BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator pelayanan kesehatan dan capaian program kesehatan yang meliputi indicator angka harapan hidup, angka kematian, dan status gizi masyarakat. Upaya mewujudkan derajat kesehatan tersebut diutamakan pada upaya promotif dan preventif meliputi KIA, imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit dengan mengacu pada pencapaian target Standar Pelayanan Minimal serta target MDGs. Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak sebagai salah satu tujuan dari Millennium Development Goals (MDGs). Tujuan utama kegiatan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang sehingga diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator pelayanan
kesehatan dan capaian program kesehatan yang meliputi indicator angka harapan hidup, angka
kematian, dan status gizi masyarakat. Upaya mewujudkan derajat kesehatan tersebut diutamakan
pada upaya promotif dan preventif meliputi KIA, imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi
kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit dengan mengacu pada pencapaian target
Standar Pelayanan Minimal serta target MDGs.
Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular khususnya
untuk menurunkan angka kematian pada anak sebagai salah satu tujuan dari Millennium
Development Goals (MDGs). Tujuan utama kegiatan imunisasi adalah untuk mencegah
terjadinya penyakit tertentu pada seseorang sehingga diharapkan anak menjadi kebal terhadap
penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit tertentu (Permenkes RI)
Program imunisasi nasional dikenal sebagai Program Pengembangan Imunisasi (PPI)
dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1977. Program ini merupakan program pemerintah dalam
bidang imunisasi untuk mencapai komitmen internasional yaitu Universal Child Immunization
(UCI). Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dilakukan untuk pencegahan penularan terhadap
beberapa Penyakit yang dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) yaitu tuberculosis, difteri,
pertusis, campak, polio, tetanus, dan hepatitis B. Penyelenggaraan kegiatan imunisasi di
Indonesia berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 tahun
2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi .
Pembangunan kesehatan diutamakan melalui program promotif dan preventif seperti program
imunisasi yang terbukti efektif untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian
akibat PD3I. Secara global, diperkirakan 2-3 juta kematian per tahunnya berhasil dicegah dengan
imunisasi, tetapi masih ada sekitar 22 juta bayi di dunia yang belum mendapat imunisasi lengkap
sebesar 9,5 juta yang berada di wilayah Asia Tenggara, termasuk di dalamnya Indonesia. Situasi
ini yang mendorong langkah global dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dunia melalui
pelaksanaan imunisasi (Kemenkes RI).
Keberhasilan program imunisasi salah satunya bisa dinilai dengan indikator Desa/Kelurahan
UCI. Pencapaian UCI di Indonesia pada tahun 2013 yaitu 80,23% dan capaian ini belum
memenuhi target UCI tahun 2013 yaitu 95%. Sedangkan UCI Sumatera Barat pada tahun 2010
yaitu 87,03%, mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 86,6% dan kembali turun pada
tahun 2013 menjadi 71,15%. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013,
dari 22 puskesmas yang ada di Kota Padang Puskesmas Lubuk Kilangan mempunyai cakupan
imunisasi dasar lengkap terendah nomor tiga setelah Puskesmas Padang Pasir dan Puskesmas
Pauh (Dinkes Padang, 2013). Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan
pembahasan lebih lanjut mengenai masalah kesehatan imunisasi dan bagaimana pencapaiannya
di Puskesmas Lubuk Kilangan.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program imunisasi di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Kilangan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pelaksanaan program imunisasi di Puskesmas Lubuk Kilangan.
2. Mengetahui pencapaian program imunisasi di Puskesmas Lubuk Kilangan.
3. Mengetahui permasalahan program imunisasi di Puskesmas Lubuk Kilangan.
1.3 Batasan Penulisan
Makalah ini membahas tentang pelaksanaan, pencapaian dan permasalahan program imunisasi di
Puskesmas Lubuk Kilangan.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literatur,
laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan dan diskusi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit
hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari
penyakit lain, diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,
sehingga bila terpajan pada antigen serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan (Depkes, 2014).
Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan pasif maupun aktif. Kekebalan pasif
dengan memberikan antibodi atau faktor kekebalan pada seseorang yang membutuhkan. Kekebalan aktif
dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen secara alamiah atau melalui imunisasi.
2.2 Landasan Hukum Imunisasi
1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1626/Menkes/SK/XII/2005 tentang Pedoman
Pemantauan dan Penanggulangan kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi
2.3 Tujuan imunisasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 tahun 2013 tentang penyelenggaraan imunisasi:
a. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I).
b. Tujuan Khusus
- Mencapai target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi
lengkap minimal 80% pada bayi di seluruh desa/ kelurahan pada tahun 2014.
- Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1 per
1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013.
- Global eradikasi Polio pada tahun 2018.
- Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015 dan pengendalian Rubella 2020.
- Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah medis
(safety infection practice and waste disposal management).
2.4 Program Imunisasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 tahun 2013 imunisasi wajib terdiri atas:
1) Imunisasi Rutin
2) Imunisasi Tambahan
3) Imunisasi Khusus
2.4.1 Imunisasi Rutin
1) Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar diberikan pada bayi di bawah 1 tahun. Jenis imunisasi dasar yang diberikan
adalah:
a) Bacillus Calmette Guerin (BCG)
b) Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-
Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib)
c) Hepatitis B pada bayi baru lahir
d) Polio
e) Campak.
2) Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau
untuk memperanjang masa perlindungan. Imunisasi lanjutan diberikan kepada:
a) Anak usia dibawah tiga tahun (batita). Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan
Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis
Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib) dan Campak.
b) Anak usia sekolah dasar. Imunisasi diberikan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS) terdiri atas Diphtheria Tetanus (DT), Campak, dan Tetanus diphteria (Td).
c) Wanita usia subur. Jenis imunisasi yang diberikan adalah Tetanus Toxoid (TT).
Imunisasi TT diberikan kepada Wanita Usia Subur (WUS) termasuk ibu hamil dan calon
pengatin. Pemberian imunisasi ini bertujuan untuk mencegah tetanus neonatorum pada bayi baru
lahir, mencegah tetanus pada ibu pada saat hamil, melahirkan dan nifas . Jadwal pemberian
imunisasi TT:
- TT1: Diberikan pada kunjungan awal/ Trimester 1
- TT2: 4 minggu setelah TT1, perlindungan 3 tahun
- TT3: 6 bulan setelah TT2, perlindungan 5 tahun
- TT4: 1 tahun setelah TT3, perlindungan 10 tahun
- TT5: 1 tahun setelah TT4, perlindungan 25 tahun
2.4.2 Imunisasi Tambahan
Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah:
A. Backlog fighting
Merupakan upaya aktif untuk melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur di bawah 3
(tiga) tahun. Kegiatan ini diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa yang selama 2 (dua) tahun
berturut-turut tidak mencapai UCI.
B. Crash program
Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah
terjadinya KLB. Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash program adalah:
1) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi.
2) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang.
3) Desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.
Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis imunisasi, misalnya campak, atau
campak terpadu dengan polio.
C. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
Merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara serentak di suatu negara dalam waktu
yang singkat. PIN bertujuan untuk memutuskan mata rantai penyebaran suatu penyakit (misalnya
polio). Imunisasi yang diberikan pada PIN diberikan tanpa memandang status imunisasi
sebelumnya.
D. Sub PIN
Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi dilaksanakan pada wilayah wilayah terbatas
(beberapa provinsi atau kabupaten/kota).
E. Catch up Campaign campak
Merupakan suatu upaya untuk memutuskan transmisi penularan virus campak pada anak usia
sekolah dasar. Kegiatan ini dilakukan dengan pemberian imunisasi campak secara serentak pada
anak sekolah dasar dari kelas satu hingga kelas enam SD atau yang sederajat, serta anak usia 6 -
12 tahun yang tidak sekolah, tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian
imunisasi campak pada waktu catch up campaign campak di samping untuk memutus rantai
penularan, juga berguna sebagai booster atau imunisasi ulangan (dosis kedua).
F. Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response Immunization/ORI)
Pedoman pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan dengan situasi
epidemiologis penyakit masing-masing.
2.4.3 Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilakukan untuk melindungi masyarakat
terhadap penyakit tertentu pada situasi seperti persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh,
persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu. Jenis imunisasi antara lain
imunisasi Meningitis Meningokokus, imunisasi demam kuning, dan imunisasi Anti Rabies
(VAR). Sasaran vaksinasi Anti Rabies (VAR) ditujukan pada 100% kasus gigitan yang
berindikasi Rabies , terutama pada lokasi tertular dan desa-desa sekitar dalam radius 10 km.
