-
MEMASTIKAN KESELAMATAN PASIEN MELALUI SERTIFIKASI RUMAH
SAKIT
KASUS: JERMAN
Putu Eka Andayani1
Data Umum Jerman
Luas Wilayah : 357.021 km²
Ibukota : Berlin (3,47 juta penduduk)
Ibukota Federasi Jerman : 16 Kota: Baden-Württemberg, Bavaria,
Berlin, Brandenburg, Bremen, Hamburg, Hesse, Mecklenburg-Western
Pomerania, Lower Saxony, North Rhine-Westphalia, Rhineland
Palatinate, Saarland, Saxony, Saxony-Anhalt, Schleswig-Holstein,
Thuringia
Negara-negara yang berbatasan langsung
: Austria, Belgium, Czech Republic, Denmark, France, Luxembourg,
the Netherlands, Poland, Switzerland
Jumlah Penduduk : 8,81 Juta (sensus penduduk 2011)
Jumlah kelahiran per 1.000 penduduk : 8,3 (2010)
Kelahiran diluar pernikahan : 217.758 (2009), 225.472 (2010)
Jumlah kematian per 1.000 penduduk : 10,5 (2010)
Umur Harapan Hidup : 77 tahun (Laki-laki - 73 tahun; Perempuan -
80 tahun)
% penduduk berusia 0-14 tahun : 14 (2009)
% penduduk berusia 65+ tahun : 21 (2009)
Jumlah Angkatan Kerja (bekerja dan pengangguran)
: 43,30 Juta (2010)
Jumlah Pengangguran : 2,95 Juta (2010)
Jumlah dokter per 100.000 penduduk : 263 (2009)
Jumlah perawat per 1.000 penduduk : 9,8 (2006)
Jumlah TT di RS per 100.000 penduduk : 824 (2009)
Angka kejadian baru (insidensi) Tuberkulosis per 100.000
: 4 (2009)
Persentase total pengeluaran utk kesehatan terhadap gross
domestic product (GDP), perkiraan WHO
: 10 (2008)
Sumber: www.destatis.de, www.justgermany.org, www.euro.who.int,
www.gqmg.de
1 Konsultan Manajemen RS, PMPK FK UGM
-
Sistem Pelayanan Kesehatan di Jerman
Jumlah kelahiran (bayi lahir hidup) di Jerman sejak tahun 1991
s.d 2008 menurun sebesar 18%. Diperkirakan tahun 2030 jumlah
penduduk Jerman hanya tinggal 77 Juta. Jumlah anak diperkirakan 17%
lebih sedikit dibandingkan saat ini. Ini merupakan masalah
tersendiri dimana pertumbuhan penduduk Jerman lebih disebabkan oleh
migrasi penduduk dari negara-negara lain terutama di sekiatr
Jerman. Banyaknya pendatang ini berdampak pada aspek sosial secara
positif maupun negatif. Adanya pendatang menyebabkan perekonomian
di beberapa daerah menjadi lebih hidup dan banyak kebutuhan tenaga
kerja yang terpenuhi. Namun dilain pihak hal ini juga menjadi
masalah, dimana sekelompok orang menganggap para pendatang telah
merebut kesempatan mereka untuk mencari kerja atau kehidupan yang
lebih baik dan berpotensi memicu konflik sosial.
