3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Pasar Persaingan Sempurna Pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dengan penawaran yang ditandai oleh jumlah konsumen dan produsen yang sangat banyak dan tidak terbatas. Pasar persaingan sempurna merupakan pasar/industri yang dicirikan oleh perusahaan kecil yang banyak jumlahnya dan membuat produk yang sama. Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai struktur pasar atau industri dimana setiap penjual ataupun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan pasar. Di dalam pasar persaingan sempurna terdapat mobilitas sempurna dari sumber daya serta adanya pengetahuan yang sempurna baik pembeli maupun penjual, sehingga kekuatan permintaan dan penawaran dapat bergerak bebas. Contoh pasar persaingan sempurna antara lain bursa efek atau pasar modal atau pasar uang. Pasar disebut bersaing sempurna jika : 1. Terdapat sejumlah besar penjual dan pembeli komoditi, sehingga tindakan seorang individu tidak dapat mempengaruhi harga komoditi tersebut ; 2. Produk dari seluruh perusahaan dalam pasar adalah homogen ; 3. Terdapat mobilitas sumber daya yang sempurna ; dan 4. Konsumen pemilik sumber daya dan perusahaan dalam pasar mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai harga-harga dan biaya-biaya yang sekarang dan yang akan datang. Dalam pasar persaingan sempurna, harga komoditi hanya ditentukan oleh perpotongan antara kurva permintaan pasar dan kurva penawaran. Dengan demikian, perusahaan dalam pasar persaingan sempurna merupakan “penerima harga” (price taker) dan dapat dapat menjual setiap jumlah komoditi pada harga yang telah ditetapkan. 2.2 Ciri-ciri Pasar Persaingan Sempurna Ciri-ciri selengkapnya dari pasar persaingan sempurna adalah seperti yang diuraikan sebagai berikut : a. Perusahaan Menerima Harga Yang Ditentukan Pasar (Price Taker)
31
Embed
MEMAKSIMASI PROFIT PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA, ANALISIS JANGKA PENDEK DAN PANJANG
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dengan
penawaran yang ditandai oleh jumlah konsumen dan produsen yang sangat banyak dan tidak
terbatas. Pasar persaingan sempurna merupakan pasar/industri yang dicirikan oleh perusahaan
kecil yang banyak jumlahnya dan membuat produk yang sama. Pasar persaingan sempurna
dapat didefinisikan sebagai struktur pasar atau industri dimana setiap penjual ataupun
pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan pasar.
Di dalam pasar persaingan sempurna terdapat mobilitas sempurna dari sumber daya
serta adanya pengetahuan yang sempurna baik pembeli maupun penjual, sehingga kekuatan
permintaan dan penawaran dapat bergerak bebas. Contoh pasar persaingan sempurna antara
lain bursa efek atau pasar modal atau pasar uang.
Pasar disebut bersaing sempurna jika :
1. Terdapat sejumlah besar penjual dan pembeli komoditi, sehingga tindakan seorang
individu tidak dapat mempengaruhi harga komoditi tersebut ;
2. Produk dari seluruh perusahaan dalam pasar adalah homogen ;
3. Terdapat mobilitas sumber daya yang sempurna ; dan
4. Konsumen pemilik sumber daya dan perusahaan dalam pasar mempunyai
pengetahuan yang sempurna mengenai harga-harga dan biaya-biaya yang sekarang
dan yang akan datang.
Dalam pasar persaingan sempurna, harga komoditi hanya ditentukan oleh
perpotongan antara kurva permintaan pasar dan kurva penawaran. Dengan demikian,
perusahaan dalam pasar persaingan sempurna merupakan “penerima harga” (price taker) dan
dapat dapat menjual setiap jumlah komoditi pada harga yang telah ditetapkan.
2.2 Ciri-ciri Pasar Persaingan Sempurna
Ciri-ciri selengkapnya dari pasar persaingan sempurna adalah seperti yang diuraikan
sebagai berikut :
a. Perusahaan Menerima Harga Yang Ditentukan Pasar (Price Taker)
4
Perusahaan menjual produknya dengan berpatokan pada harga yang ditetapkan
pasar (price taker). Secara individu perusahaan tidak mampu mempengaruhi harga
pasar.
b. Keleluasaan Masuk – Keluar Pasar (Free Entry and Exit)
Dalam pasar persaingan sempurna faktor produksi mobilitasnya tidak terbatas
dan tidak ada biaya yang harus dikeluarkan untuk memindahkan faktor produksi.
