih tersebar di

kabupaten/kota dapat dioptimalkan dalam rangka

ketersediaan pangan yang cukup bagi masyarakat

� Informasi pasar pangan yang dapat diakses masyarakat

sebagai media untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan

pangan di Sumatera Utara

� Respon masyarakat terhadap diversifikasi pangan cukup

tinggi

� Adanya OKKPD yang menangani mutu dan keamanan

pangan segar serta sejenisnya di perikanan dan

peternakan.

Kelemahan. Secara umum, internal instansi yang

menangani Pangan dalam menjalankan sistim ketahanan pangan

di Sumatera Utara, masih memiliki beberapa kelemahan

diantaranya:

� Produk pangan segar didominasi oleh 86ystem86y

kecil/rumah tangga

� Kualitas SDM belum memadai secara signifikan

� Kelembagaan koordinasi belum terpadu

� Penguasaan Iptek yang masih lemah

� Keterbatasan dan sumber dana

� Ketersediaan 9 jenis pangan rumah tangga belum merata

di seluruh kab/kota hal ini disebabkan karena beberapa

komoditi pangan mengalami penurunan produksi dan tidak

semua kab/kota sentra produksi.

� Tingginya alih fungsi lahan pertanian pangan dikarenakan

belum dijalankan Perda tentang lahan pertanian pangan

Page 96: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 87

berkelanjutan serta adanya zonasi lahan pangan belum

sepenuhnya ditaati oleh semua pihak.

� Penyediaan dan penyaluran saprodi belum sepenuhnya

sesuai baik dari segi, jenis, tempat, mutu, harga maupun

sasaran karena sistim pengawasan belum dilakukan secara

terkoordinir

� Harga pangan yang belum stabil, khususnya pada musim

paceklik dan panen raya serta hari besar keagamaan

� Daya beli masyarakat khususnya terhadap pangan tertentu

masih rendah

� Kurangnya sarana dan prasarana distribusi pangan seperti

jalan, pelabuhan, TPI, cold storage, pasar, angkutan darat

dan laut khususnya di daerah terpencil

� Daya saing produk pangan masih rendah, khususnya untuk

pasar ekspor

� Impor pangan khususnya kedelai, daging, susu, dan

gandum yang cukup tinggi

� PPH masih di bawah PPH ideal

� Tingkat konsumsi pangan masih didominasi beras

� Kurangnya fasilitas pemerintah daerah dalam mendukung

pengembangan pangan lokal terutama kemitraan dengan

stakeholder

� Belum tersedianyan sarana dan prasarana laboratorium

yang cukup memadai untuk OKKPD atau sejenisnya untuk

sub sektor perikanan dan atau peternakan

Faktor Ekstenal

Peluang. Berbagai peluang yang dimiliki instansi/lembaga

yang menangani ketahanan pangan di Sumatera Utara adalah

sebagai berikut:

� Masih luasnya lahan untuk menghasilkan pangan serta

integrasi yang dapat dimanfaatkan untuk penyediaan

pangan

� Liberalisasi perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) yang membuka ruang untuk meningkatkan

Page 97: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

88 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

kesejahteraan petani/peternak/pembudidaya ikan/nelayan

melalui perdagangan

� Potensi pengembangan produk olahan 88yste terbuka luas

� Tersedianya teknologi dalam meningkatkan produksi

pangan

� Pemerintah Daerah memiliki potensi kemampuan dalam

mengembangkan sarana dan prasarana distribusi pangan

� Adanya industry swasta atau pengusaha pangan lokal

� Adanya mitra kerja perguruan tinggi, litbang, PKK, dan

penyuluh LSM

� Meningkatknya kesadaran masyarakat dalam diversifikasi

konsumsi pangan

� Adanya payung hukum di bidang pangan baik dalam

bentuk UU maupun Peraturan Pemerintah dan Peraturan

Daerah serta edaran lainnya

Ancaman. Berbagai ancaman yang dihadapi masyarakat

Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

� Persaingan internasional yang semakin ketat

� Pengetatan Peraturan dan kesepakatan internasional

(WTO/TBT, SPS, dll)

� Iklim mulai ke arah tidak menentu serta cenderung bersifat

ekstrim sehingga kalender tanam mulai kurang efektif

Strategi dan Arah Kebijakan Daerah Pembangunan

Ketahanan Pangan Menuju Kedaulatan Pangan di

Sumatera Utara

Strategi memuat rumusan tindak yang lebih taktis dan

pragmatis dalam menerjemahkan sasaran dalam RPJM Daerah

Sumatera Utara, sementara arah kebijakan memuat panduan

tindak yang lebih konkret yang pada akhirnya menjadi dasar

penyusunan program dan kegiatan. Arah kebijakan juga bersifat

pentahapan, yaitu tahapan pembangunan setiap tahun dalam

periode RPJM Daerah Sumatera Utara. Dalam menjabarkan visi

dan misi, dirumuskan sejumlah strategi utama yang mendasari

masing-masing strategi dan arah kebijakan pembangunan.

Page 98: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 89

Berbagai Strategi dan Kebijakan Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara yang telah dilakukan antara lain: tersedianya

keanekaragaman produk pangan olahan dan Peningkatan

kemampuan produksi bahan pangan hewani melalui optimalisasi

pemanfaatan sumber daya yang ada dengan melaksanakan 4

(empat) usaha pokok yaitu: intensifikasi, ekstensifikasi,

diversifikasi dan rehabilitasi dengan dukungan sepenuhnya dari

perbankan sehingga ketersediaan bahan pangan dapat terpenuhi.

Strategi dan kebijakan Sumatera Utara selama ini

khususnya untuk meningkatkan ketersediaan pangan

sebagai berikut:

1. Mendorong peningkatan produktivitas melalui inovasi teknologi

baru, dilakukan pengwilayahan sesuai kondisi daerah, tingkat

penerapan teknologi, serta kesiapan sarana prasarana

pendukung. Untuk daerah–daerah yang tingkat produktivitasnya

masih rendah didorong untuk mempercepat terjadinya

peningkatan produktivitas melalui penerapan teknologi spesifik

lokasi ataupun integrasi terpadu ternak dengan tanaman

pangan disertai dengan pengembangan rekayasa sosial dan

rekayasa ekonomi sudah ada, kabupaten di Sumatera Utara

yang telah menerapkannya adalah di kabupaten Serdang

Bedagai.

2. Cadangan pangan. Perlu lebih ditingkatkan cadangan pangan

(dapat juga berasal dari pekarangan, lahan desa, lahan tidur,

tanaman bawah tegakan perkebunan), kelembagaan lumbung

pangan masyarakat dan lembaga cadangan pangan komunitas

lainnya.

3. Pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis lingkungan

strategi pengembangan ekonomi kerakyatan dilakukan melalui:

kebijakan pengembangan ekonomi pertanian rakyat;

peningkatan promosi sector – sektor pangan dan olahannya

sebagai unggulan setiap kabupaten/kota; pengembangan RPL

dan tepungisasi. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya

dan potensi daerah melalui perencanaan pembangunan yang

Page 99: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

90 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

terdiri atas peningkatan kapasitas perencanaan pembangunan

pangan, pemyempurnaan dan pengembangan data dan statistik

pangan berbasis teknologi informasi dan peningkatan kerjasama

perencanaan pembangunan pangan antar daerah.

4. Meningkatkan akses petani terhadap sumberdaya, modal

teknologi dan pasar. Upaya – upaya untuk peningkatan akses

petani terhadap air juga terus dilakukan, bukan hanya dari

aspek kontinuitas dan ketetapan waktu sesuai kebutuhan

tanaman. Persaingan penggunaan air (irigasi) dengan sektor

lain seperti perumahan dan industry diatur dan diawasi secara

ketat agar pasokan bagi usaha tani tidak selalu kalah. Modal

juga merupakan kendala yang serius dalam ketersediaan dan

distribusi sumber tanaman pangan dan hortikultura. Oleh

karena itu untuk meningkatkan akses petani terhadap sumber

permodalan dilakukan berbagai dukungan seperti kredit

perbankan, modal venture, dan kemitraan dengan swasta.