Tahun 2006 – 2007 terjadi pergeseran kapasitas pelayanan rawat
inap di RS dimana kapasitas yang disediakan oleh pelayanan
kesehatan publik menurun hampir 6%, pelayanan oleh lembaga non
profit menurun hampir 2% sedangkan pelayanan oleh swasta for profit
meningkat lebih dari 6%. Proporsi pengeluaran dibidang kesehatan
dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik Total Pengeluaran Bidang Kesehatan (245 Milyar Euro)
Sumber: Biro Statistik 2006 Tahun 2009 tercatat ada 2087 rumah
sakit di seluruh Jerman dan merawat 17,2 juta pasien per tahun
dengan rata-rata LOS 8,3 hari. Selain itu ada 1239 Pusat
Rehabilitasi Medis yang merawat 1,9 juta pasien dengan rata-rata
LOS 25,5 hari. Untuk pelayanan rawat jalan (private practice), di
Jerman ada 120.000 dokter dari berbagai spesialisasi, dimana 49%
diantaranya adalah Dokter Umum (dokter umum di Jerman identik
dengan dokter spesialis Penyakit Dalam Umum di Indonesia). Pasien
bebas memilih akan berobat ke praktek dokter yang mana. Tercatat
ada 10 kunjungan ke dokter rawat jalan per penduduk per tahun (Uni
Eropa rata-rata 6,8). Data tahun 2006 menunjukkan ada 4,3 juta
orang (atau sekitar 10,6% dari total karyawan) bekerja di sektor
kesehatan. 50% diantaranya bekerja di fasilitas-fasilitas rawat
inap. Jumlah lulusan dari Fakultas Kedokteran setiap tahun
menunjukkan penurunan yang signifikan (tahun 1993 terdapat 11.555
lulusan, tahun 2006 terdapat 8.724 lulusan). Hal ini menjadi satu
masalah sendiri, dimana kebutuhan akan tenaga profesi kesehatan
akan dapat dipenuhi dari
Pelayanan rawat Jalan
25%
Pelayanan rawat inap
36%
Perawatan gigi6%
Farmasi17%
Investasi4%
Lainnya12%
-
lulusan sekolah kesehatan dalam negeri Jerman. Negara ini juga
menghadapi berbagai masalah lain diantaranya:
- Populasi yang semakin menua - Teknologi kesehatan yang semakin
berkembang mengakibatkan naiknya biaya
pelayanan kesehatan dan harga obat-obatan
- Harapan masyarakat yang terus meningkat terhadap mutu
pelayanan - Biaya pelayanan kesehatan yang meningkat mendorong
pemerintah untuk mulai
mengefisienkan pelayanan dengan mengurangi kapasitas RS
publik.
Kapasitas TT di RS Akut di Jerman dan beberapa Negara Eropa
Terpilih per 1000 Populasi, tahun 1980 – 1998
Sumber: WHO Regional Office for Europe health for all database,
cit. European Observatory on Health Care Systems
Health Consumer Index menempatkan Jerman pada ranking ke 6 dari
30 negara di Eropa yang dievaluasi. Ini berarti bahwa konsumen di
Jerman cukup puas dengan pelayanan kesehatan dari aspek waktu
tunggu pelayanan, layanan farmasi, outcome pelayanan, informasi dan
hak pasien, jenis dan jangkauan pelayanan serta e-Health.
-
Health Consumer Index di Eropa tahun 2008
Sumber: www.gqmg.de
Kebijakan Nasional Keselamatan Pasien
Kebijakan nasional Jerman dibidang kesehatan tidak terlepas dari
bentuk pemerintahan yang menaunginya. Jerman memiliki Kepala Negara
(saat ini Presiden Köhler) dan Kepala Pemerintahan (saat ini
Kanselir Merkel). Dengan sistem pelayanan kesehatan yang
terdesentralusasi, 16 negara bagian (Bundesländer) bertanggung
jawab salah satunya terhadap kapasitas pelayanan rawat inap di
Rumah Sakit berikut pembiayaannya. Sistem asuransi kesehatan di
Jerman yang dikembangkan oleh Bismarck sejak tahun 1880-an juga
sangat mempengaruhi warna pelayanan kesehatan khususnya di RS.