c. Homogenitas Produk (Homogeneous Product)
Semua perusahaan memproduksi barang yang homogen. Produk yang mampu
memberikan kepuasan (utilitas) kepada konsumen tanpa perlu mengetahui siapa
produsennya.
d. Output Perusahaan Relatif Kecil (Small RelativelOutput)
Perusahaan dalam industri (pasar) dianggap berproduksi efisien (biaya rata –
rata terendah), kendati pun demikian jumlah output setiap perusahaan secara individu
dianggap relative kecil dibanding jumlah output seluruh perusahaan dalam industri.
e. Tidak ada hambatan dalam mobilitas sumber ekonomi dari satu usaha ke usaha lain
(free mobility of resources).
f. Pengetahuan Sempurna (Perfect Knowledge)
Para pelaku ekonomi (konsumen dan produsen) memiliki pengetahuan
sempurna tentang harga produk dan input yang dijual.
g. Pemerintah tidak ikut campur tangan tentang harga, baik langsung maupun tidak
langsung.
h. Pembeli dan penjual bebas mengadakan perjanjian, tanpa ada campur tangan
pemerintah.
Sebagai implikasi dari ciri-ciri tersebut, maka seorang produsen tidak dapat
mengubah harga pasar yang berlaku. Seorang produsen hanya sebagai pengambil harga (price
5
taker). Dan dalam jangka pendek hal penting yang harus diperhatikan oleh produsen yang
berada pada pasar persaingan sempurna adalah menentukan jumlah produksi yang dapat
mendatangkan keuntungan maksimum. Hal tersebut dapat tercapai jika pendapatan marjinal
(MR) sama dengan biaya marjinal (MC) dan juga sama dengan harga outputnya.
Dalam jangka panjang, perusahaan-perusahaan akan menambah skala produksinya
dan tidak menutup kemungkinan adanya perusahaan-perusahaan baru yang masuk dalam
industri jika ada keuntungan lebih (harga jual atau P di atas biaya rata-rata atau AC).
Akibatnya penawaran output di pasar akan bertambah dan mendorong harga turun sampai
pada posisi di mana harga jual sama dengan biaya produksi.
Akhirnya keuntungan menjadi normal, dan hal ini akan merangsang adanya perluasan
kapasitas produksi maupun pendirian pabrik baru. Keadaan tersebut dinamakan ekuilibrium
jangka panjang (harga jual atau P sama dengan biaya rata-rata atau AC minimum).
2.3 Permintaan Dan Hasil Julalan
1) Permintaan Pasar dan Perusahaan
Ciri pertama dari pasar persaingan sempurna adalah setiap perusahaan adalah
pengambil harga, yaitu sesuatu perusahaan tidak mempunyai kekuasaan untuk
menentukan harga. Interaksi seluruh produsen dan seluruh pembeli dipasar yang akan
menentukan harga pasar, dan seorang produsen hanya “menerima” saja harga yang
sudah ditentukan tersebut. Ini berarti banyak pun barang yang diproduksikan dan
dijual oleh produsen, ia tidak akan dapat mengubah harga yang ditentukan di pasar,
karena jumlah yang diproduksikan itu hanya sebagian kecil saja dari jumlah yang
diperjualbelikan di pasar.
6
Gambar (ii) menunjukkan permintaan dan penawaran ke atas barang yang
dihasilkan perusahaan-perusahaan dalam suatu pasar persaingan sempurna. Dapat
dilihat bahwa harga pasar yang tercapai adalah Rp. 3000, dan julmah barang yang
diperjualbeilkan adalah 200.000 unit. Dalam gambar (i) ditunjukkan permintaan yang
dihadapi oleh suatu perusahaan dalam industri tersebut. Kurva permintaa d-d adalah
berbentuk satu garis yang sejajar dengan sumbu datar, dan tingkat harga yang dicapai
adalah Rp. 3000. Kurva d-d bersifat elastis sempurna karena dua alasan. Yang
pertama, hasil produksi perusahaan tersebut adalah serupa (identical) dengan
produksi perusahaan-perusahaan lain dalam industry itu, dengan demikian apabila
perusahaan tersebut menaikkan harga hasil produksinya, tidak satu pun hasil
produksinya akan terjual. Para konsumen akan membeli dari perusahaan lain. Alasan
kedua, oleh karena produksi perusahaan tersebut adalah sebagian kecil saja dari yang
diperjualbelikan di pasar, perusahaantersebut dapat menjual seluruh produksinya pada
harga Rp. 3000. Sumbu datar pada gambar (i) menunjukkan bahwa produksi
perusahaan itu adalah jauh lebih kecil dari jumlah barang yang diperjualbelikan di
pasar. Karena perusahaan itu dapat menjual semua hasil produksinya, tidak ada alas
an kepada perusahaan untuk menurunkan harga penjualan barangnya.