Modal usaha yang telah disediakan pemerintah melalui dana

bergulir perlu terus ditingkatkan pengembangannya termasuk

sejenis PLDPM, perluasan LUEP, PMUK sesuai dengan peraturan

yang berlaku. Peningkatan aksesibilitas petani terhadap

teknologi terus ditingkatkan melalui percontohan, pelatihan,

magang, penyuluhan, gelar teknologi dan penyebaran informasi

teknologi, baik dari lembaga penelitian pemerintah, swasta

maupun teknologi yang dihasilkan petani sendiri. Peningkatan

akses petani terhadap pasar antara lain:

- Rantai pasok, jejaring logistik

- Penyediaan informasi pasar

- Informasi harga

- Perbaikan sistem tata niaga

- Penumbuhan pusat – pusat promosi

- Fasilitasi penyediaan terminal/sub terminal agribisnis

- Penumbuhan koperasi

- Kemitraan dengan swasta

- Penguatan kelembagaan pemasaran

- Sistem resi Pergudangan dan cadangan pangan

Page 100: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 91

5. Mendorong sinergis subsistem agribisnis pangan. Keberhasilan

pengembangan sistem dan usaha agribisnis tanaman pangan

khususnya umbi-umbian dan hortikultura-sayur dan buah

sangat tergantung pada keterpaduan secara utuh antar

subsistem (sarana prasarana, on farm, pengolahan dan

pemasaran hasil, serta penunjang). Integrasi Antara subsistem

agribisnis pangan tersebut terus didorong dengan

memperhatikan aspek pembiayaan.

6. Mendorong diversifikasi produksi dalam rangka mengantisipasi

keragaman permintaan pasar untuk keberhasilan konsumsi

pangan beragam, bergizi dan berimbang, dilakukan upaya

diversifikasi produksi tanaman pangan sesuai keunggulan

komparatif wilayah berbasiskan budaya lokal dan keamanan

pangan melalui pelaksanaan GAP (Good Agricultural Practices)

dan SOP (Standart Operating Procedure). Upaya ini selain

berdampak terhadap peluang pemanfaatan keragaman potensi

ekologi, juga memperluas kesempatan untuk menumbuhkan

dan mengembangkan usaha agribisnis.

7. Mendorong partisipasi aktif seluruh stakeholder dalam hal

penetapan perumusan kebijakan secara bersama-sama dengan

pemerintah pusat yakni norma, standard dan prosedur sangat

diperlukan. Oleh karena itu pembangunan ketahanan pangan di

Sumatera Utara dirancang untuk lebih berkembangnya inisiatif

masyarakat dan seluruh stakeholder, pemerintah kab/kota juga

perlu lebih didorong kapasitas dan potensinya untuk

membangun ketahanan pangan di daerahnya.

8. Pemberdayaan petani dan masyarakat prioritas pembangunan

diarahkan pada pemberdayaan petani dan masyarakat sehingga

mereka mampu mengelola dan mengembangkan usahataninya

secara mandiri dan berkelanjutan. Untuk itu diperlukan upaya –

upaya peningkatan kapasitas SDM dan kelembagaan melalui

pendidikan/pelatihan, penguatan sarana kerja, dan

pemanfaatan pola dan manajemen pembangunan ketahanan

pangan.

Page 101: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

92 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Strategi dan Kebijakan dalam Sub Sistem Distribusi dan

Akses Pangan

Untuk Distribusi dan akses pangan di Sumatera Utara, strategi dan

kebijakan yang telah dilaksanakan adalah melalui:

- Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengangkutan berbagai

bahan pangan melalui regulasi yang mendukung distribusi

pangan, agribisnis pangan, sarana dan prasarana, serta

distribusi pangan antar daerah walau hingga saat ini masih

sulit ditelusuri.

- Sistem informasi pasar dan lembaga pemasaran daerah.

- Pemberdayaan masyarakat dan OPD di lingkungan Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara untuk meredusir tingginya fluktuasi

harga antar waktu maupun antar kab/kota se Sumatera Utara.

Penjaminan Stabilitas Harga Pangan di Sumatera Utara (padi,

jagung, kedelai-on going) terus dilakukan karena: masa panen

yang tidak merata sepanjang bulan, sehingga harga terjangkau

pada masa panen dan pada waktu paceklik; harga pangan dunia

semakin tidak menentu dan Indonesa sangat rentan terhadap

pengaruh pasar dunia. Disamping itu dengan adanya stabilitas

harga pangan akan menguatkan posisi tawar petani dan menjamin

akses pangan masyarakat.

Strategi dan Kebijakan dalam Sub Sistem Konsumsi, Mutu

dan Keamanan Pangan

Berbagai strategi dan kebijakan Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara dalam hal konsumsi, mutu dan keamanan pangan 92ystem

lain:

- Penurunan konsumsi beras sebagai bahan pangan pokok

masyarakat sebesar 1,5 persen per tahun melalui diversifikasi

konsumsi dan program aksi “manggadong.”

- Diversifikasi konsumsi pangan dengan B2SA (beragam, bergizi,

seimbang, dan aman dikonsumsi) baik dari tanaman pangan,

tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, pangan dari

kehutanan, serta pangan hewani (peternakan dan perikanan).

Selain itu, mutu dan gizi pangan tetap menjadi perhatian utama.

Page 102: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 93

- Peningkatan bahan pangan lokal yang hanya bisa tumbuh dan

berkembang di tempat tertentu walau sudah menjadi tanaman

langka seperti (bahasa batak) andaliman, antarasa, mobe, dan

lain-lain.

- Peningkatan pembinaan keamanan, mutu dan gizi pangan, mulai

dari Prima 3, Prima 2 dan Prima 1. Persyaratan untuk

mendapatkan sertifikasi seperti pada Gambar 10.

Gambar 10. Beberapa Syarat untuk Memperoleh Prima 3, Prima 2,

Prima 1.

Dalam upaya memperoleh peringkat sertifikasi pangan ada

titik kendali yang merupakan komponen wajib, sangat dianjurkan,

dan dianjurkan yang harus dipenuhi yaitu (Dewan Ketahanan

Pangan Provinsi Sumatera Utara):

Lahan. Harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Konservasi Lahan. Harus disesuaikan dengan peraturan

yang berlaku termasuk memperhatikan klasifikasi

kesesuaian dan kemampuan lahan.

Page 103: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

94 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

� Pupuk. Harus memenuhi regulasi khususnya dari

Kementerian Pertanian RI.

� Penyimpanan. Tidak boleh muncul kontaminasi silang serta

harus memenuhi kaidah peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

� Pestisida. Harus memenuhi regulasi khususnya dari

Kementerian Pertanian RI.

� Pengairan. Hal ini yang menjadi salah satu faktor pembatas

saat ini di Sumatera Utara khususnya dalam rangka

peningkatan mutu sayuran dan buah, dalam hal ini harus

memenuhi regulasi khususnya dari Kementerian Pertanian

RI.

� Panen dan pasca panen. Harus memenuhi regulasi

khususnya dari Kementerian Pertanian RI, BPOM, dan

Kementerian Kesehatan RI.

Adapun program dan sub program hingga ke hilir di

instansi yang menangani mutu dan keamanan pangan segar untuk

mencapai sertifikasi Prima 3, Prima 2, dan Prima 1 yang harus

bekerja sama dengan instansi yang menangani ketahanan pangan

sebagai berikut:

Program dan Sub Program:

- Diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat

- Peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura;

perkebunan; kehutanan; peternakan; dan perikanan

- Pengembangan agribisnis pangan;

- Pengembangan teknologi pertanian;

- Peningkatan kesejahteraan petani;

- Advokasi stakeholders dan peningkatan ilmu pengetahuan

dan teknologi;

- Perbaikan gizi masyarakat

� Persentase ibu hamil KEK dan anemia mendapatkan

PMT;

Page 104: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 95

� Persentase anak 0-11 bulan yang mendapatkan

imunisasi dasar lengkap

- Perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan

- Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif

Koperasi Usaha Kecil Menengah

Selanjutnya program aksi/kegiatan dari berbagai OPD untuk

mewujudkan masyarakat sehat, aktif dan produktif diperjelas

sebagai berikut:

� Pengembangan ketersediaan pangan pokok sebagai

sumber karbohidrat, lemak, dan protein

� Pengembangan lumbung pangan sebagai cadangan pangan

masyarakat

� Pengadaan dan penyaluran beras cadangan pangan

pemerintah (ton).

� Pembinaan dan pemberdayaan Poktan (Kelompok Tani)

dan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani).

� Stabilisasi Harga Bahan Pangan Jagung melalui

Pengembangan Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP)

atau sejenisnya.

� Pendampingan penguatan Lembaga Distribusi Pangan

Masyarakat P – LDPM (Unit), Toko Tani Indonesia (TTI)

atau sejenisnya.

� Penguatan Usaha Kelompok dalam rangka peningkatan

akses pangan.

� Diversifikasi usaha dalam meningkatkan akses pangan

masyarakat.

� Pengembangan makanan tradisional/pangan 95yste

kab/kota di Provinsi Sumatera Utara.

� Pengembangan dan promosi percepatan

penganekaragaman konsumsi pangan.