Bismarck mengembangkan asuransi dengan 4 pilar, yaitu asuransi
kecelakaan kerja, asuransi pensiun, asuransi kehilangan pekerjaan
dan asuransi kesehatan. Undang-undang mewajibkan setiap perusahaan
menyisihkan sebagian pendapatan untuk membeli premi asuransi bagi
karyawannya. Anggaran untuk membeli premi ini merupakan bagian dari
pendapatan kotor karyawan. Para pensiunan, pengangguran dan anak
sekolah dijamin oleh pemerintah, sedangkan pelaku usaha (non
formal) umumnya membeli asuransi private. Dengan sistem asuransi
tersebut, warga negara Jerman tidak terlalu mengkhawatirkan biaya
pelayanan kesehatan. Menurut data, ada sekitar 5% warga Jerman yang
tidak ter-cover asuransi.
Disisi lain pemerintah Jerman percaya bahwa investasi besar
layak dilakukan untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas (Qualität hat ihren Preis, ada harga yang
-
harus dibayar untuk kualitas). Dengan mindset ini maka kebijakan
pelayanan kesehatan di Jerman mengutamakan free access, jumlah
provider pelayanan kesehatan dan teknologi peralatan kesehatan
dibandingkan dengan cost-effectiveness atau cost-containment. Ini
menyebabkan biaya pelayanan kesehatan di Jerman termasuk yang
tertinggi di dunia. Menurut laporan WHO tahun 2000 Jerman menempati
ranking ke 25 dari 191 negara untuk rasio biaya terhadap efisiensi
pelayanan. Hasil akhir dari pelayanan adalah outcome-nya kepada
pasien. Namun penelitian yang dilakukan oleh Schoen et.al (2005)
menemukan bahwa jika dibandingkan dengan US, Jerman lebih mampu
memberikan akses pelayanan spesialistik yang lebih cepat dengan
biaya yang dikeluarkan lebih sedikit.
Berdasarkan undang-undang yang dikeluarkan tahun 1989 mengatur
bahwa setiap RS di Jerman wajib untuk melakukan benchmarking
kualitas pelayanannya terhadap fasilitas pelayanan kesehatan (RS)
lain. Hal ini sangat dimungkinkan di Jerman, sebab setiap RS wajib
mempublikasikan laporan mutu pelayanan yang dibuat per dua tahun.
Laporan ini dibuat dalam format yang telah ditentukan dan di-entry
dalam software khusus sehingga salah satu hasilnya akan berupa
pemeringkatan RS. Konsil Kedokteran adalah salah satu pihak yang
bertanggung jawab dalam pengembangan sistem ini. Selain itu,
undang-undang tahun 2000 juga mewajibkan setiap RS untuk
mengimplementasikan sistem manajemen mutu internal.
Untuk menjamin mutu pelayanan di fasilitas praktek pribadi, UU
tahun 2004 mengatur bahwa praktek dokter (saat ini berjumlah
120ribu) juga wajib menerapkan sistem manajemen mutu internal.
Selain itu juga wajib melaksanakan benchmark dengan private
practices yang lain.
Sertifikasi Rumah Sakit
Sebagaimana negara lain di Eropa, Jerman memberikan kebebasan
pada RS untuk memilih lembaga mana yang akan mensertifikasi
pelayanannya. Bahkan sertifikasi pelayanan kesehatan bukan
merupakan suatu kewajiban. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa
sertifikasi hanyalah salah satu metode untuk membuktikan mutu dan
keselamatan pasien di RS. RS bisa saja memilih tidak disertifikasi,
namun hanya di-assess oleh lembaga indipenden. Oleh karena itu, ada
RS yang hanya dinilai oleh EFQM misalnya, namun ada yang memilih
disertifikasi oleh ISO, JCI, KTQ atau lainnya.
EFQM (European Foundation for Quality Management) adalah suatu
model manajemen mutu yang memungkinkan untuk melihat organisasi
secara holistik. Model ini merupakan jawaban dari model manajemen
mutu ala Amerika (Malcolm Baldrige National Quality Award) dan
model ala Jepang (Deming) yang dianggap lebih sesuai untuk Eropa.
EFQM membantu organisasi dalam membangun sistem manajemen mutu yang
komprehensif dan pengembangannya lebih lanjut secara kontinyu.