7
2) Hasil Penjualan Rata-rata, Marjinal dan Total
a. Hasil Penjualan Rata-rata
Untuk suatu perusahaan dalam pasar persaingan sempurna hasil penjualan
rata-rata (AR) adalah seperti ditunjukkan dalam gambar (i). apabila dimisalkan harga
barang yang diproduksi perusahaan adalah Rp. 3000 maka d0=AR0=MR0 adalah kurva
permintaan yang dihadapi perusahaan. Dengan demikian kurva ini adalah kurva hasil
penjualan rata-rata pada harga barang sebanyak Rp. 3000 (dan dinyatakan sebagai
AR0). Kalau harga barang yang dijual perusahaan adalah Rp. 6000, kurva
d1=AR1=MR1 adalah kurva permintaan dan juga kurva hasil penjualan rata-rata pada
harga Rp. 6000.
b. Hasil Penjualan Marjinal
Satu konsep mengenai hasil penjualan yang sangat penting untuk diketahui
dalam analisis penetuan harga dan produksi oleh suatu perusahaan adalah hasil
penjualan Marjinal/Marjinal Revenue (MR), yaitu tambahan hasil penjualan yang
diperoleh perusahaan dari menjual satu unit lagi barang yang diproduksinya. Kalau
harga barang tetap Rp. 3000, setiap unit tambahan barang yang dijual akan
menambahkan hasil penjualan sebanyak Rp. 3000 juga. Begitu juga, sekiranya harga
tetap Rp. 6000, setiap unit tambahan barang yang dijual akan menambah hasil
8
penjualan sebanyak Rp. 6000. Dengan demikian, dalam pasar persaingan sempurna
berlaku keadaan berikut harga = hasil penjualan rata-rata = hasil penjualan
marjinal. Dalam gambar (i) kurva d0=AR0=MR0 menggambarkan kesamaan tersebut
pada harga Rp. 3000, dan kurva d1=AR1=MR1 menggambarkan kesamaan tersebut
pada harga Rp. 6000.
c. Hasil Penjualan Total
Seluruh jumlah pendapatan yang diterima perusahaan dari marjinal barang
yang diproduksinya dinamakan hasil penjualan total/Total Revenue (TR). Telah
diterangkan bahwa dalam persaingan sempurna harga tidak akan berubah walau
bagaimanapun banyaknya jumlah barang yang dijual perusahaan. Ini menyebabkan
kurva penjualan total (TR) adalah berbentuk garis lurus yang bermula dari titik 0.
Dalam gambar (ii) garis TR0 adalah kurva hasil penjualan total apabila harga adalah
Rp. 3000, sedangkan garis TR1 adalah kurva hasil penjualan total apabila harga
barang meningkat Rp. 6000. Titik pada TR0 dan TR1 menggambarkan banyaknya
hasil penjualan total pada berbagai jumlah barang yang dijual. Sebagai contoh titik A
menggambarkan bahwa pada harga Rp. 30.000 dan titik A1 menunjukkan bahwa pada
harga Rp. 6000 penjualan sebanyak 10 unit akan menyebabkan hasil penjualan total
perusahaan mencapai Rp. 60.000.
2.4 Cara Memaksimumkan Keuntungan Jangka Pendek
Dalam bagian ini secara serentak akan ditunjukan contoh angka tentang biaya
produksi, hasil penjualan dan penentuan keuntungan. Dalam contoh ini akan ditunjukan (i)
cara menghitung biaya total, biaya rata-rata dan biaya marginal, (ii) cara menghitung hasil
penjualan total, penjualan rata-rata dan penjualn marginal, dan (iii) menunjukan caranya
suatu perusahaan menentukan tingkat produksi yang akan memaksimumkan keuntungan.
Sebelum hal-hal yang dinyatakan diatas ditunjukan dan diterangkan, akan dirumuskan
dua cara untuk menentukan pemaksimuman keuntungan oleh suatu perusahaan.