� Pengembangan pangan lokal berbasis sumber daya lokal.

� Perberdayaan kelompok wanita melalui pengembangan

kawasan rumah pangan lestari (KRPL).

Page 105: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

96 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

� Pendampingan industry pengolahan pangan lokal dan

tepung-tepungan pada kelompok home industry dan

kelompok wanita seperti mocav (modified cassava).

� Pengawasan peredaran mutu buah dan sayuran segar serta

uji lab residu pestisida.

� Sertifikasi buah dan sayuran segar di sentra produksi buah

dan sayuran di Sumatera Utara (kelompok tani).

� Pengawasan dan pemantapan kelembagaan otoritas

kompetensi keamanan pangan daerah (OKKPD) (Kab/Kota),

ke depan perlu diputuskan apakah sudah saatnya dibentuk

di seluruh kab/kota di Sumatera Utara.

� Pemberdayaan masyarakat miskin, rentan pangan.

� Pemberdayaan daerah rawan pangan transien dan kronis.

� Pembinaandan penanggulangan gizi buruk di daerah rawan

pangan.

� Pengawasan penanganan mutu dan keamanan perusahaan

industri rumah tangga (PIRT) bidang pangan (kab/kota).

� Meningkatkan produksi benih/bibit unggul (kelas benih

sumber) dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan,

kemandirian pangan, dan kedaulatan pangan di Sumatera

Utara.

� Penguatan pendampingan petani untuk adopsi teknologi

dan mitigasi terhadap dampak anomali iklim serta

pengembangan teknologi untuk menarik minat kaum

milenial seperti penggunaan drone pesawat untuk

memonitor pemupukan.

� Pelaksanaan gerakan hemat air dan pemanenan air setiap

ada hujan dengan membangun embung, sumur resapan

dan channel reservoir untuk menjamin keberlangsungan

produksi pangan pokok.

� Penumbuhan pabrik pakan mini dan pupuk organik di

sentra produksi.

� Mengendalikan pasokan melalui kebijakan pengawasan

dalam implementasi

Page 106: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 97

� Rehabilitasi dan pengembangan prasarana dan sarana

terminal agribisnis dan tempat pelelangan ikan (TPI)

penangkapan ikan, termasuk mengefektifkan fungsi

prasarana tersebut menjadi tempat pemasaran hasil laut

dan ikan.

� Penguatan cadangan pangan pemerintah daerah; dengan

tujuan untuk mencegah kerawanan pangan sekaligus

menjaga stabilitas harga.

� Pengembangan dan pengelolaan cadangan pangan di

tingkat masyarakat (lumbung Pangan).

� Identifikasi dini dan pemantauan berkala terhadap gejala

defisit dan surplus pangan serta penguatan sistem isyarat

dini kerawanan pangan dan gizi.

� Penyelenggaraan kegiatan kesehatan remaja oleh

Puskesmas Peningkatan pemberian tablet tambah darah

(TTD) bagi remaja putri; Peningkatan pelayanan bagi ibu

hamil tentang antenatal, kelas hamil dan penyediaan TTD.

� Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk

perkebunan

� Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk

peternakan

� Penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana

pertanian

� Pengembangan usaha pangan masyarakat untuk

meningkatkan akses dan stabilisasi harga dan pasokan

pangan; pengembangan usaha produktif untuk

meningkatkan pendapatan dan akses pangan masyarakat

� Peningkatan efektivitas Sistem Kewaspadaan Pangan dan

Gizi (SKPG)

� Pengembangan cadangan pangan masyarakat;

Peningkatan akses masyarakat terhadap hasil perikanan

� Perbaikan sistem logistik dan kelancaran distribusi pangan;

stabilisasi pasokan dan harga pangan

� Penetapan kebijakan harga pangan pokok dan penting yang

wajar dan berimbang bagi produsen dan konsumen;

Page 107: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

98 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

distribusi pangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah;

pengelolaan cadangan pangan pemerintah; Partisipasi

dalam stabilisasi harga pangan di tingkat produsen dan

konsumen

� Kerjasama di bidang akses pangan dan gizi;

� Kerjasama di bidang penanganan kerawanan pangan

� Kerjasama regional di bidang cadangan pangan darurat;

� Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP);

� Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan sebagai

sumber pangan keluarga;

� Gerakan peningkatan konsumsi sayur dan buah nusantara

� Pembinaan dan pengawasan keamanan pangan segar-

OKKP(D);

� Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil – Kurang

Energi Kronis (KEK);

� Peningkatan inisiasi menyusui dini (IMD);

� Peningkatan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan;

� Pemberian makanan tambahan bagi balita kurus;

pemberian imunisasi dasar lengkap bagi anak usia 0-11

bulan;

� Promosi dan kampanye tentang periode 1000 hari pertama

kehidupan (1000 HPK);

� Pelatihan tenaga kesehatan dan kader posyandu tentang

1000 HPK;

� Intervensi spesifik dan enabling factor.

Khusus untuk peningkatan produksi, produktivitas dan

mutu produk tanaman pangan serta teknologi pertanian dan

hortikultura, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

Sumatera Utara menyusun berbagai kegiatan pelaksanaan sesuai

dengan ketersediaan anggaran antara lain (Grand Design

Pembangunan ketahanan pangan Sumatera Utara 2015-2025),

sehingga tidak ada lagi alasan untuk tidak swasembada pangan

pokok di Sumatera Utara sekaligus untuk menjamin ketersediaan

pangan:

Page 108: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 99

- Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-

PTT) padi.

- Pengembangan GP-PTT kedelai.

- Peningkatan kapasitas dan kemampuan petugas pemandu

dan petani GP-PTT padi.

- Peningkatan kapasitas dan kemampuan petugas pemandu

dan petani GP-PTT jagung.

- Fasilitasi pengembangan dan peningkatan padi.

- Fasilitasi pengembangan dan peningkatan produksi jagung.

- Pertemuan pengembangan GP-PTT kedelai.

- Peningkatan swasembada beras melalui teknologi tertentu.

- Fasilitasi pengembangan PTT ubi jalar.

- Pemberdayaan penangkar benih tanaman pangan.

- Pembinaan penangkar benih tanaman pangan.

- Fasilitasi benih kepada penangkar benih tanaman pangan.

- Perbanyakan dan pengembangan benih padi sawah di UPT.

Balai Benih Induk.

- Perbanyakan benih jagung di UPT. Balai Benih Induk.

- Peningkatan brigade proteksi tanaman (BPT).

- Peningkatan sarana pengendalian dan pengawasan pupuk

dan pestisida.

- Pembinaan sertifikasi tanaman padi, palawija dan tanaman

lainnya.

- Inventarisasi penyebaran varietas tanaman pangan.

- Pemurnian varietas tanaman pangan.

- Pengadaan benih cadangan benih daerah.

- Gerakan pengendalian OPT tanaman pangan/spot stop

pengendalian OPT tanaman pertanian.

- Sekolah lapang pengendalian hama terpadu (SLPHT)

tanaman pertanian.

- Pengujian analisa mutu benih tanaman.

- Gerakan penerapan jajar tanam legowo.

- Gerakan pengembangan jagung hibrida.

- Fasilitasi pengembangan kawasan buah.

Page 109: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

100 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

- Pengembangan kawasan bawang merah dengan penerapan

GAP/SOP.

- Pengembangan kawasan tanaman cabe merah dengan

penerapan GAP/SOP.

- Rehabilitasi tanaman sayuran pasca bencana Gunung

Sinabung.

- Fasilitasi benih/bibit komoditi hortikultura di Provinsi

Sumatera Utara.

- Pengembangan tanaman buah di pekarangan.

- Fasilitasi benih/bibit tanaman sayuran.

- Fasilitasi benih kepada petani guna mendukung

peningkatan produksi hortikultura.

- Aplikasi teknologi drift irigasi pada tanaman hortikultura.

- Penerapan teknologi brongsong untuk tanaman pisang

barangan.

- Pengembangan (Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit

Barisan melalui pengembangan penangkar benih kentang).

- Rehabilitasi pasca erupsi sinabung melalui penyaluran benih

bibit hortikultura

- Perbanyakan bibit jeruk di UPT yang telah ditetapkan.

- Perbanyakan planlet kentang G0 sistem aeroponik.

- Perbanyakan planlet kentang G0-G3.

- Pengembangan dan perbanyakan benih/ bibit hortikultura

di UPT. Benih Induk.

- Pemurnian varietas tanaman hortikultura.

- Analisa uji mutu benih tanaman hortikultura.

- Sekolah lapang penerapan GAP/SOP sayuran.

- Perbanyakan benih bawang merah di UPT Benih Induk,

serta untuk memasok bibit ke food estate (kalau

diperlukan).