Menurut EFQM Model, ada 9 kriteria yang harus dipenuhi agar dapat
dikatakan sebagai organisasi yang bermutu sangat baik, sebagaimana
tergambara dalam bagan berikut.
-
Sumber: www.efqm.org
Meskipun tidak mengeluarkan sertifikat untuk organisasi yang
telah dinilai, namun banyak kalangan menganggap bahwa EFQM adalah
model manajemen mutu terbaik yang bisa diterapkan diberbagai
organisasi, termasuk pelayanan kesehatan.
DIN EN ISO 9001 merupakan salah satu dari International
Organization for Standarization (ISO) yang dikembangkan sejak tahun
1987 yang telah diterima sebagai standar di Eropa dan khususnya di
Jerman. Bagian terpenting dari sistem manajemen mutu ini adalah ISO
9001:20087 yang memiliki konfigurasi sebagai berikut: 0
Pendahuluan
1 Area 2 Referensi Normatif
3 Ketentuan 4 Sistem Manajemen Mutu (Persyaratan Umum,
Persyaratan Dokumentatif)
5 Tanggung jawab manajemen (komitmen manajemen, fokus pelanggan,
kebijakan mutu, wewenang dan komunikasi, manajemen evaluasi)
6 Manajemen Sumber Daya (penyediaan sumber daya, SDM,
Infrastruktur, lingkungan kerja) 7 Realisasi produk (Perencanaan,
proses yang terkait dengan pelanggan, pengembangan, pembelian, jasa
pengiriman, pusat pemantauan, peralatan ukur 8 Pengukuran, Analisis
dan Perbaikan (pemantauan dan pengukuran, pengendalian produk yang
tidak sesuai, analisis data, perbaikan)
Sertifikat yang diperoleh dari hasil assessment ISO berlaku
untuk tiga tahun. Setiap tahun pada kurun waktu tersebut organisasi
akan dievaluasi oleh pihak eksternal untuk mengontrol dan menjamin
tetap terlaksananya kriteria penilaian ISO secara kontinyu.
Joint Commission International (JCI) merupakan anak perusahaan
dari Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organization
(JCAHO), perusaan privattertua (sejak 1951) yang berkedudukan di
USA, dan merupakan organisasi independen. JCI sudah memiliki system
manajemen mutu yang digunakan secara luas diseluruh dunia untuk
akreditasi
-
organisasi pelayanan kesehatan. Satndar internasional dari Joint
Commission ini dibagi menjadi dua bagian yaitu standar yang
berhubungan dengan pasien dan standar yang berhubungan dengan
organisasi.
Standar yang behubungan dengan pasien Standar yang berhubungan
dengan
organisasi Akses terhadap pelayanan dan keberlangsungannya
Perbaikan mutu dan keselamatan pasien
Hak pasien dan keluarga Pencegahan dan pengendalian infeksi
Diagnosa pasien Pimpinan organisasi Penangan dan perawatan pasien
Manajemen dan keamanan bangunan Anestesi dan bedah Kualifikasi dan
pendidikan SDM Manajemen obat dan penggunaan narkoba Manajemen
komunikasi dan informasi Penjelasan dan edukasi pada pasien dan
keluarganya
Pada masing-masing standar didefinisikan fungsi-fungsi,
tujuan-tujuan dan elemen-elemen yang terukur. Sepanjang proses
pengukuran oleh JCI, RS harus bisa membuktikan sejauh mana ia dapat
memenuhi standar yang telah ditetapkan. Pengukuran dilakukan oleh
sebuah tim (surveyor).