2.5 Imunisasi Dasar Lengkap
Imunisasi dasar lengkap adalah kelengkapan mengimunisasikan bayi sebanyak 1
kali HB-0, 4 kali Polio, 1 kali BCG, 3 kali DPT-HB, dan 1 kali campak. Jenis- jenis vaksin yang
diberikan terhadap bayi dan balita berdasar IDAI ada lima buah vaksin, yaitu:
a. BCG
Vaksin BCG diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TB).
Vaksin yang diberikan mengandung kuman TB yang telah dilemahkan, sehingga tidak boleh
diberikan pada pasien imunokompromais.
Imunisasi BCG optimal diberikan pada umur 2- 3 bulan. Namun, Kementrian Kesehatan
menganjurkan pemberian imunisasi BCG pada umur 0-12 bulan untuk mencapai cakupan yang
lebih luas. Dosis diberikan 0,05 ml untuk bayi (<1 tahun) dan 0,1 ml untuk anak >1 tahun.
Vaksin BCG diberikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas pada insersio M. Deltoid
sesuai anjuran WHO. Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan.
b. Hepatitis B
Vaksin hepatitis B harus segera diberikan setelah lahir karena bertujuan sebagai pencegahan
yang sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu
kepada anaknya. Imunisasi HepB-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah
lahir. Imunisasi HepB-2 diberikan setelah 1 bulan dari HepB-1. Untuk mendapat respon imun
yang optimal, interval imunisasi HepB-2 dengan HepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
c. Polio
Terdapat 2 kemasan vaksin polio yaitu OPV dan IPV. OPV (Oral Polio Vaccine) berisi virus
hidup yang telah dilemahkan dengan sediaan berupa tetes oral. IPV (Inactivated Polio Vaccine)
berisi virus yang telah di in-aktifkan dengan sediaan berupa injeksi.
Polio-0 diberikan saat bayi lahir atau pada kunjungan pertama. OPV diberikan saat bayi
dipulangkan dari rumah sakit/ rumah bersalin untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada
bayi lain karena berisi virus polio hidup yang dapat diekskresikan melalui tinja. Selanjutnya
dapat diberikan OPV atau IPV. Imunisasi dasar (polio-2,3,4) diberikan pada umur 2,4,6 bulan
dengan interval antara dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu.
Dosis OPV diberikan 2 tetes peroral. Dosis IPV diberikan 0,5 ml intramuskular. Imunisasi polio
ulangan diberikan 1 tahun sejak imunisasi Polio-4, selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun).
d. DPT
Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan dengan interval 4-8 minggu. Interval
terbaik diberikan 8 minggu, jadi DPT-1 diberikan saat umur 2 bulan, DPT-2 umur 4 bulan, DPT-
3 umur 6 bulan. Ulangan Booster DPT-4 diberikan 1 tahun setelah DPT-3 yaitu pada umur 18-24
bulan dan DPT-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun. Dosis vaksin DPT sebanyak 0,5 ml
diberikan secara intramuskular. Vaksin ini dapat diberikan secara kombinasi dengan vaksin Hep
B dalam bentuk kemasan kombinasi DPT/HepB.
e. Campak
Vaksin campak dianjurkan diberikan dalam 1 dosis 0,5 ml secara subkutan dalam, pada umur 9
bulan. Selanjutnya imunisasi campak dosis kedua diberikan pada program BIAS. Imunisasi
campak kelas I SD tidak diperlukan bila telah mendapat imunisais MMR pada usia 15-18 bulan
dan ulangan umur 6 tahun
2.6 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi dasar, yaitu Tuberkulosis, difteri,
pertusis, tetanus, poliomielitis, hepatitis B dan campak.
a. Tuberkulosis
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Cara penularannya adalah
melalui droplet. Penyakit ini bisa menyerang organ tubuh seperti paru, kelenjer, kulit, tulang,
sendi, dan selaput otak.
Imunisasi BCG sangat bermanfaat untuk pencegahan, namun bukan berarti dengan pemberian
imunisasi BCG membuat seseorang tidak terkena penyakit ini. Walaupun demikian, dampak
imunisasi BCG apabila terkena penyakit ini akan lebih ringan gejalanya sehingga menurunkan
angka kesakitan dan kematian.
b. Difteri
Difteri disebabkan oleh Corynebacterium dyptheriae yang menular melalui droplet. Gejala
penyakit ini mulai dari yang ringan sampai yang bisa mengakibatkan obstruksi jalan nafas dan
gagal jantung yang bisa mengakibatkan kematian. Imunisasi dasar DPT dapat dilakukan untuk
mencegah penyakit ini.