- Perbanyakan benih wortel di UPT Benih Induk.

- Perbanyakan benih ercis.

- Pembangunan rumah kemas komoditi hortikultura (bawang

merah dan cabe merah).

- Pengembangan kawasan buah jeruk.

Page 110: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 101

- Pengembangan kawasan buah mangga.

- Pengembangan kawasan buah manggis.

- Pengembangan kawasan buah nenas.

- Penumbuhkembangkan penangkar bawang merah di

Provinsi Sumatera Utara.

- Pengembangan rumah kompos dan bantuan peralatan.

- Pengadaan power thresher.

- Pengadaan corn sheller.

- Pengadaan RMU.

- Fasilitasi sarana prasarana pasca panen buah.

- Mengikuti pameran dalam negeri.

- Pendampingan pengembangan usaha agribisnis perdesaan

(PUAP).

- Fasilitasi penumbuhan kemitraan.

- Penerapan sistem jaminan mutu hasil pertanian.

- Pengembangan unit usaha pengolahan hasil pertanian.

- Fasilitasi pengembangan pengolahan buah.

- Pengadaan alat mesin sarana pasca panen.

- Pembinaan dan sertifikasi pangan organik.

- Pengawalan jaminan mutu hasil pertanian.

- Pengembangan sarana dan kelembagaan pemasaran hasil

pertanian.

- Pengembangan grading & packing house.

- Packing hasil olahan.

- Pengadaan alat pengolahan pengeringan cabe.

- Pembinaan dan dukungan STA.

- Penata pelayanan dan kelembagaan agribisnis.

- Implementasi SNI dan produk pertanian.

- Pembinaan dan evaluasi pelaksanaan asuransi usaha tani

padi (AUTP) di Sumatera Utara.

- Penguatan kemitraan hortikultura.

- Pembinaan pemanfaatan sumber pembiayaan agribisnis

non bank.

- Mengikuti pameran luar negeri.

- Pelatihan teknis agribisnis padi bagi petugas pertanian.

Page 111: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

102 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

- Pelatihan teknis agribisnis jagung bagi petugas pertanian.

- Pelatihan teknis agribisnis kedele bagi petugas pertanian di

kabupaten/kota.

- Pelatihan teknis agribisnis padi bagi petani/pengurus

poktan di kabupaten/kota.

- Pelatihan teknis agribisnis jagung bagi petani/pengurus

poktan di kabupaten/kota.

- Pelatihan teknis agribisnis kedele bagi petani/pengurus

poktan di kabupaten/kota.

- Pelatihan sertifikasi benih bagi pengawas benih tanaman

(PBT) di Provinsi Sumatera Utara.

- Pelatihan pengendalian hama dan penyakit tanaman

pangan bagi petani/pengurus poktan di kabupaten/kota.

- Pelatihan pengolahan hasil pertanian bagi wanita tani di

kabupaten/kota

- Pengembangan desa mitra.

- Pelatihan teknis agribisnis bawang merah bagi

petani/pengurus poktan di kabupaten/kota.

Sistem Keamanan Pangan Segar

Sesuai dengan UU No. 18 tahun 2012 tentang Pangan,

bahwa pangan bisa saja diolah ataupun tidak diolah yang berasal

dari tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan,

kehutanan, peternakan dan perikanan termasuk air, dimana

peruntukannya adalah sebagai makanan atau minuman bagi

manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan,

atau dan bahan lainnya yang dipergunakan untuk proses

penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau

minuman. Selanjutnya pangan segar berarti belum mengalami

pengolahan sehingga dapat saja dikonsumsi secara langsung tetapi

bisa menjadi bahan baku pengolahan pangan. Keamanan pangan

merupakan suatu kondisi dengan berbagai upaya yang diperlukan

untuk menghindari pangan dari cemaran biologis, kimia, dan

benda lain. Hal ini diperlukan untuk meniadakan gangguan,

kerugian, serta bahaya kesehatan manusia. Mutu pangan lebih

Page 112: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 103

berorienstasi kepada kriteria keamanan pangan serta kandungan

gizinya dan standar perdagangan. Produk yang dihasilkan atau

dijual benar-benar aman dan tidak mengandung residu yang

melebihi ambang batas yang diizinkan. Keamanan pangan adalah

satu “non-negotiable issue” dan kritikal karena menyangkut hak

asasi manusia yang paling dasar.

Landasan Filosofis, Output, Outcome serta Impak

Pembangunan Ketahanan Pangan ditampilkan pada Gambar 11,

sedang Mekanisme pengawasan Pangan dapat dilihat pada

Gambar 12 (Dokumen Dewan Ketahanan Pangan).

Gambar 11. Landasan Filosofis, Output, Outcome serta Impak

Pembangunan Ketahanan Pangan

Page 113: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

104 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Gambar 12. Mekanisme pengawasan Pangan

Beberapa sasaran pengawasan antara lain:

• Pasar tradisional

• Pasar semimodern

• Pasar retil modern

• Pedagang antara.

Memilih Metoda dan Teknik Pengawasan

Pangan segar asal tumbuhan harus diidentifikasi dengan

beberapa metoda dan teknik pengawasan. Beberapa metoda dan

teknik pengawasan yang dapat digunakan antara lain:

� Observasi/pengamatan kegiatan

� Observasi/pengamatan dokumentasi yang dimiliki oleh

sasaran pengawasan.

� Wawancara dengan para pedagang pangan segar asal

tumbuhan.

� Pengambilan contoh pangan segar asal tumbuhan

� Pengujian contoh pangan segar asal tumbuhan terhadap

parameter keamanan pangan segar yang dicurigai.

Page 114: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 105

� Berdasarkan objek pengawasan, pengawas dapat memilih

satu atau lebih metoda dan teknis pengawasan yang telah

disebutkan di atas.

Arah Kebijakan: Mengembangkan sistem penanganan keamanan

pangan segar, diarahkan pada pembinaan budidaya pangan segar

serta pemantauan hasil deteksi, pengawasan segar di daerah

sentra produksi pangan, pelaksanaan sertifikasi buah dan sayur

dan perbaikan pengelolaan produksi.

Bentuk Pengawasan

• Sifat Pengawasan:

– Audit

– Inspeksi (termasuk sidak)

– Monitoring dan surveilans

– Pengambilan sampel dan analisis lab

• Object Pengawasan:

– Pengawasan pada proses produksi (audit/inspeksi

proses)

– Pengawasan pada produk

• Tempat pengawasan:

– Tingkat petani/produsen

– Rumah kemasan dan pengolah

– Pasar tradisional dan modern

• Timing Pengawasan:

– Pre-market evaluation

– Post-market evaluation

• Periode Pengawasan:

– Periodik /berkala

– Insidentil (sidak, berdasar insiden)

• Kerahasiaan Pengawasan

– Announced (dengan pemberitahuan)

– Unannounced (tanpa pemberitahuan)

Page 115: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

106 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Ruang Lingkup Pengawasan

� Pengawasan premarket dalam rangka registrasi dan atau

sertifikasi

� Pengawasan Proses Produksi dan Penanganan pangan

segar

- Proses produksi pangan segar

- Penanganan pasca panen dan distribusinya

- Cara penanganan/penjualan di tingkat pengecer

� Pengawasan dan monitoring residu kimia/pestisida dan

mutu mikrobiologis pada produk segar melalui

pengambilan sample dan pengujian produk baik di tingkat

produksi maupun di tingkat peredaran (domestik dan

impor)

� Pengawasan Jaminan mutu dan keamanan Produk Impor

melalui:

- Pemeriksaan Dokumen Importir untuk produk

berisiko

- Pemeriksaan dokumen dan sertifikat jaminan

keamanan pangan

- Pemeriksaan di laboratorium bila sertifikat diragukan

- Verifikasi implementasi sistem jaminan mutu dan

keamanan pangan di negara pengekspor

Pengawasan Pemenuhan Ketentuan Standar untuk

Komoditas yang telah menerapkan Standar Tertentu (INDO GAP,

ASEAN GAP, Global GAP, HACCP, Organik, Bebas Pestisida).

Penerapan GAP hingga GCP diperjelas pada Gambar 13.