Kooperation für Transparenz und Qualität im Gesundheitswesen
(KTQ® atau Kerjasama untuk Transparansi dan Kualitas dalam Bidang
Kesehatan) merupakan organisasi berbentuk GmbH (Ltd) yang dimiliki
oleh 1) perkumpulan asuransi kesehatan dan perawatan di level
nasional, 2) Bundesärztekammer (BÄK atau Konsil Kedokteran Jerman),
3) Deutsche Krankenhausgesellschaft (DKG atau asosiasi RS Jerman),
4) Deutscher Pflegerat (DPR atau Persatuan Perawat Nasional Jerman)
dan 5) Hartmannbund, Verband der Ärzte Deutschland (HB atau Ikatan
Dokter Jerman). KTQ dibentuk sebagai upaya untuk memberikan
alternatif proses sertifikasi RS dari berbagai metode yang sudah
ada, dimana sifatnya sukarela bagi RS. Model KTQ menempatkan pasien
sebagai fokus perhatian dalam berbagai aspek atau kriteria
penilaian mutu di RS.
-
Gambar KTQ Modell
Sumber: www.ktq.de
Proses KTQ ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan manajemen mutu
secara lebih spesifik, seperti rumah sakit, klinik dan pusat-pusat
perawatan medis, fasilitas rehabilitasi, rawat jalan, fasilitas
rawat inap dan berbagai bentuk alternatif rumah perawatan. Tujuan
sertifikasi KTQ adalah meningkatkan dan mengoptimalkan proses
perawatan pasien.
Sertifikasi KTQ* pada berbagai bentuk Pelayanan Kesehatan
(Stand 17. August 2011)
Bereich
(Jenis Pusat Pelayanan Kesehatan)
aktuell KTQ-zertifizierte Einrichtungen
(Jumlah aktual yang tersertifikasi KTQ Tahun
2011)
kumulierte Anzahl der KTQ-Zertifikate
(Jumlah total yang sudah Tersertifikasi
KTQ)
Krankenhäuser (Rumahsakit) 552 1329
Praxen & MVZ (Praktek dan Klinik) 63 89
Orientasi pada SDM
Orientasi pada pasien
Manajemen Mutu
Kepemimpinan
Informasi dan komunikasi
Keselamatan (pasien)
-
(Stand 17. August 2011)
Bereich
(Jenis Pusat Pelayanan Kesehatan)
aktuell KTQ-zertifizierte Einrichtungen
(Jumlah aktual yang tersertifikasi KTQ Tahun
2011)
kumulierte Anzahl der KTQ-Zertifikate
(Jumlah total yang sudah Tersertifikasi
KTQ)
Rehabilitationseinrichtungen (Pusat Rehabilitasi) 48 65
Pflegeeinrichtungen, Hospiz
und Alternative Wohnformen (Pusat Pelayanan Keperawatan, Rumah
Perawatan dan Rumah Perawatan Alternatif)
35 43
*jumlah total menunjukkan jumlah pusat pelayanan yang
sertifikasi dan resertifikasi KTQ.
TUV (Technischer Überwachung Verein atau Asosiasi Pemantauan
Teknis) merupakan organisasi yang dibentuk didaerah-daerah dan
berfungsi sebagai organisator untuk proses penilaian. Visitor KTQ
dapat berasal dari berbagai RS di seluruh Jerman dan bernaung
dibawah TÜV. Sejak awal mengajukan permohonan disertifikasi, RS
berhubungan dengan TÜV, namun setelah proses penilaan selesai dan
visitor menyusun laporan, maka sertifikat dikeluarkan oleh KTQ
GmbH.