c. Pertusis
Pertusis disebabkan oleh Bordetella pertusis dengan penularan melalui droplet. Penyakit ini
dapat menyebabkan pneumonia berat yang dapat menimbulkan kematian. Gejala awal dapat
berupa batuk kemudian batuk makin berat dan sering disertai muntah. Imunisasi DPT merupakan
salah satu pencegahan yang dapat dilakukan.
d. Tetanus
Tetanus disebabkan oleh Mycobacterium tetani masuk ke dalam luka terbuka, berkembang biak
secara anaerob dan membentuk toksin. Tetanus yang khas terjadi pada anak adalah tetanus
neonatorum. Tetanus neonatorum dapat menimbulkan kematian karena terjadi kejang, sianosis
dan henti nafas. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi DPT pada anak.
e. Polio
Polio disebabkan virus polio tipe 1,2 dan 3 yang menyerang mielin atau serabut otot. Penularan
penyakit ini melalui droplet atau fecal dan reservoarnya adalah manusia yang menderita polio.
Gejala awal tidak khas, dapat timbul gejala ringan dan infeksi saluran nafas atas, kemudian
timbul gejala paralisis yang bersifat flaksid. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan
pemberian imunisasi polio.
f. Campak
Campak disebabkan virus morbili yang penularannya melalui droplet. Gejala awal berupa
kemerahan yang mulai timbul di belakang telinga, dahi dan menjalar ke wajah dan seluruh tubuh.
Selain itu, timbul gejala seperti flu, mata berair, dan konjungtivitis. Hal ini dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi campak.
g. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh virus Hepatitis B. Penyakit ini menyerang kelompok yang memilki
faktor resiko secara vertikal dan horizontal. Kelompok resiko secara vertikal adalah bayi dengan
ibu yang terkena Hepatitis B, sedangkan kelompok faktor resiko horizontal adalah tenaga medis,
pecandu narkotika, dan pasien hemodialisis. Gejala yang muncul tidak khas, seperti anoreksia,
mual, dan kadang ikterik. Imunisasi Hepatitis B dapat diberikan dengan tujuan untuk memutus
rantai penularan dari ibu ke anaknya.
2.6 Program Imunisasi Nasional
Program pemerintah dalam bidang imunisasi dikenal sebagai Pengembangan
Program Imunisasi (PPI) atau Expanded Program on Immunization. Program ini bertujuan untuk
mencapai komitmen internasional yaitu Universal Child Immunization (UCI). Imunisasi yang
termasuk dalam PPI adalah BCG, Polio, DPT, Campak dan Hepatitis B. Program ini mempunyai
tujuan akhir sesuai dengan komitmen internasional yaitu Eradikasi Polio (ERAPO), eliminasi
tetanus maternal dan neonatal, Reduksi Campak (RECAM), peningkatan mutu pelayanan
imunisasi, menetapkan standar pemberian suntikan yang aman dan keamanan pengelolaan
limbah tajam.
Pada tahun 2011, dalam program imunisasi nasional terdapat 7 antigen yaitu Hepatitis B, Polio
oral (OPV), BCG, difteri, tetanus, pertusis dan campak. Program imunisasi nasional ini terdiri
dari imunisasi dasar yang harus diselesaikan sebelum umur satu tahun dan imunisasi pada anak
Sekolah Dasar yang masuk ke dalam Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Ada 5 jenis imunisasi yang diberi secara gratis di Posyandu, terdiri dari imunisasi Hepatitis B,
BCG, Polio, Campak dan DPT. Semua imunisasi ini harus diberikan secara lengkap sebelum
anak berusia 1 tahun. Pelaksanaan BIAS dilakukan sebanyak dua kali yaitu BIAS campak yang
hanya diberikan untuk murid kelas I SD/ sederajat, dT untuk kelas I, II dan III.
2.7 Jadwal Pemberian Imunisasi
Gambar 2.1 Jadwal imunisasi rekomendasi Kemenkes RI
Gambar 2.2 Jadwal imunisasi rekomendasi IDAI 2014
BAB III
ANALISI SITUASI
3.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
Puskesmas Lubuk Kilangan terletak di kecamatan Lubuk Kilangan dengan wilayah kerja
meliputi 7 kelurahan dengan luas wilayah 85,99 km2. Batas wilayah kerja puskesmas Lubuk
Kilangan sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pauh
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok
c. Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Lubuk Begalung
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bungus Teluk Kabung