1) Syarat Pemaksimuman Keuntungan
Di dalam jangka pendek, pemaksimuman keuntungan oleh suatu perusahaan
dapat diterangkan dengan dua cara berikut:
Membandingkan hasil penjualan total dengan biaya total
9
Menunjukan keadaan dimana hasil penjualan marginal sama dengan biaya
marginal.
Dalam cara pertama keuntungan ditentukan dengan menghitung dan
membandingkan hasil penjualan total dengan biaya total. Keuntungan adalah
perbedaan antara hasil penjualan total yang diperoleh dengan biaya total
yang dikeluarkan. Keuntungan akan mencapai maksimum apabila perbedaan antara
keduanya adalah maksimum. Maka dengan cara yang pertama ini keuntungan yang
maksimum akan dicapai apabila perbedaan nilai antra hasil penjualan total dengan
biaya total adalah yang paling maksimum.
Cara yang kedua adalah dengan menggunakan bantuan kurva atau data biaya
rata-rata dan biaya marginal. Pemaksimuman keuntungan dicapai pada tingkat
produksi dimana hasil penjualan marginal (MR) sama dengan biaya marginal (MC)
atau MR=MC. Suatu perusahaan akan menambah keuntungan apabila menambah
produksi pada ketika MR>MC yaitu hasil penjualan marginal (MR) melebihi biaya
marginal (MC). Dalam keadaan ini pertambahan produksi dan penjualan akan
menambah keuntungan. Dalam keadaan sebaliknya, yaitu apabila MR < MC,
mengurangi produksi dan mpenjualan akan menambah untung. Maka keuntungan
maksimum dicapai dalam keadaan dimana MR=MC berlaku.
Sebelum hal-hal yang dinyatakan diatas ditunjukan dan diterangkan, akan dibuat
contoh angka untuk menunjukan kedua cara untuk menentukan pemaksimum
keuntungan oleh suatu perusahaan.
2) Jumlah Produksi dan Biaya Produksi
10
Pada tabel 11.1 bertujuan untuk memberikan gambaran hipotesis mengenai sifat
hubungan di antara tingkat produksi dengan berbagai konsep biaya produksi (biaya
total, biaya rata-rata dan biaya marjinal). Pada dasarnya data tersebut menerangkan :
Dalam kolom (1) ditunjukkan berbagai jumlah produksi yang dapat dicapai.
Kolom (2) menggambarkan biaya tetap total, yaitu biaya yang dikeluarkan
untuk membeli input tetap yang digunakan dalam proses produksi.
Kolom (3) menunjukkan biaya berubah total, yaitu semua biaya yang
dibelanjakan untuk membeli input berubah (tenaga kerja).
Dengan menjumlahkan biaya tetap total (dalam kolom 2) dengan biaya
berubah total (dalam kolom 3) diperoleh biaya total, yaitu seperti
ditunjukkan dalam kolom (4).
Biaya marjinal, yaitu tambahan biaya yang perlu dikeluarkan untuk
menambah satu unit produksi, ditunjukkan dalam kolom (5)
Kolom (6) menunjukkan biaya tetap rata-rata, yaitu biaya tetap dibagi
dengan jumlah produksi.
Kolom (7) menunjukkan biaya berubah rata-rata, yaitu biaya berubah total
dibagi dengan jumlah produksi.
11
Biaya total rata-rata ditunjukkan dalam kolom (8). Biaya ini
menggambarkan biaya per unit untuk menghasilkan suatu barang.
3) Jumlah Produksi dan Hasil Penjualan
Hubungan di antara jumlah produksi dengan hasil penjualan total, hasil
penjualan rata-rata dan hasil penjualan marjinal ditunjukkan dalam Tabel 11.2.
Data dan informasi yang digambarkan dalam setiap kolom adalah seperti yang
dinyatakn di bawah ini :
Data dalam kolom (1) menggambarkan jumlah produksi yang dapat dicapai.
Kolom (2) menunjukkan tingkat harga barang yang diproduksi. Harga seunit
tetap Rp. 150 ribu oleh karena produsen tersebut berada di pasar persaingan
sempurna.
Kolom (3) menunjukkan hasil penjualan total yang akan diterima produsen
pada berbagai tingkat produksi. Data hasil penjualan total dalam kolom
tersebut dihitung menggunakan rumus berikut : 𝑇𝑅 = 𝑃 × 𝑄 di mana TR
adalah jumlah hasil penjualan, P adalah tingkat harga Q adalah jumlah
produksi.