Contoh Proses Sertifikasi KTQ di RS yang dilakukan oleh TÜV
Rheinland Berlin Brandenburg (RBB)
Proses Waktu yang Dibutuhkan
RS melakukan self-assessment menggunakan Manual yang telah
diterbitkan oleh KTQ GmbH
Kontrak (antara RS dengan TÜV RBB) 10 minggu sebelum kunjungan
Visitor
Menjadwalkan visitasi Tim Visitor 8 minggu sebelum kunjungan
Visitor
RS mengirimkan laporan hasil self-assessment termasuk laporan
kualitas, peta dan struktur organisasi kepada TÜV RBB
8 minggu sebelum kunjungan Visitor
Visitor KTQ menyusun laporan hasil penilaian awal dan
mengirimkannya kepada TÜV RBB
4 minggu sebelum kunjungan Visitor
Tim Visitor menyusun dan mengirim rencana kunjungan visitasi ke
RS
2 minggu sebelum visitasi
-
Tim Visitor melakukan kunjungan ke RS Kurang lebih 3-4 hari di
RS
Tim Visitor menyusun laporan hasil kunjungan dan laporan mutu
RS
2 minggu setelah visitasi
Tim Visitor mengirimkan laporan ke RS 4 minggu setelah
visitasi
RS memberikan feedback kepada TÜV RBB RS dapat menyampaikan
keberatan atas laporan Visitor dalam kurun 5 hari setelah laporan
diterima oleh RS
TÜV RBB meneruskan laporan tersebut kepada KTQ GmbH
6 hari setelah ke RS
Penerbitan sertifikat KTQ melalui KTQ GmbH 6 minggu setelah
visitasi
Sebagian kalangan menganggap sertifikasi dengan KTQ terlalu
mahal (50.000 €), berlaku hanya tiga tahun dan selama periode itu
tidak ada monitoring dari KTQ maupun TÜV. Kelemahan lain dari
sertifikasi KTQ adalah tidak dinilainya kualitas hasil atau output
pelayanan.
Perbandingan dari Berbagai Model Manajemen Mutu yang diterapkan
di Jerman
Aspek Penilaian yang Dimiliki ISO 9001:2008 JCI KTQ EFQM
Perbaikan berkelanjutan ü ü Kualitas Struktur Organisasi ü ü ü
Kualitas Proses ü ü ü ü Kualitas Outcome ü Pendekatan yang cukup
baik ü ü Spesifik untuk Bidang Kesehatan ü ü Pendekatan TQM ü ü
Peer Review ü ü ü
Bagaimana Sistem Sertifikasi membantu RS untuk menghasilkan
Pelayanan Berkualitas
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan di Jerman termasuk RS wajib menyusun laporan
mengenai mutu pelayanan, mempublikasikannya dan melakukan
perbandingan dengan fasilitas kesehatan lain. Sertifikasi adalah
salah satu metode untuk membuktikan bahwa pelayanan di suatu RS
memang sudah memenuhi standar berdasarkan kriteria tertentu. Kunci
keberhasilan dari system sertifiaksi RS di Jerman adalah adanya
perundang-undangan yang kuat yang mengatur mulai dari level Bundes
hingga level pelayanan. Undang-undang ini mengatur mulai dari
bagaimana RS harus membuat laporan dan mempublikasikannya secara
transparan sampai dengan masalah pembiayaan pelayanan kesehatan. UU
juga menjamin bahwa setiap warga Negara dapat memperoleh pelayanan
dengan kualitas yang sama sehingga akan terjadi persaingan yang
sehat dan proses pelayanan yang efisien. Dengan dibebaskannya RS
untuk memilih sistem sertifikasi yang akan ditempuh, maka terjadi
juga kompetisi antar-
-
lembaga sertifikasi, sehingga masing-masing lembaga berupaya
untuk menghasilkan model sertifikasi terbaik dan paling sesuai
dengan kebutuhan RS di Jerman. Referensi: 1. Ekkernkamp and
Jakolow-Standke (2010), IQM – ein Qualitätsmanagement-Verfahren
unter Vielen?, Jahrbuch Qualitätsmedizin, Medizinisch
Wissenschaftliche Verlagsgesellschaft, Berlin.
2. Schoen C, et.al (2005), Taking The Pulse Of Health Care
Systems: Experiences Of Patients With Health Problems In Six
Countries, Project HOPE, the People-to-People health Foundation,
Inc.
3. The European Observatory on Health Care Systems, Health Care
Systems in Transition, 2000
4. KTQ Team (2011), Informationen zum
KTQ-Zertifizierungsverfahren, power point presentation
5. www.bundesaerztekammer.de 6. www.destatis.de 7. www.efqm.org
8. www.euro.who.int 9. www.gqmg.de 10. www.justgermany.org 11.
www.med-kolleg.de 12. www.tuv.com