Page 116: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 107

Gambar 13. Penanganan dan Pengawasan Keamanan Pangan

Segar From Farm to Table

Penanganan Keamanan Pangan Olahan dan Siap Saji

Zat warna yang dilarang untuk ditambahkan sebagai bahan

tambahan (Penanganan Keamanan Pangan di Propinsi DI

Yogjakarta) antara lain:

Auramine Magenta

Alkanet Metanil yellow

Butter yellow Oil orange SS Ponceau 6R

Black 7984 Oil orange XO Rhodamin B

Burn umber Oil yellow AB Sudan I

Chrysoidine Oil yellow OB Scarlett GN

Chrysoine S Orange G Violet 6B

Citrus red Orange GGN Metanil Yellow

Chocolate brown Orange RN

Fast red Orchil and orcein

Guinea green Ponceau 3R

Indanthrene blue

Berbagai bahan tambahan lain yang dilarang:

� Kloramfenikol

� Minyak nabati yang dibrominasi

Page 117: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

108 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

� Nitrofurazon

� Formalin

� Asam Borat dan senyawanya

� Asam Salisilat dan garamnya

� Dietilkarbonat

� Dulsin

� Kalium Klorat

Page 118: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 109

BAB V

MANGGADONG SEBAGAI KEARIFAN LOKAL

SUMATERA UTARA

Untuk konsumsi gizi seimbang yang kontemporer

berbentuk tumpeng gizi diperjelas pada Gambar 14

Gambar 14. Tumpeng Gizi Seimbang

Dalam sejarah peradaban orang batak ratusan tahun yang

silam sudah mengenal istilah manggadong. Manggadong berasal

dari gadong yang berarti ubi, tetapi juga meliputi umbi-umbian.

Manggadong berarti menkonsumsi ubi atau umbi-umbian sebelum

makan nasi sehingga seperti itulah salah satu metode orang batak

untuk mengurangi konsumsi beras karena memang seseorang

yang telah dulu mengkonsumsi ubi/umbi-umbian tentunya usus

seseorang itu sudah diisi dengan ubi/umbi-umbian, logikanya

berkuranglah konsumsi nasi. Manggadong adalah menjadi tradisi

Page 119: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

110 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

etnis Batak yang mengonsumsi gadong secara bersama-sama

dalam satu keluarga. Kalau dihubungkan dengan tumpeng gizi

seimbang seperti yang digambarkan di atas berarti orang batak

telah mengetahui bahwa sangat bermanfaat mengkonsumsi lebih

dari satu sumber karbohidrat ratusan tahun yang lalu, hal ini

menjadi alasan mengapa diangkat manggadong sebagai lokal

wisdom bagi masyarakat Sumatera Utara hingga memperoleh

MURI beberapa tahun yang lewat karena memang akan membuat

tubuh seseorang menjadi sehat karena indeks glikemik dari umbi-

umbian secara umum adalah rendah. Keuntungan lain adalah

bahwa manggadong akan menghemat konsumsi beras, dalam hal

ini Provinsi Sumatera Utara dalam memperkuat ketahanan pangan

adalah melalui manajemen produksi pengendalian alih fungsi lahan

serta mengurangi konsumsi beras. Meskipun harus diakui di

Provinsi Sumatera Utara masih memiliki pameo bahwa belum

makan kalau belum makan nasi tetapi Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara telah berhasil mengubah paradigma tersebut

menjadi “kenyang tidak selalu harus dari nasi”.

Dari sisi asupan kandungan gizi umbi-umbian cukup banyak

dan mampu mensubtitusi karbohidrat yang berasal dari nasi.

Komposisi gizi 100 g ubi kayu, ubi jalar, talas, dan kentang

diperjelas pada Tabel 22.

Tabel 22. Komposisi Kimia Kentang Tiap 100 gram

Komponen Ubi kayu

Ubi jalar Talas Kentang

Putih Ungu Kuning

Protein (g) 0,8 1,8 1,8 1,1 1,,9 2

Lemak (g) 0,3 0,7 0,7 0,4 0,2 0,1

Karbohidrat (g) 37,9 27,9 27,9 32,3 23,7 19,1

Kalsium (mg) 33,0 30 30 57 28,0 11

Fosfor (mg) 40 49 49 40 61,0 56

Serat (g) - 0,9 1,2 1,4 - 0,3

Zat besi (mg) 0,7 0,7 0,7 0,7 1,0 0,7

Beta Karotein - 31,20 174,20 900,0 - -

Vitamin A (mg) 60 62 4948 - -

Vitamin B1 (mg) 0,06 0,9 0,7 900 0,13 0,09

Vitamin B2 (mg) - - - - - 0,03

Vitamin C (mg) 30 22 22 0,04 4,0 16,0

Niasin (mg) - - 22 0,6 - 1,4

Energi (Kal) 157 123,0 123,0 136,0 98 83,0

Sumber: Direktorat Gizi Depkes RI (1996)

Page 120: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 111

Dari Tabel 22 diperoleh bahwa kandungan fosfor cukup

tinggi untuk ubi kayu, diikuti dengan karbohidrat dan kalsium serta

energi juga tinggi mencapai 157 kalori tiap 100 g ubi kayu. Untuk

ubi jalar putih dan juga ubi jalar ungu memiliki vitamin A cukup

tinggi artinya ini sekaligus untuk mengobati penyakit rabun.

Demikian juga fosfor dan beta karotein cukup tinggi pada ubi jalar

ungu dan ubi jalar kuning. Vitamin A pada ubi jalar kuning sangat

tinggi dibanding dengan ubi jalar lainnya. Untuk mineral fosfor

tinggi pada talas diikuti dengan kalsium dan pada kentang yang

lebih tinggi adalah mineral fosfor diikuti dengan vitamin C. Dari

penjelasan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa tidak ada gizi

lengkap yang dijumpai pada satu tanaman. Oleh karena itu, lokal

wisdom manggadong wajar telah memasuki kancah global

meskipun tampilannya harus dirakit agar lebih menarik serta harus

ada jaminan mutu dan keamanan pangannya apabila telah

dipasarkan pada tingkat global.

Beberapa program aksi lainnya dalam rangka percepatan

penganekaragaman konsumsi pangan non beras yang telah

dilakukan di Sumatera Utara antara lain kampanye program

Pemerintah dalam rangka konsumsi produk pangan lokal secara

sistematis dan kontinue (market driven) misalnya menyajikan

menu lokal di warung/restoran/hotel, diversifikasi masuk ke

sekolah-sekolah ataupun kampus untuk disajikan di warung/kantin,

pada event nasional/internasional seperti festival Danau Toba

untuk mendorong masyarakat dan pemimpin untuk mencintai

pangan lokal serta kampanye melalui media massa, media sosial,

serta media elektronik khususnya kab/kota se Sumatera Utara.

Program aksi berikutnya adalah menginventarisir keragaman

pangan lokal yang ada di Sumatera Utara dan tetap mengacu pada

GAP dan SOP, berikutnya adalah memberi insentif bagi setiap

pengusaha yang mengembangkan produk pangan lokal,

menggalang kerja sama dengan stakeholders dalam rangka

diversifikasi pangan non beras. Pada tahun 2014 dalam rangka

memperingati Hari Pangan Sedunia di tingkat Provinsi Sumatera

Utara, Gubernur Sumatera Utara telah mencanangkan one day no

Page 121: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

112 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

rice, meskipun hanya sekali seminggu yaitu setiap hari Selasa

tetapi dampaknya telah dirasakan oleh semua pihak. Hal ini

sekaligus mendukung penurunan konsumsi beras 1,5% per tahun

sesuai dengan amanat Peraturan Presiden No 22 Tahun 2009.

Kalkulasi one day no rice yang telah menghemat beras di

Sumatera Utara adalah sebagai berikut: Provinsi Sumatera Utara

dengan asumsi jumlah penduduk tahun 2019 14.562.549 jiwa,

kalau dikalikan dengan 356 g konsumsi beras per hari berarti

konsumsi beras Sumatera Utara dalam satu hari adalah 5.184,27

ton. Dengan kata lain, hanya satu kali dalam satu minggu tidak

makan nasi berarti Sumatera Utara telah menghemat beras

sebesar 5.184,27 ton. Apabila secara rutin dalam satu tahun efektif

melaksanakan one day no rice maka dapat diasumsikan Sumatera

Utara akan memiliki cadangan pangan dari Program One Day No

Rice sebesar 5.184,27 ton x 52 minggu = 269.582,04 ton, ekivalen

dengan 436.722,91 ton GKG atau kira-kira setara dengan

515.333,03 ton GKP atau 105.170,01 Ha sawah.

Sebenarnya beras adalah pemicu potensi penyakit gula,

untuk itu Gerakan Satu Hari Tanpa Beras diharapkan mengurangi

kosumsi beras dan menjadi bagian upaya meningkatkan kesehatan

di Sumut.

Secara Nasional bahan pangan dikelompokkan sebagai berikut :

� Padi-padian : beras, jagung, sorghum dan terigu

� Umbi-umbian : ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas dan

sagu.

� Pangan hewani : ikan, daging, susu dan telur.