12
Kolom (4) menunjukkan hasil penjualan rata-rata. Telah diterangkan bahwa
dalam persaingan sempurna harga adalah tetap, walau berapa pun jumlah
produksi yang dilakukan. Oleh sebab itu hasil penjualan rata-rata (AR)
adalah sama dengan tingkat harga (P).
Kolom (5) menunjukkan hasil penjualan marjinal, yaitu tambahan hasil
penjualan yang disebabkan oleh petambahn seunit barang yang dijual. Oleh
karena harga adalah tetap, maka hasil penjualan marjinal adalah sama
dengan tingkat harga.
4) Menentukan Keuntungan Maksimum
Setelah secara lengkap menjelaskan berbagai angka/data yang terdapat dalam
Tabel 11.1 dan 11.2, dapatlah sekarang dilihat caranya perusahaan menentukan
tingkat produksi yang akan menghasilkan keuntungan yang paling maksimum. Telah
dinyatakan bahwa terdapat dua cara untuk menentukan tingkat produksi yang
memaksimumkan untung tersebut: (i) dengan menggunakan pendekatan biaya total
dan hasil total, dan (ii) dengan menggunakan pendekatan hasil marjinal dan biaya
marjinal. Kedua pendekatan tersebut diterangkan dalam uraian berikut.
a. Hasil Penjualan Total, Biaya Total dan Keuntungan
13
Cara ini merupakan yang paling mudah untuk menentukan produksi yang akan
memaksimumkan keuntungan. Untuk menentukan keadaan tersebut yang perlu
dilakukan adalah:
Membandingkan hasil penjualan total dan biaya total pada setiap tingkat produksi.
Menentukan tingkat produksi dimana hasil penjualan total melebihi biaya total
pada jumlah yang paling maksimum
Dengan mengingat kepada kedua langkah tersebut sekarang perhatikan contoh angka
dalam Tabel 11.3.
Kolom (2) menunjukkan hasil penjualan, manakala kolom (3) menunjukkan
biaya produksi. Keuntungan yang diperoleh pada berbagai tingkat produksi
ditunjukkan pada kolom (4) – yang dihitung dengan formula berikut:
Keuntungan = Hasil penjualan total – Biaya produksi total
Hasil penghitungan yang diperoleh menunjukkan maksimum dicapai apabila
perusahaan memproduksikan sebanyak 6 atau 7 unit dan keuntungan maksimum yang
dinikmati perusahaan adalah Rp. 420 ribu. Catatan: Untuk menyesuaikan dengan
analisis secara grafik, produksi yang akan dilakukan perusahaan adalah sebanyak 7
unit – yaitu pada ketika hasil penjualan marjinal (MR) sama dengan biaya marjinal
(MC).
b. Hasil Penjualan Marjinal, Biaya Marjinal dan Keuntungan
14
Untuk memahami pendekatan hasil penjualan marjinal – biaya marjinal (MC =
MR) dengan lebih baik, satu contoh angka akan diterangkan. Perhatikan Tabel 11.4 –
yang membandingkan hasil penjualan marjinal dengan biaya marjinal. Data dalam
tabel tersebut diambil dari Tabel 11.1(untuk data biaya marjinal) dan Tabel 11.2
(untuk data hasil penjualan marjinal). Data dalam kolom (4), yang menggambarkan
tambahan (atau pengurangan) untung apabila produksi ditambah satu unit, dihitung
berdasarkan formula berikut:
Tambahan untung = Tambahan penjualan total – Tambahan biaya
Berdasarkan kepada data dalam kolom (4), dalam kolom (5) ditunjukkan jumlah
untung yang diperoleh pada berbagai tingkat produksi.
Jumlah untung dalam kolom (5) itu merupakan keuntungan “bruto”, yaitu
sebelum dikurangi dengan biaya tetap. Sebagai contoh, keuntungan yang diperoleh
*Catatan Dalam nilai ini masih termasuk biaya tetap sebanyak Rp.100 ribu
15
apabila produksi adalah 4 unit adalah: Rp.320 ribu (lihat Tabel 11.4) – Rp. 100 ribu =
220 ribu. Seperti dengan dalam pendekatan penentuan keuntungan yang pertama,
dalam pendekatan kedua ini juga dapat dilihat bahwa keuntungan maksimum dicapai
pada tingkat produksi sebanyak 6 atau 7 unit. Jumlah keuntungan maksimum tersebut