� Minyak dan lemak : minyak kelapa, minyak sawit

� Buah/biji berminyak : kelapa daging

� Kacang-kacangan : kedelai, kacang tanah, kacang hijau

� Gula : gula pasir, gula merah.

� Sayur dan buah : semua jenis sayuran dan buah-

buahan yang biasa dikonsumsi.

� Lain-lain : teh, kopi, coklat, sirup, bumbu-

bumbuan, makanan

dan minuman jadi.

Page 122: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 113

Sumatera Utara saat ini terus mendorong untuk

mengurangi konsumsi beras tetapi memenuhi sumber karbohidrat

dari umbi-umbian serta sumber karbohidrat lainnya. Belakangan ini

yang paling intens disosialisasikan adalah untuk meningkatkan

konsumsi sayur dan buah.

Beberapa makanan khas lain Sumatera Utara yang telah

mendunia kelezatannya di antaranya: Bika Ambon, Sambal Tuktuk,

Dali Ni Horbo, Ombus-ombus, Mie Gomak, Arsik, Anyang Pakis,

Sayur Gurih Tauco, Manuk Napinadar, Naniura, Lemang, Bihun

Bebek, Soto Udang, Kari, Kue Putu Bambu, Bubur Pedas,

Natinombur, Daun Singkong Tumbuk dan Lontong Medan serta

ikan baung.

Konsumsi beras di Indonesia masih di atas 100 kg per

kapita per tahun (Hermanto, 2008), idealnya 60 kg per kapita per

tahun (Jepang). Hal ini yang membuat PPH menjadi tidak ideal.

Kendala diversifikasi pangan yang masih harus segera

diatasi di Sumatera Utara antara lain: beras masih dijadikan

lambang kemakmuran; kebijakan diversifikasi pangan kurang

konsisten, dengan pemberian beras bagi orang miskin; kebijakan

konsumsi pangan tidak selalu sinkron dengan kebijakan produksi

pangan; pengembangan industry non beras dan non terigu masih

terbatas; promosi produk-produk non beras gencar; kerancuan

memaknai diversifikasi pangan serta pengetahuan dan kesadaran

akan diversifikasi pangan masih terbatas. Dalam hal ini, CSR perlu

ditingkatkan realisasinya agar sosialisasi dan pendampingan

semakin baik.

Susunan Pola Pangan Harapan Nasional dari aspek

konsumsi diperjelas pada Tabel 23.

Page 123: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

114 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Tabel 23. Susunan Pola Pangan Harapan Nasional

No Kelompok Pangan

Berat (g/kap/hr)

Energi (kkal/kap/hr)

% AKG Bobot

Skor PPH

1. Padi-padian 275.0 1000 50.0 0.5 25.0

2. Umbi-

umbian 100.0 120 6.0 0.5 2.5

3. Pangan hewani

150.0 240 12.0 2.0 24.0

4. Minyak dan lemak

20.0 200 10.0 0.5 5.0

5. Buah/biji

berminyak 10.0 60 3.0 0.5 1.0

6. Kacang-kacangan

35.0 100 5.0 2.0 10.0

7. Gula 30.0 100 5.0 0.5 2.5

8. Sayur dan

buah 250 120 6.0 5.0 30.0

9. Lain-lain - 60 3.0 0.0 0.0

Jumlah

2000 (2150) 100.0 100.0

Sekali lagi diversifikasi atau penganekaragaman pangan non beras

adalah

� upaya peningkatan konsumsi aneka ragam pangan non

beras dengan prinsip gizi seimbang

� gizi seimbang adalah: gizi mengandung cukup sumber

karbohidrat, protein, lemak dan mencukupi kebutuhan

kalori sesuai standar kebutuhan hidup sehat sebesar 2150

kkal/kap/hari.

Berbagai terobosan lainnya yang telah dikembangkan di

Sumatera Utara dalam rangka mengurangi konsumsi beras adalah

menumbuhkan industri makanan berbasis SDA lokal di luar beras,

seperti mengolah umbi-umbian menjadi tepung sebagai substitusi

beras dan terigu, memperbaiki konsumsi protein hewan, buah-

buahan dan sayuran.

Page 124: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 115

BAB VI

ANTISIPASI FUTURISTIK

KETAHANAN PANGAN SUMATERA UTARA

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak

seluruh rakyat untuk terus-menerus meningkatkan kemakmuran

dan kesejahteraan secara adil dan merata dalam segala aspek

kehidupan yang dilakukan secara terpadu, terarah, dan

berkelanjutan dalam rangka mewujudkan suatu masyarakat yang

adil dan makmur, baik material maupun spiritual berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

Sekali lagi, pangan bermakna luas, dapat dipandang dari

fungsi pasokan gizi, fungsi sosial, fungsi adat, fungsi ekonomi dan

fungsi ibadah. Oleh karena itu, pangan merupakan kebutuhan

dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan

bagian dari hak asasi setiap rakyat Indonesia. Pangan harus

senantiasa tersedia secara cukup, aman, bermutu, bergizi, dan

beragam dengan harga yang terjangkau, serta tidak bertentangan

dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. Untuk

mencapai semua itu, perlu diselenggarakan suatu sistem Pangan

yang memberikan pelindungan, baik bagi pihak yang memproduksi

maupun yang mengonsumsi pangan di Sumatera Utara. Dalam hal

ketersediaan, distribusi, konsumsi dan mutu pangan haruslah

selalu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penyelenggaraan Pangan di Sumatera Utara dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan

manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan dengan

berdasarkan pada Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan, dan

Ketahanan Pangan.

Pembangunan ketahanan pangan yang juga merupakan

musyawarah besar oleh stakeholders se Sumatera Utara dengan

roh kemandirian pangan dan kedaulatan pangan akan terwujud

apabila dilaksanakan kegiatan prioritas yaitu: Pengembangan

Page 125: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

116 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

ketersediaan pangan dan penanganan kerawanan pangan;

Pengembangan sistem distribusi, stabilitas harga pangan dan

aksesibilitas oleh masyarakat; Peningkatan mutu,

penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan

Pangan segar; sedangkan kegiatan pendukungnya adalah

Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya termasuk Peningkatan

Kesejahteraan Petani.

Disadari bahwa untuk mencapai pembangunan ketahanan

pangan tidaklah mudah, namun dengan tekad dan kerjasama

lingkup Badan Ketahanan Pangan dari Pusat dan instansi yang

menangani pangan di Provinsi/Kab.Kota, serta koordinasi dengan

instansi terkait, akan dapat tercapai tujuan dan sasaran

pembangunan ketahanan pangan Provinsi Sumatera Utara.

Sumatera Utara pada masa yang akan datang ditargetkan

mempertahankan swasembada berkelanjutan untuk beberapa

komoditi walau pada tahun 2025 ada komoditi seperti gula yang

harus mendapat pasokan dari luar Sumatera Utara. Prediksi

tentang perimbangan produksi pangan pokok dengan indeks

kebutuhan di Sumatera Utara tahun 2025 sebagai berikut: Beras

dengan rendemen dari GKP sebesar 0.6274 memiliki skor 1,70,

artinya akan ada surplus beras sebesar 70 % dari produksi sendiri

setelah dikurangi kebutuhan yang dapat digunakan untuk

kebutuhan bibit, industri dan lain sebagainya. FAO (1999)

mengemukakan bahwa suatu Negara digolongkan swasembada

apabila 90 % dari kebutuhan nasionalnya diproduksi sendiri, dalam

hal ini, selama periode pemerintahan Presiden RI-Jokowi telah

berhasil swasembada berkelanjutan-beras; Untuk jagung,

Sumatera Utara pada tahun 2025 diprediksi memiliki skor 2,40;

Kedelai-3,27; Gula-0,66; Minyak goreng-2,44; Tepung Terigu

(ua); Bawang Merah-1,22; Cabai-4,87; Daging Sapi-4,54; Daging

Ayam-1,14; dan Telur Ayam-1,22.

Dilema Penentuan Ketersediaan Pangan

Tersedianya data pertanian tepat waktu dan akurat serta

proporsional pastilah dapat menghasilkan pembangunan pertanian

yang tepat sasaran, khusus tahun 2018 terjadi perbedaan

Page 126: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 117

signifikan antara Badan Pusat Statistika (BPS) dengan OPD di

Sumatera Utara, artinya setelah BPS bekerja sama dengan Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang didukung oleh

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

(Kementerian ATR/BPN), Badan Informasi Geospasial (BIG), serta

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dalam hal

penentuan luas baku lahan, puso dan luas panen padi, terjadilah

perbedaan angka-angka. BPS merubah metodologi perhitungan

luas panen lewat aplikasi objective measurement berbasis

kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta citra satelit

resolusi tinggi (https://m.antaranews.com/berita/761581/bps-

sebut-ksa-metode-terbaik-penghitungan-data-produksi-padi).

Istilah yang sering disebut dengan metode Kerangka Sampel Area

(KSA) pada tahun 2019, luas panen Indonesia diprediksi hanya

10.68 juta Ha, menurun sebesar 700.05 ribu Ha (6.15 persen)

dibanding pada tahun 2018. Produksi padi pada tahun 2019 hanya

54.60 juta ton gabah kering giling atau setara dengan 31.31 juta

ton, artinya turun sebesar 2.63 juta ton (7.75 persen). Survey KSA

juga menampilkan luas fase vegetatif awal, vegetatif akhir,

generatif, luas puso, serta luas sawah dan ladang yang sedang

tidak ditanami.

FAO (Food Agricultural Organisation) dan USDA (United

State Department of Agriculture) dan Eurostat Uni Eropa menyebut

bahwa KSA bukanlah suatu pendekatan pemetaan tetapi hanyalah

pendekatan kaidah-kaidah statistika artinya statistik spasial.

KSA merupakan teknik pendekatan sampling dengan

menggunakan area lahan sebagai unit enumerasi, sistem

menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG), penginderaan

jarak jauh dengan teknologi informasi dan statistika. Dengan KSA

diharapkan mampu memasok data dan informasi yang akurat dan

tepat waktu khususnya untuk tujuan perencanaan. Dengan

menggunakan metode KSA, overestimasi produksi relatif tidak

mungkin lagi, kalau dulu memang sarat dengan overestimasi

sebab menggunakan pandangan mata/eye estimate. Selain itu

survey ubinan sering sarat dengan overestimasi sebab sampel

cukup banyak sehingga peluang perhitungan yang salah cukup

Page 127: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

118 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

tinggi. Selama ini, Indeks Pertanaman (IP) menjadi bias, sebab

data luas panen dan estimasi produktivitas yang berlebih, maka IP

cenderung untuk ditingkatkan. Mungkin masih sering dalam

ingatan bahwa Pendekatan Industri Penggilingan Padi (PIPA),

produksi padi nasional tahun 2011-2012 hanya 32.87 juta ton

GKG. Output KSA mampu menghasilkan prediksi potensi luas

panen untuk tiga bulan berikutnya. Apabila hal tersebut benar

adanya, berarti ongkos kebijakan secara ekonomi maupun politik

tidak lagi terlalu mahal. Hal klasik memang secara kasat mata

kebijakan import beras kerap terjadi pada saat surplus produksi

beras nasional dilaporkan tinggi. Sebagai contoh, pada tahun

2018, dilaporkan surplus beras lebih 10 juta ton, tetapi pada saat

bersamaan terjadi realisasi import sekitar 2.25 juta ton.

Selama ini, pengumpulan data luas tanaman menggunakan

berbagai pendekatan konvensional yang merupakan subjective

measurement, seperti benih yang digunakan, air irigasi informasi

dari petani dan observasi dengan eye estimate. Umumnya

pengumpulan data luas per tanaman yang mencakup luas tanam,

luas standing crops, luas puso dan luas panen. Untuk Sumatera

Utara dilakukan oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura dan

sejenisnya di kab/kota, lewat aktivitas Statistik Pertanian dibawah

koordinasi Kementan RI. Dalam hal koleksi data, petugas Dinas

Tanaman Pangan dan Hortikultura kab/kota yang disebut

koordinator cabang dinas (KCD) atau mantri tani melakukan

subjective measurement seperti berapa benih yang digunakan,

blok pengairan (sering untuk instrumen perhitungan IP), informasi

dari petani dan aparat desa, serta dengan pengamatan eye

estimate. Data luas panen yang dikumpulkan KCD disebut luas

panen kotor, disebut seperti itu karena masih mengikutkan bagian

lahan sawah yang tidak ditanami padi, misalnya pematang sawah

atau galengan.

Proses berikutnya, luas panen kotor dikoreksi dengan

konversi galengan untuk memperoleh luas panen bersih lalu dikali

dengan produktivitas, itulah disebut dengan angka produksi.

Produktivitas dikumpul melalui pengukuran objektif yaitu survey

ubinan (Crops Cutting Survey) yang berbasis rumah tangga.

Page 128: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 119

Tanggung jawab BPS adalah dalam hal survey ubinan, organisasi

lapangan, serta pengolahan data. Pemilihan sampel survey ubinan

merupakan penarikan sampel acak bertahap dengan stratifikasi

(Multi Stages Stratified Random Sampling). Survey ubinan adalah

plot area padi/tanaman pangan lainnya siap panen oleh rumah

tangga, biasanya berukuran 2.5 x 2.5 meter yang dipilih secara

random. Untuk tanaman padi, sampel plot berukuran 6.25 m2

mewakili luas panen 140-150 ha. Kemudian dari plot terpilih,

berikutnya Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) melakukan

pengukuran hasil panen dengan menggunakan alat ubinan, lalu

formulir kuisioner diisi, kemudian dikompilasi dan diolah BPS

kecamatan/kota melalui website pengolahan untuk memperoleh

estimasi rata-rata produktivitas pada level kab/kota untuk masa

empat bulan (Januari-April, Mei-Agustus, September-Desember).

Menurut instansi yang menangani ketahanan pangan di Sumatera

Utara perbandingan produksi dan kebutuhan pangan strategis di

Sumatera untuk tahun 2020 diperjelas pada Tabel 24. Dari Tabel

24 Sumatera Utara hanya defisit bawang merah sebesar 36%

sedang bawang putih hanya bisa tersedia dari produksi sendiri

4,58%. Gula pasir harus dipasok dari provinsi lain untuk memenuhi

kebutuhan.

Tabel 24. Perbandingan Produksi dan Kebutuhan Pangan Strategis

di Wilayah Sumatera Tahun 2020

Provinsi

Surplus/Defisit Komoditas Pangan Strategis

Beras Cabai

Merah

Cabai

Rawit

Bawang

Merah

Bawang

Putih

Daging

Ayam

Telur

Ayam

Gula

Pasir

Minyak

Goreng

Aceh

Sumatera

Utara

64,00% 36,00%

Sumatera

Barat

Riau

Kepulauan

Riau

Bengkulu

Jambi

Sum. Selatan

Bangka

Belitung

Lampung

Page 129: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

120 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Apabila di teropong perbandingan produksi dan kebutuhan

pangan strategis di Kab/kota Provinsi Sumatera Utara maka

sesungguhnya hanya Kab.Labuhanbatu, Kab. Asahan, serta Kab.

Labuhanbatu Selatan yang memerlukan pasokan dari kabupaten

lain di Sumatera Utara, artinya apabila perdagangan antar

kabupaten diatur sedemikian rupa Sumatera Utara masih surplus.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Perbandingan Produksi dan Kebutuhan Pangan Strategis

di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

No Kabupaten/

Kota

Surplus/Defisit Komoditas Pangan Strategis

Beras Cabai Merah Cabai Rawit Bawang Merah Bawang Putih

1 Nias 12% 88% 13% 87% 100% 100%

2 Mandailing Natal 82% 22% 78% 7% 93%

3 Tapanuli Selatan 82% 18% 62% 38% 6% 94%

4 Tapanuli Tengah 21% 79% 32% 68% 100% 100%

5 Tapanuli Utara 24% 76% 9% 91%

6 Toba Samosir 42% 58% 99% 1% 1% 99%

7 Labuhan Batu 36% 64% 1% 99% 1% 99% 100% 100%

8 Asahan 66 % 34 % 24% 76% 53% 47% 1% 99% 100%

9 Simalungun 11% 89%

10 Dairi 14% 86%

11 Karo 24% 76%

12 Deli Serdang 86 % 14% 10% 90% 10% 90% 9% 91% 100%

13 Langkat 7% 93% 100% 2% 98%

14 Nias Selatan 1% 99% 1% 99% 100% 100%

15 Humbang

Hasundutan

16 Pakpak Bharat 26% 74% 85% 15% 100% 100%

17 Samosir 54% 46% 97% 3% 43% 57%

18 Serdang Bedagai 14% 86% 7% 93% 10% 90% 100%

19 Batu Bara 40% 60% 25% 75% 100%

20 Padang Lawas Utara 3% 97% 4% 95% 14% 86% 100%

21 Padang Lawas 21% 79% 45% 55% 100% 100%

22 Labuhan Batu

Selatan

4% 96% 12% 83% 25% 75% 100% 100%

23 Labuhan Batu Utara 2% 98% 7% 93% 100% 100%

24 Nias Utara 1% 99% 1% 999% 100% 100%

25 Nias Barat 97% 3 % 100% 100% 100% 100%

26 Sibolga 100 % 100 % 100 % 100% 100%

27 Tanjung Balai 2% 98 % 11% 89% 12% 88% 100% 100%

28 Pematang Siantar 30% 70% 100% 100 % 100% 100%

29 Tebing Tinggi 9% 91% 2% 98% 100 % 1% 95% 100%

30 Medan 2% 98 % 1% 99% 100 % 1% 97% 100%

31 Binjai 19% 81% 17% 83% 100 % 100% 100%

Page 130: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 121

No Kabupaten/

Kota

Surplus/Defisit Komoditas Pangan Strategis

Beras Cabai Merah Cabai Rawit Bawang Merah Bawang Putih

32 Padangsidimpuan 66% 34% 45% 54% 32% 68% 100%

33 Gunungsitoli 75 % 25 % 3% 97% 7% 93% 100% 100%

Surplus (produksi > konsumsi)

Defisit (produksi < konsumsi) Keterangan

Beras Surplus sebanyak 521.501 Ton

Cabai Merah Surplus sebanyak 46.803 Ton

Cabai Rawit Surplus sebanyak 18.591 Ton

Bawang Merah Defisit sebanyak 16.115 Ton

Bawang Putih Defisit sebanyak 24.944 Ton

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2020 Provinsi

Sumatera Utara surplus beras 911.779 ton, jagung surplus 147.309

ton, dan cabai merah surplus sebesar 69.785 ton. Sebaliknya

kedelai, bawang merah, dan bawang putih butuh pasokan dari luar

Provinsi Sumatera Utara masing-masing sebesar 171.179 ton,

16.440 ton, dan 27.873 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

Tabel 26.

Tabel 26. Perbandingan Perkiraan Produksi Dan Kebutuhan

Komoditi Strategis Tahun 2020 Provinsi Sumatera Utara

No Komoditi Produksi

(Ton)

Kebutuhan (Ton) Surplus/

Defisit (Ton)

1

Beras

(setelah dikonversi

dari GKG)

2.772.357 1.860.578 911.779

2. Jagung 1.965.444 1.818.135 147.309

3. Kedelai 4.003 175.182 - 171.179

4. Cabai Merah 193.862 124.077 69.785

5. Bawang Merah 29.222 45.662 - 16.440

6. Bawang Putih 1.339 29.212 - 27.873

Page 131: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

122 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

Mengenai perkembangan harga komoditas strategis yang

cukup fluktuatif yakni cabe merah diperlihatkan pada Gambar 15,

bawang merah pada Gambar 16.

Oleh karena itu, BPS dan Kementan serta instansi yang

dianggap perlu harus duduk bersama agar perbedaan penentuan

ketersediaan dapat menghasilkan satu data yang dapat diterima

semua pihak. Selain itu, Sumatera Utara harus terus menggali

pangan lokal ditiap desa/kelurahan untuk meningkatkan aspek

ketersediaan, dalam bingkai bermutu dan aman dikonsumsi.

Gambar 15. Perkembangan Harga Rata-Rata Cabe Merah Tahun

2020

Page 132: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 123

Gambar 16. Perkembangan Harga Rata-Rata Bawang Merah

Tahun 2020

Page 133: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

124 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

PENUTUP

Membangun ketahanan pangan Indonesia dari Sumatera Utara

memiliki makna yang sangat dalam dan alasan rasional karena

Sumatera Utara memiliki faktor pembeda termasuk geografis

Sumatera Utara serta dilihat dari beberapa sub sistem sebagai

berikut:

1. Aspek ketersediaan dan kerawanan pangan. Sumatera Utara

telah memiliki pengalaman bahwa manggadong dengan

derivatnya mampu mendongkrak cadangan pangan yang

merupakan bagian dari ketersediaan pangan. Kerawanan

pangan yang diakibatkan oleh erupsi Gunung Sinabung

meskipun itu tidak segera dijadikan menjadi bencana nasional,

Sumatera Utara mampu mengatasinya hingga program jangka

panjang. Jauh sebelum sustainable development goals

digelorakan sebagai follow up dari millenium development

goals, Sumatera Utara telah memiliki visi: rakyat tidak lapar,

rakyat tidak miskin, rakyat tidak bodoh, rakyat memiliki masa

depan, dan rakyat bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Salah satu senjata pamungkas yang dilaksanakan adalah

dengan program gerakan masyarakat mandiri pangan.

2. Tentang luas baku lahan padi di Sumatera Utara dan telah

menjadi polemik, tim teknis ketahanan pangan provinsi

Sumatera Utara dapat memediasi pertemuan antara BPS

dengan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura serta Dinas

Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara.

Hal ini pernah terjadi sewaktu pembentukan kelembagaan

pangan, tim teknis Dewan Ketahanan Pangan pada bulan Mei

2013 telah menyampaikan surat resmi ke Bapak Presiden RI

yaitu hasil seminar nasional agar dibentuk Badan Otoritas

Pangan Nasional sebagaimana diharapkan oleh pasal 129 UU

No. 18/2012. Dalam hal ini Sumatera Utara selalu mencari

solusi alternatif bila ada kebuntuan.

3. Sumatera Utara memiliki success story di bidang distribusi dan

lumbung pangan. Bantuan dari program PLDPM mampu

Page 134: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA 125

dilipatgandakan sehingga Gapoktan sejahtera yang pada

gilirannya harga pangan di Sumatera Utara relatif stabil.

Dalam hal ini Sumatera Utara menjadi miniatur pembangunan

ketahanan pangan nasional, dengan kata lain Sumatera Utara

merupakan wajah pembangunan ketahanan pangan

Indonesia. There is even a saying, “if you want to be the

Commander, you have to ever been served in North Sumatra”.

4. Secara nasional telah diakui bahwa Sumatera Utara lebih

intens untuk mewujudkan mutu dan keamanan pangan, kota

Medan memiliki laboratorium yang relatif sudah lengkap untuk

menguji cemaran kimia, cemaran biologi, dan cemaran fisik,

setiap harinya ada mobil laboratorium keliling untuk

menganalisis pangan di pasar tradisional serta pangan jajanan

anak sekolah khususnya beroperasi intens sebelum pandemi

Covid 19. Selain itu sudah mulai intens digitalisasi ketahanan

pangan di kota Medan utamanya harga pangan strategis dan

edukasi bagi masyarakat tentang Pola Pangan Harapan.

Demikian juga untuk pangan segar Sumatera Utara sudah

memiliki sertifikat Prima 1.

5. Perlu dibangun aplikasi online Ketahanan Pangan meliputi

ketersediaan dan cadangan pangan, distribusi, harga dan

aksesibilitas pangan serta konsumsi, mutu, dan keamanan

pangan antar kab/kota se Sumatera Utara.

Page 135: membangun ketahanan pangan indonesia dari sumatera utara

126 MEMBANGUN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DARI SUMATERA UTARA

DAFTAR PUSTAKA

Dewan Ketahanan Pangan, 2016. Dokumen 2012-2016. Tidak

didokumentasi.

Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2016. Draft II

Grand Design Ketahanan Pangan Tahun 2015 – 2025

Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Pangan di Provinsi

Sumatera Utara.

Direktoran Gizi Departemen Kesehatan RI. 1996. Daftar Komposisi

Bahan Makanan. Bhartara Karya Aksara. Jakarta

Global Food Security Index. 2021. Performance of countries based

on their 2020 food security score.

https://foodsecurityindex.eiu.com/index

Grand Design BKP SU. 2008-2013.

http://www.tanijogonegoro.com/2013/02/bahaya-pestisida-

bahaya-pestisida-bagi.html

ISO–9000, ISO–14000, Hazard Analysis and Critical Control Point

(HACCP), Good Manufacturing Practices (GMP), standar

komoditas pangan dari Codex Alimentarius Commision

(CAC), Total Quality Management (TQM).

http://ppvt.setjen.deptan.go.id/ppvtpp/files/61UU182012.pdf

http://mongabay.co.id/2021/01/19/menyoal-food-estate-di-

Sumatera-Utara/

https://www.google.com/search?q=arti+swasembada+beras&oq=

arti+swasembada&aqs=chrome.1.69i57j0l5j0i22i30l4.5985j

0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

WTO, 1994. Uruguay Round Agreement - General Agreement on

Tariffs and Trade 1994.

http://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/06-gatt_e.htm

Tim Teknis Kelompok Kerja Pengembangan Kawasan Agropolitan

Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara. 2005.

Laporan Akhir. Master Plan Pengembangan Kawasan

Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara.